03 - Profilma'had Aly
03 - Profilma'had Aly
03 - Profilma'had Aly
A. PENDAHULUAN
Kondisi obyektif menunjukkan bahwa dekade terakhir ini mulai dirasakan ada ‘pergeseran’
peran dan fungsi pesantren. Peran dan fungsi pesantren sebagai kawah candradimuka orang yang
ahli dalam pengetahuan agama terutama yang terkait dengan pemahaman al – qur’an
(tafsir)semakin memudar. Hal ini disebabkan antara lain desakan gelombang modernisasi,
globalisasi dan informasi yang berimplikasi kuat pada pergeseran orientasi hidup masyarakat.
Minat masyarakat untuk mempelajari ilmu-ilmu agama semakin mengendor. Kondisi bertambah
krusial dengan banyaknya ulama yang mesti menghadap Allah sebelum sempat mentransfer
keilmuan dan kesalehannya secara utuh kepada generasi penggantinya. Faktor inilah yang
ditengarai menjadikan out put pesantren dari waktu ke waktu mengalami degradasi, baik dalam
amaliah, ilmiah maupun khuluqiyah.
Penurunan kualitas peran dan fungsi pesantren ini memunculkan kerisauan di kalangan
ulama akan punahnya khazanah ilmu-ilmu keislaman. Jika persoalan ini tidak ditangani secara
serius tentu sangat membahayakan masa depan umat Islam. Dari sinilah pentingnya segera
dibentuk lembaga yang secara khusus intens mempersiapkan kader-kader ulama yang memiliki
integritas ilmiah, amaliah dan khuluqiyah yang mumpuni.
Dilatar belakangi oleh satu kerisauan bahwa semakin maju yang dilakukan pesantren-
pesantren dalam rangka penyesuaian kurikulum dan segala aturan pendidikan formal lainnya,
dikhawatirkan justru orang-orang yang alim tafsir (Mufassir) akan semakin kecil. Berbeda dengan
yang terjadi di awal abad XIX, pesantren begitu berperan dalam mencetak ahli-ahli tafsir, untuk
tampil sebagai panutan umat. Justeru ketika pesantren begitu maju, selalu ingin menyesuaikan
dengan lingkungan, orang yang ahli dalam bidang hukum Islam semakin berkurang.
Selanjutnya, sejumlah ulama sowan kepada KH. Nuruddin Musyiri mengadukan perihal
kekhawatiran itu. Bak gayung bersambut, ternyata KH. Nuruddin Musyirimerasakan hal yang
sama. Beliau mengusulkan, agar mencari kader-kader unggul dari masing-masing pesantren
untuk digembleng dan di-training secara khusus dan di tempat khusus pula. Tujuannya,
~1~
mencetak kader ahli ilmu agama khususnya ilmu tafsir, ulama yang mempunyai integritas
keilmuan memadai dan mampu menjawab persoalan-persoalan di sekitarnya, sekaligus menjadi
uswah bagi umatnya. Dari sinilah kemudian muncul ide pendirian sebuah institusi Pendidikan
Tinggi pasca pesantren yang disebut Ma’had Aly digulirkan. Dan sebagai salah satu pengasuh
pesantren, beliau bersedia menjadikan pesantren Salafiyah Nurul Qadim sebagai pilot project.
a. Dasar
Ma’had Aly berdasarkan Islam dan Pancasila. Dengan dasar Islam dimaksudkan bahwa
Ma’had Aly di adakan, diselenggrakan dan dikembangkan berangkat dari ajaran Islam, proses
pengelolaannya secara islami dan menuju apa yang diidealkan oleh pendidikan yang islami.
Dengan dasar pancasila dimaksudkan bahwa Ma’had Aly diselenggarakan, dikembangkan dan
diamalkan dalam wacana Pancasila sebagai landasan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
bagi seluruh warga Indonesia.
b. Visi
Visi Ma’had Aly adalah menjadi lembaga pendidikan terdepan untuk melahirkan Generasi
Ahli tafsir dan ilmu tafsir.
c. Misi
1. Terwujudnya lembaga kader ahli tafsir sebagai pusat studi ilmu-ilmu tafsir klasik dan
kontemporer untuk merespons dinamika sosial yang terus bergulir.
2. Tumbuh dan berkembangnya generasi Ahli tafsir yang mempunyai pemahaman utuh
terhadap khazanah klasik, mampu mengaktualisasikan fiqh dalam konteks kehidupan riil
sekarang, serta mempunyai kesalehan secara ritual dan sosial.
3. Berkembangnya sistem pendidikan, penelitian serta penerapannya di tengah masyarakat
melalui pengkajian khazanah keilmuan Islam secara kontekstual sesuai tuntutan zaman dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
~2~
E. KUALIFIKASI LULUSAN
Dengan tujuan di atas, diharapkan akan tumbuh kader-kader ulama (mufassir) yang
mampu menjadi ilmuan dan panutan masyarakat masa kini maupun masa datang dengan
kaualifikasi sebagai berikut :
c. Memahami perubahan fatwa seiring dengan perubahan waktu, tempat dan keadaan
(taghayyur al-fatwa bi taghaiyyur al-azminah wa alamkinah wa al-ahwal)
Sebagai lembaga Pendidikan Tinggi, Ma’had Aly bersifat independen, dengan pengertian,
Ma’had Aly bebas menentukan arah kebijakan dan kurikulum sendiri, dan fungsi ma’had Aly
adalah :
1. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan dan pengajaran,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
2. Menjadi agen modernisasi bangsa dan negara dalam wadah masayarakat madani (civil society)
Struktur kelembagaan Ma’had Aly dari tahun ketahun mengalami perubahan dan beberapa
penyempurnaan. Susunan Pengurus Ma’had Aly saat ini adalah sebagai berikut:
a. Mudir (Direktur)
Tugas pokok Mudir ‘Am adalah bertanggungjawab atas semua kebijakan-kebijakan yang
diambilnya, seperti menyusun, merancang pengembangan Ma’had Aly dan mengontrol
kerja pengurus dan aktivitas santri. Secara kelembagaan Mudir ‘Am bertanggung jawab
kepada Pondok Pesantren Salafiyah Nurul Qadim Probolinggo.
~3~
pembinaan jaringan dan komunikasi dengan pihak luar untuk pengembangan lembaga.
Secara kelembagaan Mudir bertanggungjawab kepada Mudir ‘Am.
Melaksanakan program dari pimpinan Lembaga, mengatur lalu lintas aktivitas sekretariat
dan melaporkan secara berkala perkembangan lembaga kepada pimpinan.
a. Biro Akademik
b. Biro Umum
Bertugas di bidang pengadaan den pemeliharaan sarana dan prasarana. Seperti sarana
perpustakaan, perkantoran, ruang pertemuan, ruang kuliah dan lain-lain. Termasuk
melakuakan pengembangan SDM untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran. Secara
kelembagaan Biro Umum bertanggung jawab kepada pimpinan.
Bertugas menjalin kerja sama dengan pihak lain untuk pengembangan lembaga, baik secara
akedemis maupun non akademis. Termasuk melakukan kajian dan penelitian untuk
pengembangan lembaga ke depan. Biro ini secara kelembagaan bertanggung jawab kepada
pimpinan.
d. Keuangan
3. Tenaga Pengajar
Secara kurikuler tenaga pengajar di Lembaga ini dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian, yaitu :
~4~
1. Al-Muhadhirun, yaitu beberapa tenaga pengajar yang secara temporal memberikan kuliah
umum dengan tema-tema sentral yang meliputi Masail tafsiriyah, Ilmu Tafsir, Sosial Politik,
Tasawwuf dan Filsafat.
2. Al-Mudarrisun, yaitu beberapa tenaga pengajar yang secara rutin memberikan kuliah dengan
jadwal dan mata kuliah yang telah ditentukan.
3. Al-Musyrifun, yaitu beberapa tenaga pengajar yang bertugas sebagai pendamping harian,
dengan mengawasi dan membimbing santri secara intensif.
Dalam proses rekrutmen tenaga edukatif (dosen), ada dua hal yang dilakukan. Yaitu :
4. Peserta Didik
Pendaftaran Peserta didik (mahasantri) Ma’had Aly dilakukan setiap tiga tahun sekali,
sesuai dengan masa pendidikan. Dalam artian, setelah satu angkatan selesai, baru diterima
peserta didik yang baru. Penerimaan santri baru Ma’had Aly melalui dua tahapan, yaitu
pendaftaran dan seleksi.
Persyaratan bagi calon santri Ma’had Aly adalah harus menyerahkan surat rekomendasi
dari Pondok Pesantren yang mengirimnya. dan atau menyerahkan identitas diri.
a. Kurikulum
Kurikulum Ma’had Aly diartikan sebagai seperangkat rencana pendidikan yang berisi
cita-cita pendidikan yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan Proses Belajar
Mengajar (perkuliahan). Kurikulum ini di susun dengan mengunakan dua lampiran; yaitu
pendekatan akademik dan pendekatan pesantren salaf. Di Ma’had Aly ini, kurikulum
dikategorikan menjadi :
Untuk mencapai misi dan tujuan yang telah ditetapkan, maka pelaksanaan perkuliahan
di Ma’had Aly, di-manage dengan memadukan antara metode tradisional-pesantren dan
metode perkuliahan-akademik dengan mengintegralkan aspek-aspek proses pendidikan.
~5~
1. Jenis Pendidikan Ma’had Aly
Ma’had Aly sebagai sarana pembentukan kader ulama’ masa depan tentu diciptakan
suasana yang kondusif dalam proses perkuliahan. Ini terlihat pada aktifitas belajar di
Ma’had Aly yang dilaksanakan mulai pagi, sore hingga malam hari. Aktifitas pendidikan
pada pagi – sore hari berbentuk kuliah. Sedangkan aktifitas malam berbentuk diskusi.
Sistem yang dipakai adalah sistem ceramah, diskusi dan penugasan (pembuatan makalah).
Dari ketiga metode ini, metode ceramah masih dominan. Sementara metode diskusi
ditunjang oleh kegiatan ekstra kurikuler yang dilakukan santri
3. Metode Pengajaran
Dalam usaha pencapaian tujuan ideal tersebut, maka metode belajar mengajar yang
ditempuh menggunakan tiga pendekatan :
a. Pendekatan tekstual, yaitu memahami nushush secara lughawiyah, harfiyah dan tarkibiyah.
Hal ini ditempuh dengan dua cara, yaitu al-tadris (bimbingan seorang dosen) dan
mudarosah (diskusi).
b. Pendekatan kontekstual, yaitu memahami nushsuh secara cermat dan dititik beratkan
pada maqashid al-syar’iyyah-nya dengan telaah secara kritis (al-naqd). Kajian ini dilakukan
dengan lintas madzhab dan disampaikan dalam beberapa kuliah umum, penyusunan
karya tulis, studi naskah dan lain-lain.
c. Pendekatan naqdiyah (kritis), yaitu melatih diri untuk mencoba melihat beberapa karya
para imam mujtahid dengan muqabalatu al-kutub al-qadimah wa al-mu’ashirah (komparasi
kitab-kitab klasik dan referensi kontemporer).
4. Materi Pengajaran
a. Materi Dasar (al-Asasiyah), yaitu ,Ilmu Tafsir, Ayat Ahkam, Hadith Ahkam, Aqidah
dan Tashawuf.
Materi tafsir terdiri dari tafsir kalasik dan kontemporer. Fiqh kalsik didistribusikan
menjadi studi naskah kitab tafsir jalalain,tafsir ayatil ahkam dan tafsir alkabir.
5. Aktifitas Pembelajaran
Aktifitas belajar di Ma’had Aly berlangsung mulai pagi hingga malam hari. Aktifitas
pendidikan pada pagi – siang hari berbentuk kuliah, siang hari sampai sore menjadi
~6~
pengajar di madrasah diniyah atau TPQ. Sedangkan aktifitas malam berbentuk diskusi.
Sistem pembelajaran yang dipakai adalah ceramah, diskusi dan penugasan (pembuatan
makalah). Dari ketiga metode ini, metode ceramah masih dominan.Sementara metode
diskusi ditunjang oleh kegiatan ekstra kurikuler yang dilakukan para santri.
Otonomi keilmuan adalah kegiatan keilmuan yang berpedoman pada norma dan
kaidah agama serta ilmu pengetahuan yang mencakup keterbukaan, bertanggung jawab,
kesepenuhan hati, dan rahmat bagi semesta alam yang harus ditaati oleh civitas academika
Ma’had Aly.
Sumber Keuangan (financial resource) untuk pendanaan program-program Ma’had Aly diperoleh
dari Anggaran Belanja Pondok Pesantren Salafiyah Nurul Qadim, iuran mahasantri, dan bantuan lain
yang tidak mengikat.
Jaringan kerja Ma’had Aly terdiri dari lembaga, yang berkompeten dengan bidang yang
menjadi konsentrasi Ma’had Aly yaitu bidang tafsir dan ilmu tafsir.
K. PROGRAM KERJA
Dalam penyusunan dan pelaksanaan program kerja, Ma’had Aly meng klasifikasikan menjadi
dua, yaitu :
Program kerja reguler adalah program kerja yang dilakukan secara berkala dalam jangka
waktu tiga tahun yang dikhususkan dalam enam semester.
~7~
3. Penyusunan Kurikulum dan Referensi
4. Proses Perkuliahan
Proses perkuliahan di Ma’had Aly, untuk setiap mata kuliah dijadwalkan se- minggu
sekali untuk mata kuliah pokok dan penunjang. sedangkan mata kuliah yang diberikan
oleh dosen yang mempunyai banyak jadwal didampingi oleh asisten dosen.
Manajemen evaluasi, sebagai sarana pengukur dan untuk pengembangan Ma’had Aly
dilakukan setiap se-tengah tahun (satu semester) dengan dua metode. Pertama, ujian tulis
untuk semua mata kuliah dan kedua, ujian lisan untuk mata kuliah pokok, yaitu:
1. Ujian tulis dan lisan untuk materi pokok serta ujian tulis untuk materi-materi
penunjang (idhafiyah/musa’idah).
2. Penulisan karya ilmiyah berupa tesis/risalah dan dinyatakan lulus oleh forum
munaqasah.
1. Seminar
2. Pelatihan
Semangat wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamien (dalam dimensi sosial) dan inama bu’itstu li
utammima makarimal akhlaq (dalam dimensi individu) menjadi landasan pemikiran strategis bagi
pengembangan lembaga Ma’had Aly dan untuk memberikan pengalaman dan keterampilan serta
kreativitas santri.
Sebagai calon faqih, santri mengemban tanggung jawab sebagai orang yang berilmu untuk
merasakan dan menjelaskan gejala-gejala keterasingan lingkungan (gejala sosial) tempat
tinggalnya dari sudut pandang yang ilmiah, lebih jauh, mereka mengemban amanat untuk
mencari jalan keluar dengan tetap memperhatikan dimensi kemaslahatan umat dan integritas
pribadi muslim yang utuh.
~8~
Dengan demikian, terjadi penyatuan yang sinergis antara nilai-nilai dan tradisi salaf dengan
tawaran-tawaran dan tuntutan zaman. Dari integrasi yang sinergis itu, akan dituju sebuah tata
kehidupan pendidikan pesantren hingga tata kehidupan dunia yang damai dan menyejukan.
Oleh karena itu, santri yang memiliki dimensi keilmuan di satu sisi dan dimensi pergerakan
di sisi lain menjadi suatu cita ideal. Persona yang ideal itu dapat maju bergerak menjadi
pemimpin yang dengan teguh mengindahkan norma-norma agama dan nilai-nilai universal di
kala degradasi moral menjadi trends para pemimpin..
a. Sasaran Organisasi
Organisasi santri Ma’had Aly, dibentuk untuk mencapai sasaran di bidang Penalaran dan
keilmuan, Minat dan Bakat, keorganisasian, Kepesantrenan, Kesejateraan, penerbitan, penelitian dan
Pengabdian Masyarakat
b. Bentuk Organisasi
1. Dewan Perwakilan Santri, yaitu sebuah lembaga yang berfungsi untuk mengawasi dan
mengevaluasi aktivitas BPS.
c. Keagamaan.
c. Program Kerja
Program kegiatan santri ini bersifat ekstra-kurikuler. Dari berbagai bidang di atas dapat
dikelompokkan sesuai dengan durasi waktu, yaitu :
1. Jangka Panjang, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan dalam satu angkatan cukup hanya
dengan satu atau dua kali dengan fokus tentang hal-hal yang bersifat pengembangan.
Betuk programnya, antara lain :
b. Pelatihan, yang meliputi pelatihan ilmu tafsir mulai dari tingkat dasar sampai tingkat
tinggi, pelatihan management kepemimpinan, pelatihan Advokasi sosial, dan
pelatihan jurnalistik.
~9~
2 Jangka Pendek, yaitu kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus sebagai basic.
Bentuk programnya, antara lain bersifat keilmuan, pengabdian, kesejahteraan dan
ketertiban, dan hubungan antar organisani
Seluruh organisasi yang ada dilingkungan Ma’had Aly antara satu dengan yang lain
berhubungan secara kekeluargaan dan menjunjung tinggi demokrasi. Secara jelas sebagai
berikut :
I. Mudir dengan Dewan Perwakilan Santri, Badan Pelaksana Santri, dan UKS
hubungannya bersifat instruktif.
II. Dewan Perwakilan Santri, Badan Pelaksana Santri, dan UKS kepada Mudir bersifat
konsultatif.
III. Antara Dewan Perwakilan Santri, Badan Pelaksana Santri, dan UKS bersifat koordinatif.
M. SARANA-PRASARANA
1. Mushalla
3. Ruang kuliah
4. Laboratorium ibadah
5. Perpustakaan Manual
6. Ruang konsultsi
7. Ruang dosen
8. Ruang adminitrasi
~ 10 ~
~ 11 ~