Strategi Dan Metode Pembelajaran Pendidi PDF
Strategi Dan Metode Pembelajaran Pendidi PDF
Strategi Dan Metode Pembelajaran Pendidi PDF
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
Ketentuan Pidana
Pasal 72:
Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan
(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah),
atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Drs. H. Mangun Budiyanto, M.S.I.
Syamsul Kurniawan, S.Th.I, M.S.I.
Diterbitkan oleh:
Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN)
Sunan Kalijaga Yogyakarta
Bekerjasama dengan:
PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Hanya berkat karunia Allah SWT. kami berdua
bisa menyelesaikan buku ini. Dari itu, puji syukur
Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kepada-Nya.
Sholawat dan salam semoga dicurahkan Allah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para keluarga,
sahabat-sahabatnya dan seluruh pengikut setianya.
Amin.
Buku Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam ini kami susun berdasarkan silabi yang
dikembangkan Sekolah Tinggi Agama Islam Yogya
karta (STAIYO) di Wonosari Gunungkidul Yogyakarta,
yang dengan mata kuliah ini diharapkan mahasiswa
memiliki bekal keahlian untuk menjadi guru Pendidikan
Agama Islam yang professional. Namun demikian tidak
menutup kemungkinan para mahasiswa Tarbiyah dan
para guru Pendidikan Agama Islam pada umumnya,
bisa memanfaatkan buku ini.
Akhirnya, kami berdua mengucapkan banyak terima
kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
terwujudnya buku ini, khususnya kepada Bapak Drs.
DAFTAR ISI
PENGANTAR ..............................................................v
2. Faktor instrumental.............................................16
B. Faktor dari Dalam....................................................20
1. Kondisi fisiologis anak.......................................21
2. Kondisi psikologis anak ...................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................118
BAB I:
AKTIVITAS PEMBELAJARAN DALAM
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
A. Hakikat Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah suatu keniscayaan yang
mesti terwujud dalam aktivitas keseharian pendidikan
(lihat Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, 2009:
213). Dengan demikian, hakikat pembelajaran dalam
perspektif pendidikan Islam perlu dipahami terlebih
dahulu sehingga bangunan pemikiran kependidikan ke
depan dan implementasinya dapat diwujudkan dalam
pendidikan secara khusus dan dalam kehidupan secara
umum (Andreas Harefa, 2004: 85-86).
Dalam kamus bahasa Inggris (lihat John M. Echols dan
Hassan Shadhily, 1993: 352), learn berarti mempelajari
dan learning artinya pengetahuan. Dalam pengertian
kamus ini, belajar diorientasikan pada sebuah proses
transfer of knowledge yang berlangsung di kelas.
Dalam perspektif pendidikan Islam, filosofi belajar
didasari pada satu konsep ilmu yang muncul dari perin
tah membaca.
ْ اقـَْرأ2 َخلَ َق اإلنْ َسا َن ِم ْن َعلَ ٍق1 ك الَّ ِذي َخلَ َق ْ ِاقـَْرأْ ب
َ ِّاس ِم َرب
5 َعلَّم اإلنْسا َن َما َلْ يـَْعلَ ْم4 الَّ ِذي َعلَّم بِالْ َقلَ ِم3 ُك األ ْكرم
َ َ َ َ َ َُّوَرب
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
C. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Untuk interaksi pembelajaran yang efektif, di
1. Prinsip konteks
Mengajar dengan memperhatikan prinsip ini,
guru Pendidikan Agama Islam dalam menyajikan
pelajaran hendaknya dapat menciptakan berma
cam-macam hubungan dalam kaitan bahan pela
jaran. Menghubungkan bahan pelajaran dapat
menggunakan bermacam-macam sumber, misalnya
surat kabar, majalah, perpustakaan, atau lingkungan
sekitar.
Dengan prinsip ini, anak didik akan mengetahui
“konteks” dari bahan yang dipelajari. Tanpa adanya
konteks, pengetahuan satu dengan pengetahuan
lain, biarpun terletak dalam satu rumpun, akan
terpisah-pisah sehingga pengetahuan anak didik
menjadi kurang kokoh.
5. Prinsip prasyarat
Prinsip ini menunjukkan pentingnya appersepsi
sebelum memulai suatu aktivitas pembelajaran.
Prinsip ini memberikan petunjuk kepada guru
Pendidikan Agama Islam bahwa dalam mengajar
hendaknya selalu mengaitkan dengan hal-hal yang
sudah diketahui. Dengan cara tersebut, anak akan
lebih tertarik sehingga bahan pelajaran mudah
diserap. Prinsip ini dilaksanakan pada permulaan
pembelajaran.
6. Prinsip peragaan
Prinsip peragaan memberikan pedoman bahwa
dalam mengajar hendaknya menggunakan alat
peraga. Dengan alat peraga, proses pembelajaran
tidak hanya dengan kata-kata (verbalistis).
Pelaksanaan prinsip ini dapat dilakukan dengan
menggunakan bermacam alat peraga atau media
pembelajaran. Kalau pembelajaran dilaksanakan
dengan menggunakan alat peraga, hasil belajar
anak didik lebih jelas dan ia pun tidak cepat lupa.
7. Prinsip motoris
Mengajar hendaknya dapat menimbulkan
aktivitas motorik anak didik. Belajar yang
melibatkan aktivitas motorik, menyebabkan anak
didik tidak cepat lupa dan menimbulkan hasil
belajar yang tahan lama.
8. Prinsip motivasi
Motivasi ialah dorongan yang ada dalam diri
seseorang untuk melakukan sesuatu dalam rangka
memenuhi kebutuhannya. Motivasi memegang
peranan penting dalam pembelajaran. Makin kuat
motivasi seseorang dalam belajar, makin optimal
dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Dengan
kata lain, intensitas (kekuatan) belajar sangat
ditentukan oleh motivasi (dorongan).
Pentingnya menjaga motivasi belajar dan
kebutuhan minat dan keinginannya pada proses
belajar tak dapat dipungkiri, karena dengan
menggerakkan motivasi yang terpendam dan
menjaganya dalam kegiatan-kegiatan yang dilak
sanakan anak didik akan menjadikan anak didik itu
lebih giat belajar. Barangsiapa yang bekerja berda
sarkan motivasi yang kuat, ia tidak akan merasa
lelah dan tidak cepat bosan. Oleh karena itu, guru
Pendidikan Agama Islam perlu memelihara motivasi
anak didiknya dan semua yang berkaitan dengan
motivasi seperti kebutuhan, keinginan, dan lain-
lain. Strategi dan metode mengajar yang digunakan
harus mampu menimbulkan sikap positif belajar
BAB II:
FAKTOR - FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL
PEMBELAJARAN
Gambar 1.1.
Diagram faktor yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran
2. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang
keberadaan dan penggunaannya dirancangkan
sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi
sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan
belajar yang telah dirancangkan (Abu Ahmadi dan
Joko Tri Prasetya, 2005: 105-106).
Faktor-faktor instrumental ini dapat berwujud,
seperti:
a. Kurikulum, yaitu rancangan pengajaran yang
isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun
secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat
untuk menyelesaikan suatu program studi
tertentu (Abuddin Nata, 1997: 123). Dalam UU RI
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dalam pasal 1 ayat 19 dinyatakan
bahwa yang dimaksud dengan kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut
BAB III
STRATEGI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
C. Dasar-dasar Pengklasifikasian
Dasar-dasar yang dapat dipergunakan untuk
mengklasifikasikan strategi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam:
5. Tujuan-tujuan belajar
Ada lima tipe hasil belajar menurut Robert M.
Gagne seperti dikutip Abu Ahmadi dan Joko Tri
Prasetya (2005: 30):
Pertama, Kemampuan inteletual. Yaitu sejum
lah kemampuan mulai dari membaca, menulis,
menghitung sampai dengan kemampuan memper
hitungkan kekuatan sebuah jembatan atau akibat
devaluasi. Kedua, Strategi kognitif yaitu kemam
puan mengatur “cara belajar dan berpikir”
seseorang, dalam artian yang seluas-luasnya,
termasuk kemampuan memecahkan masalah.
Ketiga, Informasi verbal, yaitu kemampuan
menyerap pengetahuan dalam arti informasi dan
fakta termasuk kemampuan untuk mencari dan
mengolah informasi sendiri. Keempat, keterampilan
motorik, yaitu kemampuan yang erat dengan
keterampilan fisik seperti keterampilan menulis,
mengetik, dan lain-lain. Kelima, Sikap dan nilai, yaitu
kemampuan yang erat hubungannya dengan arah
serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang.
Sekolah diharapkan berperan dalam pembentukan
BAB IV
METODE PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Ceramah
Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah
suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran
di mana cara menyampaikan pengertian-pengertian
materi pengajaran kepada anak didik dilaksanakan
dengan lisan oleh guru di dalam kelas. Hubungan
antara guru dengan anak didik banyak menggunakan
bahasa lisan (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya,
2005: 53).
Peranan guru dan murid berbeda secara jelas,
yaitu guru terutama dalam menuturkan dan
menerangkan secara aktif, sedangkan murid mende
ngarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat
catatan tentang pokok persoalan yang diterangkan
oleh guru. Dapat dimafhumi bahwa dalam metode
ceramah ini, peran utama ada pada guru. Berhasil
atau tidaknya pelaksanaan metode ceramah
bergantung padanya. Karena itu, beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian oleh seorang guru
Pendidikan Agama Islam dalam hubungannya
dengan penggunaan metode ceramah, yaitu
tentang kesatuan bahan pelajaran, apa yang akan
2. Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode penyam
paian pelajaran dengan jalan guru mengajukan
pertanyaan dan anak didik menjawab, atau bisa
juga suatu metode di dalam aktivitas pembela
jaran di mana guru bertanya sedangkan anak
didik menjawab tentang bahan materi yang
ingin diperolehnya (lihat http://www.syafir.
com/2011/01/08/metode-tanya-jawab).
Metode tanya jawab bisa dilakukan sebagai
ulangan pelajaran yang telah diberikan, sebagai
selingan dalam pembicaraan, untuk mengarahkan
proses berpikir, dan untuk merangsang anak didik
supaya perhatiannya tercurah kepada masalah
4. Diskusi
Diskusi tidaklah sama dengan berdebat. Diskusi
selalu ditujukan untuk memecahkan suatu masalah
yang menimbulkan berbagai pendapat (S. Nasution,
1995: 152).
Menurut bahasa, diskusi diartikan sebagai
pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai
suatu masalah (lihat Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan bahasa Depdikbud,
1994: 238). Metode diskusi dalam aktivitas
pembelajaran umumnya dipahami sebagai proses
interaksi dan komunikasi dua arah atau lebih
yang melibatkan guru dan anak didik. Metode ini
merupakan salah satu cara untuk menciptakan
proses belajar aktif.
Diskusi sebagai metode pembelajaran dapat
diterapkan pada kelas besar yang terdiri dari 40-100
orang, namun akan jauh lebih efektif bila metode
diskusi diterapkan pada kelas kecil yang terdiri atas
20-30 orang (Hisyam Zaini, dkk. 2002: 134).
Sebagai metode dalam aktivitas pembelajaran,
diskusi mungkin saja tidak efektif untuk menyajikan
informasi baru di mana anak didik sudah dengan
sendirinya termotivasi. Tetapi diskusi lebih
cocok dan diperlukan apabila guru hendak: (a)
memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada
pada anak didik; (b) Memberi kesempatan pada
anak didik untuk mengeluarkan kemampuannya;
(c) Membantu anak didik belajar berpikir secara
pandangan.
e. Diskusi ceramah, di mana seorang pembicara
memberi uraian tentang suatu masalah lalu
berdiskusi dengan para pendengar. Di sini
hanya ada satu pandangan dan pembicara
berfungsi sebagai pemimpin.
Dari sekian banyak jenis/tipe diskusi, diskusi
yang berpusat pada anak didik cenderung lebih
efektif daripada diskusi yang berpusat pada guru.
Langkah, petunjuk dan kegiatan yang perlu
diperhatikan oleh guru Pendidikan Agama Islam
dalam pelaksanaan metode diskusi antara lain: (a)
Persoalan harus jelas. Guru harus menetapkan sendiri
suatu pokok masalah atau problem yang akan
didiskusikan atau guru Pendidikan Agama Islam
meminta kepada anak didik untuk mengemukakan
suatu problem sebagai kajian diskusi; (b) Guru
Pendidikan Agama Islam menjelaskan tujuan
diskusi; (c) Guru Pendidikan Agama Islam
memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab
mengenai materi pelajaran yang didiskusikan;
(d) Mendorong semua anak didik berbicara
mengeluarkan pendapatnya, jangan sampai
anak didik yang berani saja yang menggunakan
kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya; (e)
Guru Pendidikan Agama Islam mengatur giliran
pembicara agar tidak semua anak didik berbicara
serentak mengeluarkan pendapatnya; (f) Menjaga
suasana kelas dan mengatur setiap pembicara
agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang
5. Debat Aktif
Metode debat aktif merupakan salah satu di
antara metode pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yang bisa digunakan untuk merangsang
anak didik dalam mendiskusikan materi pelajaran
Pendidikan Agama Islam, supaya terlibat secara aktif
dalam mengemukakan pendapat dan berpikir kritis,
dengan membagi anak didik menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok “pro” dan “kontra”.
Konsep pengembangan metode debat aktif
dilandasi oleh pokok-pokok pikiran tentang
demokratisasi pengajaran di dalam kelas dan teori
belajar Gestalt. Demokratisasi pengajaran di dalam
kelas memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk bertanya, berpikir, dan bertindak atas dasar
kebebasan yang bertanggung jawab. Kesempatan
untuk mempertanyakan suatu hal atau suatu
masalah berarti mengajak anak didik lain untuk
memberikan pendapat, komentar, kritik tertentu
sehingga dapat ditemukan jawaban-jawaban atas
problem yang dihadapi (Omar Hamalik, 2003: 37).
Teori belajar Gestalt memandang bahwa
belajar adalah proses untuk mendapatkan suatu
pemahaman, dengan harapan pemahaman tersebut
bisa digunakan untuk memecahkan problem-
problem yang dihadapinya (Baharuddin, 2007:
88-89). Pemahaman tersebut diperoleh melalui
proses berpikir yang sistematik dan konstruktif.
Berdasarkan pokok pikiran teori belajar Gestalt, maka
metode debat aktif diharapkan dapat menciptakan
12. Karyawisata
Metode karyawisata sering diberi penger
tian sebagai suatu metode pembelajaran yang
dilaksanakan dengan cara bertamasya di luar kelas.
Dalam perjalanan tamasya, ada hal-hal tertentu yang
telah direncanakan guru Pendidikan Agama Islam
untuk didemonstrasikan pada anak didik, di samping
hal-hal yang secara kebetulan ditemukan di dalam
perjalanan tamasya tersebut.
Metode karyawisata dilakukan: (a) Apabila akan
memberi pengertian yang lebih jelas dengan alat
peraga langsung; (b) Apabila akan membangkitkan
penghargaan dan cinta terhadap lingkungan; dan
(c) Apabila akan mendorong anak didik menghargai
lingkungan dengan baik.
Adapun yang harus diperhatikan seorang
guru Pendidikan Agama Islam ketika hendak
menggunakan metode ini: (a) Rumusan tujuan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus jelas
sehingga terlihat wajar dan tidaknya metode ini
digunakan; (b) Selidiki obyek yang akan ditinjau
dan perhatikan hal-hal yang sekiranya akan menjadi
ksulitan-kesulitan (antara lain kendaraan dan
DAFTAR PUSTAKA
TENTANG PENULIS