1 SM
1 SM
1 SM
ABSTRACT
The aim of this study was to determine the efficacy of formulated tempe-yam supplementation on weight
for age z-score of underweight children aged 2-4 years. A quasi experiment pre-post test with control
group design was applied in this study for four weeks. The intervention group consist of 19 children
given formulated tempe-yam 100 g/d; and the control group consist of 19 children given biscuit 100 g/d
in Padang Pariaman district, West Sumatera. Data collected included weight, height, and albumin level.
Paired t-test was applied for the data analysis. The results of this study found significant differences
in albumin level before and after on control group (p<0.05). Then, the results of this study also found
significant differences in weight for age z-score before and after on intervention group (p<0.05).
Therefore, formulated tempe-yam supplementation as food sumplementation need to be considered for
underweight children.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi dari suplementasi formula tempe-bengkuang
berdasarkan z-skor BB/U pada anak gizi kurang usia 2-4 tahun. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Padang Pariaman, Sumatera Barat,menggunakan pendekatan quasi experiment pre-post test with control
group design selama empat minggu. Kelompok intervensi terdiri atas 19 anak yang diberi formula tempe-
bengkuang sebanyak 100 g/hari dan kelompok kontrol terdiri 19 anak yang diberi biskuit 100 g/hari.
Data yang dikumpulkan adalah berat badan,tinggi badan, dan kadar albumin anak. Pengujian statistik
menggunakan paired t-test. Terdapat perbedaan kadar albumin yang signifikan sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok biskuit (p<0,05) dan terdapat perbedaaan antropometri berdasarkan BB/U
yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok formula tempe bengkuang (p<0,05).
Penelitian ini juga menemukan adanya perubahan nilai antropometri berdasarkan BB/U setelah
diberikannya formula tempe-bengkuang. Oleh karenanya, perlu dipertimbangkan formulasi tempe dan
bengkuang sebagai makanan tambahan untuk anak gizi kurang.
Kata kunci: kadar albumin, makanan tambahan, tempe bengkuang, z-skor BB/U
Masa lima tahun pertama kehidupan anak, miliki sifat antioksidatif sehingga dapat melin-
merupakan masa golden age yang sangat penting, dungi tubuh dari beberapa penyakit infeksi (Zhan
terutama untuk pertumbuhan fisik (Ahira 2010). & Suzanne 2005). Kandungan antioksidannya
Pada masa ini, 90% sel-sel otak anak tumbuh dan dapat melindungi tubuh dari infeksi bakteri viral.
berkembang. Apabila masa ini terabaikan, khu- Di samping itu, tempe mengandung anti bakteria
susnya dari segi gizi dan kesehatan akan menim- penyebab diare.
bulkan masalah kesehatan yang serius bagi balita Bengkuang merupakan salah satu umbi
tersebut, baik pada masa ini maupun di masa de- yang sering ditemui di Kota Padang dan bagian
pannya (Retnowati 2015). yang diambil adalah umbinya. Umbi bengkuang
Upaya pemerintah dalam penanggulangan kaya akan serat pangan dan berpotensi sebagai
anak KEP di tingkat rumah tangga, di antaranya sumber prebiotik sehingga baik bagi kesehatan,
dengan suplementasi Pemberian Makanan Tam- utamanya untuk imunitas (Purwandani 2011).
bahan (PMT) secara gratis, baik formula, se- Tepung serat bengkuang mempunyai kandungan
real maupun biskuit yang bahan utamanya dari serat inulin 172 ppm, rafinosa 85,66 ppm, se-
tepung terigu, telur, minyak dan susu dengan rat pangan larut 4,07%, tidak larut 51,21%, dan
sebutan makanan formula WHO F-75 dan F-100 resistant starch 19,41%. Selain itu, bengkuang
atau resep formula modifikasi. Menurut Rauf juga mengandung swelling power, solubility, wa-
(2007), pengembangan PMT MP-ASI (Makanan ter binding capacity secara berurutan 14,47 g/g,
Pendamping-ASI) selain memperhatikan nilai 18,92%, 649,84% dan warna yang mendekati pu-
manfaatnya, juga harus memperhatikan harga tih dengan kecerahan (L) 83,95.
agar terjangkau dan diolah dengan memperhati- Tepung serat bengkuang mempunyai akti-
kan kebiasaan makan masyarakat setempat. Un- vitas prebiotik yang positif terhadap Bifidobacte-
tuk itu pangan lokal seperti tempe, bengkuang, rium longum setelah diinkubasi selama 48 jam.
dan beras dapat dijadikan sebagai bahan baku lo- Konsumsi tepung serat bengkuang berpengaruh
kal yang dapat dikembangkan sebagai makanan nyata menurunkan populasi Escherichia coli,
tambahan sehingga diharapkan harganya lebih meningkatkan kadar air, total Short Chain Fatty
murah dan dapat dijangkau oleh semua golongan. Acid (SCFA), proporsi molar butirat, dan menu-
Tempe adalah produk fermentasi kedelai runkan pH usus serta meningkatkan massa dan
oleh kapang Rhizopus sp. Proses fermentasi akan ukuran feses serta melunakkannya. Konsumsi
mengubah fisik dan kimia kedelai menjadi tem- tepung serat bengkuang dapat meningkatkan ke-
pe yang enak, bergizi tinggi, dan dapat menjadi sehatan kolon dan berpotensi sebagai komponen
makanan fungsional. Tempe lebih mudah dicer- makanan fungsional (Purwandani 2011).
na tubuh dibandingkan dengan kedelai karena Pada salah satu bahan baku utama PMT
kapang Rhizopus sp. memecah struktur protein biskuit adalah tepung roti, namun pada pembuat-
kedelai yang kompleks menjadi lebih sederhana. an formula tepung-bengkuang diganti dengan
Tempe juga mempunyai kandungan mineral, zat tepung beras merah. Kadar protein dalam beras
besi, dan isoflavon yang sangat berguna untuk merah relatif lebih tinggi daripada dalam beras
pertumbuhan. Harga tempe relatif murah dengan putih biasa walaupun beras merah tersebut meng-
ketersediaan yang berlimpah (Haron dalam Am- alami proses penggilingan minimal. Kadar pro-
bari 2014). Tempe memiliki daya cerna dan nilai tein beras berada pada kisaran 7%. Beras dengan
gizi yang lebih tinggi dibanding kedelai. kadar protein lebih kecil dari 8,5% cenderung
Olahan tempe sudah ada dalam bentuk pulen. Hal ini berhubungan dengan sifat polari-
formula tempe. Penelitian yang dilakukan oleh tas protein terhadap air (Masniawati 2013). Beras
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi telah merah umumnya dikonsumsi tanpa melalui pro-
berhasil mengolah makanan formula tempe yang ses penyosohan, tetapi hanya digiling menjadi
mengandung energi tinggi, protein tinggi, mudah beras pecah kulit, kulit arinya masih melekat pada
dicerna, mudah ditelan, dan bahkan telah digu- endosperm. Kulit ari beras merah ini kaya akan
nakan untuk penderita yang diberikan makanan minyak alami, lemak esensial, dan serat (Santika
lewat pipa. Tempe juga mengandung senyawa 2010). Serat tak hanya mengenyangkan, namun
bioaktif berupa isoflavon dan fitokimia, yang me- juga mencegah berbagai penyakit saluran pencer-
naan (Andriana2006). Namun, beras merah tidak bengkuang (100 g/hari). Sedangkan kelompok II,
diteliti pada penelitian ini. sebanyak 19 anak mendapatkan biskuit MP-ASI
Hasil penelitian Ayu (2015) membuat (100 g/hari). Kepatuhan subjek dalam mengon-
formula tempe yang ditambahkan tepung beng- sumsi formula tempe bengkuang dan biskuit dili-
kuang, menghasilkan formula yang mengandung hat dengan menggunakan visual comstock.
kadar β-karoten yang meningkat menjadi 295
mg/100g tepung formula. Kandungan zat gizi Jenis dan cara pengambilan data
buah bengkuang per 100 g adalah 59 kkal; 1,4 Data yang dikumpulkan meliputi data
g protein; 0,2 g lemak; 12,8 g karbohidrat; 15 g primer dan data sekunder. Data primer berupa
kalsium; 18 mg fosfor; 0,04 mg Vitamin B1; 20 data antropometri (berat badan), darah, dan
mg vitamin C; dan 0,6 mg zat besi (Badan Ke- data anamnesis diet (jenis makanan dan asupan
tahanan Pangan Kementerian Pertanian RI 2012). makanan). Data sekunder meliputi data karakter-
Salah satu indikator kesehatan adalah sta- istik subjek penelitian (usia, jenis kelamin, pendi-
tus gizi balita. Status gizi adalah suatu ukuran dikan, dan pekerjaan). Pengambilan data dilaku-
mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat kan melalui kunjungan langsung ke rumah.
dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan peng- Informed consent digunakan untuk
gunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Penilaian mendapatkan persetujuan orangtua. Kuesioner
status gizi dapat diukur secara langsung dan ti- digunakan untuk mengetahui data karakteristik
dak langsung. Penilaian secara langsung meli- subjek penelitian. Timbangan dacin digunakan
puti antropometri (BB/U, TB/U, dan BB/TB), untuk mengukur berat badan subjek penelitian
biokimia (albumin, hemoglobin, immunoglobu- dengan ketelitian 0,1 kg. Tinggi badan diukur
lin A), biofisik, dan klinis. Sedangkan penilaian menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1
secara tidak langsung meliputi survei makanan, cm. Formulir visual comstock digunakan un-
statistik vital, dan faktor ekologi. tuk mengetahui asupan makan subjek penelitian
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan dari makanan yang diberikan oleh peneliti dan
penelitian intervensi pada anak gizi kurang di Ka- makanan yang diberikan di rumah dan di luar
bupaten Padang Pariaman yang bertujuan untuk rumah. Formulir recall 1x24 jam digunakan un-
menganalisis efikasi pemberian formula tempe- tuk mengetahui asupan makan subjek. Pemerik-
bengkuang terhadap peningkatan kadar albumin saan serum albumin menggunakan centrifuge,
dan antropometri berdasarkan z-skor BB/U. beaker glass, spuit, botol reagen, dan kuvet.
Salah satu indeks laboratorium dari peng- Tabel 4. Perbedaan selisih rata-rata perubahan
ukuran status protein adalah status protein viseral kadar albumin antar kelompok
yang sering digunakan untuk memperkirakan
pengukuran protein total serum, albumin, trans- Kelompok Mean SD p-value
ferin, prealbumin, dan retinol binding protein. Kadar albumin:
Albumin merupakan protein utama di dalam plas- FTB 0,18 0,90
0,115
ma manusia (3,4-4,7 g/dl) dan menyusun sekitar Biskuit -0,28 0,58
60% dari total protein plasma yang dikeluarkan
oleh hati ke dalam darah. Sekitar 40% dari al- Beberapa penelitian lain menunjukkan
bumin terdapat dalam plasma, dan 60% lainnya pertumbuhan anak yang mendapat formula kede-
ditemukan dalam ruang ekstraselular (Smith et lai atau tempe tidak berbeda dengan anak yang
al. 2007). Kadar albumin dapat diukur dengan mendapat formula susu sapi maupun ASI. Bayi
metode spektrofotometri. yang mendapat formula tempe mempunyai per-
Kadar albumin serum dipengaruhi oleh be- tumbuhan dan perkembangan yang normal, se-
berapa faktor, yaitu (a) kurangnya asupan protein, rum albumin dan hemoglobinnya normal (Rah-
yang disebabkan oleh asupan makanan kurang, mawaty & Dwi 2009).
anoreksia, konsumsi makanan tidak seimbang; Menurut Kurnia (2010), sintesis protein
(b) perubahan metabolisme akibat luka, stres, dalam hati terutama sintesis albumin sangat res-
sepsis, dan hipoksia; (c) defisiensi spesifik pada ponsif terhadap influks (masukan) asam amino
plasma protein akibat kehilangan protein enter- dari makanan. Jika asupan protein meningkat
opathy dan penyakit liver; (d) menurunnya sin- maka sintesis albumin juga akan meningkat.
tesis protein akibat kurang asupan energi, de- Albumin sebagai transpor protein tubuh yang
fisiensi elektrolit, defisiensi mineral mikro (besi mengindikasikan status protein merupakan res-
dan seng), defisiensi vitamin A; (e) kehamilan pon dari konsumsi makanan terutama makanan
yang menyebabkan perubahan jumlah dan dis- sumber protein, meskipun ditemukan data yang
tribusi cairan tubuh; (f) perubahan permeabilitas tidak konsisten. Hal ini disebabkan oleh adanya
kapiler; (g) obat-obatan; (h) latihan berat (Gibson beberapa faktor yang memengaruhi konsen-
2005). trasinya dalam darah. Faktor-faktor yang juga
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap menyebabkan penurunan kadar bahan transpor
selisih perubahan kadar albumin antar kelom- protein selain defisiensi konsumsi protein adalah
pok. Hasil uji independent sample t-test terhadap defisiensi energi, defisiensi zink, infeksi, dan
selisih perubahan kadar albumin antar kelompok gangguan hati.
dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pengujian statis-
tik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang Peningkatan antropometri berdasarkan z-
signifikan selisih rata-rata perubahan kadar al- skor BB/U pada anak yang mengonsumsi for-
bumin antar kelompok (p>0,05). Hal ini menun- mula tempe-bengkuang
jukkan bahwa antara pemberian formula tempe- Rata-rata indeks z-skor BB/U pada kelom-
bengkuang dan biskuit sama-sama memberikan pok FTB sebelum intervensi lebih tinggi (-2,69)
perubahan terhadap kadar albumin anak namun dibandingkan dengan kelompok biskuit (-2,54),
perubahan tersebut tidak signifikan secara statis- namun tidak terdapat perbedaan secara signifikan
tik. setelah dilakukan uji independent sample t-test
(p>0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa per- Tabel 6. Perbedaan selisih rata-rata perubahan
bedaan antropometri berdasarkan BB/U tertinggi antropometri berdasarkan BB/U antar
yaitu selisih 0,25 (± 0,34 SD) pada kelompok kelompok
FTB. Hasil pengujian statistik juga menunjuk- Kelompok Mean SD p-value
kan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata Anropometri:
antropometri berdasarkan z-skor BB/U sebelum FTB 0,25 0,34
dan sesudah intervensi pada kelompok FTB de- 0,619
Biskuit 0,021 0,21
ngan nilai p=0,002 (p≤0,05). Namun tidak ter-
dapat perbedaan yang signifikan pada kelompok
z-skor BB/U antar kelompok (p>0,05). Hal ini
biskuit. Secara lengkap perbedaan antropometri
menunjukkan bahwa antara pemberian formula
berdasarkan z skor BB/U sebelum dan sesudah
tempe-bengkuang dan biskuit sama-sama mem-
intervensi dapat dilihat pada Tabel 5.
berikan peningkatan terhadap nilai z-skor BB/U
Hasil penelitian ini menunjukkan pada
namun perubahan yang didapatkan tidak signifi-
kedua kelompok terdapat kenaikan rata-rata z-
kan secara statistik. Namun dapat dilihat bahwa
skor indeks BB/U. Pemberian formula tempe-
perubahan yang paling besar terdapat pada ke-
bengkuang pada balita memberikan pengaruh
lompok yang diberikan FTB.
terhadap berat badan balita. Berat badan sangat
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
ditentukan oleh asupan nutrisi, terutama makan-
penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2010)
an-makanan yang mengandung banyak zat besi.
yang menyimpulkan bahwa pemberian suplemen
Karena kekurangan zat besi dapat menyebabkan
makanan dalam hal ini biskuit dari tempe dalam
anemia dan dapat memengaruhi turunnya nafsu
waktu yang relatif lama akan memperbaiki
makanan. Berat badan juga merupakan ukuran
berat badan dan albumin darah. Hal ini dapat
antropometri yang terpenting dan paling sering
dijelaskan bahwa asupan zat gizi secara langsung
digunakan untuk melihat laju fisik maupun status
akan memengaruhi status gizi seseorang, artinya
gizi (Hatriyanti & Triyanti 2008).
jika jumlah asupan zat gizi yang berasal dari
Penelitian ini sejalan dengan Ariani (2010),
makanan yang dikonsumsi meningkat, maka
terdapat perbedaan status gizi anak balita gizi
status gizi pun akan meningkat pula. Di samping
kurang berdasarkan indeks z-skor BB/U sebelum
itu, bertambahnya usia secara fisiologis yang
dan setelah pemberian makanan tambahan lokal
normal juga memengaruhi peningkatan konsumsi
selama satu bulan pada kelompok perlakuan de-
makanan, sehingga jumlah asupan zat gizi juga
ngan nilai p=0,007 (p≤0,05). Selanjutnya pene-
bertambah.
litian Sugeng et al. (2005) di Kota Malang yang
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan
menunjukkan bahwa pemberian PMT-P dengan
indikator BB/U. Kelebihannya adalah sensitif
formula WHO/Modifikasi selama 90 hari dapat
untuk melihat perubahan status gizi dalam jang-
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
ka pendek, dapat mendeteksi kegemukan dan
status gizi anak balita balita KEP.
dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh
Hasil pengukuran perbedaan selisih pe-
masyarakat umum. Kelemahannya antara lain
rubahan z-skor BB/U antar kelompok dapat dili-
interpretasi status gizi dapat keliru bila terdapat
hat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa
edema pada anak, sulit menentukan umur anak
tidak terdapat perbedaan yang signifikan selisih
secara akurat dan adanya kesalahan dalam pe-
rata-rata perubahan antropometri berdasarkan
nimbangan.