Pengendalian Tikus Benar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG

PENGGANGGU – B

PENGENDALIAN TIKUS
DISUSUN : POPY PURWASIH
NIM : 20141320283

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK JURUSAN


KESEHATAN LINGKUNGAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas pada mata kuliah
pengendalian vektor dan binatang pengganggu – b. dengan judul
“Pengendalian Vektor Tikus”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah


pengendalian vektor dan binatang pengganggu – b yang diberikan oleh
dosen pengampu.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, baik dari cara penulisan, penyusunan, penguraian, maupun
isinya. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 26 september 2016

Popy purwasih

2
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4

BAB II ................................................................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 6

BAB III ................................................................................................................................ 30

PENUTUP ........................................................................................................................... 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tikus adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenal
sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan
penggangu yang menjijikan di perumahan. Belum banyak diketahui dan
disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan
menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan
peliharaan.

Tikus merupakan masalah rutin di Rumah Sakit, karena itu


pengendaliannya harus dilakukan secara rutin. Hewan mengerat ini
menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit, merusak bahan pangan,
instalasi medik, instalasi listrik, peralatan kantor seperti kabel-kabel,
mesin-mesin komputer, perlengkapan laboratorium, dokumen/file dan
lain-lain, serta dapat menimbulkan penyakit.

Beberapa penyakit penting yang dapat ditularkan ke manusia antara


lain, pes, salmonelosis, leptospirosis, murin typhus.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Mengetahui biologis, klasifikasi, dan morfologi tikus


2. Mengetahui jenis-jenis tikus dan sikuls hidup tikus
3. Mengetahui perilku tikus dan penularan dari tikus tersebut
4. Serta mengetahui cara pengendalian vektor tikus

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui dan mempelajari serta memahami mengenai hewan tikus


serta pengendalian vektor tikus tersebut agar tidak merugikan kepada
kegiatan manusia..

1.4 Manfaat Penulisan

Untuk dapat diterapkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar


kita dapat meengatasi permasalahan-permasalahan yang bersumber dari
vektor tikus , sehingga kerugian kerugian yang selama ini terjadi dapat
diminimisasi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identifikasi Vektor

Tikus merupakan binatang pengerat yang sudah menjadi musuh


masyarakat karena sebagai faktor penyakitdan identik dengan image kotor.
Selain itu tikus sering merusak property rumah kita karena sifat
pengeratnya dan menjadi musuh para petani karena sering merusak
tanaman/sawah mereka. Berbagai tindakan sering kita lakukan
untukmembasmi tikus ini seperti dengan jebakan, lem ataupundengan
racun. Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub
ordo Myormorpha, family muridae. family muridae ini merupakan family
yang dominan dari ordo rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang
tinggi, pemakan segala macam makanan (omnivorous) dan mudah
beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan manusia. Tikus adalah
mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling
dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang
ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme
model yang penting dalam biologi.

2.1.1 Klasifikasi
Tikus dan mencit termasuk familia Muridae dari kelompok
mamalia (hewan menyusui). Para ahli zoologi (ilmu hewan) sepakat untuk
menggolongkannyakedalam ordo Rodensia (hewan yang mengerat), subordo
Myomorpha, family Muridae, dan sub famili Murinae. Untuk lebih jelasnya, tikus
dapatdiklasifikasikan sebagai brikut :

6
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Sub Filum Vetebrata
Kelas Mammalia
Sub Kelas Theria
Ordo Rodentia
Sub Ordo Myomorpha
Famili Muridae
Sub Famili Murinae
Genus Bandicota, Rattus, Mus

Spesies norvegicus, Rattus exulans, Rattus


tiomanicus, Rattus argentiventer

2.1.2 Biologi
Anggota Muridae ini dominan disebagian kawasan
didunia. Potensi reproduksi tikus dan mencit sangat tinggi dan ciri yang
menarik adalah gigi serinya beradaptasi untuk mengerat (mengerat +
menggigit benda-benda yang keras).

Gigi seri ini terdapat pada rahang atas dan bawah, masing-masing
sepasang. Gigi seri ini secara tepat akan tumbuh memanjang sehingga
merupakan alat potong yang sangat efektif. Tidak mempunyai taring dan
graham (premolar). Karakteristik lainnya adalah cara berjalannya dan
perilaku hidupnya. Semua rodensia komensal berjalan dengan telapak
kakinya. Beberapa jenis Rodensia adalah Rattus norvegicus (tikus got),
Rattus rattus diardi (tikus rumah), Mus musculus (mencit).

Dalam tubuh tikus, terdapat beberapa hewan lain (parasit) yang ada
di dalam tubuh (endoparasit) dan diluar/menempel di tubuh (ektoparasit)
yang merupakan penular atau penyebab banyak sekali jenis penyakit.
Endoparasit tikus antara lain cacing, virus, jamur, protozoa, bakteri, dan
rickettsia yang mempunyai tempat hidup di bati dan ginjal tikus.
Sedangkan ektoparasit tikus meliputi: pinjal (fleas):Xenopsylla
cheopsis,Stivalus cognatus; kutu (lice) : Polyp/ax spinulosa, Hoplopleura
pasifica; larva tungau (chigger) ; tungau (mite);dan caplak(ticks).

7
8
2.1.3 Morfologi

Berikut adalah ciri-ciri morfologi dari R.norvegicus, R.rattus


dan Mus musculus :

9
2.1.4 Jenis-jenis Tikus
1. Tikus Rumah (Rattus tanezumi)
Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ujung ekor
220-370 mm, ekor 101-180 mm, kaki belakang 20-39 mm, ukuran telinga 13-
23 mm, sedangkan rumus mamae 2+3=10. Warna rambut badan atas coklat
tua dan rambut badan bawah (perut) coklat tua kelabu. Yang terrnasuk dalam
jenis tikus rumah (rattus rattus) yaitu tikus atap (roof rat), tikus kapal (ship
rat), dan black rat. Jika dilihat dari jarak kedekatan hubungan antara aktifitas
tikus dengan manusia, tikus rumah merupakan jenis domestik, yaitu aktifitas
dilakukan di dalam rumah manusia atau disebut juga tikus komensal
(comensal rodent) atau synanthropic.
Umur tikus rumah rata-rata satu tahun dan mencapai dewasa siap kawin
pada umur 2-3 bulan baik pada tikus jantan maupun betina. Masa bunting
selama 21-23 hari dan seek or tikus betina dapat melahirkan 6-12 (rata-rata 8)
ekor anak tikus. Setelah 24-48 jam melahirkan, tikus betina siap kawin lagi
atau disebutpost partum oestrus.
Tikus rurnah merupakan binatang arboreal dan pemanjat ulung.
Kemampuan memanjat tembok kasar dan turun dengan kepala dibawab
sangat lihai, dan hila jatuh dari ketinggian 5,5 meter tidak akan menirnbulkan
luka yang berarti bagi tikus. Makanan yang dibutuhkan seekor tikus dalam
sehari sebanyak 10- 15% dari berat badannya. Perilaku makan tikus dengan
memegang makanan dengan kedua kaki depan, dan kebiasaan mencicipi
makanan untuk menunggu reaksi makanan tersebut dalam perutnya. Hal ini
perlu diperhatikan apabila kita memberantas tikus dengan racun. Tikus
mempunyai kebiasaan mencari makan dua kali sehari yaitu pada 1-2 jam
setelah matahari tenggelam dan pada l-2 jam sebelum fajar.

2. Tikus Got (Rattus norvegicus)

Tikus got ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor


300-400 mm, panjang ekornya 170-230 mm, kaki belakang 42-47
mm, telinga 18-22 mm dan mempunyai rumus mamae 3+3=12.

10
Warna rambut bagian atas coklat kelabu, rambut bagian perut kelabu.
Tikus ini banyak dijumpai diseluruh air/roil/got di daerah kota dan pasar.

3. Tikus Ladang (Rattus exulans)

Tikus ladang mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor


139-365 mm, panjang ekor 108-147 mm, kaki belakang 24-35 mm
dan ukuran telinga 11-28 mm dan mempunyai rumus mamae 2+2=8.
Warna rambut badan atas coklat kelabu rambut bagian perut putih kelabu.
Jenis tikus ini banyak terdapat di semak-semak dan kebun/ladang sayur-
sayuran dan pinggiran hutan dan kadang-kadang masuk ke rumah.

4. Tikus Sawah (Rattus Argentiveter)

Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer) merupakan hama yang


dapat menimbulkan kerugian bagi tanaman pertanian, yang dapat
menyerang tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan ubi-ubian.

Panjang tikus sawah dari ujung kepala sampai ujung ekor 270-370
mm, panjang ekor 130-192 mm, dan panjang kaki belakang 32-39
mm, telinga 18-21 mm sedangkan rumus mamae 3+3=12. Warna rambut
badan atas coklat muda berbintik-bintik putih, rambut bagian perut putih
atau coklat pucat. Tikus jenis ini banyak ditemukan di sawah dan padang
alang-alang.

R.rattus argentiventer (tikus sawah) adalah merupakan


binatang pengerat. Tanda karakteristik binatang pengerat ditentukan dari
giginya. Gigi seri berkembang sepasang dan membengkok, permukaan
gigi seperti pahat. Selain itu terdapat diastema (bagian lebar tidak bergigi
yang memisahkan gigi seri dengan geraham), serta tidak mempunyai
taring. Gigi lainnya berada di bagian pipi terdiri dari 1 geraham awal
(premolar) dan 3 geraham atau hanya tiga geraham (Anonim, 1989).

11
5. Tikus Wirok (Bandicota indica)

Panjang dari tikus wirok ini dari ujung kepala sampai ekor 400-580
mm, panjang ekornya 160-315 mm, kaki belakang 47-53 mm, telinga 29-
32 mm seangkan rumus mamae 3+3=12. Warna rambut badan atas dan
rambut bagian perut coklat hitam, rambutnya agak jarang dan rambut di
pangkal ekor kaku seperti ijuk, jenis tikus ini banyak dijumpai di daerah
berawa, padang alang-alang dan kadang-kadang di kebun sekitar rumah.

6. Mencit (Mus musculus)


Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat.
Mencit Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan)
yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah
dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya
menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang
di sudut-sudut lemari. Mencit percobaan (laboratorium)
dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi. Sekarang mencit
juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan.

Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor


kurang dari 175 mm, ekor 81-108 mm, kaki belakang 12-18 mm,
sedangkan telinga 8-12 mm, sedangkan rumus mamae 3+2=10.
Warna rambut badan atas dan bawah coklat kelabu.

2.1.5 Siklus Hidup Tikus


Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi
dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting
tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang
dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12 ekor (rata-rata 6
ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan.
Dan setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah
siap kawin lagi.

12
13
2.1.6 Perilaku Tikus
2.1.6.1 Kebiasaan dan Habitat
Tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan yaitu menempati hampir
di semua habitat. Habitat dan kebiasaan jenis tikus yang dekat hubungnnya
dengan manusia adalah sebagai berikut :
1. R. norvegicus
Menggali lubang, berenang dan menyelam, menggigit benda-benda
keras seperti kayu bangunan, aluminium dsb. Hidup dalam rumah, toko
makanan dan gudang, diluar rumah, gudang bawah tanah, dok dan
saluran dalam tanah/riol/got.
2. R. ratus diardii
Sangat pandai memanjat, biasanya disebut sebagai pemanjat yang ulung,
menggigit benda-benda yang keras. Hidup dilobang pohon, tanaman yang
menjalar. Hidup dalam rumah tergantung pada cuaca.
3. M. musculus
Termasuk rondensia pemanjat, kadang-kadang menggali lobang,
menggigit hidup didalam dan diluar rumah.

2.1.6.2 Kemampuan Fisik

1. Menggali
R.norvegicus adalah binatang penggali lubang. Lubang digali untuk
tempat perlindungan dan sarangnya. Kemampuan menggali dapat
mencapai 2-3 meter tanpa kesulitan.

2. Memanjat

R.komensal adalah pemanjat yang ulung. Tikus atap atau tikus rumah
yang bentuk tubuhnya lebih kecil dan langsing lebih beradaptasi untuk
memanjat dibandingkan dengan tikus riol/got. Namun demikian kedua
spesies tersebut dapat memanjat kayu dan bangunan yang permukaannya
kasar. Tikus riol/got dap memanjat pipa baik di dalam maupun di luar.

14
3. Meloncat dan Melompat

R.norvegicus dewasa dapat meloncat 77 cm lebih (vertikal). Dari

keadaan berhenti tikus got dapat melompat sejauh 1,2 meter. M.musculus
meloncat arah vertikal setinggi 25 cm.

4. Menggerogoti

Tikus menggerogoti bahan bangunan/kayu, lembaran almunium


maupun campuran pasir, kapur dan semen yang mutunya rendah.

5. Berenang dan menyelam

Baik R. norvegicus, R. rattus dan M. musculus adalah perenang yang

baik. Tikus yang dusebut pertama adalah perenang dan penyelam yang
ulung, perilaku yang semi akuatik, hidup disaluran air bawah
tanah, sungai dan areal lain yang basah.

2.1.6.3 Sarang Tikus


Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama
untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan
dalam keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh
predator ataupun pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju
ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan
cara ditutupi dengan daun- daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari
lorong yang berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus,
semakin panjang lorong yang dib Sarang tikus juga dilengkapi dengan
ruangan/kamar yang difungsikan untuk beranak dan kamar sebagai
gudang tempat meyimpan bahan makanan.

2.1.6.4 Makanan Tikus


Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang
banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun
demikian biji-bijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai
daripada yang lain. Seekor tikus dapat merusak 283 bibit padi per hariatau

15
103 batang padi bunting per hari. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-
umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu. Makanan yang berasal dari hewan
terutama adalah serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari
hewan ini merupakan sumber untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki
bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan makanan yang berasal dari
tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.

Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan


seekor tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung
dari kandungan air dan gizi dalam makanannya.Tikus merupakan hewan
yang aktif pada maam hari sehingga sebagian besar aktivitas makannya
dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut
atau mudah curiga terhadap benda- benda yang baru ditemuinya. Dengan
adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan akan dimakan adalah
makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan mencicipi dulu makanan
yang baru ditemuinya.

2.1.7 Indera Pada Tikus


1. Indera Penglihatan Tikus

Dilihat dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus


ternyata tikus mempunyai pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus
adalah hewan yang buta warna, artinya ia hanya dapat melihat benda-
benda berwarna hitam dan putih. Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik
pada warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna hijau dan kuning
diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang
merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam
merupakan warna gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus
dalam melihat benda-benda yang ada di depannya dapat mencapai 10
meter.

2. Indera Penciuman Tikus


Organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau
makanannya. Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang
sedang birahi untuk dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau

16
anaknya yang keluar dari sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan
oleh anaknya.
3. Indera Pendengaran Tikus
Pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara
dengan frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia.
Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi
menjadi beberapa suara, yaitu :
 Suara-suara pada saat akan melakukan perkawina
 Suara-suara menandakan adanya bahaya
 Suara-suara pada saat menemukan makanan
 Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan

4. Indera Pengecap Tikus

Rasa mengecap pada tikus berkembang sangat baik. Tikus dan


mencit dapat mendekteksi dan menolak air minum yang mengandung
phenylthiocarbamide 3 ppm, pahit.

5. Indera Peraba atau Penyentuh Tikus

Rasa menyentuh sangat berkembang dikalangan rodensia


komensal, ini untuk membantu pergerakannya sepanjang jejak dimalam
hari. Sentuhan badan dan kibasan ekor akan tetap digunakan selama
menjelajah, kontak dengan lantai, dinding dan benda lain yang dekat
sangat membantu dalam orientasi dan kewaspadaan binatang ini terhadap
ada atau tidaknya rintangan
didepannya.

2.1.8 Tanda-tanda Keberadaan Tikus


Untuk mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan
mencegah kemungkinan bahaya dari makanan yang tercemar oleh tikus
adalah sebagai berikut :

17
1. Droping
Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat/ruangan yang
diperiksa. Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas,
tanpa disertai bau yang mencolok, tinja tikus yang masih baru lebih terang
dan mengkilap serta lebih lembut (agak lunak), makin lama maka
tinja akan semakin keras.

2. Run ways
Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu disuatu tempat

disebut run ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama,
bila melalui lubang diantara eternit rumah, maka jalan yang dilaluinya
lambat laun menjadi hitam
3. Grawing
Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan, tikus dalam
aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat
jalan misalnya lubang dinding.

4. Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus
seperti dinding, lantai, perabotan dan lain-lain.

5. Bau
Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau
urinnya.

6. Tikus hidup
Tikus hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar.

7. Ditemukannya bangkai tikus baru atau lama di tempat yang diamati.

18
2.2 Aspek Kesehatan Masyarakat
2.2.1 Penularan dan Penyebaran Tikus
Tikus dan mencit yang termasuk hewan mengerat (rodensia). Jenis ini
lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di
gudang dan hewan pengganggu/menjijikkan di perumahan. Belum banyak
diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa,
menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak
dan hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup di
dekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam
penularan penyakit.
Tikus dan mencit, penyakit bersumber rodensia yang disebabkan oleh
berbagai agen penyakit seperti virus, rickettsia, bakteri, protozoa dan cacing
dapat ditularkan kepada manusia secara langsung. sedangkan secara tidak
langsung dapat melalui feses, urin dan ludah, melalui gigitan vektor
ektoparasit tikus dan mencit (kutu, pinjal, caplak, tungau). Disamping itu
kecoa juga merupakan vektor penularan penyakit yang cukup penting yang
sering hidup di sekitar kita.

Data dari International Leptospirosis Society (ILS) menyebutkan


bahwa Indonesia dinyatakan sebagai negara insiden leptospirosis tingkat
tiga di dunia untuk mortalitas dengan kisaran kasus kematian antara 2,5%-
16,45% atau rata-rata 7,1%. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi
yang melaporkan kasus suspek leptospirosis di Indonesia. Sejak tahun
2010 jumlah kasus leptospirosis di Jawa Tengah mengalami peningkatan

19
tercatat pada tahun 2010 ditemukan 133 kasus dan CFR 10,9% (14 orang).
Kemudian pada tahun 2011 jumlah kasus meningkat menjadi 184 kasus
dengan CFR 17,74 % (33 orang). Sampai dengan triwulan III tahun 2012
ini, di Jawa Tengah sudah ditemukan 118 kasus dengan angka CFR 16,95%
(20 orang). Dalam kurun waktu tersebut Kota Semarang selalu menduduki
peringkat tertinggi untuk kasus dan angka kematian akibat leptospirosis.
Pada tahun 2012 kasus leptospirosis di Kota Semarang sebesar 81 kasus
dengan angka kematian (CFR) 17, 28 % (14orang). Kecamatan Gunungpati
adalah satu dari 16 kecamatan di Kota Semarang yang menjadi daerah fokus
leptospirosis karena sepanjang tahun 2012 ditemukan 4 kasus dengan 1
orang meninggal dengan IR 5,36 dan CFR 25 %. Tikus merupakan
reservoar penting bagi bakteri leptospira, karena >50% tikus dapat
mengeluarkan bakteri leptospira secara masif (terus menerus) melalui urin
(kencing) selama hidupnya, tanpa menunujukkan gejala sakit. Serovar
leptospira yang ditularkan oleh tikus merupakan serovar yang paling
berbahaya, dari semua reservoar yang ada. Lebih dari 50 jenis tikus
yang diidentifikasi ternyata mengandung berbagai serovar leptospira.
Sebanyak 24 serovar diisolasi dari tikus rumah R. tanezumi, 22 serovar dari
tikus got R. norvegicus dan 30 serovar dari mencit rumah Mus musculus.
Tikus merupakan hewan pengerat yang berbahaya bagi kesehatan sehingga
perlu dilakukan pengendalian pada tikus sebagai sumber penularan penyakit
(Assimina, 2008; Kate, 2007).

2.2.2 Penyakit yang Disebabkan Oleh Tikus


Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberpa jenis penyakit
yang dikenal Rodent Borne Disease. Penyakit-penyakit yang tergolong
Rodent Borne Disease adalah :

1. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan infeksi akut disebabkan oleh bakteri
leptospira berbentuk spiral yang menyerang mamalia dan dapat hidup di air
tawar selama lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air
kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati. Bakteri ini dapat menyerang

20
siapapun yang memiliki kontak dengan berbagai benda maupun hewan lain
yang mengalami infeksi leptospirosis. Bakteri ini masuk ke dalam
tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang
lecet atau atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan
terinfeksi leptospira.Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.

a. Gejala Klinis

b. Komplikasi Leptospirosis
 Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan
gagal jantung yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.
 Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.
 Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran
pernafasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia,
dan mata
(konjungtiva).
 Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir
mati.
c. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan membiasakan diri untuk ber-Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melalui :

 Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar

21
dari tikus.

 Mencucui tangan dengan sabun sebelum makan.Mencucui tangan, kaki


serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/
kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.

 Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung.

 Menghindari pencemaran oleh tikus.Melakukan desinfeksi


terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus
Meningkatkan penangkapan tikus.

 Sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya


dilakukan dengan menjaga tangan selalu bersih. Selain terkena air kotor,
tangan dapat tercemar kuman dari binatang piaraan yang sudah
terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar.

 Hindari kontak dengan kencing binatang piaraan.

 Biasakan memakai alat pelindung diri, seperti sarung tangan


karet sewaktu berkontak dengan air kotor, pakaian pelindung kulit,
beralas kaki, memakai sepatu bot, terutama jika kulit ada luka, borok,
atau eksim.

 Selalu membasuh tangan sehabis menangani binatang, ternak,


atau membersihkan gudang, dapur, dan tempat-tempat kotor.
 Kebersihan lingkungan, khususnya rumah, harus dilakukan secara
terus menerus. Jangan memberi kesempatan tikus berkembang biak di
dalam rumah..

d. Pengobatan
Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati
dengan antibiotik yang banyak di jumpai di pasar seperti Penicillin
dan turunannya (Amoxylline) Streptomycine, Tetracycline,
Erithtromycine.Bila terjadi komplikasi, angka lematian dapat mencapai
20%, segera berobat ke dokter terdekat.

22
2. Plague/Penyakit pes/Sampar/La Peste
Pes atau sampar atau plague atau la peste merupakan
penyakit zoonosis yang timbul pada hewan pengerat dan dapat
ditularkan pada manusia. Penyakit tikus ini menular dan dapat
mewabah. Penyebaran penyakit plague/pes Plague, disebut juga penyakit
pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis)
dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Pess terbagi
menjadi 2 yaitu :

a. Pes Bubo

Pes Bubo merupakan penyakit yang mempunyai gejala demam tinggi,


tubuh dingin, menggigil, nyeri otot, sakit kepala hebat, dan ditandai
dengan pembengkakan kelenjar getah bening di pangkal paha, ketiak dan
leher (bubo). Pada pemeriksaan cairan bubo di laboratorium ditemukan
kuman pes (Yersinis pestis).

b. Pes Pneumonik

Pes pneumonik adalah penyakit yang mempunyai gejala batuk secara


tiba-tiba dan keluar dahak, sakit dada, sesak nafas, demam, muntah
darah.Pada pemeriksaan sputum atau usap tenggorok ditemukan kuman
pes (Yersinis pestis), dan apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan
darah untuk menemukan zat antinya. Penyakit ini menular lewat
gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan
kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi
dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada
kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur
penderita yang terbawa oleh udara.
a. Pencegahan
 Orang atau binatang di sekitar penderita plague harus diobati dengan
antibiotic selambat-lambatnya 7 hari setelah kontak dengan penderita.

 Memakai sarung tangan, baju panjang, masker, dan goggle


(kacamata)pada waktu kontak dengan penderita plague.

 Tidak mengijinkan kucing makan tikus.

23
 Tidak mengijinkan kucing bermain di luar rumah, terutama di daerah
yang banyak terdapat sarang tikus.

 Mengontrol populasi tikus dan kutu di lingkungan anda.

 Vaksinasi plague apabila akan bepergian ke daerah epidemi plague.

b. Pengobatan
Plague pada manusia dan kucing dapat diobati dengan
Streptomycin, Tetracyclin, Doxycyclin, Gentamycin. Streptomycyn dosis
tinggi terbukti lebih efektif mengobati plague.Penicilin tidak efektif
untuk penyakit plague.Diazepam diberikan untuk mengurangi rasa
lelah.Heparin biasanya diberikan apabila terdapat gejala pembekuan
darah.

3. Rat-Bit Fever atau demam gigitan tikus

Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh


bakteri Moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui
gigitan atau goresan dari binatang pengerat atau menelan makanan atau air
yang terkontaminasi dengan kotoran tikus dan biasanya dialami anak-anak
di bawah 12 tahun dan penyakit ini memiliki masa inkubasi selama 1
hingga 22 hari. Gejala-gejala yang disebabkan oleh penyakit ini adalah
demam, mual, muntah, sakit kepala, nyeri punggung dan sendi.

4. Sindrom hantavirus paru (PS)

Hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang


ditularkan oleh tikus yang terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur.
Manusia bisa terkena penyakit ini ketika mereka menghirup virus aerosol.
HPS pertama kali diakui pada tahun 1993 dan sejak itu telah diidentifikasi
di seluruh Amerika Serikat. Meskipun jarang, HPS berpotensi
mematikan. Rodent control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi
strategi utama untuk mencegah infeksi hantavirus. maka gejala yang dapat
diamati adalah diare, muntah, mual, dan kram perut.

24
5. Salmonellisis

Salmonellisis merupakan penyaklit yang disebabkan bakteri salmonella


yang dapat menginfeksi hewan dan juga manusia. Tikus yang terinfeksi
bakteri ini akan dapat menyebabkan kematian pada manusia dan
salmonellisis dapat tersebar dengan melalui kontaminasi feses.
Gejalanya antara lain adalah gastroenteritis, diare, mual, muntah dan juga
demam yang diikuti oleh dehidrasi.
6. Murine typhus

Murine typhus adalah penyakit yang disebabkan oleh Rickettsian


typhi atau R. mooseri yang dapat ditularkan melalui gigitan pinjal tikus.
Gejalanya antara lain adalah kedinginan, sakit kepala, demam, prostration
dan nyeri di seluruh tubuh. Ada juga bintil-bintil merah yang timbul
di hari kelima hingga keenam.

7. Rabies

Rabies merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan


memiliki gejala khas yaitu penderita jadi takut terhadap air dan karena
inilah rabies juga sering disebut hidrofobia. Tikus menyebarkan penyakit
ini melalui gigitan. Gejala awal dari rabies tidaklah jelas, umumnya
pasien merasa gelisah dan tidak nyaman. Gejala lanjut yang dapat
diidentifikasi antara lain adalah rasa gatal di area sekitar luka, panas dan
juga nyeri yang lalu bisa saja diikuti dengan sakit kepala, kesulitan
menelan, demam dan juga kejang.

2.2.3 Pengendalian Vektor Tikus


Menurut WHO (2005), vektor adalah serangga atau hewan lain
yang biasanya membawa kuman penyakit yang merupakan suatu risiko
bagi kesehatan masyarakat. Menurut Iskandar (1989), vektor adalah
anthropoda yang dapat memindahkan/menularkan suatu infectious agent
dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Sedangkan
menurut Soemirat (2005), keberadaan vektor penyakit dapat
mempermudah penyebaran agent penyakit. Hal ini menentukan bahwa

25
masuknya agent baru ke dalam suatu lingkungan akan merugikan
kesehatan masyarakat setempat.

2.2.3.1 Pengendalian Kimia

Pengendalian secara kimiawi dilakukan semata-mata atas


pertimbangan bahwa pengendalian secara mekanis tidak memberikan
hasil yang optimal atau tidak memberikan hasil yang sesuai dengan
harapan pelanggan dan atau untuk aplikasi di luar bangunan.
Pengendalian secara kimiawi tidak digunakan pada lokasi yang
terdapat aktifitas pengolahan/produksi makanan / farmasi/ area
sensitif lainnya. Penempatan racun pada industri makanan hanya
dilakukan di luar ruangan yang tidak berhubungan dengan produksi dan
dilakukan untuk jangka waktu terbatas dan dibawah pengawasan
yang ketat. Pengendalian dengan cara kimiawi dilakukan dengan
menggunakan umpan yang mengandung rodentisida (racun tikus).

Alat-alat untuk aplikasi rodentisida :


1. Tamper Resistant
Merupakan tempat racun padat yang yang dapat melindungi dari
pengaruh lingkungan.

a. Kotak umpan ber-kunci (Tamper Resistant) dipergunakan


untuk pengumpanan di dalam ruangan umum dan ruangan terbuka.

b. Tempatkan sticker petunjuk dan kartu cek list di atas setiap Kotak
umpan berkunci.

c. Penempatan Tamper Resistant diletakkan jauh dari jangkauan


anak-anak.

d. Setiap tempat racun umpan harus diberi nomor


seri/pengenal/No. penempatan untuk memudahkan monitoring dan
pencatatan.

2. Racun minum
Racun minuman merupakan pilihan terbaik dalam pengendalian tikus
,jika ketersediaan makanan di lokasi pemasangan banyak. Aplikasi
racun minuman dapat dilakukan bersamaan dengan umpan racikan

26
dengan hasil yang lebih baik. WARNING. Hati-hati dalam aplikasi
racun minuman, karena sifat racun minuman yang mudah menguap
sehingga dapat menyebabkan kontaminasi
3. Penanganan Bangkai
Tikus Pasca Pengendalian Tikus Kumpulkan tikus yang terperangkap /
mati, musnahkan dengan cara membakar dan dikubur dengan
kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm, begitu pula dengan setiap bahan
sisa atau sisa
4. Peralatan Keselamatan Dan Pakaian Kerja

Dalam melaksanakan aktivitas pengendalian tikus, kelengkapan


keselamatan kerja yang harus dipenuhi meliputi :

a. Sarung tangan karet apabila berhubungan dengan rodentisida, bangkai

tikus.

b. Masker penutup hidung dan mulut apabila berhubungan dengan

bangkai tikus.

c. Helmet apabila bekerja di area kolong bangunan atau daerah

berbahaya atau bila ditentukan oleh pemilik/penanggungjawab lokasi.

d. Sepatu safety dan safety glass dan tanda pengenal lainnya bila

ditentukan oleh pemilik/penanggungjawab lokasi. Pakaian kerja yang


dipergunakan khusus melakukan pekerjaan.

2.2.3.2 Pengendalian Lingkungan


Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi faktor
penarik tikus atau bahkan sumber makanan tikus atau menjadi tempat sarang
tikus, maka akan merekomendasikan diadakan perbaikan oleh klien.

Tikus akan berkembang biak dan hidup dengan baik pada situasi dimana
mereka dengan mudah mendapatkan makanan, air, tempat berlindung dan
tempat tinggal yang tidak terganggu.

Beberapa hal yang dapt dilakukan untuk meminimalisasi gangguan tikus :

27
a. Minimalisasi tempat bersarang/harborages antara lain : eliminasi
rumput/semak belukar

b. Meletakkan sampah dalam garbage/tempat sampah yang memiliki


konstruksi yang rapat, kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup rapi dan
terpelihara dengan baik.

c. Meniadakan sumber air yang dapat mengundang tikus, karena tikus


membutuhkan minum setiap hari

d. Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi ditempat


yang kedap tikus.

e. Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehari.


f. Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barang/alat sehingga
tidak dapat dipergunakan tikus untuk berlindung atau bersarang.

2.2.3.3 Pengendalian Biologis


Memelihara binatang pemangsa tikus (predator), seperti kucing.

2.2.3.4 Pengendalian Fisik dan Mekanik


1. Proofing Infestation
Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah
yang memungkinkan tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang
pembuangan air, atau dari bawah saluran air, mengeliminasi sarang
atau tempat persembunyian tikus serta memangkas ranting pohon
yang menjulur kebagunan, tidak membuat taman terlalu dekat dengan
struktur bangunan, contohnya dengan memasang plat besi pada pohon.
Pengendalian lainnya juga dapat dilakukan dengan menggunakan
perangkap, antara lain perangkap lem, perangkap jepit, perangkap massal
dan perangkap elektrik. Perangkap merupakan cara yang paling disukai
untuk membunuh atau menangkap tikus pada keadaan dimana tikus yang
mati disembarang tempat sulit dijangkau dan dapat menimbulkan bau
yang tidak sedap serta sulit.

28
2. Treatment Tikus (Rodent Control)
Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap
untuk jangka panjang menimbulkan tikus jera umpan dan neophobia
terhadap trap. Penggunaan trap hanya untuk tempat-tempat yang
sangat khusus dengan populasi tikus yang rendah.

Penempatan Rodent Bait dilaksanakan pada area tertentu yang


akan menarik tikus dari dalam sarang ke luar, atau ketempat yang tidak
sensitive, seperti area parkir/garden, setelah itu baru difokuskan
untuk tikus yang aktifitasnya dengan radius pendek yakni tikus
nyingnying (mice/Mus musculus), umpan ditempatkan di dalam.

Keraguan akan adanya resiko bau bangkai dapat diatasi


dengan konfigurasi penempatan umpan untuk setiap kategori jenis tikus,
jadi dengan penempatan umpan pada suatu lokasi dapat dideteksi sampai
sejauh mana lokasi tempat tikus tersebut mati, ditambah tenaga
serviceman cukup berpengalaman mengatasi masalah tikus di puluhan
Rumah (housing), Mall, industri (pergudangan), Rumah Sakit, Hotel /
Apartemen.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tikus merupakan binatang pengerat yang sudah menjadi musuh
masyarakat karena sebagai faktor penyakitdan identik dengan image kotor.
Selain itu tikus sering merusak property rumah kita karena sifat pengeratnya
danmenjadi musuh para petani karena sering merusak tanaman/sawah mereka.

Pengendalian untuk vektor tikus ini bisa kita gunakan dengan cara
pengendalian kimia , lingkungan, biologis, dan fisik dan mekanis.
Keempat pengendalian ini harus dilakukan dengan seiring agar berjlan sesuai
dengan yang diharapakn.

3.2 Saran

Disarankan kepada pemerintah untuk benar benar memperhatikan


setiap vektor penyakit maupun hama yang dapat merugikan kegiatan manusia.
Hal hal kecil juga harus diperhatikan karena hal besar dapat terjadi karena
dipicu oleh adanya hal kecil yang muncul.

Masyarakat juga berperan penting dalam menjalin kerjasama dengan


pemerintah dalam setiap kebijakan yang dibuat pemerintah semata mata
demi kebaikan masyarakat itu sendiri.

30
DAFTAR PUSTAKA

Husada,Bakti. 2008. Pedoman Pengendalian Tikus Khusus di


Rumah Sakit.
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral pengendalian Penyakit
dan
Penyehatan Lingkungan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Jurnal Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17538/4/Chapter%20II.
pdf. Diakses pada 24 Oktober 2015
Astuti,Desi Rini. 2013. Keefektifan Rodentisida Racun Kronis Generasi
II terhadap
Keberhasilan PenangkapanTikus. KEMAS 8.Vol.2. hal.183-189

Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Tikus. Diakses pada 24 Oktober 2015


Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Tikus_rumah. Diakses pada 24
Oktober 2015 Kendis Kalengkongan.

http://catatankeperawatankend.blogspot.co.id/2014/01/pengendalian-
vektor- tikus.html. Diakses pada 24 Oktober 2015

31

Anda mungkin juga menyukai