Referat Vertigo

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

VERTIGO

DISUSUN OLEH:

Ega Kusuma Anindhita S.Ked


I4061162038

DOSEN PEMBIMBING KEPANITERAAN KLINIK:

dr. Helly Habiballoh L, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK STASE NEUROLOGI


RSUD ADE MOHAMMAD DJOEN SINTANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PERIODE 27 Agustus 2018 – 22 September 2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui referat dengan judul:
VERTIGO

Disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian dalam


Kepaniteraan Klinik Stase Neurologi

Telah disetujui,
Sintang, 17 September 2018
Pembimbing,

dr. Helly Habiballoh L, Sp.S


KATA iPENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan kasih
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang
berjudul “Vertigo “. Tugas referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam
Kepaniteraan Klinik Stase Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura di RSUD
Ade Mohammad Djoen Sintang, serta diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembacanya.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Helly Habiballoh L,
Sp.S, selaku pembimbing penyusunan Referat Kepaniteraan Klinik Stase Neurologi RSUD
Ade Mohammad Djoen Sintang ini dan atas bantuan, masukan, serta bimbingannya, sehingga
tugas referat ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa referat yang disusun ini juga tidak luput dari kekurangan
karena kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga tugas referat ini dapat bermanfaat
bagi kita bersama.
Akhir kata, atas segala perhatian dan dukungannya, penulis mengucapkan banyak
terima kasih.

Sintang, Agustus 2018

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

VERTIGO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

A. Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Epidemiologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
C. Keseimbangan Tubuh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
D. Etiologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
E. Patofisiologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
F. Klasifikasi Vertigo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
G. Manifestasi Klinis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
H. Diagnosis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
I. Penatalaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
J. Prognosis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

DAFTAR PUSTAKA

VERTIGO
Refrerat

Gangguan keseimbangan dinyatakan sebagai pusing, pening, rasa berputar, rasa seperti

melayang atau merasakan badan atau dunia sekelilingnya berputar, istilah kedokteran yang
mencakup semua perasaan tersebut menandakan adanya gangguan keseimbangan yang

dikenal sebagai vertigo.

A. DEFINISI

Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yaitu memutar. Vertigo ialah adanya

sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi

peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar atau badan yang berputar.

Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan

sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang

disebabkan oteh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau

penyakit.
Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari sistem

saraf perifer) dan sentral vestibular (berasal dari sistem saraf pusat) dan kondisi lain.

93% pada primary care mengalami BPPV (Benign Paroksismal Position Vertigo), acute

vestibular neuritis atau meniere diseases.

B. EPIDEMIOLOGI

Terdapat empat tipe dizziness yaitu vertigo, lightheadness, presyncope, dan

disequiliberium. Yang paling sering adalah vertigo yaitu sekitar 54% dari keluhan

dizziness yang dilaporkan pada layanan primary care. Jenis Vertigo yang paling sering

adalah Benign Positional Paroxysmal Vertigo (BPPV). Di Amerika angka kejadian BPPV

adalah 64 dari 100.000 orang dengan kecenderungan terjadi pada wanita (64%).

C. KESEIMBANGAN TUBUH
Terdapat tiga sistem yang mengelola keseimbangan tubuh yaitu : sistem vestibular,

sistem propioseptik dan sistem optik. Sistem Vestibular meliputi labirin ( aparatus

vestibularis), nervus vestibularis dan vestibular sentral. Aparatus vestibularis merupakan

organ sensori untuk mendeteksi keseimbangan Alat ini terbungkus dalam suatu sistem

tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian petrosus dari tulang
temporal yang disebut labirin tulang. Didalam sistem ini terdapat tabung membran dan

ruangan yang disebut labirin membranosa, yang merupakan bagian fungsional dari

aparatus vestibular.

Labirin membranosa terutama terdiri atas koklea (duktus koklearis), kanalis

semisirkularis dan dua rungan besar yag disebut dengan utrikulus dan sakulus. Koklea

merupakan organ sensorik dari organ pendengaran dan hampir tidak berhubungan

dengan sistem keseimbangan, sedangka kanalis semisirkularis, sakulus, dan utrikulus

semuanya merupakan bagian intergral dari mekanisme keseimbangan.


Di bagian dalam setiap utrikulus dan sakulus terdapat daerah sensorik kecil

yang disebut sebagai makula. Makula pada utrikulus terutama terletak pada bidang

horizontal permukaan inferior utrikulus dan berperan penting dalam menentukan

orientasi kepala ketika dalam posisi tegak. Sebaliknya makula pada sakulus terutama

terletak dalam bidang vertikal dan memberikan sinyal orientasi kepala saat seseorang

berbaring.
Setiap makula ditutupi oleh lapisan gelatinosa yang dilekati oleh banyak kristal

kalsium karbonat kecil-kecil yang disebut statokonia. Dalam makula juga didapati

beribu-ribu sel rambut. Pangkal dan sisi sel-sel rambut bersinap dengan ujung-ujung

sensorik saraf vestibular.


Statokonia yang mengandung kalsium memiliki gravitasi spesifik dua sampai

tiga kali lebih besar gravitasi spesifik cairan dan jaringan sekitarnya. Berat statokonia

dalam membengkokan silia dalam arah dorongan gravitasi.


Sel rambut memiliki 50-70 silia kecil yang disebut streosilia ditambah satu

silium besar yaitu kinosilium. Perlekatan filamentosa yang menghubungkan ujung setiap

streosilium dengan streosilium lanjutnya yang lebih panjang dan akhirnya ke kinosilium.

Apabila streosilia dan kinosilium melekuk ke arah kinosilium , perlekatan filamentosa

akan menrik streosilia berikutnya mendorong ke arah luar badan sel , keadaan ini akan

membuka ratusan saluran cairan dalam membran neuron disekeliling streosilia, dan

saluran tersebut mampu menghantarkan ion positif dalam jumlah besar. Oleh karena itu

menimbulkan depolarisasi mebran reseptor. Sebaliknya penekukan stereosilia ke arah

yang berlawanan menurunkan tegangan pada pelekatan dan keadaan ini akan menutup

saluran ion sehingga terjadi hiperpolarisasi reseptor.


Ketika orientasi kepala dalam hal ini berubah dan berat statokonia

menyebabkan silia melekuk, sinyal yang sesuai akan dijalarkan ke otak untuk mengatur

keseimbangan. Pada setiap makula sel rambut diarahkan ke berbagai jurusan, sehingga

beberapa dari sel rambut terangsang ketika kepala menengadah kebelakang dan yang lain

lagi akan terangsang ketika kepala membelok ke satu sisi dan seterusnya.

Dalam setiap aparatus vestibularis terdapat tiga buah kanalis semisirkularis dikenal

sebagai kanalis semisirkularis anterior, posterior dan horizontal atau lateral. Yang
tersusun tegak lurus satu sama lain. Sehingga ketiga kanalis terebut terletak dalam 3

bidang.

Pada ujung setiap kanalis semisirkularis terdapat pembesaran yang disebut

sebagai ampula kanalis serta ampula ini terisi oleh cairan endolimfe. Aliran cairan

melalui suatu kanalis dan ampulanya mampu merangsang organ sensorik melalui cara

berikut ini : Ampula memiliki tonjolan kecil disebut krista ampularis. Pada puncak krista

ini terdapat jaringan longgar masagelatinosa yang disebut kupula. Bila kepala seseorang

sudah mulai berputar ke satu arah, hal menyebabkan cairan mengalir melalui kanali

menuju ke ampula , membelokan kupula ke satu sisi.


Ke dalam kupula terdapat penjuluran silia dari sel-sel rambut yang terletak pada

sepanjang krista ampularis. Kinosilia berorietasi pada arah sisi yang sama dala kupula

dan pembelokan kupula dalam arah tersebut menyebabkan depolarisasi sel-sel rambut.

Sedangkan pembelokan ke arah berlawanan menyebabkan hiperpolrisasi. Kemudian

sinyal dri sel rambut dikirim melalui nervus vestibularisuntuk memberitahu sistem saraf

pusat mengenai perubahan perputaran kepala dan kecepatan perubahan pada setiap tiga

bidang ruangan.
Sistem utrikulus dan sakulus tersebut berfungsi sangat efektif dalam menjaga

keseimbangan sewaktu kepala pada posisi hampir vertikal. Memang seseorang dpat

menentukan ketidk seimbangan sebesar setengah derajat bila kepala dimiringkan dari

posisi tegak.
Kanalis semisirkularis dapat meramalkan bahwa akan terjadi ketidakseimbangan

sehingga menyebabkan pusat keseimbangan mengadakan tindakan pencegahan yang


sesuai. Dengan cara ini orang tak perlu jatuh secara tak terduga sama sekali karena

sebelum terjadi keseimbangan, orang itu mulai mangadakan koreksi keadaan tubuhnya.

Faktor – faktor lain yang berhubungan dengan keseimbangan:

Propioseptor leher. Aparatus vestibular hanya mendeteksiorientasi dan gerakan

kepala. Oleh karena itu sistem saraf menerima informasi mengenai orientasi kepala

sesuai dengan keadaan tubuh. Informasi yang dijalarkan dari propioseptor langsung

berjalan ke nuklei vestibular dan nuklei retikular dan secara tak langsung ke serebelum.
Bila kepala condong ke salah satu sisi akibat menekukya leher maka impuls yang

berasal dari propioseptor dapat mencegah terbentuknya sinyal dari aparatus vestibularis

yang mencetuskan rasa ketidakseimbangan pada seseorang. Namun bila seluruh tubuh

condong ke depan atau ke salah satu sisi impuls yang berasal dari aparatus vestibular

sinyal tak ditentang oleh propioseptor leher, sehingga pada keadaan ini orang tersebut

akan merasan adanya ketidakseimbangan pada tubuhnya.

D. ETIOLOGI

Sebagian kasus vertigo dianggap adalah ketidakseimbangan impuls sensorik yang

berhubungan dengan pergerakan yang mencapai otak melalui tiga sistem persepsi visual,

vestibuler dan somatosensorik (propioseptif)


Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat

kecelakaan, stress, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau

terlalu banyak aliran darah pada telinga bagian dalam, obat-obatan, gangguan pada

telinga dan lainnya. Penyebab umum vertigo antara lain :


1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol
3. Kelainan telinga endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis didalam

telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo


4. Vertigo karena infeksi telinga bagian dalam, labirintis
5. Penyakit meniere
Berikut adalah beberapa penyakit yang paling banyak terjadi dengan keluhan vertigo:

1). Bagian Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

BPPV merupakan penyakit dengan timbulnya gejala vertigo perifer karena

kelainannya terletak pada telinga dalam. Penyebab BPPV pada usia dibawah 50

tahun adalah cedera kepala. Pada usia lanjut penyebab paling umum adalah

degenerasi sistem vestibular dalam telinga. Banyak BPPV yang timbul secara

spontan, yang disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa deposit yang berada di

kupula bejana semisrkular posterior. Deposit ini menyebabkan bejana semisirkular

jadi sensitif terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi kepala

yang berubah. Penyebab lainnya dapat berupa infeks, obat ototoxic seperti

gentamisin.

Manifestasi klinis yang biasa terjadi pada pasien BPPV biasanya berupa

perasaan berputar atau merasa sekelilingnya berputar pada saat berguling dari satu

sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidurnya, menggerakan kepala ke belakag

atau membungkung. Biasanya vertigo berlangsung dalam hitungan detik (10-20

detik). Kadang disertai rasa mual. Penderita biasanya mengenal keadaan ini dan

berusaha menghindari dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan

vertigo. Pasien BPPV bisanya memiliki pendengaran yang normal, tidak ada

nistagmus spontan dan pada evaluasi neurologis dalam batas normal. Pemeriksaan

fisik standar untuk BPPV adalah Dix-Hallpike dan Maneuver side lying.

2). Meniere Diseases


Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo,

tinitus, berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh di

telinga. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan manusia

tidak mempu mempertahankan posisi dalam berdiri tegak. Penyebab pasti meniere

belum diketahui, namun terdapat beberapa teori termasuk pengaruh neurokimia

dan hormonal abnormal pada aliran darah menuju labirin dan terjadi gangguan

elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi dan autoimun.

Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala lain

bertambah. Gejala klinis dari penyakit meniere yang khas sering disebut trias

meniere yaitu vertigo, tinitus dan tuli saraf sensorineural fluktuatif. Serangan

pertama dirasakan sangat berat, yaitu vertigo disertai rasa mual dan muntah,

keadaan ini akan berlangsung selama beberapa hari samapai beberapa minggu,

kemudian keadaan akan berlangsung membaik.. Penyakit ini bisa sembuh tanpa

obat dan gejala penyakit ini dapat hilang sama sekali. Pada serangan kedua

dirasakan lebih ringan tidak seperti serangan pertama. Meniere merupakan vertigo

yang eriodik dan makin mereda pada seranan-serangan selanjutnya. Dari keluhan

vertigonya dapat dibedakan dengan penyakit lannya seperti tumor N.VIII. sklerosis

multiple, neuritis vestibular, atau BPPV/ Pada tumor N. VIII serangan vertigo

periodik, mula – mula lemah dan semakin lama semakin kuat. Pada sklerosis

multiple vertigo periodik dengan intensitas sama pada setiap serangan. Pada

neuritis vestibular serangan vertigo tidak periodik dan makin lama makin

menghilang

3). Neuritis Vestibularis


Neuritis Vestibularis adalah suatu bentuk penyakit organik yang terbatas pada

aparatus vestibular dan terlokalisir pada perjalanan saraf ke atas mencakup nuklei

vestibular pada batang otak. Pada pasien ini muncul Vertigo dengan spectrum luas

disertai sakit kepala yang bermula dari pandangan gelap sasaat samapi

ketidakseimbangan yang kronis, disertai dengan kelainan tes kalori unilateral

maupun bilateral.

E. PATOFISIOLOGI

Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang

mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang sebenarnya

dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran). Sistem ini adalah

susunan vetibuler atau keseimbangan yang secara terus menerus menyampaikan

impulsnya ke pusat keseimbangan. Informasi aferen yang diperlukan yang lain adalah

sistem optik dan propioseptik. Informasi yang berguna untuk sistem keseimbangan tubuh

akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan propioseptik. Reseptor vestibuler

memberikan kontribusi paling besar yaitu 50% disusul kemudian reseptor visual dan

propioseptif.
Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di sentral dan di perifer dalam kondisi tidak

nomal atau ada gerakan rangsang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan
informasi akan terganggu, akibatnya akan muncul gejala vertigo dan gejala otonom.

Disamping itu, respon penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan

abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan

gerakan lainnya.Berikut ada beberapa teori yang menjelaskan tentang terjadinya vertigo :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation).
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan

hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu, akibatnya akan

timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.


2. Teori konflik sensorik.
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari

berbagai reseptor sensorik perifer yaitu mata/visus, vestibulum dan

proprioceptif, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik yang berasal

dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan

sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha

koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum)

atau rasa melayang, berputar (berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan

teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses

pengolahan sentral sebagai penyebab.


3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik, menurut teori ini

otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika

pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola 3 gerakan

yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola

gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme

adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.


4. Teori otonomik Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom

sebagai usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim

simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai

berperan.
5. Teori neurohumoral Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl)

dan teori serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan

neurotransmiter tertentu dalam pengaruhi sistim saraf otonom yang

menyebabkan timbulnya gejala vertigo. Keseimbangan Sistim Simpatis dan

Parasimpatis Keterangan : STM (Sympathic Nervous System), PAR

(Parasympathic Nervous System)


6. Teori Sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjai peranan

neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses

adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang

akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan kadar

CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya

mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf

parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul

berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis,

yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah

beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.

F. KLASIFIKASI VERTIGO

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral ( batang otak dan serebelum) atau

dibagian perifer (labirin dan nervus vestibularis). Vertigo Perifer adalah nyeri hebat,

episodik, memberat oleh gerakan kepala dan sering disertai nausea, vomitus, diaforesis

dan nistagmus.
PerbedaanVertigo Perifer dan Vertigo Sentral :
G. MANIFESTASI KLINIS

Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif (symptoms) dan

objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh.

1. Gejala subjektif

• Pusing, rasa kepala ringan

• Rasa terapung, terayun

• Mual

 Tinitus/penurunan pendengaran/ telinga seperti tersumbat.


2. Gejala objektif

• Keringat dingin

• Pucat

• Muntah

• Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan

• Nistagmus

Gejala tersebut di atas dapat diperhebat / diprovokasi perubahan posisi kepala.

H. DIAGNOSIS

1. Anamnesis
- Langkah anamnesis yang dilakukan adalah menanyakan keluhan vertigo pasien,

berupa persaan seperti melayang, berputar dimana pasien merasa benda

disekitarnya berputar atau merasa dirinya berputar terhadap lingkungan.


- Jika pasien mengeluh adanya gejala vertigo, kita harus bisa membedakan vertigo

berasal dari sentral atau dari perifer.


- Onset dan Durasi (profil waktu) serangan vertigo perlu ditanyakan untuk

keperluan penegakan diagnosis. Apabila onset serangan vertigo terjadi secara

tiba-tiba saat terjadinya perubahan posisi kepala dan durasi serangan hanya

selama beberapa detik maka dapat merujuk kepada diagnosis BPPV. Apabila

onset serangan episodik dan berlangsung selama beberapa menit diagnosis yang

mendekati yaitu migraine atau iskemia vertebro basilar.


- Perlu ditanyakan adanya keluhan lain yang menyertai vertigo seperti, mual,

muntah, nyeri kepala, tinitus, penurunan pendengaran dan lainnya


- Perlu juga ditanyakan mengenai obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Antibiotik

golongan aminoglikosida bersifat ototoksik sehingga dapat memicu serangan

vertigo perifer.
- Tanyakan adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi,

hipotensi, penyakit paru.


- Tanyakan mengenai adanya kelemahan anggota gerak yang menyertai.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Uji Romberg. Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula

dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian

selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan

posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada

kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang

menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita

tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang

baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.


b. Tandem gait. Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada

ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler, perjalanannya

akan menyimpang dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.

c. Uji Unterberger . Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan

jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.

Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi

dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke

arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun

dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah

lesi.

d. Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany). Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan

lurus ke depan penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian

diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan

berulang- ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan

terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.


e. Uji Babinsky-Weil . Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima

langkah ke depan dan lima langkah ke belakang selama setengan menit; jika ada

gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk

bintang.

f. Uji Dix Hallpike. Perhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke kanan dan kiri.

9 Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang

dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45° di bawah garis horizontal,

kemudian kepalanya dimiringkan 45° ke kanan lalu ke kiri.

Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini

dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. 10 Perifer, vertigo dan

nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang

dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa

kali (fatigue). Sentral, tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung

lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

3. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium : darah rutin, kimia darah, urin, dan pemeriksaan lain

sesuai indikasi.
• Pemeriksaan Radiologi : Foto tulang tengkorak leher, Stenvers (pada neurinoma

akustik).
• Pemeriksaan Neurofisiologi : elektroensefalografi (EEG), elektromiografi (EMG).
• Pemeriksaan Neuro-imaging : CT Scan kepala, MRI

I. PENATALAKSANAAN

Karea penyebab Vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat

terganggu dengan keluhan vertigo tersebut seringkali menggunakan pengobatan

simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Kabanyakan kasus terapi dapat dihentikan

setelah beberapa minggu.


1. Terapi Kausal : Sesuai dengan penyebab terjadinya vertigo
2. Farmakoterapi simptomatis
Beberapa golongan yang sering digunakan :
a. Antihistamin
Tidak semua oban anti histamin mempunyai sifat anti vertigo, anti histamin

yang dapat meredakan vertigo seperti dimenhidrinat, difenhidramin, mesksilin,

siklisin. Antihistamin yang memiliki anti vertigo juga memeiliki aktivitas anti

kolinergik di susunan saraf pusat. Contoh : Cinnarizine 3 x 25 mg/hr, Dimenhidrinat

(Dramamine) 3 x 50 mg/hr.
b. Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium cinnarizine

dan flunarizine sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel

rambut vestibular mengandung terowongan kalsium. Contoh : Flunarisin (Sibelium) 3x

5-10 mg/hr
c. Fenotiazine. ( Bekerja pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di M.

oblongata). Contoh Chlorpromazine (largaktil) : 3 x 25 mg/hr.


d. Histaminik (inhibisi neuron potisinaptik pada n. vestibularis lateralis). Contoh

Betahistine (Merislon) 3 x 8 mg.


e. Pengobatan simptomatik otonom (mis. muntah) : • Metoclopramide (Primperan,

Raclonid) 3 x 10 mg/hr
3. Non-Farmakoterapi
- Canalith Reposisi Treatment (CRP)/ Epley Manuever. CRP adalah pengobatan

non-invasif untuk penyebab paling umum dari vertigo. CRP membimbing pasien

melalui serangkaian posisi yang menyebabkan pergerakan kanalith dari daerah

dimana dapat menyebabkan gejala.

- Dietary Change (Pengaturan Pola Makan/Perubahan Pola makan) : Mengurangi

makanan seperti coklat, alkohol dan kafein. Pemakaian nikotin juga perlu

dihentikan. Kafein dan Nikotin juga merupakan stimulan vasoaktif dan

menyebabkan terjadinya vasokontriksi dan penurunan darah arteri kecil yang

memberi nutrisi saraf dari telinga tengah. Dengan menghindari kedua zat-zat

tersebut dapat mengurangi gejala.


- Lifestyle Change (Pengaturan Gaya Hidup) : Exercise, menghindari pemicu

faktor stress, mempebaiki pola tidur.


- Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring ditempat yang keras, berusaha

untuk tidak bergerak, pandangan mata di fiksasi pada satu objek tidak bergerak.

Setelah vertigo hilang pasien diminta untuk bangun secara perlahan karena

biasanya setelah serangan akan terjadi kelelahan.

J. PROGNOSIS

Pada kasus vertigo spesifik seperti BPPV Prognosis setelah dilakukan CRP

(Canalith Repositioning Procedure) biasanya bagus. Remisi daat terjadi spontan dalam 6

minggu, meskipun dalam beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali pengobatan tingkat

rekurensi sekitar 10-25%. CRP/Epley manuver terbukti efektif dalam mengontrol gejala

BPPV dalam waktu lama. Pada beberapa kasus dapat terjadi remisi dan rekurensi yang

tidak dapat diprediksi dan rata-rata rekurensi ± 10-15% per tahun.


Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi tidak fatal

dan banyak pilihan terapi untuk mngobati gejalanya. Beberapa pasien mengalami remisi

spontan dalam jangka waktu hingga tahun.


DAFTAR PUSTAKA

Dewanta, George, Suwono, J Wita dkk. 2010. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana

Penyakit Saraf. Jakarta : EGC

Standar Pelayanan Medik. PERDOSSI

Randy, Swartz, Paxton,Longwel. 2013. Treatment of Vertigo Volume 7 No.6. America :

American Family Physician.

John, Waterson. Vertigo : A Practical Approach to Diagnosis and Treatment

Guyton & Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta : EGC

Mardjono, Mahar, Sidharta, Priguna. 2013. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat

Lumbantobing,S.M. 2014. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Indonesia.

_Li JC & Epley J. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/884261-overview diakses tanggal 10 Agusrus

2015

Lempert T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of Vertigo, migraine, and vestibular migraine

in Journal Neurology 2009:25:333-8

Anda mungkin juga menyukai