Kaki Bengkak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

Makassar, 17 April 2013

LAPORAN KELOMPOK PBL


“MODUL KAKI BENGKAK”
BLOK MEKANISME DASAR PENYAKIT

Pembimbing : dr. Hermiaty, M.Kes


Disusun Oleh :

Kelompok 1A

 Abdianto Ilman 110 209 0041


 Muh. Anas Fadli 110 210 0114
 Andi Fadilah Fahmi 110 212 0009
 Fahrur Rozi M 110 212 0022
 Ahmad Nur Fauzi 110 212 0054
 Andi Dwi Rahayu 110 212 0091
 Zaskia Azzahra Wijayanti 110 212 0040
 Dwi Nawaluddin Naprisal 110 212 0089
 Gina Puspita Sari AB.O 110 212 0092
 Madrikayanti 110 212 0112
 Anisa Eka Mulya 110 212 0116
 Nurul Hikmah Pratiwi 110 212 0118

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
SISTEM MEKANISME DASAR PENYAKIT (BMD)

Subsistem Mekanisme Dasar Penyakit Hemodinamik, Metabolisme,


Gangguan Pasase dan Infeksi

SKENARIO 2

Seorang wanita 50 tahun masuk UGD RS Wahidin Sudirohusodo karena


sesak nafas sejak 2 hari lalu dan bertambah berat. Kedua kaki pasien
bengkak dan terasa berat kalau berjalan sejak 3 bulan lalu, pasien tidak
pernah mengeluh demam

Seven Jump

1. Mengklarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario diatas,


kemudian tentukan kata/kalimat kunci skenario diatas
2. Mengidentifikasi problem dasar skenario diatas dengan membuat
beberapa pertanyaan penting
3. Melakukan analisis dengan mengklarifikasi semua informasi yang
didapat
4. Melakukan sintesis informasi yang terkumpul
5. Mahasiswa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh kelompok
mahasiswa atas kasus diatas bila informasi belum cukup. Langkah
1 s/d 5 dilakukan dalam diskusi mandiri dan diskusi pertama
bersama tutor
6. Mahasiswa mencari informasi tambahan informasi tentang kasus
diatas diluar kelompok tatap muka
7. Mahasiswa melaporkan hasil diskusi dan sintesis informasi-
informasi baru yang ditemukan
Langkah 7 dilakukan dalam kelompok dengan tutor.
A. Kata Sulit
1. Sesak Nafas : Keadaan mental yang berkaitan dengan
keinginan tak terpuaskan untuk mendapat
ventilasi yang kuat (Sherwood Edisi 6)
2. Edema : Penimbunan cairan secara abnormal di ruang
interseluler tubuh (Kamus Kedokteran Dorland
Hal 363)
3. Demam :Peningkatan suhu akibat infeksi atau
peradangan. Nilai normal 36,5-35,5 oC

B. Kalimat Kunci
1. Wanita 50 tahun
2. Sesak nafas sejak 2 hari lalu dan bertambah berat
3. Kedua kakibengkak dan berat kalau berjalan sejak 3 bulan lalu
4. Tidak pernah mengeluh demam
C. Pertanyaan
1. Apa yang menyebabkan bengkak pada kedua kaki pasien ?
2. Apa yang menyebabkan sesak nafas pasien bertambah berat?
3. Apa hubungan sesak nafas dan bengkak pada kaki
4. Mengapa pasien tidak mengalami demam?

Jawaban

1. Karena terjadi vasokontriksi pembuluh darah pada ekstremitas


bawah dan cairan tubuh mengikuti gaya gravitasi, dimana
cairan mengalir kebawah
2. Karena kurangnya suplai darah di paru-paru sehingga sistem
dari paru-paru terganggu, dimana pertukaran di udara antara
CO2 dan O2 semakin menurun/berkurang, sehingga timbullah
sesak nafas. Dan pada titik tertentu terjadi kebocoran pembuluh
darah hingga cairan tubuh keluar dari pembuluh darah dan
masuk kemana-mana termasuk paru-paru, sehingga
menyebabkan sesak nafas bertambah berat

3. Hubungan sesak nafas dan bengkak pada kaki

Terjadi gangguan pada jantung sehingga menyebabkan O2


tidak tersuplai dengan baik ke paru-paru sehingga terjadilah
sesak nafas, kemudian saat darah dialirkan ke seluruh tubuh,
terjadilah vasokontriksi pembuluh darah pada ekstremitas
bawah sehingga terjadilah edema. Dan dimana saat jantung
gagal memompa darah ke seluruh tubuh, maka serangkaian
kekacauan yang kurang pada ginjal, mengakibatkan ginjal
bereaksi untuk mengaktifkan sistem Renin Angiotensin
Aldosteron dalam waktu lama sehingga aldosteron meningkat
garam dan air meningkat volume plasma menurun dan tekanan
hidrostatik kapiler meningkat dan terjadilah edema.

Vasokontriksi paru Peradangan paru Aktivasi kompensasi

Agregasi neutrofil dalam paru

Pembentukan oksigen Pelepasan protease Pembentukan


Toksik derivat molekul asam
Radikal bebas arahkhidonat

Ransangan epitel Pelepasan kirin dan


Dengan endotel mediator yang lain

Kenaikan permeabilitas pembuluh darah


Edema intertisial alveoli

4. Banyak faktor penyebab demam yaitu adanya bakteri dan lain-


lain. Pasien tidak demam karena memang tidak terjadi infeksi

D. LEARNING OBJECTIVE
1. Menjelaskan etiologi dan patomekanisme edema, sesak nafas,
dan demam
2. Mengetahui keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh
3. Menjelaskan anatomi, histologi dan biokoma organ yang terkait
4. Menjelaskan parasit yang menyebabkan kaki bengkak
5. Menjelaskan penyakit-penyakit yang menyebabkan kaki
bengkak

1.a. Etiologi edema


1. Tekanan hidrostakit intravaskuler meningkat
2. Tekanan osmotik koloid plasma menurun
3. Gangguan aliran limfe
4. Gagal jantung, gagal hati dan gagal ginjal

Pembahasan Patomekanismenya

Secara prinsip pembengkakan terjadi karena adanya water


retension (penimbunan air) di dalam tubuh dan dengan adanya
pengaruh gravitasi maka wilayah betis dan kaki kitalah yang paling
sering mengalami pembengkakan (edema) ini. Air yang merupakan
komponen terbesar dalam darah secara fisiologis memang akan
keluar dari pembuluh darah kapiler menuju ke sel-sel di sekitarnya
untuk memberikan nutrisi kepada sel-sel itu. Setelah itu air tersebut
akan diserap kembali masuk ke pembuluh darah dan mekanisme
’keluar masuk’ ini diatur dengan seimbang oleh hormon dan zat
yang menyerupai hormon yang dinamakan prostaglandin.
Persoalan timbul apabila air yang keluar dari pembuluh darah lebih
banyak daripada air yang diserap masuk kembali ke pembuluh
darah. Hal ini terjadi karena adanya perubahan
tekanan atau ’kebocoran’pada pembuluh kapiler, sehingga air
akan membanjiri sel-sel di luar pembuluh kapiler itu.

Penyebab pembengkakan (swelling) yang bersifat ringan antara


lain karena posisi berdiri atau berjalan yang lama, posisi duduk
yang lama (misalnya dalam perjalanan pesawat atau mobil jarak
jauh), kehamilan, kelebihan berat badan (overweight) dan pada
trauma pergelangan kaki (terkilir). Pembengkakan ini akan
menghilang apabila ’penyebab’nya sudah tidak ada lagi. Namun
pembengkakan ini bisa ’permanen’ sifatnya dan biangnya adalah
kerusakan organ-organ vital kita. Yang paling menakutkan adalah
pembengkakan yang disebabkan oleh karena gagal jantung,
gagal ginjal dan gagal hati.

Pada gagal jantung kekuatan jantung memompa darah jauh


menurun sehingga terjadiwater retension yang mencolok. Pada
gagal ginjal terjadi penurunan drastis kemampuan ginjal menyaring
darah dan mengubahnya menjadi air seni (urine) sehingga efeknya
juga menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh khususnya di
daerah kaki dan betis. Beberapa jenis obat-obatan yang diminum
dalam waktu lama diketahui dapat menyebabkan kerusakan pada
ginjal dan berujung pada gagal ginjal. Obat tersebut antara
lain analgesik (penghilang rasa nyeri) seperti aspirin,paracetamol
dan NSAIDS. Obat lain yang dapat
menyebabkan nephropathy(kerusakan ginjal) adalah allopurinol.
Obat yang sering dipakai untuk mengatasi pembengkakan kaki
karena gout ( orang awam mengatakan ’sakit asam urat’) juga
terbukti menyebabkan terbentuknya batu ginjal dan berlanjut
kepada kerusakan ginjal.

Pembengkakan kaki ini juga dapat pula diakibatkan penyumbatan


pada kelenjar limfa pada tungkai bawah, penyumbatan pembuluh
vena karena bekuan darah (clot) yang disebut deep vein
thrombosis yaitu kerusakan klep (valve) pada pembuluh darah
balik tungkai bawah sehingga darah yang seharusnya dipompa
kembali ke jantung ’meluncur’ turun kembali ke arah bawah. Pada
kelainan deep vein thrombosis (DVT),kita tidak dibenarkan untuk
melakukan pengurutan (massage) karena dikawatirkan bekuan
darah ini akan ’terlepas’ mengalir ke arah jantung,paru atau otak
dengan akibat yang fatal.

Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan


tekanan osmotic plasma.penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan
yang keluar dari pembuluh lebih tinggi, sementara jumlah cairan
yang direabsorpsi kurang dari normal ; dengan demikian terdapat
cairan tambahan yang tertinggal diruang–ruang interstisium. Edema
yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma dapat
terjadi melalui beberapa cara : pengeluaran berlebihan protein
plasma di urin akibat penyakit ginjal ; penurunan sintesis protein
plasma akibat penyakit hati ( hati mensintesis hampir semua protein
plasma ); makanan yang kurang mengandung protein ; atau
pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas .

b. Etiologi Sesak nafas

Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai


dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu
pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit
kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar,
gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Sesak napas/ dispnea merupakan gejala penyakit kardiovaskuler,
emboli paru, penyakit paru obstruktif dan restriktif, gangguan
dinding dada, kecemasan. Pada penyakit obstruktif, dispnea terjadi
karena terhalangnya udara saat masuk ke dalam paru akibat
sempitnya jalan napas, begitu pun saat ekspirasi.

Etiologi dan Patofisiologi Sesak Napas


Hal-hal yang bisa menyebabkan sesak napas antara lain :
1. Faktor psikis.
2. Peningkatan kerja pernapasan.
2.1 Peningkatan ventilasi (Latihan jasmani, hiperkapnia, hipoksia,
asidosis metabolik).
2.2 Sifat fisik yang berubah ( Tahanan elastis paru meningkat,
tahanan elastis dinding toraks meningkat, peningkatan tahanan
bronkial).
3. Otot pernapasan yang abnormal.
3.1 Penyakit otot ( Kelemahan otot, kelumpuhan otot, distrofi).
3.2 Fungsi mekanis otot berkurang.
Semua penyebab sesak napas kembalinya adalah kepada lima hal
antara lain :
1. Oksigenasi jaringan menurun.
2. Kebutuhan oksigen meningkat.
3. Kerja pernapasan meningkat.
4. Rangsangan pada sistem saraf pusat.
5. Penyakit neuromuskuler.

c. Etiologi Demam
1. Ada peradangan, ada bakteri
2. Keadaan lingkungan
Pirogen estrogen
Sitokin
OVLT, area preoptik melalui serabut aferen
Sel kupffer dihati Kel. Sel noradrenalin PGE2

Penyebab infeksi
1. Parasit
2. Bakteri
3. Virus
4. Jamur

Penyebab non infeksi

1. Neoplasam
2. Nekrosis jaringan
3. Kelainan kolagen vaskuler
4. Emboli paru/ trombosit vena dalam
5. Obat, metabolisme
6. INFEKSI
Infeksi Riketsia,
Infeksi Piogenik Infeksi bakteri Sistemik Chlamydia, dan
Mikoplsama
Appendicitis Bartonellosis Rickettsial infections
Cat-scratch disease Brucellosis Anaplasmosis

Cholangitis Campylobacter infection Ehrlichiosis

Cholecystitis Cat-scratch Murine typhus


disease/bacillary
Dental abscess Q fever
angiomatosis (B. henselae)
Diverticulitis/abscess Rickettsialpox
Gonococcemia
Lesser sac abscess Rocky Mountain spotted
Legionnaires’ disease fever
Liver abscess
Leptospirosis Chlamydial infections
Mesenteric lymphadenitis
Listeriosis Lymphogranuloma
Osteomyelitis venereum
Lyme disease
Pancreatic abscess Psittacosis
Melioidosis
Pelvic inflammatory TWAR( C. pneumoniae)
disease Meningococcemia infection

Perinephric/intrarenal Rat-bite fever Mycoplasmal infections


abscess
Relapsing fever
Prostatic abscess
Salmonellosis
Renal malacoplakia
Syphilis
Sinusitis
Tularemia
Subphrenic abscess
Typhoid fever
Suppurative
thrombophlebitis Vibriosis

Tuboovarian abscess Yersinia infection


Infeksi Virus Infeksi Jamur Infeksi parasit
Colorado tick fever Aspergillosis Parasitic infections

Coxsackievirus group B Blastomycosis Amebiasis


infection Candidiasis Babesiosis

Cytomegalovirus Coccidioidomycosis Chagas’ disease


infection
Cryptococcosis Leishmaniasis
Dengue
Histoplasmosis Malaria
Epstein-Barr virus
infection Mucormycosis Pneumocystisinfection

Hepatitis A, B, C, D, and Paracoccidioidomycosis Strongyloidiasis


E
Sporotrichosis Toxocariasis
Human herpesvirus 6
infection Toxoplasmosis

Human Trichinosis
immunodeficiency virus
infection

Lymphocytic
choriomeningitis

Parvovirus B19 infection


Infeksi Intravaskular Infeksi Micobacterium Lain-lain
Bacterial aortitis M. avium/M. Actinomycosis
intracellulareinfections

Bacterial endocarditis Bacillary angiomatosis


Other atypical
Vascular catheter mycobacterial infections Nocardiosis
infection
Tuberculosis Whipple’s disease

Kawasaki’s disease
(mucocutaneous lymph

node syndrome)

Kikuchi’s necrotizing
lymphadenitis
NON INFEKSI
Collagen Penyakit Metabolik Dan
Neoplasma
Vascular/Hypersensitivity Bawaan
Diseases
Ganas Adult Still’s disease Adrenal insufficiency

Colon cancer Behcet’s disease Cyclic neutropenia

Gall bladder Erythema multiforme Deafness, urticaria, and


carcinoma amyloidosis
Erythema nodosum
Hepatoma Fabry’s disease
Giant cell
Hodgkin’s arteritis/polymyalgia Familial cold urticaria
lymphoma
rheumatica Familial Mediterranean
Imunoblastic T-cell fever
lymphoma Hypersensitivity pneumonitis
Hyperimmunoglobulinemia
Leukemia Hypersensitivity vasculitis D and

Lymphomatoid Mixed connective-tissue periodic fever


granulomatosis disease
Muckle-Wells syndrome
Malignant Polyarteritis nodosa
histiocytosis Tumor necrosis factor
Relapsing polychondritis receptor–
Non-Hodgkin’s
lymphoma Rheumatic fever associated periodic
syndrome
Pancreatic cancer Rheumatoid arthritis
Type V
Renal cell carcinoma Schnitzler’s syndrome hypertriglyceridemia

Sarcoma Systemic lupus


erythematosus
Jinak
Takayasu’s aortitis
Atrial myxoma
Weber-Christian disease
Castleman’s disease
Wegener’s granulomatosis
Renal
angiomyolipoma
Granulomatous
Gangguan Termoregulator Lain-Lain
Diseases
Crohn’s disease Central Aortic dissection

Granulomatous Brain tumor Drug fever


hepatitis
Cerebrovascular accident Gout
Midline granuloma
Encephalitis Hematomas
Sarcoidosis
Hypothalamic dysfunction Hemoglobinopathies

Peripheral Laennec’s cirrhosis

Hyperthyroidism PFPA syndrome: periodic


fever, adenitis,
Pheochromocytoma
pharyngitis, aphthae

Postmyocardial infarction
syndrome

Recurrent pulmonary
emboli

Subacute thyroiditis (de


Quervain’s)

Tissue infarction/necrosis

Demam buatan

Pembahasan

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi maupun non infeksi.


Demam akibat infeksi dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur maupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya
menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia,
bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia,
sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis,
otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain (Graneto, 2010).
Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam
chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1 (Davis, 2011).
Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain (Davis, 2011).
Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara
lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis (Jenson & Baltimore,
2007). demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh
beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang
eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit
autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll),
keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non-hodgkin, leukemia,
dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan
antihistamin) (Kaneshiro & Zieve, 2010). Selain itu anak-anak juga
dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari
pemberian imunisasi selama ±1-10 hari (Graneto, 2010). Hal lain
yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam
adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak,
status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan
lainnya (Nelwan, 2009).
2. Mengetahui keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh

1. Fisiologi Cairan Tubuh

Cairan Intraseluler 40%

30

20

Cairan Intertisial 15%


10

Plasma 5%

Cairan intraseluler (CIS) = Volume 40%


Cairan Ektraseluler (CES) = Volume 20%
- Cairan Intertisial (13%)
- Cairan intavaskuler (5%)
- Cairan Transesuler (2%)

Keseimbangan cairan tubuh dipertahankan dengan mengatur


volume dan osmolaritas CES. Untuk mengatur keseimbangan
CIS dan CES.
Di dalam CES terdapat tekanan hidrostatik dan osmotik.
Tekanan hidrostatik yaitu tekanan cairan, tekanan osmotik yaitu
kandungan protein, dan digunakan untuk mempertahankan
konsentrasi keseimbangan CES

2. Pengaturan keseimbangan elektrolit

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh


ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal. Selain itu, pengaturan
keseimbangan cairan dapat meialui sistem atau mekanisme rasa
haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal, yakni ADH (anti
diuretik hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan
glukokortikoid.

1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada
fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dalam darah. pengatur keseimbangan asam-basa darah,
dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh


kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring
cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 c-c
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring
keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian
mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnva menyerap semua
bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1
ml/kg/ bb/jam.

2. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang
terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh
pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemanpuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi
dan vasouonstriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan
dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh
darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya dilakukan melalui
cara pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara
sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi, yaitu pengalihan
panas ke benda yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan
mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih
dingin.

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah


pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu
dapat diturunkan dengan cara pelepasa.n air yang jumlahnya
kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat
yang dihasilkan dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan,
melalui kondisi tubuh yang panas.

3. Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan
menghasilkan insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari.
Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat
perubahan terhadap upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan _yang
berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan
dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang
dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari.

5. Sistem Endokrin
a. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air
sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.
Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis
posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas
dan menurunkan cairan ekstrasel.

b. Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh
kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini
diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan
sistem angiotensin renin.

c. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang
berlungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah,
kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada
ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

d. Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan
air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi
retensi natrium.

e. Mekanisme Rasa Haus


Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan
cairan dengan cara merangsang pelepasan renin yang dapat
menimbulkan produksi angiotensin II, sehingga merangsang
hipotalamus sehingga menimbulkan rasa haus.

CARA PERPINDAHAN CAIRAN


1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan,
gas, atau cat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat
terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel membran. Dalam tubuh,
proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran
kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi
tergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan
temperatur cairan.

Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding


rnolekul kecil. Moiekul akan lebih mudah berpindah dari larutan
berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan
dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan
molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain melalui
membran semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan
konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih
pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya.
Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis
ini penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan
intrasel.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan


dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan
penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh.
Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang
berbeda, dan di dalamnya di masukkan sel darah merah maka
larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan
berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 % merupakan larutan
yang isotonik, karena larutan NaC 1 mempunyai kepekatan yang
sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik
merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan
larutan yang dicampur. larutan liipotonik mempunyai kepekatan
lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel.

Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan


kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi
melalui rnembran semipermeabel, sehingga larutan yang
berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan
larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah
volumenya.

3. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme
transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan
berdifusi dan berosmosis. Proses ini penting untuk
mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.

Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor yakni


tekanan cairan dan membran semipermeabel.
a. Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya
tekanan cairan. Proses osmotik juga menggunakan tekanan
osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut untuk
menarik larutan melalui membran. Bi1a dua larutan dengan
perbedaan konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi
lebih pekat molekul intinya tidak dapat bergabung, larutan tersebut
disebut: koloid. Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan
yang sama dapat becrgabung maka larutan tersebut discbut
kristaloid. Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam.
Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur dengan
plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membran
sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat
penting dalam proses pembcrian cairan intravena. Biasanya larutan
yang sering digunakan dalam pemberian infus intrmuskular bersifat
isotonik karena mempunvai konsentrasi yang sama dengan plasma
darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit ke dalam intrasel. larutan intravena yang hipotonik, yang
larutan mempuyai konsentrasi kurang pekat disbanding dengan
konsenirasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotic
plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik
cairan interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma lebih
besar disbanding cairan interstisial dan molekul protein lebih besar,
maka akan terbentuk larutan koloid Yang sulit menembus membran
semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap
molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting
untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
b. Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang
bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermiabel ini
terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, Yang terdapat di
seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke
jaringan.
3. Menjelaskan anatomi, histologi dan biokoma organ yang terkait

Ginjal

Anatomi
Histologi
Biokimia

Fisiologi
Jantung

Anatomi
Histologi

Fisiologi
Paru-paru

Anatomi

Histologi
Biokimia

Fisiologi
Hepar

Anatomi

Histologi
Biokimia

Fisiologi
Parasit yang menyebabkan kaki bengkak

Wuchereria bancrofti

Brugia malayi

Brugia timori
Menjelaskan penyakit-penyakit yang menyebabkan kaki bengkak

Kaki bengkak (ankle edema) adalah pembengkakan pada tungkai


bawah yang disebabkan oleh penumpukan cairan pada kaki
tersebut. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ankle edema ini.
Faktor yang berperan adalah kadar protein (albumin) dalam darah
yang rendah, fungsi pompa jantung menurun, sumbatan pembuluh
darah atau pembuluh limfe, penyakit liver dan ginjal kronis, posisi
tungkai terlalu lama tergantung (gravitasi). Ankle edema ini terjadi
pada kedua tungkai tetapi dapat juga terjadi pada satu tungkai saja.
Ankle edema hanya satu tungkai saja disebabkan karena aliran
pembuluh darah atau pembulih limfe tersumbat, sumbatan ini dapat
terjadi karena darah yang kental lalu membeku didalam pembuluh
darah atau massa tumor yang menekan pembuluh darah atau
pembuluh limfe.

Meningkatnya kadar asam urat dalam darah yang menjadi tinggi


secara mendadak merupakan salah satu Penyebab asam
urat yang utama. hal ini biasa terjadi setelah menyantap makanan
yang mengandung kadar asam urat yang tinggi. Oleh karena itu,
arthritis gout ditandai dengan serangan berulang dari arthritis
(peradangan sendi) yang akut, kadang-kadang disertai
pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan tophus,
deformitas (kerusakan) sendi secara krosnis dan cedera pada ginjal

Dan terakhir bisa juga disebabkan karena parasit seperti


wuchereria bancrofti.

Anda mungkin juga menyukai