Kelainan Kongenital Pada Genitalia Wanita (Vulva)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

A.

KELAINAN KONGENITAL PADA GENITALIA WANITA


1. HIMEN IMPERFORATUS

Himen merupakan pertemuan antara sinus urogenitalis dan ductus muller yang
bersatu membentuk vagina. Vaginal plate menembus sel sinus urogenitalis sehingga
dapat dikemukakan bahwa “himen” seluruhnya berasal dari sinus urogenitalis.

Gambar 1. Himen Imperforatus


Himen imperforata adalah selaput dara yang tidak menunjukkan lubang
(hiatus himenalis) sama sekali, Kelainan himen imperforata jarang dijumpai, tetapi
cukup banyak dibandingkan dengan kelainan kongenital lainnya. Selama hampir 31
tahun di Bali, baru dijumpai 2 kasus. John Hopskin (USA) sejak tahun 1945- 1981
hanya menjumpai 22 kasus. Kemungkinan besar kelainan ini tidak dikenal sebelum
menarche. Sesudah itu molimina menstrualis (rasa sakit saat waktunya menstruasi tanpa
diikuti pengeluaran darah) terjadi setiap bulan. Karena pada kelainan ini tidak
terbentuknya lubang hymen ( hiatus himenalis) sehingga tidak mungkin terjadi aliran
darah pada saat menstruasi, sehingga menyebabkan hematokolpos. Bila keadaan ini
dibiarkan, maka dapat menyebabkan hematometra. Selanjutnya akan timbul
hematosalpinks yang dapat diraba dari luar sebagai tumor kistik di kanan dan kiri atas
simfisis. Bila kelainan ini dijumpai sebelum menarche, tidak memerlukan pengobatan
apapun dan pengobatan dilakukan setelah menstruasi. Biasanya diagnosis ditegakkan
setelah usia dewasa.
Manifestasi Klinik
Sebelum mencapai timbunan darah yang cukup, gejala klinik himen imperforata
adalah dismenore , tetapi tidak dijumpai darah menstruasi dan mungkin terasa tidak
nyaman dalam vagina, tanpa diketahui sebabnya. Sebagian besar datang setelah terjadi
timbunan yang cukup besar dengan gejala klinis tetap terdapat dismenore, rasa tidak
nyaman di perut bagian bawah, dan terasa penuh dalam vagina.Hymen imferforata
merupakan manifestasi dari tidak tersalurnya darah menstruasi sehingga terjadi
timbunan yang dapat mencapai ruangan abdomen. Gambaran klinik yang dapat
dijumpai sebagai berikut :
1. Hematokolpos. Terjadi timbunan darah di vagina. Himen berwarna kebiruan dan
menonjol karena timbunan darah
2. Hematometra (timbunan darah di dalam rahim). Terasa sesak di bagian bawah, nyeri
terutama saat menstruasi. Dapat diraba di atas simfisis berupa tumor padat, dan
teraba nyeri
3. Hematosalpinks. Timbunan darah pada tuba fallopii. Darah ini dapat mencapai
ruangan abdomen.
Pada pemeriksaan akan dijumpai:
1. Mungkin perut bagian bawah tampak membesar.
2. Terasa tumor kisteus perut bagian bawah.
3. Himen dijumpai berwarna kebiruan dan menonjol.
Pemeriksaan rektum akan dapat diraba:
1. Vagina dan uterus membesar, mungkin nyeri.
2. Adneksa, mungkin sudah ada timbunan darah sehingga terasa nyeri.
3. Ultrasonografi akan tampak uterus dan tuba penuh dengan cairan darah dan
membesar.

Penatalaksanaan
Apabila hymen imperforate dijumpai sebelum pubertas, membrane hymen
dilakukan inisi/hymenotomi dengan cara sederhana dengan ,melakukan insisi silang
atau dilakukan pada posisi 2,4,8,dan 10 arah jarum jam disebut insisi stellate

Gambar 2 . Insisi Stellate dilakukan pada posisi arah jam 2,4,8 dan 10. Tiap
Kuadran dieksisi kea rah lateral, tepi dari mukosa hymen dijahit dengan benang
delayed absorbale.

Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi membrane hymen, sementara pada insisi
stellate setelah insisi dilakukan eksisi pada kuadran hymen dan pinggir mukosa hymen
di aproksimasi denga jahitan mempergunakan benang delayed absorbable. Tindakan
insisi saja tanpa disertai eksisi dapat mengakibatkan membrane hymen menyatu
kembali dan obstruksi membran hymen terjadi kembali. Darah tua kental kehitam-
hitaman keluar yang disertai dengan pengecilan tumor-tumor dibiarkan mengalir
dengan sendirinya selama 2-3 minggu tanpa pemberian utero tonika.Sesudah tindakan
penderita dibaringkan dalam letak fowler.
Gambar 3. Teknik operasi hymenektomi

Evaluasi vagina dan uterus perlu dilakukan sampai 4-6 minggu pasca pembedahan,
bila uterus tidak mengecil, perlu dilakukan pemeriksaan inspeksi dan dilatasi serviks
untuk memastikan drainase uterus berjalan dengan lancar. Diperlukan perlindungan
antibiotik ringan, untuk menghindari infeksi. Penderita dapat rawat inap selama 2-3
hari dan pulang dengan berobat jalan.

2. ATRESIA KEDUA LABIUM MINUS


Kelainan kongenital ini disebabkan oleh membrana urogenitalis yang tidak
menghilang di bagian depan vulva dibelakang klitorus ada lubang untuk pengeluaran
air kencing dan darah haid. Koitus walaupun sukar masih dapat dilaksanakan malahan
dapat terjadi kehamilan. Pada partus hanya diperlukan sayatan digaris tengah yang
cukup panjang untuk melahirkan janin. Kelainan tersebut dapat terjadi pula sesudah
partus dalam hal itu radang menyebabkan kedua labium minus melekat dengan masih
ada kemungkinan penderita dapat berkencing. Pengobatan terdiri atas melepaskan
perlekatan dan menjahit luka-luka yang timbul.
3. HIPERTROFI LABIUM MINUS KANAN/KIRI
Hipertrofi labium berarti pembesaran pada labium. Keadaan ini bukan kondisi
yang serius, bisa normal, tetapi juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan.

Gambar 4. Hipertropi labium minus

Hipertrofi labium biasanya mempengaruhi labium bagian dalam yang disebut


labium minora tetapi juga dapat mempengaruhi labium bagian luar atau disebut labium
mayor. Labium dapat membesar pada satu sisi atau kedua sisi. Kebanyakan wanita
muda memiliki kondisi seperti ini, memiliki labium dengan ukuran yang lebih besar.
Hipertrofi labium adalah ukuran yang tidak proporsional dari labia minora relatif
terhadap labia majora. Labia minora hipertrofik dapat menjadi masalah fungsional dan
psikoseksual. Pembesaran labium biasanya terjadi karena bawaan, namun dapat
meningkat karena perubahan hormonal, limfatik stasis, iritasi kronis dan peradangan
dari dermatitis atau inkontinensia, serta setelah melahirkan.

Adanya iritasi lokal, masalah kebersihan, kesulitan selama hubungan seksual


serta penampilan estetis umumnya diterima sebagai indikasi untuk koreksi bedah.
Banyak wanita melaporkan bahwa labia minora mencuat melebihi labia majora
sementara di posisi berdiri, yang mengarah ke kesadaran diri dan kesulitan dengan
keintiman. Laporan lain yang umum adalah asimetri labia minora.

Penatalaksanaan

Labioplasty, dikenal sebagai pengurangan labium, adalah prosedur yang


dirancang untuk meningkatkan penampilan alat kelamin eksternal perempuan.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan penampilan yang lebih estetis pada alat kelamin
tanpa menambahkan bekas luka. Operasi harus dilakukan bila pasien tidak aktif
menstruasi untuk mengurangi efek hormonal potensial pada anatomi dan peningkatan
risiko infeksi pasca operasi.

Teknik pengurangan labium atau reduksi labium. Prosedur ini dilakukan dengan
mengurangi ukuran atau panjang labia minora. dilakukan dengan "metode trim" atau
"metode strip". Kemudian, pada 1990-an, "Wedge" metode (juga disebut "V" Metode)
Akibatnya, sekarang ini dikenal dua jenis teknik labiaplasty untuk mengurangi ukuran
labia minora.
1. Metode Trim Labiaplasty

Gambar 5. Metode Trim Labiaplasty

Jenis pengurangan labium untuk labium minora yang paling sederhana dilakukan
dengan menghilangkan bagian yang tidak diinginkan itu. Tepi dipotong lalu kemudian
dijahit sehingga akan sembuh dengan cepat dan akan membentuk bekas luka minimal.
Dengan menggunakan teknik ini dapat menyelesaikan dua perubahan yang signifikan
bagi pasien yaitu mencapai pengurangan labia, menghilangkan margin, tepi labial
pinker lebih halus.

2. Metode Wedge Labioplasty

Gambar 6. Metode Wedge Labiaplasty

Teknik operasi ini berfungsi untuk mengurangi ukuran dan panjang labium minora
dengan menghapus "V" berbentuk baji labium yang tidak diinginkan. Tepi ini ruang
terbuka (yang dihasilkan setelah penghapusan daerah yang tidak diinginkan dari
labium) kemudian dijahit bersama-sama, membentuk garis lurus (atau "I" bentuk)
dengan tidak ada bekas luka yang terlihat di sepanjang tepi labial. Ini tidak hanya
mengurangi ukuran labial, tetapi juga tidak merusak margin alami labium, sehingga
menjaga penampilan normal dari struktur genital perempuan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro,Hanifa.,et.al. Ilmu bedah kebidanan. Edisi 1. Jakarta


2. Gibson, John. Fisiologi & Anatomi Meodern Untuk Perawat Edisi 2. 2002.
Jakarta: EGC.
3. Manuaba, Ida Bagus Gde. Dasar- Dasar Teknik Operasi Ginekologi. 2004.
Jakarta: EGC.
4. Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan.. 1998. Jakarta: EGC.
5. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai