Penentuan Kadar Protein

Anda di halaman 1dari 30

Senin, 05 November 2018

Laporan Praktikum Biokimia

PENENTUAN KADAR PROTEIN

AIDUL

H031 17 1008

KELOMPOK 1

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Laporan Praktikum Biokimia

PENENTUAN KADAR PROTEIN

Disusun dan diajukan oleh:

AIDUL

H031 17 1008

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen penanggung jawab praktikum Asisten

Dr. Hasnah Natsir, M.Si Andi Akbar, S.Si


NIP. 19602032011987112001
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena paling erat

hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Protein berfungsi sebagai sumber

energi, juga sebagai pembangun dan pengatur. Di samping itu, hemoglobin dalam

butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari

paru-paru ke seluruh bagian tubuh adalah salah satu jenis protein. Protein kolagen

menguatkan kulit, gigi serta tulang. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk

melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga merupakan suatu protein

(Ngili, 2009).

Protein terdiri dari unsur-unsur seperti C, H, O, dan N yang tidak dimiliki

oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang dan

ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Protein

adalah polimer dari asam amino yang memiliki berat molekul lebih dari 5.000 Da.

Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein

yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan protein yang berasal dari

tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein ialah daging,

telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah. Penentuan kadar

protein dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, bergantung pada

jenis sampel dan ketersediaan alat serta bahan (Gilbert, 2000).

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan percobaan mengenai penentuan

kadar protein untuk menetukan kadar protein dalam suatu sampel melalui metode

Lowry.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dalam percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami

penentuan kadar protein.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dalam percobaan ini adalah untuk menentukan kadar protein dalam

suatu sampel dengan metode Lowry.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dalam percobaan ini adalah menentukan kadar protein dalam suatu

sampel dengan cara penambahan pereaksi lowry B dan A, serta penentuan kadar

protein secara spektrofotometri.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Protein termasuk dalam kelompok senyawa yang terpenting dalam organisme

hewan. Sesuai dengan peranan ini, kata protein berasal dari bahasa Yunani proteios,

yang artinya pertama. Protein adalah poliamida dan hidrolisis protein menghasilkan

asam-asam amino (Gilbert, 2000).

Protein merupakan urutan linier dari residu asam-asam amino yang terhubung

melalui ikatan peptida. Ikatan peptida adalah ikatan kovalen antara gugus-gugus

amino dari satu asam amino dan gugus karboksil dengan asam amino yang lain.

Protein merupakan polipeptida alami dengan berat molekul lebih dari 5000 Da.

Makromolekul ini sangat berbeda-beda sifat fisiknya, mulai dari enzim yang larut

dalam air sampai keratin yang tak larut seperti rambut dan tanduk (Ngili, 2009).

Protein adalah makromolekul polimer yang terbuat dari susunan asam amino

yang diatur oleh rantai linear dan bergabung bersama ikatan peptida. Protein adalah

penyusun utama dan molekul fungsional sel. Struktur prediksi protein adalah salah

satu masalah yang paling penting dalam biologi komputasi modern. Oleh karena itu,

sangat penting untuk memprediksi protein struktur dari urutan asam amino dengan

pengetahuan yang diperoleh dari struktur protein (Fai dkk., 2012).

Protein terdiri dari atom karbon, hidrogen, nitrogen, dan kebanyakan juga

mengandung sulfur. Molekul protein terdiri dari satu atau beberapa panjang

polipeptida dari asam-asam amino yang terikat dengan urutan yang khas. Urutan ini

dinamakan struktur primer dari protein. Sifat dan banyaknya pelipatan menyebabkan

timbulnya struktur sekunder. Bentuk tiga dimensi dari polipeptida dinamakan

struktur tersier. Struktur kuartener muncul dari hubungan struktural beberapa


polipeptida yang terlibat. Jika dipanaskan di atas suhu 50 oC atau ketika dikenai asam

atau basa kuat, protein akan kehilangan struktur tersiernya yang khas dan dapat

membentuk koagulat yang tak larut (misalnya putih telur). Proses ini biasanya

menonaktifkan sifat hayatinya (Agustina dan Rahmawati, 2016).

Protein dengan lebih dari satu rantai polipeptida yaitu hemoglobin dan

nitrogenase adalah contoh protein yang mempunyai struktur kuarterner. Struktur

primer, sekunder, tersier, dan kuarterner dari protein mempunyai bentuk tiga dimensi

yang pada gilirannya akan mempengaruhi aktivitas dari protein itu sendiri. Struktur

protein primer dibentuk oleh sebuah reaksi kondensasi melalui suatu ikatan peptida

(Fai dkk., 2012).

Protein dalam kehidupan merupakan sekelompok asam amino yang saling

berikatan membentuk struktur primer. Informasi stuktur satu dimensi yang

terkandung dalam asam amino primer dari protein seluler sudah cukup untuk

mengarahkan protein ke dalam struktur tiga dimensi, menentukan spesifisitas pada

interaksi dengan molekul lain, menentukan kemampuannya sebagai sebuah enzim,

dan mengatur stabilitas dalam kehidupan (Gilbert, 2000).

Struktur-struktur protein sangat mudah untuk diubah melaui proses yang

disebut denaturasi. Perubahan struktur tersebut dapat merusak struktur awal dari

protein tersebut. Pemanasan, pengubahan ke asam atau basa dan bahkan aksi

pendeteksian secara teliti dapat menyebabkan terjadinya denaturasi. Protein albumin

yang terkandung di dalam putih telur didenaturasi dengan pemanasan, oleh karena itu

bentuknya semi padat. Hampir hal yang sama terpenuhi oleh aksi pendeteksian

secara teliti pada pengocokan sebutir telur pada preparation of Meringue. Racun

logam berat seperti timah dan kadmium diubah struktur proteinnya dengan mengikat

gugus fungsinya pada permukaan protein (Ngili, 2009).


Protein mencakup banyak zat, seperti enzim, hormon dan antibodi yang

diperlukan untuk organisme. Protein berfungsi dalam organisme hidup, termasuk

mempercepat reaksi metabolisme, menanggapi rangsangan dan mengangkut molekul

dari satu tempat ke tempat yang lain dalam tubuh makhluk hidup. Beberapa protein

dalam periodontium yang terlibat dalam berbagai fungsi seperti adhesi cell matriks

dan signaling, mengatur difusi nutrisi, produk-produk limbah, dan molekul signaling

larut (Agustina dan Rahmawati, 2016).

Protein berfungsi sebagai zat pembangun, yang berfungsi dalam pertumbuhan

dan pemeliharaan jaringan, menggantikan sel-sel yang telah mati dan habis terpakai

sebagai protein struktural. Protein berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh

melawan berbagai mikroba dan zat toksik lainnya yang datang dari luar tubuh.

Dalam kromosom, protein berfungsi dalam menyimpan dan meneruskan sifat-sifat

keturunan dalam bentuk gen. Dalam gen ini tersimpan kodon untuk sintesis protein

enzim tertentu, sehingga proses metabolisme diturunkan dari orang tua ke generasi

berikutnya secara berkesinambungan (Ngili, 2009).

Makanan yang menjadi sumber protein adalah makanan berasal dari hewan

dan tumbuhan. Sumber protein hewani dapat berbentuk daging dan alat-alat atau

organ dalam, seperti hati, pankreas, ginjal, paru-paru, jantung, dan jeroan. Yang

termasuk dalam kategori jeroan adalah babat, gaster dan usus halus atau usus besar.

Telur dan susu merupakan sumber protein berkualitas tinggi dari kelompok hewani.

Ikan, kerang dan udang merupakan kelompok hewani yang menjadi sumber protein

baik dengan kandungan lemak yang rendah. Ayam dan jenis burung beserta telurnya

merupakan sumber protein dari kelompok hewani yang juga berkualitas baik.

Namun, bagian telur yang berwarna merah mengandung kolesterol tinggi, sehingga

konsumsinya harus dibatasi (Agustina dan Rahmawati, 2016).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah padatan BSA, larutan

lowry A (larutan folin-ciocalteu dan akuades 1:1), larutan lowry B (larutan

Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N, larutan Na-K-Tartrat 1% dan larutan CuSO4 1%

100:1:1), sampel susu “Bear Brand”, akuades, kertas label, sunlight, dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung,

gelas ukur, gelas kimia, micropipet, spektronik 20D+, kuvet, labu semprot, vorteks,

dan sikat tabung.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pembuatan Larutan BSA 1 mg/mL

Padatan BSA dimasukkan ke dalam gelas kimia sebanyak 0,1 g, kemudian

ditambahkan akuades hingga volume 10 mL dan dihomogenkan. Maka diperoleh

larutan BSA dengan konsentrasi 10 mg/mL. Dimasukkan larutan BSA tersebut ke

dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL, kemudian ditambahkan 9 mL akuades,

dihomogenkan.

3.3.2 Pembuatan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dari larutan BSA 1 mg/mL dengan cara dipipet

sebanyak 0,002 mL; 0,004 mL; 0,008 mL; 0,016 mL; dan 0,032 mL ke dalam tabung

reaksi yang berbeda. Selanjutnya ditambahkan dengan akuades sebanyak 1,998 mL;
1,996 mL; 1,992 mL; 1,984 mL; dan 1,968 mL ke dalam tabung hingga

masing-masing volumenya menjadi 2 mL, kemudian dihomogenkan.

Tabel 1. Pembuatan larutan standar.


Konsentrasi Volume BSA Volume akuades Volume total
(mg/mL) (mL) (mL) (mL)
0,001 0,002 1,998 2
0,002 0,004 1,996 2
0,004 0,008 1,992 2
0,008 0,016 1,984 2
0,016 0,032 1,968 2

3.3.3 Preparasi Sampel

Preparasi sampel dilakukan melalui proses pengenceran 10.000 kali dengan

cara pengenceran bertingkat yaitu dipipet 1 mL larutan sampel susu “Bear Brand” ke

dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 9 mL akuades dan dihomogenkan,

sehingga diperoleh sampel dengan faktor pengenceran sebesar 10 kali. Selanjutnya

dipipet 1 mL larutan sampel tersebut ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan

9 mL akuades dan dihomogenkan, sehingga diperoleh sampel dengan faktor

pengenceran sebesar 100 kali. Selanjutnya dipipet 1 mL larutan sampel tersebut ke

dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 9 mL akuades dan dihomogenkan,

sehingga diperoleh sampel dengan faktor pengenceran sebesar 1000 kali. Selanjutnya

dipipet 1 mL larutan sampel tersebut ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan

9 mL akuades dan dihomogenkan, sehingga diperoleh sampel dengan faktor

pengenceran sebesar 10.000 kali.

3.3.4 Pembuatan Pereaksi Lowry A

Sebanyak 25 mL larutan folin-ciocalteu dimasukkan ke dalam gelas ukur, lalu

ditambakan 25 mL akuades, kemudian dihomogenkan.


3.3.5 Pembuatan Pereaksi Lowry B

Sebanyak 30 mL larutan Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N dimasukkan ke

dalam gelas ukur, kemudian ditambahkan larutan Na-K-Tartrat 1% dan larutan

CuSO4 1% masing-masing 0,3 mL, dihomogenkan.

3.3.6 Penentuan Kadar Protein

Larutan standar (konsentrasi 0,001 mg/mL; 0,002 mg/mL; 0,004 mg/mL;

0,008 mg/mL; dan 0,016 mg/mL), larutan sampel susu “Bear Brand” (FP 10.000)

dan larutan blanko, dipipet ke dalam tabung reaksi yang berbeda, masing-masing

sebanyak 2 mL. Selanjutnya, ditambahkan 2,75 mL pereaksi lowry B ke dalam

masing-masing tabung dan dihomogenkan, kemudian didiamkan selama 15 menit.

Setelah itu, ditambahkan 0,25 mL pereaksi lowry A ke dalam masing-masing tabung

dan dihomogenkan, lalu didiamkan selama 30 menit. Kemudian diukur absorbansi

dari masing-masing larutan pada panjang gelombang maksimum menggunakan

spektrofotometer.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Tabel 2. Penentuan panjang gelombang maksimum.


λ (nm) Absorbansi
600 0,502
610 0,506
620 0,514
630 0,52
640 0,524
650 0,528
660 0,544
670 0,53
680 0,528
690 0,526
700 0,524

0.55
0.54
Absorbansi

0.53
0.52
0.51
0.5
0.49
580 600 620 640 660 680 700 720
Panjang gelombang (nm)

Gambar 1. Grafik penentuan panjang gelombang maksimum.


4.1.2 Pengukuran Absorbansi Deret Standar dan Sampel

Tabel 3. Pengukuran absorbansi deret larutan standar dan sampel.


Konsentrasi (mg/mL) Absorbansi
0,001 0,009
0,002 0,022
0,004 0,032
0,008 0,048
0,016 0,070
Sampel susu “Bear Brand” (FP 10.000) 0,080

0.08
0.07
0.06
Absorbansi

0.05
0.04 y = 3,7823x + 0,0128
0.03 R² = 0,95
0.02
0.01
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02
Konsentrasi (mg/mL)

Gambar 2. Grafik deret larutan standar.

4.2 Perhitungan

4.2.1 Pembuatan Deret Standar

a. Konsentrasi 0,001 mg/mL

V1 × M1 = V2 × M2

V1 × 1 mg/mL = 2 × 0,001 mg/mL

2 mL × 0,001 mg/mL
V1 = = 0,002 mL
1 mg/mL

Volume akuades = (2 – 0,002) mL = 1,998 mL


b. Konsentrasi 0,002 mg/mL

V1 × M1 = V2 × M2

V1 × 1 mg/mL = 2 × 0,002 mg/mL

2 mL × 0,002 mg/mL
V1 = = 0,004 mL
1 mg/mL

Volume akuades = (2 – 0,004) mL = 1,996 mL

c. Konsentrasi 0,004 mg/mL

V1 × M1 = V2 × M2

V1 × 1 mg/mL = 2 × 0,004 mg/mL

2 mL × 0,004 mg/mL
V1 = = 0,008 mL
1 mg/mL

Volume akuades = (2 – 0,008) mL = 1,992 mL

d. Konsentrasi 0,008 mg/mL

V1 × M1 = V2 × M2

V1 × 1 mg/mL = 2 × 0,008 mg/mL

2 mL × 0,008 mg/mL
V1 = = 0,016 mL
1 mg/mL

Volume akuades = (2 – 0,016) mL = 1,984 mL

e. Konsentrasi 0,016 mg/mL

V1 × M1 = V2 × M2

V1 × 1 mg/mL = 2 × 0,016 mg/mL

2 mL × 0,016 mg/mL
V1 = = 0,032 mL
1 mg/mL

Volume akuades = (2 – 0,032) mL = 1,968 mL


4.2.2 Preparasi Sampel

Volume total larutan


FP =
Volume sampel yang dipipet

10 mL 10 mL
FP1 = = 10 FP3 = = 10
1 mL 1 mL

10 mL 10 mL
FP2 = = 10 FP4 = = 10
1 mL 1 mL

FPtotal = FP1 × FP2 × FP3 × FP4

= 10 × 10 × 10 × 10

= 10.000

4.2.3 Penentuan Kadar Protein

y = ax + b

y = 3,7823x + 0,0128

y-b 0,080 – 0,0128


x= = = 0,0178 mg/mL
a 3,7823

Konsentrasi protein dalam sampel susu “Bear Brand” = x × FPtotal

= 0,0178 mg/mL × 10.000

= 178 mg/mL

4.3 Reaksi
4.4 Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan metode Lowry, yaitu dengan cara membuat

larutan sampel, dimana larutan sampel dibuat dengan volume yang sangat kecil.

Larutan yang telah dibuat diaduk menggunakan vorteks agar zat terlarut dan pelarut

dapat tercampur dalam larutan. Setelah itu, dilakukan pembuatan deret standar

dengan cara larutan induk dipipet dengan volume tertentu untuk membuat larutan

standar dengan beberapa konsentrasi yang berderet tertentu. Deret standar ini

berfungsi dalam penentuan kadar protein. BSA merupakan standar yang tepat untuk

penentuan protein karena kemurniannya. Reagen yang digunakan pada percobaan ini

adalah pereaksi lowry A dan B.

Pereaksi lowry B dibuat dengan mencampurkan Na2CO3 2%/NaOH 0,1 N,

Na-K-Tartrat 1% dan CuSO4 1% dengan perbandingan 100 : 1 : 1. Larutan Na2CO3

berfungsi sebagai garam yang mengkoordinasikan reaksi dalam suasana basa

bersama NaOH dimana Na2CO3 memiliki sifat penyangga larutan. Larutan

Na-K-Tartrat berfungsi mencegah terjadinya pengendapan kupro oksida dalam

pereaksi lowry B, sedangkan larutan CuSO4 berfungsi untuk mereduksi


fosfotungstat-fosfomolibdat. Adapun pereaksi lowry B yang digunakan untuk

mengomplekskan hasil reduksi protein dari lowry A. Sehingga akan menghasilkan

warna biru dimana intensitas warna ini bergantung dari kadar protein yang akan

ditentukan.

Preparasi sampel dilakukan dengan cara pengenceran bertingkat dari sampel

sampai 10.000 kali. Hal ini dilakukan agar konsentrasi sampel mendekati dari deret

standar yang diberikan. Konsentrasi sampel dapat dilihat ketika sampel direaksikan

dengan pereaksi lowry.

Setelah mempersiapkan bahan-bahan, larutan sampel susu FP 10.000, larutan

standar konsentrasi 0,001 mg/mL; 0,002 mg/mL, 0,004 mg/mL; 0,008 mg/mL; dan

0,016 mg/mL serta blanko masing-masing dicampurkan dengan pereaksi lowry B,

kemudian dihomogenkan agar bercampur dengan baik dan didiamkan selama

15 menit. Hal ini dilakukan agar reaksi berjalan dengan sempurna. Setelah itu

ditambahkan pereaksi lowry A, dihomogenkan kemudian didiamkan selama 30 menit

pada suhu kamar. Hal ini dilakukan agar reaksi berjalan dengan sempurna.

Setelah semua prosedur dilakukan, maka yang terakhir adalah penentuan

kadar protein menggunakan spektrofotometer 20D+ pada panjang gelombang

maksimum yang telah ditetapkan sebelumnya. Konsentrasi deret standar dan sampel

harus dalam konsentrasi yang terbilang encer karena konsentrasi yang dapat dibaca

absorbansinya oleh spektrofotometer adalah konsentrasi yang rendah dimana

konsentrasi suatu bahan dapat dilihat dari reaksinya dengan pereaksi lowry.

Absorbansi yang diukur pada sampel dan larutan standar memberikan kurva

larutan standar dimana absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan

sehingga dari kurva tersebut dapat ditentukan persamaan garis y = ax + b dimana y

merupakan absorbansi larutan, x merupakan konsentrasi larutan, a merupakan slope,


dan b merupakan intercept. Persamaan garis yang dihasilkan dari pengukuran

absorbansi larutan standar yaitu y = 3,7823x + 0,0128 dan R2 = 0,95 dimana data

dengan R2 yang mendekati 1 menyatakan bahwa data tersebut akurat pengukurannya.

Kadar protein dalam sampel susu “Bear Brand” dihitung dari persamaan garis

tersebut dimana absorbansinya diketahui sehingga dihasilkan nilai x sebesar

0,0178 mg/mL. Karena sampel diencerkan sampai 10.000 kali, maka nilai x

dikalikan dengan faktor pengencerannya (FP) yaitu 10.000 sehingga kadar protein

yang diukur dalam sampel susu “Bear Brand” yaitu sebesar 178 mg/mL.

Hasil ini tentu berbeda jauh dari teori, dimana seharusnya kadar protein

dalam sampel susu “Bear Brand” yang didapat adalah 31,57 mg/mL. Kesalahan ini

mungkin disebabkan karena sampel susu dalam kemasannya tidak dikocok terlebih

dahulu sebelum diambil sehingga protein dalam sampel tidak merata.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa kadar protein

dalam sampel susu “Bear Brand” adalah sebesar 178 mg/mL.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Sebaiknya alat dan bahan pada laboratorium lebih dilengkapi lagi untuk

memperlancar jalannya praktikum. Selain itu, wastafel dalam laboratorium yang

sudah rusak agar diperbaki atau diganti.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Sebaiknya pada proses pengenceran sampel lebih diperhatikan lagi sehingga

tidak terjadi kesalahan saat praktikum dan mendapatkan data yang kurang tepat.

Selain itu, sampel yang digunakan sebaiknya lebih divariasikan agar diketahui lebih

banyak kadar glukosa dalam suatu sampel.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A. dan Rahmawati, D., 2016, Pengaruh Proses Perebusan terhadap Kadar
Protein yang Terkandung dalam Tauge Biji Kacang Hijau (Phaseolus
Radiatus), Jurnal Ilmiah Manuntung, 2(1): 44-50.
Fai, C. Y., Hassan, R. dan Mohamad, M. S., 2012, Secondary Structure Prediction
Using Optimal Local Protein Structure and Support Vector Machine,
International Journal of Bio-Science and Bio-Technology, 4(2): 35-44.
Gilbert, H. F., 2000, Basic Concepts in Biochemistry A Student’s Survival Guide,
Second Edition, McGraw-Hill, Texas.
Ngili, Y., 2009, Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Pembuatan Larutan BSA 1 mg/mL

Padatan BSA
- Dimasukkan sebanyak 0,1 g ke dalam gelas kimia.

- Ditambahkan akuades hingga volume 10 mL, dihomogenkan.


Larutan BSA
10 mg/mL

- Dimasukkan 1 mL ke dalam tabung reaksi.

- Ditambahkan 9 mL akuades, dihomogenkan.

Larutan BSA
1 mg/mL

2. Pembuatan Larutan Standar

Larutan BSA
1 mg/mL

- Dipipet sebanyak 0,002 mL; 0,004 mL; 0,008 mL; 0,016 mL; dan

0,032 mL ke dalam tabung reaksi yang berbeda.

- Ditambahkan dengan akuades sebanyak 1,998 mL; 1,996 mL;

1,992 mL; 1,984 mL; dan 1,968 mL ke dalam tabung hingga

masing-masing volumenya menjadi 2 mL, dihomogenkan.

Larutan standar
3. Preparasi Sampel

Larutan sampel

- Dimasukkan 1 mL ke dalam tabung reaksi.

- Ditambahkan 9 mL akuades, dihomogenkan.

Larutan sampel
FP 10
- Dimasukkan 1 mL ke dalam tabung reaksi.

- Ditambahkan 9 mL akuades, dihomogenkan.

Larutan sampel
FP 100-
- Dimasukkan 1 mL ke dalam tabung reaksi.

- Ditambahkan 9 mL akuades, dihomogenkan.

Larutan sampel
FP 1000-
- Dimasukkan 1 mL ke dalam tabung reaksi.

- Ditambahkan 9 mL akuades, dihomogenkan.

Larutan sampel
FP 10.000

4. Pembuatan Pereaksi Lowry A

25 mL larutan folin-ciocalteu 25 mL akuades

- Dimasukkan ke dalam gelas ukur.

- Dihomogenkan.
Lowry A
5. Pembuatan Pereaksi Lowry B

30 mL larutan Na2CO3 2% 0,3 mL larutan Na-K- 0,3 mL larutan CuSO4


dalam NaOH 0,1 N Tartrat 1% 1%

- Dimasukkan ke dalam gelas ukur.

- Dihomogenkan.
Lowry A

6. Penentuan Kadar Protein

Larutan standar, larutan


sampel dan blanko
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda

masing-masing sebanyak 2 mL.

- Ditambahkan 2,75 mL pereaksi lowry B, dihomogenkan.

- Didiamkan selama 15 menit.

- Ditambahkan 0,25 mL pereaksi lowry A, dihomogenkan.

- Didiamkan selama 30 menit.

- Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang maksimum (600-950 nm).

Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan
\

Anda mungkin juga menyukai