Lokmin
Lokmin
Lokmin
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2 :
PEMBIMBING AKADEMIK:
Ns. Indah Mawarti, S.Kep,. M.Kep
PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. Hj. Metti Astuti, S.Pd.,S.Kep,. M.Kep
Ns. Yesika Yusna, S.Kep., M.Kep
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Lokakarya Mini I
(Lokmin I) Praktek Profesi Manajemen Keperawatan di Rawat Kelas 1 Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi sebagian kewajiban
tugas dalam stase manajemen keperawatan program profesi ners kelompok 2 angkatan 7. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil sehingga makalah ini dapat selesai. Ucapan
terima kasih ini kami tujukan kepada:
1. Ibu Ns.Indah Mawarti, S.Kep,.M.Kep selaku dosen pembimbing akademik Stase
Manajemen Keperawatan Profesi Ners Unja yang telah mendidik dan memberikan
bimbingan selama masa praktik.
2. Ibu Ns. Hj. Metti Astuti,.S.Pd,S. Kep., M.Kep selaku pembimbing lapangan/CI
lapangan Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners Unja yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing dan memberi masukan yang diperlukan selama penulisan
makalah ini.
3. Ibu Ns.Yesika Yusna, M.Kep. selaku pembimbing lapangan/CI lapangan Stase
Manajemen Keperawatan Profesi Ners Unja yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing dan memberi masukan yang diperlukan selama penulisan makalah ini.
4. Ibu Ns. Sodriah., S.Kep selaku Kepala Ruangan Rawat Inap Kelas 1 RSUD Raden
Mattaher Jambi yang telah memfasilitasi dan memberi masukan yang diperlukan selama
penulisan makalah ini.
5. Bapak/Ibu Perawat Ruangan Kelas 1 RSUD Raden Mattaher Jambi yang telah terbuka
menerima dan membantu kami dalam menjalankan praktik Manajemen Keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan segala kekurangan
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
b. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan operasional guna mencapai visi
yang telah ditetapkan. Contoh misi ruang perawatan bedah yang mengacu pada
visi tersebut di atas:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien bedah secara holistik bio-
psiko-sosio-kultural dan spiritual.
2) Melakukan tindakan perawatan luka dengan menggunakan manajemen
perawatan luka modern.
3) Menyediakan sarana prasarana untuk menunjang manajemen perawatan
luka modern.
4) Melakukan penelitian tindakan bedah berdasarkan perkembangan dan
trend perawatan bedah.
c. Perumusan Filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut keyakinan dan
praktik keperawatan dalam suatu organisasi. Contoh:
1) Pasien adalah manusia yang merupakan makhluk holistik ( bio-psiko-
sosial-spiritual).
2) Pasien adalah individu yang unik dan bermartabat.
d. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai sebagai arah kebijakan bagi
organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara
mencapainya. Tujuan mutlak harus ada dalam organisasi pelayanan
keperawatan. Untuk merumuskan tujuan yang baik harus memenuhi syarat
antara lain:
1) Tujuan harus dapat menjelaskan arah.
2) Tujuan harus memungkinkan untuk dicapai
3) Terukur artinya tujuan berisi ketentuan kwantitatif.
4) Teradapat batasan waktu untuk pencapaian target.
5) Pencapaian akhir setiap tujuan dapat diterima semua anggota organisasi.
6) Kriteria dibuat untuk melihat seberapa besar tujuan tercapai.
7) Setiap tujuan mendukung sasaran organisasi
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokan
kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan baik
vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas
yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas
dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana serta kapan
keputusan harus diambil oleh seorang perawat (Sri Mugianti, 2016).
Pengorganisasian pelayanan di bangsal perawatan mengacu pada metode
asuhan keperawatan yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode
yang digunakan dan bentuk struktur pengorganisasian kerja yang digunakan supaya
efektif dan efisien. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional
yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi
tren pelayanan keperawatan (Nursalam, 2014).
Kelebihan Kelemahan
Fokus keperawatan sesuai dengan Beban kerja tinggi terutama jika klien
kebutuhan klien banyak sehingga tugas yang sederhana
terlewatkan
Memberikan kesempatan untuk Peserta didik sulit untuk memperoleh
melakukan keperawatan yang ketrampilan khusus yang tidak
komprehensif dilakukan pada klien yang menjadi
kelolaannya: misal kateterisasi, NGT
dsb
Memotivasi perawat selalau bersama Pendelegasian tugas tertentu
klien selama bertugas, tugas non
keperawatan dapat dilakukan oleh
bukan perawat
Mendukung penerapan proses Kelanjutan perawatan klien hanya
keperawatan sebagaian selama perawat penagggung
jawab klien bertugas
Kepuasan kerja secara keseluruhan
dapat dicapai
3. Pengarahan (directing)
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat dalam rangka menugaskan perawat untuk
melakskelas satuan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan
dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi,
membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan
komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Suyanto,
2009).
a. Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku secara keseluruhan baik secara langsung dengan lisan
maupun tidak langsung melalui media (Arwani, 2010).
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling
mendasar dan menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk
memberikan pelayanan/asuhan keperawatan karena perawat secara
terus-menerus selama 24 jam bersama pasien. Penguasaan tentang
komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan akan memungkinkan
perawat melakskelas satuan praktik keperawatan secara berkualitas.
Secara umum ada dua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal (Tri Anjaswara, 2016).
1) Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah pertukaran informasi menggunakan
kata-kata yang diucapkan secara oral dan kata-kata yang dituliskan.
Komunikasi oral adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan,
baik langsung dengan cara tatap muka maupun secara tidak
langsung, melalui telepon atau telekonferensi.
Contoh penerapan komunikasi verbal oleh perawat seperti saat
menjelaskan rencana asuhan keperawatan kepada pasien,
menjelaskan prosedur tindakan, melakukan konsultasi, kolaborasi,
atau melaporkan kondisi klien dan sebagainya. Contoh penerapan
jenis komunikasi tertulis dalam keperawatan adalah dokumentasi
asuhan keperawatan, mencatat intruksi dokter, menulis hasil
kolaborasi, mencatat perkembangan klien, pelaporan, dan
sebagainya.
2) Komunikasi nonverbal
Macam-macam komunikasi nonverbal adalah kontak mata,
ekspresi wajah, postur atau sikap tubuh, gaya jalan, gerakan/bahasa
isyarat tubuh waktu bicara, penampilan secara umum, suara dan
sikap diam, atau simbol- simbol lain, misalnya model pakaian dan
cara menggunakan.
b. Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang
mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan
kekuasaan, terutama dalam berperilaku (Nursalam, 2014).
1) Motivasi Kerja
Bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk
mendapatkan kepuasan. Aktivitas ini melibatkan fisik dan mental,
bekerja itu merupakan proses fisik dan mental manusia dalam
mencapai tujuannya. Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang
berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara
perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja
2) Prinsip-prinsip dalam memotivasi kerja pegawai
a) Prinsip partisipatif
Pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi
menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin dalam
upaya memotivasi kerja.
b) Prinsip komunikasi
Pemimpin mengomunikasikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan usaha pencapaian tugas. Informasi yang
jelas akan membuat kerja pegawai lebih mudah dimotivasi.
4. Pengawasan (Controlling)
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan dan
pengembangan fungsi pengawasan (Nursalam, 2014).
a. Pengawasan yang dilakukan oleh manajer keperawatan dapat dimengerti
oleh staf, hasilnya dapat diukur.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan manajemen yang penting untuk
meyakinkan proses mencapai tujuan organisasi tercapai dengan baik.
c. Standar unjuk kerja (standart of performance) harus dijelaskan kepada
semua staf pelaksana. Kinerja staf dinilai oleh manajer sebagai bahan
pertimbangan memberikan reward kepada mereka yang mampu bekerja
profesional.
c. Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien,
kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa
keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektivitas
dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu umum dapat berupa
BOR, aLOS, TOI, angka infeksi nosokomial (NI) dan angka dekubitus.
Pada ruang perawatan yang menerapkan Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP), pengendalian dapat diukur dalam bentuk kegiatan
pengukuran yang menggunakan indikator umum, indikator mutu pelayanan,
indikator pasien dan SDM seperti berikut ini:
b. Jenis Kelamin
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktifitas
kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen kerja karyawati
lebih sering tidak masuk kerja daripada laki-laki.Alasan yang paling logis adalah
karena secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab urusan rumah tangga
dan keluarga.Bila ada anggota keluarga yang sakit atau urusan sosial seperti
kematian tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak sering tidak masuk kerja
(Robbins, 2008).
c. Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas.Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari prestasi
kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat diambil kesimpulan yang
meyakinkan antara dua variabel tersebut.Hasil riset menunjukkan bahwa suatu
hubungan yang positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan (Suyanto,
2009).
d. Pendidikan
Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya keperawatan adalah
melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan perawatan
keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan interpersonal.Sebagian
besar pendidikan perawat adalah D3 Keperawatan (Munanjaya, 2004).
e. Pelatihan Kerja
Raimond (2013), menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif
singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.
A×B×C F
= =H
(C−D)×E G
Keterangan:
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
3) Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang dibutuhkan
maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil =
5% × jumlah hari cuti hamil × jumlah jam kerja/hari
Tambah tenaga:
5% × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑐𝑢𝑡𝑖 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Catatan:
a) Jumlah hari tak kerja/tahun.
Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12hari) + hari besar (12 hari)
+ cuti sakit/izin (10 hari) = 86 hari.
b) Jumlah hari kerja efektif/tahun.
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365 – 86 = 279
hari
c) Jumlah hari efektif/minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perawat perminggu = 40 jam
d) Cuti hamil = 12 × 6 = 72 hari
e) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan/cadangan).
f) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan
ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%.
g) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan levinne adalah 55%
tenaga profesional dan 45% tenaga nonprofesional.
Keterangan:
* : Uraian ada pada model Gillies di halaman depan
** : Berdasarkan penelitian di luar negeri
1) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
Jumlah jam perawatan ruangan/ hari = 87,37 = 12,5 perawat
Jam kerja efektif perawat 7
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor
koreksi) dengan:
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (12,5 + 3,4) x 25% = 3,9
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi =
12,5 + 3,4 + 3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20orang perawat).
2.2.2 Sarana dan Prasarana (M3/ Material)
1. Fasilitas Pasien
Tabel 2.6 Fasilitas untuk Pasien di Ruang Rawat Inap Klas 1
1. Stetoskop 2/ruangan
2. Hb meter 2/ruangan
3 Urometer 2/ruangan
4 Lemari Es 1/ruangan
5 Com stainless 3/ruangan
6 Tabung O2 2/ruangan
7 Senter 2/ruangan
8 Bak Injeksi 2/ruangan
9 Ember sampah pasien 1:1
10 Papan tulis/white board 1/ruangan
11 Lemari kaca 1/ruangan
12 Lemari besi 1/ruangan
13 Tensimeter 2/ruangan
14 Pinset anatomis 2/ruangan
15 Pinset cirurgis 2/ruangan
16 Gunting nekrotomi 2/ruangan
17 Gunting perban 2/ruangan
18 Korentang dan tempat 2/ruangan
19 Bengkok 2/ruangan
20 Suction 2/ruangan
21 Lemari obat 2/ruangan
22 Spuit gliserin 2/ruangan
23 Kereta obat 1/ruangan
24 Standar baskom 1/ruangan
25 Standar infuse 1:1
26 Ambu bag 1/ruangan
27 Manometer O2 lengkap 2/ruangan
28 Standar O2 2/ruangan
29 Termometer 5/ruangan
Sumber: Nursalam (2014)
Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods
Dalam Kuntoro (2010), secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut :
b. Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi
yang jelas antara PP dan PA.performa PA dalam satu tim menjadi tanggung
jawab PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali
dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat
menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
d. Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui tentang
perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga mampu
member informasi tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan membantu
dalam penetapan rencana tindakan medik.
2. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum, dan perkembangan
pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang
terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat
primer(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan
(Nursalam, 2014).
Berikut ini adalah prosedur dalam timbang terima:
Tabel 2.8 Prosedur Timbang Terima
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. Timbang terima dilakskelas satuan setiap pergantian sif/operan. Nurse PP,PA
2. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang Station
terima khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih lanjut.
3. PA/PP menyampaikan timbang terima kepada PP (yang menerima pendelagasian)
berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima:
a. aspek umum yang meliputi: M1 s/d M5;
b. jumlah pasien;
c. identitas pasien dan diagnosis medis;
d. data (keluhan/subjektif dan objektif);
e. masalah keperawatan yang masih muncul;
f. intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilakskelas satuan (secara umum);
g. intervensi kolaboratif dan dependen;
h. rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan
penunjang, dan program lainnya).
Pelaksan Nurse Station Nurse Karu, PP,
aan Station PA
1. Kedua kelompok dinas sudah siap (sif jaga).
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3. Kepala ruang membuka acara timbang terima.
4. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat jaga (NIC).
5. Perawat jaga sif selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal- hal yang telah ditimbang terimakan dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang jelas.
Di Bed Pasien
Situasion
Background
Riwayat Keperawatan
Assessment:
k/u,TTV,GCS, Skala Nyeri,Skala
Risiko Jatuh. dan ROS
Rekomendation
1. Tindakan yang sudah
dilakukan,
2. Tindakan yang dilanjutkan
3. Tindakan yang di stop
4. Modifikasi
5. Strategi baru
Nursalam (2014)
3. Ronde Keperawatan
Adapun konsep konsep dari pelaksanaan ronde keperawatan menurut Nursalam
(2012), adalah sebagai berikut:
a. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilakskelas satuan oleh perawat selain
melibatkan pasien untuk membahas dan melakskelas satuan asuhan
keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan
atau konselor, kepala ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011).
b. Tujuan
1) Tujuan umum : menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir kritis.
2) Tujuan khusus
a) Menumbuhkan cara berfikir dan sistematis
b) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
e) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g) Meningkatkan kemampuan menilai kerja.
c. Manfaat
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3) Terciptanya komunikasi keperawatan yanag profesional
4) Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5) Perawat dapat melakskelas satuan model asuhan keperawatan dengan
tepat dan benar.
d. Kriteria pasien
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2) Pasien dengan kasus baru atau langka.
e. Metode
Diskusi
f. Alat bantu
1) Sarana diskusi: buku, pulpen
2) Status/dokumentasi keperawatan pasien
3) Materi yang disampaikan secara lisan.
g. Langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan
Langkah-langkah dalam kegiatan ronde keperawatan antara lain:
a. Persiapan (Pra)
a) Menentukan kasus dan topik.
b) Menentukan tim ronde.
c) Mencari sumber atau literatur
d) Mempersiapkan pasien: informed consent
e) Membuat proposal (Studi Kasus/resume keperawatan).
b. Pelaksanaan
a) Penjelasan/penyajian tentang pasien oleh perawat yang mengelola
pasien.
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c) Ke bed pasien, perawat lain/konselor/tim kesehatan lainnya
melakukan pemeriksaan/validasi dengan cara observasi; membaca
status/dokumen lainnya; dan menayanyakan.
c. Pasca di nurse station
a) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang data, masalah pasien,
rencana, tindakan yang akan dilakukan dan kriteria evaluasi.
b) Kesimpulan dan rekomendasi untuk asuhan keperawatan selanjutnya
oleh Kepala Ruang/pimpinan ronde.
6. Discharge Planning
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan dicharge planning
antara lain:
a. Persiapan
Mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien, kebutuhan ini dikaitkan
dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang, antara lain:
pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit; kebutuhan psikologis;
bantuan yang diperlukan pasien, pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup
sehari-hari seperti makan, minum, eliminasi, dan lain-lain; sumber dan
sistem yang ada di masyarakat; sumber finansial; fasilitas saat di rumah;
kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.
b. Pelaksanaan: dilakukan secara kolaboratif serta disesuaikan dengan sumber
daya dan fasilitas yang ada.
7. Supervasi
Langkah-langkah pelaksanaan supervisi menurut Nursalam (2014), antara
lain:
a. Prasupervisi: Supervisi dilakukan oleh kepala ruang terhadap kinerja dari tim
(ketua dan anggota) dan atau Perawat Primer dalam melakskelas satuan
ASKEP.
b. Pelaksaaan supervisi dilihat aspek; tanggung jawab, kemampuan, dan
kepatuhan dalam menjalankan delegasi.
c. Pascasupervisi-3F:
1) penilaian (fair),
2) feedback dan klarifikasi,
3) reinforcement dan follow up perbaikan.
8. Dokumentasi
Menurut Nursalam (2014), pendokumentasian memiliki prinsip sebagai
berikut:
a. Format model dokumentasi yang digunakan (pengkajian dan catatan asuhan
keperawatan).
b. Pengisian dokumentasi: legalitas, lengkap, akurat, relevan, baru (LLARB).
2. Reward
Kuntoro (2010) mendefinisikan reward yaitu hadiah dalam situasi
kerja, hadiah menunjukkan adanya penerimaan terhadap perilaku dan
perbuatan. Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tanpa
ada kendali langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya
sesuai evaluasi kinerja sebelumnya. Selebihnya, dengan reward seseorang
dapat meningkatkan cara kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan.
3. Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak
tercapai/pelanggaran. Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setiap
orang pasti beda persepsi dan beda pendapat. Punishment merupakan
penguatan yang negatif, tetapi diperlukan dalam
perusahaan.punishmentyang di maksud disini adalah tidak seperti hukuman
dipenjara atau potong tangan, tetapi punishment yang bersifat
mendidik.Selain itu punishmentjuga merupakan alat pendidikan regresif,
artinya punishment ini digunakan sebagai alat untuk menyadarkan karyawan
kepada hal-hal yang benar (Simanjuntak, 2005).
2 Kepuasan Pasien
Menurut Nursalam (2014), pasien adalah makhluk Bio-Psiko-Sosio-
Ekonomi-Budaya, artinya dia memerlukan terpenuhinya kebutuhan, keinginan
dan harapan dari aspek biologis (kesehatan), aspek psikologis (kepuasan),
aspek sosio-ekonomi (papan, sandang, pangan dan afiliasi sosial), dan aspek
budaya. Kepuasan pelanggan terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan,
keinginan, harapan pelanggan dapat terpenuhi, maka pelanggan akan puas.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita
berikan dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien
lebih banyak lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia).
Menurut Nursalam (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
adalah:
a. Product Quality
Bagaimana konsumen akan merasa puas atas produk barang yang
digunakan. Beberapa dimensi yang membentuk kualitas produk barang
adalah performance, reliabillity, conformance, durability, feature dan lain-
lain.
b. Service Aquality
Bagaimana konsumen akan puas dengan jasa yang telah
dikonsumsinya. Dimensi service qulity yang lebih dikenal dengan servqual
meliputi 5 dimensi yaitu tangible, reliability, assurance, empathy,
responsiveness. Skala nilai dinyatakan dengan skala 1−5. Skala 1 adalah
tidak puas dan skala 5 adalah puas. Nilai rerata skala adalah nilai skor
(skor = jumlah n pengukuran dikatakan skala).
c. Emotional Factor
Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang digunakan
dibandingkan pesaing. Emotional factor diukur dari preceived best score,
artinya persepsi kualitas terbaik dibandingkan pesaingnya.
d. Price
Harga dari produk, jasa yang di ukur dari value (nilai) manfaat
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan konsumen. Harga adalah
harga pelayanan medis (medical care) yang harus dibayar konsumen
(Price is that which is given in an exchange to aquire a good or service).
e. Cost of Aquaring
Biaya yang di keluarkan untuk mendapatkan produk atau jasa.
BAB III
GAMBARAN UMUM & HASIL PENGKAJIAN
MANAJEMENKEPERAWATAN
Lantai II
TANGGA
TANGGA
Ruang 1
Ruang
2
Ruang Ruang
3 6
Ruang Ruang
4 8
Ruang Gudang
7
Ruang Kelas
Administrasi,
satu
Ruangan
A 10
KARU Ruang Kelas
satu
A 11
Ruang 9 Ruang Kelas
\
satu
Ruang 11 A 12
Ruang
ADM Pertemuan
KEPALA
INSTALASI RAWAT INAP
Dr. Niza Febrida
KOORDINATOR IRIN
Ns. Endah pramukti, S.Kep
KEPALA RUANGAN
Ns. Sodriah.,S.Kep
PERAWAT PELAKSANA
Sulistiawati, Am.Kep Mona marliyanti, Am.Kep
Susi Haryanti, Am.Kep Widya Parida, Am.Kep
Widyawati, Am.Kep Nova Wulandari, Am.Kep
Elfi Maryanti, S.Kep Sheinal, Am.Kep
Ns. Astri Pusparina, S.Kep Devi Permata Sari, Am.Kep
Ns. Rahmat Ali, S.Kep ReniYuniati, Am.Kep
Hasmawati, Am.Kep Apniati,S.Kep
Kurnia, S.Kep Puji Askaswasih, Am.Kep
Ns. Roza Deviyanti, S.Kep Lita Yendra, S.Kep
Ns. Nora Afryety,S.Kep Metha Afrienty, Am.Kep
Laili Safitri, Am.Kep Suhendri,Am.Kep
Reti Hadinata,Am.Kep Gita Vidora S.Kep
Veni Motivasi Niken Wela Pratami
Aditia Widya Prabawa
Bagan 2.3 Metode Tim Kelas 1
Koordinator IRIN
Ns. Endah Pramukti, S.Kep
Kepala Ruangan
Ns. Sodriah, S.kep
Asuransi: Umum
BPJS
JAMKESMAS
SKTM
BPJS Ketenagakerjaan
Perusahaan
TPRI
(Tempat Pendaftaran
Pasien Rawat Inap)
Admisi: Pendaftaran :
c. Pengaturan Ketenagaan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tanggal 28 februari 2019 kepada
kepala ruangan Rawat Inap Kelas 1 mengenai tingkat ketergantungan pasien,
diketahui bahwa pembagian tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga
keperawatan yang digunakan di Ruang Kelas I RSUD Raden Mattaher Jambi
adalah perhitungan berdasarkan Depkes RI 2011. Setiap pagi ketua tim
menghitung tingkat ketergantungan klien yang kemudian menjadi acuan untuk
membagikan jumlah tenaga perawat untuk setiap pasien.
Pembagian tingkat ketergantungan pasien menurut Depkes RI tahun 2011
berdasarkan 4 kategori yaitu: Minimal (2 jam perawatan), Sedang (3,08 jam
perawatan), Berat (4,15 jam perawatan), dan Maksimal Berat (6 jam perawatan).
Berikut ini datamengenai kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien dalam satu tahun:
Tabel 2.3 Analisa Tingkat Ketergantungan Pasiendi Ruang Rawat Inap
Kelas I Tahun 2019
c. Ronde keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien yang dilakskelas satuan oleh perawat,
disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melakskelas satuan asuhan
keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer
atau konselor, kepala ruangan, perawat assosciate yang perlu juga melibatkan
seluruh anggota tim.
Hasil wawancara yang telah dilakukan pada kepala ruangan dan perawat
ruangan rawat inap kelas satu, didapatkan hasil kepala ruangan mengatakan
bahwa ronde pernah dilakukan,perawat ruangan mengatakan bahwa ronde pernah
dilakukan tetapi jarang dilakukan. Tidak ada waktu kusus dilakukannya ronde.
e. Discharge Planning
Pada perencanaan pulang perawat mengidentifikasi kebutuhan pemulangan
pasien. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul saat pasien
pulang atau hal-hal yang perlu dilakukan pasien dalam hal perawatan mandiri,
antara lain: pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit, kebutuhan psikologis;
bantuan yang diperlukan pasien, pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
seperti makan, minum, eliminasi, dan lain-lain; sumber dan sistem yang ada di
masyarakat; sumber finansial; fasilitas saat di rumah; kebutuhan perawatan dan
supervisi di rumah.
Berdasarkan observasi tanggal 25 Februari sampai 3 Maret 2019 dan wawancara
yang dilakukan pada tanggal 28 Februari 2019 di dapatkan bahwa Discharge
Planning diruangan dilakukan dibuktikan dengan dokumentasi tertulis di less
pasien.
f. Dokumentasi
Berdasarkan observasi pada tanggal tanggal 25 Februari sampai 3 Maret 2019 dan
wawancara tanggal 28 Februari 2019 di ruang rawat inap kelas satu ditemukan
bahwa dokumentasi asuhan keperawatan pasien dilakukan sesuai dengan
ketetapan standar pendokumentasian berupa pengkajian, diagnosis, perencanaan,
intervensi, evaluasi dan catatan perkembangan. Setiap masing-masing pasien
memiliki dokumentasi.Dokumentasi dibuat berdasarkan buku panduan untuk
penulisan asuhan keperawatan yang dibuat oleh rumah sakit yaitu buku
SAK.Kegiatan Evaluasi Keperawatan juga ditulis dalam lembar evaluasi berupa
SOAP (Subjective – Objective – Analysis – Planning).Hasil kuesioner 82%
perawat menjawab sudah membuat askep sesuai SAK dan SPO.
Pelanggaran Etik/Disiplin
Kepala Instalasi
Direksi
Dari 24 pasien didapatkan hasil sebanyak 82,5% puas dengan pelayanan yang
ada diruang rawat inap bangsal kelas 1, dan sebanyak 6% pasien kurang puas
dengan pelayanan di ruang rawat inap bangsal kelas 1.
BAB IV
PERENCANAAN
M1 (Man)
2. Ronde Keperawatan
- 3. Timbang terima
3. Timbang terima a. Adanya mahasiswa 3. Timbang terima
3. Timbang terima / /overan Profesi Ners yang a. Adanya tuntutan
overan a. Pelaksanaan melakukan praktik masyarakat untuk
a. Berdasarkan hasil timbang terima manajemen mendapat pelayanan
wawancara dan hasil diruangan belum keperawatan. keperawatan
kuesioner bahwa berfokus pada b. Adanya kerja sama profesional
operan dilakskelas masalah keperawatan. yang baik antara b. Meningkatnya
satuan setiap mahasiswa Ners kesadaran masyarakat
pergantian shift dan dengan perawat akan tanggung jawab
semua perawat yang klinik. dan tanggung gugat
dinas ikut dalam c. Kebijakan RS perawat sebagai
operan. (bidang pemberi asuhan
b. Perawat mengetahui keperawatan) keperawatan.
hal-hal apa saja yang tentang timbang
harus disampaikan terima.
dalam pelaporan.
c. Dari hasil kuesioner
dan wawancara
didapatkan 100%
menjawab melakukan
pre dan post
conference. 4. Sentralisasi obat
4. Sentralisasi obat a. Adanya mahasiswa 4. Sentralisasi obat
- Profesi Ners yang a. Meningkatnya
4. Sentralisasi obat melakukan praktik kesadaran masyarakat
a. Berdasarkan observasi manajemen akan tanggung jawab
dan wawancara yang keperawatan. dan tanggung gugat
dilakukan perawat b. Adanya kerja sama perawat sebagai
ruangan,pemberian yang baik antara pemberi asuhan
obat dilakukan sesuai mahasiswa Ners keperawatan.
dengan prosedur 6 dengan perawat b. Adanya tuntutan
benar. klinik. masyarakat untuk
mendapat pelayanan
keperawatan
profesional.
5. Penerimaan Pasien
Baru 5. Penerimaan Pasien
5.penerimaan pasien baru - Baru
5.Penerimaan pasienbaru -
a. Pada saat penerimaan -
pasien baru katim
yang melakukan serah
terima dengan
perawat igd,
selanjutnya perawat
yang bertanggung
jawab akan
mempersiapkan
kebutuhan pasien
seperti ruangan dan
tempat tidur yang
telah di rapikan,
setelah serah terima
dengan pihak igd
pasien baru akan di
masukkan ke dalam
ruangan dan perawat
akan
memperkenalkan diri
sebagai penanggung
jawab dan
menjelaskan tentang
peraturan rumah sakit
seperti waktu
kunjungan dan
banyaknya orang
yang boleh masuk
ruangan serta usia
pengunjung.
b. Perawat menjelaskan
kegunaan gelang
sebagai tanda
pengenal berupa
gelang berwarna biru
untuk laki-laki dan
berwarna merah muda
untuk perempuan
yang tertulis di gelang
pasien adalah Nama,
tanggal lahir Dan
No.Rm. 6. discharge planning 6. Discharge planning
perawat tidak a. Adanya 6. Discharge planning
mahasiswa a. Adanya tuntutan
memberikan leaflet atau
6. Discharge Planning Profesi Ners masyarakat untuk
a. Adanya kartu brosur saat pasien pulang yang melakukan mendapat pelayanan
kontrol berobat. praktik keperawatan
b. Perawat memberi manajemen profesional
pendidikan keperawatan. b. Makin tingginya
kesehatan secara b. Adanya kerja kesadaran
informal kepada sama yang baik masyarakat akan
pasien/keluarga antara pentingnay
selama dirawat mahasiswa Ners kesehatan.
atau pulang. dengan perawat c. Persaingan antar RS
ruangan yang semakin ketat.
7.dokumentasi 7. Dokumentasi
- - 7. Dokumentasi
7. Dokumentasi -
a. Dokumentasi asuhan
keperawatan pasien
dilakukan sesuai
dengan ketetapan
standar
pendokumentasian
berupa pengkajian,
diagnosis,
perencanaan,
intervensi, evaluasi
dan catatan
perkembangan.
b. Setiap masing-
masing pasien
memiliki
dokumentasi.
c. Dokumentasi dibuat
berdasarkan buku
panduan untuk
penulisan asuhan
keperawatan yang
dibuat oleh rumah
sakit yaitu buku
SAK. Kegiatan
Evaluasi
Keperawatan juga
ditulis dalam lembar
evaluasi berupa
SOAP (Subjective –
Objective – Analysis
– Planning)
M4 (Money)
- - - -
M5 (Mutu)
4. Berdasarkan hasil observasi mahasiswa diruang kelas 1 tidak terdapat visi misi
Rumah Sakit, visi misi ruangan, struktur organisasi dan bagan metode tim.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
2. Siregar, Charles JP. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Persiapan. Cetakan I. Jakarta:
EGC.
3. Nursalam. 2011.Manajemen Keperawatan: Aplikasi Praktik Keperawatan Profesional.
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.