Sap HEG
Sap HEG
Sap HEG
(SAP)
A. Latar belakang
Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami mual muntah
yang berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari sehingga
membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Selain itu, mual muntah juga berdampak negatif bagi ibu hamil, seperti
aktivitas sehari-hari menjadi terganggu. Biasanya mual muntah sering terjadi saat
pagi hari, bahkan dapat timbul kapan saja maupun terjadi kadang dimalam hari.
Gejala tersebut 40-60% biasa terjadi pada multigravida (Rocmawati, 2011).
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah suatu yang wajar pada
ibu hamil trimester 1. Kondisi ini akan berubah jika mual muntah terjadi >10 kali
dalam sehari, sehingga dapat mengganggu keseimbangan gizi, cairan elektrolit,
dan dapat memengaruhi keadaan umum serta menganggu kehidupan sehari-hari
(Morgan, 2009).
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu
pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-
mual dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala
apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit
berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut
hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan
insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan (Mesics, 2008).
Menurut WHO sebagai badan PBB yang menangani masalah bidang
kesehatan, mengatakan bahwa Hiperemesis Gravidarum terjadi diseluruh dunia,
diantaranya negara-negara di benua Amerika dengan angka kejadian yang
beragam. Sementara itu, kejadian Hiperemesis Gravidarum juga banyak terjadi
terjadi di Asia contohnya di Pakistan, Turki dan Malaysia. Sementara itu, angka
kejadian Hiperemesis Gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1% sampai 3%
dari seluruh kehamilan (Aril., et al, 2010).
Prevalensi Hiperemesis Gravidarum yang dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (2009), menjelaskan bahwa lebih dari 80% wanita
hamil di Indonesia mengalami mual dan muntah yang berlebihan. Menurut
Vikanes, et al (2013) insidensi terjadinya kasus Hiperemesis Gravidarum sebesar
0,8 sampai 3,2% dari seluruh kehamilan atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1.000
kehamilan di negara Norwegia.
Dampak dari Hiperemesis Gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan
wanita, namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus,
berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur, serta malformasi pada bayi baru lahir
(Runiari, 2010). Oleh karena itu dukungan keluarga sangat penting bagi ibu yang
sedang hamil. Terkadang ibu hamil dihadapkan pada rasa kecemasan dan
ketakutan akan gangguan yang dihadapi pada masa kehamilannya (Indriyani,
2013). Keluarga diharapkan selalu memotivasi, membantu dan mendampingi ibu
hamil dalam menghadapi keluhan kehamilannya sehingga ibu hamil merasa
tenang dan nyaman setiap ada masalah yang dialaminya selama masa kehamilan
(Indriyani, 2013).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Masyarakat mampu mengetahui dan memahami secara umum tentang
Heperemis Gravidarum (HEG).
2. Tujuan khusus
a. Masyarakat mampu mengetahui pengertian dari HEG
b. Masyarakat mampu penyebab dari HEG
c. Masyarakat mampu mengetahui dampak dari HEG yang ditangani
d. Masyarakat mampu mengetahui penatalaksanaan HEG yang bisa dilakukan di
rumah
C. Metoda
Metoda yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab.
D. Media
1. Power point
2. Leaflet
F. Pengorganisasian
Moderator : Rizkya Nur Anisha
Persentator : Cindy Heben
Fasilitator : Ferdian Hidayat
Observer : Syarifah Rahmi. A
G. Setting tempat
Keterangan:
: Moderator
: Persentator
: Fasilitator
: Observer
: Peserta
H. Kegiatan penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Peserta
1 10:00 wib Pembukaan :
- Moderator mengucapkan - Menjawab salama
salam
- Moderator memperkenalkan - Mendengarkan
diri dan kelompok
- Moderator menyampaikan - Mendengarkan
tujuan kegiatan penyuluhan
- Mendengarkan
- Moderator menyampaikan
secara singkat susunan
acara
- Moderator meminta waktu
- Mendengarkan
dan izin kepada peserta
- Moderator mempersilahkan
- Mendengarkan
persentator untuk
menyampaikan materi.
2 10:20 Wib Penyampaian materi:
- Persentator mengucapkan - Menjawab salam
salam
- Persentator - Mendengarkan
memperkenalkan diri
- Persentator menyampaikan
- Memperhatikan
materi
dan
- Menutup penyampaian
mendengarkan
materi
Fasilitator:
- Menerima leaflet
- Fasilitator memberikan
leaflet pada peserta
Observer:
- Mengobservasi jalannya
kegiatan penyuluhan
A. Defenisi
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah
berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga
menggganggu kesehatan dan pekerjaan sehari – hari (Arief. B., 2009).
Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum sehingga
berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang , dieresis berkurang dan
timbul asetonuri, keadaan ini di sebut hiperemesis gravidarum (Sastrowinata,
2004).
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali
selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit,
atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan (Lowdermilk, 2004).
B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan
kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomic pada otak, jantung, hati, dan
susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain akibat
inanisi. Beberapa factor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh
beberapa penulis sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim : hidramnion,
kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.
2. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan
metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi
3. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan,
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab
sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan (Wiknjosastro, 2005).
C. Manifestasi klinik
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3
tingkatan:
1. Tingkatan I: Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun
dan merasa nyeri pada epigastrium. nadi meningkat sekitar 100 kali/menit
dan tekanan darah sistolik turun, turgor kulit mengurang, lidah mongering
dan mata cekung.
2. Tingkatan II: penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit
mengurang, lidah mengering dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu
kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan menurun dan mata
menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi. Aseton
dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena pempunyai aroma yang khas
dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma, terdapat ensefalopati
werniche yang ditandai dengan : nistagmus, diplopia, gangguan mental,
kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil, tekanan darah menurun, dan
temperature meningkat, gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin berat,
terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam.
Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin
B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati
(Wiknjosastro, 2005).
D. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar ridak terjadi hiperemesis
gravidarum dengan cara :
1. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkan
makanan yang banyak mengandung gula (Wiknjosastro, 2005).
E. Penatalaksanaan
Secara garis besar penanganan mual dan muntah dalam kehamilan
dikelompokkan menjadi terapi farmakologi dan non-farmakologi. Beberapa
terapi non farmakologis di antaranya adalah mengubah pola diet, dukungan
emosional, akupresur dan pemberian jahe.
1. Mengubah pola diet
Untuk kehamilan dengan gejala mual-muntah yang ringan, penanganan
dengan mengubah pola diet merupakan terapi yang pertama yang dilakukan.
Para wanita yang mengalaminya dianjurkan untuk makan lebih sering dengan
porsi yang lebih kecil serta mengurangi konsumsi makanan dan minuman
yang merangsang perasaan mual. Jenis makanan yang dikonsumsi juga
dianjurkan agar rendah lemak, tinggi karbohidrat dan bertekstur lembut. Jenis
minuman yang asam juga lebih ditolerir oleh tubuh dibanding dengan air
putih biasa.
2. Dukungan emosional
Dengan adanya mual muntah dalam kehamilan, walau tidak berkorelasi kuat,
tetapi dapat menimbulkan depresi yang diakibatkan oleh perubahan
mendadak kondisi pada wanita hamil. Oleh sebab itu, dibutuhkan dukungan
dari lingkungan sekitar untuk meringankan dampak psikologis yang ada.
3. Akupresur
Beberapa studi telah dilakukan dan menyarankan akupresur untuk
mengurangi mual muntah dalam kehamilan. Namun, dalam sebuah penelitian
dikatakan bahwa akupresur tidak bermakna terhadap wanita hamil.
Diperlukan studi lebih lanjut untuk menilai kegunaan acupressure terhadap
mual muntah dalam kehamilan.
4. Jahe
Jahe merupakan bahan terapi yang banyak digunakan untuk meredakan gejala
mual muntah dalam kehamilan. Bentuk sediaan dan kadar yang digunakan
bermacam- macam (penggunaan jahe sebagai terapi akan dibahas lebih lanjut
setelah berbagai penjelasan berbagai terapi yang digunakan untuk
mengurangi mual dan muntah dalam kehamilan).
Selain terapi non-farmakologis, terapi farmakologis juga dapat dilakukan di
antaranya dengan memberikan piridoksin (vitamin B6) dan doxylamine,
antiemetik, antihistamin dan antikolinergik, obat motilitas dan kortikosteroid.
F. Komplikasi
Ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan
mental, serta payah hati dengan gejala timbulnya ikterus (Arif, 2000).
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil muda bila
terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energy.
Arief, dkk. (2009). Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nusa
Medika.
1. Evaluasi struktur
a. Penyuluhan dilakukan di ruang tunggu depan Poli KIA
b. Penyuluhan menggunakan infokus dan alat pengeras suara
c. Kondisi lingkungan bersih, rapi dan tenang
d. Posisi audience duduk diatas kursi tunggu
e. Moderator, persentator, fasilitator dan observer berperan menurut
tugasnya masing-masing
2. Evaluasi proses
a. Fasilitator mempersiapkan seluruh alat yang digunakan
b. Moderator membuka acara
c. Observer menjalankan absen audience yang mengikuti penyuluhan
d. Fasilitator memberikan leaflet pada audience
e. Audience menerima leaflet yang diberikan dan tampak beberapa orang
langsung membaca leaflet.
f. Persentator menyampaikan materi penyuluhan
g. Beberapa audience kooperatif, mendengarkan serta memperhatikan materi
yang di sampaikan persentator
h. Beberapa audience sibuk mengurusi anak yang dibawanya sehingga tidak
memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan.
i. Tidak semua audience yang mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir
yang dikarenakan giliran masuk Poli KIA maupun poli umum.
3. Evaluasi Hasil
a. Audience dapat menambah informasi dan pengetahuannya
b. Terdapat beberapa audience yang kooperatif dan mengikuti penyuluhan
hingga selesai.
c. Audience tidak sepenuhnya memahami isi materi yang disampaikan oleh
persentator
d. Tidak ada audience yang ingin bertanya
e. Audience dipancing untuk bertanya tetapi tidak ada yang ingin bertanya
f. Moderator memberi pertanyaan kepada
DOKUMENTASI