Patofisiologi Anoreksia Dan Koheksia
Patofisiologi Anoreksia Dan Koheksia
Patofisiologi Anoreksia Dan Koheksia
PENDAHULUAN
Tidak adanya selera makan membuat individu tersebut tidak tertarik untuk
secara langsung menghambat atau menahan pusat lapar atau merangsang aktivitas
pusat kenyang. Individu lanjut usia sering kali gagal untuk mengonsumsi jumlah
masalah pada penuaan yang tidak dapat dihindari usia lanjut sering mendorong
kondisi penyakit, serta faktor sosial dan lingkungan memiliki potensi untuk secara
langsung memengaruhi perilaku diet dan status gizi. Terlepas dari pentingnya
masalah yang berkaitan dengan asupan makanan dan, lebih umum, status gizi
anoreksia dan kaheksia yang terutama terjadi pada individu lanjut usia. Pengertian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
penurunan massa otot. Anoreksia dan kaheksia adalah penyebab umum malnutrisi
pada pasien lansia dan pada penyakit lainnya, termasuk pasien kanker. Anoreksia
(kehilangan nafsu makan atau keinginan untuk makan) adalah gejala yang umum
sedangkan kaheksia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya nafsu
makan, penurunan berat badan, kehilangan otot, dan kelemahan umum. Hal ini
juga umum pada pasien dengan tumor paru-paru, pankreas, dan saluran
pencernaan bagian atas. Kaheksia pada pasien kanker ditandai dengan adanya
inflamasi sistemik dengan balans negatif dari protein dan energi, serta adanya
kehilangan massa tubuh yang tidak disadari atau disengaja. Sindroma ini
berdampak dramatis bukan hanya pada kualitas hidup pasien namun juga
buruknya respon kemoterapi dan penurunan angka bertahan hidup pada pasien. 3
Pada pasien lansia, proses ini dikarenakan 3 faktor utama antara lain :
B. Epidemiologi
Anoreksia akibat penuaan adalah kondisi yang sering terjadi pada orang
lanjut usia, terjadi pada sekitar 20% dari populasi lansia, yaitu individu diatas usia
65 tahun. Negara-negara maju mencatat bahwa sekitar 85% dari pasien dengan
perawatan jangka panjang, antara 23-62% individu lansia yang dirawat di rumah
sakit, dan 15% dari lansia di masyarakat menderita malnutrisi. Anoreksia karena
makan. 4
Sebuah penelitian di Italia ditemukan bahwa 21,2% lansia mengalami
anoreksia dengan persentase 34,1% wanita dan 27,2% pria di ruang perawatan
jangka panjang, dan persentase di komunitas sebanyak 3,3% wanita dan 11,3%
pria. Kehilangan selera makan dapat berujung pada kekurangan energi protein dan
penurunan berat badan sehingga akan banyak masalah timbul akibat malnutrisi
kematian.4,5
C. Patofisiologi
Aroma dan rasa makanan akan berperan sangat penting dalam proses makan
rasa berkurang dengan bertambahnya usia, meskipun pada tingkatan yang berbeda
untuk tiap individu. Hal ini juga berkontribusi pada kurangnya asupan makanan di
usia lanjut dan memiliki dampak negatif berupa jenis makanan yang itu-itu saja
Taste bud (kuncup pengecap) pada lidah pasien usia lanjut juga sudah
perubahan yang diamati dalam jumlah dan fungsi kuncup pengecap. Orang
dengan usia lanjut cenderung untuk kehilangan rasa asin dan manis terlebih
dahulu. Oleh karena itu, beberapa orang berusia lanjut akan cenderung memilih
makanan yang lebih tidak sehat namun lebih terasa lezat. Lambat laun, terdapat
penurunan sekresi air liur yang dapat mengurangi kemampuan untuk melarutkan
makanan dan membatasi interaksi makanan dengan sel reseptor rasa pada lidah. 6,7
dan mereka akan berkelompok dan mengirim sinyal rasa ke otak melalui syaraf.
perasa yang lebih lama kurang mahir regenerasi setelah cedera (contohnya cedera
bervariasi dari satu orang ke orang lain, tetapi wanita umumnya melaporkan
menghidu namun juga semakin tidak dapat membedakan jenis aroma yang dihidu.
Telah dilaporkan 75% dari lansia usia 80 tahun keatas mengalami masalah pada
kemungkinan terjadinya kerusakan sentral pada sistem syaraf pusat, namun secara
natural akan terjadi apoptosis pada semua orang sehingga pada akhirnya akan
Ghrelin atau “hormon rasa lapar” adalah satu-satunya hormon perifer yang
diidentifikasi untuk merangsang rasa lapar. Hormon ini dilepaskan secara pulsatil
oleh sel ghrelin yang terdapat pada mukosa saluran pencernaan terutama di
lambung. Namun, hanya ada sedikit bukti yang tersedia mengenai bagaimana
meningkatnya leptin dan insulin yang beredar sehingga sensitivitas dari ghrelin
yang semakin rendah. Serupa dengan ghrelin, terdapat perubahan dalam hormon
CCK (cholecystokinin) yang diamati pada individu lansia. CCK adalah prototipe
hormon kenyang yang diepaskan oleh proksimal usus kecil sebagai respon dari
pengiriman nutrisi, terutama protein dan lipid dari antrum. Perubahan ini juga
yang lebih panjang sehingga pasien mengalami rasa kenyang lebih lama. CCK
dan PYY akan bekerja sama untuk mengirimkan signal kepada hipotalamus
3. Fungsi gastrointestinal
lebih dini dari seharusnya. Pada individu lansia ditemukan bahwa terjadi
lambung sehingga relaksasi fundus berkurang dan pengisian antral lebih cepat
terjadi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penurunan kemampuan pengosongan
Pengosongan lambung yang lebih lambat pada orang lansia mungkin dikaitkan
Gambar 2.2 Hubungan nitric oxide, adaptive relaxation, dan selera makan
Gastritis kronis dan beberapa obat seperti Proton Pump Inhibitor (PPI)
dapat mengganggu kesehatan karena kondisi ini HCL dalam lambung menurun
akibat gastritis kronis yang terjadi pada lansia dengan pemakaian PPI jangka
penyerapan minera seperti kalsium, magnesium, potassium, zink, dan zat besi.
osteoporosis, patah tulang, dan kekurangan vitamin B12 dan magnesium. HCL
juga bertanggung jawab untuk memecah protein makanan yang membantu dalam
pencegahan alergi makanan yang terkait dengan pencernaan protein yang tidak
lengkap. Obat penghambat asam tersedia secara luas namun faktanya obat tersebut
lambung yang lebih lambat dapat mengurangi nafsu makan dan asupan makanan
4. Inflamasi
IL-1 dan Tumor Necrosis Alfa (TNF-a), sehingga kadarnya lebih tinggi pada
ventromedial dengan cara langsung menembus sawar darah otak atau dengan
mengaktivasi melalui syaraf vagal. Selain itu, IL-1 juga menguatkan aktivasi
anoreksia. Efek anoreksik dari IL-1 dapat di halangi sebagian dengan antibodi.
Sebagian besar efek dari Interleukin 1 dimediasi oleh IL-1 alfa untuk organ perifer
TNF-a meningkat pada mencit yang menderita kaheksia baik secara perifer
maupun sentral. TNF-a juga dapat menembus sawar darah otak dan menimbulkan
efeknya dengan menstimulasi syaraf vagal. Pada penelitian dengan mencit,
Beberapa faktor resiko yang dikaitkan dengan sindroma kaheksia pada lansia.
Diantaranya ada faktor fisik, kondisi sosial dan lingkungan, penyakit akut dan
kronis, dan pengobatan yang didapat. Masalah fisik akan mengganggu aktivitas
anoreksia dan kaheksia. Begitu pula sebaliknya, anoreksia dan kaheksia dapat
menggaggu aktivitas fisis. Selain itu, menurunnya fungsi menghidu dan mengecap
serta proses mengunyah juga berpengaruh pada proses intake makanan. 1,15
Penyakit lain seperti gagal jantung kongestif atau penyakit paru obstruktif kronis
dan penyakit parkinson sering dikaitkan dengan anoreksia. Depresi juga salah satu
gangguan psikologis yang paling umum di antara orangtua dan sering terjadi
terkait dengan hilangnya nafsu makan. Lansia dengan gejala depresi banyak gejala
dan tanda yang dapat menyebabkan anoreksia dan penurunan berat badan,
termasuk kelemahan, sakit perit, mual, dan diare. Kehilangan nafsu makan
berkurangnya asupan makanan juga sering diamati pada lansia dengan gangguan
kognitif kronis.1,15
Faktor lain yang berperan adalah faktor sosial dimana jika lansia tinggal
seorang diri maka akan menurunkan selera makan dan asupan makanan.
Konsekuensi dari anoreksia dan kaheksia pada lansia adalah individu tersebut
yang kemungkinan besar akan mengarah pada hasil perawatan kesehatan yang
intensi untuk menurunkan berat badan, apakah terdapat penurunan selera makan,
dan penggunaan suplemen makanan atau minuman dalam 1 bulan terakhir.
Pertanyaan ini diberikan setiap kali berinteraksi dengan orang tua dalam
badan di masa depan dan penurunan kesehatan biasanya terjadi seiring waktu.
Faktor-faktor medis, emosional, sosial dan lingkungan harus di gali lebih lanjut.
lansia menjadi lebih kuat menghadapi berbagai penyakit. Latihan aerobik dan
resistensi akan meningkatkan massa dan kekuatan otot. Saat ini direkomendasikan
bahwa orang tua yang sehat harus mengkonsumsi setidaknya1.2 g / kg berat badan
per hari. Selain itu, lebih lanjut direkomendasikan bahwa hingga 25 g protein
untuk menambah asupan kalori sehari-hari dengan membagi kedalam porsi kecil
KESIMPULAN
lansia. Individu lanjut usia sering kali gagal untuk mengonsumsi jumlah makanan
kehilangan nafsu makan atau keinginan untuk makan. Sedangkan kaheksia adalah
suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya nafsu makan, penurunan berat
Pada pasien lansia, proses ini dikarenakan 3 faktor utama antara lain :
Anoreksia akibat penuaan adalah kondisi yang sering terjadi pada orang lanjut
usia, terjadi pada sekitar 20% dari populasi lansia, yaitu individu diatas usia 65
tahun.
menghidu dan mengecap sehingga rasa makanan menjadi tidak menarik. Selain
itu terdapat pengaruh dari hormon, terganggunya fungsi gastrointestinal dan juga
inflamasi kronik khas pada lansia. Beberapa faktor resiko yang dikaitkan dengan
sindroma kaheksia pada lansia. Diantaranya ada faktor fisik, kondisi sosial dan
sehingga dapat memberikan angka harapan hidup yang lebih tinggi untuk lansia.
DAFTAR PUSTAKA