Lapsus Hernia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Keberadaan hernia inguinal telah dideskripsikan di Mesopotamia dan


Mesir sekitar tahun 1550 SM. Salah satu perawatan hernia pertama
dijelaskan oleh Fenisia 900 SM. Orang Yunani kuno (Hippocrates, 460–
375 SM) juga menggambarkan pria yang menderita hernia, Perbaikan
hernia secara operatif modern diluncurkan oleh Marcy pada tahun 1871,
diikuti oleh Steele pada tahun 1874. Keduanya melakukan perbaikan
jahitan, termasuk mereduksi dilatasi dari inguinal canal. Hernia
merupakan istilah umum yang menggambarkan tonjolan atau tonjolan
organ atau jaringan melalui lubang abnormal dalam struktur anatomi.
Meskipun ada banyak jenis hernia yang berbeda, mereka biasanya
berhubungan dengan perut, dengan sekitar 75% dari semua hernia terjadi
di daerah inguinal.1,2

Operasi hernia inguinalis adalah operasi yang paling umum dilakukan


pada pria di segala usia. Ada penelitian yang mencari teknik operasi yang
optimal untuk pengobatan hernia. Hasilnya tergantung pada kondisi
pasien, kompleksitas hernia, area anatomi untuk membedah dengan
struktur potensial beresiko, bahan mesh digunakan untuk penguatan,
fiksasi (jika digunakan) dari mesh dan kinerja ahli bedah.1 Viscera atau
tonjolan jaringan adiposa melalui kanal inguinal atau femoralis sekitar 27
hingga 43% pada pria dan 3 hingga 6% pada wanita. Hernia inguinalis
hampir selalu bergejala dan satu-satunya obat adalah operasi. Sebagian
kecil pasien tidak menunjukkan gejala tetapi dalam waktu 5 tahun
kelompok ini membutuhkan pembedahan sekitar 70%.3

Di seluruh dunia, perbaikan hernia inguinalis adalah salah satu operasi


yang paling umum, dilakukan pada lebih dari 20 juta orang setiap tahun.
Perawatan bedah berhasil pada sebagian besar kasus tetapi kekambuhan
1
membutuhkan operasi ulang pada 10-15% dan kecacatan jangka panjang
karena nyeri kronis (nyeri sedang yang berlangsung lebih dari 3 bulan)
terjadi pada 10-12% pasien. Sekitar 1-3% pasien memiliki nyeri kronis
yang parah. Ini memiliki dampak negatif yang luar biasa secara global
pada biaya kesehatan dan perawatan kesehatan, Saat ini, sebagian besar
ahli bedah di dunia mendukung perbaikan hernia inguinalis. Di Denmark,
dengan statistik perbaikan dalam database nasional, penggunaan mesh
mendekati 100% pada 2013. Di Swedia, penggunaan mesh di atas 99%.
Pada awal 1980-an, teknik invasif minimal untuk perbaikan pangkal paha
hernia pertama kali dilakukan dan dilaporkan dalam literatur ilmiah.3

Hernia inguinalis lateralis merupakan kasus yang banyak ditemui dan


sekitar 800.000 penderita menjalani operasi herniorafi setiap tahunnya.
Sebanyak 90% kasus hernia terjadi pada laki laki dan 10% pada
perempuan. Insidensi hernia inguinalis lateralis yang mengalami
inkarserasi atau strangulasi bervariasi 5–15% pada seluruh dunia.
Berdasarkan data dari rekam medis Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung (RSHS) tahun 2008 sampai 2010 terdapatnya 294 kasus hernia
inguinalis lateralis yang mengalami inkarserata dan strangulata, 284
kasus terjadi pada laki-laki dan 10 kasus pada perempuan. Hernia
inguinalis lateralis inkarserata dan strangulata merupakan kasus akut
abdomen yang harus segera ditangani oleh karena dapat memengaruhi
morbiditas (19– 30%) dan juga mortalitas (1,4–13,4%).4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi

Hernia adalah tonjolan suatu organ atau bagian dari organ (seperti
usus atau lemak) melalui jaringan ikat atau melalui dinding rongga (pada
perut) di mana ia biasanya tertutup, Hernia inguinalis adalah penonjolan
melalui saluran inguinalis (medial atau lateral vasa epigastrium). Groin
Hernia merupakan istilah yang lebih global karena juga mencakup tonjolan
melalui saluran femoral. Hernia inguinalis lateralis adalah suatu
penonjolan dinding perut yang terjadi di daerah inguinal sebelah lateral
pembuluh epigastrika inferior. 1,5,6

b. Epidemiologi

Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha. Di berbagai negara di dunia, hernia
inguinal lebih sering terjadi 8 hingga 20 kali dari pada hernia femoral.
Perbandingan angka kejadian pada pria sepuluh kali daripada wanita dan
sekitar 55% hernia inguinal terjadi pada sisi kanan. Sekitar 70 % dari
hernia inguinal adalah hernia inguinal indirek. Hernia bilateral empat kali
lebih sering terjadi pada hernia direk dari pada hernia indirek.7

Perbaikan hernia inguinalis saat ini adalah salah satu prosedur bedah
yang paling umum dilakukan pada orang dewasa di dunia barat. Lebih dari
20 juta hernia diperkirakan diperbaiki setiap tahun di seluruh dunia,
Sekitar 700.000 hernia repair di AS dan lebih dari 100.000 di Inggris.
Insiden hernia repair di Swedia adalah sekitar 220 dalam 100.000 orang
setiap tahun.1

3
Dari penelitian yang dilakukan Rawis C. dkk di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado periode Agustus 2012 – Juli 2014 didapatkan hasil
terdapat 146 pasien hernia inguinalis lateralis dengan distribusi laki-laki
99,3 %, letak hernia inguinalis sebelah kanan 60,3%, dan paling banyak
menggunakan Herniotomi + Mesh sebesar 73,3 %. Berdasarkan
perlangsungan hernia didapatkan hasil:6

Tabel 1. Jenis Hernia Inguinalis lateralis di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou


Manado periode Agustus 2012 – Juli 2014.6

Jenis Jumlah Pasien Presentase

Reponibel 108 74,0

Ireponibel 18 12,3

Inkarserata 7 4,8

Strangulata 13 8,9

Total 146 100 %

Dari penelitian yang dilakukan Suvera MS dkk pada pasien hernia


inguinal pada anak di di India didapatkan hasil paling banyak laki-laki
88%, terjadi di sebelah kanan 73%, menjalani operasi elektif 94%, dan
berdasarkan usia pada tabel 2.8

Tabel 2. Distribusi usia pasien Hernia inguinalis pada anak.8

Usia Jumlah Pasien Presentase

Kurang dari 2 tahun 12 21

2-6 tahun 27 47

6-12 tahun 19 32

Total 58 100

4
c. Anatomi

Anatomi Groin Inguinal cukup rumit. Pengetahuan tentang anatomi


sangat penting jika ingin memperbaiki hernia dan memahami mekanisme
hernia. Kanalis inguinalis pada pria dewasa berbentuk silinder. Ini dimulai
pada anulus internus yang terletak lateral ke vasa epigastrium inferior dan
diperpanjang dari fascia transversalis. Kanal inguinalis berakhir pada
anulus eksternus di mana aponeurosis otot oblikus eksterna berlanjut.
Dinding anterior saluran terdiri dari otot obliq eksternus. Dinding posterior
terdiri dari obliq internus abdomen dan transversal abdomen. Otot-otot ini
terhubung secara medial untuk membentuk tendon siam. Peritoneum
berada di belakang fasia transversum.1.

Gambar 1. Anatomi dari dalam. Tampak Triangel of doom, segitiga Hesselbach


dan triangle of pain.1

Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan


panjang 4 cm dan terletak 2-4 cm diatas ligamentum inguinale,
Ligamentum Inguinale merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis

5
muskulus oblikus eksternua. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus
superior tulang pubis.
Dinding yang membatasi kanalis inguinalis adalah:
1. Anterior: dibatasi oleh aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan 1/3
lateralnya muskulus oblikus internus.
2. Posterior: dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis
yang bersatu dengan fascia transversalis dan membentuk dinding
posterior di bagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia
transversa dan konjoin tendon, dinding posterior berkembang dari
aponeurosis muskulus transversus abdominis dan fasia transversal.
3. Superior: dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus oblikus internus
dan muskulus transversus abdomnis.
4. Inferior: dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare bagian ujung
atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini merupakan
defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf “U” dan “V”
dan terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah
pada bagian atas muskulus transversus abdominis, iliopubik tract dan
interfoveolar (Hasselbach) ligament dan pembuluh darah epigastrik
inferior di bagian medial.5,11

Gambar 2. Anatomi Regional.10


6
Gambar 3. Anatomi Inguinal11
Isi kanalis inguinalis pria yaitu :
1. Vas deferens
2. 3 arteri yaitu : Arteri spermatika interna, Arteri diferential, Arteri
spermatika eksterna
3. Plexus vena pampiniformis
4. 3 nervus yaitu : Cabang genital dari nervus genitofemoral, Nervus
ilioinguinalis, Serabut simpatis dari plexus hipogastrik
5. 3 lapisan fasia: Fasia spermatika eksterna yang merupakan lanjutan
dari fasia innominate, Lapisan kremaster yang berlanjut dengan
serabut-serabut muskulus obliqus abdominis internus, Fasia spermatika
interna merupakan perluasan dari fasia transversa.

7
Gambar 4. Anatomi testis11
Kanalis femoralis merupakan lubang berbentuk oval dengan diameter
kurang dari 4 cm, dan pada wanita mempunyai diameter lebih lebar
dibang dengan laki-laki. Pada sisi medial femoral sheath dan vena
femoralis yang mengandung limfonodus dan lemak. Di sekelilingnya
terdapat beberapa bagian rigid yaitu pada sisi anterior terdapat
ligamentum inguinale, sisi media terdapat lacuna dari ligamentum
inguinale, dan pada sisi posteriornya terdapat bagian pectineus dari
ligamentum inguinale. Cincin yang sempit ini beresiko tinggi untuk
mengalami inkarserasi (terjepitnya usus). Kanalis femoralis terletak medial
dari vena femoralis didalam lakuna vaserum dorsal dari ligamentum
inguinalis, tempat vena saphena magna bermuara didalam vena femoralis.
Foramen ini sempit dan dibatasi oleh pinggir keras dan tajam. Batas
kranio ventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh
pinggir os pubis yang terdiri dari ligamentum ilio pectineale (ligamentum
cooper), sebelah lateral oleh (sarung) vena femoralis, dan disebelah
medial oleh ligamentum lakunare gimbernati. Hernia femoralis keluar
melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan
anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.9

8
Gambar 4. Anatomi inguinalis9

d. Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena


sebab yang didapat. Lebih banyak terjadi pada lelaki daripada
perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu
masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar.
Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis
internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat
sehingga menutupi trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Secara umum penyebab hernia inguinalis meliputi : 5
9
a. Kelemahan otot dinding abdomen: Kelemahan jaringan, Adanya
daerah yang luas diligamen inguinal, Trauma

b. Peningkatan tekanan intra abdominal :Obesitas, Mengangkat benda


berat, Mengejan karena Konstipasi, Kehamilan, Batuk kronik, Hipertropi
prostate.9,12

e. Patomekanisme

Saat otot abdomen berkontraksi terjadi peningkatan intraabdomen lalu


m. oblikus internus dan m. tranversus berkontraksi, serabut otot yang
paling bawah membentuk atap mioaponeurotik pada kanalis inguinalis.
Konjoin tendon yang melengkung meliputi spermatic cord yang
berkontraksi mendekati ligamentum inguinale sehingga melindungi fasia
transversalis. Kontraksi ini terus bekerja hingga ke depan cincin interna
dan berfungsi menahan tekanan intraabdomen. Kontraksi m. transversus
abdominis menarik dan meregang crura anulus internus, iliopubic tract,
dan fasia transversalis menebal sehingga cincin menutup seperti spincter
(Shutter Mechanism). Pada saat yang sama m. oblikus eksternus
berkontraksi sehingga aponeurosisnya yang membentuk dinding anterior
kanalis inguinalis menjadi teregang dan menekan cincin interna pada
dinding posterior yang lemah. Gangguan pada mekanisme ini dapat
menyebabkan terjadinya hernia.5

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan


tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada
saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan
bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada
daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan
mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup
kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi
dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal
dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada
dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu
saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang
10
cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan
kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung
yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai
darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.9

Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab


yang didapat. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.
Pada bulan ke-8 dari kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui
kanalis inguinalis. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke
daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis
yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis
yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka
sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena
prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital.5,9

Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena


meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan
jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot
dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada
keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup
sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang
disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen.5,9

11
f. Klasifikasi

Klasifikasi hernia inguinalis yaitu:


1. Hernia inguinalis indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, diduga
mempunyai penyebab kongenital. Kantong hernia merupakan sisa
prosesus vaginalis peritonei sebuah kantong peritoneum yang menonjol
keluar, yang pada janin berperan dalam pembentukan kanalis
inguinalis. Oleh karena itu kantong hernia masuk kedalam kanalis
inguinalis melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah
lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis nguinalis dan keluar
ke rongga perut melalui anulis inguinalis eksternus, lateral dari arteria
dan vena epigastrika inferior. Hernia ini lebih sering dijumpai pada sisi
kanan.5,9
2. Hernia inguinalis direk
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis. Hernia ini
melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di
daerah yang dibatasi segitiga Hasselbach. Hernia inguinalis direk
jarang pada perempuan, dan sebagian bersifat bilateral. Hernia ini
merupakan penyakit pada laki-laki lanjut usia dengan kelemahan otot
dinding abdomen.5,9

Gambar 5. Direct inguinal hernia dan Indirect inguinal hernia9

12
Sedangkan berdasarkan klinis hernia dibedakan menjadi:
1. Hernia reponibel yaitu hernia yang isinya dapat keluar masuk baik
secara spontan atau dengan manipulasi. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut.
Tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus. 5,7,9
2. Hernia irreponibel yaitu hernia yang isinya tidak dapat lagi masuk baik
secara spontan atau dengan manipulasi. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini
terbagi menjadi tiga yaitu :
a. Hernia akreata, hernia ini terjadi perlekatan karena fibrosis. Saat ini
hernia masih tidak ada keluhan nyeri, tidak ada juga tanda
sumbatan usus.5,7,9
b. Hernia inkarserata yaitu hernia yang tidak dapat lagi kembali
kerongga abdomen karena isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong hernia terperangkap yang membuat gangguan
pasase.5,7,9
c. Hernia strangulata yaitu hernia yang tidak dapat lagi kembali ke
rongga abdomen yang terjadi gangguan vaskularisasi.5,7,9
Banyak ahli bedah selama ratusan tahun telah berusaha untuk
mengklasifikasikan Hernia inguinalis termasuk Casten, Halverson dan
McVay, Zollinger, Ponka, Gilbert dan Nyhus. The European Hernia Society
baru-baru ini telah menyarankan sebuah sistem yang sederhana yaitu:
1. Primer atau berulang (P atau R); •
2. Lateral, medial atau femoralis (L, M atau F)
3. Ukuran menggunakan finger yang diasumsikan 1,5 cm.
Contoh : Primer, lateral, inguinalis hernia dengan ukuran 3-cm akan
dicatat PL2.1,13
g. Manifestasi klinik
1. Anamnesis
Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis biasanya ditemukan
keluhan, antara lain:
13
a. Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan
adanya “Benjolan” dipelipatan paha atau perut bagian bawah pada
scrotum atau labium mayor pada wanita.
b. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di
pelipatan paha biasanya diketahui oleh orang tuanya.
c. Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra
abdominal, misalnya mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat
beban berat. Benjolan akan menghilang atau mengecil ketika penderita
berbaring (reponibilis), tidak dapat kembali atau tidak menghilang
ketika berbaring (irreponibilis)
d. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan
pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam
kantong hernia
e. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
inkarserata karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan
gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa), atau
strangulasi karena nekrosis atau gangrene (akibat adanya gangguan
vaskularisasi).
f. Faktor-faktor predisposisi, antara lain: Pekerjaan (mengangkat-angkat
beban berat, atlet angkat besi, tentara, kuli bangunan, dll), Penyakit
ataupun gangguan kronis (BPH, stricture urethra, batuk kronis,
ascites, atau susah BAB), Faktor usia, semakin tua, otot-otot dinding
abdomen semakin lemah, Faktor kegemukan (obesitas).5,9
2. Pemeriksaan fisis
a) Inspeksi
Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi
berdiri. Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita kita minta untuk
melakukan manuver valsava, Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau
bulat (HIM), Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis
biasanya tanda radang (-).5,9
14
b) Palpasi
Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak
benjolan penderita diminta mengejan atau melakukan manuver valsava,
menentukan konsistensinya, Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak),
Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis dan medialis
dapat dilakukan beberapa macam test (provokasi test).9
c) Auskultasi
Ditemukan suara bising usus (diatas benjolan).9
3. PEMERIKSAAN KHUSUS
a) ZIEMAN’S TEST
Bilamana kantong hernia terisi, kita masukkan dulu kedalam kavum
abdomen. Untuk memeriksa bagian kanan digunakan tangan kanan dan
sebaliknya. Test ini dapat dikerjakan pada penderita laki-laki ataupun
perempuan. Dengan jari kedua tangan pemeriksa diletakkan diatas
annulus inguinalis internus (± 1,5 cm diatas pertengahan SIAS dan
tuberkulum pubikum), jari ketiga diletakkan pada annulus inguinalis
ekternus dan jari keempat pada fossa ovalis. Penderita disuruh
mengejan maka timbul dorongan pada salah satu jari tersebut diatas.
Bilamana dorongan pada jari kedua berarti hernia inguinalis lateralis, bila
pada jari ketiga berarti hernia inguinalis medialis dan bila pada jari
keempat berarti hernia femoralis.9

15
Gambar 6. Tes zieman.9
2. FINGER TEST
Dengan menggunakan jari telunjuk atau kelingking skrotum
diinvaginasikan menyelusuri annulus eksternus sampai dapat mencapai
kanalis inguinalis kemudian penderita disuruh batuk, bilamana ada
dorongan atau tekanan timbul pada ujung jari maka didapatkan hernia
inguinalis lateralis, bila pada samping jari maka didapatkan suatu hernia
inguinalis medialis.9

Gambar 7. Finger Test.9


3. THUMB TEST
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri.
Setelah benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita
tekankan pada annulus internus. Penderita disuruh mengejan atau
meniup dengan hidung atau mulut tertutup atau batuk. Bila benjolan
keluar waktu mengejan berarti hernia inguinalis medialis dan bila tidak
keluar berarti hernia inguinalis lateralis.9

Gambar 8. Thumb Test.9


16
h. Diagnosis

Dalam kebanyakan kasus, diagnosis hernia inguinalis sederhana.


Biasanya hernia ini dapat direduksi pada pembengkakan intermiten,
terletak di atas dan lateral tuberkulum pubis dengan terangsang impuls
batuk Seringkali hernia akan berkurang saat berbaring dan muncul
kembali saat berdiri. Dengan pasien berbaring, pasien diminta untuk
mengurangi hernia jika tidak berkurang secara spontan. Ahli bedah
mengidentifikasi tulang iliaca superior anterior dan tuberkulum pubis untuk
menandai cincin inguinalis intenal pada titik mid-inguinal. Tekanan lembut
diterapkan pada titik ini dan pasien diminta untuk batuk, jika hernia
dipengaruhi dengan tekanan pada cincin inguinalis internal maka
kemungkinan hernia indirect /lateral dan jika hernia tampak medial ke titik
ini maka itu hernia direct/medial. Gambaran klinis yang penting dalam
penilaian hernia inguinalis meliputi tipe, penyebab dan gambaran. Hernia
inguinais direct, isi hernia tidak terkontrol oleh tekanan pada cincin
internal, secara khas menyebabkan benjolan ke depan pada lipat paha,
tidak turun ke dalam skrotum. Hernia inguinalis indirect, isi hernia dikontrol
oleh tekanan yang melewati cincin internal, seringkali turun ke dalam
skrotum.5,13

i. Pemeriksaan Penunjang

Sebagian besar kasus tidak memerlukan tes diagnostik tetapi


penggunaan USG, CT scan dan MRI kadang-kadang digunakan.
Herniogram melibatkan injeksi kontras ke dalam rongga peritoneum
diikuti dengan penyaringan yang menunjukkan adanya kantung atau
tonjolan asimetris pada anatomi inguinalis.13

j. Diagnosis Banding

Berbagai diagnosis banding Hernia Inguinale meliputi: Hidrokel testis,


Limfadenopati, Abses inguinal, Varikokel, Hematom karena trauma,
17
Lipoma, Tumor testis. Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa
munculnya hernia erat hubungannya dengan aktifitas seperti mengejan,
batuk dan gerak lain yang disertai dengan peningkatan tekanan intra
abdomen, sedangkan penyakit lain tidak berhubungan dengan aktifitas
demikian.9
k. Penatalaksanaan

Tujuan dari semua perbaikan hernia adalah untuk menghilangkan


kantong peritoneal (pada hernia inguinalis indirek) dan untuk menutupi
defek pada fasia di dinding inguinal. Perbaikan tradisional didekati
jaringan asli menggunakan jahitan permanen.5,9
Jenis-jenis Operasi pada Hernia Inguinalis
a. Herniotomi
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan
kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan
memotong kantong hernia. Herniotomi dilakukan pada anak-anak
dikarenakan penyebabnya adalah proses kongenital dimana prossesus
vaginalis tidak menutup. 9,13
b. Herniorafi
Herniorafi adalah membuang kantong hernia di sertai tindakan bedah
plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang
kanalis inguinalis. Herniorafi dilakukan pada orang dewasa karena
adanya kelemahan otot atau fasia dinding belakang abdomen. 9,13
c. Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis 9,13
operasi herniorafi pertama kali dilakukan oleh Eduardo bassini 1884,
prinsip metode basini yaitu memperkecil anulus internus dengan jahitan
terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa dan menjahitkan
pertemuan m. transversus internus abdominis dan m. oblikuus internus
ke ligamentum inguinalis.10

18
Gambar 10. Metode bassini10
Saat ini sering digunakan prolene mesh (mersilen mesh) untuk
menutup atau memperkuat dinding belakang canalis inguinalis, Mesh
sintetis telah digunakan sejak 1950-an untuk memperkuat perbaikan
hernia, dan pada 1980-an, Lichtenstein menggambarkan perbaikan
mesh yang bebas tegangan, sederhana, datar untuk hernia inguinalis
(Gambar 11). Bagian awal operasi identik dengan Bassini. Setelah
kantung hernia dilepas dan medial defect ditutup, selembar jala (mesh),
berukuran 8 × 15 cm, ditempatkan di atas dinding posterior, di belakang
korda spermatika, dan dibelah untuk membungkus korda spermatika di
cincin inguinalis internus. Jahitan longgar menahan jala ke ligamentum
inguinalis dan tendon konjoin. Dua keunggulan utama diklaim:
menurunya tingkat kekambuhan hernia dan pemulihan pasca operasi
lebih cepat.9,13

19
Gambar 11. Diagram original Bassini. A, lemak subkutan; B, M. Obliq eksternal; C,
vena iliaka; E, korda spermatika; F, saraf di saluran inguinalis; G, transversalis fascia.13

l. Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi


hernia, isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia
reponibel hal ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri
atas omentum, organ ekstraperitoneal. Di sini tidak timbul gejala klinis
kecuali berupa benjolan. Isi hernia dapat pula terjepit oleh cincin hernia
sehingga terjadi hernia inkaserata yang menimbulkan gejala obstruksi
usus yang sederhana. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih
kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, maka lebih
sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkaserasi retrograd, yaitu
dua segmen usus terjepit didalam kantong hernia dan satu segmen
lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf “W”. Jepitan cincin
hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi edema organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.
Timbulnya edema yang menyebabkan jepitan cincin hernia makin
bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu

20
(strangulasi). Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi
transudat berupa cairan serosanguinus. Apabila isi hernia terdiri atas
usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.5,9

m.Prognosis

Prognosis tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan


penanganan. Tapi pada umumnya baik karena kekambuhan setelah
operasi jarang terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia yang
besar. Pada penyakit hernia ini yang penting adalah mencegah faktor
predisposisinya.7,9

21
BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Tn. D
Umur : 50 thn
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Palu Barat, Lere
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 01/12/2018
Ruangan : Garuda bawah RSU Anutapura

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : benjolan pada biji zakar
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien masuk rumah sakit dengan
keluhan biji zakar membesar di sebelah kiri yang baru dialami sejak +
12 jam sebelum masuk rumah sakit, keluhan dialami setelah pasien
mengangkat air, keluhan ini sudah sering dialami sejak 2 tahun
terakhir dan timbul bila mengangkat berat, ataupun mengedan namun
masih bisa masuk kembali bila di urut dan tidak terasa nyeri, awalnya
benjolan dlipatan paha kemudian turun ke buah zakar sehingga buah
zakar membesar dan terlihat lonjong. Sekarang benjolan terasa nyeri.
Keluhan disertai nyeri ulu hati (+), mual (+), Muntah (+) 2 kali, demam
(-). Batuk (-), pusing (-), sakit kepala (-), BAK lancar dan BAB belum
ada 1 hari.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga : Tidak ada keluhan yang sama
dalam keluarga
Riwayat Pengobatan : Tidak ada
Riwayat Sosial : Wiraswasta (Buruh bangunan)

22
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : IMT = 62 kg = 24,21 = Overweight
1,6 2
Vital Sign
TD: 160/110 mmHg N: 92x/menit R:20x/menit S:36,6°C
Kepala
Wajah : Simetris
Deformitas : Tidak ada
Bentuk : Normochepal
Mata
Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterus -/-
Pupil : bulat, isokor +/+, RCL +/+, RCTL+/+
Mulut : sianosis (-), Selaput putih pada tengah lidah(-),
Leher
KGB : pembesaran (-)
Tiroid : pembesaran (-)
JVP : peningkatan (-)
Massa Lain : Tidak ada
Dada
Paru-Paru
Inspeksi :Simetris bilateral
Palpasi : Massa (-), Vocal Fremitus simetris bilateral
Perkusi : sonor lapang paru
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi
Batas atas : SIC II linea parasternalis sinistra
23
Batas Kanan : SIC IV linea parasternalis dextra
Batas Kiri : SIC V linea axillaris anterior sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler, murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan meningkat
Perkusi : Tympani (+)
Palpasi :Nyeri tekan epigastrium (+)
Anggota Gerak
Atas : Akral Hangat +/+, edema -/-,
Bawah : Akral Hangat +/+, edema -/-
Status Lokalis
Regio inguinalis sinistra
Inspeksi : terdapat benjolan berbentuk lonjong pada inguinal sinistra
berukuran 4 x 3 cm, warna seperti kulit sekitar
Palpasi : teraba kenyal, batas tidak jelas, nyeri tekan
Auskultasi : bising usus (+)
Visibel tes : tampak benjolan bergerak dari kraniolateral ke
kaudomedial
Regio Scrotalis sinistra
Inspeksi : terdapat benjolan berbentuk lonjong pada scrotum sinistra
berukuran 8 x 12 cm, warna seperti kulit sekitar
Palpasi : teraba kenyal, batas tidak jelas, nyeri tekan
Auskultasi : bising usus (+)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab:
- WBC : 15,2 x 103
- RBC : 6,75 x 106/mm3
- PLT : 266 103/ mm3
24
- Hb : 17 g/dl
- HCT : 57 %
E. RESUME
Laki-laki (60 thn) masuk rumah sakit dengan keluhan biji sakar
membesar di sebelah kiri yang baru dialami sejak + 12 jam sebelum
masuk rumah sakit, keluhan dialami setelah pasien mengangkat air,
keluhan ini sudah sering dialami sejak 2 tahun terakhir dan timbul bila
mengangkat berat, ataupun mengedan namun masih bisa masuk
kembali bila di urut dan tidak terasa nyeri, awalnya benjolan dlipatan
paha kemudian turun ke buah zakar sehingga buah zakar membesar
dan terlihat lonjong. Sekarang benjolan terasa nyeri. Keluhan disertai
nyeri ulu hati (+), nausea (+), vomitus (+) 2 kali, BAK lancar dan BAB
belum ada 1 hari.
Hasil pemeriksaan fisik ditemukan:
TD: 160/100 mmHg
N: 92
R: 20
S: 36,6°C
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan meningkat
Perkusi : Tympani (+)
Palpasi :Nyeri tekan epigastrium
Status Lokalis
Regio inguinalis sinistra
Inspeksi : terdapat benjolan berbentuk lonjong pada inguinal sinistra
berukuran 4 x 3 cm, warna seperti kulit sekitar
Palpasi : teraba kenyal, batas tidak jelas, nyeri tekan
Auskultasi : bising usus (+)
Visibel tes : tampak benjolan bergerak dari kraniolateral ke
kaudomedial
25
Regio Scrotalis sinistra
Inspeksi : terdapat benjolan berbentuk lonjong pada scrotum sinistra
berukuran 8 x 12 cm, warna seperti kulit sekitar
Palpasi : teraba kenyal, batas tidak jelas, nyeri tekan
Auskultasi : bising usus (+)

F. DIAGNOSIS KERJA : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Incarcerata


+ Hipertensi Grade II
G. PENATALAKSANAAN
Non Operatif :
- IVFD RL 28 TPM
- Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- Ranitidn 50 mg / 12 jam
- Ondancentron 4 mg/ 12 jam (kp)
- Amplodipin 10 mg 0-0-1
Operatif :
- Herniotomi + Hernioplasti (lichenstein teknik menggunakan mesh)
H. Anjuran :
- Cek GDS, CT, BT, Anti HbsAg, Anti HCV
26
I. Hasil labrotarium :
- GDS : 117 mg/dl
- CT : 9,30
- BT : 3,30
- Anti HbsAg : Non reaktif
- Anti HCV : Non reaktif

27
Follow Up Harian
03/12/2018 PH:1 POH:1
S: nyeri bekas op (+), mual (+), Muntah (-), Pusing (-), sakit kepala (-),
flatus (-), BAK (+) perkateter , BAB (-)
O : TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,7oC
VAS : 5
A : Hernia Inguinalis Lateralis sinistra incarcerata post hernioraphy hari
ke-1 + Hipertensi grade 1
P : - IVFD RL 28 TPM
- Ceftriaxone 1 gr / 12 jam/ IV
- Metronidazol 500 mg/ 8 jam Drips
- Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
- Amplodipin 10 mg 0-0-1
- Diet bubur saring

28
Follow Up Harian
04/12/2018 PH:2 POH2
S: nyeri bekas op (+), mual (-), Muntah (-), Pusing (-), sakit kepala (-),
flatus (+), BAK (+) perkateter , BAB (-)
O : TD : 140/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
S : 37 oC
VAS : 5
A : Hernia Inguinalis Lateralis sinistra incarcerata post hernioraphy hari
ke-2 + Hipertensi Grade 1
P : - IVFD RL 28 TPM
- Ceftriaxone 1 gr / 12 jam/ IV
- Metronidazol 500 mg/ 8 jam Drips
- Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
- Amplodipin 10 mg 0-0-1
- Diet bubur saring
Follow Up Harian
05/12/2018 PH:3POH3
S: nyeri bekas op (+), mual (-), Muntah (-), Pusing (-), sakit kepala (-),
demam (-), flatus (+), BAK (+), BAB (+)
O : TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,7oC
VAS : 4
A : Hernia Inguinalis Lateralis sinistra incarcerata post hernioraphy hari
ke-2 + Hipertensi Grade 1
P : - Cefadroxil 2 x 500 mg
- Meloxicam 2 x 15 mg
- Amplodipin 10 mg 0-0-1
29
BAB IV

PEMBAHASAN

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi rongga melalui defek


atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Terdapat
beberapa poin penting dalam hernia, yaitu : defek atau bagian yang lemah
dari dinding rongga, kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia yaitu
daerah penyempitan kantung hernia akibat defek tersebut. 7
Penegakan diagnosis hernia ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari hasil anamnesis pasien menunjukan gejala
benjolan yang muncul pada scrotum yang sudah lama dialami + 2 tahun
namun dulu bisa kembali bila di urut, keluhan pasien timbul bila mengedan
ataupun mengangkat beban berat, sekarang benjolan sudah tidak dapat
kembali dan terasa nyeri, pasien juga mengalami keluhan mual, muntah 2
kali dan nyeri ulu hati. Benjolan pada scrotum yang tidak dapat masuk
kembali ke dalam rongga perut menunjukan manifestasi hernia inguinal
ireponibel. Pasien mengeluh nyeri pada benjolan menunjukan tanda
hernia inkarserata. Pasien mengeluh mual, muntah dengan frekuensi 2
kali, BAB yang tidak ada keluhan menunjukan bahwa terdapat gangguan
pasase usus.5,7
Pada pemeriksaan fisik pasien dilakukan pemeriksaan regio abdominal
didapatkan datar, lemas, timpani, dan bising usus meningkat. Pada
pemeriksaan inspeksi regio inguinalis sinistra ditemukan benjolan, warna
sama dengan sekitar, transluminasi (-). Pada palpasi didapatkan teraba
benjolan, batas atas tidak tegas, konsistensi kenyal, ukuran 8 x 12 cm,
dan tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga abdomen. Kemungkinan
benjolan adalah suatu hidrokel dapat disingkirkan dari pemeriksaan fisik,
dimana transluminasi benjolan negatif. Kemungkinan suatu tumor juga
disingkirkan karena benjolan teraba kenyal.7
30
Dari pemeriksaan fisik pada pasien, pada inspeksi ditemukan benjolan
pada scrotum yang tidak menghilang meski telah berbaring. Pada hernia
lateralis umumnya benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong sedangkan medialis tonjolan biasanya
terjadi bilateral, berbentuk bulat. Pada auskultasi terdengar hiperperistaltis
akibat obstruksi usus pada pasien Hernia inguinalis lateralis incarcerata.
Pada hasil pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan Nilai leukosit
mencapai 15.000 yang menandakan adanya proses inflamasi yang terjadi,
pemeriksaan penunjang lain dalam batas normal.7
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan bahwa diagnosis pasien ini adalah hernia inguinalis lateralis
sinistra inkarserata. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini
adalah terapi operatif cito, yaitu hernioraphy. Selain itu, pasien juga
diterapi dengan medikamentosa berupa injeksi ranitidine, ondancetron,
ketorolac, ceftriaxone, metronidazol dan amplodipin untuk hipertensi pada
pasien.
Hernioraphy merupakan gabungan herniotomi dan plasty (menutup
pintu). Pada bayi tidak perlu tindakan plasty karena anulus externus dan
internusnya saling tumpang tindih. Fascia transversa yang merupakan
lokus minorisnya ditutup sehingga terbentuk jaringan ikat. Pada
hernioplasty dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Dengan melihat
kondisi pasien dan tindakan segera herniorhapy sinistra, prognosis pada
pasien ini baik secara vitam maupun functionam adalah bonam.7

31
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan kasus, maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Pasien Tn D masuk Rumah Sakit dengan keluhan benjolan pada buah
zakar, didiagnosis Hernia inguinalis lateralis sinistra incarcerata
2. Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh
pasien, hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
merujuk ke diagnosis Hernia inguinalis lateralis. Tanda dan gejala
berupa benjolan pada buah zakar yang sudah lama dialami yang dulu
masih dapat masuk kembali, sekarang benjolan tidak dapat kembali,
terasa nyeri dan keluhan seperti mual, muntah, belum bab. Hasil
pemeriksaan fisik, peristaltik (+) pada skrotum, massa teraba kenyal
dan batas atas sulit dinilai.
3. Terapi yang diberikan pada kasus ini, berupa terapi operatif dan non
operatif.
4. Hernia inguinalis dapat dicegah dengan pola hidup yang sehat dengan
cara menghindari faktor predisposisi

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Gutlic N. Inguinal Hernia Surgery in Men - Chronic Pain and Sexual


Dysfunction Lund: Lund University, Faculty of Medicine, Swedia.
2018, p 1-24
2. LeBLANC K. Inguinal Hernias: Diagnosis and Management. State
University School of Medicine, New Orleans, Louisian. Journal of
American Family Physician. 87, (12), 2013, p 844-848
3. Simons M.P. World Guidelines for Groin Hernia Management.
OLVG Hospital, Oosterparkstraat, Amsterdam, the Netherlands.
2016, p 1-93
4. Pratama A. “Kadar Laktat Darah sebagai Prediktor Kontaminasi
Bakteri pada Hernia Inguinalis Lateralis Strangulata”. Departemen
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah
Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Journal of MKB. 2013. 45, (1),
44-49.
5. Amrizal. “Hernia Inguinalis: Tinjauan Pustaka”. Departemen Ilmu
Bedah, Rumah Sakit Umum Pusat dr. M. Djamil Padang. Journal of
Syifa’MEDIKA, 2015. 6, (1), 1-12.
6. Claudia G et al. “Pola Hernia Inguinalis Lateralis Di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado Periode Agustus 2012 – Juli 2014.” Karya
Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. Journal of e-Clinic, 2015. 3, (2), 695-699.
7. Fanny F, dan Listianti D. “Hernioraphy Cyto Pada Pasien Hernia
Inguinalis Dekstra Inkarserata”. Bagian Ilmu Bedah, Rumah Sakit
Umum Dr. H. Abdoel Moeloek Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung. Journal of Majority, 2017. 6, (3), 119-122.
8. Suvera MS et al. “Surgery for inguinal hernia in pediatric age.”
Karya Tulis Ilmiah. International Journal of Research in Medical
Sciences, 2014. 1, (2), 112-115.
9. Oetomo K. “Makalah Hernia”. Ilmu Bedah SMF Bedah RSU Haji
Surabaya, 2013. 1, (1), 1-28.
33
10. Conner C. ESSENTIAL OPERATIVE TECHNIQUES and
ANATOMY Fourth Edition: Lippincott Williams & Wilkins,
Department of Surgery University of Iowa Roy J. and Lucille A.
Carver College of Medicine Iowa City, Iowa. 2015, p 817-829.
11. Cheuck L et al. Inguinal Region Anatomy. Endourology, Montefiore
Medical Center. 2017, p 1-6
12. Geibel J et al. Abdominal Hernias. Department of Surgery, Section
of Gastrointestinal Medicine Yale University School of Medicine,
Yale 2018, p 1-45
13. Williams N. SHORT PRACTICE of SURGERY Bailey & Love’s 26 th
EDITION. School of Medicine and Dentistry, Queen Mary,
University of London and President, The Royal College of Surgeons
of England, London, UK. 2013, p 965-986

34

Anda mungkin juga menyukai