Adsorbsi Isoterm

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

Adsorpsi Isoterm

Disusun Oleh :

Yoga Pratama (2017330001)

Affenda Chandra S (2017330007)

Aryani Puspita (2017330024)

Oetari Kumala Dewi (2017330045)

KELAS EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
Jl. Prof. Dr. Supomo. SH No. 84, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12870
Telepon: (021) 8312813
2018
DAFTAR ISI

Daftar Isi.................................................................................................................................................1

1. Tujuan Praktikum.......................................................................................................................2

2. Teori Praktikum..........................................................................................................................2

2.1 Karbon Aktif.................................................................................................................................2

2.2 Adsorbsi........................................................................................................................................2

2.2.1 Absorbsi Kimia................................................................................................................3

2.2.2Absorbsi Fisika.................................................................................................................3

2.2.3 Absorbsi Isoterm.............................................................................................................3

2.2.4 Isoterm Langmuir...........................................................................................................3

2.2.5 Isoterm Brunauer, Emmet and Teller...........................................................................4

2.2.6 Isoterm Freundlich..........................................................................................................4

3. Metode Praktikum......................................................................................................................5

3.1 Prinsip..................................................................................................................................5

3.2Alat dan Bahan....................................................................................................................5

4. Cara Kerja Praktikum............................................................................................................ ....5

5. Hasil Praktikum.........................................................................................................................6

5.1 Perhitungan........................................................................................................................7

6. Analisa dan Pembahasan..........................................................................................................9

7. Kesimpulan................................................................................................................................10

8. Lampiran....................................................................................................................................11

1
Judul : Adsorpsi Isoterm

Tanggal Praktikum : 13 Desember 2018

1. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan jumlah gram zat yang diadsorpsi oleh karbon aktif pada
temperature tertentu.

2. TEORI PRAKTIKUM
2.1 Karbon Aktif
Karbon aktif atau arang aktif merupakan golongan karbon amorph yang
diproduksi dari bahan dasar dengan susunan senyawa mayoritas mengandung
karbon. Karbon aktif dapat digunakan untuk mengadsorpsi bahan yang berasal
dari cairan maupun fasa gas. Daya adsorpsi tergantung pada besar atau volume
pori-pori dan luas permukaan. Saat ini karbon aktif banyak digunakan sebagai
bahan penyaring, pengolahan limbah, dan lain-lain. Karbon aktif umumnya
mempunyai daya adsorpsi uang rendah dan daya adsorpsi dapat diperbesar dengan
mengaktifkan arang dengan menggunakan uap atau bahan kimia, aktivitas ini
bertujuan memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori yang
tertutup. (Kateren, 1987)

2.2 Adsorpsi
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan
zat lain, sebagai akibat dari ke tidak jenuhan gaya-gaya pada permukaan zat
tersebut. Adsorpsi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: adsorpsi fisis (physical
adsorption) dan adsorpsi kimia (chemical adsorption) (Sukardjo, 1990). Adsorben
adalah zat yang mengadsorpsi zat lain, sedangkan adsorbat adalah zat yang
teradsorpsi zat lain, adsorben dapat dibagi dalam jenis polar dan non polar.
Penyerap polar lebih lanjut dapat dibagi dalam adsorben bersifat asam dan
adsorben bersifat basa, adsorben asam meliputi silika dan klorosil, sedangkan
adsorben basa adalah amina dan magnesia ( kecuali telah diperlakukan asam ).
Adsorben basa lebih menahan asam, misalnya turunan fenol, perol, trofenol dan
asam karboksilat (Daintith, 1994). Model adsorpsi isoterm pada umumnya adalah

2
kurva tak bernilai yang menggambarkan fenomena yang mengatur penyimpanan
suatu zat dari media berair berpori atau lingkungan perairan solid pada suhu
konstan dan pH 32,33 (K.Y. Foo , 2009).
2.2.1 Adsorpsi Kimia (Chemisorption)
Chemisorption atau adsorpsi yang diaktivasi adalah keadaan dimana
molekul yang diadsorpsi menerima sejumlah energy dan sekarang dalam
keadaan yang lebih aktif. Energy aktivitas yang dibutuhkan pada proses ini
jauh lebih besar dari energi aktivasi pada adsorpsi fisika
2.2.2 Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika yang berhubungan dengan gaya Van Der Waals dan
merupakan suatu proses bolak-balik apabila daya tarik menarik antara zat
terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut
dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan
adsorben.

2.2.3 Adsorpsi Isoterm


Adsorpsi isotherm adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben
antara fasa pada permbukaan adsorben dengan fasa ruah saat
kesetimbangan pada temperature tertentu. Ada tiga jenis hubungan
matematik yang umumnya digunakan untuk menjelaskan isotherm
adsorpsi.

2.2.4 Isoterm Langmuir


Isotherm ini berdsarkan pada asumsi bahwa :
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogeny dan hanya dapat
mengadsorpsi satu molekul adsorbat untuk setiap molekul
adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-molekul yang
terserap.
b. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum.

Asumsi-asumsi biasanya sulit diterapkan karena hal-hal berikut : Selalu ada


ketidak sempurnaan pada permukaan, molekul teradsorpsi tidak inert dan
mekanisme adsorpsi pada molekul pertama sangat berbeda dengan mekanisme

3
pada molekul terakhir teradsorpsi. Langmuir mengemukakan bahwa
mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah sebagai berikut : A(g) + S → AS,
dimana A adalah molekul gas dan S adalah permukaan adsorpsi.
𝑋 𝑘1. 𝐶
=
𝑚 1 + 𝑘2. 𝐶
Keterangan: x + banyaknya adsorbat (mg)
m = massa dari adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorbat
K = konstanta

2.2.5 Isoterm Brunauer, Emmet, and Teller (BET)


Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan
yang homogeny. Perbedaan isotherm ini dengan Langmuir adalah BET
berasumsi bahwa molekul-molekul adsorbat bias membentuk lebuh dari
satu lapisan adsorbat dipermukaannya. Mekanisme adsorpsi untuk setiap
proses adsorpsi berbeda-beda. Isotherm Langmuir biasanya lebih baik
apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia, sedangkan isotherm BET akan
lebih baik daripada isotherm Langmuir bila diterapkan untuk adsorpsi
fisik.

2.2.6 Isoterm Freundlich


Untuk rentang yang kecil dan campuran yang cair, isotherm adsorpsi dapat
digambarkan dengan persamaan empiric yang dikemukakan oleh
Freudlich. Isotherm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai
permukaan yang meterogen dan tiap molekul mempunyai potensi
penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang
paling banyak digunakan saat ini. Persamaannya adalah sebagai berikut :
𝑥
= 𝑘𝐶 1/n
𝑚

Dimana :
x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)
m = massa dari adsorben (mg)
c = konstanta dari adsorben yang tersisa dalam kesetimbangan
k = konstanta adsorben pada temperature tertentu
n = konstanta adsorben pada temperature tertentu

4
3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Prinsip
Teori Langmuir dan Freundlich yaitu dimana banyaknya zat yang diadsorbsi pada
temperature tetap oleh suatu adsorben tergantung dari konsentrasi dan keaktifan
adsorbat mengadsorbsi zat-zat tertentu.

3.2 Alat dan Bahan


Alat :
1. Erlenmeyer 5. Pipet volumetrik
2. Buret 6. Statif dan klem
3. Kaca arloji 7. Labu ukur
4. Corong kaca 8. Botol sampel

Bahan:
1. Aquadest
2. Asam okslaat konsentrasi 1 M; 0,1 M ; 0,01 M
3. Charcoal Aktif (kira-kira 30 gram)
4. NaOH 0,1 M

4. CARA KERJA PRAKTIKUM


1. Ditimbang 1gr arang aktif dalam suatu erlenmeyer
2. Ditambahkan 100ml larutan asam oksalat dengan konsentrasi:
Erlenmeyer I II III IV V VI
Arang aktif 1 gr 1 gr 1 gr 1 gr 1 gr 1 gr
Asam 0,3 N 0,2 N 0,1 N 0,05 N 0,01 N 0,005 N
Oksalat
(100 ml)
Tabel 1. Larutan pada botol sampel
3. Dikocok dan diamkan enam buah larutan tersebut selama 10 menit sehingga
tercapai kesetimbangan
4. Disaring setiap larutan dengan menggunakan kertas saring

5
5. Titrasi filtrat (asam oksalat) dari tiap botol sampel sebanyak 10ml dengan larutan
baku NaOH (variasi konsentrasi NaOH) dengan 3 tetes indikator PP sehingga
mengalami perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna merah mudah
seulas
6. Catat volume masing-masing titrasi
7. Hitung konsentrasi larutan dari tiap botol dalam konsentrasi normal

Konsentrasi dari Asam Konsentrasi NaOH Volume Asam Oksalat


Oksalat untuk Titrasi
0,3 N 0,1 N 10 ml
0,2 N 0,1 N 10 ml
0,1 N 0,1 N 10 ml
0,05 N 0,1 N 10 ml
0,01 N 0,01 N 10 ml
0,005 N 0,001 N 10 ml
Tabel 2. Pedoman Titasi Asam Oksalat dengan konsentrasi NaOH

5. HASIL PRAKTIKUM
Konsentrasi Volume As. Konsentrasi Volume Volume Konsentrasi dari
As. Oksalat Okasalat NaOH NaOH NaOH Oksalat sesudah
(normal) (titrasi) standar tanpa Arang +Arang dicampur dengan
arang (Oksalat sisa)
0,3 N 10 ml 0,1 N 30 ml 28,2 ml 0,28
0,2 N 10 ml 0,1 N 20 ml 18,3 ml 0,18
0,1 N 10 ml 0,1 N 10 ml 8,9 ml 0,09
0,05 N 10 ml 0,1 N 5 ml 4,2 ml 0,04
0,01 N 10 ml 0,01 N 10 ml 8,2 ml 0,008
0,005 N 10 ml 0,001 N 50 ml 45 ml 0,0045
Tabel 3. Data Konsentrasi Asam Oksalat dan NaOH

6
5.1 PERHITUNGAN
No. Massa Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi X X/M Log Log
(gram) As. Oksalat As. Oksalat As. Oksalat Gram X/M C
Awal Sisa ∆C
1. 1,001 gr 0,3 N 0,28 N 0,02 N 0, 252 0,2517 -0,5991 -1, 69
2. 1, 001 gr 0, 2 N 0,18 N 0,02 N 0,252 0,2517 -0,5991 -1,69
3. 1,002 gr 0,1 N 0,09 N 0,01 N 0,126 0,1257 -0,9006 -2
4. 1,002 gr 0,05 N 0,04 N 0,01 N 0,126 0,1257 -0,9006 -2
5. 1,002 gr 0,01 N 0, 008 N 0,002 N 0,0252 0,0251 -1,6003 -2,69
6. 1,000 gr 0,005 N 0,0045 N 0,0005 N 0,0063 0,0050 -2,3010 -3,30

1. Menghitung konsentrasi Asam Oksalat sisa


V1.N1 = V2.N2
Dimana:
V1 : Volume NaOH + arang
N1 : Normalitas Standar NaOH
V2 : Volume Asam Oksalat
N2 : Volume Asam Oksalat
1) V1.N1 = V2.N2 4) V1.N1 = V2.N2
28,2 x 0,1 = V2.x 0,3N 4,2 x 0,1 = V2 x 0,05N
N2 = 0,28 N N2 = 0,04 N

2) V1.N1 = V2.N2 5) V1.N1 = V2.N2


18,3 x 0,1 = V2 x 0,2N 8,2 x 0,01 = V2 x 0.01N
N2 = 0,18 N N2 = 0,008 N

3) V1.N1 = V2.N2 6) V1.N1 = V2.N2


8,9 x 0,1 = V2 x 0,1N 45 x 0,001 = V2 x 0.005 N
N2 = 0,092 N N2 = 0,0045 N

7
2. Menghitung ∆C
∆C = Konsentrasi Asam Oksalat Awal – Konsentrasi Asam Oksalat Sisa
1) ∆C = 0,3 N – 0,28 N = 0,02 N
2) ∆C = 0,2 N – 0,18 N = 0,02 N
3) ∆C = 0,1 N – 0,09 N = 0,01 N
4) ∆C = 0,05 N – 0,04 N = 0,01 N
5) ∆C = 0,01 N – 0,008 N = 0,002 N
6) ∆C = 0,005 N – 0,0045 N = 0,0005 N

3. Menghitung X gram
100
X gram = ∆C x Mr Asam Oksalat x 1000

Diketahui Mr Asam Oksalat Dihidrat = 126


100
1) X gram = 0,02 x 126 x 1000 = 0,252 gram
100
2) X gram = 0,02 x 126 x 1000 = 0,252 gram
100
3) X gram = 0,01 x 126 x 1000 = 0,126 gram
100
4) X gram = 0,01 x 126 x 1000 = 0,126 gram
100
5) X gram = 0,002 x 126 x 1000 = 0,0252 gram
100
6) X gram = 0,0005 x 126 x 1000 = 0,0063 gram

4. Menghitung X/M
1) X/M = 0,252/1,001 = 0,2517
2) X/M = 0,252/1,001 = 0, 2517
3) X/M = 0,126/1,002 = 0,1257
4) X/M = 0,126/0,1002 = 0,1257
5) X/M = 0,0252/1,002 = 0,0251
6) X/M = 0,0063/1,000 = 0,0050

8
6. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan isoterm adsorpsi pada proses
adsorpsi asam asetat pada arang. Isotherm adalah suhu yang tetap (konstan),
sedangkan adsorpsi adalah pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada zat lain
yang terjadi akibat ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan tersebut.Adapun
adsorben yang digunakan adalah arang atau karbon aktif. Karbon aktif adalaha zat
yang digunakan untuk penyerap/pengadsorpsi suatu bahan, pada percobaan karbon
aktif tidak diaktifkan dengan pemanasan, dimana tujuan pemanasan adalah untuk
membuka pori-pori dari karbon aktif dan memutuskan ikatan antara karbon sehingga
terbentuk kutub negative dan kutub positif yang akan mengikat adsorbat nantinya.
Karbon aktif yang digunakan telah diaktifkan sebelumnya dan memiliki luas
permukaan yang besar sehingga pengadsorpsi akan maksimal.
Adsorbat yang digunakan adalah asam asetat dengan konsentrasi yang
bervariasi, tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadapdaya
serap (adsorpsi) akan meningkat dengan kenaikan dari konsentrasi adsorbat.
Prinsip percobaan adsorpsi isoterm didasarkan pada teori frundlich, yaitu
banyaknya zat yang diadsorpsi pada temperatur tetap (isoterm) oleh suatu adsorben
tergantung dari konsentrasi dan kereaktifan adsorbat mengadsorpsi zat-zat tertentu.
Adsorben adalah fasa atau zat yang pada permukaannya terjadi proses adsorpsi
sedangkan adsorbat adalah fasa atau zat yang diadsorpsi.
Adsorpsi karbon membuat konsentrasi asam asetat mengalami penurunan.Pada
data diatas penyerapan tiap percobaan terjadi ketidaksamaan antara data 1sampai 5
dapat dilihat dari X gram ( jumlah zat yang teradsorpsi) kurang stabil.Hal ini terjadi
karena dalam adsorpsi terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
adsorpsi. Sifat karbon aktif yang paling penting adalah dayaserap. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu:
1. pH (Derajat Keasaman)
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu
dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan
asammineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila
pHasam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan
berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.

9
2. Waktu Singgung
Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu
untukmencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik
dengan jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis karbon aktif,
pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkanuntuk
memberi kesempatan pada partikel karbon aktif untuk bersinggungandengan
senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai viskositas tinggi,dibutuhkan
waktu singgung yang lebih lama.

3. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi
kemampuannyauntuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa.
Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul
serapan daristurktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorbsi juga
dipengaruhi olehgugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai
dari senyawaserapan.

4. Temperatur/ suhu
Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki suhu pada saat
berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang bisa
diberikanmengenai suhu yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang
mempengaruhi suhu proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal
senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa
serapan, seperti terjadi perubahan warna mau dekomposisi, maka perlakuan
dilakukan pada titikdidihnya

7. KESIMPULAN
1) Arang dapat berfungsi sebagai adsorbsi.
2) Semakin besar konsentrasi asam mineral (Asam Oksalat) yang digunakan maka
semakin besar pula jumlah zat dalam larutan asam oksalat yang terserap.
3) Warna yang dihasilkan pada proses titrasi adalah menjadi merah muda seulas
4) Titrasi menggunakan larutan standar NaOH 10 ml dengan indikator fenolpthalein

10
8. LAMPIRAN

Gambar 1. Penimbangan karbon aktif

Gambar 2. Karbon aktif yang sudah ditimbang

Gambar 3. Penyaringan larutan asam oksalat dan karbon aktif

11
Gambar 4. Hasil penyaringan larutan asam oksalat dan karbon aktif

Gambar 5. Titrasi larutan dengan varian konsentrasi larutan NaOH

Gambar 6. Titik akhir titrasi larutan berubah menjadi warna merah muda seulas

12
4. Syarat-syarat apa yang dibutuhkan untuk adsoprsi isoterm?
Syarat Adsorpsi yaitu:
1. Adsorben harus memiliki luas permukaan yang besar
2. Adsorben harus memiliki micropores dan macropores (misal: karbon aktif dan zeolit)
3. Adsorpsi selektif (harus menghindari kelembaban)
4. Memerlukan waktu kotak yang cukup untuk terjadi pemisahan yang baik
5. Perlakuan awal untuk komposisi gas yang rendah
6. Distribusi aliran dalam tumpukan adsorben yang baik
7. Adsorben harus mudah di regenerasi
8. Operasi kontinyu memerlukan beberapa bed yang disusun seri

5. Jelaskan faktor yang menyebabkan efektifitas adsorpsi!


Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah sebagai berikut:
1) Waktu Kontak
Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses adsorpsi.
Waktu kontak memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat
berlangsung lebih baik.
2) Karakteristik Adsorben
Ukuran partikel merupakan syarat yang penting dari suatu arang aktif untuk digunakan
sebagai adsorben. Ukuran partikel arang mempengaruhi kecepatan dimana adsorpsi
terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan menurunnya ukuran partikel.
3) Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap, sehingga
proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter adsorben maka
semakin luas permukaannya. Kapasitas adsorpsi total dari suatu adsorbat tergantung
pada luas permukaan total adsorbennya.
4) Kelarutan Adsorbat
Agar adsorpsi dapat terjadi, suatu molekul harus terpisah dari larutan. Senyawa yang
mudah larut mempunyai afinitas yang kuat untuk larutannya dan karenanya lebih sukar
untuk teradsorpsi dibandingkan senyawa yang sukar larut. Akan tetapi ada perkeculian
karena banyak senyawa yang dengan kelarutan rendah sukar diadsorpsi, sedangkan
beberapa senyawa yang sangat mudah larut diadsorpsi dengan mudah. Usaha-usaha
untuk menemukan hubungan kuantitatif antara kemampuan adsorpsi dengan kelarutan
hanya sedikit yang berhasil.

13
5) Ukuran Molekul Adsorbat
Ukuran molekul adsorbat benar-benar penting dalam proses adsorpsi ketika molekul
masuk ke dalam mikropori suatu partikel arang untuk diserap. Adsorpsi paling kuat
ketika ukuran pori-pori adsorben cukup besar sehingga memungkinkan molekul
adsorbat untuk masuk.
6) pH
pH di mana proses adsorpsi terjadi menunjukkan pengaruh yang besar terhadap
adsorpsi itu sendiri. Hal ini dikarenakan ion hidrogen sendiri diadsorpsi dengan kuat,
sebagian karena pH mempengaruhi ionisasi dan karenanya juga mempengaruhi
adsorpsi dari beberapa senyawa. Asam organik lebih mudah diadsorpsi pada pH
rendah, sedangkan adsorpsi basa organik terjadi dengan mudah pada pH tinggi. pH
optimum untuk kebanyakan proses adsorpsi harus ditentukan dengan uji laboratorium.
7) Temperatur
Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan mempengaruhi kecepatan dan jumlah
adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan meningkatnya
temperatur, dan menurun dengan menurunnya temperatur. Namun demikian, ketika
adsorpsi merupakan proses eksoterm, derajad adsorpsi meningkat pada suhu rendah
dan akan menurun pada suhu yang lebih tinggi (Srining Peni, 2001: 23).

6. Tuliskan Mekanisme Adsorpsi!


Proses adsorbsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul meninggalkan larutan
dan menempel pada permukaan zat adsorben akibat kimia dan fisika (Reynolds,1982).
Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat atom/molekul
yang diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain. Pada proses adsorpsi terbagi menjadi 4
tahap yaitu :
1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan film yang
mengelilingi adsorben.
2. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion process).
3. Difusi zat terlarut yang teradsopsi melalui kapiler/pori dalam adsorben (pore diffusion
process).
4. Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan adsorben
(proses adsorpsi sebenarnya), (Reynolds, 1982).

14

Anda mungkin juga menyukai