Laporan Laba Rugi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di suatu akhir periode akuntansi perusahaan ada dua hasil yang sering terjadi, yaitu
laba atau rugi. Laporan laba rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan
informasi hasil usaha perusahaan yang isinya terdiri dari pendapatan usaha dan beban usaha
untuk satu periode akuntansi tertentu. Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran
untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti
laba per lembar saham.
Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan
beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih. Laporan laba rugi
juga disebut sebagai suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-
biaya dari suatu usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan
dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Laba
atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan.
Unsur - unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.
Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil
pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak,
dan laba bersih.Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan
tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan
kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak
seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus,
dan sebagainya. Arti penting dari laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui
kemajuan yang dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau laba
yang didapat dalam suatu periode.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian laporan laba rugi ?
2. Apa tujuan laporan laba rugi ?
3. Apa elemen utama laporan laba rugi ?
4. Apa hubungan laba rugi dan neraca ?
5. Bagaimana yang dimakud konsep matching ?
6. Apa definisi hasil, biaya, laba ?
7. Bagaimana pengakuan penghasilan ?
8. Bagaimana bentuk penyajian laba rugi ?
9. Apa yang dimaksud income smoothing ?
10. Bagaimana perubahan akuntansi ?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan pada makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan pengertian laporan laba rugi
2. Menjelaskan tujuan laporan laba rugi
3. Menjelaskan elemen utama laporan laba rugi
4. Menjelaskan hubungan laba rugi dan neraca
5. Menjelaskan yang dimakud konsep matching
6. Menjelaskan definisi hasil, biaya, laba
7. Menjelaskan pengakuan penghasilan
8. Menjelaskan bentuk penyajian laba rugi
9. Menjelaskan yang dimaksud income smoothing
10. Menjelaskan perubahan akuntansi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Laporan Laba Rugi


Laporan laba rugi adalah laporan yang disusun secara sistematis tentang
penghasilan yang diperoleh, dan beban – beban yang terjadi dalam kegiatan usaha
perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi dipergunakan untuk melihat kondisi
keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu.
Konsep ini diterapkan dengan memadankan beban dan pendapatan yang dihasilkan
dalam periode terjanya beban tersebut. Laporan laba rugi juga menyajikan selisih antara
pendapatan terhadap beban yang terjadi. Jika pendapatan lebih besar daripada beban,
selisihnya disebut LABA. Sebaliknya, jika beban melebihi pendapatan selisihnya disebut
RUGI.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan yang menyajikan seluruh pos
penghasilan dan beban yang diakui da;am suatu periode.
Perusahaan publik (Tbk.) wajib menyajikan seluruh pendapatan dan beban yang diakui
dalam suatu periode dalam satu laporan laba rugi komprehensif.
Ada 2 komponen laporan laba rugi komprehensif, yaitu:
 Laba rugi
 Pendapatan komprehensif lainnya.
Komponen utama laporan laba rugi komprehensif disajikan dengan menggunakan
metode beban fungsional, mencakup komponen-komponen berikut:
 pendapatan
 beban pokok penjualan
 laba bruto
 beban usaha
 pendapatan lainnya
 beban lainnya

3
 biaya keuangan
 bagian laba (rugi) atas entitas asosiasi dan/ atau Ventura Bersama
 laba (rugi) sebelum pajak
 beban (penghasilan) pajak
 laba (rugi) periode berjalan dari operasi yang dilanjutkan
 laba (rugi) periode berjalan dari operasi yang dihentikan setelah pajak
 laba (rugi) periode berjalan
 pendapatan komprehensif lain
 pajak penghasilan terkait
 pendapatan komprehensif lain periode berjalan setelah pajak
 total laba (rugi) komprehensif periode berjalan
 laba (rugi) periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
o pemilik entitas induk
o kepentingan non pengendali
 total laba (rugi) komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
pemilik entitas induk dan kepentingan non pengendali.
 laba (rugi) per saham dasar dan dilusian.
Jenis-Jenis Laba Usaha
Laba Kotor
Laba kotor adalah laba yang diperoleh setelah memperhitungkan harga pokok penjualan
(HPP) antara lain bahan mentah (raw material), tenaga kerja langsung, dan pembantu.
Atau dengan kata lain, laba kotor mencerminkan pendapatan yang diperoleh setelah
dikurangi dengan pengeluaran biaya produksi.
Laba Operasi
Laba operasi adalah laba yang diperoleh setelah pengeluaran untuk biaya-biaya operasi
perusahaan. Seperti overhead, administrasi umum dan penjualan, penyusutan, amortisasi .
Laba operasi merupakan persentase setiap rupiah yang tersisa setelah pengeluaran biaya
yang diperlukan untuk menjalankan bisnis.
Laba Sebelum Pajak

4
Laba sebelum pajak adalah laba yang diperoleh setelah memperhitungkan pendapatan dan
beban lainnya, tidak termasuk pajak penghasilan.
Laba Bersih
Laba bersih adalah laba yang diperoleh setelah memperhitungkan pajak penghasilan. Laba
bersih mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengkonversi pendapatan menjadi
laba.

B. Tujuan Laporan Laba Rugi


Penyusunan laporan laba rugi tentunya memiliki tujuan karena akan dibutuhkan
oleh berbagai divisi di suatu perusahaan. Adapun beberapa fungsi dan tujuan dibuatnya
laporan laba rugi adalah sebagai berikut;
 Untuk memberikan informasi mengenai jumlah total pajak yang harus dibayarkan oleh
suatu entitas bisnis.
 Untuk memberikan informasi mengenai kondisi suatu perusahaan, apakah memperoleh
laba atau merugi pada setiap periode akuntansi.
 Menjadi bahan referensi untuk evaluasi pihak manajemen perusahaan untuk
menentukan berbagai langkah yang harus diambil di periode berikutnya.
 Menjadi sumber informasi mengenai tingkat keberhasilan perusahaan dalam
menentukan besaran biaya perusahaan.
 Membantu proses analisis usaha sehingga dapat mengukur perkembangan suatu entitas
bisnis.
 Menjadi acuan perusahaan dalam upaya pengembangan bisnis bila ingin meningkatkan
perolehan laba.
 Membantu proses analisis strategi perusahaan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
strategi bisnis yang telah diterapkan sebelumnya dalam mencapai goal perusahaan.
 Menjadi cerminan profil suatu entitas bisnis bagi calon investor maupun kreditur yang
akan melakukan transaksi bisnis dengan perusahaan tersebut.

5
C. Elemen – Elemen Laporan Laba Rugi
Ada 12 elemen utama laporan laba rugi, yaitu:
1. Pendapatan
Pendapatan dalam akuntansi adalah jumlah pendapatan yang diukur pada nilai wajar
imbalan yang diterima atau dapat diterima dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat
volume.
2. Beban Pokok Penjualan
Pengertian Beban Pokok Penjualan adalah pos yang merupakan biaya persediaan yang
diakui sebagai beban selama periode.
Yang termasuk beban pokok penjualan meliputi:
 Biaya-biaya yang sebelumnya diperhitungkan dalam pengukuran persediaan yang
saat ini telah dijual
 Overhead produksi (BOP) yang tidak teraloksi
 Jumlah biaya produksi persediaan yang tidak normal.
3. Penyajian Beban Usaha
Pengertian beban usaha dalam akuntansi yang disajikan dalam laporan laba rugi adalah
pos yang merupakan beban kegiatan utama perusahaan yang dilaporkan berdasarkan
fungsinya.
4. Pendapatan lainnya
Pengertian pendapatan diluar usaha atau pendapatan lainnya adalah pendapatan yang
tidak dapat dihubungkan langsung dengan kegiatan utama perusahaan.
5. Biaya Keuangan
Biaya keuangan pada umumnya adalah biaya bunga dan biaya lain yang ditanggung
perusahaan sehubungan dengan peminjaman dana dan biaya keuangan lainnya yang
terjadi dari transaksi instrumen keuangan.
Contoh biaya keuangan antara lain:
 Amortisasi premi/diskonto kontrak berjangka yang bertujuan untuk lindung nilai
 Amortisasi biaya perolehan pinjaman.

6
6. Bagian Laba (Rugi) dari entitas asosiasi dan/atau Ventura Bersama
Pos ini merupakan bagian perusahaan atau laba (rugi) entitas asosiasi dan/atau bagian
partisipasi perusahaan yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas pada periode
berjalan.
7. Beban (Penghasilan) Pajak
Beban pajak penghasilan dalam laporan laba rugi adalah pos yang pada umumnya
merupakan jumlah agregat pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax)
yang diperhitungkan dalam menentukan laba (rugi) pada suatu periode.
8. Laba (Rugi) Operasi yang Dihentikan
Laba (Rugi) operasi yang dihentikan disajikan sebagai suatu jumlah tunggal dalam
laporan laba rugi komprehensif yang merupakan jumlah dari:
 Laba (rugi) setelah pajak dari operasi yang dihentikan
 Laba (rugi) setelah pajak yang diakui dalam mengukur nilai wajar setelah dikurangi
biaya untuk menjual atau pelepasan aset atau kelompok lepasan yang terkait dengan
operasi yang dihentikan.
9. Laba (Rugi) Periode Berjalan
Cara menghitung laba rugi tahun berjalan adalah total pendapatan dikurangi beban,
tidak termasuk komponen pendapatan komprehensif lain.
10. Pendapatan Komprehensif Lain
Pendapatan komprehensif lain berisi pos pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian
reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi.
Sebagaimana dipersyaratkan dan diperkenankan oleh Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang berlaku di Indonesia.
Elemen laporan laba rugi komprehensif lain meliputi:
 Perubahan dalam surplus revaluasi, baik aset tetap maupun aset tak berwujud
 Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui.
 Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan.
 Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang
dikategorikan sebagai tersedia untuk dijual.

7
 Bagian afektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka
lindung nilai arus kas
 Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan/atau ventura
bersama. Pos ini merupakan pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi dan/atau
ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas pada periode
berjalan yang diakui oleh perusahaan sesuai dengan persentase kepemilikan.
Perusahaan menyajikan laporan laba rugi komprehensif dan penghasilan komprehensif
lain sebesar jumlah sebelum dampak pajak terkait. Kecuali untuk bagian pendapatan
komprehensif lain dari entitas asosiasi dan/atau ventura bersama disajikan setelah
dampak pajak terkait.
11. Penyajian Pajak Penghasilan Terkait
Pos ini merupakan kumulatif pajak penghasilan terkait dengan komponen pendapatan
komprehensif lain, kecuali untuk bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas
asosiasi dan/atau ventura bersama.
12. Laba (Rugi) per saham dasar dan dilusian
Perusahaan menyajikan laba (rugi) per saham dasar dan dilusian untuk seluruh periode
sajian sebagai berikut:
 Laba (rugi) per saham dasar: Pos ini merupakan jumlah laba (rugi) per saham
dari operasi yang dilanjutkan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
selama periode pelaporan.
 Laba (rugi) per saham Dilusian: Pos ini merupakan jumlah laba (rugi) per saham
dilusian dari operasi, yang dilanjutkan yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk selama periode pelaporan.Dengan memperhitungkan semua efek
berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif dan beredar sepanjang periode
pelaporan.
 Dalam hal laba per saham dasar dan dilusian sama, maka keduanya dapat disajikan
dalam satu baris pada laporan laba (rugi) komprehensif.

8
 Dalam hal terdapat operasi yang dihentikan, perusahaan wajib
menyajikan laba (rugi) per saham dasar dan dilusian yang merupakan kumulatif dari
laba (rugi) per saham operasi yang dilanjutkan dan operasi yang dihentikan

D. Hubungan Laba Rugi Dan Neraca


Angka laba rugi “bottom line” merupakan informasi penting yang dicantumkan
dalam laba rugi. Dalam neraca bisa ditampilkan melalui Pos Laba Ditahan atau Pos Laba
Rugi. Laporan laba rugi ini adalah penjelasan lengkap dan lebih rinci tentang perhitungan
laba rugi ini. Dalam menilai hubungan antara neraca dan laba rugi digunakan dua
pendekatan:

1. Pendekatan articulated
Pendekatan articulated artinya laporan laba rugi dianggap sebagai
subklasifikasi dari pos modal. Laba rugi hanya merupakan hasil matematis yang
berasal dari perubahan modal dari satu periode ke periode lainnya. Pendekatan
articulated memiliki 2 konsep yaitu: revenue expense approach dan asset liability
approach. Dalam konsep pertama, revenue expense, laporan laba rugi dianggap
laporan yang paling utama semua transaksi dipandang sebagai pos revenue dan
expense, semua transaksi dianggap sebagai pengakuan laba (matching), pengukuran
laba dan alokasi ke laba rugi. Dalam konsep ini yang dipindah neraca adalah by
product dari hasil pengakuan laba atau matching tadi. Artinya yang dicatat hanya
deferred kredit (liabillities) dan deferred charges (asset). Asset liability approach
pendekatan ini lebih menganggap bahwa langkah pertama bukan mengukur laba, tetapi
mengukur harta dan kewajiban.
2. Pendekatan non articulated
Dalam pendekatan non articulated, neraca dan laporan laba rugi ini secara
metemtis independen satu sama lain. Dalam pendekatan ini ada transaksi yang tidak
mempengaruhi laba tetapi langsung dioper ke pos yang bukan hasil dan bukan biaya.
Contoh: kerugian sementara yang langsung dianggap merupakan penyesuaian terhadap
unrealized capital.

9
E. Konsep Matching
Biaya adalah semua yang di bebankan kepada produk barang dan jasa yang akan
dijual untuk mendapatkan revenue. Biaya itu tidak termasuk dalam produk itu bisa juga
belum termasuk didalamnya karena mungkin saja mendahului atau dikeluarkan/accrued
setelah selesainya produk, misalnya biaya penyusutan, perizinan, asuransi dan gaji.
Jika hasil dilaporkan berdasarkan proses operasional perusahaan maka setiap kenaikan nilai
produk akan menimbulkan kenaikan hasil sehingga tidak perlu matching , Namun karena
hasil dan biaya dua hal yang tidak bisa berbeda dan dilaporkan berlainan serta pembebanan,
pembayaran biaya produk dan jasa tidak sama dengan waktu penjualan itu maka perlu
penerapan matching. Perbedaan pembebanan, perolehan, pembayaran, penggunaan biaya
untuk barang dan jasa inilah penyebabnya maka perlu matching biaya kepada hasil.
Menurut teori matching concept, maka biaya harus dibebankan sesuai dengan
pengakuan dan periode panghasilan. Dalam hal sukar melakukan matching, maka
pembebanan harus dilakukan secara rasional dan sistematis. Dalam hal biaya yang
dikeluarkan masih memiliki potensi menghasilkan di masa yang akan datang, maka dapat
ditunda pembebanannya, sebaliknya jika tidak ada kemungkinannya lagi, langsung
dibebankan.
Berdasarkan waktu pengeluaran/pembebanan biaya dan prinsip matching dikenal 2
konsep berikut :
1. Direct atau Product Matching.
Pada saat penjualan atau hasil diketahui, hasil ini di match dengan biaya yang
berkaitan dengan produk atau jasa yang dijual itu. Periode ini disebut juga biaya
produk. Konsep ini adalah konsep yang mengabaikan beberapa masalah antara lain
biaya yang belum bisa dikaitkan langsung dengan produk itu sehingga dalam konsep
ini semua biaya lain diluar biaya produk atau jasa itu dianggap sebagai aktiva yang
dialihkan ke periode yang akan datang. Beberapa masalah yang timbul dari konsep ini
adalah bagaimana mengidentifikasi penggunaan barang dan jasa dengan produk
perusahaan apabila biaya masa yang akan datang telah dapat diidentifikasi tetapi dia
tidak menambahkan nilai produk ? Bagaimana mencatatnya? Bagaimana matchingnya?

10
2. Indirect atau Periode Matching.
Disini matching dilakukan antara hasil (penjualan produk dan jasa) yang
diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan/dibebankan selama periode dimana
digunakan bukan berdasarkan waktu perolehan atau pembayaran ini disebut biaya
periodik. Sebenarnya ini bukan murni matching ini adalah approximation dari
matching. Namun konsep ini dapat diterima karena beberapa alasan sebagai berikut :
a. Banyak biaya periodik secara tidak langsung dikaitkan dengan biaya pada periode
sekarang sehingga tidak berbeda antara matching menurut dasar penggunaan atau
dasar waktu pelaporan, misalnya biaya sewa toko dengan hasil penjualan
b. Untuk hal-hal tertentu sukar mengidentifikasi hubungan langsung antara jenis hasil
dan biaya. Biaya kadang dimaksudkan untuk seluruh kegiatan bukan hanya biaya
produksi, misalnya biaya seragam pegawai
c. Jika misalnya suatu biaya tidak bisa dianggap akan memberikan kontribusi terhadap
hasil yang akan datang mengapa tidak dibebankan kepada periode sekarang.
d. Untuk biaya yang bersifat berulang-ulang dan reguler, tidak ada pengaruh material
terhadap masalah kapan dibiayakan.
e. Banyak biaya bersifat joint cost yang sukar diasosiasikan untuk hasil tertentu
sehingga memerlukan alokasi arbitrer dengan menggunakan dasar waktu.

F. Definisi Hasil, Biaya, dan Laba


Ada tiga definisi yang akan dibahas menurut Committee on Terminology, APB
Statement dan FASB. Ketiganya memiliki sudut pandang yang berbeda-beda.
1. Hasil ( Revenue)
Committee on Terminology mengidentifikasikan revenue sebagai hasil dari penjualan
barang atau jasa yang dibebankan kepada langganan atau mereka yang menerima jasa.
Definisi ini menggunakan pendekatan revenue expense.
APB mengidentifikasikan sebagai kenaikan gross di dalam aset dan penurunan gross
dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan
mencari laba.

11
Kemudian FASB memberikan definisi revenue sebagai arus masuk atau peningkatan
nilai aset dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban dari entitas atau gabungan
keduanya selama periode tertentu yang berasal dari penyerahan produksi barang,
pemberian jasa atas pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama
perusahaan yang sedang berjalan.
2. Biaya (Expense).
Menurut Committee on Terminology adalah semua biaya yang telah dikenakan dan
dapat dikurangkan pada penghasilan. Biaya biasa nya dibagikan kepada 3 golongan,
yaitu :
 Biaya yang dihubungkan dengan penghasilan pada periode itu.
 Biaya yang dihubungkan dengan periode tertentu yang tidak dikaitkan dengan
penghasilan
 Biaya yang karena alasan praktis tidak dapat dikaitkan dengan periode manapun.
APB mendefinisikan Sebagai penurunan gross dalam kewajiban yang diakui dan dinilai
menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan mencari laba yang
dilakukan perusahaan.
FASB mendefinisikan Expense sebagai arus keluar aktiva penggunaan aktiva atau
munculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selama suatu peruode yang disebabkan
oleh pengiriman barang pembuatan barang pembebanan jasa atau pelaksanaan kegiatan
lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan.
Biaya biasanya dibagi dalam tiga golongan yaitu
1) Biaya yang dihubungkan dengan penghasilan pada peruode itu
2) Biaya yang dihubungkan dengan peridoe tertentu yang tidak dikaitkan dengan
penghasilan
3) Biaya yang karena alasan praktis tidak dapat dikaitkan dengan periode manapun
3. Gain and Loss
 Gain ( laba/keuntungan dari transaksi tertentu yang sifatnya insidentil ). Diluar
laba diatas, adalagi penggolongan laba diluar laba tersebut yaitu yang dikenal

12
dengan istilah gain. Gain adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya
insidentil dan bukan kegiatan utama entitas dan dari transaksi kejadian lainnya
yang mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari
biaya atau pemberian kepada pemilik.
 Losses (rugi dari transaksi tertentu yang sifatnya insidentil) :
Losses adalah turunnya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya insidentil dan
bukan kegiatan utama entitas dan dari seluruh transaksi kejadian lainnya yang
mempengaruhi entitas selama periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya atau
pemberian kepada pemilik (prive).
4. Laba Rugi
Menurut Committee on Terminology, laba adalah jumlah yang berasal dari
pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari penghasilan atau
penghasilan operasi.
Menurut APB statement mengartikan laba (rugi) sebagai kelebihan (defisit)
pengahasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi.
FASB Statement mendefinisikan accounting income atau laba akuntansi sebagai
perubahasa dalam ekuitas (net asset) dan suatu entity selama satu periode tertentu yang
diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari pemilik.
Dalam income termasuk seluruh perubahan dalam ekuitas swlain dari pemilik dan
pembayaran kepada pemilik.
Dari definisi dua pertama, dapat dilihat dengan jelas bahwa definisi itu condong
pada pendekatan revenue expense approach, sedangkan definisi tarkhir cenderung asset
liabillity approach.

G. Pengakuan Penghasilan
Kapan revenue dianggap sebagai penghasilan. Secara teoritis pertanyaan ini dapat
dijawab sebagai berikut. Suatu penghasilan akan diakui sebagai penghasilan pada periode
kapan kegiatan utama yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah
selesai. Dalam hal waktu yang dimaksud disini ada 4 alternatif, yaitu :

13
 Selama produksi
 Pada saat produksi selesai.
 Pada saat penjualan.
 Pada saat penagihan kas.
Keempat alternatif ini sama-sama dipakai dalam pengakuan pendapatan. Pengakuan
pendapatan selama proses produksi berlangsung diterapkan pada proyek pembangunan
jangka panjang. Pada saat selesainya produksi dapat diterapkan pada kegiatan pertanian
atau pertambangan, pada saat penjualan dipakai untuk barang perdagangan, pada saat
penagihan diterapkan pada metodw penjualan angsuran

H. Bentuk Penyajian Laba Rugi


Dalam menyajikan laporan laba rugi dikenal :
1. Current Operating Income
2. All Inclusive income
Perbedaan ini timbul akibat perbedaan pendapat mengenai apakah suatu pos
disajikan dalam laporan laba rugi atau dalam laporan laba ditahan. Ada yang berpendapat
bahwa yang dicantumkan dalam laporan laba rugi hanyalah pendapatan yang berasal dari
kegiatan normal, (normal operating income) sedangkan pos yang berasal dari kegiatan yang
tidak biasa dicantumkan dalam laporan laba ditahan sehingga laba dibottom line adalah
laba normal. Pendapat ini menghasilkan konsep pelaporan normal operating income.
Konsep ini mengganggap bahwa dalam menilai prestasi manajemen yang dinilai hanyalah
yang berasal dari kegiatan normal tidak termasuk kegiatan insidentil dan angka inilah yang
lebih tepat dalam mebuat prediksi kemampuan perusahaan mendapatkan laba di masa yang
akan datang akibatnya pembaca bisa salah tafsir jika hal itu dimasukkan.
Sebaliknya, jika semua income yang berasal dari kegiatan normal dan kegiatan
insidentil dicantumakn dalam laporan laba rugi dan hasil akhirnya saja yang dilaporkan
kelaporan laba ditahan, konsep ini disebut all inclusive income. Pendukung konsep ini
menyatakan bahwa pembagian normal dengan yang tidak normal dapat dimanipulasi oleh
manajemen karena merekalah yang menentukan apakah sesuatu disebut berasal dari

14
kegiatan yang bukan normal (extra ordinary income). Kemudian jika tidak dimasukkan hal
yang bersifat insidentil itu sebagai laba pembaca bisa salah tafsir karena menyembunyikan
laba rugi realisasi dilaporan laba ditahan. Akhirnya pendukung ini berpendapat bahwa laba
suatu perusahaan memang berasal dari laba normal dan yang insidentil oleh karenanya
harus disajikan dilaporan laba rugi. AAA (wolk.et.al.) mendukung pendapat ini melalui
pernyataan sebagai berikut :
Laporan laba rugi untuk periode tertentu harus menggambarkan semua penghasilan
yang diakui dan seluruh biaya yang dikeluarkan dan dibebankan tanpa melihat apakah
berasal dari kegiatan operasi atau tidak.
Perbedaan pendapat mengenai apakah suatu pos disajikan dalam laporan laba rugi
atau dalam laporan laba ditahan membedakan penyajian laporan laba rugi menjadi:
 Normal operating income
Berpendapat bahwa yang dicantumkan dalam laporan laba rugi hanyalah
pendapatan yang berasal dari kegiatan normal sedangkan pos yang berasal dari
kegiatan yang tidak biasa dicantumkan saja dalam laporan laba ditahan. Sehingga laba
di bottom line adalah laba normal.
 All inclusive income
Berpendapat bahwa semua income yang berasal dari kegiatan normal dan kegiatan
insidentil dicantumkan dalam laporan laba rugi dan hasil akhirnya saja yang dilaporkan
ke laporan laba ditahan.
Fungsi utama dari laporan laba rugi adalah untuk menggambarkan infomasi
mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama satu periode. Dalam
menyajikan informasi tersebut ada dua format penyajian yaitu single step dan multi step.
 Single step
Di dalam laporan Laba/Rugi bentuk Single Step, semua Pendapatan dikelompokkan
tersendiri di bagian atas dan dijumlahkan, kemudian semua beban dikelompokkan
tersendiri di bagian bawah dan dijumlahkan. Artinya jumlah pendapatan dikurangi
jumlah beban, selisihnya merupakan laba bersih atau rugi bersih.

15
Jadi: Pendapatan Jasa – Beban-beban = Laba/Rugi

 Multiple step
Di dalam laporan Laba/Rugi bentuk Multiple Step, Pendapatan dibedakan menjadi
pendapatan usaha dan pendapatan lain-lain, demikian halnya dengan beban dibedakan
menjadi beban usaha dan beban lain-lain. Pendapatan dan beban di sajikan pertama
kemudian pendapatn dan beban lain-lain disajikan kemudian.

16
Pos Luar Biasa
Dalam praktik masalah ini sudah lama menjadi kontroversi antara para ahli.
Masalahnya, dengan dimasukkannya dalam laba rugi apakah pembaca nantinya dibuaf
salah tafsir dalam hal melakukan prediksi dimasa yang akan datang karena pos luar biasa
ini memiliki sifat jarang sekali terjadi dan tidak biasa.
APB mendefinisikan extraordinary item sebagai kejadian atau transaksi yang
memengaruhi secara materil yang tidak diperkirakan terjadi berulang kali dan tidak
dianggap merupakan hal yang berulang dalam proses operasi yang biasa dari suatu
perusahaan. Suatu transaksi disebut pos luar biasa jika memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Unusual nature, yaitu yang bersifat tidak biasa. Transaksi harus memiliki tingkat
ketidakbiasaan yang tinggi dan jelas tidak berhubungan dengan atau tidak secara

17
insidentil dikaitkan dengan kegiatan yang biasa dari suatu perusahaan berdasarkan
lingkungan kebiasaan dimana perusahaan itu beroperasi
2. Infrequency of accurence, tidak sering terjadi, yaitu Kejadian atau transaksi yang tidak
secara rasional diperkirakan akan terjadi berulang kali di masa yang akan datang
menurut lingkungan kebiasaan dimana perusahaan beroperasi.
Sementara PSAK menggunakan kriteria yang persis sama, yaitu :
1. bersifat tidak normal (tidak biasa) artinya memiliki tingkat abnormal yang tinggi dan
tidak berhubungan dengan aktivitas perusahaan sehari hari
2. tidak sering terjadi atau tidak diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang.
PSAK selanjutnya memberikan pedoman sebagai berikut : Pos luar biasa harus
dipisahkan dari hasil usaha sehari hari dan ditunjukkan secara terpisah dalam perhitungan
laba rugi disertai pengungkapan mengenai sifat dan jumlahnya.
Digolongkan sebagai pos luar biasa jika memenuhi syarat diatas dan jumlahnya
materil. untuk itu harus dilaporkan setelah dikurangi pajak. Dalam hal jumlagnya tidak
materil dapat digabungkan kedalam laba rugi dan tidak dikurangi pajak. Biasanya setiap
pos kemudian komite PSAK telah mengwluarkan interprestasi PAI (IPAI) No. 5 sebagai
penjelasan terhadap perlakuan koreksi masa lalu pos luar biasa. Dalam PAI ini ditekankan
bahwa pos luar biasa harus memenuhi dua kriteria yang disebutkan diatas, jika hanya
memwnuhi salah satu kriteria saja, tidak dapat dikatakan sebagai pos luar biasa. Dalam
menerapkan kedua kriteria tersebut harus dipertimbangkan faktor lingkungan dari
perusahaan dan frekuensi kejadian atau transaksi sepwrti karakterisktik industri dari
perusahaan yang bersangkutan atau faktor geografis.

I. Income Smoothing
Income Smoothing adalah bentuk manajemen pendapatan yang merefleksikan akibat
atau hasil ekonomi, bukan karena hasil-hasil tersebut, melainkan karena manajemen
menghasilkan kualitas laba atau keuntungan yang lebih rendah karena pendapatan tidak
menggambarkan kinerja ekonomi suatu bisnis selama periode tertentu. Income Smoothing
tidak tergantung pada kecurangan dan distorsi atau perubahan, melainkan pada peluang

18
yang muncul dalam alternatif prinsip-prinsip akuntansi transaksi yang diterima dan
penyebarannya.
Teori Efficiency Market Hypothesis (EMH) menyebutkan bahwa laporan keuangan
dapat mempengaruhi pasar modal. Ini menunjukkan betapa pentingnya peranan laporan
keuangan. Karena pentingnya laporan keuangan ini di masyarakat barat khususnya, maka
menunjang manajemen melakukan hal-hal yang mengubah laporan laba rugi untuk
kepentingan pribadinya, seperti mempertahankan jabatan atau mendapatkan bonus yang
tinggi. Biasanya laba yang stabil di mana tidak banyak fluktuasi atau variance dari suatu
periode lain dinilai sebagai prestasi baik. Upaya menstabilkan laba ini disebut income
smoothing. Income Smoothing biasanya dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
1. Mengatur waktu kejadian transaksi.
2. Memilih prinsip atau metode alokasi.
3. Mengatur penggolongan antara laba operasi normal dan laba yang bukan dari modal
normal.
Tidak semua negara menganggap Income Smoothing ini merupakan pekerjaan haram.
Swedia misalnya membenarkan perlakuan ini sepanjang dibuat secara transparan dan
memang pada hakikatnya hasilnya sama dalam jangka panjang.

J. Perubahan Akuntansi
Perubahan prinsip akuntansi bukan hanya mempengaruhi laba rugi periode berjalan,
tetapi juga periode yang lalu. Perubahan ini ada 3 yaitu :
1. Perubahan dalam Prinsip Akuntansi.
Perubahan ini timbul dari penerapan prinsip akuntansi yang baru yang berbeda dari
prinsip yang dianut sebelumnya,
2. Perubahan dalam Taksiran.
Dalam akuntansi kita sering melakukan taksiran, misalnya taksiran umur dan taksiran
deposit barang tambang setelah beberapa lama kita mendapat informasi yang baru
sehingga merubah taksiran yang lama disebut perubahan taksiran dalam akuntansi.
3. Perubahan dalam Laporan Entitas.

19
Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari perubahan yang materiil terjadi dalam entitas
yang sebelumnya dilaporkan melalui laporan keuangan.
PSAK memberi pedoman terhadap perubahan akuntansi ini sbb :
1. Pengaruh kumulatif dari perubahan ke prinsip akuntansi yang baru dilaporkan dalam
perhitungan laba rugi periode berjalan, dan disajikan diantara pos biasa dan laba bersih.
2. Untuk perubahan penilaian persediaan dari atau ke metode LIFO di mana pengaruh
kumulatif umumnya sulit ditentukan.
3. Laporan keuangan harus dinyatakan kembali secara retroaktif untuk perubahan berikut
ini :
 Perubahan dalam periode akkuntansi untuk kontrak pembangunan jangka panjang.
 Perubahan ke atau dari metode biaya penuh dalam industri ekstraktif.
4. Sifat dan alasan dilakukan perubahan dalam kebijakan akuntansi harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan kuangan periode terjadinya perubahan.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Laporan rugi laba adalah laporan yang disusun secara sistematis tentang
penghasilan yang diperoleh, dan beban – beban yang terjadi dalam kegiatan usaha
perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi dipergunakan untuk melihat kondisi
keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu. Penyusunan laporan laba rugi tentunya
memiliki tujuan karena akan dibutuhkan oleh berbagai divisi di suatu perusahaan. Adapun
beberapa fungsi dan tujuan dibuatnya laporan laba rugi adalah sebagai berikut;
 Untuk memberikan informasi mengenai kondisi suatu perusahaan, apakah memperoleh
laba atau merugi pada setiap periode akuntansi.
 Menjadi bahan referensi untuk evaluasi pihak manajemen perusahaan untuk
menentukan berbagai langkah yang harus diambil di periode berikutnya.
 Menjadi sumber informasi mengenai tingkat keberhasilan perusahaan dalam
menentukan besaran biaya perusahaan.
 Menjadi acuan perusahaan dalam upaya pengembangan bisnis bila ingin meningkatkan
perolehan laba.
 Membantu proses analisis strategi perusahaan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
strategi bisnis yang telah diterapkan sebelumnya dalam mencapai goal perusahaan.
Fungsi utama dari laporan laba rugi adalah untuk menggambarkan infomasi
mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama satu periode. Dalam
menyajikan informasi tersebut ada dua format penyajian yaitu single step dan multi step.
 Single step
Di dalam laporan Laba/Rugi bentuk Single Step, semua Pendapatan dikelompokkan
tersendiri di bagian atas dan dijumlahkan, kemudian semua beban dikelompokkan
tersendiri di bagian bawah dan dijumlahkan. Artinya jumlah pendapatan dikurangi
jumlah beban, selisihnya merupakan laba bersih atau rugi bersih.

21
 Multiple step
Di dalam laporan Laba/Rugi bentuk Multiple Step, Pendapatan dibedakan menjadi
pendapatan usaha dan pendapatan lain-lain, demikian halnya dengan beban dibedakan
menjadi beban usaha dan beban lain-lain. Pendapatan dan beban di sajikan pertama
kemudian pendapatn dan beban lain-lain disajikan kemudian.
B. Saran
Penulis memahami makalah ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan karena minimnya pengetahuan yang penulis miliki dalam menyusun makalah
ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan untuk perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat dan
menambah pengetahuan bagi pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA

Cahyani. 2016. Laporan Laba Rugi. https://cahyanidnp.blogspot.com/2016/05/laporan-


laba-rugi.html. Diakses pada tanggal 29 Maret 2019. Pukul 15.45

Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Wadiyo. 2019. Mengenal Laporan Laba Rugi. https://manajemenkeuangan.net/laporan-


laba-rugi/. Diakses pada tanggal 30 Maret 2019. Pukul 18.30

23

Anda mungkin juga menyukai