Pedoman PWM Tentang Pengelolaan Keuangan Sekolah, Madrasah, & Pesantren
Pedoman PWM Tentang Pengelolaan Keuangan Sekolah, Madrasah, & Pesantren
Pedoman PWM Tentang Pengelolaan Keuangan Sekolah, Madrasah, & Pesantren
Page 1 of 12
Pasal 1
Page 2 of 12
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
BAB III
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 3
Tugas dan Tanggung Jawab Pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah
Page 3 of 12
Pasal 5
Tugas dan Tanggung Jawab Pengelola
1. Mengelola dan mempertanggungjawabkan keuangan Sekolah/Madrasah/Pondok
Pesantren kepada Persyarikatan melalui Penyelenggara.
2. Menyusun RKAS/RKAM/RKAP, RKS/RKM/RKP dan RKAS/RKAM/RKAP.
3. Pengelola SD, MI, SMP, MTs, dan Pondok Pesantren yang sederajat mengajukan
RKAS/RKAM/RKAP, RKS/RKM/RKP dan RKAS/RKAM/RKAP melalui Majelis
Dikdasmen Cabang kepada Majelis Dikdasmen Daerah untuk memperoleh pengesahan.
4. Pengelola SMA, MA, SMK dan Pondok Pesantren yang sederajat mengajukan
RKAS/RKAM/RKAP, RKS/RKM/RKP dan RKAS/RKAM/RKAP melalui Majelis
Dikdasmen Daerah kepada Majelis Dikdasmen Wilayah untuk memperoleh pengesahan.
5. Melaksanakan RKAS/RKAM/RKAP, RKS/RKM/RKP dan RKAS/RKAM/RKAP yang
telah disetujui dan disahkan.
6. Melaporkan pelaksanaan RKAS/RKAM/RKAP secara tertulis kepada Penyelenggara.
BAB IV
SISTEM AKUNTANSI
Pasal 6
Pengamanan Dana
1. Keuangan Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren harus disimpan dalam rekening Bank
(diutamakan syariah) yang memiliki Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
2. Rekening bank Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren terdiri dari:
a. Rekening bank untuk operasional Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren.
b. Rekening bank untuk pengembangan pendidikan.
c. Rekening bank untuk menerima bantuan pemerintah.
d. Rekening bank untuk menyimpan sementara dana PPDB
e. Rekening bank untuk menerima dana selain butir a,b,c,d pada pasal 6 ayat (2)
3. Pembukaan rekening dan transaksi bank untuk operasional Sekolah/Madrasah/Pondok
Pesantren dan bantuan pemerintah ditandatangani oleh Kepala dan Bendahara
Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren.
4. Pembukaan rekening dan transaksi bank untuk pengembangan pendidikan,
ditandatangani oleh perwakilan Persyarikatan dan Kepala Sekolah/Madrasah dan/atau
Mudir.
5. Pembukaan rekening dan transaksi bank untuk bantuan pemerintah ditandatangani oleh
para pihak yang ditentukan oleh pemerintah.
6. Pembukaan rekening dan transaksi bank untuk PPDB ditandatangani oleh Kepala
Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren dan panitia PPDB
Page 4 of 12
BAB V
SUMBER BIAYA SEKOLAH/MADRASAH/PONDOK PESANTREN
Pasal 8
1. Sumber biaya pendidikan di Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren berasal dari:
a. SPP.
b. Uang Registrasi.
c. Uang Herregistrasi.
d. DPP yang berasal dari siswa baru.
e. Uang Kegiatan Siswa (UKS).
f. Uang Perlengkapan Siswa
g. Uang Infaq Siswa (UIS)
h. Uang Infaq Guru (UIG) dan Uang Infaq Karyawan (UIK).
i. Uang Hasil Unit Usaha.
j. Uang Bagi Hasil dari Bank.
k. Uang Bantuan Pemerintah.
l. Uang Bantuan/Sumbangan Masyarakat.
m. Sumber lain yang halal dan tidak mengikat.
2. Penetapan besaran sumber biaya pendidikan pada pasal 8 ayat (1) butir a, b, c, d, e, dan f
wajib direncanakan sesuai dengan besaran total biaya pendidikan masing-masing
sekolah/madrasah/pondok pesantren.
BAB VI
PENGGUNAAN SUMBER DANA SEKOLAH/MADRASAH/PONDOK PESANTREN
Pasal 9
Penggunaan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP)
1. Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) digunakan untuk:
a. Biaya pegawai.
b. Biaya operasional.
c. Biaya sosial.
d. Biaya modal.
2. Penggunaan SPP untuk biaya pegawai ditentukan maksimal 65% (enam puluh lima
persen), jika melebihi ketentuan maka dapat menggunakan bantuan pihak lain.
3. Penggunaan SPP untuk non biaya pegawai ditetapkan oleh Pengelola dan
Penyelenggara.
4. Bagi sekolah/ yang tidak memungut SPP, maka biaya pada pasal 9 ayat 1 menggunakan
bantuan pihak lain
Page 5 of 12
Pasal 11
Dana diluar SPP dan DPP
Dana di luar SPP dan DPP ditetapkan penggunaannya oleh Pengelola dan Penyelenggara
sesuai ketentuan yang berlaku.
BAB VII
DANA TA’AWUN
Pasal 12
Sumber dan Besaran Dana Ta’awun
Pasal 13
Penggunaan UIS, UIG, dan UIK
Pasal 14
Penggunaan Dana Ta’awun dari DPP
Dana Ta’awun yang bersumber dari DPP penggunaannya dialokasikan sebagai berikut:
1. Pengembangan Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren sebesar 15% dari DPP dengan
rincian sebagai berikut, untuk:
Page 6 of 12
BAB VIII
MEKANISME PENYETORAN UIS, UIG, UIK DAN DPP
Pasal 15
1. UIS, UIG, UIK, dan DPP disetorkan kepada Persyarikatan di semua tingkatan.
2. UIS, UIG, UIK, dan DPP disetorkan kepada Persyarikatan melalui layanan Virtual
Account yang ditetapkan Persyarikatan.
3. UIS, UIG, UIK, dan DPP disetorkan oleh Pengelola pada tahun pelajaran berjalan.
BAB IX
PENYUSUNAN DAN PERSETUJUAN
RKAS/RKAM/RKAP, RKS/RKM/RKP dan RKAS/RKAM/RKAP
Pasal 16
1. Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren wajib menyusun RKJPS/RKJPM/RKJPP,
RKS/RKM/RKP pada awal periode kepemimpinan dan RKAS/RKAM/RKAP paling
lambat 60 (enam puluh) hari kerja sebelum tahun pelajaran dimulai.
2. Prinsip-prinsip penyusunan RKJPS/RKJPM/RKJPP, /RKS/RKM/RKP dan
RKAS/RKAM/RKAP:
a. Realistis: RKJPS/RKJPM/RKJPP, RKS/RKM/RKP dan RKAS/RKAM/RKAP
disusun berdasarkan pada perhitungan yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan.
b. Prioritas: RKJPS/RKJPM/RKJPP, RKS/RKM/RKP dan RKAS/RKAM/RKAP
disusun memperhatikan urutan kepentingan mana yang harus didahulukan dan mana
yang tidak.
c. Terukur: RKJPS/RKJPM/RKJPP, RKS/RKM/RKP dan RKAS/RKAM/RKAP
disusun harus terukur, baik dari sisi perencanaan maupun pelaksanaannya.
d. Efektif: RKJPS/RKJPM/RKJPP, RKS/RKM/RKP dan RKAS/RKAM/RKAP
disusun dan dilaksanakan secara optimal untuk mencapai visi, misi, dan tujuan
pendidikan.
e. Efisien: RKAS/RKAM/RKAP, RKS/RKM/RKP dan RKAS/RKAM/RKAP disusun
harus bisa dilaksanakan dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya.
f. Surplus: RKAS/RKAM/RKAP disusun dengan merencanakan surplus
pengembangan Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren, baik pada perencanaan maupun
pada pelaporan di akhir tahun pelajaran.
3. Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren yang memiliki Net Asset Surplus, maka wajib
merencanakan penggunaannya selama 4 (empat) tahun untuk:
a. Pengembangan sarana prasarana
b. Pengembangan sumberdaya manusia
c. Pengembangan riset.
Page 7 of 12
BAB X
PENGADAAN BARANG DAN JASA
Pasal 17
1. Pengadaan barang dan jasa dapat dilaksanakan melalui pembelian, hasil kerjasama,
hibah, wakaf, hutang, tukar guling, dan yang sejenis.
2. Pengadaan barang dan jasa untuk pengembangan sarana dilakukan oleh Pengelola atau
Tim yang dibentuk oleh Kepala Sekolah/Madrasah dan/atau Mudir.
3. Pengadaan barang dan jasa untuk pengembangan prasarana dilakukan Tim atau Panitia
yang dibentuk oleh Pengelola dan Penyelenggara dan ditetapkan Pimpinan
Persyarikatan;
4. Pengadaan barang dan jasa untuk pengembangan sarana dan prasarana
Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren mengikuti ketentuan dalam tabel berikut:
Yang Yang
No. Nilai Kontrak Yang Mengesahkan
Mengajukan menyetujui
Pengelola dan/
1. ≤ 500.000.000 Penyelenggara -
atau Tim
1. PCM untuk SD/MI
> Rp. 500.000.000 – Pengelola dan/ dan SMP/MTs
2. Penyelenggara
Rp. 1.000.000.000 atau Tim 2. PDM untuk
SMA/SMK/MA
1. PCM untuk SD/MI
dan SMP/MTs
2. PDM untuk
Pengelola dan/
3. > Rp. 1.000.000.000 Penyelenggara SMA/SMK/MA
atau Tim
3. PWM untuk SD/MI,
SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA
5. Setiap penerimaan atau penyerahan barang dan jasa wajib dilakukan pemeriksaan
dan/atau audit proyek. Apabila jumlah dan kualifikasinya telah sesuai, maka wajib
dibuatkan berita acara penerimaan barang dan jasa.
6. Setiap pengadaan barang dan jasa wajib tercatat dalam daftar asset yang memuat nilai
perolehan, nilai penyusutan dan nilai buku
Page 8 of 12
1. Semua bentuk komisi pembelian dan potongan harga yang diterima harus disetor ke
rekening sebagaimana tersebut pada pasal 6 paling lambat 3 (tiga) hari setelah diterima;
2. Komisi pembelian dan potongan harga sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1)
dimasukkan dalam pos pendapatan Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren.
BAB XI
PELAPORAN
Pasal 19
Jenis Laporan
Pasal 20
Periode dan Mekanisme Pelaporan
1. Periode pelaporan keuangan adalah setiap akhir bulan dan akhir tahun pelajaran.
2. Periode laporan komersial adalah 1 Juli sampai dengan 30 Juni
3. Periode laporan fiskal adalah 1 Januari sampai dengan 31 Desember
4. Laporan keuangan dan kegiatan pembangunan/proyek wajib dibuat secara berkala
berdasarkan termin pencairan keuangan dan prestasi kegiatan pembangunan/ proyek.
5. Setiap selesai kegiatan pembangunan/proyek dilaporkan secara keseluruhan selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah selesainya pembangunan/proyek.
6. Periode pelaporan kinerja adalah setiap akhir tahun pelajaran
7. Pelaporan ditujukan kepada:
a. Majelis Dikdasmen Cabang bagi SD/MI dan SMP/MTs.
b. Majelis Dikdasmen Daerah bagi SMA/SMK/MA.
Pasal 21
Cash Opname
BAB XII
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 22
1. Monitoring dan evaluasi merupakan bentuk pembinaan dan pengendalian internal dalam
pelaksanaan kegiatan dan transaksi keuangan Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren.
Page 9 of 12
Pasal 23
Pelaksana Monitoring dan Evaluasi
1. Pelaksana monitoring dan evaluasi keuangan SD/MI dan SMP/MTs adalah LPPK
Pimpinan Daerah Muhammadiyah berdasarkan pengajuan Majelis Dikdasmen Pimpinan
Daerah Muhammadiyah.
2. Pelaksana monitoring dan evaluasi kinerja SD/MI dan SMP/MTs adalah Majelis
Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah.
3. Pelaksana monitoring dan evaluasi keuangan SMA/MA/SMK adalah LPPK Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah berdasarkan pengajuan Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah
4. Pelaksana monitoring dan evaluasi kinerja SMA/MA/SMK adalah Majelis Dikdasmen
Pimpinan Daerah Muhammadiyah.
5. Dalam keadaan tertentu monitoring dan evaluasi keuangan dapat dilakukan oleh LPPK
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah terhadap SD/MI dan SMP/MTs
6. Dalam keadaan tertentu monitoring dan evaluasi kinerja dapat dilakukan oleh Majelis
Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah terhadap SD/MI dan SMP/MTs dan oleh
Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah terhadap SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/SMK/MA.
Pasal 24
Periode Monitoring dan Evaluasi
Pasal 25
Pelaporan Hasil Monitoring dan Evaluasi
1. Hasil monitoring dan evaluasi SD/MI, SMP/MTs dilaporkan kepada PCM dengan
tembusan kepada Pengelola dan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah.
2. Hasil monitoring dan evaluasi SMA/MA/SMK dilaporkan kepada PDM dengan
tembusan kepada Pengelola dan Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah.
Pasal 26
Tindak Lanjut Monitoring dan Evaluasi
Pasal 27
1. Audit keuangan dilakukan untuk:
a. Memeriksa kesesuaian antara laporan keuangan dengan standar akuntansi yang
berlaku umum.
Page 10 of 12
Pasal 28
Pelaksana Audit Keuangan
Pasal 29
Periode Audit Keuangan
1. Audit akhir jabatan Kepala Sekolah/Madrasah dan/atau Mudir dilakukan 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) periode jabatan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan
berakhir.
2. Dalam kasus tertentu audit keuangan dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
3. Audit investigasi dilakukan apabila terdapat dugaan fraud.
Pasal 30
Pelaporan Hasil Audit Keuangan
Pasal 31
Tindak Lanjut Hasil Audit Keuangan
1. Hasil audit keuangan digunakan untuk evaluasi, pembinaan, dan pengambilan tindakan.
2. Bentuk tindakan disesuaikan dengan hasil temuan dalam audit keuangan.
3. Jika terbukti terjadi fraud maka akan ditindak sesuai Peraturan Kepegawaian
Sekolah/Madrasah/Pondok Pesantren Muhammadiyah Jawa Timur.
Page 11 of 12
BAB XVI
PENUTUP
Pasal 32
Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini akan diatur kemudian oleh Majelis
Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
Pasal 33
Page 12 of 12