Pembuatan Jalan Tambang
Pembuatan Jalan Tambang
Pembuatan Jalan Tambang
PENDAHULUAN
Jalan tambang merupakan salah satu sarana penting yang sangat
mempengaruhi kelancaran produksi dan dapat pula mempengaruhi biaya
penambangan. Oleh sebab itu pembuatan jalan tambang harus dilaksanakan
dengan seksama agar dapat memenuhi kriteria teknik dan keselamatan
kerja.
Sebenarnya konstruksi jalan tambang sama dengan konstruksi jalan darat
umumnya yang harus dilengkapi dengan rambu-rambu jalan dan lampu
jalan, tetapi permukaan jalan tambang jarang-jarang yang ditutupi dengan
aspal atau beton ; artinya jalan tambang hanya diperkeras dan selalu dirawat
dengan baik dan teratur agar jangan mudah bergelombang atau berlubang-
lubang.
Panjang kritis (m) 480 330 250 200 170 150 135 120
Untuk mencapai daya dukung tertentu dari jalur jalan, maka diperlukan
pengujian terhadap material yang akan dipergunakan di lapangan. Jenis
pengujian yang dilakukan antara lain adalah pengujian Standard Proctor dan
uji CBR. Dari hasil-hasil kedua jenis pengujian ini akan dapat direncanakan
Pengujian CBR dilakukan untuk menentukan nilai CBR dari sub-grade yang
dapat dicapai dari jenis tanah yang ada di lokasi. Di laboratorium, nilai CBR
tanah ditentukan dari campuran tanah dengan air yang dipadatkan sehingga
diperoleh CBR tanah pada kadar air tertentu. Terhadap sebuah percontoh
tanah dilakukan 3 (tiga) kali pengujian kepadatan yang masing-masing
dengan kadar air yang berbeda.
Konstruksi jalan yang meliputi jenis material jalan dan ketebalan lapisan
material pembentuk jalan merupakan faktor utama yang menentukan
kemantapan, kestabilan dan daya dukung jalan terhadap alat mekanis yang
melaluinya.
Untuk menentukan berapa tebal masing-masing lapisan pembentuk jalan,
maka harus ditentukan dahulu berapa berat maksimum alat angkut yang
akan menggunakan jalan tersebut serta harus diketahui pula daya dukung
tanah dasarnya. Oleh karena itu spesifikasi alat angkut yang menyangkut
distribusi beban pada masing-masing roda/ban harus diketahui sehingga
dapat ditentukan pada posisi mana ban memberikan beban maksimum pada
lapisan teratas jalan
Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa tekanan yang diberikan oleh ban
kendaraan ke lapisan tanah dasar sebagai subgrade tidak
boleh melebihi daya dukungnya.
3. GEOMETRI JALAN
\KEMIRINGAN JALAN
Kemiringan jalan angkut dapat berupa jalan menanjak ataupun jalan
menurun, yang disebabkan perbedaan ketinggian pada jalur jalan.
Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut,
baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemampuan
dalam mengatasi tanjakan untuk setiap alat angkut tidak sama, tergantung
pada jenis alat angkut itu sendiri. Sudut kemiringan jalan biasanya
dinyatakan dalam persen, yaitu beda tinggi setiap seratus satuan panjang
jarak mendatar.
Tahanan kemiringan (grade resistance) ialah besarnya gaya berat
yang melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur
jalan yang dilaluinya. Tahanan kemiringan tergantung dua faktor, yaitu :
1. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen.
2. Berat kendaraan itu sendiri yang dinyatakan dalam ton.
Besarnya tahanan kemiringan rata-rata dinyatakan dalam 20 lbs dari
rimpull untuk tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada kemiringan
1 %.
Kemiringan suatu jalan biasanya dinyatakan dalam persentase,
dimana kemiringan 1 % merupakan kemiringan permukaan yang menanjak
atau menurun satu meter secara vertikal dalam jarak horizontal 100
meter. Kemiringan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut Gambar 3.5.
C ø A
∆x
Lebar jalan
Lebar jalan angkut pada tambang pada umumnya dibuat untuk
pemakaian jalur ganda dengan lalu lintas satu arah atau dua arah. Dalam
kenyataanya, semakin lebar jalan angkut maka akan semakin baik dan lalu
lintas pengangkutan semakin aman dan lancar. Akan tetapi semakin lebar
jalan angkut, biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan dan perawatan juga
akan semakin besar. Untuk itu perlu dilakukan agar keduanya bisa optimal.
GAMBAR 3.2
LEBAR JALAN ANGKUT PADA KONDISI LURUS
TABEL III.4
ESTIMASI LEBAR JALAN PADA LINTASAN LURUS
Lebar Truck 1 Jalur 2 Jalur 3 Jalur 4 Jalur
(m) (m) (m) (m) (m)
2.4 4.9 8.5 12.2 15.8
2.7 5.5 9.6 13.7 17.8
Fa
U Fb
Fa W
U
Fb
GAMBAR 3.3
LEBAR JALAN ANGKUT PADA TIKUNGAN UNTUK 2 JALUR
W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
C= Z = ½ ( U + Fa + Fb )
Dimana :
W = lebar jalan angkut pada tikungan (meter)
U = jarak jejak roda (meter)
TABEL III.5
ANGKA SUPERELEVASI YANG DIREKOMENDASIKAN (fpf)
Jari-jari Tikungan Kecepatan ,mph
(feet)
10 15 20 25 30 >35
50 0,04 0,04
100 0,04 0,04 0,04
150 0,04 0,04 0,04 0,05
250 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05
300 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 0,06
600 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05
1000 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
Sumber : Walter W.Kaufman dan James C.Ault, 1977
TABEL III.6
DAYA DUKUNG MATERIAL
DAFTAR PUSTAKA