LP, SP HDR

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

BAB I

KONSEP HARGA DIRI RENDAH

A. PENGERTIAN

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. (Yosep,2009)

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. (Towsend,2008)

Harga diri rendah kronik adalah evaluasi diri atau perasaan negative pada
diri sendiri atau kemampuan diri yang berlangsung lama. (NANDA 00119, hal
289)

Harga diri rendah situasional adalah munculnya persepsi negative tentang


makna diri sebagai respon terhadap situasi saat ini. (NANDA 00120, hal 291)

B. PENYEBAB

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri


seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.(Yosep,2009)

Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga


diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai
berikut:

1. Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial. (Stuart & Sundeen, 2006)
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan
atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri
harga diri rendah ini dapat terjadi secara emosional atau kronik. Secara
situasional karena trauma yang munculsecara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik
atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat
dirawat.(Yosep,2009)
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping
individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif,
kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan ego,
pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi systemkeluarga serta
terfiksasi pada tahap perkembangan awal. (Townsend,2008)
C. JENIS
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi
merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.
Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang dirawat dapat
terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan
fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/penyakit, perlakuan
petugas yang tidak menghargai. (Makhripah D & Iskandar, 2012)
2. Kronik
Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa. (Makhripah D
& Iskandar, 2012)
D. TANDA DAN GEJALA
Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah antara lain :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Menarik diri dari hubungan sosial
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Perasaan lemah dan takut
5. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
6. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
7. Hidup yang berpolarisasi
8. Ketidakmampuan menentukan tujuan
9. Merasionalisasi penolakan
10. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
11. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri rendah
yaitu:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
5. Percaya diri kurang
6. Menciderai diri
E. RENTANG RESPON

RESPON ADAPTIF RESPON


MALADAPTIF

Aktualisasi Konsep Harga Diri Keracunan Depersonalisa


Diri Diri Rendah Identitas si

1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun
yang negatif dari dirinya(Eko P, 2014)
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu
lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya
yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga
tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan
dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak
dapat membina hubungan baik dengan oranglain.

F. AKIBAT

Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal
ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan
yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan
penampilan seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika
seseorang mengalami harga diri rendah,maka akan berdampak pada orang tersebut
mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan menarik
diri.(Eko P.,2014)

Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada
tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan
sosial.(DEPKES,2003)

G. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan tersebut
mencakup berikut ini :
Jangka pendek :
1. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri (misalnya,
konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya, ikut serta
dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu
2. Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat.

Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,isolasi, proyeksi,


pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri) (Stuart,2006)
H. PENATALAKSANAAN
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi
dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan
senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk
generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk
antipsikotik). (Hawari,2001)
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005)
3. Terapi Modalitas
Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia yang
ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan sosial untukmeningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
4. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5
joule/detik. (Maramis, 2005)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATANHARGA DIRI RENDAH

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medic
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis,
factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
3. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa
tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang,
kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan
dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup kejadian
kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam
perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan
penilaian, dan daya tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:

B. MASALAH YANG PERLU DIKAJI


Masalah
No. Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan

1 Masalah utama : a. Mengungkapkan a. Merusak diri


gangguan konsep diri ingin diakui jati sendiri,
: harga diri rendah dirinya. b. Merusak orang
b. Mengungkapkan lain,
tidak ada lagi yang c. Ekspresi malu,
peduli. d. Menarik diri dari
c. Mengungkapkan hubungan social,
tidak bisa apa-apa. e. Tampak mudah
d. Mengungkapkan tersinggung,
dirinya tidak f. Tidak mau makan
berguna. dan tidak tidur
e. Mengkritik diri
sendiri.
f. Perasaan tidak
mampu.
2 Mk : Penyebab tidak a. Mengungkapkan a. Tampak
efektifnya koping ketidakmampuan ketergantungan
individu dan meminta terhadap orang
bantuan orang lain
lain. b. Tampak sedih dan
b. Mengungkapkan tidak melakukan
malu dan tidak bisa aktivitas yang
ketika diajak seharusnya dapat
melakukan sesuatu. dilakukan
c. Mengungkapkan c. Wajah tampak
tidak berdaya dan murung
tidak ingin hidup
lagi.
3 Mk : Akibat isolasi Mengungkapkan enggan a. Ekspresi wajah
sosial menarik diri bicara dengan orang kosong Tidak ada
lain. Klien mengatakan kontak mata ketika
malu bertemu dan diajak bicara
berhadapan dengan orang b. Suara pelan dan
lain. tidak
jelas

c. Hanya memberi
jawaban singkat
(ya/tidak)
d. Menghindar ketika
didekati

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu
inefektif

D. RENCANA INTERVENSI
Harga Diri Rendah
NIC (Peningkatan Harga Diri 5400, hal 326)
1. Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
2. Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal penilaian diri
3. Dukung pasien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan
4. Kuatkan kekuatan pribadi yang diidentifikasi pasien
5. Bantu pasien untuk menerima ketergantungan terhadap orang lain dengan tepat
6. Dukung tanggungjawab diri sendiri dengan tepat
7. Eksplorasi pencapaian keberhasilan sebelumnya
8. Dukung pasien untuk menerima tantangan baru
9. Berikan hadiah atau pujian terkait dengan kemajuan pasien dalam mencapai
tujuan
10. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri

NIC (Peningkatan Koping 5230, hal 337)


1. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang
yang tepat
2. Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif
3. Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
4. Dukung kemampuan mengatasi situasi secara berangsur-angsur
5. Eksplorasi pencapaian pasien sebelumnya
6. Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
E. RENCANA KEPERAWATAN PADA KLIEN DAN KELUARGA

TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


EVALUASI
Pasien mampu: SP 1
1. Mengidetifikasi kemampuan 1. Identifikasi kemampuan positif
dan aspek positif yang dimiliki yang dimiliki
2. Menilai kemampuan yang a. Diskusikan bahwa pasien
dapat digunakan masih memiliki sejumlah
3. Menetapkan atau memilih kemampuan dan aspek positif
kegiatan yang sesuai dengan seperti kegiatan pasien di
kemampuan rumah adanya keluarga dan
4. Melatih kegiatan yang sudah lingkungan terdekat pasien.
dipilih, sesuai kemampuan b. Beri pujian yang realistis dan
5. Merencanakan kegiatan yang hindarkan setiap kali bertemu
sudah dilatihnya dngan pasien penilaian yang
negatif
Kriteria Evaluasi 2. Nilai kemampuan yang dapat
Setelah …x pertemuan, pasien dilakukan saat ini
mampu: a. Diskusikan dengan pasien
a. Mengidetifikasi kemampuan kemampuan yang masih
dan aspek positif yang dimiliki digunakan saat ini.
b. Memiliki kemampuan yang b. Bantu pasien menyebutkannya
dapat digunakan dan memberi pengutan
c. Memilih kegiatan yang sesuai terhadap kemampuan diri yang
dengan kemampuan diungkapkan pasien
d. Melakukan kegiatan yang c. Perlihatkan respons yang
sudah dipilih, sesuai kondusif dan menjadi
kemampuan pendengar aktif
e. Merencanakan kegiatan yang 3. Pilih kemampuan yang akan
sudah dilatihnya dilatih
4. Diskusikan dengan pasien
mengenai kegiatan yang dapat
dilakukan dan dipilih sebgai
kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari
5. Bantu pasien menetapkan
aktivitas mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri
a. Aktivitas yang memerlukan
bantuan minimal dari keluarga
b. Aktivitas apa saja yang
memerlukan bantuan penuh
dari kluarga atau lingkungan
terdekat pasien
c. Beri contoh cara pelaksanaan
aktivitas yang dapat dilakukan
pasien
d. Susun bersama pasien aktivitas
atau kegiatan sehari-hari pasien
6. Nilai kemampuan pertama yang
telah dipilih
a. Diskusikan dengan pasien
untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang telah dipilih
pasien) yang akan dilatihkan
b. Bersama pasien dan keluarga
memperagakan beberapa
kegiatan yang akan dilakukan
pasien
c. Berikan dukungan atau pujian
yang nyata sesuai kemajuan
yang diperlihatkan pasien
7. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
a. Beri kesempatan pasien untuk
mencoba kegiatan
b. Beri pujian atas aktivitas atau
kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
c. Tingkatkan kegiatan sesuai
toleransi dan perubahan sikap.
d. Susun daftar aktivitas yang
sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga.
e. Berikan kesempatan
mengungkapkan perasaanya
setelah pelaksanaan kegiatan.
Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktifitas
yang dilakukan pasien.

SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1)
2. Pilih kemampuan kedua yang
dapat dilakukan
3. Latih kemampuan yang dipilih
4. Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien

SP 3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1 dan 2)
2. Memilih kemampuan ketiga
yang dapat dilakukan
3. Masukkan kedalam jadwal
kegiatan pasien
SP 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1,2 dan 3)
2. Menyusun kegiatan yang sudah
dilatih di rumah
Keluarga mampu merawat pasien SP 1
dengan HDR di rumah dan menjadi 1. Identifikasi masalah yang
sistem pendukung yang efektif bagi dirasakan dalam merawat
pasien. pasien
2. Jelaskan proses terjadinya
Kriteria Evaluasi: HDR
Setelah ..x pertemuan keluarga 3. Jelaskan tentang cara merawat
mampu pasien
a. Mengidentifikasi kemampuan 4. Main peran dalam merawat
yang dimiliki pasien pasien HDR
b. Menyediakan fasilitas untuk 5. Susun RTL keluarga atau
pasien dalam melakukan jadwal keluarga untuk merawat
kegiatan pasien
c. Mendorong pasien melakukan
kegiatan SP 2
d. Memuji pasien saat pasien 1. Evaluasi SP 1
dapat melakukan kegiatan 2. Latih keluarga langsung ke
e. Membantu melatih pasien pasien
f. Membantu menyususn jadwal 3. Menyusun RTL keluarga taua
kegitan pasien jadwal keluarga untuk merawat
g. Membantu perkembangan pasien
pasien
SP 3
1. Evaluasi kemampuan keluarga
2. Evaluasi kemampuan pasien
3. RTL keluarga (follow up dan
rujukan)
F. EVALUASI PENILAIAN TERHADAP KLIEN DAN KELUARGA

No. Kemampuan Tanggal


A. Pasien
1 Menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
2 Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3 Memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
4 Melatih kemampuan yang telah dipilih
5 Melaksakan kemampuan yang telah dilatih
6 Melakukan kegiatan sesuai jadwal
B. Keluarga
1 Menjelaskan pengertian dan tanda-tanda orang
dengan harga diri rendah
2 Menyebutkan 3 cara merawat pasien harga diri
rendah (memberikan pujian, menyediakan fasilitas
untuk pasien, dan melatih pasien melakukan
kemampuan)
3 Mampu mempraktekkan cara merawat pasien
4 Melakukan follow up sesuai rujukan
BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Pertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna
b. Klien mengatakan ekspresi wajah malu
c. Klien mengatakan “tidak bisa”ketika diminta melakukan sesuatu
d. Klien tampak kurang bergairah
e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya daripada
kelebihannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu, saya suster W, saya mahasiswa Akper

Poltekkes Semarang yang sedang praktek dirumah sakit ini”,

“Ibu bisa panggil saya suster W”. ”Nama ibu siapa?”. “........” “Ibu
lebih senang dipanggil siapa?”“o o o ibu S”. “saya akan menemani
ibu selama 2 minggu, jadi kalau ada yang mengganggu pikiran ibu
bisa bilang ke saya, siapa tahu saya bisa bantu”

b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini? ......... o o o begitu”
“Coba ceritakan pada saya, apa yang dirasakan dirumah, hingga
dibawa ke RSJ”

c. Kontrak
1) Topik
“Maukah ibu S bercakap – cakap dengan saya tentang kegiatan
yang sering dilakukan dirumah”

2) Tempat
“Ibu S lebih suka bercakap – cakap dimana?, o o o ditaman,
baiklah”

3) Waktu
“Kita mau becakap – cakap berapa lama? Bagaimana kalau 10
menit saja”

2. Kerja
“Kegiatan apa saja yang sering ibu S lakukan dirumah?”.........

“Memasak, mencuci pakaian, bagus itu bu”. “Terus kegiatan apalagi


yang ibu lakukan?”. “kalau tidak salah ibu juga senang menyulam
ya?”, wah bagus sekali!

“Bagaimana kalau ibu S menceritakan kebiasaan lain yang ibu suka


lakukan di rumah? Kemudian apa lagi?”

“Bagaimana dengan keluarga ibu S, apakah mereka menyukai apa


yang ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek
hasil kerja ibu?”

3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu S selama kita bercakap – cakap?”,
“Senang terima kasih”

b. Evaluasi Obyektif
“Tolong ibu S ceritakan kembali kegiatan yang sering ibu lakukan?
........ Bagus”, “terus bagaimana tanggapan keluarga ibu terhadap
kegiatan yang ibu lakukan?”.

c. Rencana Tindak Lanjut


“Baiklah Bu S, nanti ibu ingat-ingat ya, kemampuan ibu yang lain
yang belum sempat ibu ceritakan kepada saya?, besok kita bisa
lanjutkan percakapan lagi.”

Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau besok kita diskusikan kembali kegiatan
/kemampuan yang dapat ibu S lakukan di rumah dan di RSJ?”

2) Tempat
“Tempatnya mau dimana Bu? ”

3) Waktu
“Berapa lama kita akan bercakap – cakap?”. “Bagaimana kalau
15 menit”

“Setuju!”

“Sampai bertemu lagi besok ya, Bu S”


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien telah mengetahui/dapt mengenal beberapa kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
b. Klien dapat merencanakan kegiatan di rumah sakit sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Bu S”, “Masih ingat saya?” “................ Bagus!”

b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Ibu S sekarang?”
“................ O ............. ya bagaimana, apakah ada kemampuan lain
yang belum ibu S ceritakan kemarin”

c. Kontrak
1) Topik
“Apakah ibu S masih ingat apa yang akan kita bicarakan
sekarang?”. “ya............ bagus”

2) Tempat
“Kalau tidak salah, kemrin kita sudah sepakat akan bercakap –
cakap di taman ya?”

3) Waktu
“Kita akan bercakap – cakap selama 15 menit, atau mungkin
bu S ingin bercakap – cakap lebih lama lagi?”

2. Kerja
“Kegiatan apa saja yang sering ibu S lakukan dirumah? Kemarin ibu
sudah menceritakan kepaa saya tentang kemampuan yang ibu sering
lakukan di rumah, sekarang ibu mau mempraktikkan yang mana dulu?”
.........

“mencuci pakaian, bagus itu bu”.

“Bagaimana kalau ibu S mempraktikkan sekarang bersama saya, saya


temani ibu sampai selesai?”

“ Wah bagus sekali ibu, sekarang pakaian yang sudah dicuci jadi
tampak bersih.”

“Bagaimana kalau sekarang kita membuat jadwal kegiatan selama di


rumah sakit?”

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu S setelah berhasil membuat jadwal
kegiatan yang dapat dilakukan di rumah sakit”

b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah dibuat
tadi?”. “Bagus”

c. Rencana Tindak Lanjut


“Ibu S bersedia melaksanakan jadwal kegiatan yang telah ibu buat
tadi?”

“.........nah nanti kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan bersama


– sama dengan teman – teman yang lain ya!”. “Bagaimana kalau
nanti siang?”

Kontrak
1) Topik
“Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita
bercakap – cakap tentang kegiatan yang dapat dilakukan di
rumah”. “Bagaimana menurut ibu S?”. “Setuju”

2) Tempat
“Ibu ingin bercakap – cakap dimana besok?”, “......... oooo di

taman, baiklah.”

3) Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap – cakap 10 menit?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah mampu mengenal menyusun jadwal kegiatan yang
dapat dilakukan di rumah sakit
b. Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah

3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah
b. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan sesuai
kemampuan di rumah

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi,ibu S sedang apa?”

b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu S sekarang?”

“Apakah ibu S sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan


jadwalyang telah dibuat kemarin?”. “Bagus ibu sudah dapat
membantu membersihkan lingkungan”

“Coba saya lihat jadwal kegiatannya, wah hebat sekali, sudah


diberi tanda semua!”, “Nanti dikerjakan lagi ya bu!”

c. Kontrak
1) Topik
“Nah bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang kegiatan
yang dapat dilakukan di rumah?”.

2) Tempat
“Kalau tidak salah, kemrin kita sudah sepakat akan bercakap –
cakap di taman benar kan?”

3) Waktu
“Mau berapa lama?, Bagaimana kalau 15 menit lagi”

2. Kerja
“Kemarin ibu telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit, sekarang
kita buat jadwal kegiatan dirumah ya!. Ini kertas dan bolpointnya,
jangan khawatir nanti saya bantu, kalau kesulitan, Bagaimana kalau
kita mulai? ”

“Ibu biasanya bangun pagi jam berapa?” Ohh jam 05.00 pagi ya bu...

“Kita buat jadwal kegiatan mulai dari jam 05.00 WIB?.............. ya,
tidak apa-apa, bangun tidur......... terus ya sholat shubuh, terus masak
(sampai jam 20.00 WIB), bagus tapi jangan lupa minum obatnya, ya
Bu!”

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu S setelah dapat membuat jadwal kegiatan
di rumah”

b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang dapat
dilakukan di rumah”

c. Rencana Tindak Lanjut


“Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga, dalam sehari apa yang
dapat dilakukan di rumah bersama keluarga?”

Kontrak
1) Topik
“Nah, bagaimana besok kita bercakap – cakap tentang
perlunya dukungan keluarga terhadap kesembuhan Bu S”

2) Tempat
“Bagaimana kalau kita bercakap – cakap di teras, setuju!, atau
mungkin ibu ingin di tempat lain?”

3) Waktu
“Kita mau bercakap –cakap berapa lama, bagaimana kalau 10
menit?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah.

2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah

3. Tujuan Khusus
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang dimiliki di rumah.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Bu!”

b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu S hari ini, baik baik saja?”. “Syukurlah”
“Masih ibu simpan jadwal kegiatan yang telah dibuat kemarin?”

c. Kontrak
1) Topik
“Hari ini kita akan bercakap – cakap tentang sistem pendukung
yang dapat membantu ibu S di rumah?”.

2) Tempat
“Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap – cakap di teras
ya?”

3) Waktu
“Kita bercakap – cakap berapa lama?”. “10 menit saja ya
boleh!”

2. Kerja
“Apakah ibu tahu artinya sistem pendukung?”.“Baiklah akan saya
jelaskan, sistem pendukung adalah hal-hal yang dapat membantu di
rumah dalam mencapai kesembuhan nantinya, misalnya: dana,
keluarga, teman/tetangga yang mau menerima, kegiatan bersama, dan
tempat yang dapat dikunjungi saat obat habis”

“Ibu di rumah tinggal dengan siapa? ..... terus siapa lagi?” “Apakah
mereka sayang dan memperhatikan kesehatan ibu S?” “Siapa selama
ini yang mengingatkan ibu minum obat dan mengantarkan
control/periksa ke dokter?”. “wah bagus! Terus selama ini yang
mencari nafkah dan mencari biaya pengobatan unutk ibu siapa?”

“Apakah punya teman atau tetangga yang dekat dengan ibu S?”
“Kegiatan apa saja yang ada di lingkungan ibu S?”. “Oooo
pengajian..... Bagus itu, kalau kelompok ibu-ibu arisan ada tidak bu, oo
begitu!”. “selama ini bu S sudah berobat kemana saja, apakah ada
rumah sakit yang paling dekat dengan rumah ibu?”

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaannya setelah bercakap – cakap tentang sistem
pendukung yang ibu S miliki?”

b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan kembali sistem pendukung yang ibu miliki
dirumah, satu persatu ya!”

c. Rencana Tindak Lanjut


“Besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasihat keluarga
ya Bu! Jangan lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah
sakit.”

Kontrak
1) Topik
“Bagaimana besok kita bercakap – cakap lagi, tentang obat-
obatan yang ibu S minum setiap hari”

2) Tempat
“Sebaiknya kita bercakap – cakap di mana bu?”, “ di warung
makan, o.... bisa!”

3) Waktu
“Mau berapa lama bu?”, “15 menit, boleh sampai ketemu lagi
bu!”
Adapun strategi pelaksanaan(SP) untuk keluarga agar mampu merawat pasien dengan HDR
di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Pertemuan ke I (satu)

1. Orientasi

“ Selamat pagi!”

“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini?”

“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap- cakap tentang cara merawat T? Berapa
lama waktu Bapak/Ibu? 30 menit? Baik, mari duduk di ruang tamu!”

2. Kerja
“Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang masalah T?”
“Ya memang benar sekali Pak/Ibu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Mis, T sering menyalahkan dirinya dan
mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak
Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya
pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T terus
menerus seperti itu, T dapat mengalami masalah yang lebih berat lagi mis. T jadi
malu brtemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai di sini, Bapak/ Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali Bapak/Ibu sudah mengerti.”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawatan yang baik untuk T.”
“Bapak /ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan
hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T).”
“T itu telah terlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan mencuci
piring. Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/ibu dapat
mengingatkan T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar
harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadwal
kegiatannya.”
“Selain itu, Bapak/Ibu tetap perlu memantau perkembangan T. Jika masalah harga
dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, Bapak/Ibu dapat membawa T ke
puskesmas.”
“Nah bagaimana kalau sekarang kita praktikkan cara memberikan pujian kepada
T?”
“Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
dengan mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci
piring.”
“Coba Bapak/Ibu praktikkan sekarang. Bagus.”

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“ Bagaiamana perasaan Bapak/Ibu setelah percakapan kita ini?”
b. Evaluasi Objektif
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi T dan
bagaimana cara merawatnya?”
c. Rencana Tindak Lanjut
1) Topik
“ Bagus sekali Bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap
kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga
demikian.”
2) Tempat
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan
cara memberi pujian langsung kepada T”
3) Waktu
“Pukul berapa Bapak/Ibu akan datang? Baik saya tunggu. Sampai
jumpa.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Pertemuan ke II (dua)

1. Orientasi
“Selamat pagi, Pak/Bu.”
“Bagimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
“Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat anak Bapak/Ibu seperti yang kita pelajari
dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mempraktikannya langsung kepada T.”
“Waktunya 20 menit.”
“Sekarang mari kita temui T.”

2. Kerja
“Selamat pagi T. Bagaiman perasaan T hari ini?”
“Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.”
( Kemudian Anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
“Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu dapat mempraktikkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak
Bapak/Ibu.”
(Anda mengobservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien sperti yang
telah dilatihkan pada pertemuan sebelmnya).
“Bagaimana perasaan T setelah berbincang –bincang dengan orang tua T?”
“Baiklah, sekarang saya dan orang tua T ke ruang perawat dulu.”
(Anda dan keluarga meninggalkan psien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
b. Evaluasi Objektif
“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah dapat melakukan cara merawat tadi kepada
T.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
sperti sekarang Pak/Bu. Sampai Jumpa.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Pertemuan ke III (tiga)

1. Orientasi
“Selamat pagi, Pak/Bu!”
“Karena hari ini terakhir kunjungan saya, maka kita akan membicarakan jadwal T
selama di rumah.”
“Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Maka kita bicarakan di kantor.”

2. Kerja
“Pak/Bu, ini jadwal kegiatan T selama ini. Pak/Bu, tolong dilanjutkan, baik jadwal
kegiatan maupun jadwal minum obatnya.”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh T, mis kalau T terus-menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif
terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Kder Ani atau
telepon saya di Puskesmas Indra Puri, nomor telepon puskesmasnya xxxxxx.”

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali bagaimana cara merawat T?”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana, Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian T.
Jangan lupa kontrol ke Puskesmas sebelum obat habis atau jika ada gejala
yang tampak. Selamat siang.”
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar,M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC.

NANDA. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam.

Sundeen, S. &. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Townsend. (2008). Nursing Diagnosis in Psuchiatric Nursing a Pocket Guide

forCare Plan Construction. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai