Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita
rahmad dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah
tentang Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia dengan tepat pada
waktu yang telah ditentukan ini.

Di dalam makalah kami akan membahas tentang Upaya Pemerintah dalam


penegekan HAM serta Upaya Menegakkan HAM di Indonesia. Tentunya dalam
penulisan makalah ini banyak pihak yang ikut berperan dalam proses pembuatan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun
para penulis pada umumnya. Tetntunya makalah ini masih banyak kekurangan,
maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang bermanfaat demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangan zaman yang mengalami kemajuan dan keemasan
ini terlihat potensi masyarakat akan budaya sendiri mulai menghilang.
Tergesernya oleh budaya asing yang tak terbendung dalam menangganinya.
Bahkan masyarakat kini cenderung mengikuti budaya barat yang ngetrend.
Indonesia merupakan laboratorium sosial yang sangat kaya karena
pluralitasnya, baik dari aspek ras dan etnis, bahasa, agama dan lainnya. Itu
pun ditambah status geografis sebagai negara maritim yang terdiri dari
setidaknya 13.000 pulau. Bahwa pluralitas di satu pihak adalah aset bangsa
jika dikelola secara tepat, di pihak lain pluralitas juga membawa bibit
ancaman disintegrasi. Karakter pluralistik itu hanya suatu pressing factor
dalam realitas ikatan negara. Di tengah situasi bangsa Indonesia yang seperti
itu, nasionalisme sangat di butuhkan untuk menjaga Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar bagi negara indonesia yang merdeka,
bersatu dan berdaulat. Dengan ditempatkannya Pancasila sebagai dasar
negara dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 maka Pancasila
mempunyai kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental
bagi negara Indonesia. Disamping faktor utama Pancasila di dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia terdapat faktor Undang-Undang 1945. Faktor
Pancasila dan UUD 1945 tidak dapat dipisahkan satu sama lain baik dalam
teori maupun praktek ketatanegaraan. Di satu pihak Pancasila sebagai sistem
dasar dan merupakan landasan ideal maka di pihak lain UUD 1945 adalah sub
sistem dari Pancasila yang merupakan landasan struktural dalam
kehidupan ketatanegaraan Indonesia. Sehingga Pancasila merupakan
sumbar dari dari segala sumber hukum, merupakan pedoman tertinggi
dan kaidah dasar Hukum Nasional. Pancasila juga mempunyai
kedudukan sebagai ideologi negara dan falsafah bangsa.
Masalah nasionalisme dan patriotisme tidak lagi dapat kita lihat sebagai
masalah sederhana yang dapat kita lihat dari satu perspektif saja. Dalam dunia
yang oleh sebagian orang disifatkan sebagai dunia yang semakin borderless,
banyak pengamat yang mulai mempertanyakan kembali pengertian negara
beserta aspek-aspeknya. Masalah pembangunan nasionalisme dan patriotisme
di Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan yang berat, maka perlu
dimulai upaya-upaya untuk kembali mengangkat tema tentang pembangunan
nasionalisme dan patriotisme. Apalagi di sisi lain, pembahasan atau diskusi
tentang nasionalisme dan patriotisme di Indonesia justru kurang berkembang
(atau mungkin memang kurang dikembangkan).
Pemahaman akan persatuan dan kesatuan sering kali menjadi kesalahan
dalam ide dan prakteknya sehingga ketika kita berbicara tentang nilai
tersebut. Persatuan dan kesatuan memiliki arti independen organik, atau
sosial liberal dalam konteks manifestasinya. Independen organik ini berarti
sebuah penyatuan sosial secara individual dan kolektif. Ketika kita sebagai
manusia tersadarkan melalui nalar, perasaan, dan gerakan kemanusiaan untuk
suatu keadilan, kemakmuran, dan kemajuan. Dari sumber kekuatan
nasionalisme ini kita akan bergerak ke arah revolusi nasional sebagai gerakan
perlawanan terhadap kejahatan dan ketidakadilan sistem yang mengatur
manusia untuk kepentingan nafsu dan syahwat. Namun, dalam memaknai
revolusi, kita harus menyadari juga bahwa revolusi nasionalisme yang
dimaksud di sini bukanlah revolusi berdarah yang menghadirkan konflik dan
perpecahan nasional, karena kembali pada sumber ide nasionalisme itu
sendiri yaitu "persatuan dan kesatuan".
Pancasila telah terbukti sebagai fundamen atau dasar yang kokoh
dan kuat bagi tegaknya pembangunan negara Republik Indonesia. Oleh
karena itu, belajar dari pengalaman sejarah tekad pemerintah Orde Baru untuk
mempertahankan Pancasila dan melaksanakannya dalam seluruh kehidupan
ketatanegaraan merupakan kemauan politik yang sangat positif demi tegak
dan utuhnya negara Republik Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan fungsi dari pancasila?
2. Bagimana hubungan Pancasila dan Nasionalisme?
3. Mengapa Pancasila bisa menjadi jiwa bangsa Indonesia?
4. Bagaimana penerapan Pancasila sebagai jiwa bangsa dalam kehidupan
sehari-hari?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah-
satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila, serta untuk mengetahui tentang
pentingnya kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila

Istilah “Pancasila” telah dikenal di Indonesia sejak zaman majapahit


abad XIV, yaitu terdapat pada buku Negara Kertagama karangan Empu
Prapanca dan dalam buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Tetapi baru
dikenal oleh bangsa Indonesia sejak tanggal 1 Juni 1945, yaitu pada waktu Ir.
Soekarno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara dalam sidang Badan
Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

a. Dari Segi Etimologi (Menurut Lughatiya)


Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta (bahasa Brahmana India) yang
artinya, Panca = Lima dan Sila / syila = batu sendi, ulas atau dasar. Jadi,
pancasila adalah lima batu sendi atau Panca = lima dan Sila / syila =
tingkah laku yang baik. Jadi, pancasila adalah lima tingkah laku yang baik.
b. Dari segi Terminologi
Istilah “Pancasila” di dalam “Falsafah Negara Indonesia” mempunyai
pengertian sebagai nama dari 5 dasar negara RI, yang pernah diusulkan
oleh Bung Karno atas petunjuk Mr. Moh. Yamin pada tanggal 1 Juni 1945,
yaitu pada saat bangsa Indonesia sedang menggali apa yang akan dijadikan
dasar negara yang akan didirikan pada waktu itu. Lima dasar negara yang
diberikan nama Pancasila oleh Bung Karno, ialah :
1. Kebangsaan
2. Prikemanusiaan
3. Mufakat
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan YME

Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada


tanggal 17 Agustus 1945, disusunlah suatu UUD pada 18 Agustus 1945 yang
di dalam pembukaannya tercantum lima dasar Negara R.I. Ia, Pancasila
adalah lima dasar negara yang tercantum dalam pembukaan UUD ’45, yaitu
dasar:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan
e. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

B. Fungsi Pancasila

Tujuan mencantumkan pancasila dalam pembukaan UUD 1945 adalah


untuk dipergunakan sebagai dasar negara RI, yaitu landasan dalam mengatur
jalannya pemerintahan di Indonesia. Pancasila merupakan jiwa dan
kepribadian bangsa, karena unsur-unsurnya telah berabad-abad lamanya
terdapat dalam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pancasila adalah
pandangan hidup atau falsafah hidup bangsa yang sekaligus merupakan
tujuan hidup bangsa Indonesia. Ketetapan MPR No. 11/MPR/1978 tertanggal
22 Maret 1978 tentang pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (Eka
Prasetia Pancakarsa) antara lain :
“Sesungguhnya sejarah telah mengungkapkan bahwa pancasila adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia yang memberikan kekuatan hidup kepada bangsa
Indonesia serta membimbingnya dalam kehidupan lahir batin yang makin
baik, dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya
pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti
yang telah diuji kebenerannya, keampuhan dan kesaktiannya sehingga tidak
ada suatu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan pancasila dari
kehidupan bangsa Indonesia”.
Pancasila Sebagai Jiwa Kepribadian Bangsa Indonesia Pancasila
merupakan pandangan hidup, kesadaran cita-cita moral yang meliputi
kejiwaan dan suatu kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia
akan mencapai kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan
keseimbangan baik dalam hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan
manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam
hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan
lahiriah dan kebahagian rohaniah.
Bangsa Indonesia lahir dari sejarah dan kebudayaannya yaitu melalui
gemilangnya kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram, kemudian
mengalami masa penderitaan penjajahan sepanjang 3,5 abad sampai akhirnya
Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan
nasionalnya sama tuanya dengan sejarah penjajahan itu sendiri.
Berbagai bab sejarah telah dilampaui dan berbagai jalan telah ditempuh
dengan gaja yang berbeda-beda, mulai dengan cara yaitu lunak sampai cara
yang luru, mulai dari gerakan kaum cendekiawan yang terbatas sampai
gerakan yang menghimpun kekuatan rakyat banyak, mulai bidang
pendidikan, kesenian daerah, perdagangan sampai kepada gerakan-gerakan
politik. Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat
panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan segala
macam penderitaan bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang
ditempuhnya sendiri yaitu, merupakan hasil antara proses sejarah dimasa
lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup dimasa datang yagn secara
keseluruhan membentuk kepribadiannya sendiri, yang bersamaan dengan
lahirnya bangsa dan negara itu, kepribadian tersebut ditetapkan sebagai
pandangan hidup dan dasar negara pancasila.
Karena itu, pancasila lahir melalui proses yang panjang dan
dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita sendiri, dengan melihat
pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan besar dunia,
dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita sendiri dan gagasan besar
bangsa kita sendiri.
Karena pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam
kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur
hidup ketatanegeraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun
dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah UUD
yaitu dalam pembukaan UUD’45, dalam mukadimah konstitusi RIS dan
dalam mukadimah UUDS RI (1950). Pancasila tetap tercantum di dalamnya.
Pancasila yang selalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu dan
menjadi pegangan bersama pada saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman
terhadap ekosistem bangsa kita, merupakan bukti sejarah bahwa pancasila
memang selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia sebagai dasar kehormatan
Indonesia, yaitu sebagai dasar negara, hal ini karena telah tertanam dalam
kalbunya rakyat dan dapat mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan
tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia serta merupakan ciri khas yaitu
membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain. Terdapat kemungkinan,
bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yagn lain, bersifat universal yang juga
dimiliki bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi ke-5 sila yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisah pula itulah yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia. Kenyataan sehar-hari yang kita lihat dalam masyarakat bangsa
Indonesia antara lain :

1. Bangsa Indonesia sejak dahulu sebagai bangsa yang religius, percaya


akan adanya zat yang maha kuasa dan mempunyai keyakinan yang
penuh, bahwa segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini akan ciptaan
Tuhan. Dalam sejarah nenek moyang, kita ketahui bahwa kepercayaan
kepada Tuhan itu dimulai dari bentuk dinamisme (serba tenaga), lalu
animisme (serba arwah), kemudian menjadi politeisme (serba dewa) dan
akhirnya menjadi monoteisme (kepercayaan akan adanya Tuhan YME)
sisanya dalam bentuk peninggalan tempat-tempat pemujaan dan
peribadatan upacara-upacara ritual keagamaan.
2. Sejak dahulu, bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa pada hakekatnya
semua manusia dilahirkan sama, dan karena itu yang hidup dan
menikmati kehadapan sepenuhnya watak mesti bangsa Indonesia yang
sebenarnya, tidak menyukai perbedaan perihal martabat yang disebabkan
karena perbedaan warna kulit, daerah keturunan dan kasta seperti yang
terjadi masyarakat feodal.
3. Karena pengaruh keadaan geografisnya yang terpencar antara satu
wilayah dengan wilayah yang lainnya, antar satu pulau dengan pulau
lainnya maka Indonesia terkenal mempunyai banyak perbedaan yang
beraneka ragam sejak dari perbedaan bahasa daerah, suku bangsa, adat
istiadat, kesenian dan kebudayaannya (bhineka), tetapi karena
mempunyai kepentingan yang sama, maka setiap ada bahagian yang
mengancam dari luar selalu menimbulkan kesadaran bahwa dalam
kebhinekaan itu terdapat ketunggalan yang harus diutamkana kesadaran
kebangsaan yang berbeda yaitu sebagai bangsa Indonesia.
4. Ciri khas yang merupakan kepribadian bansga dari berbagai suku, bangsa
Indonesia adalah adanya prinsip musyawarah diantara warga masyarakat
sendiri dalam mengatur tata kehidupan mereka. Sedang kepala desa,
kepala suku, dan sebagainya hanya merupakan pamong (pembimbing
mereka yang dipilih dan dari antara mereka sendiri, prinsip musyawarah
dan masyarakat yang merupakan inti dari kerakyatan telah dipraktikkan
dalam kehidupan masyarakat adat seperti : desa marga, kurnia,nagori,
banua, dsb.
5. Salah satu bentuk khusus dari kerakyatan ialah kerakyatan dibidang
ekonomi, yang dirumuskan sebagai keadilan atau kesejahteraan sosial
bagi rakyat Indonesia, asas ini sudah dikenal berabad-abad lamanya yang
sisanya masih dapat kita jumpai dalam masyarakat terutama di desa,
yaitu kebiasaan tolong menolong antara sesama masyarakat, gotong –
royong dalam mengusahakan kepentingan bersama atau membantu
(menolong seseorang yang sangat membutuhkan seperti materialistik,
kapitalisme dan individualisme sama sekali tidak disukai oleh bangsa
Indonesia, karena tidak memungkinkan tercapainya keadilan /
kesejahteraan sosial.

C. Pancasila dan Nasionalisme


Di Indonesia, nasionalisme melahirkan Pancasila sebagai ideologi
negara. Perumusan Pancasila sebagai ideologi negara terjadi dalam BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Di
dalam badan inilah Soekarno mencetuskan ide yang merupakan
perkembangan dari pemikirannya tentang persatuan tiga aliran besar:
Nasionalisme, Islam, dan Marxis. Pemahamannya tentang tiga hal ini berbeda
dengan pemahaman orang lain yang mengkaitkan ketiganya tidak dapat
disatukan. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya dia menyatakan, “Saya tetap
nasionalis, tetap Islam, tetap Marxis, sintese dari tiga hal inilah memenuhi
saya punya dada. Satu sintese yang menurut anggapan saya sendiri adalah
sintese yang geweldig (Soekarno dalam Yatim, 2001:155).
Dalam artikel itu, dia juga menjelaskan bahwa Islam telah menebalkan
rasa dan haluan nasionalisme. Cita-cita Islam untuk mewujudkan
persaudaraan umat manusia dinilai Soekarno tidak bertentangan dengan
konsep nasionalismenya. Pemisahan itu tidak berarti menghilangkan
kemungkinan untuk memberlakukan hukum-hukum Islam dalam negara,
karena bila anggota parlemen sebagian besar orang-orang yang berjiwa Islam,
mereka dapat mengusulkan dan memasukkan peraturan agama dalam undang-
undang negara. Itulah cita ideal negara Islam menurut Soekarno (ibid,
2001:156). Dengan dasar pemikiran itulah, Soekarno mengusulkan lima asas
untuk negara Indonesia merdeka. Kelima asas itu adalah:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan.
Dalam upaya yang harus kita lakukan itu sesuai dengan kelima azas-
azas diatas merupakan bentuk nilai-nilai kebaikan dalam menanamkan rasa
Nasionalisme pada diri kita. Dalam suatu pembahasan yang lebih dalam ada
sebuah usulan dalam bersikap nasionalisme. Usulan ini menimbulkan
perbedaan pendapat antara nasionalis sekuler dan nasionalis Islam dan
mendorong pembentukan sub panitia yang terdiri dari empat orang wakil
nasionalis sekuler dan empat orang wakil nasionalis Islam serta Soekarno
sebagai ketua sekaligus penengah.
Sikap Nasionlaisme merupakan wujud dalam upaya kita untuk
menyintai apa yang menjadi bagian dari kita. Dalam Pancasila kita juga
mengetahui akan sikap-sikap Nasionalisne. Pancasila merupakan wujud dari
sikap Nasionalisme terbaik untuk bangsa Indonesia.
Dalam pertemuan sub panitia yang terjadi kurang lebih 72 tahun yang
lalu kita pernah mendengar dan kita pernah membaca sejarah bangsa
Indonesia. Pertemuan yang dihadari para pejuang bangsa telah menghasilkan
rumusan yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta.
Usulan Soekarno menjadi inti dari Piagam Jakarta dengan beberapa
perubahan: urutan kelima sila dan penambahan anak kalimat pada sila
ketuhanan. Akhirnya anak kalimat yang tercantum dalam Piagam Jakarta
diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang kemudian menjadi
bentuk akhir Pancasila dasar bagi nasionalisme Indonesia yang sekuler
religius.
Pada prinsipnya nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia
pada nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
1. Menempatkan persatuan-kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan.
2. Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.
3. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak
merasa rendah diri.
4. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara
sesama manusia dan sesama bangsa.
5. Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia.
6. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
7. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
8. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
9. Senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
10. Berani membela kebenaran dan keadilan.
11. Merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat
manusia.
12. Menganggap pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja sama
dengan bangsa lain.
D. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa

Akibat pasca hura-hara pergantian rezim pada tahun 1998 kata


pancasila mulai jarang terdengar. Pada saat era globalisasi orde baru selalu
diucapkan oleh siapapun bagaikan mantara sakti, kini ada perkembangan
yang cenderung meminggirkan pancasila dari orasi resmi para pejabat negara.
Hal ini ditengarai sebagai awal bahaya nyata bahwa pancasila memang mulai
tersingkir dari kejiwaan bangsa. Seolah-olah mereka ingin melepaskan diri
dari stigma masa lalu. Jika benar bahwa penghindaran penyebutan
“Pancasila” secara verbal disebabkan oleh ketakutan akan stigma orde baru,
maka sikap itu merupakan pelecehan atas pancasila yang luhur. Hal ini
muncul pula dari sikap para penganut kepentingan sektarian, dengan
mengatasnamakan agama maupun suku dan kedaerahan. Secara sistematik,
sikap itu segera diubah oleh kekuatan modal menjadi bencana konflik
horizontal. Sungguh suatu pemberontakan habis-habisan atas pancasila
sebagai roh martabat luhur bangsa.
Namun demikian, pada hakekatnya pancasila tetap pancasila. Tafsir
ideologis struktural hendaknya setia pada semangat filsafat dasar yang
terkandung dalam pancasila itu sendiri lebih dari itu, pancasila adalah roh
yang hidup dalam sanubari orang yang mengaku mencintai Indonesia yang
bhineka tunggal ika.
Tahun ini, penjiwaan pancasila oleh bangsa ini memang mengalami
kerapuhan. Pada saat kita sedang berdemokrasi, ruang publik terpecah belah
oleh berbagai kepentingan idelogis milik partai-partai politik oleh
kepentingan pemilik modal dan keterpecahan masyarakat warga korupsi,
kerusakan lingkungan kekerasanan menjadi menu media massa sehari-hari.
Bila pada masa orba ideologis harus berasas tunggal pancasila, maka
kini ideologis partai-partai di Indonesia bisa berbagai ragam sesuai basis
kepentingannya. “Otonomi Daerah”, seolah telah menjelma menjadi
pembenar bagi keputusan daerah reformasi ini, kehendak kuat untuk
memasukkan hukum agama dalam perundang-undangan telah menjadi
kecenderungan.
Meminta pendapat merupakan keniscayaan demokrasi. Jadi, pancasila
adalah satu-satunya roh yang harus hidup di ruang ke Indonesiaan, yang harus
hidup dalam hati sanubari warga negara R.I. Akan tetapi, sangat disayangkan
karena kita tidak mau mempelajari searah bangsa dan dunia. Padahal dari
sejarah tersebut, diketahui bahwa hanya pancasila yang pas dibadan rakyat
Indonesia sampai kapanpun.
Bung Karno menyatakan di dalam Indonesia merdeka itu, perjuangan
kita harus berjalan terus, hanya lain sifatnya dari perjuangan sekarang. Nanti
kita bersama-sama sebagai bangsa, bersatu padu, berjuang,
menyelenggarakan apa yang dicita-citakan di dalam pancasila....”
(Pidato lahirnya pancasila, 1 Juni 1945).
Prinsip dasar pancasila harus menjadi inspirasi batin setiap keputusan
dan tindakan kita sebagai rakyat :
1. Prinsip Ketuhanan yang maha esa harus kita hayati dengan menggerakan
fungsi projetis iman terhadap masalah aktual bangsa.
2. Prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab harus bisa diwujudkan dengan
sikap aktif anti kekerasan, melestarikan keutuhan lingkungan hidup dan
menghormati manusia perempuan dan laki-laki sejak dari pembuahan.
3. Prinsip persatuan kebangsaan mendorong kita berbicara dalam “bahasa ke
Indonesiaan”, secara tulus mengingat saudara sebangsa yang cenderung
sektarian budaya musyawarah dibuat dengan mulai mengajak siapapun
untuk berbicara mengenai bagaimana baiknya situasi dengan
mempertimbangkan dimensi keadilan sosial.

Selama 14 tahun pertama sejak proklamasi kemerdekaan negara RI,


yaitu dari 1945 sampai 1958, pancasila dikenal sebagai dasar negara RI. Pada
awalnya pancasila adalah formulasi (perumusan) dari gagasan Ir. Soekarno
yang diperkenalkannya pada hari ke-IV sidang pertama BPUPKI tanggal 1
Juni 1945 tentang dasar Indonesia Merdeka yang kemudian diterima dalam
Piagam Jakarta, dan dilanjutkan revisi dalam pembukaan UUD’45 dengan
membuang anak kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknya”.
Pada akhir pidatonya, Ir. Soekarno mengusulkan bahwa pancasila
sebagai nama bagi rancangan dasar negara Indonesia Merdeka dan
menurutnya hal ini atas petunjuk ahli bahasa tetapi pada pendiri negara RI
tidak pernah memutuskan memberikan nama Pancasila bagi dasar negara R.I.
Gagasan ini dipungut Ir Soekarno dari ajaran Ernest Renan, Otto Bauer, A
Baars, Gandhi, Sun Yat Sen, Ian Jaures dan bukan dipungut dari negara
Kertagama, Sutasoma, Sriwijaya, Majapahit.
Pada masa orde lama (1959 – 1965) Manipol dianggap sebagai
pengamalan pancasila. Sejak awal Orde Baru, pancasila diperkenalkan
sebagai mitos bangsa Indonesia. Budayawan Kuntowijoyo mengajak untuk
mengakhiri mitos politik, pancasila mulai dikeramatkan sebagai kekuatan
sakti yang ampuh samangat jiwa, spirit yang tangguh, sehingga pancasila
dikembangkan menjadi pancakarsa.
Setelah ditetapkan pancasila sebagai asas tunggal, maka pancasila
berperan sebagai pengatur sikap dan tingkah laku orang Indonesia masing-
masing dalam hubungannya dengan Tuhan YME (Sila-I), dengan sesama
manusia (siila II) dengan tanah air dan nusa bangsa Indonesia (Sila-III)
dengan kekuasaan dan pemerintahan negara (kerakyatan) dan dengan negara
sebagai kesatuan dalam rangka realisasi kesejahteraan (sila-V).
Dikalangan yang Islam jalur pembudayaan yang diterapkan adalah jalur
/ pendekatan agama. Dikemukakan bahwa “dibawah bendera pancasila, upaya
mengembangkan islam justru lebih memperoleh suasana dinamis”, dan di
republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD’45, lebih banyak
melaksanakan agama Islam daripada didunia Islam lainnya.”
Sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, pemuda Hatta
menegaskan bahwa “bukan Indonesia Merdeka di bawah kerajaan Majapahit
yang kita idamkan.” (ke arah Indonesia Merdeka). Pembudayaan pancasila itu
telah ditempuh dengan melalui jalur sejarah dan agama.
Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari Pancasila
adalah sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Dalam
konteks secara luas Pancasila mempunyai pandangan masa depan yang cerah
bagi Indonesia. Secara tidak langsung gambaran akan menuju pada sang
Pencipta. Kita pasti tahu bahwa kandungan nilai-nilai sudah dibenarkan
dalam ajaran agama baik islam maupun agama lainnya. Secara kontinu hal ini
akan memberikan energi dalam semesta untuk menghadirkan nilai-nilai
kebenaran hakiki. Selain dari pengertian tersebut, Pancasila memiliki
beberapa sebutan berbeda, seperti :
1. Pancasila sebagai jiwa bangsa.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa.
3. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, dll.
Dalam kajian filsafat hukum temuan Notonagoro, menerangkan
bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Sekalipun nyata bobot dan latar belakang yang bersifat politis, Pancasila
telah dinyatakan dalam GBHN 1983 sebagai "satu-satunya azas" dalam
hidup bermasyarakat dan bernegara.
Dalam nilai-nilai Pancasila selain unsur-unsur lokal ("milik dan
ciri khas bangsa Indonesia") diakui adanya unsur universal dalam setiap
agama. Perbedaan dalam agama yang berbeda menjadi rasa cinta tanah air
menjadi benteng kuat dalam menjaga keutuhan Indonesia. Maka tanpa
Pancasila, masyarakat nasional, kita tidak akan pernah mencapai kekukuhan
seperti yang kita miliki sekarang ini.
Hal ini akan lebih kita sadari jika kita mengadakan perbandingan
dengan keadaan masyarakat nasional di banyak negara, yang mencapai
kemerdekaannya hampir bersamaan waktu dengan kita. Tampaknya,
Pancasila masih kurang dipahami benar oleh sebagian bangsa Indonesia.
Padahal, maraknya korupsi, suap, main hakim sendiri, anarkis, sering
terjadinya konflik dan perpecahan, dan adanya kesenjangan sosial saat
ini, kalau diruntut lebih disebabkan belum dipahaminya, dihayati, dan
diamalkannya Pancasila.
Pemahanan dan penghayatan nilai-nilai Pancasila akan membendung
diri kita pada hal yang bersifat negatif. Kedudukan pancasila sebagai dasar
negara termaktub secara yuridis konstitusional dalam pembukaan UUD
1945, yang merupakan cita-cita hukum dan norma hukum yang menguasai
hukum dasar negara RI dan dituangkan dalam pasal-pasal UUD 1945
dan diatur dalam peraturan perundangan.
Selain bersifat yuridis konstitusional, Pancasila juga bersifat yuridis
ketatanegaraan yang artinya Pancasila sebagai dasar negara. Pada hakikatnya
adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum. Artinya segala
peraturan perundangan secara material harus berdasar dan bersumber
pada Pancasila. Apabila ada peraturan (termasuk di dalamnya UUD
1945) yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila, maka sudah
sepatutnya peraturan tersebut dicabut.
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila memiliki sifat
obyektif dan subyektif. Sifat subyektif maksudnya Pancasila merupakan
hasil perenungan dan pemikiran bangsa Indonesia, sedangkan bersifat
obyektif artinya nilai Pancasila sesuai dengan kenyataan dan bersifat
universal yang diterima oleh bangsa-bangsa beradab. Oleh karena memiliki
nilai obyektif universal dan diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa
Indonesia maka Pancasila selalu dipertahankan sebagai dasar negara. Jadi
berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Pancasila sebagai jiwa bangsa memiliki peranan yang sangat penting
dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga cita-cita para
pendiri bangsa Indonesia dapat terwujud.
Wujud-wujud dalam Pancasila merupakan dasar nagara yang harus kita
hayati dan pahami. Dalam mencapai rasa Nasionalisme yang tinggi kita harus
memegang teguh janji dan kepastian Pancasila. Hal ini sangat penting
karena dengan menerapkan nilai-nilai luhur pancasila dalam kehidupan
sehari-hari maka tata kehidupan yang harmonis diantara masyarakat
Indonesia dapat terwujud. Untuk agar dapat mewujudkan semua itu maka
masyarakat Indonesia tidak bisa hidup sendiri, mereka harus tetap
mengadakan hubungan dengan masyarakat lain.
Pancasila merupakan sebuah penuntun dalam menuju Indonesia
gemilang. Jika kita kaitkan dengan Kemerdekaan Indonesia kita akan
mengetahui bagaimana bangsa Indonesia agar dapat merdeka. Kemerdekaan
yang didapat dengan susah payah. Nasib dan Nyawa demi rasa kebebasan
mutlak bagi rakyat Indonesia. kebebasan mutlak suatu kebebasan yang
mendapat pengakuan dari negara-negara tetangga.

E. Penerapan Pancasila sebagai jiwa bangsa


Berikut adalah contoh Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa
1. Bangsa Indonesia berdasarkan sila pertama di dalam Pancasila telah
dengan benar menyakini bahwa adanya tuhan dan mengikrarkan
kepercayaan juga ketaqwaan terhadap Tuhan YME.
2. Keadilan dan kesejahteraan rakyat yang didapatkan rakyat Indonesia tidak
lepas dari sangkutan sila pertama atas dasar ketuhanan YME
3. Tidak ada paksaan akan mewajibkan menganut sebuah atau sekelempok
ajaran agama tertentu.
4. Demokrasi yang dipandu oleh kebijaksanaan batin dalam kebulatan suara
yang muncul dari pertimbangan.
5. Harus adil dengan orang lain.
6. Bantu atau lakukan kegiatan sosial.
7. Saling membantu.
8. Membangun Indonesia bersama untuk menjadi negara yang baik.
9. Tidak pernah memiliki perasaan buruk seperti arogansi, joule, dan lain-
lain.
10. Melindungi Indonesia bersama.
11. Setiap warga negara secara wajib mendapatkan pendidikan.
12. Setiap warga negara berhak mendapatkan perawatan kesehatan.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Di Indonesia, nasionalisme melahirkan Pancasila sebagai ideologi negara.
Perumusan Pancasila sebagai ideologi negara terjadi dalam BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Di dalam badan
inilah Soekarno mencetuskan ide yang merupakan perkembangan dari
pemikirannya tentang persatuan tiga aliran besar: Nasionalisme, Islam, dan
Marxis. Pemahamannya tentang tiga hal ini berbeda dengan pemahaman orang
lain yang mengkitaikan ketiganya tidak dapat disatukan. Dalam sebuah artikel
yang ditulisnya dia menyatakan, “Saya tetap nasionalis, tetap Islam, tetap Marxis,
sintese dari tiga hal inilah memenuhi saya punya dada. Satu sintese yang menurut
anggapan saya sendiri adalah sintese yang geweldig (Soekarno dalam Yatim,
2001:155).
Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari Pancasila adalah
sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Dalam konteks secara
luas Pancasila mempunyai pandangan masa depan yang cerah bagi Indonesia.
Secara tidak langsung gambaran akan menuju pada sang Pencipta. Kita pasti tahu
bahwa kandungan nilai-nilai sudah dibenarkan dalam ajaran agama baik islam
maupun agama lainnya. Secara kontinu hal ini akan memberikan energi dalam
semesta untuk menghadirkan nilai-nilai kebenaran hakiki. Selain dari pengertian
tersebut, Pancasila memiliki beberapa sebutan berbeda, seperti :
1) Pancasila sebagai jiwa bangsa,
2) Pancasila sebagai kepribadian bangsa.
3) Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, dll.
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila memiliki sifat obyektif dan
subyektif. Sifat subyektif maksudnya Pancasila merupakan hasil perenungan
dan pemikiran bangsa Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai
Pancasila sesuai dengan kenyataan dan bersifat universal yang diterima oleh
bangsa-bangsa beradab. Oleh karena memiliki nilai obyektif universal dan
diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia maka Pancasila selalu
dipertahankan sebagai dasar negara. Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas
maka dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai jiwa bangsa yang memiliki
peranan sangat penting dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara
sehingga cita-cita para pendiri bangsa Indonesia dapat terwujud.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010 Pembangunan Karakter bangsa 2010-2025 Pemerintah Republik
Indonesia.
Gautama,Sudargo. Prof.Mr.Dr. 1973 , Pengertian Tentang Negara Hukum,
Alumni, Bandung.
Thaib, Dahlan. 1994. Pancasila Yuridis Ketatanegaraan, Yogyakarta.
Fahd Reza Abdullah’s Blog. Landasan Teori Tentang Nasionalisme Makalah
tentang
“Nasiionalisme Dan Patriotisme”. 2011. Jakarta.
Febi’s Blog. Manfaat Sikap Patriotisme dalam Pendidikan. Internet: Public Jurnal
redaksi,
diakses pada tanggal 13 Juni 2017 jam 17.00 WITA.
Jamli, Edison dkk. Kewarganegaraan. 2005. Jakarta: Bumi Akasara
[email protected]. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan
Manusia di
Negara Berkembang. 2005. Internet:Public Jurnal Redaksi 18 Agustus 2010
diakses pada
tanggal 17 Juni 2017 jam 16.45 WITA.
Satiman, Sudewo. Dengan Semangat Berkobar; Nasionalisme dan Gerakan
Pemuda di
Indonesia. 2003. Jakarta: Hasta Mitra

Anda mungkin juga menyukai