Askep Plasenta Akreta

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
BAB 2. TELAAH LITERATUR ................................................................... 3

2.1 Tinjauan Teori .......................................................................... 3

2.1.1 Pengertian .......................................................................... 3

2.1.2 Penyebab, Tanda, dan Gejala ............................................. 3

2.1.3 Penatalaksana ..................................................................... 5

2.2 Asuhan Keperawatan ............................................................... 5

BAB 3. KESIMPULAN ................................................................................. 16

3.1 Kesimpulan ................................................................................. 16

3.2 Saran ........................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plasenta akreta merupakan kondisi klinis ketika bagian dari plasenta, atau
seluruh plasenta, menginvasi dinding rahim sehingga sulit terlepas. Plasenta
akreta menjadimasalah kehamilan yang serius karena dianggap sebagai kondisi
yang mengancam nyawa dan penyebab utama kematian ibu. Plasenta akreta
terjadi ketika pembuluh darah plasenta (ari-ari) atau bagian lain dari plasenta yang
tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim, sehingga saat proses melahirkan
plasenta tertahan melekat di dinding rahim. Secara klinis, plasenta akreta menjadi
masalah saat persalinan ketika plasenta tidak sepenuhnya terpisah dari rahim dan
diikuti oleh perdarahan yang tinggi. Hilangnya darah persalinan pada wanita
dengan plasenta akreta rata-rata 3.000 sampai 5.000 ml. Sebanyak 90% pasien
dengan plasenta akreta membutuhkan transfusi darah, dan 40% membutuhkan
lebih dari 10 unit PRC (packed red blood cells).Keadaan seperti ini dapat
menyebabkan ibu kehilangan banyak darah yang kemudian akan menyebabkan
kematian. Kematian ibu dapat terjadi meskipun perencanaan yang optimal,
manajemen transfusi, dan perawatan bedah. Permasalahan plasenta akreta yang
menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu dilaporkan setinggi 7% sampai
10% dari kasus kematian ibu di dunia.
Tingkat kejadian plasenta akreta dapat ditingkatkan dalam beberapa kondisi
sepertioperasi caesar yang berulang, plasenta previa, operasi rahim sebelumnya
terutama jika plasenta komprehensif di lokasi sebelumnya bekas luka sayatan,
usia ibu berusia lebih dari 35 tahun, kebiasaan merokok, riwayat operasi seperti
miomektomi dan kuretase. Sebuah penelitan menunjukan bahwa jika tingkat
operasi caesar terus meningkat pada tingkat saat ini, maka lebih dari 50% dari
semua kelahiran di AS diperkirakan dilakukan dengan operasi caesar pada tahun
2020. Hal ini bisa mengakibatkan lebih dari 6000 kasus plasenta previa, 4500
kasus plasenta akreta, dan 130 kematian ibu. Tingkat kejadian plasenta akreta
dapat dikurangi dengan menekan angka kelahiran melalui operasi caesar dan
2

selama kehamilan perlu adanya deteksi USG untuk mendeteksi plasenta akreta
secara dini. Deteksi plasenta akreta melalui USG memiliki akurasi baik untuk
plasenta akreta di trimester kedua dan ketiga, tapi tidak mencapai tinggi akurasi
pada trimester pertama. Meskipun akurasi baik hanya untuk trimester kedua dan
ketiga teapi deteksi melalui USG Dapat membantu mengurangi kematian ibu dan
morbiditas.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
plasentaakreta.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi plasenta akreta.
2. Mahasiswa mampu memahami penyebab plasentaakreta.
3. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala plasentaakreta.
4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada klien dengan
plasentaakreta.
5. Mahasiswa mambu menjelaskan dan memahami asuhan
keperawatan pada contoh kasus padaklien dengan plasentaakreta.
BAB 2. TELAAH LITERATUR

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Pengertian
Plasent aadherent yang abnormal merupakan implantasi
abnormal plasenta ke dinding rahim dan terbagi menjadi plasenta
akreta, inkreta, dan perkreta. Plasenta akreta adalah plasenta dimana vili
dari plasenta menginvasi langsung ke miometrium; plasenta inkreta
adalah plasenta dimana vili plasenta menginvasi ke dalam miometrium;
dan plasenta perkreta adalah plasenta dimana vili plasenta menginvasi
lebih dalam dari miometrium hingga ke serosa bahkan sampai ke organ
intraabdomen lainnya misalkan kandung kemih. Dari plasenta adherent
sebesar 75% plasenta akreta, 18% inkreta, dan 7% adalah plasenta
perkreta. Kedalaman dari invasi plasenta merupakan hal yang penting
secara klinis karena managemen intervensi bergantung pada kedalaman
invasi plasenta.
Plasenta normal menanamkan diri sampai ke batas atas lapisan
otot rahim, sedangkan pada plasenta akreta vili korialis menanamkan
diri lebih dalam ke dinding rahim hingga memasuki pembuluh darah
palesanta (ari-ari) atau bagian-bagian lain dari plasenta. Plasenta akreta
dapat dibagi lagi menjadi plasenta akreta total atau kompleta dan
plasenta akreta parsialis. Plasenta akreta total atau kompleta, yaitu jika
seluruh permukaannya melekat dengan erat pada dinding rahim.
Plasenta akretaparsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian dari
permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding rahim dari biasa.

2.1.2 Penyebab, tanda dan gejala


1. Penyebab
Faktor presdisposisinya adalah pembedahan uterus sebelumnya
dan plasenta previa. Penyebab plasenta akreta yaitu berkaitan dengan
4

tingginya kadar alphafetoprotein dan ketidak normalan didalam


lapisan rahim.
Abnormal vaskularisasi yang dihasilkan dari proses jaringan
parut setelah operasi dengan sekunder hipoksia lokal yang mengarah
ke rusaknya desidualisasi dan invasi trofoblas yang berlebihan
tampaknya menjadi hal yang paling menonjol, atau setidaknya
merupakan teori yang paling didukung sampai saat ini, menjelaskan
penyakit plasenta akreta pada tahap ini.
a. Memiliki posisi plasenta pada bagian bawah rahim ketika hamil.
b. Menderita plasenta previa (plasenta menutupi sebagian atau
seluruh dinding rahim).
c. Menderita fibroid rahim submukosa (rahim tumbuh menonjol
kedalam rongga rahim).
d. Memiliki jaringan perut atau kelainan pada endometrum (dinding
rahim bagian dalam).
e. Resiko wanita terkenanya plasenta akreta jika berusia diatas 35
tahun.
2. Tanda dan gejala
Plasenta akreta umumnya pada trimester awal memiliki tanda-
tanda yang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Kondisi ini dapat
terdeteksi ketika melakukan USG, namun plasenta akreta dapat
menyebabkan pendarahan vagina diminggu ke-28 sampai ke-40
masa kehamilan trimester ketiga. Berikut tanda gejala plasenta
akreta.
a. Plasenta gagal lepas.
b. Pendarahan vagina yang hebat tetapi bergantung pada bagian
plasenta yang terkena.
c. Bentuk uterus discoid.
d. Tali pusat tidak terjulur.
e. TFU (tinggi fundus uteri) setinggi pusat.
f. Akral dingin.
5

g. perubahan TD dan nadi jika terdappat pendarahan masif.

2.1.3 Penatalaksanaan
Terapi plasenta akreta parsialis masih dapat dilepaskan secara
manual, tetapi plasenta akreta kompleta tidak boleh dilepaskan secara
manual karena usaha ini dapat menimbulkan perforasi dinding rahim.
Terapi terbaik dalam ini adalah histerektomi. Histerektomi adalah
bedah pengangkatan rahim (uterus) yang sangat umum dilakukan, ada
beberapa tingkat histerektomi yaitu:
a. Histerektomi total: pengangkatan rahim dan serviks tanpa ovarium
dan tuba falopi
b. Histerektomi subtotal: pengangkatan rahim saja, serviks, ovarium,
dan tuba falopi tetap dibiarkan.
c. Histerektomi total dan salpingo oporektomi bilateral: pengangkatan
rahim,serviks, ovarium dan tuba falopi.

Selain penatalaksaan tersebut ada pula penatalaksaan keperawatan,


sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi plasenta akreta pada klien. Waspada terhadap


status risiko klien.
b. Membantu dengan terapi dan intervensi yang cepat. Siapkan untuk
D&C (dilatasi dan kuretase) atau histerektomi.
c. Memberi dukungan fisik dan emosional pada klien serta keluarga.
d. Memberi penyuluhan klien dan keluarga.

2.2 Asuhan Keperawatan

Ny. A umur 45 tahun G5 P4 A0, seorang ibu rumah tangga,pendidikan


terakhir Sekolah Dasar. Ny. A masuk Rumah Sakit tanggal 20 Februari 2017
dibawa ke rumah sakit oleh ibunya karena merasa mau melahirkan. Setelah Ny. A
melahirkandengan normal, bayi dilahirkan 40 menit yang lalu dan sampai saat ini
plasenta belum keluar. Ny. A tampak lemah, membran mukosa kering, turgor
6

kulit menurun, pucat, tegang otot, berkeringat dingin, wajah tampak meringis
menahan sakit, mengeluh nyeri pada bagian perut dengan skala 8, pasien juga
terlihat kacau dan tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya serta hanya fokus
pada diri sendiri. Ny. A sambil menangis histerismengatakan bahwa Ia sangat
khawatir pada kondisinya, serta merasa putus asa dan tidak berdaya karena
kurangnya dorongan dari suaminya yang tidak ada saat proses melahirkan. Ny. A
berprilaku agitasi karena memiliki pengetahuan yang kurang terhadap komplikasi
pascapartum. Ibu Ny. A mengatakan bahwa saat memasuki kehamilan trimester
ketiga Ny. A sering mengalami pendarahan vagina. TTV menunjukkan
perdarahan 510 cc, suhu 38 oC, turgor kulit menurun, TD 90/70 mmHg, RR 20
x/menit, dan HR 70x/menit. Setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan diagnosa
medis plasenta akreta parsialis.

1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama : Ny. A No. RM : 31037
Umur : 45 tahun Pekerjaan : ibu rumah tangga
Jenis Kelamin : perempuan Status : Menikah
Agama : Islam Tgl MRS : 20 Feb 2016
Alamat : Jember Pendidikan Lulus SD
2) Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik: plasenta akreta
b. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri pada bagian perut dan terjadi
pendarahan vagina pada trimester ketiga.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang: plasenta gagal lepas, saat dikaji klien
tampak lemah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun, pucat,
tegang otot, berkeringat dingin, wajah tampak meringis menahan sakit,
mengeluh nyeri pada bagian perut dengan skala 8.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu: klien tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan atau penyakit kronik seperti diabetus militus, jantung, paru-
paru, TB dan penyakit lainnya.
7

3) Pemeriksaan fisik:
a. Tanda-tanda vita
Tekanan darah : 90/70 mmHg Suhu : 38 oC
Nadi : 70 x/menit Pendarahan : 510 cc
Respirasi : 20 x/menit Turgor kulit : >2 detik
b. Kepala
Kepala simetris, tidak ada benjolan, rambut hitam, kulit kepala bersih
dari ketombe, persebaran rambut jarang dan tipis, penglihatan normal,
konjungtiva anemis, daun telinga kanan dan kiri simetris, pendenagaran
normal, lubang teling bersih, tidak ada nyeri tekan, lubang kedua hidung
sama besar, tidak ada nyeri tekan, bibir terlihat kering,.
c. Leher
Leher normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
pembengkakan pada trakea.
d. Dada
Dada tampak simetris, tidak ada bantuan otot pernafasan, dan tidak
terdengar bunyi nafas tambahan saat di auskultasi.
e. Abdomen
Perut buncit, terlihat etrio pada area perut, rahim keras dan fundus uterus
naik.
f. Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah, terdapat bekas luka pada
paha sebelah kanan, dan terdapat varises pada kedua paha.
g. Kuku dan kulit
Kuku normal, kuku terlihat panjang dan kotor, turgor kulit menurun,
penyebaran warna kulit tidak merata.
4) Analisa data

No Data Masalah
1. Ds: keluarga klien mengatakan saat memasuki Kekurangan
kehamilan trimester ketiga klien sering mengalami volume
pendarahan vagina. cairan
8

Do: klien tampak lemah, membran mukosa kering,


turgor kulit menurun, pendaharahan 510 cc, suhu 38
o
C, turgor kulit menurun, TD 90/70 mmHg, HR
70x/menit.
2. Ds: Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut Nyeri
dengan skala 8, klien mengatakan merasa tidak Persalinan
berdaya dan putus asa.
Do: wajah tampak meringis menahan sakit, klien
terlihat kacau, gelisah, menangis, tidak peduli
dengan keadaan disekitarnya dan hanya fokus pada
diri sendiri, terjadi tegangan otot, TD 90/70 mmHg,
RR 16 x/menit, dan HR 70x/menit.
3. Ds: klien sambil menangis histeris mengatakan Ansietas
bahwa Ia sangat khawatir pada kondisinya,
sertamerasa putus asa karena kurangnya dorongan
dari suaminya.
Do: klien tampak lemah, tegang otot, berkeringat
dingin,berprilaku agitasi, tampak gelisah, terjadi
gangsguan perhatian terlihat klien kacau dan tidak
peduli dengan keadaan di sekitarnya serta hanya
fokus pada diri sendiri, TD 90/70 mmHg, HR
70x/menit.
4. Ds: klien sambil menangis histeris mengatakan Distres
bahwa Ia sangat khawatir pada kondisinya, serta spiritual
merasa putus asa dan tidak berdaya karena
kurangnya dorongan dari suaminya yang tidak ada
saat proses melahirkan.
Do: Ansietas, menangis, mengungkapkan
penderitaan.
5. Ds: pendidikan terakhir klien Sekolah Dasar. Defisiensi
Do: klien memiliki pengetahuan yang kurang pengetahuan
terhadap komplikasi pascapartum, perilaku klien
tidak tepat (agitasi).

2. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui
pendarahan dari jalan rahim dan penurunan jumlah volume darah dalam
tubuh yang ditandai dengan keluarga klien mengatakan saat memasuki
9

kehamilan trimester ketiga klien sering mengalami pendarahan vagina,


klien tampak lemah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun,
pendaharahan 510 cc, suhu 38 oC, turgor kulit menurun, TD 90/70 mmHg,
HR 70x/menit.
2) Nyeri persalinan berhubungan dengan proses keluarnya hasil konsepsi
yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada bagian perut
diakibatkan plasenta yang gagal lepas dengan skala nyeri 8, klien
mengatakan merasa tidak berdaya dan putus asa, wajah tampak meringis
menahan sakit, klien terlihat kacau, gelisah, menangis, tidak peduli dengan
keadaan disekitarnya dan hanya fokus pada diri sendiri, terjadi tegangan
otot, TD 90/70 mmHg, RR 16 x/menit, dan HR 70x/menit.
3) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada situasi terkini yang ditandai
dengan klien sambil menangis histeris mengatakan bahwa Ia sangat
khawatir pada kondisinya, serta merasa putus asa karena kurangnya
dorongan dari suaminya, klien tampak lemah, tegang otot, berkeringat
dingin, berprilaku agitasi, tampak gelisah, terjadi gangguan perhatian
terlihat klien kacau dan tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya serta
hanya fokus pada diri sendiri, TD 90/70 mmHg, HR 70x/menit.
4) Distres spiritual berhubungan dengan kesepian dan nyeri yang ditandai
dengan klien sambil menangis histeris mengatakan bahwa Ia sangat
khawatir pada kondisinya, serta merasa putus asa dan tidak berdaya karena
kurangnya dorongan dari suaminya yang tidak ada saat proses melahirkan,
ansietas, menangis, mengungkapkan penderitaan.
5) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi dan sumber
pengetahuan yang ditandai dengan pendidikan terakhir klien Sekolah
Dasar, klien memiliki pengetahuan yang kurang terhadap komplikasi
pascapartum, perilaku klien tidak tepat (agitasi).
10

3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Paraf

1. Kekurangan Setelah perawatan 2x24 jam menunjukkan 1. Pertahankan catatan intake dan output IN
volume cairan cairan klien seimbang, dengan kriteria hasil: yang akurat.
berhubungan 1. Mempertahankan urine output sesuai dengan 2. Monitor status hidrasi
dengan usia dan BB normal. 3. Monitor vital sign
pendarahan 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas 4. Monitor masukan makanan cairan dan
normal. hitung intake kalori harian.
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
4. Elastis turgor kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa lemah dan haus yang
berlebihan.
2. Nyeri Setelah perawatan 3x24 jam pasien 1. Lakukan pengkajian nyeri IN
persalinan menunjukkan nyeri berkurang, dengan kriteria 2. Observasi reaksi non verbal dari
berhubungan hasil: ketidaknyamanan
dengan proses 1. Mampu mengontrol nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
keluarnya hasil 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan untuk mengetahui pengalaman nyeri
konsepsi menggunakan manajemen nyeri pasien.
11

3. Mampu mengenali nyeri 4. Kontrol lingkungan yang dapat


Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
berkurang. ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
5. kolaborasikan pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri
3. Ansietas yang Setelah perawatan 2X24 jam pasien 1. Gunakan pendekatan yang IN
berhubungan menunjukkan perasaan yang nyaman dan tidak menyenangkan
dengan khawatir dengan kriteria hasil: 2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
ancaman 1. Mengungkapakan dan menunjukkan teknik dirasakan selama prosedur
situasi terkini untuk mengontrol cemas 3. Pahami prespektif klien terhadap situasi
2. Vital sign dalam batas normal stres
3. Postur, tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh 4. Dorong keluarga untuk menemani klien
dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan 5.
4. Distres Setelah perawatan 2X24 jam pasien 1. Gunakan komunikasi terapeutik untuk IN
spiritual menunjukkan raut wajah yang ceria dengan membangun kepercayaan dari
berhubungan kriteria hasil: kepedulian empatik
dengan 1. Mampu mengontrol kecemasa 2. Mamfaatkan alat untuk memonitor
kesepian dan 2. Mampu mengontrol tingkat depresi dan dan mengevalusi kesejahteraan rohani
12

nyeri level stres 3. Perlakukan individu dengan


3. Mampu memprose informasi bermartabat dan horat
4. Penerimaan atau kesepian menghadapi 4. Dorong partisipasi dalam interaksi
kematian dengan anggota keluarga, teman,dll
5. Kesehatan spiritual menunjukkan harapan 5. Bagi keyakinan sendiri sendiri tentang
aerti hidup arti dan tujuan
5. Defisiensi Setelah perawatan 2X24 jam pasien 1. Berikan penilaian tentang tingkat IN
pengetahuan menunjukkan mengetahui informasi kognitif pengetahuan pasien tentang proses
berhubungan yang berkaitan dengan topik komplikasi penyakit yang spesifik
dengan kurang pascapartum, dengan kriteria hasil: 2. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa
informasi dan 1. Pasien dan keluarga memahami tentang muncul pada penyakit, dengan tepat.
sumber penyakit, kondisi dan program pengobatan 3. Identifikasi kemungkinan penyebab,
pengetahuan 2. Pasien dapat melaksanakan prosedur yang dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar 4. Sediakan informasi pada pasien
3. Mampu menjelaskan kembali apa yang tentang kondisi dengan tepat.
dijelaskan oleh perawat

4. Implementasi
13

No Hari/ Tanggal Diagnosa Implementasi Paraf

1. Senin/ Kekurangan volume 1. Mempertahankan catatan intake dan output yang akurat. IN
20 Februari cairan berhubungan 2. Memonitor status hidrasi
2017 dengan pendarahan 3. Memonitor vital sign
4. Memonitor masukan makanan cairan dan hitung intake kalori
harian
2. Senin/ Nyeri persalinan 1. Meakukan pengkajian nyeri IN
20 Februari berhubungan dengan 2. Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
2017 proses keluarnya hasil pengalaman nyeri pasien.
konsepsi 4. Mengkontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
5. Mengkolaborasikan pemberian analgetik untuk mengurangi
nyeri
3. Senin/ Ansietas yang 1. Menggunakan pendekatan yang menyenangkan IN
20 Februari berhubungan dengan 2. Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
2017 ancaman situasi prosedur
3. Mepahami prespektif pasien terhadap situasi stres
4. Mendorong keluarga untuk menemani pasien
4. Senin/ Distres spiritual 1. Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien IN
14

20 Februari berhubungan dengan tentang proses penyakit yang spesifik


2017 kesepian dan nyeri 2. Menggambarkna tanda dan gejala yang bisa muncul pada
penyakit, dengan tepat.
3. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
tepat
4. Menyediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
tepat.
5. Senin/ Defisiensi pengetahuan 1. Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien IN
20 Februari berhubungan dengan tentang proses penyakit yang spesifik
2017 kurang informasi dan 2. Menggambarkna tanda dan gejala yang bisa muncul pada
sumber pengetahuan penyakit, dengan tepat.
3. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
tepat
4. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan tepat.
5. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi Paraf

1. Kekurangan volume cairan S : pasien mengatakan sudah tidak mengalami perdarahan dan mual-muntah IN
O : pasien tidak lemah, pucat dan mulai bertenaga
berhubungan dengan
A : masalah teratasi sebagian
15

perdarahan P : lanjutkan intervensi

2. Nyeri akut berhubungan S : pasien mengatakan nyeri mulai berkurang IN


O : pasien tampak tidak merasa nyeri
dengan trauma dan distensi
A : masalah teratasi sebagian
jaringan
P : lanjutkan intervensi
3. Ansietas yang berhubungan S: pasien mengatakan merasa tidak kwahatir lagi dan merasa nyaman IN
dengan ancaman situasi O: pasien tampak lebih semangat dan gembira
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
4. Distres spiritual berhubungan S: pasien mengatakan hatinya sudah cukup merasa tenang IN
dengan kesepian dan nyeri O: pasien tampak lebih tenang dan tidak murung
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
5. Defisiensi pengetahuan S: pasien sudah melakukan dengan benar IN
berhubungan dengan kurang O: pasien tampak mengerti apa yang diberikan oleh perawat
informasi dan sumber A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
BAB 3. SIMPULAN

4.1 Kesimpulan

adherent yang abnormal merupakan implantasi abnormal plasenta ke


dinding rahim dan terbagi menjadi plasenta akreta, inkreta, dan perkreta. Plasenta
akreta adalah plasenta dimana vili dari plasenta menginvasi langsung ke
miometrium. Plasenta akreta dapat dibagi lagi menjadi plasenta akreta total atau
kompleta dan plasenta akreta parsialis. Sebagian besar plasenta akreta disebabkan
oleh pembedahan uterus sebelumnya dan plasenta previa. Plasenta akreta
memiliki tanda-tanda yang tidak bisa dilihat secara kasat mata. Pada trimester
pertama dan kedua plasenta akreta dapat terdeteksi ketika melakukan USG,
sedangkan pada trimester ketiga biasanya terjadi pendarahan vagina, namun saat
terjadi proses persalinan plasenta akreta ini dapat diketahui saat plasenta gagal
lepas. Klien dengan kondisi plasenta akreta membutuhkan perhatian yang lebih
saat melakukan asuhan keperawatan, banyak hal yang perlu diperhatikan oleh
perawat. Perawat harus memperhatikan klien secara keseluruhan agar
mendapatkan informasi pengkajian yang lengkap dan akurat, sehingga dapat
mendiagnosa dengan benar. Diagnosa yang benar akan mendapatkan intervensi
dan implementasi yang tepat, sehingga saat evaluasi permasalahan kesehatan klien
dapat teratasi.

4.2 Saran

Memberikan asuhan keperawatan pada klien merupakan tugas utama


seorang perawat, maka dari itu kami menyarankan sebagai perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan secara profesional terutama pada kasus klien
dengan plasenta akreta. Perawat dapat meningkatkan pengetahuannya agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas sehingga dapat
meningkatkan pelayanan prima pada klien.
17

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk., Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:


EGC
Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Keenam Bahasa Indonesia. Indonesia: Moco Media.
Fitzpatrick, et al. 2012. Incidence and Risk Factors for Placenta Accreta/Increta/
Percreta in the UK: A National Case-Control Study. Plos one.
DOI:10.1371/journal.pone.0052893. [Serial Online].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3531337/pdf/pone.0052
893.pdf [akses pada tanggal 25 Februari 2017].

Fitzpatrick, et al. 2013. The management and outcomes of placenta accreta,


increta, and percreta in the UK: a population-based descriptive study.
General obstetrics. DOI: 10.1111/1471-0528.12405. [Serial Online].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3906842/pdf/bjo0121-
0062.pdf [akses pada tanggal 25 Februari 2017].

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


Kesepuluh. Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima
Bahasa Indonesia. Indonesia: Moco Media.
Oktarina, Mika. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Deepublish.
Rahimi-Sharbaf, et al. 2014. Ultrasound detection of placenta accreta in the first
trimester of pregnancy. Original article. 12(6):421-426. [Serial Online].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4111891/pdf/ijrm-12-
421.pdf [akses pada tanggal 25 Februari 2017].

Stright, Barbara R. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Ibu- Bayi Baru Lahir.
Jakarta: EGC.
Taber, Ben-Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai