Pembuatan Jalan Tambang

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

1.

PENDAHULUAN
Jalan tambang merupakan salah satu sarana penting yang sangat
mempengaruhi kelancaran produksi dan dapat pula mempengaruhi biaya
penambangan. Oleh sebab itu pembuatan jalan tambang harus dilaksanakan
dengan seksama agar dapat memenuhi kriteria teknik dan keselamatan
kerja.
Sebenarnya konstruksi jalan tambang sama dengan konstruksi jalan darat
umumnya yang harus dilengkapi dengan rambu-rambu jalan dan lampu
jalan, tetapi permukaan jalan tambang jarang-jarang yang ditutupi dengan
aspal atau beton ; artinya jalan tambang hanya diperkeras dan selalu dirawat
dengan baik dan teratur agar jangan mudah bergelombang atau berlubang-
lubang.

2. PERENCANAAN PEMBUATAN JALAN TAMBANG

2.1. LATAR BELAKANG

Jalan-jalan pengangkutan yang berada di lokasi penambangan adalah :


• jalan tambang (mine road),
• jalan pengangkutan utama (main haul road),
• jalan pengupasan (stripping road)
• jalan pembuangan (disposal road).

Jalan-jalan pengangkutan tersebut ada yang bersifat permanen dan tidak,


oleh karena itu terdapat perbedaan konstruksi dan rancangan (design)
antara jalan yang bersifat permanen dan sementara

2.2. RENCANA PRODUKSI

Suatu kegiatan penambangan tentunya memiliki rencana produksi yang


dibuat bertahap. Sebagai contoh, suatu skenario rencana penambangan
batubara dapat diatur sebagai berikut.:
- Tahun - 1 : produksi 2,0 juta ton / tahun
- Tahun - 2 : produksi 2,5 juta ton / tahun
- Tahun - 3 : produksi 3,5 juta ton / tahun
- Tahun - 4 : produksi 4.5 juta ton / tahun
- Tahun - 5 : produksi 5.0 juta ton / tahun

Bila ditentukan beberapa asumsi yang kelak digunakan untuk menduga


kebutuhan pemindahan material penutup, misalnya :
• nisbah kupas (stripping ratio) batubara dan material penutup = 1 : 7
• persentasi material penutup yang dapat digali bebas tanpa peledakan dan
garu = 50%
• persentasi material penutup yang perlu digaru = 10%
• persentasi material penutup yang perlu diledakkan = 40%
• bobot isi material penutup = 2,1bcm/ton

Pembuatan Jalan Tambang - 1


• jarak jalan pembuangan = 3-5 km
• jarak angkut batubara dari permuka kerja ke PLTU atau jalan
pengangkutan utama = 5 km
• jumlah hari kerja pertahun = 300, jam kerja perhari = 16,

Dengan melihat rencana produksi batubara dan nisbah kupas maka


perkiraan produksi pemindahan material penutup dapat dihitung seperti
ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Contoh tingkat produksi batubara dan pemindahan material penutup

Tahun Produksi batubara Produksi pemindahan material penutup


bcm pertahun bcm perhari
1 2,0 juta ton 15,40 juta 5.334
2 2,5 juta ton 19,25 juta 64.000
3 3,5 juta ton 26,95 juta 898.334
4 4,5 juta ton 38,50 juta 128.334

2.3. RANCANGAN JALAN

Kriteria rancangan jalan yang dipergunakan adalah sesuai dengan yang


disyaratkan untuk proyek, oleh “Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan
Raya No. 13/1970”, yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Marga.
Beberapa angka rata-rata tahanan gulir untuk bermacam-macam keadaan
jalan yang diperoleh dari lapangan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2. Hubungan antar landai maksimum dan panjang kritis

Landai maksimum (%) 3 4 5 6 7 8 9 10

Panjang kritis (m) 480 330 250 200 170 150 135 120

Sebagaimana diketahui bahwa beban / kondisi yang dapat merusak struktur


jalan selain beban kendaraan yang ada di atasnya, adalah air / hujan.
Karena jalan tambang tidak menggunakan lapisan aspal pada badan jalan
tersebut, maka pengaruh air (hujan) dapat secara cepat merusak badan
jalan. Oleh sebab itu perawatan (maintenance) jalan perlu mendapatkan
perhatian khusus.

2.4. STRUKTUR LAPISAN JALAN

Untuk mencapai daya dukung tertentu dari jalur jalan, maka diperlukan
pengujian terhadap material yang akan dipergunakan di lapangan. Jenis
pengujian yang dilakukan antara lain adalah pengujian Standard Proctor dan
uji CBR. Dari hasil-hasil kedua jenis pengujian ini akan dapat direncanakan

Pembuatan Jalan Tambang - 2


struktur lapisan jalan yang diperkirakan mampu memikul beban yang
diinginkan.

2.4.1. Standard Proctor

Uji Standard Proctor (compaction) dilakukan untuk mendapatkan hubungan


antara kepadatan tanah dengan kadar airnya. Dalam hal ini kadar air
divariasikan, dan dengan standar pemadatan yang berlaku akan diperoleh
kepadatan optimum untuk suatu kadar air tertentu.

2.4.2. California Bearing Ratio (CBR)

Pengujian CBR dilakukan untuk menentukan nilai CBR dari sub-grade yang
dapat dicapai dari jenis tanah yang ada di lokasi. Di laboratorium, nilai CBR
tanah ditentukan dari campuran tanah dengan air yang dipadatkan sehingga
diperoleh CBR tanah pada kadar air tertentu. Terhadap sebuah percontoh
tanah dilakukan 3 (tiga) kali pengujian kepadatan yang masing-masing
dengan kadar air yang berbeda.

2.4.3. Lapisan Perkerasan Jalan

Konstruksi jalan yang meliputi jenis material jalan dan ketebalan lapisan
material pembentuk jalan merupakan faktor utama yang menentukan
kemantapan, kestabilan dan daya dukung jalan terhadap alat mekanis yang
melaluinya.
Untuk menentukan berapa tebal masing-masing lapisan pembentuk jalan,
maka harus ditentukan dahulu berapa berat maksimum alat angkut yang
akan menggunakan jalan tersebut serta harus diketahui pula daya dukung
tanah dasarnya. Oleh karena itu spesifikasi alat angkut yang menyangkut
distribusi beban pada masing-masing roda/ban harus diketahui sehingga
dapat ditentukan pada posisi mana ban memberikan beban maksimum pada
lapisan teratas jalan
Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa tekanan yang diberikan oleh ban
kendaraan ke lapisan tanah dasar sebagai subgrade tidak
boleh melebihi daya dukungnya.

Tanah dasar (sub-grade) adalah permukaan tanah asli atau permukaan


tanah hasil galian atau permukaan tanah hasil timbunan yang dipadatkan
dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan lapisan perkerasan
lainnya. Peranan tanah dasar pada konstruksi jalan sangat penting, karena
dapat mempengaruhi kestabilan, kekuatan serta keawetan badan jalan.
Lapisan sub-base merupakan bagian perkerasan yang terletak antara
lapisan pondasi dan tanah dasar. Fungsi dari lapisan sub-base antara lain :
• mendukung dan menyebarkan beban roda kendaraan yang melewati jalan
tersebut.
• mendapatkan nilai efisiensi penggunaan lapisan di atasnya.
• sebagai lapisan peresapan (drainage blanket sheet), agar air tidak
berkumpul pada lapisan pondasi dan tanah dasar.

Pembuatan Jalan Tambang - 3


Lapisan pondasi (base) adalah bagian perkerasan yang terletak diantara
lapis permukaan dan lapis pondasi atau dengan tanah dasar bilamana tidak
dipergunakan lapisan pondasi. Fungsi lapisa pondasi antara lain :
• sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda.
• sebagai perletakan lapisan permukaan.
• sebagai lapisan penyaliran.

Lapisan permukaan (wearing surface) adalah bagian perkerasan yang


terletak pada lapisan paling atas yang berfungsi antara lain sebagai :
• lapisan perkerasan untuk menahan beban roda.
• lapisan kedap air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat
cuaca.
• bagian lapisan penahan aus (wearing surface)

2.5. KRITERIA PERENCANAAN

Beberapa kriteria yang dipergunakan untuk perencanaan jalan antara lain :


• jumlah lalu-lintas yang akan melewatinya
• ketahanan yang diinginkan terhadap beban lalu-lintas
• daya dukung lapisan tanah yang ada
• faktor regional
• umur pakai jalan
• sumber daya yang ada di lokasi
• kemudahan pelaksanaan pekerjaan
Sedangkan keluaran dari perencanaan jalan meliputi beberapa hal, antara
lain :
• konstruksi
• geometri jalan
• panjang jalan
• rambu-rambu yang diperlukan
• kemiringan tikungan/super elevasi
• radius tikungan minimum

2.6. PERENCANAAN PENYALIRAN

Sebagai bagian dari kelengkapan jalan adalah adanya saluran penyaliran.


Sebelum dilakukan perencanaan saluran penyaliran, perlu diperhatikan :
• Sistem penyaliran jalan yang telah ada, yang sebaiknya tidak perlu
diganggu (dibendung).
• Perencanaan penggunaan lahan yang ada selama umur rencana proyek.

3. GEOMETRI JALAN

Geometri jalan merupakan bagian dari perencanaan yang lebih


ditekankan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi

Pembuatan Jalan Tambang - 4


dasar jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas
yang beroperasi di atasnya, karena tujuan dari perencanaan geometri jalan
adalah mengahasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu
lintas dan memaksimalkan rasio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan.
Ruang, bentuk dan ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberikan rasa
aman dan nyaman kepada pemakai jalan. Geometri jalan angkut meliputi
beberapa hal, yaitu :

\KEMIRINGAN JALAN
Kemiringan jalan angkut dapat berupa jalan menanjak ataupun jalan
menurun, yang disebabkan perbedaan ketinggian pada jalur jalan.
Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut,
baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemampuan
dalam mengatasi tanjakan untuk setiap alat angkut tidak sama, tergantung
pada jenis alat angkut itu sendiri. Sudut kemiringan jalan biasanya
dinyatakan dalam persen, yaitu beda tinggi setiap seratus satuan panjang
jarak mendatar.
Tahanan kemiringan (grade resistance) ialah besarnya gaya berat
yang melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur
jalan yang dilaluinya. Tahanan kemiringan tergantung dua faktor, yaitu :
1. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen.
2. Berat kendaraan itu sendiri yang dinyatakan dalam ton.
Besarnya tahanan kemiringan rata-rata dinyatakan dalam 20 lbs dari
rimpull untuk tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada kemiringan
1 %.
Kemiringan suatu jalan biasanya dinyatakan dalam persentase,
dimana kemiringan 1 % merupakan kemiringan permukaan yang menanjak
atau menurun satu meter secara vertikal dalam jarak horizontal 100
meter. Kemiringan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut Gambar 3.5.

Grade (%) = (∆h : ∆x). 100 %


Dimana :
∆h : Beda tinggi antara dua titik yang diukur (m)
∆x : Jarak datar antara dua titik yang diukur (m)

C ø A
∆x

Pembuatan Jalan Tambang - 5


GAMBAR
PERHITUNGAN KEMIRINGAN JALAN

Lebar jalan
Lebar jalan angkut pada tambang pada umumnya dibuat untuk
pemakaian jalur ganda dengan lalu lintas satu arah atau dua arah. Dalam
kenyataanya, semakin lebar jalan angkut maka akan semakin baik dan lalu
lintas pengangkutan semakin aman dan lancar. Akan tetapi semakin lebar
jalan angkut, biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan dan perawatan juga
akan semakin besar. Untuk itu perlu dilakukan agar keduanya bisa optimal.

Lebar jalan angkut pada kondisi lurus


Lebar jalan angkut minimum yang dipakai sebagai jalur ganda pada
jalan lurus dapat dilihat pada (gambar 3.2). Penentuan lebar jalan lurus
didasarkan pada rule of thumb yang dikemukakan oleh AASHTO Manual
Rural Higway Design (1990) yaitu jumlah jalur dikali dengan lebar dump
truck ditambah setengah lebar truk untuk masing-masing tepi kiri, kanan, dan
jarak antara dua dump truck yang sedang bersilangan. Persamaan yang
digunakan adalah :

L(m) = n.Wt + (n+1) (1/2.Wt)


Dimana :
L(m) = lebar jalan angkut minimum, meter
N = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut total, meter

GAMBAR 3.2
LEBAR JALAN ANGKUT PADA KONDISI LURUS

Dapat juga langsung menggunakan tabel estimasi lebar jalan, seperti


yang terlihat pada Tabel III.4.

TABEL III.4
ESTIMASI LEBAR JALAN PADA LINTASAN LURUS
Lebar Truck 1 Jalur 2 Jalur 3 Jalur 4 Jalur
(m) (m) (m) (m) (m)
2.4 4.9 8.5 12.2 15.8
2.7 5.5 9.6 13.7 17.8

Pembuatan Jalan Tambang - 6


3 6.1 10.7 15.2 19.8
3.4 6.7 11.7 16.8 21.8
3.7 7.3 12.8 18.3 23.8
4 8 13.9 19.8 25.8
4.3 8.5 15 21.3 27.7
4.6 9.1 16 22.9 29.7

Lebar jalan pada tikungan


Lebar jalan angkut pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari pada
jalan lurus. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya
penyimpangan lebar alat angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk
oleh roda depan dengan badan truk saat melintasi tikungan (lihat Gambar
3.3). Untuk jalur ganda, lebar jalan minimum pada tikungan dihitung
berdasarkan pada :
a. Lebar jejak roda
b. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan
belakang pada saat membelok
c. Jarak antar alat angkut saat bersimpangan
d. Jarak alat angkut terhadap tepi jalan.

Fa
U Fb

Fa W
U

Fb

GAMBAR 3.3
LEBAR JALAN ANGKUT PADA TIKUNGAN UNTUK 2 JALUR

Persamaan yang digunakan adalah :

W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
C= Z = ½ ( U + Fa + Fb )

Dimana :
W = lebar jalan angkut pada tikungan (meter)
U = jarak jejak roda (meter)

Pembuatan Jalan Tambang - 7


Fa = lebar juntai depan (meter)
Fb = lebar juntai belakang (meter)
Z = lebar bagian tepi jalan (meter)
C = jarak antara alat angkut saat bersimpangan (meter)

Jari – jari dan Superelevasi (kemiringan jalan pada tikungan)


Kemampuan alat angkut truk untuk melewati tikungan terbatas, maka
dalam pembuatan tikungan harus memperhatikan besarnya jari-jari tikungan
jalan.
Masing-masing jenis truk mempunyai jari-jari lintasan jalan yang
berbeda. Perbedaan ini dikarenakan sudut penyimpangan roda depan pada
setiap truk belum tentu sama. Semakin kecil sudut penyimpangan roda
depan maka jari-jari lintasan akan terbentuk akan semakin besar. Dengan
semakin besarnya jari-jari lintasan maka kemampuan truk untuk melintasi
tikungan tajam berkurang.
Dalam pembuatan jalan menikung, jari-jari tikungan harus dibuat lebih
besar dari jari-jari lintasan alat angkut atau minimal sama. Jari-jari tikungan
jalan angkut juga harus memenuhi keselamatan kerja di tambang atau
memenuhi faktor keamanan yang dimaksud adalah jarak pandang bagi
pengemudi di tikungan, baik horizontal maupun vertikal terhadap kedudukan
suatu penghalang pada jalan tersebut yang diukur dari mata pengemudi.
Hal lain yang tidak bisa diabaikan dalam pembuatan tikungan adalah
superelevasi , yaitu kemiringan melintang jalan pada tikungan. Besarnya
angka superelevasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
ν2
e÷ f =
dimana : 127 R
e = angka superelevasi
f = faktor gesekan
V = kecepatan, km/jam
R = jari-jari tikungan, m
Untuk mengatasi gaya sentrifugal yang bekerja pada alat angkut yang
sedang melewati tikungan jalan ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu :
pertama; dengan mengurangi kecepatan dan cara ke dua adalah membuat
kemiringan ke arah titik pusat jari-jari tikungan. Yang mana kemiringan ini
berfungsi untuk menjaga alat angkut tidak terguling saat melewati tikungan
dengan kecepatan tertentu. Cara pertama sangat tidak efisien karena waktu
hilang yang ditimbulkan akan besar, oleh karena itu cara kedua dianggap
lebih baik.
Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap pada
datar atau miring dengan lintasan berbentuk lengkung seperti lingkaran,
maka pada kendaraan tersebut bekerja gaya sentrifugal mendorong
kendaraan secara radial keluar dari jalur jalannya, berarah tegak lurus
terhadap kecepatan (lihat gambar 3.4). Untuk dapat mempertahankan
kendaraan tersebut tetap pada jalurnya, maka perlu adanya gaya yang
dapat mengimbangi gaya tersebut sehingga terjadi suatu keseimbangan.

Pembuatan Jalan Tambang - 8


GAMBAR 3.4
GAYA SENTRIFUGAL PADA TIKUNGAN
Besarnya angka superelevasi untuk beberapa jari-jari tikungan
dengan berbagai variasi kecepatan alat angkut dapat bermacam-macam,
untuk itu penentuan superelevasi selain dengan menggunakan rumus juga
dapat dilakukan dengan penggunaan tabel seperti yang terlihat pada Tabel
III.5.

TABEL III.5
ANGKA SUPERELEVASI YANG DIREKOMENDASIKAN (fpf)
Jari-jari Tikungan Kecepatan ,mph
(feet)
10 15 20 25 30 >35
50 0,04 0,04
100 0,04 0,04 0,04
150 0,04 0,04 0,04 0,05
250 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05
300 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 0,06
600 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05
1000 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
Sumber : Walter W.Kaufman dan James C.Ault, 1977

Daya dukung jalan terhadap beban yang melintas


Daya dukung jalan adalah kemampuan jalan untuk menopang beban
yang ada di atasnya. Menentukan daya dukung tanah secara tepat hanya
dapat dilakukan oleh seorang ahli mekanika tanah yang berkualifikasi.
Walaupun demikian, informasi umum daya dukung tanah untuk berbagai
jenis tanah telah tersedia seperti terlihat pada (Tabel III.6).

TABEL III.6
DAYA DUKUNG MATERIAL

Klasifikasi Kekuatan Tanah


No Jenis Tanah Dasar yang
Tanah Dasar diperbolehkan

Pembuatan Jalan Tambang - 9


(Kg/cm2)

Tanah pasir,berbatu atau


1. Tanah bagus 9
berkerikil
2. Tanah baik Tanah pasir 2,75
3. Tanah sedang Tanah liat atau silt 1,75
Tanah liat atau silt
4. Tanah jelek 1,25
mengandung tanah organic
Tanah jelek Tanah rawa atau veen
5. -
sekali tanah berlumpur
Sumber : Silvia Sukirman,1992

Untuk keperluan pembuatan jalan angkut, daya dukung tanah harus


disesuaikan dengan jumlah beban yang didistribusikan melalui roda. Jika
daya dukung tanah dasar suatu jalan angkut lebih rendah dari jumlah beban
yang melintas di atasnya maka dapat dilakukan usaha-usaha antara lain :
1. pemadatan,
2. penambahan lapisan di atas tanah dasar.
Persamaan untuk mengetahui besarnya tekanan alat angkut terhadap
tanah atau ground pressure (GP) dapat digunakan persamaan dibawah ini :

Berat Kendaraan (kosong + muatan) (kg)


GP =
n. Luas permukaan ban yang menyenth permukaan tanah

dimana : n = jumlah roda belakang dump truck

Perawatan dan pemeliharaan jalan produksi


Perawatan dan pemeliharaan jalan merupakan suatu pekerjaan yang
perlu mendapatkan perhatian khusus, hal ini dikarenakan agar tidak
mengganggu kegiatan operasional penambangan yang akhirnya akan
mengganggu kelancaran produksi. Pada umumnya pemeliharaan jalan
produksi ditekankan pada kondisi jalan dan pemeliharaan saluran air
(drainage). Pemeliharaan jalan yang baik, tetapi pemeliharaan drainase yang
ada kurang baik, hal tersebut tidak akan berhasil, begitu juga dengan
sebaliknya.
Pada musim kemarau, lapisan permukaan akan menjadi debu yang
sangat mengganggu kenyamanan dan kesehatan pengemudi. Sedangkan
pada musim hujan, debu tersebut akan manjadi Lumpur yang menggenang
dan jalan menjadi licin. Hal ini juga akan sangat menghambat laju dari alat
angkut karena pada kondisi tersebut pengemudi akan mengurangi
kecepatan. Ciri-ciri dari jalan angkut produksi yang baik adalah :
1. Kondisi permukaan jalan kasar dan rata, serta tidak mengandung
Lumpur.

Pembuatan Jalan Tambang - 10


2. Kemiringan permukaan jalan ± 4 %, hal ini untuk mengantisipai adanya
genangan air.
3. Elevasi badan jalan harus lebih tinggi dari bahu jalan, agar air tidak
masuk ke badan jalan.
4. Saluran air harus lancar sesuai dengan debit dan kemiringan jalan.

Fasilitas-fasilitas pendukung kelancaran dan keselamatan


Ada beberapa hal yang juga memiliki peran penting dalam menunjang
operasi pengangkutan yang lancar dan aman bagi pengemudi, yaitu :
• Rambu-rambu pada jalan angkut
Untuk menjamin keamanan sehubungan dengan dipergunakannya
suatu jalan angkut, maka perlu kiranya dipasang rambu-rambu sepanjang
jalan angkut tersebut. Pemasangan rambu-rambu ini diutamakan pada
tempat-tempat yang diperkirakan cukup rawan dan berbahaya. Adapun
rambu-rambu yang dipasang antara lain :
1. Tanda belokan
2. Tanda persimpangan jalan
3. Peringatan adanya tanjakan maupun jalan menurun
• Lampu Penerangan
Lampu penerangan mutlak harus dipasang apabila jalan angkut
digunakan pada malam hari. Biasanya pemasangan sarana penerangan
dilakukan berdasarkan interval jarak dan tingkat bahayanya. Lampu-lampu
tersebut dipasang antara lain pada :
1. Belokan
2. Persimpangan jalan
3. Tanjakan atau turunan tajam
4. Jalan yang berbatasan langsung dengan tebing
• Safety berm (tanggul pengaman)
Untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi karena
kendaraan selip atau kerusakan rem atau karena sebab lain, maka pada
jalan angkut tersebut perlu dibuat tanggul jalan di kedua sisinya. Hal ini
terutama bila jalan berbatasan langsung dengan daerah curam, sehingga
bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan alat angkut tidak terperosok ke
daerah yang curam.
• Penirisan dan gorong-gorong (culvert)
Jalan angkut harus diberi penirisan maupun gorong-gorong, karena air
yang mengalir pada permukaan jalan angkut seperti becek, berlumpur atau
licin. Ukuran sistem penirisan tergantung pada besarnya curah hujan, luas
daerah pengaruh hujan, keadaan atau sifat fisik dan mekanik material dan
tempat membuang air. Penirisan di kiri-kanan jalan angkut sebaiknya
dilengkapi dengan saluran penirisan dengan ukuran yang sesuai dengan
jumlah curah hujannya.

DAFTAR PUSTAKA

Pembuatan Jalan Tambang - 11


1. Wong, J.Y., “Theory of Ground Vehicles”, Second Edition, Department of
Mechanical and Aerospace Engineering Carleton University, John
Wiley & Sons Inc., 1993

2. Caterpillar Inc., “Caterpillar Performance Handbook”, Edition 25, Peoria,


Illiomis, U.S.A., 1995.

3. Peurifoy, R. L., “Construction Planning, Equipment and Methods”, Mc


Graw Hill Book Co., Inc., New York, 1956.

Pembuatan Jalan Tambang - 12

Anda mungkin juga menyukai