Pengertian Kolom

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

Pengertian Kolom, Balok, dan Dinding untuk Bangunan Berlantai 2 Atau Lebih

A. KOLOM

I. Pendahuluan

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom
merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan,
sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh
struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian
tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah
sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti
rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur
utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan
barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan
tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan
beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila
besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-
benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya
ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat,
harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah
roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan
beton adalah material yang tahan tekanan. sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan.

II. Jenis-jenis Kolom


Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:
1. Kolom ikat (tie column)
2. Kolom spiral (spiral column)
3. Kolom komposit (composite column)

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada


tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan


kolom brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang,
yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah
lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang
agar tetap kokoh pada tempatnya.

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang


pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah
tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di
sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan
kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga
mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses
redistribusi momen dan tegangan terwujud.

3. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang


diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa,
dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.

Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom ada dua jenis yaitu
kolom utama dan kolom praktis.
• Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal
disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk
menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom
dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung.
Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2
biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel
d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8
– 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).

• Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau
pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis
15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20. Letak kolom dalam
konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah
sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser
pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari
struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang
tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh
makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke
atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis
lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.
Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai
kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari
plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok
dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat
menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah
kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh
ditambah tebalnya.

III. Dasar- dasar Perhitungan

Menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuen terkait perhitungan


kolom:

1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang


bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal
dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang
ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari
momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan.
2. Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya
beban tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar atau dalam
harus diperhitungkan. Demilkian pula pengaruh dari beban eksentris karena
sebab lainnya juga harus diperhitungkan.

3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada


kolom, ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-ujung
tersebut menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.

4. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus
didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan
kekakuan relative kolom dengan juga memperhatikan kondisi kekekangan
pada ujung kolom.

Adapun dasar-dasar perhitungannya sebagai berikut:


1. Kuat perlu
2. Kuat rancang

IV. Pekerjaan Kolom

Prosesnya adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan lantai kerja dan beton decking.


Lantai kerja dibuat setelah dihamparkan pasir dengan ketebalan yang cukup
sesuai gambar dan spesifikasi. Digunakan beton decking untuk menjaga
posisi tulangan dan memberikan selimut beton yang cukup.

2. Pekerjaan pembesian.
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah lantai kerja siap
maka besi tulangan yang telah terfabrikasi siap dipasang dan dirangkai di
lokasi. Pembesian pile cap dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti
dengan pembesian sloof. Panjang penjangkaran dipasang 30 x diameter
tulangan utama.

3. Pekerjaan bekisting.
Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan kayu usuk 4/6
dan diberi skur-skur penahan agar tidak mudah roboh. Jika perlu maka
dipasang tie rod untuk menjaga kestabilan posisi bekisting saat pengecoran.

4. Pekerjaan kontrol kualitas.


Sebelum dilakukan pengecoran, perlu dilakukan kontrol kualitas yang terdiri
atas dua tahap yaitu :
 Sebelum pengecoran.

Sebelum pengecoran dilakukan kontrol kualitas terhadap :


• Posisi dan kondisi bekisting.
• Posisi dan penempatan pembesian.
• Jarak antar tulangan.
• Panjang penjangkaran.
• Ketebalan beton decking.
• Ukuran baja tulangan yang digunakan.
• Posisi penempatan water stop

 Pada saat pengecoran.

Pada saat berlangsungnya pengecoran, campuran dari concrete mixer truck


diambil sampelnya. Sampel diambil menurut ketentuan yang tercantum
dalam spesifikasi.
Pekerjaan kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan
konsultan pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara pengesahan
kontrol kualitas.

5. Pekerjaan pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh yaitu dengan
menggunakan Concrete Pump Truck. Pengecoran yang berhubungan dengan
sambungan selalu didahului dengan penggunaan bahan Bonding Agent.

6. Pekerjaan curing
Curing dilakukan sehari ( 24 jam ) setelah pengecoran selesai dilakukan
dengan dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam keadaan basah.
Jadi, untuk kolom pada bangunan berlantai 2 atau lebih, di butuhkan kolom
yang kuat dan kokoh sebagai dasar penopang beban yang besar dari atas,
kolom yang baik untuk bangunan ini adalah dengan ukuran 30/40 atau
40/40 ke atas. Ukuran kolom ini disesuaikan dengan kebutuhan pada beban
bangunan.

B. BALOK
Balok untuk bangunan berlantai 2
Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang untuk balok sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan perlu memperhatikan ketentuan-
ketentuan yang terkandung dalam konstruksi beton bertulang.
Menggambar penulangan balok agak sedikit berbeda dengan menggambar
penulangan pelat atap/lantai, karena dalam menggambar penulangan balok,
tulangannya harus dibuka satu persatu ( harus digambarkan bukaan
tulangan) agar kelihatan jelas susunan tulangan-tulangan yang digunakan
dan bentuknya.

Tulangan yang dipilih luasnya harus desuai dengan luas tulangan yang
dibutuhkan serta memenuhi persyaratan konstruksi beton bertulang.
• Setiap sudut balok harus ada 1 (satu) batang tulangan sepanjang balok
• Diameter tulangan pokok minimal Ø 12 mm
• Jarak pusat ke pusat (sumbu ke sumbu) tulangan pokok maksimal 15 cm
dan jarak bersih 3 cm pada bagian-bagian yang memikul momen maksimal.
• Hindarkan pemasangan tulangan dalam 2 (dua) lapis untuk tulangan
pokok.
• Jika jarak tulangan atas dan tulangan bawah (tulangan pokok) dibagian
samping lebih dari 30 cm, harus dipasang tulangan ekstra (montage)
• Tulangan ekstra (montage) untuk balok tinggi (untuk balok yang tingginya
90 cm atau lebih luasnya minimal 10 % luas tulangan pokok tarik yang
terbesar dengan diameter minimal 8 mm untuk baja lunak dan 6 mm untuk
baja keras
Selimut beton (beton deking) pada balok minimal untuk kontruksi
• Di dalam : 2.0 cm
• Di luar : 2.5 cm
• Tidak kelihatan : 3.0 cm
Apabila tegangan geser beton yang bekerja lebih kecil dari tegangan geser
beton yang diijinkan, jarak sengkang / beugel dapat diatur menurut
peraturan beton dengan jarak masimal selebar balok dalam segala hal tidak
boleh lebih dari 30 cm.
Jika tegangan geser beton yang bekerja lebih besar dari tegangan geser
beton yang diijinkan, maka untuk memikul / menahan tegangan yang
bekerja tersebut ada 2 (dua) cara:
• Tegangan geser yang bekerja tersebut seluruhnya (100 %) dapat
ditahan/dipikul oleh sengkang-sengkang atau oleh tulangan serong / miring
sesuai dengan perhitungan yang berlaku.
• Apabila tegangan geser yang bekerja tersebut ditahan / dipikul oleh
kombinasi dari sengkang-sengkang dan tulangan serong / miring (sengkang-
sengkang dipasang bersama-sama dengan tulangan serong / miring atau
dengan kata lain sengkang bekerjasama dengan tulangan serong), maka 50
% dari tegangan yang bekerja tersebut harus dipikul / ditahan oleh
sengkang-sengkang dan sisinya ditahan / dipikul oleh tulangan
serong/miring.
Tulangan tumpuan harus dipasang simetris (tulangan tumpuan bawah harus
dipasang minimal sama dengan tulangan tumpuan atas).
Kolom untuk bangunan lantai 2

Yang perlu mendapatkan perhatian dalam menggambar penulangan kolom


antara lain:
• Penyambungan kolom di atas balok atau sloof
• Seperempat tinggi kolom jarak sengkang lebih rapat dari pada bagian
tengah kolom
• Lebar kolom lebih dari 30 cm diberi tulangan tambahan di tengah-tengah
lebar
• Minimal tulangan pokok kolom menggunakan diameter 12 mm

C. DINDING

1. Pengertian Dinding
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi
memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi,
dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan beban) dan
ada yang berupa dinding struktural (bearing wall). Dinding pengisi/ partisi
yang sifatnya non struktural harus diperkuat dengan rangka (untuk kayu)
dan kolom praktis-sloof-ringbalk (untuk bata).

Dinding dapat dibuat dari bermacam-macam material sesuai kebutuhannya,


antara lain :
a. Dinding batu buatan : bata dan batako
b. Dinding batu alam/ batu kali
c. Dinding kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap
d. Dinding beton (struktural – dinding geser, pengisi – clayding wall/ beton
pra cetak)

Dinding yang digunakan untuk bangunan berlantai 2 atau lebih sebaiknya


menggunakan dinding struktrural, di mana dinding tersebut menerima
beban dari beban di atasnya. Mengapa di pilih dinding struktural, ini di
karenakan dinding struktural membantu kolom untuk menerima beban yang
besar dari bangunan berlantai 2 atau lebih, sehingga keamanan dan
kenyaman dari bangunan tersebut terjaga. Namun untuk efisiensi biaya dan
waktu, dinding non-struktural juga dapat di gunakan, namun biasanya
maks. Hanya untuk bangunan berlantai 2. Jika lebih dari bangunan berlantai
2, maka kekuatan kolom harus di perbesar.

2. Bahan - Bahan Dinding

 DINDING BATA
Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk
dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya
harus memenuhi standar peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-
10 (peraturan bata merah). Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan
ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan min. 1 batu (struktural). Dinding
pengisi dari pasangan bata 1/ 2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis,
sloof/ rollag, dan ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata
dan menahan/ menyalurkan beban struktural pada bangunan agar tidak
mengenai pasangan dinding bata tsb. Pengerjaan dinding pasangan bata dan
plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada, baik dari
campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya. (Materi Pasangan
Bata)

 DINDING BATAKO

Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/
cetak yang tidak dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang –
kadang ditambah PC. Karena dimensinya lebih besar dari bata merah,
penggunaan batako pada bangunan bisa menghemat plesteran 75%, berat
tembok 50% - beban pondasi berkurang. Selain itu apabila dicetak dan
diolah dengan kualitas yang baik, dinding batako tidak memerlukan
plesteran+acian lagi untuk finishing.
Prinsip pengerjaan dinding batako hampir sama dengan dinding dari
pasangan bata,antara lain:
1. Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan.
2. Pada saat pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan
tidak boleh direndam dengan air.
3. Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan
pada kayu/ batu yang lancip.
4. Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan
berakhir di tengah – tengah.
5. Dinding batako juga memerlukan penguat/ rangka pengkaku terdiri dari
kolom dan balok beton bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako.
Perkuatan dipasang pada sudut-sudut, pertemuan dan persilangan.

 DINDING KAYU LOG/ BATANG TERSUSUN

Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah


tradisional di eropa timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok.
Sistem konstruksi seperti ini tidak memerlukan rangka penguat/ pengikat
lagi karena sudah merupakan dinding struktural.

 DINDING PAPAN

Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu.


Papan digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem
pemasangan horizontal dan vertikal. Konstruksi papan dipaku/ diskrup pada
rangka kayu horizontal dan vertikal dengan jarak sekitar 1 meter (panjang
papan di pasaran ± 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam : 2/ 16, 2/20, 3/ 25,
dll). Pemasangan dinding papan harus memperhatikan sambungan/
hubungan antar papan (tanpa celah) agar air hujan tidak masuk. Selain itu
juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa mengalami muai dan susut.

 DINDING SIRAP

Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling baik
dalam penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan
perlindungan yang baik terhadap iklim, tahan lama dan tidak membutuhkan
perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku kepala datar ukuran
1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis tergantung kualitas sirap.
(panjang sirap ± 55 – 60 cm).

 DINDING BATU ALAM


Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu
cadas. Prinsip pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar
vertikal harus dipasang selang-seling. Untuk menyatukan batu diberi adukan
(campuran 1 kapur : 1 tras untuk bagian dinding dibawah permukaan tanah,
dan ½ PC : 1 kapur : 6 pasir untuk bagian dinding di atas permukaan
tanah). Dinding dari batu alam umumnya memiliki ketebalan min. 30 cm,
sehingga sudah cukup kuat tanpa kolom praktis, hanya diperlukan.

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN


I.Pembebanan Struktur Bangunan.

I.1. Beban Mati


Merupakan beratnya struktur sendiri, berat dinding dan elemen lain yang permanen
pada bangunan. Bahan stuktur permanen seperti baja mutu tinggi, beton pratekan dan
campuran aluminium mengurangi besarnya beban mati.

I.2. Beban Hidup


Merupakan berat beban-beban yang dapat berpindah-pindah atau berubah arah.
Sebagai contoh: orang, mesin, penyekat flexible, air hujan salju, tekanan dan isapan
angin, tekanan air dan tekanan tanah.

I.3. Beban Angin


Merupakan beban yang timbul karena tekanan dan isapan angin. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi yaitu: kecepatan angin, kepadatan udara, permukaan bidang dan
bentuk dari bangunan. Untuk menanggulangi tekanan dan isapan angin perlu dipasang
penguat-penguat yang merupakan siku-siku, bangunan petak, gelagar dan penguat
sudut sebagai konstruksi penahan angin.

I.4. Beban Termis


Merupakan beban yang terjadi karena perubahan temperatur dalam siang menjadi
malam atau musim dingin menjadi musim panas. Perubahan termis dapat
mengakibatkan memuai atau menyusutnyan bahan struktur dan akan mendorong atau
menarik bagian-bagian stuktur.

I.5. Gerak Bangunan Akibat Gerak Tanah


Gerakan ini disebabkan oleh adanya dua atau beberapa macam tanah di bawah
bangunan, sehingga reaksi tanah tidak sama atau merata. Diperlukan untuk menyelidiki
tanah sebelum menentukan sistem pondasi yang akan digunakan. Penyelidikan tanah
dapat berupa sondering, tes laboratorium atau pengeboran untuk menentukan garis
permukaan air pada musim kemarau dan hujan.

I.6. Goyangan Bangunan Akibat Gempa Bumi


Terjadi akibat longsoran tanah, gempa tektonik, letusan gunung berapi, bahan peledak
pada tambang. Getaran gempa dapat berupa gerak vertikal dan horisontal. Hubungan-
hubungan dan landasan struktur mendapat goyangan seperti hendak dipatahkan dan
diuji kekokohannya. Perlu diadakan perhitungan terhadap gempa pada bangunan 4
lantai atau lebih dan bangunan besar walaupun tidak bertingkat.

I.7. Beban Dinamis


Merupakan beban yang berpindah-pindah tempat atau berubah-ubah beratnya secara
cepat. Bila berat beban berubah dengan cepat dan teratur akan menimbulkan
resonansi.

II. Statika dan Ilmu Kekuatan

Statika adalah ilmu keseimbangan dari gaya-gaya luar dan rangka bangunan sebagai
keseluruhan.
Ilmu kekuatan bahan adalah ilmu mengenai kekuatan gaya-gaya yang akan dihasilkan
oleh partikel-partikel di dalam elemen-elemen bahan untuk struktur yang dibuat dari
bermacan-macam bahan bangunan.

III. Gaya

Gaya mempunyai tiga sifat:


1. Besaran
2. Arah
3. Titik tangkap

Gaya yang berjumlah 2 atau lebih yang bekerja pada 1 titik dapat diuraikan menjadi
satu gaya resultan, sebaliknya gaya dapat diuraikan dua atau lebih gaya lain.

IV. Tarik Murni

Suatu bahan linier apabila ditarik dari dua arah yang berlawanan, maka partikel-partikel
atau molekul-molekul bahan itu akan tertarik dan mengadakan perlawanan. Percobaan
membuktikan bahwa bahan bangunan seperti kayu, baja, batu dan lain-lain mempunyai
modul elastisitas yang berlainan dan dalam batas-batas tertentu.

V. Tekan Bumi

Merupakan kebalikan dari tarik, bahan yang linier yang tertekan, maka partikel akan
memendek ke arah gaya tekan tapi kearah tegak lurus sumbu gaya partikelnya akan
mengembang. Perpendekan tergantung pada besar gaya luar yang menekan, luas
potongan lintang bahan, panjang bahan dan modul elastisitas terhadap tekan. Bahan
yang tidak mempunyai daya tahan terhadap gaya tarik pada umumnya dapat menerima
gaya tekan yang besar, seperti bahan alam, bata keras dan beton.

VI. Momen

Timbul apabila pada suatu bidang datar bekerja suatu gaya, yang tidak melalui sumbu,
sumbu yang berdiri tegak lurus pad bidang itu, maka bidang itu akan berputar terdorong
oleh gaya.

UPPER STRUKTUR

Atap merupakan bagian paling atas dari suatu bangunan, yang melindungi secara fisik
maupun metafisik. Adapun fungsi dari atap yaitu mencegah terhadap pengaruh angin,
bobot sendiri dan curah hujan, melindungi ruang bawah, manusia serta elemen
bangunan dari pegaruh cuaca seperti hujan, sinar panas matahari, sinar cahaya
matahari, petir, dll. Pekerjaan atap terdiri dari tiga unsur, yaitu kuda-kuda , rangka atap
dan penutup atap. Kuda-kuda akan menopang suatu atap yang dirangkai dengan
rangka atap. Rangka atap terdiri dari gording sebagai rangka pengaku dan tumpuan
kaso di bagian tengah, nok sebagai rangka pengaku dan tumpuan kaso dibagian paling
atas (bubungan), jurai sebagai rangka penghubung antara dua arah kaso dan sebagai
kedudukan talang. Murplat merupakan rangka pengaku dan tumpuan kaso di atas
ringbalk atau badan bangunan serta kaso atau reng bila penutupatapnya dari genteng.
Bila menggunakan penutup atap dari lembaran seng metal, fiber, atau asbes, penutup
atap tersebut akan langsung dipakukan pada gording.

Nama bagian-bagian atap yaitu:


1. Bubungan
Bubungan merupakan bagian atap paling atas yang selalu dalam kedudukan mendatar.
Sering kali juga bubungan atap menentukan arah.
2. Tirisan atap
Merupakan bagian terbawah garis atap, menentukan garis paling bawah atap yang
mendatar.
3. Garis patahan atap
Pada tambahan kasau miring atau pada atap mansard, adalah garis pertemuan antara
dua bidangatap yang berbeda kemiringannya. Arahnya sejajar dengan garis tirisan
atap, berarti kedudukannya mendatar.
4. Jurai luar
Merupakan bagian tajam pada atap berawal dari garis tiris atap sampai bubungan
(pertemuan dua bidang atap bangunan dengan sudut mengarah keluar).
5. Jurai dalam
Merupakan bagian tajam pada atap berawal dari garis tiris atap sampai
bubungan(pertemuan dua bidang atap bangunan dengan sudut mengarah kedalam).
6. titik pertemuan jurai dan bubungan adalah tempat bertemunya 3 bidang atap atau
lebih.
7. bubungan penghubung miring
merupakan garis jurai pada bidang –bidang atap yang tinggi bubungannya berbeda dan
bertemu pada sutu titik, juga berfungsi menghubungkan dua titik pertemuan jurai dan
bubungan.
8. pinggiran gevel
merupakan bagian akhir dari atap pada gevel (dinding berbentuk segitiga.

KEMIRINGAN ATAP

Dipengaruhi prinsip konstruktif (konstruksi atap datar, atap kasau, atau atap
peran/gording. dipengaruhi juga oleh pelapis atap, semakin banyak celah, semakin kecil
ukuran elemen penutup atap maka atap harus dibuat semakin curam agar air hujan
dapat mengalir dengan cepat. Juga dipengaruhi oleh cuaca dan iklim.

BAHAN KONSTRUKSI ATAP

Kayu
1. bahan bangunan yang sesuai untuk lebar bentang tidal lebih dari 4m karena mudah
didapat, mudah dikerjakan dengan alat sederhana, bobot agak ringan, kuat tarik, kuat
tekan dan kekuatan lendutan cukup tinggi
2. Merupakan bahan bangunan ekologis karena dapat dibudayakan.
3. kekurangannya, selalu menyesuaikan kadar air dengan keadaan sekitar sehingga
bisa menyusut atau mengembang.
4. Mudah membusuk jika terkena air pada bagian yang tidak terkena pengudaraan.

Baja
1. Baja berbentuk profil gilas atau pelat yang dibengkokan merupakan bahan bangunan
atap yang sesuai untuk bentang lebar 10-30 M.
2. biasanya merupakan konstruksi rangka batang yang dilas atau dibaut.
3. biasanya disediakan secara prakilang / prefabrikasi di bengkel tertentu sebelum
dimuat ke tempat bangunan.

Balok Beton bertulang


1. Bahan ini apabila di cor di tempat, hanya cocok untuk balok-balok horizontal saja.
Apabila digunakan untuk rangka batang vertikal harus di cor dalam keadaan mendatar
pada lantai kerja kemudian diangkat keatas ring balok.
2. ketepatgunaannya terbatas karena bobotnya cukup berat.
3. sesuai untuk lebar bentang 4 – 10 M

KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU

Konstruksi kuda-kuda tradisional

1. Juga dinamakan konstruksi atap peran (gording)


2. Untuk atap pelana, atap perisai, atap lesenaar dan atap datar.
3. Dipengaruhi konstruksi tradisional Belanda.

Konstruksi Atap Kasau

1. Atap kasau dan atap kasau balok bangsal merupakan konstruksi tanpa kuda-kuda.
2. kemiringan atap > 300
3. Sesuai untuk rumah yang agak kecil.
4. Setiap kasau bersilangan gunting bertindak sebagai kuda-kuda penopang yang
menyalurkan muatan langsung ke balok loteng.
5. Panjang kasau < 5M Konstruksi kuda-kuda gantung 1. Merupakan sistem atap yang
menyalurkan semua beban ke dinding luar yang menerima beban. 2. Konstruksi ini
dipilih bila panjang balok loteng melebihi 5 M tanpa adanya tiang atau dinding
pendukung 3. kuda-kuda dengan 1 tiang cocok untuk bentang < 8M, kuda-kuda dengan
dua 2 tiang untuk lebar bentang < 12M. 4. Sambungan tarik pada balok gantung dan
balok loteng dapat dibuay dari pelat string dan purus atau yang lebih sederhana dengan
baut simplex. Konstruksi kuda-kuda dengan tiang. 1. Merupakan sistem konstruksi atap
paling sederhana dan yang menyalurkan beban kedinding luar yang menerima beban
maupun ke ander (tiang yang mendukung balok bubungan) yang menyalurkan beban
atap ke dinding dalam yang menerima beban. Konstruksi kayu rangka batang
(vakwerk). 1. Merupakan konstruksi rangka segitiga saja dimana garis sumbu batang
harus lurus dan masing-masing hanya menerima gaya tekan dan tarikan. 2. Garis
sumbu batang bertemu pada titik simpul yan bekerja sebagai engsel dalam didang
rangka batang. 3. Beban pada konstruksi rangka batang hanya boleh bekerja pada titik
simpul.KONSTRUKSI LANGIT-LANGIT

Pengertian, Fungsi dan Konstruksi

1. Biasanya dipasang untuk estetika ( menutupi konstruksi kuda-kuda atap atau balok
dukungan pada konstruksi pelat langit beton bertulang dan sebagainya) maupun karena
kebutuhan teknis (terhadap kebakaran, perbaikan akustik ruang atau sebagai penutup
instansi listrik, ac, dan utilitas lainnya).
2. Terdiri dari dua bagian yaitu konstruksi rangka dasar/rangka penggantung dan
lapisan penutup langit-langit.

KONSTRUKSI RANGKA DASAR LANGIT-LANGIT


1. Konstruksi ini sebaiknya disesuaikan dengan jarak kssau atau konstruksi pelat langit
dari kayu (bila bangunan kayu bertingkat) sehingga sesuai dengan ukuran pelat
penutup langit-langit.
2. Penutup langit-langit dipotong sesuai konstruksi dsar dan dapat dipaku dibawah kasu
atau konstruksi pelat lantai kayu.
3. Dapat berfungsi sebagai lapisan atap kedua yang kedap air, tahan terhadap
kebocoran.

KONSTRUKSI RANGKA PENGGANTUNG

- Biasanya dibuat daru usuk 5/7 yang dipasang berselingan sesuai dengan bentuk dan
ukuran bahan penutup langit-langit.
- Konstruksi rangka penggantung dari logam terdiri dari baja/aluminium profil tegak
lurus yang dipasang langsung pada kawat gantung oleh penjepit.

BAHAN PENUTUP LANGIT-LANGIT


1. Triplek, bahan ini dapt dibentuk sesuai ukuran rangka langit-langit. Tripleks agak
peka terhadap air sehingga perlu diawetkan dengan cat atau lapisan rapat air lainnya di
bawah atap genteng.
2. Serat semen ( eternit), bahan ini diperdagangkan dengan ukuran standart yaitu 1x1
M dan 1x2 M, sehingga rangka harus menyesuaikan ukuran tersebut. Untuk
memperkuat eternit dengan tebal 6 mm, sebaiknya diberi rangka tambahan sehingga
ukuran maksimal tidak melebihi 0,5x1 M
3. Gipskarton, bahan ini diperdagangkan dengan ukuran 1,22 x 2,44 M, tebal 10 – 12
MM. Bahan ini bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan dengan bentuk konstruksinya.
Untuk mencegah kerusakan diperlukan pelapis atap kedap air. Untuk mencegah
lengkung, ukuran maksimal dibuat 0,6 x 0,6 M.
4. Papan kayu, dipilih jenis kayu dengan motif indah dan warna terang. Bentuk dan
ukuran disesuaikan konstruksi langit-langit. Tebalnya dpilih 10 – 14 MM.
5. Bambu, bahan ini sering digunakan sebagai anyaman di rumah pedesaan. Motif dan
ukurannya dapat dipesan langsung pada produsennya.

SUPER STRUKTUR

PENGERTIAN DINDING

Dinding dapat diartikan sebagai bagian struktur bangunan yang berbentuk didang
vertikal dan yang berguna untuk melindungi, membagi.

FUNGSI DINDING

1. sebagai pemisah antar ruang.


2. sebagai penahan cahaya, angin, hujan, banjir, dan lain-lain yang bersumber dari
alam.
3. sebagai penahan struktur.
4. sebagai penahan kebisingan untuk ruang yang memerlukan ambang kekedapan
suara tertentu seperti studio rekaman atau studio siaran.
5. sebagai penahan radiasi sinar atau zat-zat tertentu seperti pada ruang radiologi,
ruang operasi, laboratorium, dll.
6. sebagai fungsi artistik tertentu.

JENIS-JENIS KONSTRUKSI DINDING

1. Konstruksi dinding masif.


Merupakan dinding dari 1 bahan bangunan saja (termasuk di dalamnya mortar dan
plesteran). Fungsinya menerima beban (load bearing wall/struktur primer serta
menahan radiasi panas sinar matahari.

2. Konstruksi dinding batu bata.


Merupakan dinding batu buatan yang dibakar, dengan ketebalan minimal setengah batu
atau ±11 CM. Diperkuat rangka pengaku (kolom/ balok beton bertulang), setiap luas 12
M2 / setiap panjang 2-3 M siar tegak diusahakan tidak merupakan 1 garis tetapi harus
bersilangan.

3. Konstruksi dinding batako atau conblok.


Memiliki ketebalan sekitar 15 cm, tinggi maksimal 3M, panjang dinding maksimal 7,5 M
dan luas maksimal 12 M2. untuk ukuran yang melebihi ketentuan diatas perlu
ditambahkan kolom praktis dan ring balok sebagai pengikat atas. Dan merupakan
campuran dari mortar(spesi) 1 pc : 5 pasir.

4. Konstruksi dinding beton.


Terbuat dari campuran beton (pc, agregat kasar dan halus serta air) yang dicor dalam
bekesting. Dapat diperkuat dengan tulangan baja, anyaman tulangan baja atau serat
baja dst. Keuntungan dari konstruksi ini yaitu tahan terhadap kebakaran, tahan gempa
bumi, penyerap panas dan perambatan suara melalui materi.

5. Konstruksi dinding tanah liat (pise).


Kegunaan tanah liat dalam gradasi yang cocok dan dalam keadaan lembab dapat
ditumpuk/ditumbuk dalam bekesting yang mirip dinding beton. Bekesting tanah liat
dapat digunakan bertahap karena setelah ditumbuk tanah liat menjadi stabil dan
bekesting dapat langsung dilepas. Tanah liat ditumpuk dalam bekesting setebal < 10
cm kemudian dipadatkan menjadi 5 cm.
6. Konstruksi dinding kerangka dan kolom. Pada dinding berlapis dan dinding rangka,
masing-masing tugas dinding (menerima beban, melindungi konstruksi gedung dan
penghuni, membagi ruang, menangkal panas, dst) dibagi atas lapisan dinding tertentu.
Setiap fungsi dinding dapat dilaksanakan secara optimal.
7. Konstruksi bangunan rangka kayu. Konstruksi rangka kayu merupakan bentuk dasar
suatu bangunan. Konstruksi ini dapat digolongkan menjadi 2 yaitu konstruksi rangka
tersusun dengan pembangunan konstruksi dinding setingkat demi setingkat, biasanya
berkonstruksi tiang – balok dan konstruksi rangka terusan dengan tiang papan yang
menembus melalui semua tingkat bangunan.
8. Konstruksi dinding rangka baja. Penanganan konstruksi ini harus dilakukan dengan
keahlian dan dikerjakan dengan teliti. Bahan, tegangan, bentuk dan ukuran harus
memenuhi syarat peraturan nasioanl. Untuk bagian yang mudah mengalami karatan
maka harus dilapisi cat anti karat.
9. Konstruksi dinding rangka beton bertulang. Konstruksi bangunan rangka beton
bertulang terdiri dari kolom beton bertulang dan pelat lantai bertulang yang kadang
diperkuat dengan balok pendukung. Konstruksi ini sangat cocok untuk bangunan
gedung tinggi, bangunan di daerah rawan gempa, dsb.
10. Konstruksi dinding dalam, pemisah ruang. Konstruksi ini tidak mempengaruhi
kestabilan bangunan karena tidak menerima beban apapun. Tetapi mempunyai fungsi
lain yaitu meredam suara, mencegah kebakaran dan mengatur fungsi dalam ruang.

JENIS-JENIS KONSTRUKSI DINDING DALAM


1. Konstruksi dinding batu bata. Tidak menerima beban. Dengan tebal dinding minimal
11 cm dengan aturan batu memanjang, kolom praktis dipasang setiap 2 – 3 M dan
dibawah pelat lantai dipasang balok.
2. Konstruksi dinding batako/ conblock. Dipasang diatas lantai beton dengan tebal > 80
mm (batako tidak berlubang) dan tebal < 60 mm (batako berlubang). Dan pada setiap 4
m harus dipasang kolom praktis, setiap tinggi 3 m dipasang ring balok.
3. Konstruksi dinding kayu dan bambu. Konstruksi ini dapat dengan mudah dibongkar
pasang. Biasanya menggunakan rangka kayu ukuran 6/12 baik arah vertikal maupun
horisontal dengan sambungan bibir lurus atau takikan. Kemudian rangka dilapisi papan
kayu, tripleks, gypsum board, semen berserat sintetis, papan serat kayu – semen,
anyaman bambu, dll.
4. Konstruksi dinding tirai. Terdiri dari elemen dinding dan jendela ringan yang dipasang
berjarak dengan strktur primer. Umumnya memiliki bagian yang terdiri dari kaca yang
sangat tinggi atau mungkin kaca saja.

SUB STRUKTUR

Pengertian pondasi.
Pondasi merupakan komponen bangunan yang menghubungkan bangunan dengan
tanah. Pembangunan pondasi harus dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap
berat pondasi itu sendiri , beban-beban berguna dan gaya-gaya luar seperti: tekanan
angin, gempa bumi, dan lain-lain. Adanya penurunan pondasi setempat atau secara
merata yang melebihi batas tertentu akan menyebabkan rusaknya bangunan. Oleh
karena itu, penggalian tanah untuk pondasi sebaiknya harus mencapai tanah keras.

Fungsi pondasi.

Adapun fungsi dari pondasi yaitu sebagai kaki bangunan atau alas bangunan, sebagai
penahan bangunan dan meneruskan beban dari atas ke dasar tanah yang cukup kuat,
dan sebagai penjaga agar kedudukan bangunan stabil (tetap).

Kekuatan tanah sebagai dasar pondasi.


Tergantung pada susunan dan struktur tanah, makin heterogen strukturnya makin sulit
perencanaan pondasinya.

Penyelidikan kekuatan tanah mencakup:


Kedalaman dan ketebalan lapisan bumi, terutama lapisan yang akan menerima beban,
tegangan tanah yang akan diizinkan keadaan hidrologisnya.

Kekokohan landasan tanah juga dipengaruhi oleh:


1. pemadatan dan penurunan tanah akibat vibrasi lalu lintas, peralatan berat industri,
dll.
2. penurunan tanah akibat perubahan hidrologi atau pengikisan pada tepi sungai, dll.
3. pergeseran tanah atau longsor akibat tekanan berat, terendam air akibat banjir atau
air pasang.

Hal-hal yang dihindari untuk menjamin kestabilan/keseimbangan bangunan terhadap


pembebanan:

BAHAN PONDASI

Bahan bangunan berkaitan dengan bentuk pondasi, seperti : konstruksi kayu untuk
rumah panggung/ tiang pancang, batu kali, batu merah atau beton berbatu untuk
pondasi lajur, beton bertulang untuk pondasi setempat, pelat beton bertulang, tiang
pancang atau pemboran atau baja untuk tiang pancang.

1. Pondasi batu kali.


Dibuat dengan batu pecahan yang cukup besar.
Batu kali disusun berselang dan diisi rapat dengan mortar (1/2 pc : 1 kapur : 7 pasir
Lebar pondasi minimal adalah tebal dinding ditambah 10 cm kanan kirinya. Tinggi
minimal 2x lebarnya.

2. Pondasi batu bata.


Harus dibuat dari batu bata mutu tinggi agar tidak hancur pada tanah yang lembab
Tinggi pondasi batu bata minimal adalah 5 lapis batu dengan siar melintang yang
teratur.

3. Pondasi beton tidak bertulang.


Pada umumnya hanya digunakan pada gedng bertingkat.
Pondasi ini hanya menerima gaya tekan saja.
Mutu beton minimal kelas II, K125.

4. Pondasi beton bertulang.


Digunakan pada bangunan bertingkat banyak dan kalu daya dukung tanah kecil.
Perbandingan lebar dengan tinggi tidak terbatas , sehingga ekonomis karena
menghemat beton.
Tebal selimut beton sebaiknya setebal 5 cm.

5. Pondasi kayu
Dapat digunakan sebagai pondasi lajur maupun tiang pancang di daerah rawa atau
dalam air.
Kekurangan oksigen dalam air/rawa akan menghindarkan kebusukan.

BALOK PEMERATA BEBAN (SLOOF)

Berfungsi untuk membagi beban secara merata sekaligus mengikat pondasi batu kali
atau tiang. Dapat dibuat dari konstruksi kayu, batu bata, atau beton bertulang.

LAPISAN KEDAP AIR (TRASRAAM)

Berfungsi untuk mencegah naiknya kelembaban tanah melalui pondasi ke dalam


dinding yang menyebabkan dinding busuk. Trasraan dapat berupa lapisan batu merah
diikat dengan mortar ( 1 pc : 3 pasir), lapisan aspal, karet trasraam, plat seng datar,
plesteran emulsi. Dapat dibagi menjadi trasraam vertikal dan horisontal.

Label: struktur dan konstruksi

Struktur Kontruksi dan Sistem Bangunan 2 : Rumah


Tinggal Sederhana 2 Lantai
19.50 ARCH FERIZA ANGGIT NO COMMENTS

Memasuki masa semester 2 di dunia arsitektur, mahasiswa akan dihapkan pada mata
kuliah struktur kontruksi dan sistem bangunan 2. Pada mata kuliah SKSB 2 mahasiswa
dituntut agar mengerti dan memahami bagaimana langkah langkah untuk merencanakan
bangunan rumah tinggal dengan 2 lantai. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
sebagai tagihan menyelesaikan mata kuliah ini. Mulai dari mempelajari gambaran umum
struktur rumah tinggal 2 lantai, menghitung mekanika tekniknya dan membuat maket
(mock up) dari rencana atap rumah yang sudah ditentukan.
Berikut ini adalah beberapa contoh materi yang harus diperhatikan. Materi tersebut
berupa gambar kerja baik dari segi struktur, pondasi, sanitasi, rencana atap, tangga dan
sebagainya.

Gb. 1
Potongan Atap Limasan
Gb. 2
Denah Instalasi Listrik Lantai Dasar
Gb. 3
Denah Instalasi Listrik Lantai Atas

Gb. 4
Detail Septitank
Gb. 5
Detail Pondasi

Gb. 6
Detail Tangga Kayu
Tugas berikutnya di mata kuliah Struktur Kontruksi dan Sistem Bangunan 2 ini adalah
tugas mekanika teknik. Tugas yang berikan adalah bagaimana cara menghitung beban
batang dengan menggunakan cara analitis, grafik dan cremona. Dan yang terakhir adalah
tahap pembuatan maket rencana atap. Pembuatan maket ini dilakukan secara berkelompok
dengan model atap yang sudah ditentukan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai