Tikus Berdasi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

TIKUS BERDASI

KARYA : KEKE RANGKUTI

Pak hardi adalah seorang pimpinan tertinggi di sebuah perusahaan besar di kota bali. Ia
merupakan seorang kepala pimpinan yang terkenal jujur dan sopan . Iya memiliki sebuah bawahan
bernama anton. Anton ini merupakan sekretarisnya dikantor. Pada suatu pagi seperti biasanya pak hardi
pergi ke kantor dengan mengendarai mobilnya. Setelah sampai di kantor, tak lama berselang iya
memanggil anton sekertarisnya untuk menanyakan tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran uang di
kantornya. “ Berapakah pendapatan dan pengeluaran kita selama sebulan ini ” ujar pak hardi pada
anton. Lalu anton pun menjawab “ pendapatan kita dibulan ini sangat minim pak dan juga pengeluaran
kita dibulan ini sangat banyak “ . bagaimana bisa demikian ? . ya, demikian lah pak dikarenakan banyak
nya kebutuhan kantor yang harus kita beli dan di perbaiki diantaranya perbaikan komputer – komputer
yang sudah mulai pada rusak dan membeli berkas – berkas kontor yang baru. Jika memang demikian
baiklah , namun kau harus terus perhatikan dengan jelas pendapatan dan pengeluaran di kantor secara
teliti. Baik pak permisi.

“ Tok – tok “ , terdengar ketukan pintu dari luar. Masuk ujar pak hardi , ternyata seorang wanita
paruh baya bernama sinta yang tak lain merupakan manager keuangan di perusahaan pak hardi. “ ada
yang bisa saya bantu sin ’’ . Iya pak saya ingin menanyakan bagaimana bisa pendapatan kantor kita
belakangan hari ini se begitu turunnya, padahal sepertinya kerja kita tidak pernah berubah bahkan
mungkin belakangan ini lebih giat. “ mungkin memang pendapatan kita sama dengan hari – hari lalu
namun anton bilang banyak kebutuhan kantor yang mesti di perbaiki dan di ganti yang baru ’’ .
sepertinya bapak salah, karna barang kantor tidak ada yang diperbaiki atau pun diganti. Semua barang -
barang di kantor kita semuanya masih layak pakai. “ itu tidak munggkin, mungkin kamu salah atau belum
mengeceknya ’’. tidak pak saya yakin saya tidak salah, saya telah mengecek semua barang memang tidak
ada yang baru atau pu yang di perbaiki.

Di ruangan anton.

Kriiing... kriiiing bunyi dering telfon. Anton mengangkat gagang telfon. Terdengar suara di
seberang. “ bagaimana , sudah berapa persen hasil saham yang masuk kedalam rekening itu ? ’’ ucap
baron yang tak lain adalah sahabat anton. “ aku sudah dapat hampir 45% saham dari perusahaan ini,
tinggal sedikit lagi mungkin aku akan selesai menguasai seluruh perusahaan ini. ’’ ucap anton seraya
menutup gagang telfon.

Hari telah senja, pak hari pulang kerumahnya dengan berbagai pikiran dalam benaknya. Apakah
selama ini anton telah memakai uang perusahaan untuk kepentingannya sendiri atau malah iya
pergunakan untuk hal yang lain. Namun iya menepis pikirannya , iya berfikir tidak mungkin anton
melakukannya. Lalu iya pun tertidur dengan fikirannya yang masih bertanda tanya. Mungkin esok adalah
hari yang baik baginya.

Pagi ini lain dari biasanya . pak hardi pergi ke kantor dengan perasaan yang masih gundah akan
hilangnya uang perusahaan. Hari ini iya mengumpulkan seluruh staf dan karyawan untuk rapat
membahas kemana hilangnya uang perusahaan. Namun disaat rapat dimulai sampai akhirnya rapat
selasai pak hardi , sinta maupun para staf dan karyawan tidak ada yang melihat anton. Ini memperkuat
tuduhan sinta bahwa selama ini anton lah yang menyelewengkan uang perusahaan. Sinta pun akhirnya
mencari bukti – bukti atas tuduhannya , dan memang benar antonlah yang telah melakukan tindakan
korupsi terhadap perusahaan. Dan pada akhirnya pak hardi pun memanggil polisi untuk menangkap
anton atas tuduhan penggelapan dana perusahaan. Anton pun akhirnya di tangkap dirumahnya bersama
dengan baron dan seorang temannya sedang manghitung uang yang sangat banyak. Dan akhirnya
mereka pun di penjara.

KORUPSI MEMBUNUHKU

Karya Reza Restu

Sebuah Cerpen tentang Korupsi kepala daerah hingga akhirnya tetapkan sebagai tersangka

Pada suatu ketika di desa Jaya sedang melakukan pemilihan kepala Desa. 4 kandidat masing-masing
mencalonkan diri untuk menjadi kepala desa. Kandidat itu adalah Pak Somed, Bartiar, Bambang, dan
yusuf. Bermacam-macam cara mereka lakukan untuk memenangkan menjadi kepala desa baru. Ada yang
memakai dukun dan ada juga membayar setiap calon pemilih. Iming-iming duit yang diberikan setiap
kandidat tentu saja membuat orang desa mau. Tetapi ada juga yang bersikap jujur tidak mau melakukan
hal semacam itu.

Bermacam-macam cara mereka lakukan untuk memenangkan menjadi kepala desa baru. Ada yang
memakai dukun dan ada juga membayar setiap calon pemilih. Iming-iming duit yang diberikan setiap
kandidat tentu saja membuat orang desa mau. Tetapi ada juga yang bersikap jujur tidak mau melakukan
hal semacam itu.

Somed merupakan seorang pengusaha di desanya. ia memilih menjadi kepala desa karena tertarik
dengan jabatan serta kekuasan. Sedangkan Bartiar dan Yusud merupakan pegawai Swasta rendahan di
kampungnya

Pemilihan kepala desa baru di mulai. banyak orang berbondong bondong datang ke tempat pemilihan
suara.

Kabar burung yang saling beredar di desa Jaya menyatakan bahwa Pak Somedlah yang berhak
memegang jabatan sebagai kepala desa. maklum pak Somed adalah sebagai pengusaha yang banyak
duitnya. sehingga penduduk kampung disini termakan rayuannya.

Hari demi hari berlalu kemenangan kepala desa baru jatuh kepada Pak Somed. Kemenangan Pak Somed
tentu saja membuat istrinya sangat bahagia. Istri pak Somed mempunyai kepribadian yang sombong
suka shoping serta hura-hura. Sedangkan anak-anak mereka mempunyai kepribadian seperti ayahnya
yang baik hati. Namun Pak Somed sering terpengaruh dengan istrinya yang cerewet. Budi adalah adalah
anak satu-satunya dari pasangan pak Somed dan Melani. Budi memiliki sikap yang jujur dan baik hati,
lain dari sikap kedua orang tuanya. Dia merupakan seorang pelajar SMP yang baru menduduiki kelas VII
di Sekolah Negeri 1 Jaya.

Kehidupan pak Somed dan keluarganya berubah semenjak terpilih menjadi kepala desa baru. Namun
roda pemerintahan yang dijalankannya belum juga mengalami perubahan dan masih seperti yang dulu
kala. Suatu malam terjadilah pembicaraan yang sangat rahasia antara Melani dan pak Somed.

“apakah bapak tidak ingin membeli mobil baru. lihat tu..tetangga sebelah sudah membeli mobil baru”

" Kita kapan pak?

“aduhh Melani..”. Mau beli mobil?


" Mana bapak punya uang."

" Kamu kan sudah mengetahui slip gaji bapak kan

“ah Bapak..itu saja dipikirkan”.

" Bapak pakai sajalah uang kas desa itu. Kan bisa buat beli mobil?"

Pak Somed semakin bingung melihat tingkah laku istrinya dan pada

Akhirnya pak Somed pun termakan rayuan istrinya untuk mengambil dana kas desa. 3 hari berlalu, mobil
baru terparkir di grasi rumah pak Somed. Orang-orang desa yang lewat di depan rumahnya tentu saja
heran melihat kepala desanya membeli mobil baru. Mereka berpikir dari mana dia mendapatkan uang
sebanyak itu. Sedangkan desa Jaya semakin lama semakin parah. Jalan desa rusak, jembatan putus dan
persediaan air semakin sedikit. Penduduk desa pun mulai curiga dengan sikap pak Somed sebagai kepala
desa baru. Suatu waktu banyak orang-orang desa berkumpul di depan rumah Pak Somed. Mereka
melakukan orasi untuk menuntut Pak Somed agar mundur dari jabatan sebagai kepala desa. Mereka
geram dengan kelakuan Pak Somed karena desa Jaya yang dipimpinnya tidak juga mengalami perubahan.
Orang-orang kampung berteriak dengan lantang....

"PECAT PAK SOMED!!!

Begitulah orang –orang yang kampung berorasi sambil membawa spanduk bertuliskan “Pak Somed
Korupsi!”.

Orang-orang Desa yang berorasi tidak juga dihiraukan oleh Pak Somed dan Melani. Mereka tidak ambil
peduli terhadap orang desa yang berorasi.
Budi anak satu-satunya dari pasangan pak Somed dan Melani merasa resah melihat tingkah laku ayah
dan ibunya yang sering bertengkar. Budi hanya diam dan tidak ingin campur tangan mengurusi kedua
ayah dan ibunya dan memilih utnuk menghabiskan waktu bermain game di rumah.

Suatu ketika ketika Budi sampai di sekolah. Suara bisikan yang tak lazim didengarnya membuat budi
bertanya-tanya. Apa yang mereka bisikan terhadap ku setiap aku lewat ke depan kelas? Pikir budi. Budi
pun merasa terasingkan dan dijauhi oleh teman-temannya. JAUHI ANAK KORUPTOR! Suara keras yang
dilontrakan teman-temannya membuat budi semakin terenyak dan sedih. Budi merasa hina dan jijik
mendengar kata-kata itu dan dicap sebagai anak korupsi. Melihat situasi tersebut Budi akhirnya pulang
untuk menenangkan diri.

Pagi berlalu budi siap-siap berangkat ke sekolah. Tetapi ada hal yang aneh dalam diri Budi. Pasalnya
seragam sekolah yang biasa dikenakannya pada saat sekolah tidak dipakainya hari ini. telanjang setangah
pinggang. Budi hanya memakai tas, sepatu serta celana sekolah yang berwarna biru. Nampak di ruang
tamu ayah Budi yang bernama Pak Somed tengah asik meminum kopi dan membaca kor

“Pa...Budi berangkat ke sekolah dulu ya?”.

“loh...mana seragam sekolah kamu”. Kok ga dipakai Budi. Apakah kamu tidak malu telanjang setengah
pingang. Apa kata teman-teman kamu nanti Budi!!

Dengan suara yang agak keras Pak Somed menasihati Budi. Namun Budi hanya tersenyum melihat
ayahnya mengomel

”Budi hanya malu apabila melakukkan KORUPSI Pa! Soalnya tidak pakai baju hasil korupsi sejjjukkkk... !!!”

" hhahhhhh..pak Somed langsung terperanjat dan mengalaim serangan jantung"

Pak Somed pun dilarikan ke rumah sakit terdekat. Istri pak Somed yaitu Melani sangat terpukul melihat
kondisi suaminya terbaring kritis di rumah sakit. Melani menyesal telah mempengaruhi pak Somed untuk
melakukkan Korupsi dana desa tersebut.
Seminggu kemudian kondisi pak Somed semakin membaik. Budi dan Melani pun bahagia dan tersenyum
melihat Pak Somed.

“maafkan Melani ya Pa! yang telah membuat papa menjadi seperti ini. Melani janji tidak akan
mengulanginya lagi.(Melani menangis tersedu-sedu menyesali perbuatannya).

“ya...ga apa-apa”Melani. Nasi sudah menjadi bubur. Apa boleh buat. Terima sajalah takdir dari Tuhan.

"terima kasih Pa....(melani pun langsung memeluk Pak Somed)

Setelah Pak Somed sembuh dari penyakitnya, Pak Somed ditetapkan sebagai tersangka karena
melakukan tindakan korupsi yaitu penyelewengan dana kas desa. Pak Somed pun tidak dapat mengelak
lagi dan pasrah apa yang telah diperbuatnya. Pada akhirnya Pak Somed pun dijebloskan ke dalam
Penjara.

Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama tokoh, karakter, tempat, waktu dan peristiwa
baik sebagian maupun seluruhnya itu semua karena disengaja bela
Korupsi Oh Korupsi

by : Agif Prasetyo, Era Agita, Kodis Sulaeman

Mahasiswa Teknik Sipil

Universitas Gunadarma

Ilmu Budaya Dasar

Korupsi, apa sih korupsi itu ?

Kenapa setiap kita mendengar satu kata ini pasti terbetik kesan yang sangat mendalam, satu kata yang
sangat keramat yang mengandung banyak makna di dalamnya. Jika kita ditanya apakah korupsi itu,
mungkin kita akan menjawab korupsi itu yah mengambil uang atau hak milik orang lain dalam jumlah
besar pastinya yang ditujukan untuk kepentingan pribadi seperti yang sering dilakukan oleh para petinggi
Negara Republik Indonesia ini. Ya, itu juga bisa dikatakan korupsi.Karena korupsi itu sendiri memiliki arti
memanfaatkan sesuatu yang bisa berupa materi atau apapun untuk kepentingan pribadi yang dilakukan
tidak pada tempatnya dan dapat mengakibatkan kerugian bagi beberapa pihak di dalamnya.

Sebenarnya korupsi itu tidak harus selalu berwujud materi atau uang, melainkan korupsi juga bisa
berupa hal sepele yang mungkin tidak terpantau dan tidak terasa oleh kita, padahal hal tersebut bisa
merugikan kita sendiri seperti korupsi waktu, korupsi pikiran, korupsi tenaga, dan lain sebagainya.Dan ini
adalah ceritaku tentang bagaimana aku yang bisa dibilang kurang baik dalam mengatur dan
memanfaatkan waktu.

Alarm berbunyi, waktu sudah menunjukkan jam enam lewat lima puluh menit. Hari ini adalah hari Rabu,
tanggal 28 Desember 2011.Hari yang cerah untuk memulai aktifitas layaknya yang biasa dilakukan oleh
para mahasiswa kebanyakan, yaitu yah berangkat kuliah. Walaupun kuliah hari ini dimulai sekitar satu
jam lagi. Tapi, aku tidak merasa takut telat masuk dan tetap merasa tenang melakukan apa yang ingin
aku lakukan sebelum aku harus bertemu dengan pelajaran yang memusingkan itu nanti di kampus.
Karena pikirku lagipula “Pasti dosennya telat hari ini seperti biasa, lagian hari ini kan pelajaran
pendidikan pancasila. Tenang aja ah.” Kucoba menenangkan diriku, supaya ga terlalu ribet bawaannya.
Yah, begitulah kebiasaanku yang menganggap semua hal menjadi sebuah masalah yang mudah dan pasti
aku bisa menghadapinya, dan menurutku mungkin saja mahasiswa lainpun sering melakukan hal yang
sama seperti aku.

Aku, adalah anak kedua dari dua bersaudara. Aku saat ini tengah menjadi mahasiswa jurusan sastra di
salah satu perguruan tinggi swasta di daerah ibu kota.

“Rendy, kamu nunggu apa lagi ? Sekarang sudah jam berapa, cepat turun kita sarapan.”

Itulah namaku, Riorendy Munawan biasa dipanggil Rendy.

“Ya bu, tunggu sebentar aku lagi pake sepatu !”

Yang berteriak-teriak tadi itu adalah ibuku. Ibu memang hampir setiap hari melakukannya di depan
kamarku sekedar untuk mengingatkanku agar segera turun ke ruang makan bersama sebelum aku
berangkat kuliah. Beliau memang seorang ibu yang sangat perhatian dan penuh dengan kehangatan bagi
kami anak-anaknya.Setelah memakai sepatu aku lekas turun ke ruang makan.

“Ya bu, aku turun nih”, jawabku

“Kamu sekarang ada kuliah apa nak ?”, Tanya ibuku

“Ya bu, aku hari ini ada jadwal kuliah pancasila”, jawabku.

“Kamu memangnya masuk jam berapa ?”, Tanya ibu

“ sekarang kan sudah hampir jam setengah delapan”.

“Hmm, gawat.. Oh iya bu, aku lupa. Aku hari ini masuk jam delapan. Yasudah kalau gitu aku berangkat
dulu yah bu”, sambarku.

“Kamu tuh yah kebiasaan lupa waktu, sudah cepat sana berangkat nanti kamu telat lagi”

“Ya bu, aku berangkat sekarang ya bu. Assalamu’alaikum”

“Ya, wa’alaikum sallam, hati-hati ya nak”.

“Ya bu ..”

Ini adalah kebiasaan burukku yaitu tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik.Dari rumah aku terlihat
terburu-buru berangkat, padahal setelah di luar rumah aku berangkat dengan santai lagi.Pikirku masih
seperti tadi, pasti dosennya bakalan telat masuk makanya aku tidak usah terlalu terburu-buru lah, santai
saja. Di jalan aku bosan melihat baliho, iklan jalanan dan lain sebagainya yang selalu saja menuliskan
kata-kata anti korupsi, memang aku adalah orang yang sangat membenci perbuatan korupsi. Aku sangat
mengutuk orang yang melakukan itu, karena menurutku hal tersebut adalah perbuatan yang paling hina
yang pernah ada, lebih hina dari seorang pelacur sekalipun. Aku heran dengan kondisi Negara yang aku
tinggali ini, kenapa susah sekali menghilangkan tindakan-tindakan korupsi yang tengah menjadi topik
utama disemua pemberitaan. Apakah orang-orangnya yang sudah tidak mengindahkan nilai-nilai hukum,
norma-norma yang berlaku, atau memang Negara ini yang sudah mendapatkan kutukan dari sang
pencipta sehingga yang namanya perbuatan korupsi besar-besaran tidak akan pernah bisa dihapuskan
dan akan selalu merambat hingga ke partikel-partikel terkecil dari masyarakat. Kalau memang begitu,
berarti Negara ini akan semakin hancur saja, rakyat-rakyat yang tidak bersalahpun akan banyak yang ikut
merasakan kerugian dari perbuatan tidak bertanggung jawab para pelopor korupsi itu. Aku bingung
jadinya dengan Negara ini yang semakin hari semakin buta akan hukum. Seakan hukum itu sudah tidak
mau lagi mengibris mereka yang pintar membolak-balikkan dan mengacak-acak perilaku pelanggaran
hukum dengan kekuasaan yang dimilikinya. Tapi, ya sudahlah itu kan bukan urusanku. Negara ini kan
mempunyai lembaga-lembaga khusus yang sudah disediakan untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Setibanya di kampus aku langsung masuk ke kelas dan benar saja apa kataku, walaupun jarum jam sudah
mondar-mandir di angka Sembilan tapi dosen itu belum datang juga. Kulihat yang lainnya sedang sibuk
dengan pekerjaannya masing-masing.Ada yang sedang mengotak-atik laptop entah sedang mengerjakan
tugas atau sekedar memainkannya untuk menghilangkan rasa bosan, ada yang sedang asik
bercengkrama mengobrolkan pengalamannya tadi malam bersama pacarnya kepada teman-temannya,
sampai-sampai ada juga yang sedang menjajakan barang dagangannya, sungguh lengkap sekali
kelasku.Dua puluh lima menit berlalu, akhirnya dosen yang ditunggu datang juga. Hari ini dia mengajar
dengan mengenakan baju berwarna merah muda, dengan celana yang dipakai terlalu atas.Membuat aku
ingin tertawa saja. Untuk pelajaran kali ini dia sedikit lebih tegas rupanya dia akan menerangkan tentang
korupsi, hal yang paling aku benci. Nampaknya dosen yang satu ini sangat bersemangat menerangkan
apa yang dia ketahui dan ingin kami semua memperhatikannya dan bisa menerima maksud dari
omongannya, terlihat dari caranya menerangkan. Pelajaran selesai ahnya dalam hitungan jam saja, kira-
kira dua jam lebih lima belas menit dia masuk lalu pergi lagi. Namun begitu, tetap dia meninggalkan
sesuatu kepada kami, dia memberikan tugas.Tidak seperti biasanya beliau memberikan kami tugas
kuliah, padahal biasanya dia masuk hanya menerangkan tanpa memberikan tugas.Namun kali ini
berbeda, rupanya dia ingin kami lebih memahami lagi tentang dampak dari korupsi.

Sepulang kuliah aku langsung mencari bahan untuk tugas pancasila tadi.Ku buka buku-buku pelajaran
yang berhubungan dengan hal tersebut, bolak-balik kucari tapi tidak ketemu juga.Merasa jenuh, akupun
memutuskan untuk mencarinya di internet, tempat yang paling lengkap dari semua tempat yang ada.Aku
cari kesana kemari, hingga akhirnya aku menemukan satu masalah mengenai korupsi yang sesuai dengan
tugasku.Dan setelah aku baca-baca ternyata itu adalah kasus yang tengah menimpa tetanggaku, aku
menjadi semakin semangat untuk membacanya dan hingga akhirnya aku memutuskan untuk menelusuri
lebih lanjut mengenai masalah tersebut. Lagipula kejadiannya kanada disekitarku, pasti akan lebih
mudah untuk mengetahui lebih lanjutnya. Aku datangi rumah tetanggaku yang tengah terbelit kasus
korupsi itu, kucari info selengkap-lengkapnya dari masalah itu.Ku catat setiap info yang aku dapatkan dari
pencarianku, hingga akhirnya aku dapatkan kesimpulan dari permasalahan yang dilakukan oleh pak
Adam itu.Kira-kira seperti ini kisahnya.
Pak Adam adalah seorang kepala keluarga yang merupakan keluarga yang cukup harmonis, beliau
menikahi seorang wanita bernama Rossa keturunan noni belanda yang cantik dan baik hati.Mereka
berdua hanya bisa mempunyai seorang anak perempuan karena suatu kejadian dimasa lalu dan kini
anaknya sudah berusia sepuluh tahun, namanya Anti. Pak Adam adalah seorang pegawai di perusahaan
swasta dan ia sudah mengabdikan dirinya untuk perusahaan tersebut sejak ia menyelesaikan
pendidikannya kira-kira lima belas tahun yang lalu. Pak Adam adalah seorang pegawai yang rajin dan
sering mendapatkan predikat sebagai pegawai teladan, sehingga ia menjadi pegawai yang sangat
dipercaya oleh perusahaan tempat ia bekerja. Namun pada suatu hari terdengarlah kabar bahwa
anaknya mengidap sebuah penyakit yang sangat mematikan dan memerlukan banyak uang untuk bisa
mengobati penyakit tersebut.

“Pah, anak kita kenapa pah ? Dari hidungnya keluar darah, tapi badannya dingin dan dia mengeluarkan
keringat dingin sejak tadi sore”, bu Rossa panik.

“Memangnya kamu beri makan apa dia ?”, sahut pak Adam.

“Ya mamah kasih makanan seperti biasa, kayanya ga mungkin deh kalo dia salah makan. Toh semua yang
dia makan kan sama dengan apa yang mamah makan. Coba papah liat deh”, bu Rossa menjelaskan.

“Wah, papah juga ga ngerti mah papah kan bukan dokter. Lebih baik kita bawa saja dia ke rumah sakit.”

“Ya pah, ayo cepat kita bawa Anti ke rumah sakit. Mamah takut terjadi apa-apa sama dia”

“Ya sudah, kamu yang angkat dia. Papah mau menyalakan mobil dulu”.

Mereka pun pergi ke rumah sakit terdekat.

“Dok, anak saya kenapa ini dok ?”, tanya Pak Adam.

Sejak tadi dia tidak berhenti menggigil dan tadi sempat mengeluarkan darah dari hidungnya”, Tanya pa
Adam panik.

“Sebentar saya periksa dulu pak, silahkan bapak dan ibu menunggu di luar !”, jawab dokter
menenangkan.

Dokter itupun masuk ke ruang ICU dan memeriksanya sambil memberikan pertolongan pertama pada
anak gadis itu. Setengah jam berlalu namun dokter tersebut belum keluar dari ruang penting itu. Lima
menit kemudian si dokter keluar dan mendekati pak Adam dan bu Rossa.

“Pak, anak bapak mengalami kerusakan pada otaknya dan harus secepatnya dilakukan operasi. Tapi kami
disini tidak mempunyai alat yang mendukung, kalau menurut saya lebih baik bapak membawanya ke
Singapura untuk mendapatkan hasil yang lebih baik karena disana dokternya sudah relevan dan
persediaan alat-alatnya pun sudah tersedia lengkap dibandingkan dengan di rumah sakit ini”, kata
dokter tersebut.
“Apa dok, memangnya separah itu kondisi anak saya sampai-sampai harus dirujuk ke Singapura. Kira-kira
kami harus mengeluarkan biaya berapa dok untuk melakukan operasi tersebut ?”, Tanya pak Adam.

“Karena penyakitnya yang sudah masuk stadium akhir, bapak harus melakukan operasi tingkat akhir agar
anak bapak bisa diselamatkan dan biayanya kira-kira dua ratus lima puluh juta rupiah untuk operasinya
dan setelah operasi anak bapak harus mengikuti beberapa proses terapi rutin”, jawab dokter.

“Apa ? Sebanyak itu dok ? Apa tidak bisa dilakukan di Indonesia saja ? Tapi anak saya pasti bisa selamat
kan dok ?”, bu Rossa panik.

“Ya bu, memang harus dilakukan di luar negeri untuk mendapatkan hasil terbaik. Untuk harapan
selamatnya adalah lima puluh persen, itupun sudah harapan terbesar bu. Hal ini disebabkan karena
kondisi anak ibu yang sudah terlalu parah”.

“Tapi, kenapa penyakitnya mendadak seperti ini. Padahal anak saya tidak punya catatan sakit keras dok,
tapi kenapa bisa jadi seperti ini dan kenapa anak saya, kenapa bukan saya saja.”

“Ya bu, ini adalah sebuah penyakit langka yang bisa datang kapan saja tanpa melihat waktu dan batasan
usia”.

Mendengar perkataan dokter tadi pak Adam dan bu Rossa merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat
apa.

“Pah, bagaimana kalau sekarang saja kita melakukan operasinya. Sebelum semuanya terlambat”.

“Iya mah papah juga maunya begitu, tapi..”

“Tapi kenapa pah?”

“Tapi, uang tabungan kita kan tidak cukup. Kita tidak mungkin kan menjual rumah kita, nanti kita mau
tinggal dimana.”

“Terus gimana pah ? Mamah ga mau kalau harus kehilangan Anti, mamah ga sanggup pah.”

“Iya, papah juga ga sanggup kalau harus kehilangan Anti, anak kita. Tapi kita harus siap menerima
kemungkinan terburuk yang mungkin saja bisa terjadi, tapi papah pasti akan berusaha untuk
mendapatkan uang itu. Mamah tenang aja ya, biar urusan ini papah yang selesaikan”, pak Adam
mencoba menenangkan keadaan.

Kesana kemari pak Adam mencari pinjaman uang untuk operasi anaknya, namun tidak juga dia
mendapatkannya.

“Pak, saya boleh meminjam uang perusahaan tidak pak ? Untuk biaya operasi anak saya pak. Kondisinya
sudah sangat parah”, bujuk pak Adam.

“Memangnya berapa yang anda butuhkan ?”


“Sekitar dua ratus lima puluh juta rupiah pak”

“Sebesar itu ? Maaf pak, Perusahaan ini hanya bisa meminjamkan uang kepada para pegawai maksimum
sebesar seratus juta rupiah saja”

“Jadi tidak bisa pak ?”

“Iya, maaf pak ini sudah menjadi peraturan perusahaan”

Pak Adam mulai kebingungan kemana lagi ia harus mencari pinjaman uang untuk operasi anaknya,
padahal kalau tidak segera dioperasi kondisi anaknya akan semakin buruk. Akhirnya setelah dia
memikirkannya semalaman, dia menemukan satu-satunya jalan keluar yang bisa ia ambil. Keesokan
harinya ia melakukan apa yang ia pikirkan semalam tadi.

“Ini dok biaya operasinya, dua ratus lima puluh juta rupiah. Bisa kita melakukan operasi sekarang ?”,
gubris pak Adam.

“Tentu saja pak. Bapak tinggal membayarnya di bagian administrasi, dan kita akan segera terbang ke
Singapura untuk menjalani operasi anak bapak”, tegas dokter.

“Okey dok, lebih cepat lebih baik”, tambah pak Adam.

Akhirnya Anti pun dibawa ke Singapura untuk melakukan operasi. Satu minggu berlalu setelah operasi
tersebut, Anti sudah mulai bisa dibawa pulang namun masih harus menjalani beberapa proses terapi
guna memulihkan kondisinya.

Betapa senangnya bu Rossa melihat anaknya yang kembali sehat dan bisa tersenyum lagi. Namun
demikian, raut wajah pak Adam terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.Wajahnya tersenyum namun
senyumnya terasa getir. Nampaknya pak Adam sedang memikirkan sebuah masalah yang hanya dia yang
tahu. Seakan dia sedang mengangkat batu yang sangat besar dan menahannya agar anak dan isterinya
bisa bernapas dan terbebas dari himpitan batu besar itu. Disaat pak Adam dan bu Rossa sedang duduk
santai sejenak setelah melewati hari-hari yang berat, tiba-tiba saja terdengar suara ketukkan pintu dari
arah ruang tamu. Langsung saja mereka mambuka pintu tersebut, dan ternyata yang datang adalah dua
orang polisi bersama dua orang lainnya.

“Permisi bu, apa benar ini kediaman bapak Adam ? Saya mendapatkan perintah untuk menahan suami
anda”, tegas si polisi.

“Iya benar ini rumah pak Adam, saya isterinya ada apa ya pak ? Kenapa tiba-tiba bapak ingin menangkap
suami saya ?”, tanya bu Rossa kaget.

“Begini bu, suami ibu dituduh terlibat dalam kasus penggelapan uang perusahaan tempat suami ibu
bekerja. Untuk itu saya mohon bantuannya untuk mempercepat dan tidak mempersulit proses
penangkapan ini”, tegas polisi.
Lantas polisi tadi langsung saja membuat tangan pak Adam tak berkutik dilahap borgol yang dibawa si
polisi itu.

“Papah ada apa sih ? Papah engga salah kan, cepat jelaskan pada pak polisi ini bahwa papah tidak
bersalah”, potong bu Rossa khawatir.

“Begini mah, mamah tahu tidak biaya untuk operasi Anti papah dapat dari mana. Papah memakai uang
perusahaan untuk operasi anak kita. Papah terpaksa mah, papah sudah bingung harus mencari kemana
lagi biaya sebanyak itu. Makanya papah terpaksa melakukan itu”, jelas pak Adam kepada bu Rossa
meyakinkan.

“Pah, papah becanda kan ?”, bu Rossa bertanya memaksa.

“Tidak mah, papah serius. Papah terpaksa, papah ingin anak kita Anti tetap bisa melihat dunia.Papah
ingin kelak dia bisa menjadi anak kebanggaan keluarga, papah juga ga mau kalau mamah sedih karena
harus kehilangan anak semata wayang kita. Semua ini papah lakukan hanya untuk keluarga kita terutama
untuk mamah dan Anti. Maafin papah ya mah”, jawab pak Adam.

“Apa?”, sang istri terkejut.

Seorang suami yang selama ini dikenal olehnya sebagai pekerja keras, jujur, dan bertanggungjawab
kepada anak dan istrinya serta bisa menjadi ayah yang sempurna yang dapat memberikan contoh untuk
anakknya ternyata sudah gelap semua itu. Kini rasa kepercayaan sang istri mulai sirna seiring sebuah
kesalahan terbesar yang dilakukan oleh istrinya sendiri. Walaupun sudah banyak pengorbanan dan
kebaikan yang dilakukan oleh suaminya, tetap saja ketika mendapati suami bersalah karena kasus korupsi
adalah kesalahan dan dosa terberat sekaligus musibah terdahsyat dalam hidupnya. “Sungguh mengapa
harus aku yang mengalami keadaan seperti, menjadi istri seorang koruptor dan mendapati anak yang
mengalami gangguan pada otaknya”, tersentak sang istri pun menangis pedih.

Pak Adam segera dibawa ke pengadilan dan di vonis hukuman selama 15 tahun di penjara.Jika Pak Adam
ingin selamat dari hukuman penjara tersebut, maka Pak Adam di minta untuk membayar uang denda
sebesar 1 Milyar rupiah.“Secara logikanya bagaimana mungkin membayar uang denda, sementara untuk
menyewa seorang pengacara saja Aku tidak mampu.”

“Bagaimana anak dan istriku ?”

“Mereka akan makan dengan apa?”

“Siapa yang akan menafkahkan mereka selama aku di penjara?”

“Bagaimana dengan sekolah dan cita – cita anakku?”

Anakku pasti akan malu mempunyai seorang ayah seorang penggelap uang.
Dua bulan sudah Pak Adam dipenjara, kini anak istri sudah terlantar bagaikan tak punya pemimpin dalam
sebuah keluarga.Ditambah lagi untuk menebus semua hutangya kepada perusahaan, rumah Pak Adam
yang kini di tempati oleh istri dan anaknya disita oleh perusahaan.Sang istri memutuskan untuk
membawa anaknya Anti ke rumah Eyangnya.Anti pun keluar dari sekolahnya dan memutuskan untuk
pindah di daerah pedesaan yang biayanya lebih murah di banding di Kota.

Mendengar cerita sang anak, Eyang Anti pun yang sekaligus sebagai mertua dari Pak Adam tidak terima
melihat anaknya diperlakukan seperti ini, sang Eyang berusaha memisahkan keduanya dan mengambil
anaknya kembali untuk hidup bersamanya. Namun, sang meanantu menolaknya, karena bagaimanapun
perbuatannya itu semata – mata hanya untuk keselamatan anak tercintanya juga.

Na’as nya, satu tahun sudah Pak Adam di penjara, sang mertua seakan – akan menambahkan beban
berat yang sudah di pikul selama setahun di penjara. Mendengar kabar kalau sang mertua akan
menjenguk Pak Adam di penjara, perasaan bahagia dan senang tak terbendung di hati Pak Adam. Tidak
sabar melihat kedatangan sang mertua yang akan membawa istri serta anaknya untuk menjenguknya di
penjara, Pak Adam lekas membersihkan diri.

Di balik jeruji besi. Sebuah ruangan sempit berukuran dua kali dua meter persegi beralaskan ubin yang
dipenuhi dengan debu dan kotoran, jika dilihat disudut ruangannya banyak binatang – binatang kecil
yang baunya semerbak, serangga – serangga terlihat berjalan disekitar dinding ruangan tersebut,
ditambah lagi tumpukan sarang laba – laba di sudut atas dinding ruangannya.

Pak Adam hanya bisa tidur di atas ubin yang beralaskan tikar, tidak seperti kebiasaan dulunya dengan
kasur yang mewah dan empuk.Untuk mandi saja Pak Adam harus mengantri dengan para tahanan
lainnya karena hanya ada kamar mandi umum. Makanan yang Ia makan pun berbeda dari kehidupan
sebelumnya, dari makanan yang mewah menjadi hanya ala kadarnya seperti tahu dan tempe. Untuk
beraktivitas pun Iahanya punya ruang disekitar lingkungan penjara.

Suatu hari yang cerah Ia tahu bahwa mertua, istri dan anaknya akan datang menjenguknya. Segera
ia mempersiapkan diri dari mulai mencukur jenggot, menggantikan pakaian yang sudah beberapa hari
tidak digantinya dengan pakain yang bersih. Semuaia lakukan hanya untuk terlihat rapih di depan
keluarganya yang sangat ia cintai.

Waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi, keluarga Pak Adam tiba di penjara, raut wajahnya terlihat
sangat bahagia melihat kedatangan keluarganya. Belum sampai memeluknnya anaknya, sang mertua
langsung menghalangi keribduan antara anak dan ayah tersebut.

“ Jangan sentuh cucuku! “, seru sang mertua

“ Memangnya kenapa bu?”, Tanya sang menantu

“ Aku tak sudi melihat cucuku disentuh oleh seorang narapidana penggelap uang sepertimu!”, tegas sang
mertua
“ Tapi Anti anakku, dia darah dagingku yang aku rindukan selama ini”, jawab Pak Adam

“ Sudah Mah biarkan saja, dia kan ayah dari anakku juga, lagipula Anti sering menangis karena
merindukan ayahnya ”, ucap Rosa kepada ibunya

“ langsung saja pada tujuanku kesini adalah untuk menyerahkan surat perceraian antara kamu dengan
anakku untuk segera kau tandatangani”, tegas sang mertua

“ Apa ibu yakin dengan perkataan ibu?”, jawab Pak Adam sambil terkejut

Sang istri terdiam tanpa kata karena takut akan ibunya, dalam lubuk hati yang paling dalam, Rosa masih
menyayangi sang suami, namun apa daya, perbuatan suaminya itu memang sudah sangat bersalah.
Dalam tangisannya dihadapan ibu, anak, serta suaminya, Rosa mengatakan bahwa “ Sesungguhnya aku
masih meyakini kepemimpinanmu, namun sebuah kesalahan besar yang telah kamu lakukan, membuat
aku rapuh akan segalanya”.

Sang suami mengatakan, “ Sungguh itu ucapan yang keluar dari bibir lembut istriku?”

“ Masih adakah kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya?” Tanya pak Adam

Aku masih merindukan semuanya

Kisahku dan kisahmu

Aku masih membutuhkan segalanya

Kasih dan sayangmu

Aku ingin melihat seutuhnya tawa dan candamu

Tak akan ada lagikah aku dalam hidupmu

Tak kan ada lagi kisah ku persembahkan

Kini hanya untaian air mata basahi tubuhku

Akankah semua kan terulang kembali

Suasana haru membanjiri ruangan pertemuan mereka di penjara, sang ibu tetap memaksa terjadinya
perceraian. Akhirnya ketukan palu hakim Pengadilan Agama memutuskan bahwa keduanya resmi
bercerai, Dan hak asuh anak diberikan kepada sang istri yang sekaligus sebagai ibu dari anak mereka.
Setelah persidangan tersebut memberikan hasil terbaik, sang istri kembali kepada ibu kandungnya
dan tinggal di desa tempat ibunya tinggal. Kini Anti tidak lagi bersekolah di Kota melainkan dipindahkan
ke sekolah di daerah pedesaan karena Anti ikut tinggal dengan ibunya.Mendengar kabar tersebut, sang
suami semakin sedih dan terpuruk meratapi kesalahannya. Kesedihan Pak Adam semakin terasa lengkap
karena ibundanya tiba – tiba terserang penyakit stroke akibat ia di penjara. Perusahaan tempat ia bekerja
pun memberikan surat pemecatan untuk dirinya.

Selesai sudah tugas pancasilaku, dan aku mendapatkan kesimpulan dan pelajaran berharga bahwa
seseorang bisa melakukan perbuatan yang tidak terpuji yang dalam hal ini adalah korupsi karena
beberapa faktor yang memaksanya untuk melakukan hal tersebut.Kisah dari keluarga pak Adam ini
memberikan pengetahuan kepadaku bahwa korupsi itu bisa terjadi karena faktor keterpaksaan,
kebutuhan yang mendadak yang membutuhkan banyak uang, dilakukan untuk pengabdian atau rasa
cinta yang berlebih kepada orang terdekat kita, dan yang paling utama adalah karena adanya
kesempatan. Pada kasus pak Adam ini dia melakukannya selain karena terpaksa dan tersendat
kebutuhan akan uang banyak untuk kepentingan anaknya, dia juga bisa melakukan korupsi karena dia
memiliki kesempatan yaitu dengan diberikannya kepercayaan yang besar kepadanya dan dia
memanfaatkannya pada koridor yang tidak benar.

Anda mungkin juga menyukai