0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
62 tayangan16 halaman

ASFIKSIA

Dokumen tersebut membahas tentang asfiksia neonatorum, termasuk pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, klasifikasi, penatalaksanaan, dan pencegahannya. Asfiksia neonatorum adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, atau setelah kelahiran dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Diagnosis didasarkan pada skor Apgar

Diunggah oleh

Isti Feronika
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
62 tayangan16 halaman

ASFIKSIA

Dokumen tersebut membahas tentang asfiksia neonatorum, termasuk pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, klasifikasi, penatalaksanaan, dan pencegahannya. Asfiksia neonatorum adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, atau setelah kelahiran dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Diagnosis didasarkan pada skor Apgar

Diunggah oleh

Isti Feronika
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun
pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua
pertiga dari yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama.
Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari
pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah
komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat
lahir rendah. Kurang lebih 99% kematian ini terjadi di negara berkembang dan
sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan
yang tepat.

Asfiksia neonatorum adalah kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi


pernapasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh sebab
itu, asfiksia memerlukan intervensi dan resusitasi segera untuk meminimalkan
mortalitas dan morbiditas. Survei atas 127 institusi pada 16 negara baik negara maju
ataupun berkembang menunjukkan bahwa sarana resusitasi dasar seringkali tidak
tersedia, dan tenaga kesehatan kurang terampil dalam resusitasi bayi. Sebuah
penelitian di 8 negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Asfiksia Neonatorum?
2. Apa etiologi dari Asfiksia Neonatorum?
3. Bagaimana Patofisiologi dari Asfiksia Neonatorum?
4. Apa tanda dan gejala dari Asfiksia Neonatorum?
5. Apa Klasifikasi dari Asfiksia Neonatorum?
6. Bagaimana cara penatalaksanaan pada Asfiksia Neonatorum?
7. Bagaimana pencegahan Asfiksia Neonatorum?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud
dengan Asfiksia dan hal-hal yang menyangkut asuhan keperawatannya.
2. Tujuan Khusus

1
1. Untuk mengetahui pengertian dari Asfiksia Neonatorum.

2. Untuk mengetahui etiologi dari Asfiksia Neonatorum.

3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Asfiksia Neonatorum.

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Asfiksia Neonatorum.

5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Asfiksia Neonatorum.

6. Untuk mengetahui komplikasi dari Asfiksia Neonatorum.

7. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dari Asfiksia Neonatorum.

8. Untuk mengetahui cara pencegahan dari Asfiksia Neonatorum

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Asfiksia merupakan keadaan di mana bayi tidak dapat bernapas secara


spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai dengan
adanya hipoksia, hiperkapnea sampai asisdosis. Pengertian lain menyatakan bahwa
asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami
gangguan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia
dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan.
Asfiksia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
adalah: penyakit yang diderita ibu selama kehamilan seperti hipertensi, paru-paru,
gangguan kontraksi uterus pada ibu risiko tinggi kehamilan, keracunan obat bius,
uremia, toksemia gravidarum dan anemia berat. Selain faktor ibu, dapat juga terjadi
karena faktor plasenta seperti janin dengan solusio plasenta atau juga faktor janin itu
sendiri seperti terjadi kelainan pada tali pusat yang menumbung atau melilit pada
leher atau juga kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir. Sedangkan selama
persalinan, asfiksia dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya partus lama,
ruptura uteri yang membakat, tekanan terlalu kuat kepala anak pada plasenta,
prolapsus, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya,
plasenta previa, solusia plasenta, plasenta tua (serotinus) (Sofian, 2012).

B. Etiologi Asfiksia Neonatorum

asfiksia neonatorum dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu (Saifudin,


1991):

1. Faktor ibu:
 Hipoksia ibu
 Gangguan aliran darah fetus: Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni,
hipotoni, tetani uteri, hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan,
hipertensi pada penyakit toksemia, eklamsia.
 Primi tua, ibu dengan diabetes mellitus (DM), anemia, riwayat lahir mati,
ketuban pecah dini, infeksi.
2. Faktor plasenta: Abruptio plasenta, solutio plasenta

3
3. Faktor fetus: tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental,
prematuritas, persalinan ganda.
4. Faktor lama persalinan: persalinan lama, persalinan dengan ekstraksi vakum,
kelainan letak, operasi caesar.
5. Faktor neonates
 Anestesi/analgetik yang berlainan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pernafasan pada bayi
 Trauma lahir sehingga mengakibatkan pendarahan intracranial
 Kelainan kongenital seperti hernia diafragmatik, atresia/stenosis saluran
pernafasan, hipoplasi paru.

C. Patofisiologi
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam
pertukaran gas oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat CO2
keluar dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara, sedang kanal
veoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga paru janin tidak
berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat ini sangat rendah
dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh karena konstriksi dari
arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi darah paru akan melewati Duktus
Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam arteriol paru.
Segera setelah lahir bayi akan menarik nafas yang pertama kali (menangis),
pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan mengembang
udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveoli
secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan mengembang dan aliran
darah kedalam paru akan meningkat secara memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan
mulai menutup bersamaan dengan meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran
darah. Darah dari jantung kanan (janin) yang sebelumnya melewati DA dan masuk
kedalam Aorta akan mulai memberi aliran darah yang cukup berarti kedalam
arteriole paru yang mulai mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk
sirkulasi extrauterin akan dipertahankan
Hipoksia janin atau bayi baru lahir sebagai akibat dari vasokonstriksi dan
penurunan perfusi pru yang berlanjut dengan asfiksia, pada awalnya akan terjadi
konstriksi Arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit sehingga penyediaan Oksigen
untuk organ vital seperti jantung dan otak akan meningkat. Apabila askfisia
berlanjut maka terjadi gangguan pada fungsi miokard dan cardiac output. Sehingga

4
terjadi penurunan penyediaan oksigen pada organ vital dan saat ini akan mulai terjadi
suatu “Hypoxic Ischemic Enchephalopathy (HIE) yang akan memberikan gangguan
yang menetap pada bayi sampai dengan kematian bayi baru lahir. HIE ini pada bayi
baru lahir akan terjadi secara cepat dalam waktu 1-2 jam, bila tidak diatasi secara
cepat dan tepat (Aliyah Anna, 1997)

D. Tanda dan Gejala Bayi dengan Asfiksia Neonatorum


Ada 2 kriteria asfiksia, yaitu asfiksia pallid dan asfiksia livida. Perbedaan
keduanya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Perbedaan Asfiksia pallida Asfiksia livida
Warna kulit Pucat Kebiru-biruan
Tonus otot Sudah kurang Masih baik
Reaksi rangsangan Negative Positif
Bunyi jantung Tak teratur Masih teratur
prognosis Jelek Lebih baik

Sedangkan berdasarkan penilaian APGAR, asfiksia di klasifikasikan menjadi


asfiksia ringan (710), sedang (4-6) dan berat (0-3) dengan tanda dan gejala seperti
terlihat pada tabel APGAR SCORE di bawah ini:

Nilai
Tanda
0 1 2
A: Appearance Biru/pucat Tubuh kemerahan, Tubuh dan
(color) Warna kulit ekstremitas biru ekstrimitas
kemerahan
P: Pulse (heart Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt
rate) Denyut nadi
G: Grimance Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
(Reflek)
A: Activity (Tonus lumpuh Fleksi lemah Aktif
otot)
R: Respiration Tidak ada Lemah merintih Tangisan kuat
(Usaha nafas)
Penilaian : 7-10 :
normal (vigorous

5
baby) 4-6 :
asfiksia sedang 0-3
: asfiksia berat

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Saifudin, 1991):

a. Analisa gas darah

b. Elektrolit darah

c. Gula darah

d. Baby gram (RO dada)

e. USG (kepala

F. Discharge Planning
Kejadian asfiksia neonatorum dapat dihindari dengan cara melakukan
tindakan pencegahan yang komprehensif mulai dari masa kehamilan, persalinan dan
setelah persalinan dengan cara:
1. Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4 kali kunjungan.
2. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap pada
kehamilan yang diduga berisiko bayinya lahir dengan asfiksia neonatorum.
3. Memberikan terapi kortikosteroid antenatal untuk persalinan pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu.
4. Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan janin dan deteksi dini
terhadap tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan dengan kardiotokografi
5. Meningkatkan ketrampilan tenaga obstetri dalam penanganan asfiksia
neonatorum di masing-masing tingkat pelayanan kesehatan.
6. Meningkatkan kerjasama tenaga obstetri dalam pemantauan dan penanganan
persalinan
7. Melakukan Perawatan Neonatal Esensial yang terdiri dari:
 Persalinan yang bersih dan aman
 Stabilisasi suhu
 Inisiasi pernapasan spontan
 Inisiasi menyusu dini
 Pencegahan infeksi serta pemberian imunisas

6
Setelah persalinan ajarkan pada pasien dan keluarga dalam:
a. Meningkatkan upaya kardiovaskuer efektif
b. Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh
c. Mencegah cidera atau komplikasi
d. Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi
e. Beri asupan ASI sesering mungkin setelah keadaan memungkinkan.

G. Masalah Keperawatan
Diagnosa atau masalah keperawatan yang terjadi pada bayi dengan asfiksia
neonatorum di antaranya gangguan pertukaran gas, penurunan kardiac out put,
intolerans aktifitas, ganggua perfusi jaringan (renal), resiko tinggi terjadi infeksi,
kurangnya pengetahuan.
a. Gangguan Pertukaran Gas
Gangguan pertukaran gas ini dapat terjadi pada bayi dengan asfiksia, hal
ini dapat disebabkan oleh karena penyempitan pada arteri pulmonal, peningkatan
tahanan pembuluh darah di paru, penurunan aliran darah pada paru, dan lain-
lain. Untuk mengatasi gangguan atau masalah keperawatan tersebut dapat
dilakukan intervensi keperawatan di antaranya:
 Melakukan monitoring gas darah,
 Mengkaji denyut nadi,
 Melakukan monitoring sistem jantung, dan paru dengan melakukan
resusitasi,
 Memberikan oksigen yang adekuat.
b. Penurunan Cardiac Output
Terjadinya penurunan kardiac out put pada asfiksia neonatorum ini dapat
disebabkan karena adanya edema paru dan penyempitan arteri pulmonal, untuk
mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan monitoring jantung paru, mengkaji
tanda vital, memonitor perfusi jaringan tiap 2-4 jam, memonitor denyut nadi,
memonitor intake dan out put serta melakukan kolaborasi dalam pemberian
vasodilator.
c. Intolerans Aktivitas
Intolerans aktivitas pada asfiksia ini dapat disebabkan karena gangguan
pada sistem syaraf pusat yang sangat terangsang dalam kondisi asfiksia, hal ini
dapat diatasi dengan melakukan intervensi keperawatan di antaranya

7
1. Menyidiakan stimulasi lingkungan yang minimal,
2. Menyediakan monitoring jantung paru,
3. Mengurangi sentuhan (stimulasi),
4. Memonitor tanda vital,
5. Melakukan kolaborasi analgetik sesuai dengan kondisi,
6. Memberikan posisi yang nyaman dengan menyediakan bantal dan tempat
tidur yang nyaman.
d. Gangguan Perfusi Jaringan (Renal)
Gangguan perfusi jaringan pada asfiksia neonatorum ini dapat
disebabkan karena adanya kemungkinan hipovolemia, atau kematian jaringan,
kondisi ini dapat diatasi dengan mempertahankan out put, kolaborasi dalam
pemberian diuretik sesuai dengan indikasi, memonitor laboratorium urine
lengkap dan memonitor pemeriksaan darah.
e. Risiko Tinggi Terjadi Infeksi
Risiko tinggi terjadi infeksi ini dapat terjadi adanya infeksi nosokomial
dan respons imun yang terganggu, hal ini dapat diatasi dengan mengurangi
tindakan yang menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial dengan cara
mengkaji dan menyediakan intervensi keperawatan dengan memperhatikan
teknik aspetik.

H. Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum


Merupakan tindakan dengan mempertahankan jalan napas agar tetap baik
sehingga proses oksigenasi cukup agar sirkulasi darah tetap baik. Cara pelaksanaan
resusistasi sesuai dengan tingkatan asfiksi, antara lain:
a. Asfiksia Ringan (apgar skor 7-10)
 Bayi dibungkus dengan kain hangat.
 Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut.
 Bersihkan badan dan tali pusat.
 Lakukan observasi tanda vital dan apgar skor dan masukan ke dalam
inkubator.
b. Asfiksia Sedang (apgar skor 4-6)
 Bersihkan jalan napas.
 Berikan oksigen 2 liter per menit.
 Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada reaksi,
bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).

8
 Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4 cc disuntikan
melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra
kranial meningkat.
c. Asfiksia Berat (apgar skor 0-3)
 Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.
 Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
 Bila tidak berhasil lakukan ETT.
 Bersihkan jalan nafas melalui ETT.
 Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sinosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4 cc.

Berdasarkan NANDA (2015), masalah keperawatan asfiksia neonatorum


adalah:

1. Ketidakefektifan pola nafas


2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan aliran darah ke alveoli, alveolar
edema, alveoli-perfusi
3. Resiko ketidak seimbangan suhu tubuh
4. Resiko syndrome kematian bayi mendadak
5. Resiko cedera

I. Rencana keperawatannya

Tujuan dan Kriteria


Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasi
Ketidakefektifan Pola NOC NIC
Napas Definisi : Inspirasi Respiratory status : Airway Management
dan/atau ekspirasi yang Ventilation Bukajalan nafas, gunakan
tidak memberi ventilasi Respiratory status : teknik chin lift atau jaw
Batasan Karakteristik: Airway patency Vital sign thrust bila perlu Posisikan
Perubahan kedalaman status Kriteria Hasil: pasien untuk
pernapasan Mendemonstrasikan batuk memaksimalkan ventilasi
Perubahan ekskursi dada efektif dan suara nafas Identifikasi pasien
Mengambil posisi tiga titik yang bersih, tidak ada perlunya pemasangan alat
Bradipneu sianosis dan dyspnea jalan nafas buatan Pasang

9
Penurunan tekanan (mampu mengeluarkan mayo bila perlu Lakukan
ekspirasi sputum mampu bernafas fisioterapi dada jika perlu
Penurunan ventilasi dengan mudah, tidak ada Keluarkan secret dengan
semenit pursed lips) Menunjukan batuk atau suction
Penurunan kapasitas vital jalan nafas yang paten Auskultasi suara nafas,
Dipneu (klien tidak merasa catat adanya suara
Peningkatan diameter tercekik, irama nafas, tambahan Lakukan suction
anterior posterior frekuensi pernafasan pada mayo Berikan
Pernapasan cuping hidung dalam rentang normal, bronkodilator bila perlu
Ortopneu tidak ada suara nafas Berikan pelembab udara
Fase ekspirasi memanjang abnormal) Tanda-tanda Kassa basah NaCl lembab
Pernapasan bibir vital dalam rentang normal Atur intake cairan untuk
Takipneu (TD, N, RR, S) mengoptimalkan
Penggunaan otot keseimbangan Oxygen
aksesorius untuk bernapas Therapy Bersihkan mulut,
Faktor yang berhubungan: hidung dan secret trakea
Ansietas Pertahankan jalan nafas
Posisi tubuh yang paten Atur peralatan
Deformitas tulang oksigenasi Monitor aliran
Deformitas dinding dada oksigen Pertahankan
Keletihan posisi pasien Observasi
Hiperventilasi adanya tanda-tanda
Sindrom hipoventilasi hipoventilasi Monitor
Gangguan musculoskeletal adanya kecemasan pasien
Kerusakan neurologis terhadap oksigenasi Vital
Imaturitas neurologis Sign Monitoring Monitor
Disfungsi neuromuscular TD, N, RR, S Catat
Obesitas adanya fluktuasi TD
Nyeri Monitor VS saat pasien
Keletihan otot pernapasan berbaring, duduk, atau
ceera medula spinalis berdiri Auskultasi TD
pada kedua lengan dan
bandingkan Monitor TD,
N, RR, sebelum, selama
dan setelah aktivitas

10
Monitor kualitas dari N
Monitor frekuensi dan
irama pernapasan Monitor
suara paru Monitor pola
pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit Monitor
sianosis perifer Monitor
adanya cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vidal sign
Gangguan Pertukaran Gas NOC NIC
Definisi : Kelebihan atau Respiratory status : Gas Respiratory status : Gas
deficit pada oksigenasi Exchange Respiratory Exchange Respiratory
dan/atau eliminasi status : Ventilation Vital status : Ventilation Vital
karbondioksida pada sign status Kriteria Hasil : sign status Kriteria Hasil :
memban alveolar-kapiler Mendemonstrasikan Mendemonstrasikan
Batasan Karakteristik : peningkatan ventilasi dan peningkatan ventilasi dan
pH darah arteri abnormal oksigenasiyang adekuat oksigenasiyang adekuat
pH arteri abnormal Memelihara kebersihan Memelihara kebersihan
Pernapasan abnormal paru dan bebas dari tanda paru dan bebas dari tanda
(mis. kecepatan, irama, tanda distress pernapasan tanda distress pernapasan
kedalaman) Mendemonstrasikan batuk Mendemonstrasikan batuk
Warna kulit abnormal efektif dan suara nafas efektif dan suara nafas
(mis. pucat, kehitaman) yang bersih, tidak ada yang bersih, tidak ada
Konfusi Sianosis (pada sianosis dan dyspnea sianosis dan dyspnea
neonatus saja) (mampu mengeluarkan (mampu mengeluarkan
Penurunan karbon sputum mampu bernafas sputum mampu bernafas
dioksida dengan mudah, tidak ada dengan mudah, tidak ada
Diaforesis pursed lips) Tanda-tanda pursed lips) Tanda-tanda
Dyspnea vital dalam rentang normal vital dalam rentang normal
Sakit kepala saat bangun Monitor kelelahan otot

11
Hiperkapnia diafragma (gerakan
Hipoksemia paradoksis) Auskultasi
Hipoksia I suara nafas, catat area
ritabilitas penurunan/tidak adanya
Napas cuping hidung ventilasi dan suara
Gelisah tambahan Tentukan
Samnolen kebutuhan suction dengan
Takikardi mengauskultasi crakles
Gangguan penglihatan dan ronchi pada jalan
Faktor-faktor yang napas utama Auskultasi
berhubungan : suara paru setelah
Perubahan membran tindakan untuk
alveolarkapiler mengetahui hasilnya
Ventilasi-perfusi

Resiko NOC NIC


Ketidakseimbangan Suhu Termoregulasi Newborn Care Pengaturan
Tubuh Definisi : Berisiko Termoregulasi : Newborn suhu : mencapai dan atau
mengalami kegagalan Kriteria Hasil : Suhu kulit mempertahankan suhu
mempertahankan suhu normal Suhu badan 36oC- tubuh dalam range normal
tubuh dalam kisaran 37oC TTV dalam batas Pantau suhu bayi baru
normal Faktor Risiko normal Hidrasi adekuat lahir sampai stabil Pantau
Perubahan laju Tidak hanya menggigil TD, N, dan RR Pantau
metabolisme Dehidrasi Gula darah DBN warna kulit dan suhu kulit
Pemajanan suhu Keseimbangan asam basa Pantau dan laporkan tanda
lingkungan yang ekstrem DBN Bilirubin DBN dan gejala hipotermi dan
Usia ekstrem Berat badan hipertermi Tingkatkan
ekstrem Penyakit yang keadekuatan masukan
mempengaruhi regulasi cairan dan nutrisi
suhu Tidak beraktivitas Tempatkan bayi baru lahir
Pakaian yang tidak sesuai pada ruangan isolasi atau
untuk suhu lingkungan bawah pemanas
Obat yang menyebabkan Pertahankan panas tubuh
fasokontriksi Obat yang bayi Gunakan matras
menyebabkan vasodilatasi panas dan selimut hangat

12
Sedasi Trauma yang yang disesuaikan dengan
mempengaruhi pengaturan kebutuhan Berikan
suhu Aktivitas yang pengobatan dengan tepat
berlebihan untuk mencegah atau
control menggigil
Gunakan matras sejuk dan
mandi dengan air hangat
untuk menyesuaikan
dengan suhu tubuh dengan
tepat Temperatur
Regulation (Pengaturan
Suhu) Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
Monitor TD, N, dan RR
Monitor warna dan suhu
kulit Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi Selimuti pasien
untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh Ajarkan
pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu tubuh dan
kemungkinan efek negatif
dari kedinginan Beritahu
tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang dipelukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan

13
yang diperlukan Berikan
antipiretik jika perlu
Temperatur Regulation :
Intraoperative
Mempertahankan suhu
tubuh interaoperatif yang
diharapkan
Resiko Sindrom NOC NIC
Kematian Bayi Mendadak Parent infant attachmen Teaching : Infant Safety 0-
Definisi : Terdapat faktor Parenting performance 3 mount Ajarkan keluarga
resiko kematian bayi Pretem infant organization untuk tidak merokok
berusia dibawah 1 tahun Kriteria Hasil Menjaga didekat bayi Ajarkan
secara mendadak Faktor keamanan atau mencegah orang tua atau pengasuh
resiko Dapat diubah cedera fisik anak dari lahir menggunakan tempat
Perawatan prenatal yang hingga usia 2 tahun Indeks makan yang aman Ajarkan
terlambat Bayi yang usia kandungan antara 24 untuk pengubah posisi
dihangatkan berlebihan dan 37 minggu (aterm) bayi terlentang saat tidur
Bayi yang dibedong RR 30-60x/menit Saturasi Ajarkan untuk tidak
terlalu ketat Bayi yang oksigen lebih dari 85% menggunakan Kasur bulu
tidur dalam posisi Tidak ada perubahan atau selimut, atau bantal
terlungkup Bayi yang tidur warna kulit bayi Tidak pada tempat tidur bayi
dalam posisi miring terjadi termoregulasi Anjurkan orang tua atau
Kurangnya asuhan Tidak ada perubahan pengasuh menghindari
prenatal Pemajanan asap warna kulit Mengatur penggunaan perhiasan
rokok pada bayi postnatal posisi bayi terlentang saat pada bayi Kaji faktor
Pemajanan asap rokok tidur Memperoleh asuhan resiko prenatal seperti usia
pada bayi prenatal Alas antenatal yang adekuat ibu terlalu muda Ajarkan
tempat tidur yang terlalu sejak awal kehamilan pada orang tua atau
empuk (benda yang lentur Mengidentifikasi faktor pengaruh bagaimana
dilingkungan tempat tidur) keamanan yang tepat yang mencegah jatuh
Kemungkinan dapat melindungi individu atau Instruksikan orang tua dan
dirubah Berat badan lahir anak dari sindrom pengasuh untuk mengecek
rendah Prematuritas Usia kematian bayi mendadak temperature air sebelum
ibu yang muda Tidak Menghindari merokok memandikan bayi
dapat diubah Etnis (mis. saat kehamilan Mampu Amankan bayi jauh dari

14
Afrika-Amerika atau berinteraksi dengan hewan peliharaan Parent
Indian/suku asli-Amerika) pengasuh Education : Infant Beri
Bayi usia 2-4 bulan Jenis materi pendidikan
kelamin pria Musim kesehatan yang
sindrom bayi mati berhubungan dengan
mendadak (mis. musim strategi dan tindakan
salju dan gugur) untuk mencegah sindrom
kematian bayi mendadak
dan dengan resusitasi
untuk mengatasinya
Risiko Cidera Definisi : NOC NIC
Beresiko mengalami Risk Kontrol Kriteria Environtment
cedera sebagai akibat Hasil : Klien terbebas Management (Manajemen
kondisi lingkungan yang cedera Klien mampu Lingkungan) Sediakan
berinteraksi dengan menjelaskan cara/metode lingkungan yang aman
sumber adaptif dan untuk mencegah untuk pasien Identifikasi
sumber defensive individu injury/cedera Klien kebutuhan keamanan
Faktor resiko Eksternal mampu menjelaskan fakto untuk pasien, sesuai
Biologis (mis. tingkat esiko dari dengan kondisi fisik dan
imunisasi komunitas, lingkungan/perilaku fungsi kognitif pasien dan
mikroorganisme) Zat personal Mampu riwayat penyakit terdahulu
kimia (mis. racun, polutan, memodifikasi gaya hidup pasien Menghindarkan
obat, agenens farmasi, untuk mencegah injury lingkungan yang
alcohol, nikotin, Menggunakan fasilitas berbahaya (mis.
pengawet, kosmetik, kesehatan yang ada memindahkan perabotan)
pewarna) Manusia (mis. Mampu mengenali Memasang side rail tempat
agens nosocomial, pola perubahan status tidur Menyediakan tempat
ketegangan, atau faktor kesehatan tidur yang nyaman dan
kognitif, afektif, dan bersih Menempatkan
psikomotor) Cara saklar lampu ditempat
pemindahan/transport yang mudah dijangkau
Nutrisi (mis. desain, pasien Membatasi
struktur dan pengaturan pengunjung Menganjurkan
komunitas, bangunan, keluarga untuk menemani
dan/atau peralatan) pasien Mengontrol

15
Internal Profil darah lingkungan dari
abnormal (mis. kebisingan Memindahkan
leukosit/leukopenia, barang-barang yang dapat
gangguan faktor membahayakan Berikan
koagulasi, penjelasan pada pasien
trombositopenia, sel sabit, dan keluarga atau
talasemia, penurunan penunjung adanya
hemoglobin) Disfungsi perubahan status
biokimia Usia kesehatan dan penyebab
perkembangan (fisiologis penyakit
psikososial) Disfungsi
efektor Disfungsi imun-
autoimun Disfungsi
integrative Malnutrisi
Fisik (mis. integritas kulit
tidak utuh, gangguan
mobilitas) Psikologis
(orientasi afektif)
Disfungsi sensorik
Hipoksia jaringan

16

Anda mungkin juga menyukai