Bayi Prematur (BKB-KMK) + RDS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

REFLEKSI KASUS FEBUARI 2018

BAYI PREMATUR (BKB-KMK) + RESPIATOY DISTESS


SYNDOME

Nama : Lilis Endah Sulistiyawati Paneo


No. Stambuk : N 111 17 044
Pembimbing : dr. Suldiah, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2018
PENDAHULUAN

Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur
ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa
memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan
kurang 2500 gram.2
Bayi berat lahir rendah yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500
gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR dapat disebabkan oleh: kehamilan
kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi keduanya. Bayi
BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : prematuritas murni dan dismaturitas.
Bayi prematur secara umum ialah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu. Penentuan usia kehamilan dapat ditentukan dengan menggunakan skor
Ballard dan Lubchenco.2 3
Bayi prematur memiliki berbagai masalah akibat belum berkembangnya
organ-organ tubuh, sehingga belum siap untuk berfungsi di luar rahim. Masalah yang
sering dijumpai pada bayi kurang bulan adalah : Asfiksia, gangguan nafas,
hipoglikemia, hipotermia, maslah pemberian ASI, ikterus, infeksi, masalah
perdarahan.,2, 3
Sindrom gawat nafas neonatus (SGNN) merupakan suatu sindrom yang sering
ditemukan pada neonatus dan menjadi penyebab morbiditas utama pada bayi berat
lahir rendah (BBLR), sehingga SGNN disebut juga sebagai penyakit membran hialin
(PMH) karena PMH merupakan bagian terbesar dari sindrom gawat nafas pada masa
neonatus. Penyakit membran hialin umumnya terjadi pada bayi prematur.2
RDS sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalik
dengan usia kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilan ibu,
semakin tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua usia
kehamilan, semakin rendah pula kejadian RDS atau sindrome gangguan napas..

1
Insidens pada bayi prematurkulit putih lebih tinggi dari pada bayi kulit hitam dan
sering lebih terjadi pada bayi laki-lakidaripada bayi perempuan. Selain itu, kenaikan
frekuensi juga ditemukan padabayi yang lahir dari ibu yang menderita gangguan
perfusi darah uterus selama kehamilan,misalnya : Ibu penderita diabetes, hipertensi,
hipotensi, seksio serta perdarahan antepartum.2
RDS : Menurut Euro Neo Stat Annual Report for Very LowGestational Age
Infants 2010 menunjukkan angka kejadian Sindrom gawat napas pada bayi baru lahir
yaitu 92% dengan usia gestasi 24-25 minggu, 88% pada usia gestasi 26-27 minggu,
76% pada usia gestasi 28-29 minggu dan 57% pada usia gestasi 30-31 minggu. Di
Amerika Serikat, PMH didapatkan pada sekitar 10% dari seluruh bayi prematur.
Angka kematian PMH di Amerika Serikat adalah 21,3 per 100.000. Selain
berhubungan dengan usia kehamilan, angka kejadian PMH juga berhubungan dengan
berat badan lahir. 60% bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan 29 minggu
menderita PMH, dan 44% kasus didapatkan pada bayi dengan berat lahir antara 501–
1500 gram.2

2
KASUS

IDENTITAS PASIEN
• Tanggal Masuk : 29 Desember 2017
• Nama Penderita : By. Ny. S
• Jenis Kelamin : laki-laki
• Tanggal Lahir : 29 Desember 2017
• Usia : 12 hari
• Agama : Islam
• Kebangsaan : Indonesia
• Tanggal pemeiksaan : 10 Januari 2018
Identitas Orang Tua/Wali
• Nama Ibu : Ny. S (34 tahun)
• Pekerjaan Ibu : URT
• Alamat : Sirenja Kab. donggala

ANAMNESIS
Bayi perempuan berusia 12 hari dengan keluhan bernapas cepat, retraksi
dinding dada (+) merintih (-), sianosis (-), kejang (-), ikterus (-), rewel (-), kuat isap
baik (+). Kelainan congenital tidak ada.

Riwayat kelahiran, bayi lahir pada tanggal 29 Desember 2017 pukul 22.25
WITA melalui persalinan spontan letak belakang kepala di IGD kebidanan dibantu
bidan. Bayi lahir tidak langsung menangis, ketuban jernih (+), anpal (+/+), mec
(+)/mic (+), tali pusat baik (+), BBL 1200 gram, PB 38 cm, A/S 3/5.

Riwayat kehamilan ibu G3P1 A1, usia ibu sewaktu mengandung berumur 34
tahun. Riwayat antenatal care rutin di puskesmas 1 kali sebulan. Riwayat penyakit

3
yang diderita ibu selama kehamilan, riwayat penyakit diabetes melitus (-), hipertensi
(-), demam tinggi saat hamil (-) riwayat konsumsi obat-obatan saat hamil (-)

PEMERIKSAAN FISIK
 TTV
DJ: 140 kali/menit,
RR: 66 kali/menit,
Temperature:36,5°C
CRT: <2 detik
 Antropometri
BB: 1200 gram
PB: 38 cm
Lk : 26 cm
Lila : 9 cm
LD : 25 cm
LP : 24 m
 Sistem neurologi :
Aktivitas : Kurang aktif
Kesadaran : Composmentis
Fontanela : Berukuran sekitar 2 cm, datar
Sutura : Belum menutup
Refleks cahaya : +/+ normal
Kejang : Tidak ada
Tonus otot : Normal
 Sistem pernapasan
Sianosis : Tidak Ada
Merintih : Tidak Ada
Apnea : Tidak ada

4
Retraksi dinding dada : Ada
Pergerakan dinding dada : Simetris
Cuping hidung : Tidak Ada
Bunyi pernapasan : Bronchovesikular +/+
Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.
 Skor Down
Frekuensi Napas :0
Merintih :0
Sianosis :0
Retraksi :1
Udara Masuk :1
Total skor : 2 (Gawat Napas Ringan)
Criteria WHO gangguan napas sedang 60-90 kali/menit dengan dan tarikan
dinding dada atau merintih saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral.

 Sistem hematologi :
Pucat : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
 Sistem kardiovaskuler
Bunyi Jantung : SI dan SII murni reguler
Murmur : tidak ada
 Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : tidak ada
Muntah : tidakada
Diare : tidak ada
Residu lambung : tidak ada
Organomegali : tidak ada
Peristaltik : positif, kesan normal

5
 Umbilikus
Pus : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Edema : tidak ada
 Sistem Genitalia.
Keluaran : tidak ada
Anus imperforata : tidak ada
SKOR BALLARD
Maturitas neuromuskular
 Sikap tubuh :2
 Square window :2
 Rekoil lengan :3
 Sudut poplitea :3
 Scarf sign :3
 Tumit ke kuping :2
Maturitas fisik
 Kulit :2
 Lanugo :2
 Permukaan plantar : 2
 Payudara :2
 Mata/telinga :2
 Genitalia :3
Total skor : 28
Minggu : 34- 36 minggu
Berat badan lahir : 1200 gram
Kesimpulan : Bayi Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan

6
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Darah :

WBC : 12,06 x 103/mm3 GDS : 93 mg/dl


RBC : 5,20 x 106/mm3
HGB : 13,7 g/dl
HCT : 41,1%
PLT : 420 x 103/mm3

RESUME

Bayi perempuan berusia 12 hari (1200 gr) dengan keluhan bernapas cepat,
retraksi dinding dada (+). Riwayat kelahiran, bayi lahir pada tanggal 29 Desember
2017 pukul 22.25 WITA melalui persalinan spontan letak belakang kepala di IGD
kebidanan dibantu bidan. Bayi lahir tidak langsung menangis, ketuban jernih (+),

7
anpal (+/+), mec (+)/mic (+), tali pusat baik (+), BBL 1200 gram, PB 38 cm, A/S 3/5.
Riwayat kehamilan ibu G3P1 A1, usia ibu sewaktu mengandung berumur 34 tahun.
Riwayat antenatal care rutin di puskesmas 1 kali sebulan. Riwayat penyakit yang
diderita ibu selama kehamilan tidak ada.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut jantung 138 x/m, suhu 36,50C,
respirasi 66 x/m, berat badan 1200 gram, retraksi dinding dada, skor down 2 (Gawat
napas ringan). Criteria WHO gangguan napas sedang 60-90 kali/menit dengan dan
tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral.
Pemeriksaan penunjang darah rutin didapatkan peningkatan leukosit dan GDS
didapatkan hasil normal.

DIAGNOSIS
Bayi Prematur (BKB-KMK) + RDS

TERAPI
 O21-2 lpm
 IVFD Dextrose 5% 6 gtt/m
 Inj. Cefotaxim 75 mg /12 jam/IV
 Asi/ Pasi 12 x 3 cc /OGT

8
DISKUSI

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan bayi riwayat lahir
dengan spontan. Berat badan lahir bayi 1200 gram dan bayi lahir dengan usia gestasi
±35 minggu, berdasarkan referensi bayi ini tergolong bayi premature kurang bulan
dan kecil masa kehamilan5
Faktor resiko BBLR secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi factor
ibu, janin dan keluarga. Faktor ibu antara lain usia kehamilan, paritas, kadar
hemoglobin, riwayat abortus, preeclampsia, eklampsia, pendidikan terakhir. Faktor
janin adalah kehamilan ganda, hidramnion, jenis kelamin, Faktor keluarga adalah
status ekonomi.Pada Usia kehamilan kurang bulan pematangan organ yang belum
sempurna dan kurangnya efektifitas penyaluran nutrisi dan oksigenisasi membuat
janin tumbuh tak optimal. Hal ini membuat bayi terlahir mempunyai berat badan lahir
rendah.6
Berdasarkan masa gestasi dapat dibedakan menjadi : 3,5
 Cukup bulan (aterm) : masa gestasi 37 minggu sampai 42 minggu.
 Kurang bulan (preterm) : masa gestasi kurang dari 37 minggu.
 Lebih bulan (postterm) :masa gestasi lebih dari 42 minggu.
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, Bayi Berat Lahir
Rendah dibedakan dalam:
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1.500 – 2.500 gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1.500 gram.
c. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR), berat lahir < 1.000 gram.

BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Faktor ibu, meliputi
penyakit yang diderita ibu misalnya, toksemia gravidarum, perdarahan antepartum,
trauma fisik dan psikologis, nefritis akut, diabetes melitus, dan lain-lain. Usia ibu saat
hamil lebih dari 35 tahun, multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat, dan

9
lain-lain. Keadaan sosial ekonomi, golongan sosial ekonomi dan perkawinan yang
tidak sah. Sebab lain termasuk karena ibu adalah seorang perokok dan peminum
minuman beralkohol atau pengguna narkotika. 2) Faktor janin, meliputi hidramnion,
kehamilan ganda, kelainan kromosom, dan lain-lain. 3) Faktor lingkungan, meliputi
tempat tinggal, radiasi.3,5,7
Sebagai konsekuensi dari imaturitas sistem organ pada BBLR yang belum
siap menghadapi dunia ekstrauterine ditambah kondisi lingkungan yang jauh berbeda
dengan lingkungan intrauterin, tatalaksana BBLR memerlukan perawatan intensif dan
dukungan berbagai macam intervensi, yaitu : 8,10,11
1) Resusitasi saat bayi baru lahir

2) Dukungan respirasi

3) Pengontrolan suhu dan kelembaban

4) Perlindungan terhadap infeksi

5) Pemberian hidrasi dan nutrisi


HMD disebut juga respiratory distress syndrome (RDS) atau Sindroma Gawat
Nafas, yaitu gawat napas pada bayi kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa
saat setelah lahir, ditandai adanya kesukaran bernafas, (pernafasan cuping hidung,
grunting, tipe pernapasan dispnea / takipnea, retraksi dada, dan sianosis) yang
menetap atau menjadi progresif dalam 48 – 96 jam pertama kehidupan. Penyebabnya
adalah kurangnya surfaktan.2 Pada kasus ini didapatkan tanda kesukaran bernapas
dengan adanya, retraksi dinding dada dan terjadi pada bayi kurang bulan.
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22,
makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4
faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia
perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru
yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang

10
dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum
berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami
sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan
bertambah berat.11
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat
terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan
dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini
adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH).11
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Kelainan
yang terjadi dianggap karena faktor pertumbuhan atau karena pematangan paru belum
sempurna. Penyakit ini biasanya mengenai bayi prematur, terutama bila ibu menderita
gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan, misalnya ibu menderita diabetes
mellitus, toksemia gravidarum, hipotensi, seksio sesar, dan perdarahan ante partum.
Kelainan ini merupakan penyebab utama kematian bayi prematur (50-70%).

Klasifikasi Sindrom Gangguan Pernapasan

11
FAKTOR PENYEBAB
Faktor-faktor yang mempermudahkan terjadinya Respiratory distress
syndrome pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit
berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding thorak masih lemah,
produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfakatan mengakibatkan kolaps
pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan
perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun
25% dari normal, pernapasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan
terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah
diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein, lipoprotein
ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap
mengembang. 10
Meskipun sebagian besar bayi dengan penyakit Membran Hialin (HMD)

adalah bayi premature. Terdapat faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan timbulnya

penyakit ini, seperti:

a. Bayi Caucasian atau bayi laki-laki

b. Bayi yang lahir sebelumnya juga mengalami HMD

c. Persalinan Sectio Caesaria

d. Asfiksia perinatal

e. Stress dingin/ cold stress (suatu kondisi yang menekan produksi surfaktaan)

f. Infeksi perinatal

g. Kelahiran Kembar (bayi-bayi yang dilahirkan kembar biasanya prematur)

h. Bayi dari ibu yang menderita Diabetes Melitus (terlalu banyak insulin dalam

sistem tubuh bayi yang disebabkan karena diabetes pada ibu dapat

memperlambat produksi surfaktan)

12
i. Bayi dengan kelainan jantung PDA (Patent ductus Arteriosus)

j. Pada prematuritas :

− Produksi surfaktan masih sedikit (defisiensi surfaktan). Komponen utama

surfaktan adalah lesitin, yang terdiri dari cytidine diphosphate cholin (C.D.P

cholin) dan phosphatidyldimethy etanolamine (P.M.D.E).

− Surfaktan diproduksi oleh sel ponemosit tipe II yang dimulai tumbuh pada

gestasi 22-24 minggu, mulai aktif pada gestasi 24-26 minggu.

− Surfaktan mulai berfungsi pada masa gestasi 32-36 minggu

− Rasio lesitin/spingomielin dalam cairan amnion

PATTOFISIOLOGI
Kurangnya pembentukan atau pelepasan surfaktan, bersama dengan unit
respirasi yang kecil dan berkurangnya compliance dinding dada, menimbulkan
atelektasis, menyebabkan alveoli memperoleh perfusi namun tidak memperoleh
ventilasi, yang menimbulkan hipoksia. Berkurangnya compliance paru, tidal volume
yang kecil, bertambahnya ruang mati fisiologis, bertambahnya usaha bernafas, dan
tidak cukupnya ventilasi alveoli menimbulkan hipercarbia. Kombinasi hiperkarbia,
hipoksia, dan asidosis menimbulkan vasokonstriksi arteri pulmonal dan
meningkatnkan pirau dari kanan ke kiri melalui foramen ovale, ductus arteriosus, dan
melalui paru sendiri. Aliran darah paru berkurang, dan jejas iskemik pada sel yang
memproduksi surfaktan dan bantalan vaskuler menyebabkan efusi materi protein ke
rongga alveoli.2
Pada Bayi ektremely premature (berat badan lahir sangat rendah) mungkin
dapat berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada Respirasi Dystress Syndroma yang
tanpa komplikasi maka surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48
jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap pada 24-36 jam pertama. selainjutnya

13
bila kondisi stabil dalam 24 jam maka akan membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh
pada akhir minggu pertama.10
GEJALA KLINIS
Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak nafas pada bayi prematur
segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping
hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-
96 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4
stadium RDS yaitu :pertama, terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit
bronchogram udara, kedua, bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan
paru dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke
perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru. ketiga,alveoli yang
kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan
jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas. keempat, seluruh thorax
sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat.
TATALAKSANA
 Optimalkan lingkungan. Suhu tubuh dipertahankan dalam batas normal dengan
meletakkan bayi di incubator. Humiditas ruangan juga harus adekuat (70-80%).
 Monitor denyut jantung dan tekanan darah.
 Pemberian cairan, glukosa, dan elektrolit sangat berguna. Cairan yang diberikan
yang adekuat untuk menghindarkan dehidrasi dan mempertahankan homeostasis
tubuh. Pada hari-hari pertama diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah sesuai
umur dan berat badan (60-125 kgBB/hari). Asidosis metabolik yang terjadi
diperbaiki dengan pemberian intravena NaHCO3 disertai dengan pemeriksaan
keseimbangan asam basa secara teratur.
 Oksigen : tekanan oksigen arteri yang kurang dari 40 mmHg merupakan indikasi
perlunya terapi oksigen. Oksigen yang berlebihan dapat merusak epitel paru dan
retina sehingga konsentrasi oksigen yang diberikan adalah kadar terendah yang
masih dapat mengatasi hipoksia dan asidosis

14
 Continous Positive Airway Pressure (CPAP) : CPAP mencegah kolaps alveolus
yang tak stabil dan menyebabkan penurunan bermakna angka kematian.
Keberhasilan ventilasi biasanya menyebabkan konsentrasi oksigen dalam udara
inspirasi dapat dikurangi sehingga risiko toksisitas berkurang.
 Pemberian antibiotika : Setiap penderita penyakit ini perlu mendapatkan
antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Antibiotika yang
diberikan ialah penisilin (50.000 U – 100.000 U /kgBB/hari) atau ampisilin
(100mg/kgBB/hari). Dengan gentamisin (3-5 mg/kgBB/hari).
 Surfaktan : pemberian surfaktan bentuk aerosol terbukti banyak mengurangi
insidensi penyakit membrane hialin jika digunakan untuk profilaksis serta
meningkatkan kelangsungan hidup jika digunakan untuk menyelamatkan bayi
yang telah mengidap penyakit. Uji klinis acak memperlihatkan penurunan
insidens pneumotoraks dan dysplasia bronkopulmonalis, serta penurunan 30%
kematian selama 28 hari pertama kehidupan.

15
Algoritma tatalaksana gagal napas pada neonatus

16
KOMPLIKASI
Komplikasi jangka pendek dapat terjadi :
 kebocoran alveoli : Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi
dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal hipotensi,
apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
 Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya
perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul kerana
tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat
respirasi.
 Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
Komplikasi jangka panjang
Dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru,
memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke otak dan organ lain.
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
 Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang
disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu.
BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan
pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan
defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa
gestasi.
 Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70%
bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi
intrakranial, dan adanya infeksi.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Haifa.w dkk, Ilmu Kebinanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwonono


Prawiroharjo, 2005.
2. Juffri m. Sri supar. Hanifah . dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid
1.IDAI. Jakarta, 2012.
3. Marcdante, K., Kliegman R. 2013. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Penerbit Elsevier.
4. Saifudin, Abdul Bari, dkk. 2009. Buku Acuhan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
5. Sholeh K, Yunanto A, Dewi R, dkk, Buku Ajar Neonatologi edisi pertama, IDAI,
2008.
6. Sholeh K, Yunanto A, Dewi R, dkk, Buku Ajar Neonatologi edisi pertama, IDAI,
2008.
7. Tobing R., Kelainan Kardiovaskular pada Sindrom Gawat Napas Neonatus. Sari
Pediatri. 2008;6(1):40-46.
8. Usman A. Enselopati Bilirubin. Sari pediatri. 2008;8(4):94-104.
9. Wambach JA, Hamvas A. Respiratory distress syndrome in the neonate. In
Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, eds. Fanaroff and Martin's Neonatal-
Perinatal Medicine. 10th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2015:72.
10. Wibowo T., Haksari E., Wandita S., Faktor Prognostik Kematian Bayi Berat
Lahir Sangat Rendah di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Tersier. Sari Pediatri.
2012;13(6):401-405.
11. Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai