Definisi PICU

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

A.

Definisi
PICU merupakan fasilitas atau unit terpisah di Rumah Sakit yang diperuntukan
untuk penanganan pasien anak yang mengalami gangguan kesehatan karena penyakit,
kecelakaan/ trauma, atau gangguan kesehatan lain yang mengancam nyawa yang
memerlukan perawatan intensif, observasi yang bersifat komprehensif, dan perawatan
khusus. PICU diperuntukkan bagi pasien anak dengan usia di atas 28 hari sampai
dengan 18 tahun. Jika ada anak usia nol sampai 28 hari yang membutuhkan perawatan
intensif, akan dirawat di ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit).
Unit Perawatan Intensif Anak atau Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah fasilitas
atau unit yang terpisah, yang dirancang untuk penanganan penderita anak yang mengalami
gangguan medis, bedah dan trauma, atau kondisi yang mengancam nyawa lainnya, sehingga
memerlukan perawatan intensif, observasi yang bersifat komprehensif dan perawatan khusus.
Pasien anak yang dirawat di ruang PICU akan mendapatkan penanganan dan
perawatan dari dokter spesialis anak yang siap setiap saat, dokter jaga yang mampu
melakukan resusitasi jantung paru, dan perawat kompeten. Kriteria pasien anak yang
masuk PICU berdasarkan prioritas :
1. Prioritas Pertama adalah anak yang menderita sakit kritis yang dengan terapi
intensif dapat sembuh sempurna dan tumbuh serta berkembang sesuai potensi
genetiknya.
2. Prioritas Kedua adalah anak yang menderita sakit kritis dengan penyakit dasar yang
secara medis belum dapat ditanggulangi, namun dengan terapi intensif dapat
mengatasi keadaan kritis sepenuhnya hingga anak kembali pada keadaan sebelum
dirawat di PICU.
3. Prioritas Ketiga adalah anak yang menderita sakit kritis dengan penyakit dasar yang
menyebabkan anak tidak bisa kontak dengan lingkungannya secara permanen dan
mengalami gangguan tumbuh kembang.
4. Prioritas Terakhir adalah anak yang menderita sakit kritis dengan prognosis buruk
sehingga dengan terapi intensif pun tidak tertolong.
Umumnya pasien masuk PICU karena mengalami gangguan atau potensi gangguan
respirasi berat, kardiovaskular, ginjal dan saluran kemih, kelainan neurologis,
hematologi, onkologi, endokrin, metabolik, saluran cerna, keracunan atau overdosis
obat, gagal organ multipel, trauma elektrik, serta kondisi pasca bedah yang mengancam
nyawa dan membutuhkan pemantauan ketat tanda vital dan sistem organ.
Ruang PICU adalah Pediatric Intensive Care Unit, memang diperuntukkan untuk anak-
anak. Ruang itu hampir dimiliki semua rumah sakit tipe A dan B dan rumah sakit pemerintah
atau RSUD. Ruang ini merupakan pelayanan intensif untuk anak yang memerlukan pengobatan
dan perawatan khusus.
Gunanya mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. Anak yang
harus dirawat di PICU adalah mereka yang mengalami masalah pernapasan akut, kecelakaan
berat, hingga kelainan fungsi organ. Karena itu bayi Debora saat itu harus segera dirawat di
ruang PICU, lantaran saat datang sudah mengalami sesak napas dan tubuh membiru.
Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan perawatan yang optimal untuk bayi
dimana keadaannya sewaktu-waktu dapat meninggal.Anak yang harus dirawat di PICU
adalah mereka yang mengalami:
1. Masalah pernafasan akut
2. Kecelakaan berat
3. Komplikasi
4. Kelainan fungsi organ
B. Fasilitas dan Peralatan
1. Fasilitas tempat tidur
2. Letak ruang picu dekat ruang resusitasi, emergensi, dan ok (kamar operasi)
3. Suhu kamar diatur oleh ac ± 220 c
4. Ruang picu harus bersih dan clean zone
5. Sebaiknya dilengkapi fasilitas khusus → laboratorium
6. Peralatan :
7. Ventilator servo 900 c, 300 c
8. Monitor ekg, nadi, rr, td, suhu badan
9. Infusion pump, syiring pump
10. Foto portable
11. Cvp set dan alat vena sekdi
12. Emergency trolley, ambubag
C. Peran dan tanggung jawab perawat PICU
1. Merencanakan perawat fisik secara komprehensif
2. Memberikan dukungan emosional pada anak dengan penyakit akut
3. Memberikan dukungan emosional pada anak dengan bersifat empati pada orang tua
dan keluarga
4. Bertindak sebagai pembela anak dalam mempertahankan hak asasinya
5. Memberikan pelayanan kepelayanan yang bersifat konsultasi bila anak akan
dilakukan tindakan keperawatan khusus ketika ia dirawat di picu
6. Memberikan pelayanan sebagai bagian dari rumah sakit secara keseluruhan.
7. Memberikan pengajaran tentang prinsif-prinsif picu sesuai dengan usia klien.
D. Indikasi masuk ruang PICU
1. Order tertulis dari dokter sub bagian ke dokter PICU
2. Dipertimbangkan oleh dokter PICU, dari PICU dapat menerima/menolak klien yang
dilakukan secara tertulis
3. Menerima klien yang dikirim oleh perawat sub bagian yang mengirim dan tempat
sudah disiapkan
4. Setiap yang dirawat di ruang PICU tempat yang lama harus tersedia agar
pemulangan lancar.
E. Klasifikasi
1. Pelayanan PICU primer (standar minimal)
Pelayanan PICU primer mampu memberikan pengelolaan resusitatif segera untuk pasien
gawat, tunjangan kardio-respirasi jangka pendek, dan mempunyai peranan penting dalam
pemantauan dan pencegahan penyulit pada pasien medik dan bedah yang berisiko. Dalam
PICU dilakukan ventilasi mekanik (invasif atau non-invasif) dan pemantauan
kardiovaskuler sederhana selama beberapa jam. Kekhususan yang harus dimiliki :
a. Ruangan tersendiri; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang emergensi dan ruangan
perawatan lain.
b. Memiliki protokol penderita yang masuk, keluar serta rujukan.
c. Memiliki seorang dokter spesialis anak yang telah mendapat pelatihan PICU atau
seorang pediatrik intensivist yang kompeten sebagai koordinator medis.
d. Memiliki dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung paru
tahap lanjut.
e. Konsultan yang membantu harus selalu dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat.
f. Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih.
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu (Hemoglobin,
hematokrit, gula darah dan trombosit), roentgen, kemudahan diagnostik dan fisioterapi.
Spesifikasi terdiri dari:
a. Struktur organisasi dan administrasi
b. Personel
c. Fasilitas dan pelayanan rumah sakit
d. Alat dan obat-obatan
e. Perawatan prehospital
F. Pelayanan PICU sekunder
Pelayanan PICU sekunder memberikan standar PICU yang tinggi, mendukung
peran rumah sakit lain yang telah ditentukan, misalnya pneumonia, diare, dengue,
malaria, measles, sepsis bakterial yang berat, kasus bedah, pengelolaan trauma, dan
lainlain.
PICU hendaknya mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis lebih lama
melakukan dukungan/ bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks. Kekhususan
yang harus dimiliki :
1. Ruangan tersendiri; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang emergensi dan
ruangan perawatan lain.
2. Memiliki protokol penderita yang masuk, keluar serta rujukan.
3. Memiliki konsultan yang dapat dihubungi dan datang setiap saat bila diperlukan.
4. Memiliki seorang kepala PICU, seorang dokter spesialis anak yang telah menjalani
pendidikan dan mendapat sertifikasi konsultan PICU yang bertanggung jawab secara
keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan resusitasi jantung paru
(dasar dan lanjut).
5. Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien:perawat sama
dengan 1:1 untuk pasien dengan ventilator, renal replacement therapy dan 2:1 untuk
kasus-kasus lainnya.
6. Memiliki lebih dari 50% perawat bersertifikat terlatih perawatan/terapi intensif atau
minimal berpengalaman kerja 3 (tiga) tahun di PICU.
7. Mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam batas
tertentu melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha penunjang hidup.
8. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen, kemudahan diagnostik dan
fisioterapi selama 24 jam.
9. Memiliki ruangan untuk isolasi atau mampu melakukan prosedur isolasi.
10. Terdapat prosedur pelaporan resmi dan pengkajian.
11. Memiliki staf tambahan yang lain, misalnya tenaga administrasi, tenaga rekam
medik, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian.
Spesifikasi terdiri dari:
1. Struktur organisasi dan administrasi
2. Personel
3. Fasilitas dan pelayanan rumah sakit
4. Alat dan obat-obatan
5. Perawatan antar Rumah Sakit
6. Quality improvement
7. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
G. Pelayanan PICU tersier (tertinggi)
Pelayanan PICU tersier merupakan rujukan tertinggi untuk PICU, mampu menyediakan
perawatan pediatrik definitif yang bersifat kompleks, progresif, berubah dengan cepat, baik
bersifat medis, operasi, maupun gangguan traumatik, termasuk kelainan genetic atau bawaan
yang sering membutuhkan pendekatan yang bersifat multidisipliner. Memberikan pelayanan
yang tertinggi termasuk dukungan/bantuan hidup multi-sistem yang kompleks dalam jangka
waktu yang tak terbatas. PICU ini melakukan ventilasi mekanik, pelayanan dukungan/ bantuan
renal ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskular invasif dalam jangka panjang dan
mempunyai dukungan pelayanan medik. Semua pasien yang masuk ke dalam unit harus
dikelola oleh konsultan Pediatrik Gawat Darurat. Kekhususan yang harus dimiliki:
1. Memiliki ruangan khusus tersendiri didalam rumah sakit.
2. Memiliki protokol penderita masuk, keluar dan rujukan.
3. Memiliki dokter spesialis yang dibutuhkan dan dapat dihubungi, dating setiap saat bila
diperlukan.
4. Memiliki seorang kepala konsultan Pediatrik Gawat Darurat, seorang dokter yang telah
menjalani pendidikan dan mendapat sertifikasi konsultan Pediatrik Gawat Darurat, yang
bertanggung jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan
resusitasi jantung paru (dasar dan lanjut).
5. Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien:perawat sama dengan
1:1 untuk pasien dengan ventilator, renal replacement therapy dan 2:1 untuk kasus-kasus
lainnya.
6. Memiliki lebih dari 75% perawat bersertifikat terlatih perawatan/terapi intensif atau
minimal berpengalaman kerja 3 (tiga) tahun di PICU.
7. Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan perawatan/terapi intensif baik non-
invasif maupun invasif.
8. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen, kemudahan diagnostik dan fisioterapi
selama 24 jam.
9. Mampu mendidik tenaga medik dan paramedik agar dapat memberikan pelayanan yang
optimal pada pasien.
10. Terdapat prosedur pelaporan resmi dan pengkajian.
11. Memiliki staf tambahan yang lain, misalnya tenaga administrasi, tenaga rekam medik,
tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian.
Spesifikasi terdiri dari:
1. Struktur organisasi dan administrasi
2. Personel
3. Fasilitas dan pelayanan rumah sakit
4. Alat dan obat-obatan
5. Perawatan antar Rumah Sakit
6. Quality improvement
7. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
H. Ketenagaan
Terdapat perbedaan struktur, staf dokter dan dokter spesialis pada strata yang berbeda.
Karakteristik ketenagaan pada ruang rawat intensif, sebagai berikut:
1. Multidisiplin
2. Memerlukan tenaga yang terlatih dengan pengalaman yang lama
3. Memerlukan teknologi yang substansial dan mahal
4. Memerlukan dukungan dari berbagai spesialis dan sub-spesialis
5. Memerlukan infrastruktur yang ekstensif termasuk pelayanan radiologi,
laboratorium, dukungan administrasi, farmasi dan farmakologi, profesi yang
berhubungan dengan kesehatan (termasuk fisioterapi, ahli gizi, ahli teknologi
klinis).
Pelayanan PICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut:
1. Resusitasi jantung paru.
2. Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator
sederhana.
3. Terapi oksigen.
4. Pemantauan elektrokardiogram (EKG), pulse oxymetri terus menerus.
5. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral.
6. Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh.
7. Pelaksanaan terapi secara titrasi.
8. Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai kondisi pasien.
9. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama transportasi
pasien gawat.
10. Kemampuan melakukan fisioterapi dada.
I. Struktur Organisasi
Sebuah kajian sistematik menjelaskan bahwa dalam sistem organisasi ruang PICU
harus terdapat setidaknya 8 komponen yang berperanan dalam keberhasilan perawatan.
Kedelapan komponen tersebut meliputi staf yang kompeten, kerjasama yang baik
internal maupun eksternal, rasio jumlah penderita dan beban kerja, adanya protocol
kerja, kriteria penderita yang perlu dirawat dan keluar, ketersediaan teknologi yang
memadai, struktur organisasi yang jelas, dan tingkat kesalahan yang rendah.
Semakin lengkap staf yang dimiliki suatu ruang rawat intensif maka diharapkan
akan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik. Beberapa ahli mengatakan bahwa
PICU yang dijalankan oleh seorang spesialis anak akan menurunkan angka kematian
penderita yang dirawat secara bermakna. Demikian pula adanya dokter sub-spesialis
lainnya, bahkan adanya ahli farmasi akan mengurangi kesalahan dalam pemberian obat.
Hal yang tidak kalah penting adalah adanya kerjasama dan komunikasi yang baik antar
staf sehingga tidak terjadi konflik dalam penatalaksanaan penderita. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka tim harus bekerja dalam konteks interdisiplin sehingga apapun
yang dilakukan merupakan kompromi yang terbaik untuk penatalaksanaan penderita.
Pihak rumah sakit dan kepala perawat perlu membuat kebijakan berkolaborasi
dengan komite PICU. Kebijakan ini yang akan mengatur masalah prosedur keamanan,
infeksi nosokomial, isolasi penderita, kunjungan penderita, pengendalian alur penderita,
kriteria penerimaan dan pemulangan penderita, pemantauan penderita, pemeliharaan
alat, penyimpanan rekam medis, penatalaksanaan keluarga (termasuk pertemuan
keluarga, kelompok pendukung, dan dukungan keluarga), serta penanganan kedukaan.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa struktur organisasi, keberadaan spesialis anak,
dan kerjasama tim yang baik merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan
perawatan. Dalam pengelolaan PICU, konsultan Pediatrik Gawat Darurat bertindak
sebagai koordinator medis yang dapat melibatkan tim multidisiplin (single
management, multidiscipline team).
J. Personil
1. Koordinator Medis
Koordinator medis harus memiliki sertifikasi konsultan pediatrik gawat darurat dan
mempertahankan sertifikasi aktif dalam bidang gawat darurat. Hal ini merupakan
keharusan untuk PICU strata tersier dan dianjurkan untuk PICU strata sekunder.
Koordinator medis bersama dengan kepala perawat, perlu bekerjasama dalam
mengembangkan dan meninjau kebijakan PICU yang melibatkan multidisiplin,
mendorong implementasi kebijakan tersebut, berpartisipasi dalam persiapan
anggaran, membantu dalam koordinasi pendidikan staf, membuat penyimpanan data
mengenai pengalaman dan kinerja unit, menjalin komunikasi yang baik, mengawasi
teknik resusitasi, melakukan aktivitas peningkatan kualitas dan mengkoordinasi
penelitian medis. Orang lain dapat ditunjuk untuk mengawasi masing-masing
kegiatan ini, namun koordinator medis harus berpartisipasi secara langsung dalam
tiap kegiatan. Koordinator medis akan membuat daftar dokter yang berkualifikasi
untuk menggantikan posisinya selama berhalangan. Koordinator medis atau
penggantinya akan sering bertindak sebagai dokter yang merawat penderita di
PICU. Sebagai tambahan, koordinator medis atau penggantinya memiliki otoritas
institusional untuk menyediakan pelayanan intensif primer atau konsultasi bagi
seluruh penderita PICU. Otoritas ini perlu dicantumkan dalam kebijakan institusi
dan juga termasuk menyediakan konsultasi dan intervensi pada saat dokter yang
merawat berhalangan hadir. Diperlukan kontak antar dokter secara langsung untuk
setiap penderita yang dirawat di PICU, termasuk yang ditransfer dari institusi lain,
maupun yang berasal dari ruang emergensi atau operasi.
2. Staf dokter
Penelitian menunjukkan bahwa adanya pediatrik intensivis secara penuh waktu
di PICU memperbaiki pelayanan penderita dan efisiensi. Pada waktu tertentu dokter
yang merawat penderita di PICU dapat mendelegasikan tugasnya kepada dokter
yang minimal berpengalaman kerja selama satu tahun setelah lulus (untuk PICU
strata tersier dokter ini harus memiliki penugasan untuk bekerja di PICU, sedangkan
untuk PICU strata sekunder harus tersedia, namun tidak perlu dengan penugasan) di
PICU. Ketersediaan dokter yang berdinas dengan pengalaman kerja dua tahun
setelah kelulusan atau lebih dalam bidang pediatrik atau anestesiologi penting untuk
setiap PICU strata tersier.
Sebagai tambahan, di setiap rumah sakit yang memiliki PICU harus tersedia
dokter 24 jam sehari untuk penanganan penderita di PICU. Dokter ini harus
terampil dan memiliki kualifikasi untuk tatalaksana kegawatdaruratan pada anak
sakit kritis. Bergantung pada ukuran unit dan populasi penderita, mungkin
dibutuhkan lebih banyak dokter dengan level pelatihan yang lebih tinggi dalam
bidang pediatric gawat darurat. Dokter konsultan termasuk dokter yang merawat
penderita atau orang yang ditunjuk untuk menggantikannya, harus hadir dalam 30
menit bila dibutuhkan.
Untuk PICU strata tersier, dokter yang tersedia harus termasuk pediatrik
intensivis, ahli anestesiologi anak, dokter jantung anak, dokter neurologi anak,
dokter radiologi anak, dan psikiater, dokter bedah anak, dokter bedah saraf anak,
dan dokter THT (terutama subspesialisasi anak), dokter bedah ortopedi (terutama
subspesialisasi anak), dokter bedah jantung (terutama subspesialisasi anak). Untuk
PICU strata sekunder, subspesialis anak (kecuali pediatrik intensivis) bukan
merupakan hal yang esensial sebagaimana PICU strata tersier.
Ketersediaan dokter bedah umum dan bedah saraf adalah esensial, sedangkan
untuk dokter THT dan bedah ortopedi dianjurkan ada. Untuk PICU strata sekunder,
ketersediaan dokter bedah kardiovaskular adalah opsional. Untuk PICU strata
tersier, diharapkan dokter bedah plastik, bedah mulut, ahli pulmonologi anak, ahli
hematologi/onkologi anak, endokrinologi anak, gastroenterology anak, dan alergi-
imunologi anak bila dibutuhkan dapat datang dalam waktu dekat setelah
pemberitahuan. Untuk PICU strata sekunder, para dokter spesialis diharapkan
datang dalam waktu 24 jam setelah pemberitahuan.
3. Staf keperawatan
Untuk PICU strata sekunder dan tersier dibutuhkan kepala perawat dengan
pendidikan sarjana keperawatan dan pengalaman kerja di PICU sekurang-
kurangnya lima tahun. Kepala perawat bertanggung jawab dalam menjamin
lingkungan kerja yang aman, jumlah perawat dengan tingkat keterampilan yang
bervariasi, serta suplai dan alat yang memadai.
Disamping itu kepala perawat berpartisipasi dalam pengembangan dan
peninjauan kebijakan tertulis dan prosedur di PICU; mengkoordinasi pendidikan
staf multidisipliner, pengendalian kualitas, dan penelitian keperawatan; serta
mempersiapkan anggaran bersama koordinator medis. Tanggung jawab ini dapat
dibagi atau didelegasikan kepada perawat lain, tetapi kepala perawat memiliki
tanggung jawab atas keseluruhan program.
Kepala perawat perlu membuat daftar nama orang-orang yang menjadi
penggantinya bila ia berhalangan. Bagian keperawatan atau pelayanan medis
seharusnya membuat program orientasi perawat, peninjauan kompetensi tiap tahun
untuk terapi berisiko tinggi namun berfrekuensi rendah, menentukan kompetensi
dasar berdasarkan populasi penderita, serta mengadakan program pendidikan
berkelanjutan yang spesifik untuk keperawatan pediatrik gawat darurat.
Isi program seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan populasi penderita dalam
tiap unit. Dianjurkan agar tiap staf perawat yang bekerja di PICU strata sekunder
dan tersier memiliki sertifikasi dalam pediatrik gawat darurat. Seluruh perawat yang
bekerja di PICU strata sekunder dan tersier seharusnya telah menjalani orientasi
klinis dan keilmuan dalam bidang pediatrik gawat darurat sebelum memegang
tanggung jawab penuh dalam perawatan penderita. Advanced Pediatric
Resuscitation Course (APRC) atau kursus yang setara perlu dilakukan. Rasio
penderita dan perawat ditentukan berdasarkan kondisi penderita, dengan rentang
antara 2:1 hingga 1:3.
Di bawah arahan konsultan pediatrik gawat darurat, perawat yang bertugas di
PICU strata sekunder dan tersier harus memiliki keahlian klinis dalam pengelolaan
gagal napas, ventilasi mekanik dan syok pada anak (khususnya dalam bidang terapi
respirasi).
4. Personel pendukung
Direkomendasikan adanya ahli farmasi klinis yang terlatih dengan kualifikasi
memadai yang bertugas di PICU strata tersier, dan lebih baik pula bila tersedia di
PICU strata sekunder. Staf ahli farmasi harus berada 24 jam sehari di rumah sakit
yang memiliki PICU strata tersier dan dianjurkan untuk rumah sakit dengan PICU
strata sekunder.
Teknisi biomedis harus tersedia dalam waktu 1 jam, 24 jam sehari untuk PICU
strata sekunder dan tersier. Untuk PICU strata tersier, diperlukan petugas
administrasi yang tersedia 24 jam sehari. Teknisi radiologi (terutama dengan
pelatihan di bidang pediatrik) harus tersedia 24 jam sehari di rumah sakit dengan
PICU strata tersier dan sangat direkomendasikan untuk rumah sakit dengan PICU
strata sekunder. Bila memungkinkan tersedia pekerja sosial; terapis fisik, okupasi,
dan wicara; ahli gizi; psikolog anak; dan pekarya.
5. Fasilitas dan pelayanan
Pada setiap kabupaten/ kotamadya direkomendasikan untuk memiliki Rumah
Sakit dengan fasilitas PICU minimal strata primer, sedangkan di setiap propinsi
minimal mempunyai fasilitas PICU strata sekunder. PICU strata tersier
direkomendasikan pada setiap Rumah Sakit Pendidikan yang menyelenggarakan
program pendidikan dokter spesialis anak.
Untuk rumah sakit dengan PICU strata sekunder dan tersier, dibutuhkan area
diruang emergensi yang memiliki kapasitas dan peralatan untuk resusitasi anak
dengan penyakit medis, bedah, atau traumatik. Di bagian emergensi harus tersedia
staf dokter 24 jam sehari di seluruh rumah sakit yang memiliki PICU. Rumah sakit
dengan PICU strata tersier seharusnya memiliki bagian emergensi anak yang
terpisah dan memiliki dokter yang terlatih dalam pediatrik gawat darurat dan
tersedia 24 jam sehari.
Bagian bedah di rumah sakit dengan PICU strata tersier akan memiliki
setidaknya 1 ruang operasi yang siap dalam waktu 60 menit, 24 jam sehari; dan
ruang operasi kedua yang siap dalam waktu 120 menit. Kapabilitas di ruang operasi
di rumah sakit dengan PICU strata tersier harus termasuk bronkoskopi anak,
endoskopi, dan radiografi.
Bank darah sebaiknya memiliki setiap komponen darah dan tersedia 24 jam
sehari di rumah sakit dengan PICU strata tersier. Pelayanan radiologi anak di rumah
sakit dengan PICU strata tersier harus termasuk radiografi portabel, fluoroskopi, CT
scan, dan USG. Sidik angiografi nuklir dan MRI. Untuk PICU strata sekunder
dianjurkan memiliki radiografi portabel dan USG dan siap dalam 4 jam.
Laboratorium klinik di rumah sakit dengan PICU strata sekunder dan tersier
direkomendasikan memiliki kemampuan menangani mikrospesimen dalam waktu 1
jam untuk pemeriksaan sel darah lengkap, hitung jenis leukosit, dan trombosit;
urinalisis; pengukuran elektrolit, blood urea nitrogen, kreatinin, glukosa,
konsentrasi kalsium, partial thromboplastin time; serta analisis cairan serebrospinal.
Hasil analisis gas darah harus tersedia dalam waktu 30 menit. Hasil skrining obat
dan kadar amonia serum, osmolaritas serum dan urin, fosfor, dan magnesium harus
tersedia dalam waktu 12 jam untuk PICU strata tersier.
Pemeriksaan pewarnaan Gram dan kultur bakteriologi tersedia 24 jam sehari.
Farmasi rumah sakit harus mampu menyediakan seluruh obat yang dibutuhkan
setiap jenis dan usia penderita anak 24 jam sehari. Dianjurkan agar tersedia farmasi
satelit yang berlokasi di dekat PICU. Sangat diharapkan agar di rumah sakit dengan
PICU strata tersier tersedia seorang ahli farmasi klinis pediatrik, sedangkan hal ini
opsional untuk rumah sakit dengan PICU strata sekunder. Seorang ahli farmasi
seharusnya berpartisipasi dalam kunjungan besar penderita, memantau terapi
medikamentosa, menyediakan informasi obat bagi praktisi PICU, serta
mengevaluasi masalah yang berhubungan dengan obat. Di samping setiap tempat
tidur perlu tersedia referensi berisi obat-obat penting dan resusitasi serta dosis yang
sesuai bagi penderita.
Uji diagnostik jantung dan neurologis akan tersedia bagi bayi dan anak di
rumah sakit dengan PICU strata tersier dan opsional bagi rumah sakit dengan PICU
strata sekunder. Teknisi dengan pelatihan khusus di bidang pediatrik harus tersedia
untuk menjalankan pemeriksaan ini. Elektrokardiogram, ekokardiografi 2 dimensi
dengan Doppler berwarna, serta elektroensefalografi harus tersedia 24 jam sehari
untuk PICU strata tersier. Alat ultrasonografi Doppler dan pemantauan evoked
potential dianjurkan tersedia di PICU strata tersier.
Alat dan teknisi hemodialisis yang berpengalaman menangani penderita anak
harus tersedia 24 jam sehari di RS dengan PICU strata tersier dan opsional untuk
RS dengan PICU strata sekunder. Fasilitas RS harus termasuk ruang tunggu yang
nyaman, area konsultasi privat, fasilitas makan, area konferensi, serta akomodasi
tidur dan telepon, kamar mandi, serta fasilitas mencuci bagi keluarga penderita.
Fasilitas dan personil seharusnya juga mampu menyediakan kebutuhan psikologis
dan spiritual penderita dan keluarganya.
6. Obat dan peralatan
Obat untuk resusitasi dan bantuan hidup lanjut harus tersedia segera untuk
setiap penderita di PICU. Obat-obatan ini harus tersedia sesuai Pedoman Advanced
PediatricResuscitation Course (APRC) dan termasuk obat-obatan yang dibutuhkan
oleh pasien di PICU. Alat bantuan hidup, terapeutik, dan monitoring yang diperinci
dalam bagian ini harus ada atau tersedia dengan segera di setiap strata PICU.
7. Alat portable
Alat portabel termasuk kereta obat emergensi; lampu tindakan; alat
ultrasonografi Doppler; defibrilator dengan lempeng pediatrik; termometer yang
dapat mengidentifikasi hipotermia dan hipertermia berat; alat pengukur tekanan
darah otomatis; alat penimbang berat badan secara akurat; boks bayi dan tempat
tidur dengan akses tindakan di daerah kepala; penghangat bayi; selimut penghangat
dan pendingin; alat terapi sinar; alat penghangat darah; dan monitor untuk transpor
penderita.
Pompa infus dengan akurasi mikro (0,1 ml/jam) harus tersedia. Tanki
oksigen diperlukan untuk transpor dan cadangan suplai oksigen. Demikian pula alat
pengisap lendir portabel diperlukan untuk transpor penderita dan cadangan.
Peralatan tambahan yang harus tersedia termasuk pompa infus volumetrik,
pencampur udara-oksigen, kompresor udara, pelembab udara, alat resusitasi balon
sungkup, otoskop dan oftalmoskop, serta inkubator transpor. Mesin
elektroensefalografi portabel harus tersedia di rumah sakit untuk perekaman di
samping tempat tidur di PICU strata teriser. Televisi, radio, dan kursi-kursi perlu
tersedia untuk penderita dan keluarga yang dapat memanfaatkannya.
8. Peralatan kecil
Beberapa peralatan kecil dengan ukuran yang sesuai untuk penderita anak
harus tersedia segera setiap saat. Alat tersebut termasuk kateter pengisap lendir; alat
intubasi trakea (gagang laringoskop, daun laringoskop dengan berbagai tipe dan
ukuran sehingga dapat digunakan untuk intubasi penderita segala usia), forceps
Magill, selang endotrakeal dengan berbagai ukuran (dengan dan tanpa balon); pipa
orofaring dan nasofaring; laryngeal mask airway ; kateter vena sentral; kateter
arteri; kateter arteri pulmonal; selang torakostomi; serta set bedah untuk venaseksi,
torakostomi, krikotirotomi, dan trakeostomi. Alat bronkoskopi fleksibel ukuran
pediatrik harus tersedia di RS dengan PICU strata tersier dan dianjurkan pula untuk
tersedia di RS dengan PICU strata sekunder.
9. Alat respirasi
Ventilator mekanik invasif dan non invasif yang sesuai untuk penderita anak
dengan berbagai ukuran harus tersedia untuk tiap tempat tidur di PICU strata
sekunder dan tersier. Ventilator portabel dianjurkan tersedia pada PICU strata
sekunder dan harus tersedia pada strata tersier. Peralatan fisioterapi dada dan
pengisapan lendir, spirometer, serta alat analisis oksigen harus selalu tersedia bagi
setiap penderita. Monitor oksigen (pulse oxymeter) harus tersedia di semua strata.
Sedangkan monitor CO2 (end-tidal atau transcutaneous CO2) dianjurkan untuk
strata tersier.
10. Monitor di samping tempat tidur
Monitor di samping tempat tidur di setiap PICU harus dapat memonitor secara
kontinu frekuensi dan irama jantung, laju napas, suhu, tekanan darah, saturasi oksigen, CO2
di akhir inspirasi, serta deteksi aritmia. Monitoring di samping tempat tidur di PICU strata
tersier harus dapat memantau secara simultan tekanan arteri sistemik, vena sentral atau
arteri pulmonalis, intrakranial dan EEG.
Pemantauan curah jantung secara kontinu sangat dianjurkan. Monitor harus
memiliki alarm nilai tinggi dan rendah untuk frekuensi jantung, laju napas, dan setiap
tekanan. Alarm harus terdengar dan terlihat. Hard copy strip ritme yang permanen harus
tersedia di PICU strata sekunder dan tersier; serta diharapkan berisi setiap variabel yang
dimonitor. Setiap monitor harus dipelihara dan diperiksa secara rutin.
11. Pelayanan sebelum di rumah sakit
Seringkali penderita yang membutuhkan PICU ditranspor dari lokasi kecelakaan atau
rumah sakit lain. Metode komunikasi yang dijalin dapat bervariasi, namun perlu
dipersiapkan suatu komunikasi tertulis yang baku. Setiap PICU strata sekunder dan tersier
harus memiliki jalur telepon multipel sehingga dapat menerima telepon dari luar bahkan
pada waktu yang paling sibuk sekalipun. Akses cepat terhadap pusat pengendalian
keracunan sangat penting. Adanya mesin fax sangat penting untuk PICU strata sekunder
dan tersier.
Pengaturan pemindahan penderita secara formal sangat dianjurkan. Setiap PICU
harus memiliki atau berafiliasi dengan tim transportasi yang terlatih dalam bidang pediatrik
dalam mengatur transpor penderita secara aman. Idealnya, tim transpor ini seharusnya
mampu memberikan pelayanan PICU selama perjalanan. Dokter supervisor harus siap
memberikan konsultasi selama proses transpor antarfasilitas. Tim transpor ini harus
memiliki peralatan dengan ukuran yang sesuai untuk anak sebagai antisipasi dan
tatalaksana kebutuhan pelayanan kesehatan anak yang berbeda-beda di lingkungan ini.
Fasilitas telemedicine harus dipertimbangkan dan dianjurkan seiring dengan
ketersediaan teknologi yang semakin luas. Kebijakan yang dibuat seharusnya memaparkan
mekanisme yang dibutuhkan agar tercapai pertukaran penderita yang lancar dan pada
waktunya antara ruang emergensi, ruang operasi, fasilitas pencitraan, area prosedur khusus,
perawatan penderita reguler, dan PICU.
12. Peningkatan Kualitas
PICU harus menggunakan proses penilaian kualitas multidipliner. Metode yang
objektif seharusnya digunakan untuk membandingkan angka morbiditas dan mortalitas
yang ada dengan yang diprediksi untuk level keparahan penyakit di populasi yang
diperiksa. Harus digunakan standar yang sama untuk membandingkan keluaran antara
PICU yang sejenis.
13. Pelatihan dan Pendidikan Berkelanjutan
Setiap PICU harus melatih penyedia pelayanan kesehatan dalam suatu program
pendidikan berkelanjutan di bidang pediatrik gawat darurat. Sebagai tambahan, seluruh
penyedia pelayanan kesehatan yang bekerja di PICU harus secara rutin menghadiri atau
berpartisipasi dalam pertemuan regional dan nasional dengan tema yang berkaitan dengan
pediatrik gawat darurat.
Banyak PICU strata tersier dan beberapa PICU strata sekunder akan memiliki
jumlah pasien yang cukup, para ahli dengan kapasitas mengajar, serta kemampuan
penelitian untuk mendukung program pendidikan subspesialisasi di bidang pediatric gawat
darurat. Perawat dan dokter yang bekerja harus memiliki sertifikasi bantuan hidup dasar
dan berpartisipasi dalam sesi pelatihan resusitasi dan dianjurkan untuk mengikuti program
pendidikan di dalam dan di luar lingkungan rumah sakit. Mereka seharusnya memiliki
sertifikasi APRC atau kursus lain yang menunjang pelayanan PICU yang terus
diperbaharui.
Dianjurkan agar personel PICU strata tersier berpartisipasi dalam pendidikan
pediatrik gawat darurat regional bagi petugas emergensi dan transpor pasien, serta
masyarakat umum. Beberapa PICU strata sekunder dan tersier dapat bertindak sebagai
sumber daya pendidikan guna memberikan edukasi publik mengenai tema-tema yang
berkaitan dengan pediatrik gawat darurat.
Penelitian penting untuk memperbaiki pengertian mengenai patofisiologi yang
mempengaruhi sistem organ, penatalaksanaan gejala yang memadai, serta intervensi
suportif psikososial bagi pasien dan keluarga. Pengetahuan ini merupakan komponen dalam
memperbaiki teknik perawatan pasien dan terapi sehingga menurunkan morbiditas dan
mortalitas. Setiap PICU strata tersier dan beberapa PICU strata sekunder dapat berperan
sebagai laboratorium untuk penelitian klinis.
14. Kriteria rawat ruang PICU
Pasien sakit kritis harus dirawat di ruang PICU yang sesuai dengan kebutuhannya.
Pedoman ini dibuat untuk menjadi bahan pertimbangan kriteria masuk dan keluar ruang
PICU. Sesuai perkembangan ilmu, kriteria ini memerlukan revisi berkala. Suatu PICU
mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus yang dibutuhkan untuk
merawat pasien sakit kritis, sehingga diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas pada
sarana yang terbatas ini, apabila kebutuhan ternyata melebihi jumlah tempat tidur yang
tersedia.
Dalam Standar Pelayanan Medis terdapat daftar kondisi yang dianggap perlu untuk
perawatan intensif pediatrik. Namun demikian, keputusan dokter patut juga
dipertimbangkan dalam penentuan kriteria perawatan. Berikut ini keterangan masingmasing
prioritas pasien :
a. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis yang dengan terapi intensif dapat sembuh
sempurna dan dapat tumbuh dan berkembang sesuai potensi genetiknya.
b. Pasien Prioritas 2 (dua)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan penyakit dasar yang secara medis
saat ini belum dapat ditanggulangi namun dengan terapi intensif dapat menanggulangi
keadaan kritis sepenuhnya, hingga anak kembali pada keadaan sebelum dirawat di
PICU.
c. Prioritas 3 (tiga)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan penyakit dasar menyebabkan anak
tidak mempunyai kontak dengan lingkungannya secara permanen dan tidak mengalami
tumbuh kembang.
d. Prioritas 4 (empat)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan prognosis sangat buruk sehingga
dengan terapi intensif pun proses kematian tidak dapat dicegah (tidak merupakan
indikasi rawat PICU).
15. Kriteria untuk dirawat di PICU strata primer
Semua pasien pediatrik dengan gangguan fisiologis yang membutuhkan
pemantauan ketat tanda vital dan sistem organ (setidaknya setiap kurang dari 4 jam) dengan
prediksi akan terjadi perbaikan. Bila dalam pemantauan diperkirakan membutuhkan
perawatan intensif di strata yang lebih tinggi maka harus segera dirujuk.
16. Kriteria untuk dirawat di PICU strata sekunder dan tersier Sistem respirasi
Pasien dengan gangguan / potensi gangguan respirasi berat yang mengancam
nyawa. Kondisi ini meliputi (tidak terbatas pada daftar berikut):
a. Kebutuhan penggunaan ETT dan ventilator mekanik
b. Gangguan sistim pernafasan (atas dan bawah) yang progresif dengan risiko tinggi gagal
nafas dan atau obstruksi total
c. Kebutuhan terapi oksigen dengan FiO2 > 0.5
d. Pasca pemasangan trakeostomi
e. Barotrauma akut
f. Kebutuhan terapi inhalasi/nebulisasi yang sering
17. Sistem kardiovaskuler
Pasien dengan gangguan kardiovaskuler yang mengancam nyawa, antara lain namun tidak
terbatas pada:
a. Syok
b. Pasca resusitasi jantung paru
c. Aritmia yang mengancam nyawa
d. Gagal jantung kongestif (dengan atau tanpa kebutuhan ventilator)
e. Kelainan jantung bawaan (dengan atau tanpa kebutuhan ventilator)
f. Pasca tindakan berisiko tinggi (contoh kateterisasi)
g. Kebutuhan akan pemantauan tekanan darah invasif, tekanan vena sentral atau tekanan
arteri pulmonal
h. Kebutuhan pemasangan alat pacu jantung (pace maker)
18. Neurologis
Pasien dengan kelainan neurologis yang mengancam nyawa, antaralain:
a. Kejang yang tidak berespon dengan terapi standar atau membutuhkan antikonvulsan
kontinu secara intravena
b. Gangguan kesadaran berat dan gangguan neurologis lain yang belum dapat
diperkirakan perkembangannya atau koma yang disertai dengan potensi gangguan
pernafasan
c. Pasca bedah syaraf yang memerlukan pemantauan ketat
d. Inflamasi akut atau infeksi medula spinalis, selaput otak atau otak dengan depresi
neurologis, gangguan metabolik dan hormonal gangguan pernafasan dan atau
hemodinamik atau kemungkinan peningkatan tekanan intracranial
e. Trauma kepala dengan peningkatan tekanan intracranial
f. Perawatan praoperatif bedah syaraf dengan penurunan status neurologis
g. Disfungsi neuromuskuler progresif tanpa gangguan kesadaran yang membutuhkan
pemantauan respirasi dan kardiovaskuler
h. Trauma spinal
i. Penggunaaan drain ventrikel eksternal
19. Hematologi dan onkologi
Pasien dengan gangguan hematologi dan onkologi yang mengancam nyawa, antara lain:
a. Transfusi tukar
b. Plasmaferesis atau leukoferesis dengan kondisi klinik tidak stabil
c. Koagulopati berat
d. Anemia berat dengan gangguan hemodinamik dan/ atau respirasi
e. Komplikasi krisis sickle cell
f. Kemoterapi dengan antisipasi terjadinya sindroma lisis tumor
g. Tumor yang menekan pembuluh darah vital jalan nafas, atau organ vital lainnya
20. Endokrin dan Metabolik
Pasien dengan gangguan endokrin dan metabolik yang mengancam nyawa antrara lain:
a. Ketoasidosis diabetic
b. Gangguan elektrolit seperti:
1) Hiperkalemia yang membutuhkan pemantauan jantung dan terapi intervensi
2) Hipo- atau hipernatremi berat
3) Hipo- atau hiperkalsemi
4) Hipo- atau hiperglikemia dengan keadaaan klinis tidak stabil
5) Asidosis metabolik berat
6) Gangguan kesimbangan cairan kompleks
c. Inborn errors of metabolism dengan kegawatan yang mengancam nyawa.
21. Gastrointestinal
Pasien dengan gangguan saluran cerna yang mengancam jiwa antara lain:
a. Perdarahan saluraan cerna akut dan berat
b. Pasca endokospi darurat
c. Gagal hati akut
22. Bedah
Kondisi pasca bedah yang umumnya membutuhkan pemantauan dan tindakan invasive
antara lain:
a. Bedah kardiovaskuler
b. Bedah thorak
c. Bedah saraf
d. Bedah THT
e. Bedah kraniofasial
f. Bedah ortopedi dan tulang belakang
g. Bedah umum dengan gangguan hemodinamik dan respirasi
h. Transplantasi organ
i. Trauma multipel dengan atau tanpa gangguan kardiovaskuler
j. Kehilangan darah dalam jumlah besar
23. Ginjal dan saluran kemih
Pasien dengan gangguan ginjal dan saluran kemih yang mengancam nyawa, antara lain:
a. Gagal ginjal
b. Kebutuhan hemodialisa, dialisa peritoneal atau renal replacement therapy lain dalam
keadaan tidak stabil
c. Rhabdomyolisis akut dengan insufisiensi ginjal
24. Gangguan lain
Pasien dengan gangguan lain yang mengancam nyawa antara lain:
a. Keracunan atau overdosis obat dengan potensi kegagalan organ
b. Gagal organ multiple
c. Hipernatremia maligna
d. Trauma elektrik atau trauma lingkungan lain: luka bakar > 10% luas permukaan kulit
25. Kriteria untuk keluar dari ruang intensif
Bila indikasi untuk semua tindakan diruang intensif tidak dibutuhkan lagi (contoh:
pemantauan invasif, intervensi invasif ) maka pasien layak keluar dari ruang intensif.
Kriteria keluar dari ruang intensif didasarkan atas:
a. Parameter hemodinamik stabil
b. Status respirasi stabil (tanpa ETT, jalan nafas bebas, gas darah normal)
c. Kebutuhan suplementasi oksigen minimal (tidak melebihi standar yang dapat dilakukan
diluar ruang intensif pediatrik)
d. Tidak lagi dibutuhkan tunjangan inotropik, vasodilator, antiaritmia, atau bila masih
dibutuhkan, digunakan dalam dosis rendah dan dapat diberikan dengan aman diluar
ruang intensif
e. Disritmia jantung terkontrol
f. Alat pemantau tekanan intrakranial invasif tidak terpasang lagi
g. Neurologi stabil kejang terkontol
h. Kateter pemantau hemodinamik telah dilepas.
i. Pasien dengan ketergantungan ventilator mekanik kronik harus telah mengatasi keadaan
akutnya hingga hanya dibutuhkan perawatan dengan ventilator biasa diluar ruang
intensif atau dirumah
j. Pasien dengan peritoneal dialisa atau hemodialisa kronik telah mengatasi keadaan
akutnya hingga tidak dibutuhkan tindakan khusus lain diluar standar perawatan diluar
ruang intensif atau dirumah
k. Pasien dengan trakeomalasia, tidak lagi membutuhkan pengisapan lendir eksesif
l. Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian bersama dan menyepakati bahwa
tidak lagi ada keuntungannya untuk tetap mempertahankan anak di ruang intensif.
26. Pemantauan (monitoring) fisiologis
Setiap tempat tidur harus dilengkapi minimal dengan satu pemantau elektrokardiografi, dua
pemantau tekanan dan saturasi oksigen. Semua parameter dalam bentuk format analog
(grafik) dan digital disertai dengan penanda nilai maksimum, minimum dan rerata. Setap
monitor harus dilengkapi dengan fasilitas pencetakan. Alarm harus terdengar dan terlihat
secara mudah. Pemantau harus diletakkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai dan
dilihat oleh perawat. Pemantau sentral mempermudah pemantauan beberapa pasien secara
simultan. Alat penyangga harus cukup kuat untuk menopang semua alat pemantau.
a. Elektrokardiogram (EKG) Sekurangnya satu lead EKG harus terpasang untuk
mendeteksi aritmia dan memonitor denyut jantung dan terdapat denyut jantung
maksimum dan minimum. Disarankan terdapat fasilitas penyimpanan data.
b. Pemantau tekanan Dua atau lebih pemantau tekanan harus dapat dipresentasikan dalam
format analog (grafik) dan digital.
c. Parameter respirasi Setiap tempat tidur harus dilengkapi dengan pemantau kadar
oksigen kontinu dan pengukuran kadar CO2. Pemantau tersebut harus dilengkapi alarm
untuk henti napas.
d. Curah jantung Untuk PICU strata tersier sangat dianjurkan penggunaan pemantau
hemodinamik invasif secara kontinu.
e. Lain-lain Sesuai dengan kebutuhan maka dapat ditambahkan parameter lain seperti
pemantau suhu, nadi, EEG dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Bagus Budi Santoso (2009). Manajemen PICU dan NICU. Bandung : CV. Medica

Anda mungkin juga menyukai