Tugas Kontrol Dokter Kuni

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Tugas Kontrol I

1. Tonus bibir itu bagaimana?(Widhiasti, 2011)


I. Pada normalnya (kompeten),tonus otot bibir keadaanya pada saat mandibular
istirahat seharusnya menghasilkan kontak antara bibir atas dan bawah yang
ringan dan konstan. Dan bibir bawah menutupi sepertiga insisal permukaan labial
gigi I RA.
II. Keadaan inkompeten: dimana keadaan bibir dalam keadaan berpisah dan tidak
mampu berkontak ringan. Bibir bawahnya terletak di belakang gigi I RA,dan bibir
atas tampak pendek,hipotonus dan hampir tidak berfungsi. Jika jarak antarlabial
pada keadaan istirahat >4mm, bibir dapat dianggap tidak kompeten. Pasien akan
belajar untuk terbiasa mengatupkan bibir dengan kerja otot yang lebih keras dan
memosisikan mandibulanya ke depan.
III. Berpotensi kompeten: bibirnya secara potensial dapat mengatup tetapi biasanya
tidak mengatup (pada pasien yang insisivus atasnya terletak diantara bibir bawah
dan atas) (Pambudi, 2009).

2. Frenulum klasifikasi?(Akin, 2015)


I. Frenulum rendah adalah seluruh frenulum melekat pada mukosa alveolar
II. Frenulum sedang adalah seluruh frenulum melekat pada mukosa alveolar sampai
dengan gingiva cekat.
III. Frenulum tinggi adalah seluruh frenulum melekat pada mukosa alveolar sampai
dengan gingiva cekat dan gingiva tepi.
3. Macam etiologi?
I. Menurut grabber dibagi menjadi faktor umum dan faktor lokal (grabber, 2016)
A. Faktor Umum:
 Gangguan perkembangan pertumbuhan bayi/herediter: fethal alcohol syndrome
(akibat tingginya kadar alcohol dalam darah saat trismester pertama), treacher
Collins syndrome ( dimana kurangnya jaringan mesenkim),craniofacial microsomia
kurangnya pertumbuhan pada area fasial lateral seperti di daerah telinga,kedua
ramus mandibular dan yang berhubungan dengan jaringan lunak (otot, fascia)
hilang atau kurang, cleft and palate yang dimana kegagalan menyatunya prosesus
tengah median dan lateral dan prominen maksila yang dimana normalnya terbentuk
selama 6 minggu (profit, 2013).
 Bad habit: menghisap jari,bernafas lewat mulut (karena adanya kelainan jalur
nafas,alergi,polusi udara (Jain, 2014)),tongue thrusting (grabber, 2016).

B. Faktor lokal (Gill, 2008):


a) DDM

Disharmoni dentomaksiler yaitu disproporsi atau ketidak sesuaian antara besar


lengkung rahang dan besar gigi geligi. Etiologi atau sebab terjadinya DDM adalah faktor
herediter (keturunan). DDM bisa terjadi hanya pada salah satu sisi ataupun pada salah
satu rahang. Keadaan yang sering dijumpai karena DDM adalah gigi-geligi yang besar
pada lengkung geligi yang normal atau gigi yang normal pada lengkung geligi yang kecil
sehingga menyebabkan gigi berdesakan.
DDM dibagi menjadi tiga tipe, antara lain:

a. Tipe berdesakan: merupakan keadaan yang sering dijumpai yaitu ukuran gigi-gigi
yang berukuran besar pada lengkung geligi yang normal, atau ukuran gigi normal pa
da lengkung geligi yang kecil sehingga menyebabkan letak gigi berdesakan.
b. Diastema menyeluruh: tidak adanya harmoni antara besar gigi dan lengkung gigi
yaitu ukuran gigi kecil dengan lengkung geligi normal ataupun ukuran gigi normal
dengan lengkung geligi yang besar.
c. Tipe transitoir: ketidakharmonisan erupsi gigi dengan pertumbuhan tulang, yang
menyebabkan gigi berdesakan. DDM tipe transitoir ini bisa terkoreksi
seiring bertambahnya usia karena pertumbuhan tulang rahang dan ukuran gigi tetap
sehingga ada keterlambatan pertumbuhan, maka tidak dianjurkan melakukan
pencabutan karena dapat menyebabkan diastema. Untuk mendiagnosa DDM tipe ini
bisa dilakukan perbandingan antara gambaran normal gigi geligi saat itu dengan
gambaran dari gigi pasien.

b) Variasi jumlah gigi:


 Hipodontia: keadaan dimana tidak ada satu atau beberapa benih gigi sulung
atau permanen (oligodontia = lebih dari 6;anodontia=tak tumbuh seluruh
gigi).
 Supernumeri: adanya gigi tambahan, seperti konus/mesiodens, odontoma,
tuberkulat(ini gigi yang tumbuhnya lebih belakangan dibandingkan dengan
gigi konus dan gigi ini muncul pada permukaan palatal dari gigi I1 dan tidak
bererupsi pada masa kanak-kanak. Gigi ini dapat menyebabkan
memperlambat erupsi dari gigi I1).
 Tanggal prematur : tanggalnya gigi sulung yang dini diakibatkan
karies,trauma atau resorpsi akar.
 Persistensi : tanggalnya gigi sulung yang tidak sesuai dengan waktunya.

c) Variasi ukuran gigi:


 Makrodontia dan Mikrodontia ada hubungannya dengan penyimpangan
Bolton (yaitu jumlah relative dari lebar mesiodistal gigi-geligi bawah
dibandingkan dengan atas akan menentukan seberapa baik gigi berintegritasi
pada keadaan oklusi).

d) Variasi posisi gigi:


 Infraoklusi: adanya kegagalan erupsi gigi yang disebabkan oleh ankilosis
(fusi anatomis dari sementum dan tulang alveolar).
 Impaksi gigi (biasanya gigi C RA, I1 RA, M1)->selain M3
 Transposisi : posisi gigi yang bertukar-> karena factor genetic,biasanya
gigi C dan P1 atas.
e) Perlekatan frenulum-> frenulum yang tinggi sebabkan diastema.
Daftar Pustaka

Akin Richard, Soesilowati Al Sri Koes. 2015. Penatalaksanaan Frenektomi dan Depigmentasi
Gingiva pada Region Anterior Rahang Atas Anak Perempuan Usia 11 Tahun. MKGK.
Juni 2915;1(1):5-8 (https://jurnal.ugm.ac.id/mkgk/article/view/11910).

Gill DS. 2008. Orthodontics at a Glance. Blackwell Publishing Ltd: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Graber LW, Vig KWL, Vanarsdall RL, Huang GJ. 2016. Orthodontics Current Principles and
Techniques Sixth Edition: Elsevier.

Jain A, Bhaskar DJ, Gupta D, et al. 2014. Mouth Breathing: A Menace to Developing Dentition.
Journal of Contemporary Dentistry: JCD Publishing.

Profit, William R., Fields, Henry W., Sarver, David M., 2013, Contemporary Orthodontics, 5th
ed, Philadelphia, Elsevier

Widhiasti Ni Made. 2011. Perawatan Bibir Inkompeten Dengan Penggunaan Alat Sistem
Trainer. Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011: 172-
177.(http://poltekkes-
denpasar.ac.id/files/JSH/V8N2/Ni%20Made%20Widhiasti1%20JSH%20V8N2.pdf)

Anda mungkin juga menyukai