Mps Sterilisasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP STERILISASI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :

Disusun oleh :
1. Laila Nur Afni (14.401.17.047)
2. Laili Amalia (14.401.17.048)
3. Lailil Hasanih (14.401.17.049)
4. Lidya Fantasi Alami (14.401.17.050)
5. Lilik Nur Saftri (14.401.17.051)
6. Liya Mega Kristanti (14.401.17.052)
7. Luvi Dwi Krisdayanti (14.401.17.053)
8. M. Iqbal Basuki (14.401.17.054)
9. M. Ridwan (14.401.17.055)
10. M. Taufik Hidayatullah (14.401.17.056)
11. Mahmudah (14.401.17.058)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia Nya lah
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KONSEP STERILISASI” sesuai
dengan waktu penulis rencanakan.
Terimakasih penulis sampaikan juga kepada dosen pengajar Managemen Patien
Safety yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas
ini,sehingga penulis menjadi lebih mengerti dan memahami tentang konsep sterilisasi.
Makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saran dan masukan positif
sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Mudah - mudahan makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi pembaca.

Krikilan, 18 September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Sterilisasi .................................................................................................................. 2
2.2 Klasifikasi dan Penggolongan sterilisasi ................................................................................... 2
2.3 Penggunaan Sterilisasi ............................................................................................................... 7
2.4 Metode-metode Sterilisasi .......................................................................................................... 9
1.5 Cara Sterilisasi .......................................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 13
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................................... 13
3.2 SARAN ....................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada,
jika ditumbuhkan di alam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang
baik. Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang paling tahan panas yaitu spora
bakteri (Fardiaz, 1992). Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurna proses sterilisasinya. Jika
sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling
resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan (Lay dan Hatowo, 1992).
Sterilisasi adalahh cara untuk mendapatkan suatu konsisi bebas mikroba atau
setiap proses yang dilakukan baik secara kimia, fiika dan mekanik untuk membunuh
semua bentuk kehidupan terumatam mikroorganisme. Dalam bidang mikrobiologi
baik dalam pengerjaan penelitian atau praktikum, keadaan steril merupakan syarat
utama berhasil atau tidaknya pekerjaan kita.
Pengetahuan tentang prinsip dasar sterilisasi dan desinfeksi sangat diperlukan
untuk melakukan pekerjaan dibidang medis yang bertanggungjawab. Cara sterilisasi
dan desinfeksi yang baru banyak diperkenalkan, namun masih tetap dipergunakan
cara – cara dan beberapa bahan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi?
2. Apa saja klasifikasi dan penggolongan sterilisasi?
3. Bagaimana penggunaan sterilisasi?
4. Apa metode dan cara sterilisasi?
5. Bagaimana cara sterilisasi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sterilisasi
2. Untuk mengetahui klsifikasi dan penggolongan sterilisasi
3. Untuk mengetahui penggunaan sterilisasi
4. Untuk mengetahui metode dan cara sterilisasi
5. Untuk mengecahui cara sterilisasi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sterilisasi


Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika
ditumbuhkan di alam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang baik.
Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri
(Fardiaz, 1992). Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurna proses sterilisasinya. Jika
sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling
resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan (Lay dan Hatowo, 1992).
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-
lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen
maupun yang apatogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan
suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah
pencernaan organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis,
pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap
pencemaran oleh miroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga
penting. Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
Steralisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman
apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara
merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia.
2.2 Klasifikasi dan Penggolongan sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara mekanik, fisik,
dan kimiawi :
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
Di dalam sterilisasi secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan
yang berpori - pori sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikron) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka
panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Jika terdapat beberapa bahan yang
akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau

2
penguraian, maka sterilisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya
dengan saringan. Di dalam mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak
digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalnya filter berkefed, filter
chamberland, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada tujuan
penyaringan dan benda yang akan disaring.
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau pori – pori cukup
kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar
sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril.alat saring tertentu juga
mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang
umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh sebab itu, sehabis penyaringan
medium masih harus dipanasi dalam otoklaf. Penyaringan dilakukan untuk
mensterilkan substansi yang peka terrhadap panas seperti serum, enzim, toksin,
kuman.
2. Sterilisasi secara fisik
sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pemanasan
Membakar alat pada api secara langsung,contoh alat : jamur inokulum, pinset dan
lail –lain 100% efektif namun terbatas penggunaannya. Panas kering : sterilisasi
denga oven kira – kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang
yang terbuat dari kaca misalnya tabung reaksi.
Uap air pananas : konsep ini mirip dengan mengukus. Baha yang mengandung air
lebih tepat mengunakan menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi
teknik desinfeksi termurah waktu 15 menit setelah air mendidih.
Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan
tekanan 15 lbs, apabila sedang bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk
mengetahui autoklaf berfungsi dengan baik digunakan Bacillus
stearothermophilus Bila media yang telah distrerilkan. Diinkubasi selama 7 hari
berturut-turut apabila selama 7 hari: Media keruh maka otoklaf rusak Media jernih
maka otoklaf baik, kesterilalnnya, Keterkaitan antara suhu dan tekanan dalam
autoklaf.
b. Penyinaran dengan sinar UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet
dengan disinari lampu UV Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan

3
senyawa desinfektan antara lain alkohol. Beberapa kelebihan sterilisasi dengan
cara ini:

1. Memiliki daya antimikrobial sangat kuat


2. Daya kerja absorbsi as. Nukleat
3. Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
4. Kelemahan penetrasi lemah
5. Sinar Gamma Daya kerjanya ion bersifat hiperaktif Sering digunakan pada
sterilisasi bahan makanan.
3. Sterilisasi Secara Kimiawi
Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara
lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti
halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun
merupakan antiseptik yang sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada
alkohol akan meningkatkan daya disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak
efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk membunuh spora adalah campuran
formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik untuk dipakai sebagai
antiseptik.
Klasifikasi Sterilisasi dalam Keperawatan diantaranya :

Sterilisasi dengan Pemanasan


Sterilisator
1. Dengan pemanasan kering
Pembakaran
Alat yang Dapat diartikan suatu pelintasan alat gelas (ujung pinset, bibir tabung,
mulut erlenmeyer, dll) melalui nyala api. Cara ini merupakan hal darurat dan
tidak memberikan jaminan bahwa mikroorganisme yang melekat pada alat
dengan pasti terbunuh. Digunakan adalah lampu spiritus/bunsen. Pembakaran
dapat dilakukan dengan cara :
a. Memijarkan
Pembakaran dengan cara ini hanya cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset,
dll), yang dibiarkan sampai memijar. Dengan cara ini seluruh
mikroorganisme, termasuk spora, dapat dibasmi.

4
b. Menyalakan
Cara mensterilkan ose :
Ose disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api lampu spiritus atau lampu
gas. Pada waktu memanaskan ose, dimulai dari pangkal kawat dan setelah
terlihat merah berpijar secara pelan-pelan pemansan dilanjutkan ke ujung
ose. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terloncatnya kuman akibat
pemanasan langsung dan terlalu cepat pada mata ose. Nyala api pada
sterilisator mempunyai perbedaan dalam derajat panas.
Dengan udara panas (hot air oven) :
Cara ini menggunakan udara yang dipanaskan dan kering, serta berlangsung
dalam sterilisator udara panas (oven). Pemanasan dengan udara panas
dugunakan untuk sterilisasi alat-alat laboratorium dari gelas misalnya : petri,
tabung gelas, botol pipet dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan powder
misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa tidak dapat ditserilkan
dengan cara ini.
Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus
dengan kertas tahan panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan
dipanaskan pada temperatur antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih 90 –
120 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa di antara bahan yang
disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup, untuk menjamin agar
pergerakan udara tidak terhambat.
2. Dengan pemanasan basah
a. Dengan merebus
Digunakan untuk mensterilkan alat-alat seperti gunting, pinset, skalpel,
jarum, spuit injeksi dan sebagainya dengan cara direbus dalam suasana
mendidih selama 30-60 menit.
b. Dengan uap air panas
Digunakan terutama untuk mensterilkan media-media yang akan
mengalami kerusakan bila dikerjakan dengan sterilisasi uap air panas
dengan tekanan (autoklav) ataupun untuk alat-alat tertentu. Cara ini
dijalankan dengan pemanasan 100ºC selama 1 jam. Perlu diingat bahwa

5
dengan cara ini spora belum dimatikan, dan ada beberapa media yang tidak
tahan pada panas tersebut (misalnya media Loewenstein, Urea Broth).
Media tersebut disterilkan dengan cara sterilisasi bertingkat ataupun filtrasi.
Alat yang digunakan adalah sterilisator, autoklav, dimana tekanan dalam
autoklav dijaga tetap 1 atmosfer (klep pengatur tekanan dalam keadaan
terbuka).
c. Dengan uap air bertekanan (Autoklav)
Dengan cara pengatur tekanan dalam autoklav, maka dapat dicapai panas
yang diinginkan. Cara ini dipakai untuk sterilisasi media yang tahan
terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi biasanya dijalankan dengan
menggunakan panas 120ºC selama 10 – 70 menit tergantung kebutuhan.
Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan
menggunakan autoklav :
a. harus ditunggu selama bekerja
b. hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann
temperatur dan tekanan secara mendadak dapat menyebabkan cairan
yang disterilkan meletus dan gelas-gelas dapat pecah).
Pada sterilisasi dengan pemanasan kering, bakteri akan mengalami proses
oksidasi putih telur, sedang dengan sterilisasi panas basah, akan
mengakibatkan terjadinya koagulasi putih telur bakteri. Dalam keadaan
lembab jauh lebih cepat menerima panas daripada keadaan kering sehingga
sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).
d. Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang
digunakan 61,7ºC selama 30 menit.
e. Sterilisasi dengan Filtrasi
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas
pada saringan berpori kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme
dengan ukuran tertentu. Kegunaan:
a. untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya
Urea Broth ataupun untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin.
b. Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja secara aseptis

6
c. Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma)
umumnya tidak dapat ditahan oleh filter.
2.3 Penggunaan Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan
mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Sterilisasi
juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman pathogen atau apatogen beserta
spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom,
menggunakan panas tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat,
sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin, H2O2).
Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang bersalin, selain
menggunakan teknik steril pada tempaat tidur pasien untuk prosedur invasive seperti:
1. Mengisap jalan napas pasien
2. Memasukkan kateter urinarius
3. Mengganti balutan luka
Daerah steril biasanya dibatasi dengan duk steril atau lapisan tebal kertas berlilin atau
kemasan terbuka tempat bahan-bahan steri dikemas. Banyak rumah sakit mempunyai
pusat penyedian, yaitu tempat kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan serta
desterilkan. Hasil prose ini dimonitor oleh laboratorium mirobiologi secara teratur.
Kecenderungan di rumah sakit untuk menggunakan alat-alat serta bahan yang dijual
dalam keadaan steril dan sekali pakai, seperti alat suntik, jarum, srung tangan dan
masker, tidak saja mengurangi waktu yang diperlukan untuk membersihkan,
menyiapkan, serta mensterilkan peralatan, tetapi juga mengurangi pemindah sebaran
patogen melalui infeksi silang.
a. Sanitasi lingkungan rumah sakit
Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan pencemaran oleh
mikrobe dari permukaan. Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk
mengurangi pencemaran, dilakukan pengambilan contoh mikroorganisme sewaktu-
waktu dari permukaan. Pinggan-pinggan petri yang menunjukan adanya
pertumbuhan mikrobe sebelum dan sesudah pembersihan merupakan alat pengajar
yang meyakinkan untuk melatih para petugas yang baru.
Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling baik dicapai dengan kombinasu
pergeseran dan penggsokan, serta air dan deterjen. Ini sudah cukup, kecuali bila
spencemrannya hebat, maka perlu digunakan desinfektan. Agar efektif, desinfektan

7
digunakan dalam konsentrasi yang cukup selama waktu tertentu. Penggunaan
desinfektan, misalnya, membantu menjaga air untuk mengepel agar tidak tercemar.
Kain pel harus di cuci dan di keringkan baik-baik setiap hari untuk mengurangi
pencemaran. Seember larutan dan kain pel basah sering kali di gunakan untuk
membersihkan permukaan benda lain selain lantai. Bila larutan yang sam dipakai
seharian, maka dapat mengakibatkan pencemaran oleh mikrobe yang lebih parah
dibandingkan sebelum di bersihkan.
b. Universal Precaution
Pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular malalui darah .
Berlaku universal ,tidak memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu ataupun tidak
tahu status infeksinya. Setiap tenaga medis harus menyadari bahwa semua pasien
berpotensi menularkan berbagai penyakit.
c. Cuci Tangan
Adalah pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan yang
mendarah daging bagi tenaga kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan atau yang lainya
(cuci tangan tidak bisa digantikan dengan sarung tangan).
Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika melakukan
prosedur invasive, ataupun bedah. Seperti:
1. Gown/barakschort :
2. Masker :
3. Sarung Tangan
4. Kaca mata pelindung/goggles.
d. Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah
Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau steril,tidak
berdekatan dengan limbah atau sampah medis. Membakar sampah medis sampai
menjadi arang.
e. Sterilisasi Dan Desinfeksi Alat-Alat Medis
1. Desinfekatan :
a. Aseptik/Asepsis :
Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi
untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam area tubuh manapun
yg sering menyebabkan infeksi.

8
Tujuannya :
Mengurangi jumlah mikroorganisem baik pada permukaan hidup maupun
benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
b. Antisepsis :
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau
bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
c. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus atau
penggunaan desinfektan kimia
2.4 Metode-metode Sterilisasi
a. Sterilisasi Panas/thermal
Sterilisasi panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi
kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan panas/rusak
karna panas, sterilisasi panas dibagi menjadi 2 :
Sterilisasi Panas Lembab : Sterilisasi panas lembab adalah sterilisasi dengan
menggunakan uap panas dibawah tekanan berlangsung didalam autoklaf, umumnya
dilakukan dalam uap jenuh dalam waktu 30 menit dengan suhu 115 C - 116 C, lama
dan suhu tergantung bahan yang disterilisasi, untuk mengetahuinya lihat farmakope
indonesia.
Sterilisasi Panas Kering : metode sterilisasi dengan menggunakan oven pada
suhu160-170 C selama 1-2 jam. umumnya sterilisasi panas dilakukan pada jenis
minyak, serbuk yang tidak stabil terhadap uap air, dan alat-alat gelas ukur yang tidak
digunakan untuk pengukuran (Bukan alat ukur).
b. Sterilisasi Radiasi
Sterilisasi radiasi dibagi menjadi 2 :
Radiasi elektromagnetik (EM) adalah sterilisasi menggunakan sinar ultraviolet
(UV). sinar UV ini memotong DNA mikroorganisme sehingga ekspresi DNA tidak
terjadi. keterbatasannya sterilisasi cara ini hanya bisa bekerja pada permukaan, tidak
bisa menembuh bahan padat.
Radiasi pengion adalah metode sterilisasi yang menggunakan sinar gamma untuk
merusak DNA mikroorganisme, kelebihannya bisa menembus zat padat.

9
c. Sterilisasi Gas
Sterilisasi menggunakan gas etilen oksida, kelemahannya zat ini mudah terbakar,
bersifat mutagenik dan toksik, sehingga dikhawatirkan terdapat residu setelah
sterilisasi. Pilihan sterilisasi cara gas biasanya pilihan akhir bila zat tidak tahan panas
ataupun uap air.
d. Sterilisasi Filtrasi
Sterilisasi yang menggunakan alat khusus yang menggunakan penyaring/filter matriks
pori pori tertentu. menggunakan pori pori 10 nm untuk virus dan 0,22 nm untuk
bakteri.
1.5 Cara Sterilisasi
1. Sterilisasi uap
a. Proses sterilisasi termal menggunakan uap jenuh di bawah tekanan berlangsung di
suatu bejana yang disebut otoklaf. Suatu siklus otoklaf yang ditetapkan dalam
farmakope, untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit, 1210C, kecuali
dinyatakan lain.
b. Prinsip dasar kerja alat: udara di dalam bejana diganti dengan uap jenuh, dan hal
ini dicapai dengan menggunakan alat pembuka atau penutup khusus.
c. Pengerjaan: sediaan yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah yang cocok,
kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 100 ml,
maka sterilisasi dilakukan dengan uap air jenuh pada suhu 115oC-116oC selama
30 menit. Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 100 ml, maka waktu sterilisasi
diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada pada 115oC-116oC selama 30
menit.
2. Sterilisasi Panas Kering
a. Proses sterilisasi termal untuk bahan yang tertera di farmakope dengan
menggunakan panas kering biasanya dilakukan dengan suatu proses bets dalam
suatu oven yang didesain khusus untuk tujuan tersebut. Distribusi panas dapat
berupa sirkulasi atau disalurkan langsung dari suatu nyala terbuka. Suatu proses
berkesinambungan sering digunakan untuk sterilisasi dan depirogenisasi alat kaca
sebagai bagian dari sistem pengisian dan penutupan kedap secara aseptik yang
berkesinambungan dan terpadu.
b. Pengerjaan:
Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan kedalam wadah lalu ditutup kedap
atau penutupan ini bersifat sementara untuk mencegah pencemaran. Jika volume

10
dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, maka panaskan pada suhu 150oC selama
1 jam. Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 30 ml, maka waktu 1 jam
dihitung setelah seluruh isi tiap wadah mencapai suhu 150oC. Wadah yang
tertutup sementara, kemudian ditutup kedap menurut Teknik Aseptik
3. Sterilisasi gas
a. Pilihan untuk menggunakan sterilisasi gas sebagai alternatif dari sterilisasi termal
sering dilakukan jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi
pada proses sterilisasi uap atau panas kering.
b. Bahan aktif yang umumnya digunakan pada sterilisasi gas adalah etilen oksida.
c. Keburukan dari bahan ini adalah sangat mudah terbakar (walaupun sudah
dicampur dengan gas inert yang sesuai), bersifat mutagenik dan kemungkinan
adanya residu toksik dalam bahan yang disterilkan terutama yang mengandung ion
klorida.
d. Proses sterilisasi umumnya berlangsung dalam bejana yang bertekanan yang
didesain sama seperti pada otoklaf tetapi dengan tambahan bagian khusus yang
hanya terdapat pada alat sterilisasi yang menggunakan gas.
e. Keterbatasan utama dari proses sterilisasi etilen oksida adalah terbatasnya
kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari
bahan yang disterilkan.
f. Gas yang lain yang dapat dipakai yaitu formaldehid.
4. Sterilisasi dengan radiasi ion
a. Keunggulan sterilisasi iradiasi meliputi reaktivitas kimia rendah, residu rendah
yang dapat diukur dan kenyataan yang membuktikan bahwa variabel yang
dikendalikan lebih sedikit.
b. Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu:
a. disintegrasi radioaktif dari radioisotop (radiasi γ)
b. radiasi berkas elektron.
c. Iradiasi hanya menimbulkan sedikit kenaikan suhu tetapi dapat mempengaruhi
kualitas dan jenis plastik/kaca tertentu.
5. Sterilisasi dengan penyaringan
a. Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas .
b. Dilakukan dengan penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba,
sehingga mikroba yang dikandung dapat dipisahkan secara fisika.

11
c. Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap
atau dirangkaikan pada wadah yang tidak permeabel.
d. Efektivitas suatu penyaring media atau penyaring substrat tergantung pada ukuran
pori bahan dan dapat tergantung pada daya absorbsi bakteri pada atau dalam
matriks penyaring atau bergantung pada mekanisme pengayakan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sterilisasi adalah suatu proses
untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika ditumbuhkan di alam suatu
medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang baik. Adanya pertumbuhan
mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan
tidak sempurna proses sterilisasinya
3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentu dapat dipertanggung jawabkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Azis, A. H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.


Fardias, S. (1992). Ikrobiologi Pangan. Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. PAU
Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Hadioetomo, R. (1985). Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: PT. Gramedia.
Lay, B. W. (1982). Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali Press.

14

Anda mungkin juga menyukai