Makalah Kehidupan Manusia Purba Dan Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Anda di halaman 1dari 39

Makalah

SEJARAH INDONESIA

Tentang:

“Kehidupan Manusia Purba dan Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia”


Disusun oleh:

Peminatan MIPA (X IPA 1)

Kelompok 5 (Lima)

1.TIFANI ANTONIA PRADHEA

2.NUR ULFAH ANDELIANI

3.JUNITA SARI MESTIKA SIREGAR

4.SEVTI AYU AZMI WANDIRA

5.OKTAVIANUS DEDI

6.KEVIN JAKA PUTRA

Guru Bidang Studi :

Yohanes Natalio Deovan, S.Pd

SMA Negeri 2 Sekayam Tahun 2018/2019


Jl. Raya Lintas Sekayam,-Kab.Sanggau,Prov.Kalbar,Telp.08152201409,Email:[email protected]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya
yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Makalah
yang berjudul “Kehidupan Manusia Purba dan Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia” ini disusun untuk
memenuhi tugas pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X.

Makalah ini berisikan mengenai kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek moyang bangsa
Indonesia. Yang di dalamnya memuat kehidupan sosial budaya,ciri fisik, teori, serta berbagai cara penyebaran
nenek moyang bangsa Indonesia.Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kami pun
berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami
bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas
bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Kehidupan Manusia Purba

2.1.1 Pengantar dan Pengertian Manusia Purba

2.1.2 Sejarah Penemuan Manusia Purba

2.1.3 Ciri Fisik Manusia Purba

2.1.4 Jenis Manusia Purba

2.1.5 Sistem Kepercayaan Manusia Purba

2.1.6 Pola Kehidupan,Sosial Budaya, dan Corak Kehidupan Manusia Purba

2.1.7 Peralatan Manusia Purba

2.2 Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

2.2.1 Pendapat Para Ahli Tentang Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

2.2.2 Teori Asal-Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

2.2.3 Bangsa atau Rumpun Nenek Moyang Bangsa Indonesia

2.2.4 Cara Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia—negeri yang penuh kekayaan.Kaya akan hasil alam dan manusia-manusianya yang
ramah.Jauh sebelum lahir kata “nusantara” yang mempersatukan.Jauh sebelum penjajahan yang beratus
tahun lamanya.Indonesia—tempat menetapnya bangsa pendatang yang ingin tahu dan kagum dengan
pesonanya.Sebelum masa-masa kerajaan berjaya.Indonesia sudah ada dan menjadi jalur strategis untuk
bermigrasi.Begitu pula dengan masa prasejarah.Dimulai dengan zaman batu sampai perundagian.Sistem
kepercayaan dan corak kehidupan hingga sosial budaya.Indonesia—tempat meleburnya berbagai
kebudayaan.Menggunakan perahu bercadik,dengan teguh mengarungi samudera luas,berlayar dan
menetap di tanah air kita tercinta.Kehidupan manusia prasejarah(purba) memiliki kaitan yang kuat
dengan asal-usul bangsa Indonesia.Jati diri dan harkat martabat bangsa yang penuh budaya ini
bergantung pada sika toleransi satu sama lain.Bukankah sejak dulu Indonesia memang sudah memiliki
beragam bahasa,corak hidup,serta keunikan yang apik?Namun, mereka bisa saling hidup damai dan
berdampingan.Lantas, mengapa sekarang ini kita sebagai cucu yang hidup di zaman millenial
katanya,tetapi kita juga yang panas telinga,menutup mata,selalu mengkritik sesama setanah air sehingga
menyebabkan perpecahan?Disini penulis akan menyampaikan kronologi dari mulai kehidupan manusia
purba sampai kepada nenek moyang bangsa Indonesia.Harapannya, pembaca dapat memahami serta
memaknai hubungan sosial kebudayaan,pola kehidupan,ciri fisik manusia,dan berbagai subbab materi
lainnya yang bersangkutan dengan manusia purba.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian manusia purba?
b) Bagaimana sejarah penemuan manusia purba?
c) Bagaimana ciri fisik manusia purba?
d) Apa saja jenis manusia purba?
e) Bagaimana sistem kepercayaan manusia purba?
f) Bagaimana pola kehidupan,sosial dan corak budaya manusia purba?
g) Apa saja peralatan manusia purba?
h) Apa saja pendapat ahli tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia?
i) Apa saja teori tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia?
j) Apa saja bangsa atau rumpun yang pernah bermigrasi ke Indonesia dan menjadi nenek moyang
bangsa Indonesia?
k) Bagaimana cara penyebaran nenek moyang di Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat


a) Mengetahui kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia
b) Memaknai kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia sebagai
sarana refleksi untuk mempertahankan nama baik Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KEHIDUPAN MANUSIA PURBA

2.1.1 PENGANTAR DAN PENGERTIAN MANUSIA PURBA

PENGANTAR SEJARAH BUDAYA | Sejarah Prasejarah Indonesia | Periode prasejarah Indonesia


termasuk periode yang sangat panjang, dari sekitar 1,7 juta tahun yang lalu, berdasarkan temuan yang ada.
Pengetahuan orang menentangnya didukung oleh temuan fosil binatang dan manusia (hominid), sisa-sisa alat
batu, bagian tubuh hewan, logam (besi dan perunggu), dan tembikar.

Archipelago adalah studi geologi yang menarik karena sangat aktif. Di bagian timur ke pulau selatan dari
pertemuan dua busur memiliki lempeng benua yang besar: Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia.
Pada bagian ini, lempeng Eurasia bergerak ke arah selatan dan jatuh ke bagian bawah Lempeng Indo-Australia
yang bergerak ke utara. Karena jajaran gunung berapi ini terbentuk di sepanjang pulau Sumatera, Jawa, hingga
pulau-pulau Nusa Tenggara. Daerah ini juga rawan gempa bumi sebagai hasilnya.

Di bagian timur pertemuan ada dua lempeng benua lainnya, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Pertemuan
ini membentuk barisan gunung berapi di Kepulauan Maluku bagian utara ke pulau utara Sulawesi ke Filipina.
Kepulauan barat modern muncul kira-kira sekitar Pleistosen terhubung dengan daratan Asia. Sebelumnya
diperkirakan sebagian wilayahnya merupakan bagian dari dasar lautan. Daratan disebut Sunda Shelf
("Sundaland") oleh geologi. Batas timur tanah lama disejajarkan dengan apa yang sekarang dikenal sebagai
Garis Wallace. Kepulauan timur, di sisi lain, secara geografis terhubung dengan benua Australia dan usia yang
lebih tua sebagai daratan. Daratan dikenal sebagai Sahul Shelf dan merupakan bagian dari Lempeng Indo-
Australia, yang pada gilirannya merupakan bagian dari benua Gondwana.

Pada akhir Zaman Es terakhir (20.000-10000 tahun yang lalu) suhu rata-rata bumi meningkat dan permukaan
laut naik dengan cepat. Sebagian besar Paparan Sunda adalah samudra dan membentuk serangkaian Selat
Malaka, Laut Cina Selatan, Selat Karimata, dan Laut Jawa. Pada periode ini terbentuk Semenanjung Malaya,
Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan pulau-pulau sekitarnya. Di timur, pulau New Guinea dan Kepulauan Aru
terpisah dari benua daratan Australia. Kenaikan permukaan laut memaksa orang-orang terpisah dari satu sama
lain penghuni wilayah ini dan mendorong pembentukan penduduk nusantara masyarakat modern. Sejarah
Indonesia mencakup rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai pada zaman prasejarah dengan
penemuan "Manusia Jawa" yang 1,7 juta tahun yang lalu.

Prasejarah

Migrasi proses adalah bagian dari pendudukan Pasifik. Populasi Mongoloid yang ditandai dengan kedatangan
gelombang ini cenderung ke barat, mendesak penduduk ke timur awal atau pasangan mengganggu penduduk
setempat dan karakteristik fisik penduduk Maluku dan Nusa Tenggara. Pendatang baru ini membawa teknik
bertani, termasuk penanaman padi di sawah (pada bukti terbaru sejak abad ke-8 SM), pengolahan kerbau,
perunggu dan besi, teknik menenun, praktik megalit, dan pemujaan roh (animisme) serta sakral benda
(dinamisme). Pada abad pertama SM telah membentuk pemukiman dan kerajaan kecil, dan sangat mungkin
sudah masuk kepercayaan dari India karena pengaruh hubungan perdagangan.

Tumbuhan, hewan dan hominid

Sejarah geologi kepulauan mempengaruhi flora dan fauna, termasuk makhluk mirip manusia yang pernah
menghuni wilayah ini. Beberapa daratan kepulauan dulunya adalah dasar laut, seperti pantai selatan Jawa dan
Nusa Tenggara. Berbagai fosil hewan laut ditemukan di wilayah ini. Daerah ini dikenal sebagai daerah endapan
kapur karst yang terbentuk dari terumbu karang kuno. Flora dan fauna di ketiga pulau memiliki kesamaan
dengan daratan Asia (Indochina, Semenanjung Malaya, dan Filipina). Harimau, gajah, tapir, kerbau, babi,
badak, dan berbagai burung yang hidup di daratan Asia banyak yang memiliki kerabat di pulau ketiga.

Makhluk mirip manusia (hominins) yang dikenal menghuni nusantara adalah manusia Jawa. Fosil dari satu
bagian tengkorak Pithecanthropus erectus ditemukan pada tahun 1891 oleh Eugene Dubois di Trinil, kabupaten
Ngawi. Sejak 1934, GHR von Koenigswald dan timnya menemukan serangkaian fosil hominins di lembah di
sepanjang Sungai Solo, yang berada di Sangiran dan Ngandong serta di tepi Sungai Brantas dekat Mojokerto.
Para ahli paleontologi kini percaya bahwa semua temuan fosil dari Jawa adalah Homo erectus dan merupakan
bentuk primitif. Awalnya diperkirakan berusia satu hingga 500.000 tahun (pengukuran karbon tidak mungkin),
sekarang pengukuran radiometri berdasarkan mineral vulkanik pada lapisan penemuan dugaan lebih tua, yaitu
1,7 hingga 1,5 juta tahun.

Pengertian Manusia Purba


Manusia purba juga disebut dengan Prehistoric People (Manusia Prasejarah) merupakan jenis manusia yang
hidup pada zaman belum mengenal tulisan. Para pakar ahli sejarah sangat meyakini bahwa manusia purba telah
hidup mendiami bumi ini semenjak 4 juta tahun yang lalu.
Jika dilihat dari cirinya manusia purba juga mempunyai volume otak yang lebih besar dibanding manusia
modern zaman sekarang. Untuk mengetahui kehidupan manusia purba di Indonesia, kita dapat melakukan
dengan 2 cara, yaitu :
1. Melalui sisa-sisa tulang manusia, hewan, tumbuhan yang telah menjadi batu atau menjadi fosil.
2. Melalui peninggalan peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh manusia purba sebagai hasil budaya
manusia, seperti peralatan rumah tangga, senjata, bangunan, dan perhiasan.
2.1.2 SEJARAH PENEMUAN MANUSIA PURBA

Sejarah Penemuan Manusia Purba di Indonesia | Bagaimana sejarah penemuan manusia purba di Indonesia?
Untuk mengetahui sejarah manusia purba dan corak kehidupan pada masa prasejarah, para ahli mengadakan
penelitian. Penelitian dilakukan dengan mengadakan penggalian. Dalam penggalian sering ditemukan sisa-sisa
tumbuh-tumbuhan dan hewan yang sudah membatu. Sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang sudah membatu itu
dinamakan fosil. Pada waktu penggalian diketahui bahwa bumi kita berlapis-lapis. Penelitian ilmiah tentang
manusia purba (Paleoanthropologi) telah banyak dilakukan oleh para ahli di berbagai daerah di wilayah
Indonesia sejak tahun 1889 sampai sekarang. Menurut Prof T. Jacob, masa penemuan fosil manusia purba di
Indonesia dibagi dalam tiga tahapan, yaitu sebagai berikut:

Penemuan Manusia Purba Tahap I (1889-1909)


Penelitian fosil manusia purba di Indonesia pertama kali dilakukan oleh dr. Eugene Dubois dari Belanda. Ia
datang ke Indonesia untuk mengadakan penelitian lebih lanjut setelah ia mendapat kiriman sebuah tengkorak
asal daerah Wajak (Tulungagung Jawa Timur) dari B. D. Von Rietscoten (Belanda). Mula-mula Dubois
meneliti gua-gua di Sumatera Barat tetapi hanya menemukan fosil-fosil hewan. Maka Dubois memindahkan
kegiatannya ke Jawa dan akhirnya berhasil menemukan fosil manusia purba itu di kedungbrubus dan Trinil
Kabupaten Ngawi Jawa Timur, yang terletak pada aliran bengawan Solo. Fosil temuannya berupa tengkorak,
ruas leher, rahang, gigi, tulang paha, dan tulang kering Hasil temuannya diberi nama Pithecanthropus Erectus.
Penemuan inilah yang menggemparkan para ahli di seluruh dunia. Karena itu penggalian di Trinil diulangi lagi
oleh Ny. Salenka pada tahun 1907-1909. Penggalian tersebut tidak menemukan fosil-fosil manusia purba, tetapi
hanya menemukan tumbuhan dan hewan.
Penemuan Manusia Purba Tahap II (1991-1941)

Usaha penemuan manusia purba selanjutnya dilakukan antara tahun 1931-1933 oleh suatu tim yang terdiri dari
Ter Haar, Oppernoorth, dan Von Koenigswal di Ngandong, Kabupaten Blora. Penelitian manusia purba di sini
menghasilkan satu seri tengkorak dalam jumlah besar (11 buah) dan ribuan fosil hewan. Fosil manusia purba ini
oleh Oppenoorth diberi nama “Homo (Javanthropus) Soloensis”. Tahun 1936, Tjokrohandojo yang bekerja di
bawah pimpinan Duyfjes menemukan sebuah fosil tengkorak anak-anak jenis Pithecanthropus di Utara
Mojokerto. Antara tahun 1936-1941, Von Koenigswald mengadakan penelitian di Sangiran Surakarta hasilnya
berupa fosil rahang, gigi, dan tengkorak dari jenis Pithecanthropus dan Meganthropus Palaeojavanicus. Karena
itu penemua di Sangiran sangat penting artinya. Temuan tahap I sekarang tersimpan di Leiden (Belanda)
sedangkan temuah tahap II sekarang tersimpan di Frankfurt (Jerman).
Penemuan Manusia Purba Tahap III (1952-sekarang)
Sejak tahun 1952, penemuan fosil-fosil manusia purba atau Paleoantropologi di Indonesia mulai dilakukan oleh
para ahli bangsa Indonesia sendiri. Lembaga yang mempelopori penelitian adalah bagian Geologi Fakultas
Teknik UI (sekarang ITB) kemudian diteruskan oleh Direktorat Geologi Bandung. Penelitian ini dipimpin oleh
Marks yang telah menemukan rahang bawah dari jenis Meganthropus dan Sartono yang menemukan
Pithecanthropus lain. Temuan fosil ini sebagian besar diperoleh dari Sangiran, tetapi di tempat lain juga mulai
ditemukan situs manusia purba baru ialah di Sambungmacan (dekat bengawan Solo) Kabupaten Sragen.
Pentingnya tahapan penemuan ini ialah ditemukannya bagian-bagian tubuh Pithecanthropus, misalnya tulang
muka, dasar tengkorak, dan tengkorak dari Pithecanthropus Soloensis. Tahun 1963 didirikan proyek bersama
antara Universitas Gajah Mada, Dinas Purbakala dan Peninggalan Nasional dan Jawatan Geologi yang disebut
“Proyek Penelitian Paleonthropologi Nasional”.

Peneliti Manusia Purba di Indonesia

Indonesia termasuk salah satu Negara terpenting dalam penemuan fosil manusia purba. Banyak fosil dan
artefak yang telah ditemukan di Negara ini. dengan begitu, ada banyak ahli purbakala yang datang ke Indonesia
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kehidupan manusia purba. Para ahli purbakala ini, yaitu:

1. Eugene Dubois

Siapakah Eugene Dubois? Dia adalah seorang dokter yang berkebangsaan Belanda. Dia adalah orang yang
pertama kali datang ke Indonesia untuk melakukan penelitian tentang manusia purba. Dia dilahirkan di Ejsten,
Belanda pada tahun 1858. Pada tahun 1890, Eugene Dubois berhasil menemukan fosil tengkorak di dekat desa
Trinil, Jawa Timur. Fosil itu diberi nama Pithecanthropus erectus yang memiliki arti manusia kera yang
berjalan tegak.

Fosil ini diduga memiliki usia lebih kurang 1 juta tahun. penemuannya ini, ternyata mampu menggemparkan
dunia, ilmu pengetahuan di bidang paleontology dan biologi karena mengundang perdebatan apakah makhlik
manusia kera ini mata rantai yang hilang dalam teori evolusi Darwin.

2. Von Koenigswald

Von Koenigswald merupakan tokoh paleontologi berkebangsaan Jerman. Ia lahir di Berlin pada tanggal 13
Nobember 1902. Sejak berusia 15 tahun, ia telah menunjukkan ketertarikannya pada benda-benda purbakala.
Hal ini tampak pada koleksinya yaitu fosil-fosil hewan bertulang belakang salah satunya fosil gerahan
Rhinoceros (badak) kemudian ia belajar tentang geologi dan paleontogi di Berlin. Pada tahun 1936- 1941 Von
Koenigswald menemukan fosil rahang bawah yang berukuran sangat besar. fosil ini diduga sama dengan Homo
mojokertensis. Para ahli memberi nama fosil ini Meganthropus palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa
dari Jawa.
3. Ter Haar dan Oppernoorth

Ter Haar dan Oppernoorth mengadakan penelitian di daerah Ngandong (Kabupaten Blora). Mereka berhasil
menemukan empat belas fosil manusia purba. Fosil-fosil itu lebih dikenal dengan Homo Soloensis karena fosil
tersebut ditemukan di sepanjang sungai Bengawan Solo.

4. Tjokrohandoyo dan Dulfies

Usaha penggalian yang dilakukan oleh Tjokrohandoyo dibawah pimpinan Dulfjes telah menemukan dua fosil.
Fosil-fosil yang ditemukan di desa Perning dekat Mojokerto dan Sangiran dekat Surakarta itu menjadi sangat
penting karena diperkirakan berasak dari lapisan tanah yang sangat tua (lebih kurang dua juta tahun yang lalu).
Fosil yang ditemukan itu diberi nama Homo Mojokertensis.

5. Dr. Teuku Jacob

Setelah Indonesia merdeka, penelitian tentang manusia purba dilanjutkan oleh para ahli dari Indonesia.
Penelitian itu dilanjutkan oleh Prof. Dr. Teuku Jacob di desa Sangiran dan meluas di sepanjang aliran sungai
Bengawan Solo. Penelitian ini berhasil menemukan 13 fosil dan fosil terkahir ditemukan tahun 1973 di desa
sambung macam dan Sragen.
2.1.3 CIRI FISIK MANUSIA PURBA

 Ukuran Tubuh

Spesies hominid tertinggi sampai manusia modern. Tubuh tampak hampir seperti manusia modern. Laki-laki: 5
kaki 10 inci tinggi, 139 pon; betina: 5 kaki 3 inci tinggi, 117 pon. Homo erectus jauh lebih besar daripada
leluhurnya. Para ilmuwan berspekulasi bahwa alasannya adalah karena mereka makan lebih banyak daging.

 Ukuran Otak

800 hingga 1000 sentimeter kubik. Diperbesar selama bertahun-tahun dari ukuran bayi satu tahun ke anak laki-
laki berusia 14 tahun (sekitar tiga perempat ukuran otak manusia dewasa modern). Sebuah tengkorak berumur
1,2 juta tahun dari Olduvai Gorge memiliki kapasitas tengkorak 1.000 sentimeter kubik, dibandingkan dengan
1.350 sentimeter kubik untuk manusia modern dan 390 sentimeter kubik untuk simpanse.

 Tengkorak:

Tengkorak paling tebal dari semua hominid: panjang dan rendah dan menyerupai “setengah bola kempes.”
Lebih mirip dengan pendahulu dari manusia modern, tidak ada dagu, rahang yang menonjol, tempurung otak
yang rendah dan berat, alis tebal, dan dahi miring ke belakang.

Dibandingkan dengan pendahulunya, ada ukuran dan proyeksi wajah yang berkurang, termasuk gigi dan rahang
yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan Paranthropus dan hilangnya puncak tengkorak. Sebuah jembatan
hidung bertulang menunjukkan hidung yang diproyeksikan seperti kita.

Homo erectus adalah hominid pertama yang memiliki otak asimetris seperti manusia modern. Lobus frontal, di
mana pemikiran kompleks terjadi pada manusia modern, relatif terbelakang. Lubang kecil di tulang belakang
mungkin berarti bahwa tidak cukup informasi yang dipindahkan dari otak ke paru-paru, leher dan mulut untuk
memungkinkan pembicaraan.

 Tubuh:

Tubuh mirip dengan manusia modern, memiliki proporsi panjang-limbed yang umum pada orang-orang tropis.
Tinggi, ramping, memiliki tulang rusuk yang hampir identik dengan manusia modern dan tulang kuat yang
mampu menahan keausan hidup yang keras di padang rumput.
2.1.4 JENIS MANUSIA PURBA

Secara umum manusia purba terbagi kedalam 3 kelompok yaitu Meganthropus (Manusia Besar),
Pitecanthropus (Manusia Kera Berjalan Tegak) dan Homo (Manusia Cerdas). Fosil yang ditemukan tersebut
terdapat di beberapa wilayah di Indonesia. Wilayah tersebut sudah diberikan ketetapan seperti halnya
perkembangan wilayah di Indonesia.Berikut ini jenis jenis manusia purba dan penemunya yang dikutip dari
beberapa sumber:

1. Meganthropus Palaeojavanicus

Ditemukan oleh seorang arkeolog dari negeri Belanda bernama Van Koenigswald. Dia pertama kali
menemukan fosil ini di daerah Sangiran pada tahun 1936. Manusia purba di Indonesia tidak seperti jenis jenis
manusia purba di dunia. Pada era tersebut paling banyak fosil ditemukan dalam kondisi seperti orang Barat.
Maka ketika arkeolog menemukan fosil yang berbeda dari sebelumnya, membangkitkan gairah ilmiah di
kalangan arkeolog untuk lebih mendalami tentang fosil manusia purba yang ditemukan di indonesia.

Diperkirakan manusia besar ini hidup antara 1 juta dan 2 juta tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dari fosil
dengan teknik peluruhan karbon. Sehingga usia dari fosil tersebut bisa kita ketahui. Dengan adanya sifat waktu
paruh itu, banyak sekali fosil, batuan dan elemen lainnya yang bisa kita perkirakan umurnya. Bahkan umur
Bumi yang kita cintai ini bisa kita perkirakan dengan waktu paruh dari unsur karbon pada material atau
zat. Meganthropus Palaeojavanicus mempunyai ciri :

 Memiliki tulang pipi yang tebal,


 Memiliki otot rahang yang kuat,
 Tidak memiliki dagu,
 Memiliki tonjolan belakang yang tajam,
 Memiliki tulang kening yang menonjol,
 Memiliki perawakan yang tegap, (Gambar Meganthropus Palaeojavanicus)

 Memakan tumbuh-tumbuhan, dan hidup berkelompok dan berpindah-pindah.

2. Pitecanthropus Erectus

Manusia purba ini hidup di wilayah Indonesia pada 1-2 juta tahun yang lalu. Wilayah Indonesia yang menurut
sejarah arkeologi, pernah beberapa kali mengalami bencana alam di indonesia. Dari mulai hal yang bersifat
mengikat hingga membuat wilayah indonesia terdiri dari bermacam macam pulau. Doktor dari Belanda
bernama Eungene Dubois adalah penemu pertama manusia disini. Ciri khas dari Pitecanthropus adalah:

 Berjalan tegak, tetapi dalam struktur tengkoraknya mirip dengan struktur kera. Maka dikenal juga
dengan manusia kera berjalan tegak.
 Dengan struktur tengkorak mirip kera, maka dimungkinkan ukuran otaknya kecil.
 Menyebabkan tingkat kecerdasan jenis manusia purba ini hampir sama namun diatas dengan insting
hewan.
 Pitecanthropus merupakan bangsa atau kaum pengumpul makanan (Food Gathering).
 Kehidupan primitif pada masa itu tidak akan jauh berbeda dengan kehidupan kera di masa modern. Jenis
manusia purba ini sangat di elukan oleh kalangan materialis, karena merupakan bukti adanya mahluk
transisi yang menguatkan teori evolusinya Charles Darwin.

Memiliki ciri berbadan tegak dan kemungkinan besar terbesar pula pada masa nya. Dengan ukuran otak yang
masih kecil dibanding mahluk lainnya maka didapatkan hasil yang cukup mengagetkan bahwa dalam keadaan
mengumpulkan makanan dan keperluan bumil, terdapat jejak yang menunjukkan rapat kelompok.

(Gambar Pitecanthropus Erectus)

3. Pitecanthropus Soloensis

Merupakan jenis-jenis manusia purba yang berasal dari solo tepatnya area ngandong. Selain dari aspek daratan,
terdapat batas wilayah laut di Indonesia yang bagi negara kita sangat penting. Hal ini dikemukakan dalam batas
laut Indonesia yang sudah menjadi ketetapan di kalangan internasional. Adapun ciri dari Pitecanthropus Erectus
adalah :

 Pada tengkorak, tonjolan keningnya tebal.


 Tinggi sekitar 165–180 cm.
 Memiliki rahang bawah yang kuat.
 Memiliki tulang pipi yang tebal.
 Tulang belakang menonjol dan tajam. (Gambar Pitecanthropus Soloensis)

 Pemakan tumbuhan dan daging (pemakan segalanya).


 Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
 Hidungnya lebar, dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol.
4. Pitecanthropus Mojokertensis

Dalam hal yang dilakukan tanpa perlu mendalami jenis jenis manusia purba dan gambarnya, kita bisa tahu
bahwa Eungene Dubois berhasil menjadi penemu fosil jenis ini di wilayah Mojokerto, sehingga beliau menamai
fosil penemuannya menjadi sebuah temuan besar abad ini. Penggalian yang dilakukan di Mojokerto ini mau
tidak mau merusak tulang tulang nya. Beberapa bagian nya menjadi hancur sehingga beberapa detil tidak
terselamatkan sempurna.

(Gambar Pitecanthropus Mojokertensis)

5. Homo Floresiensis

Untuk jenis homo ini memiliki kebiasaan dan gaya hidup yang kurang lebih sama dengan manusia sekarang.
Bahkan pada masa itu jenis homo memiliki kesatuan dalam hal bertindak secara ciri-ciri manusia sebagai
makhluk ekonomi. Pada masa tersebut tidak menggunakan alat-alat canggih, tetapi menggunakan batu
sederhana yang kemudian di hampelas . Kedua, manusia jenis Homo ini sudah sadar akan keberadaan kita, atau
manusia di sekitarnya. Sehingga akan timbul kesamaan ras.

Secara nama mungkin kita sedikit terkecoh, karena peneliti Belanda tersebut tidak menamakan fosil
penemuannya dengan namanya, tetapi menggunakan nama tempat pada waktu penggalian arkeologisnya. Nama
lain dari Homo mungkin bisa diartikan sebagai suatu kecenderungan seksual antara sesama laki-laki/ secara
umum manusia jenis homo ini memiliki ciri khas :

 Muka lebar dengan hidung yang lebar;


 Mulutnya menonjol;
 Tingginya 130–210 cm;
 Berat badan 30–150 kg;
 Hidupnya sekitar 40.000–25.000 tahun yang lalu;
 Bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang; (Gambar Homo Floresiensis)

 Dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus.


6. Homo Wajakensis

Homo Wajakensis berarti homo yang berasal dari Wajak. Perselisihan antar kelompok masih menjadi masalah
pada masa purba menjadikan tiap daerah memiliki bentuk fosil yang berbeda-beda pula. Kita hanya bisa
memperkirakan seperti apa kehidupan sosialnya. Namun para ahli telah meneliti pengaruh letak geografis
Indonesia terhadap keadaan alam dan iklim. Dengan begitu sejauh yang kita perkirakan, kehidupan sosial
manusia purba bisa jadi tidak berbeda dengan keadaan sekarang kecuali dalam hal berkomunikasi.

Di Wajak inilah, yang bila di gambarkan dekat daerah Tumenggung Jawa Timur, pada tahun 1889 Eungene
Dubois menemukan fosil manusia purba asli Indonesia. Penemuan ini merupakan penemuan penting, karena
seolah menemukan keping puzzle yang hilang yang membuktikan adanya hubungan manusia dengan kera.
Fosil-fosil manusia purba di Indonesia menjadi jembatan penghubung itu. Seperti dikemukanan dalam teori
Darwin dalam bukunya 'The Descent Of Man' (asal usul manusia).

(Gambar Homo Wajakensis)

7. Homo Soloensis

Merupakan jenis manusia purba Homo yang ditemukan fosilnya di wilayah Solo pulau Jawa. Siapa saja yang
meneliti manusia purba di indonesia? Yang paling terkenal tentunya Eungene Dubois, kemudian Van
Koenigswald, kemudian ada Weidenreich. Berikut keterangan penelitian tentang manusia purba soloensis:

 Dan peneliti peneliti lain yang mungkin catatanya tidak sebanyak peneliti yang disebutkan diatas.
 Namun tentunya kontribusi para peneliti tersebut menjadikan khazanah bagi jenis-jenis manusia purba
purba di Asia dan tentunya Dunia.

Sungai bengawan Solo merupakan jantung dari sebuah kehidupan primitif di masa lampau Indonesia.
Banyaknya penemuan di kawasan ini menunjukkan kecenderungan manusia purba jaman dulu hidup dengan
kedekatan pada sumber air. Belum ditemukannya sistem irigasi, seolah memaksa manusia purba untuk tidak
jauh dalam memberikan intervensi. Dengan mempunyai tempat tinggal dekat sungai, memberikan keuntungan
bagi manusia purba.
(Gambar Homo Soloensis)

8. Pitecanthropus Robustus

Adalah jenis Pitecanthropus yang memiliki rahang besar. Dengan adanya rahang besar tersebut, menurut
peneliti jenis manusia purba ini memiliki kegemaran memakan tumbuhan. Kegunaan rahang yang besar adalah
agar dalam mengunyah tumbuhan menjadi lebih mudah dan lebih cepat, sehingga bangsa ini lebih senang bila
hidup sendiri. Berikut bentuk rupa dari manusia purba pitechanthropus robustus:

 Bentuk rahang yang besar itu pula menunjukkan bahwa cakupan dari kapasitas mulut Pitecanthropus
Erectus lebih besar dari manusia masa sekarang.
 Kapasitas mulut tersebut memungkinkan manusia jenis ini memberikan jati dirinya. Diketahui bahwa
manusia purba pada zaman itu
 Bisa diartikan bahwa jenis manusia purba homo ini adalah kondisi alamiah jenis manusia Indonesia
pada jaman sekarang. Yang membedakan tentunya waktu hidup dan cara berkomunikasi dalam interaksi
sosial pada masa itu. Termasuk penggunaan alat bantu.

Manusia purba jenis ini sudah mulai mengedepankan akal dibanding insting. Dibuktikan dengan banyaknya
peninggalan berupa batu, kapak batu, dan perkakas lainnya yang dipergunakan untuk menunjang dalam
kehidupan sehari-harinya. Selain itu, juga pada titik titik temuan arkeologis, manusia purba jenis Homo ini
tidak terlalu dekat dengan sungai, yang menandakan bahwa manusia purba jenis ini membuat sebuah tempat
tinggal atau kawasan tempat tinggal yang nyaman meskipun tidak dekat sekali dengan sumber air. Yang pada
masa itu adalah sungai.

(Gambar Pitecanthropus Robustus)


9. Pitecanthropus Dubuis

Bila diartikan, jenis manusia kera berjalan tegak ini adalah jenis yang meragukan. Fosilnya ditemukan di
Sangiran namun secara struktur tulang dan tengkoraknya tidak mutlak masuk dalam ciri meganthropus maupun
pitecanthropus. Sumbangsih peneliti dari Belanda ini merupakan penemuan penting. Meskipun bagi rakyat
Indonesia ekspedisi dan penggalian arkeologis tak ubahnya dengan pemaksaan dan penjajahan hak.

Bangsa kita yang dipaksa dan dipekerjakan sebagai tenaga penggali. Menurut catatan sejarah, banyak korban
dari bangsa kita yang berjatuhan, namun dengan rapinya dan lihai, para peneliti Belanda dibantu dengan
pemerintahan kolonial, berhasil membawa propaganda berupa penemuan fosil manusia purba ini, sehingga
sistem kerja paksa dalam penggalian itu tidak begitu diangkat di hadapan publik. Dikarenakan banyak sekali
temuan di daerah sungai Bengawan Solo, peneliti membagi lapisan tanah di daerah itu menjadi 3 lapisan yaitu :

 Lapisan Jetis, dimana Pitecanthropus Robustus ditemukan atau kita kenal juga dengan nama lapisan
pleistosen bawah
 Lapisan Trinil, dimana ditemukan Pitecanthropus Erectus. Lapisan ini kita kenal juga dengan nama
lapisan pleistosen tengah.
 Lapisan Ngandong, dimana Pitecanthropus Soloensis ditemukan. Dikenal juga dengan nama lapisan
pleistosen atas.

(Gambar Pitecanthropus Dubois)

10. Homo Sapiens

Bisa diartikan sebagai manusia cerdas. Berasal dari zaman holosen. Bentuk tubuh Homo Sapiens sudah
menyerupai dengan bentuk orang Indonesia sekarang. Pada masa itu, golongan manusia ini sudah memiliki
strukur organisasi dan pembagian tugas. Berdasarkan penelitian tersebut, tidak hanya bentuk fisik dari manusia
purba, tetapi kehidupan sosialnya juga bisa kita kaji. Tentunya dengan penelitian yang intens dan dalam jangka
waktu lama.
Homo Sapiens mereferensikan bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki kelebihan dalam hal akal. Dengan
mempelajari tentang Homo Sapiens, kehidupan kita bisa bertambah dalam khazanah dan pengalaman dengan
produk tertentu. Jenis manusia purba ini memiliki ciri sebagai berikut :

1. Volume otaknya antara 1.000 cc – 1.200 cc;


2. Tinggi badan antara 130 – 210 m;
3. Otot tengkuk mengalami penyusutan;
4. Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan;
5. Muka tidak menonjol ke depan;
6. Berdiri dan berjalan tegak,
7. Berdagu dan tulang rahangnya biasa, tidak sangat kuat.

Dengan melihat spesifikasi diatas, maka bisa kita ketahui bahwa jenis Homo Sapiens sudah menggunakan
akalnya. Meskipun dalam hal sederhana, tetapi jenis ini sudah memiliki karakteristik berburu. Tidak hanya
mengumpulkan makanan seperti halnya jenis lain. Homo sapiens juga menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
mempunyai banya ragam dan budaya serta ras. Dengan mentahnya teori evolusi pada masa sekarang ini,
muncul asumsi bahwa 'manusia kera' adalah jenis manusia juga tetapi berbeda ras. Seperti halnya ras Asia,
Afrika dan Eropa. Bahkan dengan sesama bangsa Asia pun memiliki keanekaragaman ras dan budaya. Secara
telusur, menurut peneliti bahwa didapatkan leluhur manusia seperti ini :

 Ras Mongoloid, berciri kulit kuning, mata sipit, rambut lurus.


 Ras Mongoloid ini menyebar ke Asia Timur, yakni Jepang, Cina, Korea, dan Asia Tenggara.
 Ras Kaukasoid, merupakan ras yang berkulit putih, tinggi, rambut lurus, dan hidung mancung. Ras ini
penyebarannya ke Eropa, ada yang ke India Utara (ras Arya), ada yang ke Yahudi (ras Semit), dan ada
yang menyebar ke Arab, Turki, dan daerah Asia Barat lainnya.
 Ras Negroid, memiliki ciri kulit hitam, rambut keriting, bibir tebal. Penyebaran ras ini ke Australia (ras
Aborigin), ke Papua (ras Papua sebagai penduduk asli), dan ke Afrika.

(Gambar Homo Sapiens)


2.1.5 SISTEM KEPERCAYAAN MANUSIA PURBA

1. Roh Nenek Moyang

Kepercayan terhadap nenek moyang ini diduga muncul pada saat masyarakat zaman pra-aksara masih
mengandalkan kehidupan berburu, mengumpulkan, serta meramu makanan. Kepercayaan ini muncul ketika
fenomena mimpi saat manusia tidur. Pada saat itu, manusia melihat dirinya berada di tempat yang berbeda dari
tubuh jasmaninya. Mereka percaya bahwa tubuh yang berada di tempat lain itu adalah jiwa. Kemudian
kepercayaan ini berkembang bahwa jiwa benar-benar telah terlepas dari jasmaninya.Jiwa yang terlepas itu
dianggap dapat berbuat sesuai kehendaknya. Berdasarkan hal tersebut, setiap ada pemimpin yang mati, roh atau
jiwanya akan sangat dihormati dan dipuja-puja.

2. Animisme

Animisme adalah tahap kelanjutan dari kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Mereka mulai memahami
sebab-sebab gejala alam yang terjadi. Setelah mengetahui fenomena sebab gejala alam yang terjadi, mereka
kemudian mencari pemecahan masalah atas fenomena tersebut.Atas dasar perkembangan berfikirnya itu,
manusia purba menganggap penyebab terjadinya fenomena-fenomena tersebut adalah roh, sebagai penentu dan
pengatur alam semesta. Agar manusia purba itu dapat beraktifitas dengan tenang dan aman, mereka melakukan
ritual pembacaan doa, pemberian sesaji, bahkan korban.

3. Dinamisme

Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat
memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Mereka percaya
terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat menolong mereka. Kekuatan gaib itu terdapat di dalam benda-
benda seperti keris, patung, gunung, pohon besar, dll. Untuk mendapatkan pertolongan kekuatan gaib tersebut,
mereka melakukan upacara pemberian sesaji, atau ritual lainnya.

4. Totemisme

Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci dan dipuja karena memiliki kekuatan
supranatural. Hewan yang dianggap suci antara lain sapi, ular, dan harimau.

5. Monoisme

Monoisme atau monoteisme adalah tingkat akhir dalam evolusi kepercayaan manusia. Monoisme merupakan
sebuah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada tingkat ini, manusia mulai berpikir atas apa yang
selama ini dialaminya. Mulai dari pertanyaan siapa yang menghidupkan dan mematikan manusia, siapa yang
menghidupkan tumbuhan, siapa yang menciptakan binatang, juga bulan dan matahari. Berdasarkan pertanyaan
itu, manusia membuat kesimpulan bahwa ada kekuatan yang maha besar dan tidak tertandingi oleh kekuatan
manusia.
2.1.6 POLA KEHIDUPAN,SOSIAL BUDAYA,DAN CORAK KEHIDUPAN MANUSIA
PURBA

1. Masa Berburu untuk Mengumpulkan Makanan


Ciri-ciri kehidupan manusia purba pada zaman ini adalah :
 Tidak mempunyai tempat tinggal
 Hidup sendiri atau dengan kelompok kecil
 Mengumpulkan makanan seperti umbi-umbian
 Menggunakan kapak genggam untuk berburu hewan
 Berlindung di dalam goa
 Membuat lukisan berupa cap jari tangan dan babi rusa dalam keadaan terpanah, biasanya menggunakan
warna hitam, putih, dan merah
2. Maca Bercocok Tanam
Ciri-ciri kehidupan manusia purba pada zaman ini adalah :
 Hidupnya mulai menetap pada suatu tempat dan melakukan kegiatan bercocok tanam
 Mulai menggunakan pakaian yang terbuat dari kulit hewan atau kulit kayu
 Membuat rumah dari kayu
 Jika tanah tidak subur, mereka akan berpindah tempat
 Membuat alat-alat bercocok tanam, seperti : mata panah, beliung persegi, kapak lonjong, dan perhiasan
3. Masa Mengenal Kepercayaan
Ciri-ciri kehidupan manusia purba pada zaman ini adalah :
 Melakukan upacara-upacara tertentu, sebagai bukti adanya kekuatan yang melebihi diri mereka.
 Mulai terdapat bangunan besar untuk dijadikan sebagai tempat melakukan upacara tersebut.
4. Masa Perundagian
Ciri-ciri kehidupan manusia purba pada zaman ini adalah :
 Mulai tinggal disebuah desa atau perkampungan dalam waktu yang cukup lama.
 Mempunyai kemampuan mengolah logam, seperti cincin
 Mengenal sistem barter untuk mendapatkan logam
Pelayaran

Dalam pelayaran manusia prasejarah sudah mengenal arah mata angin dan mengetahui posisi bintang sebagai
penentu arah (kompas)

Bahasa Menurut hasil penelitian Prof. Dr. H. Kern, bahasa yang digunakan termasuk rumpun bahasa
Austronesia yaitu : bahasa Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.Terjadinya perbedaan bahasa antar
daerah karena pengaruh faktor geografis dan perkembangan bahasa.
2.1.7 PERALATAN MANUSIA PURBA

1. Kapak Perimbas

Kapak perimbas adalah alat yang berbentuk kapak, tetapi dengan bentuk yang lebih kecil dari ukuran kapak
pada saat ini. Benda ini digunakan untuk, memahat, merimbas kayu, dan tulang untuk dijadikan senjata. Alat ini
digunakan oleh manusia Pithecanthropus dan banyak sekali ditemukan di daerah Pactitan, Jawa Tengah oleh
Ralp Von Koenigswald, sehingga disebut juga dengan alat peninggalan kebudayaan Pacitan.Selain di temukan
di Pacitan, ternyata alat ini juga ditemukan di daerah Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat,
(Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen di Beijing.

2. Kapak Genggam

Benda ini disebut juga dengan Chopper, memiliki bentuk yang sama seperti kapak, tetapi tidak memilik
pegangan. Cara menggunakan benda ini adalah dengan digenggam. Kapak genggam terbuat dari batu yang
salah satu sisinya diasah hingga menjadi tajam, sedangkan sisi lainya tidak diasah untuk dijadikan tempat
genggaman.Alat ini digunakan untuk menguliti dan memotong hewan buruan dan juga digunakan sebagai alat
penggali tanah dalam mencari umbi – umbian. Kapak genggam ini banyak ditemukan di daerah Pacitan.

3. Flakes

Flakes adalah peralatan yang berukuran kecil dan terbuat dari batu Chalcedon. Alat ini merupakan hasil dari
kebudayaan Ngandong, kebudayaan yang alat – alatnya terbuat dari tulang hewan. Flakes digunakan untuk
mengupas makanan. Selain itu, alat ini juga dimanfaatkan sebagai alat untuk berburu binatang, menangkap
ikan, dan mengumpulkan ubi dan buah-buahan.

4. Peralatan dari tulang binatang atau tanduk rusa

Selain dari batu, alat peninggalan manusia purba juga ditemukan ada yang terbuat dari tulang binatang dan
tanduk rusa. Alat – alat ini digunakan oleh manusia purba pada masa paleolithikum yang menghasilkan
kebudayaan Ngandong.Pada umumnya, alat – alat yang terbuat dari tulang ini merupakan alat – alat penusuk
(belati), seperti mata panah dan ujung tombak yang bergerigi. Alat – alat ini berfungsi sebagai alat pengorek ubi
di dalam tanah, berburu dan menangkap ikan.

5. Pebble

Pebble disebut juga dengan kapak genggam sumatera. Alat ini digunakan oleh manusia purba pada zaman
mesolitikum dan dimanfatkan sebagai alat untuk memotong. Pabbel ditemukan oleh Dr. P.V. Van Stein
Callenfels yang melakukan penelitian di bukit kerang pada tahun 1925.
Alat ini terbuat dari batu kali yang dipecah – pecah menjadi pipihan – pipihan kecil yang tajam pada bagian
ujungnya.

6. Hachecour (kapak pendek)

Hachecour atau disebut dengan kapak pendek merupakan alat yang dipergunakan oleh manusia purba pada
masa mesolitikum. Kapak ini berbentuk setengah lingkaran yang lebih pendek daripada bentuk kapak saat ini.
Hachecour juga ditemukan di tumpukan bukit kerang oleh Dr. P.V. Van Stein Callenfels pada tahun 1925.

7. Pipisan

Selain kapak, pipisan juga ditemukan di dalam bukit – bukit kerang. Pipisan adalah batu – batuan penggiling
beserta landasannya. Benda ini dimanfaatkan untuk menghaluskan makanan dan juga dipergunakan untuk
menghaluskan cat merah yang terbuat dari tanah merah. Mereka menggunakan cat merah untuk kepentingan
religius dan juga untuk ilmu sihir.

8. Menhir

Menhir yaitu bangunan yang terbuat dari batu untuk pemujaan kepada roh – roh nenek moyang. Bangunan ini
ada yang dibentuk tunggal da nada pula yang dibentuk berkelompok, seperti punden berundak – undak.

9. Punden Berundak-undak

Punden berundak-undak adalah sebuah bangunan yang terbuat dari batu dan disusun bertingkat-tingkat.
Bangunan ini digunakan untuk tempat pemujaan bagi roh – roh nenek moyang.

10. Dolmen

Dolmen adalah meja yang terbuat dari batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji untuk pemujaan kepada
roh leluhur. Di bagian bawah dolmen biasanya digunakan untuk meletakkan mayat, sehingga mayat tidak
dimakan oleh binatang liar.

11. Sarkofagus

Sarkofagus merupakan peti mayat atau keranda yang dibuat dari batu. Bentuk sarkofagus menyerupai lesung
yang diberi tutup. Di dalam Sarkofagus ditemukan mayat beserta bekal kubur mereka, seperti periuk, kapak
persegi, perhiasan dan benda-benda yang dibuat dari dari perunggu dan besi.
12. Waruga

Waruga merupakan peti kubur pada zaman megalitikum. Di dalam waruga ditemukan bermacam – macam
benda yang berupa tulang- tulang, dan gigi manusia, periuk dari tanah liat, benda- benda yang terbuat dari
logam, seperti pedang, dan tombak, dan perhiasan.

13. Arca batu

Arca/patung-patung dibuat dari batu – batu yang dibentuk menyerupai binatang atau manusia. Benda ini
digunakan untuk keperluan upacara keagamaan pada zaman megalitikum.
2.2 ASAL-USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

2.2.1 PENDAPAT PARA AHLI TENTANG ASAL-USUL DAN PERSEBARAN NENEK


MOYANG BANGSA INDONESIA

Dari pandangan para ahli sejarah memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang asal-usul nenek moyang
bangsa Indonesia. Berikut beberapa pendapat bagi para ahli.

1. Prof. Dr. H. Kern

Prof. Dr. H. Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada kesamaan bahasa yang dipakai di kepulauan
Indonesia, Polinesia, Melanisia, dan Mikronesia. Menurut hasil penelitian asal Belanda ini, bahasa-bahasa yang
digunakan di daerah-daerah tersebut berasal dari satu akar bahasa yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Hal ini
dibuktikan dengan adanya nama dan bahasa yang dipakai daerah-daerah tersebut. Objek penelitian Kern adalah
kesamaan bahasa, nama-nama binatang dan alat-alat perang.

2. Van Heine Geldern

Van Heine Geldern berpendapat jika bahasa Indonesia adalah bahasa yang berasal dari Asia Tengah.
Pendapanya tidak jauh berbeda dengan Kern. Kendati lebih baru dibanding dengan teori yang diajukan Kern,
pendapat dan teori Geldern lebih dapat dipercaya karena didukung oleh penemuan beberapa artefak, dan benda-
benda sejarah lainnya yang ditemukan di Indonesia memiliki kesamaan dengan benda-benda sejarah yang
ditemukan di daratan Asia.

3. Drs. Moh. Ali

Drs. Moh. Ali menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunnan. Nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar di Asia yang datang ke Indonesia secara bergelombang.
Gelombang pertama dari tahun 3000-1500 SM dengan ciri-ciri kebudayaan Neolitikum dengan perahu bercadik
satu. Gelombang yang kedua terjadi dari tahun 1500-500 SM dengan ciri-ciri menggunakan perahu bercadik
dua.

4. Mens

Mens berpendapat bangsa Indonesia sebetulnya berasal dari keturunan Mongol yang terdesak akibat keberadaan
bangsa bangsa lain yang lebih kuat. Mereka kemudian bermigrasi secara besar-besaram ke arah selatan
termasuk ke kawasan Indonesia.

5. Prof. Moh. Yamin

Prof. Moh. Yamin menentang semua pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Ia berpendapat bahwa asal
bangsa Indonesia adalah dari Indonesia sendiri. Bahkan bangsa-bangsa lain yang ada di wilayah Asia berasal
dari Indonesia. Pendapat Moh. Yamin didukung oleh suatu pernyataannya tentang Blood Und Breden Unchiro
yang berarti adalah daerah dan tanah bangsa Indonesia adalah berasal dari Indonesia sendiri. Ia menyatakan
bahwa fosil dan artefak lebih banyak dan lengkap ditemukan di wilayah Indonesia dibandingkan dengan
daerah-daerah lainnya di Asia. Misalnya dengan penemuan manusia purba sejenis Homo soloensis dan Homo
wajakensis.

6. Prof. H. Kroom

Prof. H. Kroom menyatakan bahwa asal-usul bangsa Indonesia dari daerah Cina Tengah karena pada daerah
Cina Tengah terdapat sumber-sumber sungai besar. Mereka menyebar ke wilayah Indonesia sekitar tahun 2000
SM sampai tahun 1500 SM.

7. Hogen

Hogen berpendapat bahwa bangsa yang mendiami pesisir Melayu di Sumatera beramilasi secara genetik dengan
bangsa Mongol yang datang pada gelombang pertama (Proto Melayu dan Deutro Melayu).

8. Prof. Dr. Krom

Prof. Dr. Krom mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia adalah keturunan asli orang-orang China Tengah.
Hal ini didasari pemikiran sederhana, yaitu karena di Cina Tengah banyak sekali terdapat sungai besar.
Sebagian dari mereka menyebar ke seluruh kawasan Indonesia pada zaman batu tua (sekitar 2.000 SM sampai
1.500 SM).

9. Mac Muller

Mac Muller berpendapat secara lebih spesifik. Ia menyebut jika asal usul nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari semenanjung Asia Tenggara. Kendati begitu, alasan Muller ini tidak didukung alasan yang jelas
dan terverifikasi.
10. Prof. Dr. Sangkot Marzuki

Prof. Dr. Sangkot Marzuki berpendapat jika nenek moyang bangsa Indonesia memiliki asal usul dan keterkaitan
dengan Austronesia dataran Sunda. Karena didasari oleh penemuan DNA fosil-fosil manusia purba yang ada di
Indonesia. Atas dasar itu, ia kemudian menyanggah pendapat Van Heine Geldern yang menyebut jika nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Menurutnya, Homo Erectus atau Phitecantropus Erectus yang
ditemukan sebagai manusia purba saat itu tidak memiliki signifikasi dengan DNA manusia Indonesia zaman
sekarang. Menurutnya, mereka punah dan diganti oleh manusia species baru, yang berasal dari Afrika.
11. Drs. Moh.Ali

Drs. Moh. Ali beranggapan bahwa asal usul nenek moyang bangsa Indonesia bersumber dari daerah Yunan,
Cina. Anggapan ini dipengaruhi oleh pendapat Mens yang menyebut jika bangsa Indonesia berasal dari daerah
Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat kala itu. Mereka kemudian pindah ke selatan, ke
pulau-pulau di Austronesia termasuk Indonesia. Ali berpendapat jika nenek moyang orang Indonesia berasal
dari hulu sungai besar yang berada di daratan Asia, mereka berdatangan ke Indonesia dengan cara
bergelombang. Gelombang pertama berlangsung sejak 3.000 sampai 1.500 SM (Proto Melayu) sedangkan
gelombang kedua terjadi pada 1.500 sampai 500 SM (Deutro Melayu). Ciri-ciri kelompok yang datang pada
gelombang pertama adalah mereka masih berkebudayaan Neolitikum dengan tipe perahu bercadik-satu sebagai
alat transportasi menyeberangi lautan, sedangkan orang-orang gelombang kedua memakai perahu bercadik-dua.

12. Willem Smith

Untuk menentukan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia, Willem Smith melakukan identifikasi terhadap
bahasa yang digunakan oleh bangsa-bangsa di sekitar Asia. Berdasarkan penelitiannya, ia kemudian
mengelompokan bahasa di sekitar Asia menjadi 3 bagian yaitu, bahasa Togon, bahasa Jerman, dan bahasa
Austria. Nah, Indonesia sendiri bersama dengan Melanesia, dan Polinesia digolongkan ke dalam penggunaan
bahasa Austria.

13. Dr. Brandes

Dr. Brandes berpendapat jika suku-suku yang mendiami kepulauan Indonesia mempunyai kesamaan secara
etnik, fisik, maupun bahasa dengan beberapa bangsa yang mendiami daerah-daerah yang melintang dari utara di
Pulau Formosa (Taiwan), barat di Pulau Malagasi (Madagaskar), selatan di Jawa dan Bali; serta timur di tepi
pantai barat Amerika.
14. Mayundar

Mayundar berasumsi bahwa bangsa-bangsa Austronesia yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia adalah
berasal dari India. Mereka menyebar ke beberapa wilayah di Indocina, ke Indonesia, dan akhirnya ke Asia
Pasifik. Asumnsi Mayundar ini didukung hasil penelitiannya yang menyebut jika bahasa Austria adalah bahasa
Muda di kawasan India bagian timur.

15. Sultan Takdir Alisyahbana

Sultan Takdir Alisyahbana mengemukakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang bernenekmoyangkan
bangsa melayu. Pendapatnya ini didasari oleh rumpun bahasa keduanya yang memiliki kesamaan yang
signifikan.

16.Gorys Kraf

Gorys Kraf berpendapat bahwa bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang lebih maju dibanding kebudayaan
bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Ini berarti bahwa Indonesia adalah induk dari bangsa-bangsa lain yang ada di
wilayah Austronesia seperti Malaysia, Thailand, Madagaskar, dan Selatan Indochina.

17. Harry Truman Simandjutak

Harry Truman Simandjutak mengemukakan bahwa bahasa yang banyak dipakai di Indonesia adalaha generasi
kedua dari Bahasa Austronesia. Ini menunjukan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Pulau
Formosa, di Taiwan.
2.2.2 TEORI ASAL-USUL DAN PERSEBARAN NENEK MOYANG BANGSA
INDONESIA

Berdasarkan sumber dari buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI) dan wikipedia, ada 4 teori asal usul nenek
moyang bangsa Indonesia. Keempat teori tersebut meliputi : Teori Nusantara, Teori Out of Afrika, Teori Out of
Taiwan dan Teori Yunan. Ingin mengetahui lebih dalam? berikut penjelasannya.

1. Teori Nusantara

Teori Nusantara menjelaskan bahwa asal usul nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri
(Nusantara). Jadi, asal mula manusia yang ada tidak berasal dari luar. Para ahli sejarah atau tokoh pendukung
teori ini seperti : Mohammad Yamin, Gorys Keraf, J. Crawford, Sutan Takdir Alisjahbana, dan K. Hilmy.
Teori Nusantara memiliki 4 landasan atau dasar yang menguatkan tentang keberadaan asal usul nenek moyang
bangsa Indonesia memang benar-benar berasal dari Nusantara sendiri, berikut landasannya :

1. Peradaban tinggi Bangsa Melayu yang dicapai melalui proses perkembangan dari kebudayaan
sebelumnya, jadi tidak secara instan terbentuk.
2. Dasar selanjutnya adalah ada kemungkinan Bangsa Melayu adalah keturunan Homo Wajakensis dan
Homo Soloensis.
3. Selain bangsa Melayu dengan peradaban tinggi, landasan lain adalah dari faktor bahasa melayu yang
memiliki kesamaan dengan bahasa Champa, tetapi hanya sebuah kebetulan.
4. Landasan teori Nusantara yang paling kuat dan akurat adalah terdapat perbedaan antara bahasa
Austronesia (Nusantara) dan bahasa Indo-Eropa di Asia Tengah.

2. Teori Out of Afrika

Tokoh pendukung teori ini adalah Mac Ingman, seorang ahli genetika berasal dari Amerika Serikat. Teori Out
of Afrika menjelaskan bahwa asal usul nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Afrika atau sering kita
dengar dengan sebutan benua hitam, karena orang-orangnya berkulit hitam.
Apa dasar dari teori ini? Max Ingman pernah melakukan penelitian DNA mitokandria gen laki-laki dan
perempuan. Dari hasil penelitiannya, ia berpendapat bahwa manusia modern sekarang ini berasal dari Afrika
yang datang pada 100 sampai 200 ribu tahun yang lalu.

Teori asal usul nenek moyang bangsa Indonesia ini menjelaskan bahwa manusia Afrika melakukan migrasi ke
luar Afrika pada sekitar tahun 50-70 ribu tahun lalu dengan tujuan Asia Barat. Ada dua jalur yang dilewati,
yakni melalui laut merah dan lembah Sungai Nil. Setelah sampai di Asia, ada yang menetap di Timur Tengah,
ada kelompok lain yang menuju ke Timur sampai ke Australia setelah melewati India dan Indonesia.
3. Tori Out of Taiwan

Menurut teori ini, asal usul nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Taiwan bukan dari Tiongkok (china).
Salah satu tokoh pendukung teori adalah Harry Truman Simanjuntak, dengan pendekatan linguistik. Dasarnya
adalah seluruh bahasa yang digunakan oleh suku suku di Nusantara memiliki rumpun yang sama dengan
rumpun Austronesia di Formosa atau lebih terkenal dengan rumpun Taiwan.

4. Teori Yunan

Pada teori yunan dijelaskan bahwa manusia purba di Indonesia berasal dari China Selatan (Yunan). Tokoh
pedukung teori ini meliputi : Robert Barron Van Heine Geldrn, Mohammad ALi, Dr. J.H.C. Kern dan Prof. Dr.
N.J. Krom.

Dasar landasan teori Yunan antara lain :

 Pertama menurut Mohammad Ali, ia berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
daerah Mongol yang terdesak ke Selatan sampai ke Nusantara karena kalah kuat dengan bangsa lain.
 Dasar selanjutnya teori ini adalah ditemukannya kapak tua di Nusantara yang mirip dengan kapak tua
asal Asia Tengah.
 Adanya kemiripan bahasa melayu dengan Champa (kamboja).

Beberapa ahli sejarah telah melakukan penelitian tentang asal usul nenek moyang bangsa Indonesia, mereka
melakukan penelitian untuk menemukan bukti mengenai manusia pertama yang berada di Indonesia. Salah satu
penelitian yang memiliki bukti kuat adalah pendapat dari Von Heine Geldern.
2.2.3BANGSA ATAU RUMPUN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

1. Proto Melayu

Proto Melayu ini diyakini sebagai nenek moyang orang-orang Melayu Polinesia yang mana mereka tersebar
dari Madagaskar hingga pulau-pulau yang berada di paling timur pada kawasan Pasifik. Diperkirakan, orang-
orang Proto Melayu ini datang dari Cina bagian selatan.
Ciri-ciri Proto Melayu :

 Rambut yang lurus


 Kulit berwarna kuning kecokelat-cokelatan
 Memiliki mata yang sipit

Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka lantas melakukan migrasi ke Indocina dan Siam, yang selanjutnya
sampailah ke Kepulauan Indonesia. Mula-mula, mereka menempati pantai di Sumatera Utara, Kalimantan Barat
dan Sulawesi Barat. Ras Proto Melayu ini mampu membawa peradaban batu di Kepulauan Indonesia.Saat
datang imigran baru, yakni Deutero Melayu (Ras Melayu Muda), mereka berpindah masuk ke pedalaman dan
selanjutnya mencari tempat yang baru ke hutan-hutan sebagai tempat hunian mereka.Selanjutnya, ras Proto
Melayu ini kemudian mendesak keberadaan dari penduduk asli. Kehidupan yang terjadi di dalam hutan ini
menjadikan mereka terisolasi dari dunia luar, sehingga mampu memudarkan peradaban mereka.Pada akhirnya,
penduduk asli dan ras Proto Melayu itu selanjutnya melebur dan mereka itu selanjutnya menjadi suku bangsa
Batak, Dayak, Toraja, Alas dan Gayo.Kehidupan mereka yang terisolasi inilah yang menyebabkan ras Proto
Melayu sedikit memperoleh pengaruh dari adanya kebudayaan Hindu ataupun Islam di kemudian hari.
Masyarakat Proto Melayu ini kelak memperoleh pengaruh Kristen semenjak mereka mulai mengenal para
penginjil yang masuk ke wilayah mereka guna memperkenalkan agama Kristen serta peradaban baru di dalam
kehidupan mereka.

Persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak dan Malaka yang menunjukkan rute
perpindahan mereka dari Kepulauan Indonesia.
Sementara itu, suku bangsa Batak yang mengambil rute ke barat dengan menyusuri pantai-pantai Burma dan
Malaka Barat. Beberapa adanya kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa Karen yang ada di Burma,
begitu banyak mengandung kemiripan dengan bahasa Batak itu sendiri.

2. Deutro Melayu
Deutero Melayu merupakan ras yang datang atau berasal dari Indocina dari bagian utara. Mereka sendiri
membawa kebudayaan baru yang berupa perkakas dan senjata besi di Kepulauan Indonesia atau Kebudayaan
Dongson. Seringkali, mereka juga disebut dengan orang-orang Dongson.

Mereka sering disebut juga dengan orang-orang Dongson. Peradaban yang mereka miliki jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan ras Proto Melayu. Mereka mampu membuat berbagai macam perkakas dari perunggu.
Peradaban mereka juga ditandai dengan adanya keahlian untuk mengerjakan logam dengan sempurna.
Ciri-ciri Deutero Melayu :

 Berkulit sawo matang agak kuning


 Tubuh yang tak terlalu tinggi
 Memiliki rambut yang lurus

Perpindahan yang mereka lakukan ke Kepulauan Indonesia ini bisa dilihat dari rute persebaran alat-alat yang
mereka tinggalkan di beberapa kepulauan yang ada di Indonesia, yakni dengan berupa kapak persegi panjang.
Peradaban ini bisa dengan mudah dijumpai di Malaka, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Nusa Tenggara
Timur, bahkan di Filipina sekalipun.
Dalam masalah pengolahan tanah, mereka juga memiliki kemampuan yang cukup baik dalam membuat irigasi
di tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka ciptakan, dengan cara membabat hutan terlebih dahulu.
Bahkan, ras Deutro Melayu ini juga memiliki peradaban pelayaran yang jauh lebih maju dari para
pendahulunya karena memang petualangan yang mereka lakoni sebagai seorang pelaut dengan dibantu oleh
penguasaan yang mereka miliki terhadap ilmu perbintangan yang sudah dipelajari dan ditanamkan.
Tidak hanya itu saja, perpindahan ras Deutero Melayu ini juga menggunakan jalur pelayaran laut. Sebagian dari
ras Deutero Melayu ada yang mencapai hingga Kepulauan Jepang, bahkan kelak ada juga yang hingga
mencapai Madagaskar.
Kedatangan dari ras Deutero Melayu yang ada di Kepulauan Indonesia ini kian lama kian bertambah banyak.
Mereka selanjutnya berpindah untuk mencari tempat baru ke hutan-hutan sebagai salah satu tempat tinggal atau
tempat hunian yang baru.

Pada akhirnya, Proto Melayu dengan Deutero Melayu saling membaur satu sama lain dan selanjutnya menjadi
penduduk di Kepulauan Indonesia. Sementara itu, di masa yang akan datang, mereka berdua bahkan sangat sulit
untuk bisa dibedakan.Proto Melayu itu sendiri meliputi penduduk yang ada di Gayo dan Alas di Sumatera
bagian utara, serta Toraja yang ada di Sulawesi. Sementara itu, untuk semua penduduk di Kepulauan Indonesia,
terkecuali penduduk Papua yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua merupakan ras Deutero Melayu.
3. Melanesoid

Ras yang lain yang juga ada di Kepulauan Indonesia merupakan ras Melanesoid. Mereka itu tersebar di lautan
Pasifik di pulau-pulau yang mana terletak di sebelah timur Papua dan benua Australia.Di Kepulauan Indonesia,
mereka sendiri tinggal di Papua. Bersama dengan Papua Nugini dan Bismarck, Solomon, New Caledonia dan
Fiji, mereka semua itu termasuk ke dalam ras atau rumpun Melanesoid.
Ciri-ciri Melanesoid :

 Berbadan kekar
 Kulit yang berwarna kehitam-hitaman
 Rambut keriting
 Bibir tebal
 Hidung yang mancung

Menurut dari Daldjoeni, suku bangsa Melanesoid sekitar sebanyak 70% menetap di Papua, sedangkan 30%
yang lain tinggal di beberapa kepulauan yang ada di sekitar Papua dan Papua Nugini.Pada awal mulanya,
kedatangan dari bangsa Melanesoid yang ada di Papua ini berawal di saat zaman es terakhir, yakni pada tahun
70.000 SM. Di saat itu, Kepulauan Indonesia masih belum berpenghuni.
Di saat suhu turun hingga mencapai kedinginan yang maksimal, air laut menjadi membeku. Permukaan laut
bahkan menjadi lebih rendah 100 meter dibandingkan dengan permukaan yang ada saat ini. Pada saat itulah
muncul pulau-pulau yang baru. Adanya pulau yang muncul tersebut memudahkan makhluk hidup untuk bisa
berpindah tempat dari Asia menuju ke kawasan Oceania.
Bangsa Melanesoid itu sendiri melakukan perpindahan ke timur hingga mencapai ke Papua, selanjutnya ke
Benua Australia, yang sebelumnya menjadi satu kepulauan yang terhubung dengan Papua.
Pada saat itu, Bangsa Melanesoid mencapai hingga sebanyak 100 ribu jiwa dengan meliputi wilayah Papua dan
Australia. Peradaban dari bangsa ini dikenal dengan nama paleolitikum.
Pada saat masa es berakhir dan air laut yang mulai naik lagi di tahun 5000 SM, kepulauan Papua dan Benua
Australia menjadi terpisah seperti yang bisa kita lihat saat ini.
Asal mula bangsa Melanesia yakni Proto Melanesia yang merupakan penduduk pribumi di Jawa. Mereka itu
merupakan manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua, sebelum zaman es berakhir dan
sebelum terjadi kenaikan permukaan laut yang ada pada saat itu.
Di Papua, manusia Wajak hidup secara berkelompok kecil di sepanjang muara sungai. Mereka hidup dengan
cara menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran, serta berburu di hutan
belukar. Tempat tinggal yang dimiliki berupa perkampungan yang terbuat dari bahan-bahan ringan.
Rumah itu sebenarnya hanya berupa suatu kemah atau tadah angin yang sering didirikan menempel pada
dinding gua yang besar. Kemah atau tadah angin itu hanya akan digunakan sebagai tempat untuk mereka tidur
dan berlindung, sementara untuk kegiatan yang lain akan dilakukan di luar rumah.
Bangsa Proto Melanesoid itu sendiri terus terdesak oleh adanya keberadaan dari bangsa Melayu. Mereka yang
belum sempat mencapai Kepulauan Papua melakukan suatu bentuk percampuran terhadah adanya ras baru
tersebut.Percampuran yang terjadi antara bangsa Melayu dengan bangsa Melanesoid ini mampu menghasilkan
keturunan Melanesoid-Melayu, yang mana pada saat ini mereka menjadi penduduk di Nusa Tenggara Timur
dan Maluku.

4. Negrito dan Weddid

Sebelum kedatangan kelompok Melayu tua dan muda, negeri kita sendiri sudah terlebih dahulu dimasuki oleh
orang-orang Negrito dan Weddid.Sebutan Negrito itu sendiri diberikan oleh orang Spanyol karena yang mereka
jumpai itu orang yang memiliki kulit hitam, sangat mirip dengan jenis-jenis Negro.
Ciri-ciri Negrito :

 Memiliki kulit yang gelap


 Memiliki rambut keriting
 Mata yang bundar
 Berhidung lebar
 Postur tubuh pendek

Sejauh mana kelompok Negrito itu memiliki tali darah dengan jenis-jenis Negro yang ada di Afrika serta
kepulauan Melanesia (Pasifik), demikian halnya bagaimana sejarah perpindahan mereka, yang mana belum
banyak diketahui secara pasti dan jelas.Kelompok Weddid itu sendiri terdiri atas orang-orang yang memiliki
kepala mesocephal dengan letak mata yang dalam, sehingga sangat tampak seperti berang, kulit yang berwarna
cokelat tua dan tinggi rata-rata laki-lakinya adalah 155 cm.
Ciri-ciri Weddid :

 Berkulit hitam
 Memiliki postur tubuh sedang
 Rambut yang keriting

Weddid itu sendiri artinya jenis Wedda yakni bangsa yang ada di pulau Ceylon (Sri Lanka). Persebaran orang-
orang Weddid yang ada di Indonesia terbilang cukup luas, misal yang ada di Palembang dan Jambi (Kubu), di
Siak (Sakai) dan di Sulawesi pojok tenggara (Toala, Tokea dan Tomuna).Periode migrasi yang dilakukan
berlangsung selama berabad-abad, yang mana kemungkinan mereka tersebut berasal dari 1 kelompok ras yang
sama dan dengan budaya yang sama juga. Mereka itu merupakan nenek morang orang Indonesia yang ada saat
ini.Sekitar sebanyak 170 bahasa yang digunakan di Kepulauan Indonesia merupakan bahasa Austronesia
(Melayu-Polinesia). Bahasa inilah yang selanjutnya dikelompokkan menjadi 2 oleh Sarasin, yaitu bahasa Aceh
dan bahasa-bahasa di pedalaman Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.Kelompok yang kedua merupakan bahasa
Batak, Melayu standar, Jawa dan Bali. Kelompok bahasa kedua ini memiliki hubungan dengan bahasa Malagi
yang ada di Madagaskar dan Tagalog yang ada di Luzon.

Persebaran geografis dari kedua bahasa ini menunjukkan jika para penggunanya merupakan para pelaut yang
ada di masa dahulu yang mana telah memiliki peradaban yang jauh lebih maju. Di samping dari bahasa
tersebut, juga ada bahasa Halmahera Utara dan Papua yang digunakan di pedalaman Papua dan bagian utara
Pulau Halmahera.
2.2.4 CARA PERSEBARAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

Untuk mengetahui asal nenek moyang bangsa Indonesia, kita dapat menggunakan dua cara, yakni persebaran
rumpun bahasa dan persebaran kebudayaan bercocok tanam.
Rumpun Bahasa Melayu Austronesia
Bahasa yang tersebar di Indonesia termasuk rumpun bahasa Melayu Austronesia. Rumpun bahasa ini
meliputi wilayah yang luas: dari Madagaskar di Afrika sampai ke Melanesia dan Polinesia di Samudera Pasifik,
lalu dan Taiwan sampai ke Indonesia. Penggunaan bahasa Melayu Austronesia di wilayah yang luas itu erat
kaitannya dengan persebaran penduduk yang menggunakan bahasa tersebut. Para pakar sejarah berpendapat
bahwa bahasa Melayu Austronesia berasal dari Taiwan. Sekitar 5000 SM, masyarakat di Taiwan menggunakan
bahasa yang disebut Proto Austronesia (Austronesia kuno).
Masyarakat di tempat itu telah mengenal cocok tanam dan beternak. Masyarakat itu kemudian menyebar
ke sebelah selatan Cina, Vietnam, Semenanjung Malaya, lalu ke Indonesia. Ada juga yang mengarungi laut
menuju Filipina terus ke arah kepulauan di Indonesia dan Samudera Pasifik.
Masyarakat Tani di Yunan
Peralihan dan kebudayaan berburu dan mengumpulkan makanan pada kebudayaan bercocok tanam
merupakan perubahan amat besar. Perubahan itu tidak mungkin dilakukan oleh penduduk asli Indonesia yang
sudah terbiasa dengan kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan. Para pakar sejarah menyimpulkan
bahwa kebudayaan bercocok tanam diperkenalkan oleh masyarakat pendatang. Mereka ini sudah terbiasa
dengan bercocok tanam dan beternak di tempat asalnya. Kebiasaan itu mereka terapkan di tempat baru di
Indonesia. Pendatang inilah yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia.
Nenek moyang bangsa Indonesia ternyata berasal dan luar Indonesia, yaitu dan daerah Yunan, di
sebelah selatan Cina (sekarang RRC). Kesimpulan tersebut dibuktikan oleh kesamaan artefak prasejarah yang
ditemukan di wilayah itu dengan artefak prasejarah di Indonesia. Dari artefak yang ditemukan di Yunan,
tampak bahwa sekitar 3000 SM, masyarakat di wilayah itu telah mengenal cocok tanam.
Kemudian, masyarakat Yunan melakukan migrasi ke daerah sekitar Teluk Tonkin, sebelah utara
Vietnam. Di tempat itu mereka mengembangkan kebudayaan bercocok tanam. Dari tempat itu, mereka
melakukan migrasi ke Kepulauan Indonesia. Migrasi dilakukan secara bergelombang. Gelombang yang satu
dengan yang berikut bejarak waktu lebih dan 1000 tahun.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar.Kita patut berbangga karena sejak dulu tanah ini sudah menjadi
saksi betapa kayanya bumi pertiwi kita.Mulai dari hasil alamnya dan manusianya.Untuk itu, kita perlu menjaga
dan selalu mengembangkan potensi yang ada demi menjaga tanah air Indonesia,sebagai bentuk menghargai
para nenek moyang sebelum kita.

3.2 Saran
Sebagai generasi millenial yang bermartabat,hendaknya kita dapat selalu menjaga dan mencintai segala yang
ada di Indonesia.Ketahuilah,bila sejak dulu bangsa-bangsa berebut untuk menetap di Indonesia.Maka,kita yang
sepatutnya bisa lebih memaknai arti dari sebuah bangsa yang kaya—seperti Indonesia.

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details
dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah
daftar pustaka.
DAFTAR PUSTAKA

http://factsanddetails.com/indonesia/History_and_Religion/sub6_1a/entry-3936.html

http://humanorigins.si.edu/evidence/human-fossils/species/homo-erectus

https://www.nature.com/scitable/knowledge/library/homo-erectus-a-bigger-smarter-97879043

http://www.historyofinformation.com/expanded.php?id=4058

https://www.britannica.com/topic/Pithecanthropus

https://www.britannica.com/topic/Solo-man

https://sahabatnesia.com/jenis-manusia-purba-di-indonesia/

https://materiips.com/jenis-jenis-manusia-purba/

https://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://history-of-culture.blogspot.com/2011/11/history-
of-prehistoric-in-indonesia.html&prev=search/

http://www.zakapedia.com/2014/08/sejarah-penemuan-manusia-purba-di.html/

http://bangkusekolah.com/2016/02/02/pengertian-manusia-purba/

http://www.kakapintar.com/13-alat-manusia-purba-di-zaman-batu-dan-penjelasan-lengkap/

http://jejaksejarah45.blogspot.com/2016/10/asal-usul-nenek-moyang-bangsa-indonesia.html

http://sumbersejarah1.blogspot.com/2017/05/asal-usul-nenek-moyang-bangsa-indonesia-menurut-para-
ahli.html

Anda mungkin juga menyukai