Hubungan EQ Dengan Hasil Belajar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 69

1

A. JUDUL : HUBUNGAN KECERDASAN EMOTIONAL


(EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS V SD GUGUS VII KECAMATAN
TAMPAN PEKANBARU

B. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan
perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana
dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa
belajar berbagai macam hal.
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang
sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan
dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi
belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan
dibutuhkan proses belajar.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian,kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Prestasi belajar yang baik merupakan hal yang paling didambakan oleh
setiap siswa yang sedang belajar. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator
keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajar. Hal tersebut disebut sebagai
kecerdasan intelektual. Kecerdasan intelektual diukur dari nilai rapor dan indeks
prestasi. Tolak ukur ini tidak salahtetapi tidak seratus persen bisa dibenarkan.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bersifat eksternal dan internal.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari luar diri
seseorang, diantaranya jenis model pembelajaran yan digunakan pendidik,
banyaknya kegiatan perlombaan, dan perbandingan antara jam belajar efektif
dengan tuntutan kurikulum yang tidak seimbang. Faktor internal merupakan faktor
2

yang berasal dari dalam diri seseorang, salah satunya adalah kecerdasan, Syah
(dalam Pamungkas dkk, 2013) menyebutkan salah satu faktor rohaniah yang dapat
mempengaruhi hasil belajar adalah kecerdasan. Menurut Zohar dan Marshall
(dalam Pamungkas dkk, 2013) kecerdasan itu terbagi atas tiga macam yaitu
Intellegence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ)
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan
menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang
tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang
tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan
dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang
optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529) hakikat inteligensi adalah
kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk
mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai
keadaan diri secara kritis dan objektif.
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan
siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi
memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun
kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif
tinggi. (Amalia Sawitri, 2004: 12).
Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.
Menurut Goleman (2002 : 42), Setinggi-tingginya, IQ menyumbang kira-kira 20%
bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, jadi yang 80% diisi oleh
kekuatan-kekuatan lain. Bahkan Richard Herrnstein dalam Charles Murray dalam
Goleman (2002 : 43) yang dalam buku mereka The Bell curve menaruh bobot
penting pada IQ mengakui hal ini diantaranya adalah kecerdasan emosional atau
Emotional Quotient (EQ) kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri
sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga beban stres
tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa.
3

Dalam proses belajar siswa, ketiga inteligensi itu sangat diperlukan. IQ


tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional
terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah serta jiwa sosial peserta
didik.. Namun biasanya ketiga inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan
antara IQ, EQ dan SQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah.
Pelaksanaan pembelajaran yang dipersiapkan guru sudah sesuai dengan
standar prosesnya. Persiapan mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran dan
materinya sudah disusun dalam program semester sekolah. Namun dalam
pelaksanaan proses pembelajarannya, seringkali apa yang dipersiapkan tidak
mendapatkan hasil belajar kognitif yang sesuai batas tuntas. Sebagai proses belajar
mengajar bisa dilihat dari sisi guru dan sisi siswa. Jika dilihat dari sisi siswa,
perilaku siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, perbedaan perilaku
siswa yang pintar dan kurang pintar di kelas, pertengkaran antar siswa, bisa juga
menjadi hal yang turut memengaruhi hasil belajar kognitif yang dicapai. Hal-hal
yang bukan termasuk dalam kesiapan kognitif siswa, namun sebagai suatu perilaku
yang dilakukan dalam proses belajar mengajar. Seperti halnya proses belajar
mengajar kognitif yang masih belum melibatkan siswa secara aktif, terlepas dari
guru yang sudah mencoba menerapkan namun rendah partisipasinya dari siswa.
Perilaku-perilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau perilakunya
di sekolah seperti dipaparkan sebelumnya, sebenarnya masuk dalam cakupan
kebijakan program pendidikan karakter di sekolah. Pedoman pelaksanaan
pendidikan karakter di dalamnya tertulis fungsi pendidikan karakter untuk
mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku
baik.
Perilaku-perilaku dalam domain pendidikan karakter ditransformasikan ke
dalam 18 nilai karakter bangsa yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, senang membaca,
peduli sosial, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Berbagai nilai yang
dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial,
sederhana dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah,
4

yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan, dan santun. Transformasi dari
pelaksanaan pendidikan karakter adalah munculnya kecerdasan emosi pada diri
siswa. Nilai karakter yang ditanamkan dalam pendidikan karakter tidak sekedar
menjadi ciri kepribadian siswa saja, namun bertransformasi aktif menjadi suatu
pola pemikiran siswa atau disebut sebagai kecerdasan emosi.
Nilai karakter bangsa dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar
merupakan pemecahan masalah dari perilaku-perilaku siswa yang bisa saja
mengganggu proses belajar mengajar di kelas maupun di sekolah. Mengambil
asumsi ketika proses belajar mengajar tidak optimal tentunya akan berdampak
pada capaian hasil belajar yang tidak optimal.
Konstruk pendidikan karakter sendiri memaknai pendidikan karakter
sebagai pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),
sikap perasaan (affection felling), dan tindakan. Lebih lanjut, proses pendidikan
karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi
individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural
dalam konteks dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat. Dengan
pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang
peserta didik akan menjadi cerdas emosinya (Rifki Afandi, 2011: 93).
Guru masih belum memahami pelaksanaan pendidikan karakter yang
diintegrasikan dalam kurikulum sekolah secara mendalam. Pendidikan karakter
menjadi dangkal karena dianggap seperti pendidikan budi pekerti terpisah dari
materi pelajaran. Ketika dicoba dimasukkan dalam indikatornya pun seperti
terpaksa untuk bisa masuk. Solusinya pada pagi hari ada jam pendidikan budi
pekerti. Tidak setiap hari, bergiliran pelaksanaannya.
Padahal dinyatakan kecerdasan emosi adalah bekal penting menyongsong
anak dalam meraih masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil
menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademis. Selain itu, perilaku siswa dalam proses belajar mengajar
juga diasumsikan turut jelas memengaruhi capaian hasil belajar kognitif siswa.
Kiranya suatu penelitian mengenai hubungan kecerdasan emosi dengan hasil
belajar kognitif perlu dilakukan namun dengan mempertimbangkan kesesuaian
5

konstruk pendidikan karakter dan kecerdasan emosi. Pendidikan karakter memiliki


18 nilai karakter bangsa yang menjadi indikator.
Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki
kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak
beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan
cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila
didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang
seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila
seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka
cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah
frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi
lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya,
dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi.
Dalam hal ini tidak sedikit orang tua yang hanya fokus dalam memberikan
perhatian terhadap kecerdasan intelektual saja. Pertanyaannya apakah seorang
anak dengan IQ yang rendah atau rata-rata tidak akan seberhasil anak dengan IQ
yang tinggi? Dan bagaimana dengan kenyataan bahwa orang yang mempunyai IQ
tinggi pun bisa gagal, sedangkan orang yang mempunyai IQ rata-tara menjadi
sangat sukses dalam hidupnya? Hal inilah yang memunculkan kecerdasan
emosional dan untuk menandingi kecerdasan intelektual. Kecerdasan emosional
memegang peranan penting dalam sebagian besar kehidupan manusia.
Wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru di SDN 164 Pekanbaru,
pemillihan metode pembelajaran yang digunakan mengacu pada metode yang
telah tertera di kurikulum. Merujuk pada pengalaman-pengalaman mengajar yang
telah dialami oleh guru. Ketika ditanyakan mengenai masalah dalam pembelajaran
yang dihadapi, guru menjelaskan banyak siswanya masih mengalami kesulitan
ketika mengingat kembali pelajaran yang telah diberikan. Contohnya dalam materi
struktur pemerintahan daerah, ketika dijelaskan siswa mengerti namun saat
diujikan beberapa mereka tidak tepat menggambarkan bagan struktur
pemerintahan. Hal ini juga selaras dengan beberapa penelitian yang telah
6

dilakukan. Menurut Edwing Irnanto (2014 : 3) Ketika ditanyakan mengenai


proses belajar mengajar di kelas, guru mencontohkan terkadang ada beberapa
siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, perilaku siswa yang pintar dan
kurang pintar di kelas berbeda dalam antusias bertanya misalnya. Tetapi guru
menerima keadaan tersebut sebagai keadaan yang wajar sebagai anak-anak,
kadang ada yang bertengkar di kelas namun kemudian berbaikan lagi. Tidak
mempengaruhi kondisi kelas yang bersahabat.
Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang mengatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil
belajar siswa, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Umriyati yang
mengatakan bahwa kecerdasan emosional memberikan pengaruh sekitar 21,36%
terhadap hasil belajar matematika siswa SMP PGRI Sedati, Selanjutnya penelitian
delfia dkk, yang mengatakan bahwa 31,25% hasil belajar Ipa siswa SD Negeri 1
Palu dipengaruhi oleh kecerdasan emosional.
Dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri siswa sebagai
salah satu faktor penting untuk meraih hasil belajar yang baik., maka peneliti
mempunyai keinginan untuk meneliti berapa besar hubungan kecerdasan
emosional terhadap hasil belajar siswa sekolah dasar. Pada usia sekolah dasar
siswa sudah bisa memahami alasan yang mendasari sebuah peraturan dan sudah
bisa memilah tindakan yang benar dan salah. Dalam hal ini Peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul :” Hubungan Kecerdasan Emotional
(Emotional Quotient) Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus VII
Kecamatan Tampan Pekanbaru”

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Adakah hubungan antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar siswa kelas
V SD Gugus VII Kecamatan Tampan Pekanbaru?
2. Seberapa besar hubungan antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar siswa
kelas V SD Gugus VII Kecamatan Tampan Pekanbaru?
7

D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosi dengan hasil
belajar siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Tampan Pekanbaru.
2. Mengetahui besarnya hubungan antara kecerdasan emosi dengan hasil
belajar siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Tampan Pekanbaru.

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:


1. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan ilmu dan kajian
hubungan kecerdasan emosi dengan hasil belajar kognitif serta telaahnya
terhadap aspek-aspek lain yang mendasari dalam pengaplikasiannya dalam
bidang pendidikan.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi Guru
Memberikan kajian mengenai hubungan kecerdasan emosi dengan hasil
belajar kognitif siswa.
b. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman yang dapat dijadikan bekal
untuk menjadi guru serta menambah wawasan keilmuan.

F. DEFENISI OPERASIONAL
Defenisi operasional dalam penelitian ini perlu dijelaskan agar tidak
terjadi kesalahpahaman antara pembaca dan peneliti.

1. kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan


untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,
8

mengatur suasana hati dan menjaga beban stres tidak melumpuhkan


kemampuan berfikir, berempati dan berdoa. (Goleman, 2002).
Syah (dalam Pamungkas dkk, 2013) menyebutkan salah satu faktor
rohaniah yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah kecerdasan.
Menurut Zohar dan Marshall (dalam Pamungkas dkk, 2013) kecerdasan itu
terbagi atas tiga macam yaitu Intellegence Quotient (IQ), Emotional
Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ). Dalam penelitian ini
kecerdasan yang akan di ukur adalah Emotional Quotient (EQ).
Kemampuan emosional yang akan diukur meliputi beberapa komponen
yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi dan keterampilan diri.
2. Hasil belajar merupakan konsep-konsep secara kognitif yang diperoleh
siswa setelah proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan hasil yang
dicapai dalam bentuk angka-angka (skor) yang diperoleh siswa setelah
diberikan tes hasil belajar. (Djunaidi, 2008:23). Jadi yang dimaksud dengan
hasil balajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang dicapai dalam
bentuk angka-angka (skor) yang diperoleh siswa setelah diberikan tes hasil
belajar khususnya untuk domain kognitif.

G. KAJIAN TEORETIS
A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Emosi
Semua emosi, pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana
seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur
oleh evolusi. Akar kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti
“menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak
menjauh”. Menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak
dalam emosi(Goleman, 2002: 7).
Menurut Kaplan dan Saddock (dalam Ruci Ernis, 2014 : 6) Emosi adalah
keadaan perasaan yang kompleks yang mengandung komponen kejiwaan, badan,
dan perilaku yang berkaitan dengan affect dan mood. Affect adalah ekspresi
sebagai tampak oleh orang lain dan affect dapat bervariasi sebagai respons
9

terhadap perubahan emosi, sedangkan mood adalah suatu perasaan yang meluas,
meresap dan terus menerus yang secara subjektif dialami dan dikatakan oleh
individu dan juga dilihat oleh orang lain. Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono
(dalam Syamsu Yusuf, 2009:115) berpendapat bahwa emosi merupakan “setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah
(dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam)”.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi
dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Menurut L. Crow dan A. Crow (dalam Ruci Ernis, 2014 : 6) “Emosi adalah
pengalaman yang efektif yang disertai oleh penyesuaian batin secra menyeluruh,
dimana keadaan mental dan fisiologis sedang dalam kondisi yang meluap-luapp,
juga dapat diperlihatkan dengan tingkah laku yang luas dan nyata”
Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat “
siapapun bisa marah-marah itu mudah. Tetapi, marah pada orangyang tepat,
dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan
dengan cara yang baik- bukanlah hal mudah” intinya adalah tentang kebajikan,
karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan
emosional kita dengan kecerdasan. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah
mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara
mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).

2. Pengertian kecerdasan emosional


Istilah kecerdasan emosi baru dikenal secara luas pertengahan abad 90-an
dengan diterbitkannya buku Daniel Goleman: Emotional Inteligence.
Encyclopedia of Applied Psychology menyarankan tiga model utama mengenai
kecerdasan emosi saat ini, yaitu Model Salovey & Mayer, Model Goleman, dan
Model Bar-On.
10

Beberapa pendapat tentang kecerdasan emosional menurut para ahli yaitu:


a. Salovey & Mayer pada tahun 1990, mendefinisikan kecerdasan emosi
sebagai “the ability to monitor one’s own and others feeling and emotions,
to discriminate among them and to use this information to guide one’s
thinking and action” (Lia Marina, 2007: 12).
b. Goleman telah melakukan riset kecerdasan emosi lebih dari 10 tahun.
Goleman menjelaskan kecerdasan emosi (Emotional Intelligence) adalah
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi
frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga beban stres tidak
melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa.
c. Pada tahun 1997, Bar-On mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai “an
array of noncognitive capabilities, competencies, and skills that influence
one’s ability to succeed in coping with environmental demands and
pressures”. Bar-On (2006: 14) kemudian mendefinisikan ulang
kecerdasan emosi sebagai “a cross-section of interrelated emotional and
social competencies, skills and facilitators that determine how effectively
we understand and express our selves, understand others and relate with
them, and cope with daily demands”. Penampang dari saling emosional
dan sosial kompetensi, keterampilan dan fasilitator yang menentukan
bagaimana efektifitas kita dalam memahami, mengekspresikan diri,
memahami orang lain dan berhubungan dengan sosial serta mengatasi
tuntutan sehari-hari.
d. Howes dan Herald (dalam Geni Gustini, 2016 : 10) Mendefenisikan
kecerdasan emosional sebagai komponen yang membuat seseorang
menjadi pintar menggunakan emosinyalebih lanjut dijelaskan, bahwa
emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang
tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati,
kecerdasan emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih utuh
tentang diri sendiri dan orang lain.
11

Merujuk pada definisi kecerdasan emosional tersebut, maka peneliti berasumsi


bahwa kecerdasan emosional adalah jenis kecerdasan yang fokus untuk
memahami, mengenali, merasakan, mengelola dan memimpin, memotivasi
perasaan diri sendiri dan orang lain serta melaksanakannya dalam kehidupan
pribadi dan sosial untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional


Salovey menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam defenisi dasar
tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya, seraya memperluas
kemampuan ini jadi lima wilayah utama:
a. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke
waktu merupakan hal penting bagi pemahaman diri sendiri.
b. Mengelola emosi
Kemampuan untuk mengelola emosi merupakan kemampuan individu
dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,
sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Kemampuan ini
berkaitan dengan usaha menjaga emosi yang merisaukan tetap terkendali.
Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri,
melepaskan kecemasan kemurungan, ketersinggungan dan akibat-akibat yang
ditimbulkan serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang
menekan.
c. Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat
penting dalam kaitannya dengan memotivasi diri sendiri dan menguasai diri
sendiri untuk berkreasi dan berprestasi. Dengan dimilikinya motivasi dalam
diri individu, maka individu tersebut memiliki ketekunan untuk menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai
12

perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan


keyakinan diri.
d. Mengenali emosi orang lain
Keterampilan ini berhubungan dengan empati, kemampuan yang juga
bergantung pada kesadaran diri emosional, ketrampilan ini merupakan
ketrampilan bergaul. Orang yang mampu membaca emosi orang lain juga
memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya
sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang
tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
e. Membina hubungan
Seni membina hubungan, sebagian besar, merupakan ketrampilan
mengelola emosi orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan
membina hubungan ini dapat sukses dalam berbagi bidang. Orang berhasil
dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancer pada orang
lain. Untuk seorang siswa juga dapat dilihat sejauh mana kepribadiannya
berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang
dilakukannya.

4. Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional


Daniel Goleman (Dalam Geni Gustini, 2016 :11-13) membagi kecerdasan
emosional menjadi lima bagian yaitu tiga kompetensi berupa kompetensi
emosional (pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi) dan dua
komponen berupa kompetensi sosial ( empati dan keterampilan sosial). Lima
komponen kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengenalan diri (self Awareness)
Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui
perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri
sendiri, memiliki tolok ukut yang realistis atas kemampuan diri dan
memiliki kepercayaan diri yang kuat. Unsur-unsur kesadaran diri, yaitu:
(1) Kesadaran emosi (emosional awareness), yaitu mengenalai emosinya
sendiri dan efeknya.
13

(2) Penilaian diri secara teliti accurate self awareness), yaitu mengetahui
kekuatan dan batas-batas diri sendiri.
(3) Percaya diri (Self confidence), yaitu keyakinan tentang harga diri dan
kemampuan sendiri.
b. Pengendalian diri (self Regulation)
Pengendalian diri adalah kemapuan menangani emosi diri sehingga
berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati,
sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan
mampu segera pulih dari tekanan emosi. Unsur-unsur pengendalian diri,
yaitu:
(1) Kendali diri (Self-control), yaitu ,mengelola emosi dan desakan hati
yang merusak.
(2) Sifat dapat dipercaya (trustworthness,) yaitu memelihara norma
kejujuran dan integritas.
(3) Kehati-hatian (conscientiousness), yaitu bertanggung jawab atas
kinerja pribadi
(4) Adaptabilitas (adaptability), yaitu keluwesan dalam menghadapi
perubahan.
(5) Inovasi (innovation), yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap
gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.
c. Memotivasi (motivation)
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat
membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih
baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, unsur-
unsur motivasi, yaitu:
(1) Dorongan prestasi (achievement drive), yaitu dorongan untuk menjadi
leih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
(2) Komitmen (commitmen), yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran
kelompok atau lembaga.
(3) Inisiatif (innitiative), yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
14

(4) Optimisme (optimisme), yaitu kegigihan dalam memperjuangkan


sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.
d. Empati (Emphaty)
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan
saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe
individu.
Unsur-unsur empati, yaitu:
(1) Memahami orang lain (understanding others), yaitu mengindra
perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif
terhadap kepentingan mereka.
(2) Mengembangkan orang lain (developing other), yaitu merasakan
kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan
kemampuan orang lain.
(3) Oriantasi pelayanan (service orientation), yaitu mengantisipasi,
mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan.
(4) Memanfaatkan keragaman (leveraging diversity), yaitu menumbuhkan
peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.
(5) Kesadaran politis (political awareness), yaitu mampu membaca arus-
arus emisi sebuah kelompok dan hubungannya dengan perasaan.
e. Keterampilan Sosial (social skills)
Keterampilan sosial adalah kemapuan menangani emosi dengan
baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi,
memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan dan bekerjasama
dengan tim.
Unsur-unsur keterampilan sosial , yaitu:
(1) Pengaruh (influence), yaitu memiliki taktik untuk melakukan persuasi.
(2) Komunikasi (communication), yaitu mengirim pesan yang jelas dan
meyakinkan.
(3) Menajemen konflik (conflict menagement), yaitu negosiasi dan
pemecahan silang pendapat.
15

(4) Kepemimpinan (leadership), yaitu membangkitkan inspirasi dan


memandu kelompok dan orang lain.
(5) Katalisator perubahan (change catalyst), yaitu memulai dan mengelola
perusahaan
(6) Membangun hubungan (building bord), yaitu menumbuhkan hubungan
yang bermanfaat.
(7) Kolaborasi dan kooperasi (collaboration and cooperation), yaitu
kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
(8) Kemampuan tim (team capabilities), yaitu menciptakan sinergi
kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.
16
17
18
19
20
21

Menurut Vygotsky mengatakan bahwa filosofis think talk write adalah


teori belajar konstruktivisme. Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme
dalam belajar adalah adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya
termasuk interaksi kelompok ke kelompok lain dalam proses diskusi.
Menurut Vygotsky (Dimyati, 2003:52), belajar adalah sebuah proses yang
melibatkan dua elemen penting antara lain sebagai berikut:
1. Belajar merupakan proses secara biologis sebagai proses dasar.
2. Proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya
berkaitan dengan lingkungan sosial budaya.
Sehingga, lanjut Vigotsky, munculnya perilaku seseorang adalah karena
intervening kedua elemen tersebut. Pada saat seseorang mendapatkan stimulus
dari lingkungannya, ia akan menggunakan fisiknya berupa alat indranya untuk
menangkap atau menyerap stimulus tersebut, kemudian dengan menggunakan
saraf otaknya informasi yang diperoleh merupakan proses secara fisik-psikologi
sebagai elemen dasar dalam belajar.
Pengetahuan yang telah ada sebagai hasil dari proses elemen dasar ini akan
lebih berkembang ketika mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial budaya
mereka termasuk interaksi antar kelompok belajar di sekolah dalam proses belajar
mengajar di dalam kelas yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, Vygotsky
sangat menekankan pentingnya peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar
seseorang. Vygotsky percaya bahwa belajar dimulai ketika seorang anak dalam
perkembangan zone proximal, yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh seorang anak
ketika ia melakukan perilaku sosial. Zona ini juga dapat diartikan sebagai seorang
anak yang tidak dapat melakukan sesuatu sendiri tetapi memerlukan bantuan
kelompok atau orang dewasa. Dalam belajar, zone proximal ini dapat dipahami
pula sebagai selisih antara apa yang bisa dikerjakan seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa. Maksimalnya perkembangan
zone proximal ini tergantung pada intensifnya interaksi antara seseorang dengan
lingkungan sosial di sekolah.
22

Menurut Vygotsky (Slavin, 1994:158), fungsi mental tingkat tinggi


biasanya ada dalam percakapan atau komunikasi dan kerja sama di antara
individu-individu (proses sosialisasi) sebelum akhirnya itu berada dalam diri
individu (internalisasi). Oleh karena itu, pada saat seseorang berbagi pengetahuan
dengan orang lain, dan akhirnya pengetahuan itu menjadi pengetahuan personal,
disebut dengan “private speech”. Di sini Vygotsky ingin menjelaskan bahwa
adanya kesadaran sebagai akhir dari sosialisasi tersebut. Dalam belajar bahasa,
misalnya, ucapan pertama kita dengan orang lain adalah bertujuan untuk
komunikasi, akan tetapi sekali kita menguasainya, ucapan atau bahasa itu akan
terinternalisasi dalam diri kita dan menjadi “inner speech” atau “private speech”.
Private speech ini dapat diamati saat seorang anak sering berbicara dengan dirinya
sendiri, terutama jika ia dihadapkan dengan tugas-tugas sulit. Namun demikian,
sebagaimana studi-studi yang dilakukan, anak-anak yang sering menggunakan
private speech ketika menghadapi tugas-tugas daripada anak-anak yang kurang
menggunakan private speech.
2. Model Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
Huiker dan Laughin (dalam Huda, 2014:218) mengatakan bahwa model
ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur
kemajuan Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir
atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca kemudian berbicara
dan membagi sharing dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini
lebih efektif apabila dilakukan dalam 3-5 siswa/kelompok. Dalam kelompok ini
siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan melalui
mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian menyampaikan
melalui tulisan.
Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari membaca suatu teks yang berisi
cerita kemudian dicatat apa yang telah dibaca. Dalam membuat atau menulis
catatan setelah membaca siswa membedakan dan mempersatukan ide yang
disajikan dalam teks bacaan, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
Menurut Wieder Hold (dalam Shoimin, 2014:212) membuat catatan berarti
menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu
23

belajar rutin membuat atau menulis catatan setelah membaca merangsang aktivitas
berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca. Membuat catatan mempertinggi
pengetahuan siswa bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.
Salah satu manfaat dari proses ini adalah membuat catatan akan menjadi bagian
integral dalam proses pembelajaran.
Setelah tahap “think” selesai, dilanjutkan dengan tahap berikutnya “talk”
yaitu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa dan kata-kata yang mereka
pahami. Talk (berbicara) penting karena siswa menggunakan bahasa sendiri untuk
menyajikan ide kepada temannya membangun teori bersama, sharing model dan
membuat definisi. Pembentukan ide dalam proses talk sering kali dirumuskan, di
klarifikasikan atau direvisi. Fase berkomunikasi (talk) pada model ini siswa
memungkinkan untuk terampil berbicara. Pada umumnya berkomunikasi dapat
berlangsung secara alamiah tetapi menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari
siswa melalui kehidupannya. Sebagai individu yang berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Secara alamiah dan mudah proses komunikasi dapat
dibangun dikelas dan dimanfaatkan sebelum menulis.
Selanjutnya fase “write” yaitu menulis diskusi/ dialog. Aktivitas menulis
berarti mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar
teman dan kemudiannya mengungkapkan melalui tulisan. Menulis membantu
merealisasikan tujuan pembelajaran. Pada aktivitas menulis ini guru melihat
pengembangan konsep siswa. Aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau
kesalahan siswa, mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan
yang ketinggalan, meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap,
mudah dibaca dan terjamin keasliannya.

a. Kemampuan Berpikir, Berdiskusi, dan Menulis (Think-Talk-Write)


Wiedorhold, 1997 (dalam Ansari, 2003:66), beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam menyusun model pembelajaran untuk menumbuhkembangkan
kemampuan komunikasi siswa dalam berpikir, diskusi, dan menulis. Ada suatu
mata rantai yang saling terkait antara kemampuan berpikir/ membaca, diskusi, dan
menulis. Seseorang yang rajin membaca, namun enggan menulis, akan kehilangan
24

arah. Demikian juga sebaliknya, jika seorang gemar menulis, namun enggan
membaca maka akan berkurang makna tulisannya. Yang lebih baik adalah, jika
seseorang yang gemar membaca dan suka berdiskusi (dialog), kemudian
menuangkannya dalam tulisan, maka akan memantapkan hasil tulisannya. Oleh
karena itu, diskusi dan menulis adalah dua aspek penting dari komunikasi untuk
semua jenjang sekolah.Sementara itu, kemampuan membaca dalam topik-topik
tersebut dan menyimpulkan merupakan aspek penting untuk melihat keberhasilan
berpikir siswa.
Dahar, 1989 (dalam Ansari, 2003:66), bila kepada siswa-siswa yang
tergolong atas (kemampuan baik) diberi tugas membaca, mereka akan melakukan
elaborasi (pengembangan) apa yang telah dibaca. Ini berarti mereka memikirkan
gagasan, contoh-contoh, gambaran mental, dan konsep-konsep lain yang
berhubungan. Selain itu, siswa juga mengorganisasikan informasi yang baru
diperoleh. Organisasi merupakan proses pembagian himpunan informasi menjadi
sub-sub tersebut. Oleh karena elaborasi dan informasi memperlancar belajar dan
menghafal (recall and retention), maka rasional bila kehadiran kedua bentuk ini
ditingkatkan dalam belajar-mengajar melalui proses membaca. Untuk merangsang
organisasi terhadap informasi, guru dapat memberikan bagan, grafik, atau outline
yang memuat konsep-konsep yang dipelajari. Menurut Aini (2009:190) “bahwa
pengenalan kembali informasi atau struktur teks melalui membaca keras
merupakan alat bantu bagi pemahaman isi teks, dan membuat catatan penting dari
hasil bacaan dapat meningkatkan dasar pengetahuan siswa, bahkan dapat
meningkatkan berpikir dan keterampilan menulis”.
Mata rantai berikutnya diskusi. Dalam diskusi siswa perlu memiliki
keterampilan komunikasi lisan yang dapat dilakukan dengan latihan secara teratur.
Ada beberapa latihan yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi lisan, antara lain:
1. Menggunakan presentasi di kelas oleh siswa untuk melaporkan suatu teks
laporan kegiatan.
2. Menggunakan kelompok kecil untuk memberi latihan. Boleh jadi setiap
grup diberi soal yang berbeda, dan setiap group berdiskusi kemudian
25

menuliskan laporan penyelesaiannya. Akhirnya masing-masing grup


mempresentasikan dalam kelas untuk memperoleh solusi yang benar,
namun perlu di ingat bahwa yang terpenting dalam aktivitas ini adalah
talking atau keterampilan komunikasi lisan.
3. Menggunakan permainan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, diskusi
dapat menyadarkan siswa mengapa jawabannya salah, dan membantu
siswa melihat jawaban yang benar.
Selain kemampuan membaca dan berdiskusi, kemampuan yang lain yang
berkontribusi terhadap kemampuan komunikasi adalah menulis. Menulis adalah
proses bermakna karena siswa secara aktif membangun hubungan antara yang
dipelajari dengan apa yang sudah mereka ketahui. Menulis dapat membantu siswa
membentuk pemahaman secara implisit dan berpikir lebih eksplisit sehingga
mereka dapat melihat dan merefleksikan pengetahuan dan pikirannya. Manzo,
1995 (dalam Ansari 2003:69) mengungkapkan keuntungan yang diperoleh dari
aktivitas menulis antara lain sebagai berikut :
1. Menulis dapat meningkatkan taraf aktivitas intelektual pembaca.
2. Menulis dapat membantu siswa merumuskan kata-kata dengan lebih baik.
3. Menulis dapat membangun matakognitif bahkan kemampuan kognitif,
karena menulis memungkinkan siswa melakukan introspeksi, analisis, dan
sintesis pada level yang lebih mendalam.
Berdasarkan pandangan beberapa ahli seperti yang diuraikan di atas,
bahwa aktivitas menulis dapat meningkatkan pemahaman ke arah yang lebih baik.
Rasional bila pemahaman adalah salah satu aspek yang dapat mempengaruhi
kemampuan komunikasi. Oleh sebab itu pemahaman perlu ditingkatkan dalam
pembelajaran yang memberi peluang lebih besar pada siswa melakukan aktivitas
membaca, diskusi, dan menulis.
Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan model
think-talk-write ini, sebagaimana yang dikemukakan Silver dan Smith (dalam
Yamin dan Ansari, 2008:90) mengatakan :
1. Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan, dan
menanyakan setiap siswa berpikir.
26

2. Mendengar secara baik – baik ide siswa, dimana guru memperhatikan


pendapat siswa.
3. Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan.
4. Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi.
5. Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan-
persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa
berjuang dengan kesulitan.
6. Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan
memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk
berpartisipasi.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Model Think-Talk-Write (TTW)
Menurut Huinker dan Laughlin (1996:82) menyatakan ada langkah-langkah
pembelajaran TTW adalah sebagai berikut :
a. Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh
siswa serta petunjuk pelaksanaannya
b. Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat
catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui
dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah
terjadi proses berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu peserta didik
berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut secara individu. Kegiatan
ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau menyatukan ide-
ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa sendiri.
c. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil (3-5).
d. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk
membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Dalam kegiatan ini mereka
menggunakan bahasa dan kata-kata yang mereka sendiri untuk
menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui
interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi
atas soal yang diberikan.
27

e. Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan


berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode,
dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada
tuisan itu, peserta didik menghubungkan ide-ide yang diperolehnya
melalui diskusi.
f. Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan
kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
g. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas
materi yang dipelajari.

Tabel 2. Fase – fase Model Think Talk Write (TTW)


Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Menyampaikan tujuan Menjelaskan tujuan Siswa mendengarkan
dan memotivasi siswa. pembelajaran, informasi penjelasan yang
latar belakang diberikan oleh guru.
pembelajaran, dan
memotivasi siswa untuk
mengikuti pembelajaran.
Fase 1 Membagikan bahan Siswa membaca bahan L
28

Berpikir (Think) lembar aktif siswa (LKS) KS yang diberikan oleh


yang hendak di guru dan membuat
diskusikan. catatan hasil bacaan
secara individual untuk
dibawa ke forum diskusi.
Fase 2 Meminta siswa Siswa berinteraksi,
Berbicara ( Talk ) membentuk diskusi dan berkolaborasi dengan
mendiskusikan mengenai teman satu kelompok
apa yang dipikirkan. untuk membahas isi LKS
Biasanya guru yang dibagikan oleh guru
mengizinkan tidak lebih tersebut.
dari 30 menit untuk
berdiskusi.
Fase 3 Bertukar pikiran dengan - Siswa kelompok
Menulis (Write) kelompok lain tentang mengerjakan LKS
laporan hasil kerja yang - Menulis hasil diskusi
ingin mereka tuliskan. kelompok lain menjadi
hasil diskusi sendiri
dari pemikiran.
- Melakukan presentasi
d depan kelas
(Sumber : Jumanta, 2014:220)

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think-Talk-Write


(TTW)
Kelebihan model Think-Talk-Write (TTW) antara lain sebagai berikut:
1. Mempertajam seluruh keterampilan berpikir visual.
2. Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami
materi ajar.
3. Dengan memberi soal open ended,dapat mengembangkan keterampilan
berfikir kritis dan kreatif siswa.
4. Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan
siswa secara aktif dalam belajar
5. Membiasakan siswa berfikir dan berkomunikasi dengan teman,guru,dan
bahkan dengan diri mereka sendiri.
Kekurangan model Think-Talk-Write (TTW) antara lain sebagai berikut :
1. Ketika siswa berkerja dalam kelompok itu mudah kehilangan kemampuan
dan kepercayaan,karena didominasi oleh siswa yang mampu.
29

2. Guru harus benar-benar menyiapkan semua media dengan matang agar


dalam menerapkan model think talk write tidak mengalami kesulitan.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli dapat disimpulan bahwa model
Think-talk-write (TTW) adalah keterlibatan setiap siswa untuk berpikir, bertanya
secara lisan dan tulisan, menuangkan ide-ide dari informasi-informasi baru, dan
berpartisipasi dalam diskusi. Di sini guru hanya sebagai model, membimbing, dan
menilai.

3. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.jadi belajar itu
terjadin karena adanya interaksi dengan lingkungannya, sehingga belajar itu dapat
terjadi dimanapun sajan kapan saja di alam terbukapun kita bisa belajar.
Menurut Hamalik (2001:27) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu
proses untuk mencapai tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih
luas dari pada itu, yakni mengalami.
Belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Beberapa pendapat di atas dapat didefenisikan bahwa belajar adalah
proses perubahan. Perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan secara batin,
tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang nampak, tetapi juga perubahan
tingkah laku secara abstrak, perubahan- perubahan itu bukanlah perubahan secara
negatif, tetapi perubahan secara positif yaitu perubahan yang menuju kearah
kemajuan atau kearah perbaikan
b. Hasil Belajar
30

Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Bruton dalam Hamalik (2007:31). Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan
keterampilan. Sedangkan menurut Djamarah (2006:11) hasil belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukir
dalam bentuk perubahan pengetahuan, sipeningkatan dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih
baik.
Menurut Sudjana (2009:22) “Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Howard Kingsley (dalam Sudjana 2009:22) membagi 3 macam hasil belajar,
“yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap
dan cita-cita”. Sedangkan Gagne (dalam Sudjana 2009:22) membagi 5 kategori
hasil belajar “yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) Model
kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.
Hasil belajar juga dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal anak
tentang materi yang akan dipelajari, ini berarti bahwa guru perlu menetapkan
tujuan belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi anak. Hasil belajar juga
dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini berarti guru
perlu menyusun rancangan dan pengolahan pembelajaran yang memungkinkan
anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang mempunyai faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Demikian juga yang dialami belajar, faktor yang
mempengaruhi belajar siswa menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002) adalah
sebagai berikut:
1) Faktor eksternal
Faktor lingkungan
a) Lingkungan alami
31

Lingkungan alami meliputi keadaan iklim, letak geografis, sarana


atau fasilitas belajar.
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil belajar,
bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting,
karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan dirumah. Kurangnya
perhatian keluarga dapat mempengaruhi berhasil tidaknya belajar.
2) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini
dapat dibagi dalam beberapa bagian yaitu:
a) Faktor kecerdasan
Intelegensi dapat menentukan keberhasilan belajar seseorang, seseorang
yang memiliki intelegensi baik( IQ nya tinggi) umumnya mudah belajar
dan hasilnya cenderung baik.karena tingginya peranan intelegensi dalam
mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang
sangat besar.
b) Faktor minat
Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai
tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar
kesuksesan belajarnya.
c) Kemampuan kognitif
Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak
didik untuk dikuasai. Penguasaan kemampuan ini menjadi dasar bagi
penguasaan ilmu pengetahuan. Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai
untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif yaitu persepsi,
mengingat dan berpikir.
d. Hasil Belajar IPS
Hasil belajar IPS adalah adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam
mencapai standar kompetensi IPS yang ditentukan dalam Pemdiknas Nomor
22/2005 tentang Standar Isi (SI). Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang
32

harus dicapai berupa Standar Kopetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya
dijabarkan dalam Kopetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan,
kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kopetensi Lulusan
(SKL) sebagaimana tertera dalam Permendinas Nomor 23/2006.
Hasil belajar IPS adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran yang dilihat dari skor hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Menurut Sudjana (2009:111) penilaian
dilakukan dalam proses belajar mengajar berfungsi sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran
2. Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah
dilakukan guru.
Bertolak dari beberapa pengertian belajar yang telah dijelaskan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah:
a. Tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
b. Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
c. Perubahan tingkah laku yang dapat diamati sesudah mengikuti kegiatan
belajar dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan menunjuk
pada informasi yang tersimpan dalam pikiran. Sedangkan keterampilan
menunjuk pada reaksi yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu
tujuan.
d. Memungkinkan dapat diukur dengan angka-angka, tetapi mungkin juga dapat
diamati melalui perubahan tingkah laku. Oleh sebab itu, hasil belajar perlu
dirumuskan dengan jelas sehingga dapat diukur apakah tujuan yang
diharapkan sudah tercapai atau belum.
Hasil belajar IPS sekolah dasar adalah dengan mengaitkan pada
pencapaian tujuan pendidikan IPS itu sendiriyaitu sebagai berikut:
33

a. Untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar siswa yang


berguna untuk kehidupan sehari-harinya.
b. Untuk mengarahkan dan membimbing siswa pada nilai-nilai dan perilaku
yang demokratis.
c. Memahami dirinya dalam konteks kehidupan masa kini.
d. Memahami tanggung jawabnya sebagai bagian dari masyarakat global yang
interpendent.
e. Menjadikan warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab
serta menjadikan warga dunia yang cinta damai melalui pengajaran dengan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar siswa yang berguna
untuk kehidupan sehari-harinya.
4. Hubungan Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dengan Hasil Belajar
IPS
Hubungan antara Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dengan
pembelajaran IPS adalah saling keterkaitan karena Pembelajaran Think-Talk-Write
(TTW) adalah merupakan suatu alat atau cara yang digunakan untuk mentransfer
pembelajaran IPS agar dapat dengan mudah diterima oleh siswa, sehingga a]yang
menjadi tujuan dari pembelajaran IPS dapat dimiliki dan dipahami oleh siswa.
Dalam kata lain IPS adalah sebagai input Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
sebagai prosesnya dan perilaku siswa sebagai output. Hal ini juga sejalan dengan
hasil penelitian Sri Rahma Chandra (2014), bahwa model pembelajaran Think-
Talk-Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa
daripada pembelajaran konvensional. Selain itu diperkuat juga dari hasil
penelitian Novia Fajar Utami (2014), bahwa model pembelajaran Think-Talk-
Write (TTW) mampu membuat siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya
sendiri. Dari beberapa hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa model
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) sangat tepat jika digunakan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dalam hal ini mata pelajaran IPS.

H. HIPOTESIS TINDAKAN
34

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Jika diterapkan model


pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) maka dapat meningkatkan hasil belajar
IPS siswa kelas IVB SDN 21 Pekanbaru”.

I. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVB SDN 21 Pekanbaru yang
berlokasi di Kecamatan Marpoyan Damai Kabupaten Kota Pekanbaru. Waktu
pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 yang
dimulai dari bulan Januari sampai Februari 2016.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
tindakan kelas merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan secara kolaborasi
=
dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK
bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak
untuk digeneralisasi. Penelitian tindakan di sini adalah kolaboratif, yaitu kerja
sama antara peneliti dengan guru kelas IVB yang berperan sebagai observer
terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam menerapkan pembelajaran di
kelas. Peneliti terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dimana tiap siklus terdiri atas
dua kali pertemuan, daur siklus penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Arikunto
(2008: 16) adalah sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi
SIKLUS 1 Pelaksanaan

Pengamatan
35

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 1.Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto: 2008)

Adapun tahap-tahap yang dilalui dalam penelitian tindakan kelas yaitu:


Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi (Pengamatan), dan Refleksi.
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap awal yang akan yang harus dilaksakan guru
sebelum melakukan tindakan yaitu merancang silabus, menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun alat observasi sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW).
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari tahap
perencanaan.Mencakup prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, serta
proses yang akan dilakukan.Tindakan disini adalah hal-hal yang dilaksanakan
peneliti dalam rangka upaya untuk meningkatkan atau memperbaiki mutu
pembelajaran. Pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan dalam proses
pembelajaran yaitu melaksanakan proses pembelajaran terstruktur sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran memberikan LKS, tes hasil belajar
dan observasi dengan menerapkan model pembelajarn Think-Talk-Write
(TTW).
c. Pengamatan
36

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data selama proses pembelajaran


berlangsung. Pengamatan dilaksanakan untuk mengetahui adanya kesesuaian
antara perencanaan, pelaksanaan tindakan dan untuk mengetahui sejauh mana
tindakan dapat menghasilkan perubahan sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan. Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Data
berupa pengamatan aktivitas siswa, diskusi, kuis, dan ulangan harian di akhir
siklus. Peneliti juga mengadakan wawancara untuk mengetahui respon,
kerjasama dan pemahaman siswa terhadap materi peluang. Peneliti dan
observer juga membuat catatan lapangan. Catatan lapangan untuk melengkapi
data yang belum terekam dalam lembar observasi dan bersifat penting yang
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi
Reflesi berguna untuk memberikan makna terhadap proses dan hasil
(percobaan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang ada dijadikan bahan
pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya
yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan berhasil karena catatan
temuan kelemahan, dan kekurangan guru didalam percobaan disiklus I akan di
perbaiki pada siklus berikutnya.
3. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVB SDN 21 Pekanbaru
yang berjumlah 42 orang siswa, yang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 22
orang siswa perempuan.
4. Data dan Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah berupa data tes hasil belajar IPS dan data
hasil lembar observasi/pengamatan aktivitas guru dan siswa. Dalam memperoleh
data penelitian, peneliti mengunakan perangkat pembelajaran dan instrument
pembelajaran.
a. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari
silabus dan sistem penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar
lembar kegiatan siswa
37

1) Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok untuk mata
pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun secara sistematis yang berisi
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, model
dan metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang diawali dengan
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang berpedoman pada
langkah-langkah pembelajaran. RPP ini berfungsi sebagai acuan peneliti dalam
melaksanakan satu kali proses pembelajaran.
3) Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sarana untuk membantu dan
mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk
interaksi yang efektif antara siswa dengan guru sehingga dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar.
b. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Lembar Observasi atau Pengamatan
Lembar observasi atau pengamatan digunakan untuk memperoleh data tentang
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Lembar observasi akktivitas
guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran 3.

2) Tes Hasil Belajar


Tes hasil dilakukan setelah melakukan proses pembelajaran yang diperlukan
untuk mendapatkan data tentang hasil belajar IPS yang dikumpulkan melalui
ulangan harian yang berisi tentang soal-soal berdasarkan indikator yang akan
dicapai, sehingga kualitas hasil belajar diketahui. Jumlah soal yang digunakan
38

dalam penelitian ini berjumlah 20 pada setiap ulangan harian, yang berbentuk
pilihan ganda.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), dengan
menggunakan lembar observasi guru dan siswa.
b. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPS siswa. Dalam
penelitian ini tes yang dilakukan pada saat ulangan harian siklus. Soal yang
digunakan berbentuk objektif atau pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak
20 soal.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan hasil penelitian
berupa foto atau gambar dan catatan-catatan hasil penelitian.
6. Teknik Analisis Data
a. Aktivitas Guru dan Siswa
Setelah data terkumpul maka dicari persentasenya dengan menggunakan
rumus :
JS
NR  x100% (KTSP dalam Syahrilfuddin, dkk, 2011: 114)
SM
Keterangan:
NR = Persentase rata-rata aktivitas guru/siswa
JS = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan
SM = Skor Maksimal yang di dapat dari aktivitas guru dan siswa
Kategori penilaian aktivitas belajar guru dan siswa tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Kategori Aktivitas Guru dan Siswa

NO Persentase (%) Interval Kategori


39

1 81% - 100% Sangat Baik


2 61% - 80% Baik
3 51% - 60% Kurang Baik
4 Kurang Dari 50% Sangat Tidak Baik

b. Hasil Belajar
Untuk mengetahui hasil belajar siswa Kelas IVB SDN 21 Pekanbaru
menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
1) Hasil Belajar Siswa

R
S x100 (Purwanto, 2010: 112)
N
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = Skor Maksimum dari tes tersebut
Kategori penilaian hasil belajar siswa secara individu dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4. Kategori Hasil Belajar
Interval Kategori
90 – 100 Baik Sekali
80 – 89 Baik
70 – 79 Cukup
< 69 Kurang

2) Peningkatan Hasil Belajar


Analisis yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
Kelas IVB SDN 21 Pekanbaru melalui penerapan model pembelajaran Think-
Talk-Write (TTW), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Posrate  Baserate
P x100%
Baserate

Keterangan:
40

P = Persentase peningkatan
Posrate = Nilai sesudah diberikan tindakan
Baserate = Nilai sebelum tindakan

3) Ketuntasan Belajar Siswa


ST
PK  x100% (Purwanto dalam Syahrilpuddin, dkk, 2011:116)
N
Keterangan:
PK = Ketuntasan Klasikal
ST = Jumlah Siswa Yang Tuntas
N = Jumlah Siswa Seluruhnya
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan untuk
ketuntasan klasikal yaitu 80%. Hal ini berarti bahwa bila lebih dari 80% siswa
yang memperoleh nilai di atas KKM 70 maka ketuntasan hasil belajar siswa
secara klasikal dinyatakan tuntas.

DAFTAR PUSTAKA
41

Aini, D.N. 2009. Penerapan Teknik Think–Talk - Write (TTW) untuk Peningkatan
Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi pada Siswa Kelas X MAN 1
Semarang (Studi Kuasi Eksperimen).

Ansari, B. I. 2003. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan


Komunikasi Matematik melalui Model Think–Talk–Write (Eksperimen di
SMAN Kelas X Bandung). Disertasi Doktor pada FPMIPA UPI Bandung:
Tidak Diterbitkan.

Aris Shoimun. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Dimyati, M. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eddy, Noviana, ddk. 2010. Bahan ajar Kajian dan pengembangan Pembelajaran
IPS SD. Pekanbaru: Cendikiawan Pekanbaru
Miftahul, Huda. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Putaka Pelajar

Nana, Sudjana. 2009. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja

Ngalim Purwanto. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: Remaja Rosda Karya.

Novia Fajar Utami, dkk. 2014. Eksperimentasi Model Pembelajaran TTW dengan
Pendekatan PMR Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari
Kemampuan Penalaran Matematika dan Kreativitas Belajar siswa SMP Se-
Kabupaten Wonogiri. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol. 2
No. 3: 260-269

Oemar, Hamalik .2001. Proses Belajar Mengajar.Bandung: Bumi Aksara

Sari Rahma Chandra, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran tipe TTW dan
Gender Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII
SMPN 12 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1: 35-40.
FKIP Universitas Negeri Padang

Suharsimi, Arikunto & Suhardjono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :


Bumi Aksara.

Syahrilfuddin, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru: Cendikia Insani.

Syaiful Bahri Djamarah dan Asman Zain, 2006. Model Belajar Mengajar. Rineka
Cipta. Jakarta.
42

Yamin dan Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa.


Jakarta: Gaung Persada Press
43

LAMPIRAN
SILABUS

Nama Sekolah : SD Negeri 21 Pekanbaru


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas /Semester : V (lima) / II (Genap)

Standar Kompetensi Materi Alokasi Sumber/


Pengalaman Belajar Indikator Penilaian
Kompetensi Dasar Pembelajaran Waktu Bahan /Alat
1 2 3 4 5 6 7 8
Menghargai 1. Mendeskri Masuknya 1. Menjelaskan sistem a. Menyebutkan a.Lisan 4x 35 1. IPS
peranan tokoh psikan penjajahan kerja paksa dan cara Jepang menit Terpadu
pejuang dan perjuangan Jepang penarikan pajak memikat hati b.Tertuli untuk Kelas
para yang memberatkan dan simpati s V SD
masyarakat
pejuang Indonesia rakyat Indonesia 2. Gambar
dalam pada masa 2. Mendiskusikan mula-mula tiba penduduka
mempersiapkan penjajahan tentang sistem kerja di Indonesia n Jepang
dan Belanda paksa dan b. Menceritakan dengan
mempertahanka dan Jepang penarikan pajak akibat romusha
n kemerdekaan yang memberatkan pengerahan
Indonesia tenaga romusha
3. Melaksanakan oleh Jepang
proses belajar terhadap
mengajar metode penduduk
inkuiri Indonesia
44

4. Mengadakan tanya
jawab kepada siswa
secara lisan maupun
tertulis.
45

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Sekolah : SD N 21 Pekanbaru
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas / Semester : VB / 2
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit (1x Pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Menghargai tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia
B. Kompentensi Dasar
Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
C. Indikator :
Menyebutkan cara Jepang memikat hati dan simpati rakyat Indonesia mula-
mula tiba di Indonesia
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat menyebutkan cara
Jepang memikat hati dan simpati rakyat Indonesia mula-mula tiba di
Indonesia.
E. Materi Pembelajaran
1. Pendudukan Jepang
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan
berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa
Indonesia. Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh
Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli
mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Inggris.
Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan
bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan
Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi
dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi
46

terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir


dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
F. Model dan Metode Pembelajaran
Model: Think – Talk – Write (TTW)
Metode: Ceramah, Diskusi, Penugasan dan Presentasi
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran :

No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi


Waktu
Pendahuluan
I 1. Membuka pelajaran dan Memberi salam dan
mengabsen siswa.
2. Memberi motivasi belajar Mendengar panggilan
kepada seluruh siswa. guru.
3. Mengemukakan tujuan
pembelajaran dan Menyimak penjelasan
mengenalkan model guru.
pembelajaran think talk write
kepada siswa.
Kegiatan Inti
II Tahap Think
4. Memberikan informasi awal Mendengarkan
berupa materi zaman penjelasan guru.
penjajahan. Melihat lembar kerja.
5. Membagikan lembar soal
kemudian meminta siswa Berpikir tentang apa
untuk memikirkan dan jawaban yang akan
memahami lembar kerja dituliskan di dalam LKS.
tersebut secara mandiri.
Tahap Talk
6. Membagi siswa menjadi Membentuk kelompok.
beberapa kelompok 3-5
orang.
7. Menyuruh siswa,
melaksanakan, dan
mendiskusikan apa yang telah Diskusi dalam kelompok
dipikirkan pada tahap Think. masing-masing.
Pada saat diskusi satu siswa
mengerjakan lembar kegiatan
yang diberikan oleh guru
sementara siswa lain
47

memperhatikan, selanjutnya
setelah lembar kerja
diselesaikan diskusi
dilaksanakan sepenuhnya.

Tahap Write
8. Guru menyuruh siswa
menuliskan hasil kerja
kelompoknya di dalam LKS.
9. Menyuruh siswa membuat
kesimpulan bersama berupa Membuat kesimpulan
hasil pelaksanaan lembar hasil diskusi.
kerja yang disusun oleh setiap
anggota kelompok.
10. Meminta beberapa siswa dari
kelompok mempresentasikan Mempresentasikan hasil
hasil diskusi kelompoknya, diskusi kelompok.
sedangkan siswa lain
berperan sebagai
pembanding.
11. Mengajak siswa menjelaskan Membuat kesimpulan
kesimpulan hasil diskusi diskusi secara
secara keseluruhan dan keseluruhan.
memberikan penghargaan
kepada kelompok yang
memiliki kriteria amat baik.
Penutup
III 12. Merangkum kembali Mendengarkan dan 1.
kegiatan inti pelajaran. mencatat penjelasan guru
di depan kelas.

13. Memberikan soal evaluasi Menjawab soal evaluasi


yang diberikan oleh guru.

H. Media dan Sumber Pembelajaran


1. Media
a. Gambar pendudukan Jepang di Indonesia
b. Gambar kegiatan Romusha
2. Sumber
Buku IPS Terpadu kelas V SD hal. 141-145
48

2. Penilaian
Tekhnik Penilaian : Tertulis
Bentuk Penilaian : Essay
Contoh Instrumen
a. Essay
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut !:
1. Jelaskan bagaimana cara Jepang menarik simpati rakyat Indonesia waktu
pertama sampai di Indonesia
2. Kerja paksa pada jaman Jepang disebut........
3. Tulislah isi semboyan gerakan 3 A
4. Apakah akibat kerja paksa Romusha terhadap penduduk Indonesia ?

Kunci Jawaban:
1. Tentara Jepang mengijinkan Bendera Merah Putih berkibar, Mengijinkan
lagu Indonesia Raya dinyanyikan, Mengijinkan penggunaan Bahasa
Indonesia
2. Romusha
3. Jepang Pemimpin, Pelindung, Cahaya Asia
4. Rakyat semakin menderita, terserang penyakit, kelaparan dan mati
49

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Sekolah : SDN 21 Pekanbaru


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas / Semester : VB / 2
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit (1x Pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Menghargai tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia
B. Kompentensi Dasar
Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
C. Indikator :
Menceritakan akibat pengerahan tenaga romusha oleh Jepang terhadap
penduduk Indonesia
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat menceritakan akibat
pengerahan tenaga romusha oleh Jepang terhadap penduduk Indonesia
F. Materi Pembelajaran
2. Penderitaan Rakyat pada Masa Pendudukan Jepan
Kegembiraan rakyat Indonesia atas kedatangan tentara Jepan tidak
berlangsung lama. Pasukan Jepan mulai berubah perangai. Jepan mulai
mengadakan pemerasan dan penindasan. Bahkan lebih rakus dan lebih
kejam dari penjajah Belanda. Penderitaan rakyat Indonesia semakin parah.
Penderitaan rakyat Indonesia selama masa penjajahan Jepan antara lain:
a. Jepang merampas hasil pertanian rakyat, seperti padi dan jagung untuk
persediaan makanan pasukan Jepang. Akibatnya, rakyat tidak punya
cukup makanan dan kelaparan. Karena kurang gizi rakyat mudah
terserang penyakit.
b. Pemerintah Jepang sangat ketat melakukan pengawasan terhadap
pemberitaan. Media masa disegel
50

c. Jepang juga memanfaatkan rakyat Indonesia untuk diperas tenaganya


bagi keperluan Jepang. Para pekerja paksa pada zaman Jepang disebut
romusha. Jepang mengarahkan rakyat Indonesia khususnya para
pemuda untuk membangun prasarana perang, seperti : kubu-kubu,
jalan raya, bandar udara, benteng, jembatan, dan sarana perang
lainnya.
H. Model dan Metode Pembelajaran
Model: Think – Talk – Write (TTW)
Metode: Ceramah, Diskusi, Penugasan dan Presentasi
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran :

No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi


Waktu
Pendahuluan
I 1. Membuka pelajaran dan Memberi salam dan
mengabsen siswa.
2. Memberi motivasi belajar Mendengar panggilan
kepada seluruh siswa. guru.
3. Mengemukakan tujuan
pembelajaran dan Menyimak penjelasan
mengenalkan model guru.
pembelajaran think talk write
kepada siswa.
Kegiatan Inti
II Tahap Think
4. Memberikan informasi awal Mendengarkan
berupa materi zaman penjelasan guru.
penjajahan. Melihat lembar kerja.
5. Membagikan lembar soal
kemudian meminta siswa Berpikir tentang apa
untuk memikirkan dan jawaban yang akan
memahami lembar kerja dituliskan di dalam LKS.
tersebut secara mandiri.

Tahap Talk
6. Membagi siswa menjadi Membentuk kelompok.
beberapa kelompok 3-5
orang.
7. Menyuruh siswa,
51

melaksanakan, dan Diskusi dalam kelompok


mendiskusikan apa yang telah masing-masing.
dipikirkan pada tahap Think.
Pada saat diskusi satu siswa
mengerjakan lembar kegiatan
yang diberikan oleh guru
sementara siswa lain
memperhatikan, selanjutnya
setelah lembar kerja
diselesaikan diskusi
dilaksanakan sepenuhnya.

Tahap Write
8. Guru menyuruh siswa
menuliskan hasil kerja
kelompoknya di dalam LKS.
9. Menyuruh siswa membuat
kesimpulan bersama berupa Membuat kesimpulan
hasil pelaksanaan lembar hasil diskusi.
kerja yang disusun oleh setiap
anggota kelompok.
10. Meminta beberapa siswa dari Mempresentasikan hasil
kelompok mempresentasikan diskusi kelompok.
hasil diskusi kelompoknya,
sedangkan siswa lain
berperan sebagai
pembanding.
11. Mengajak siswa menjelaskan
kesimpulan hasil diskusi Membuat kesimpulan
secara keseluruhan dan diskusi secara
memberikan penghargaan keseluruhan.
kepada kelompok yang
memiliki kriteria amat baik.

Penutup
III 12. Merangkum kembali Mendengarkan dan
kegiatan inti pelajaran. mencatat penjelasan guru
di depan kelas.

13. Memberikan soal evaluasi Menjawab soal evaluasi


yang diberikan oleh guru.
52

b. Media dan Sumber Pembelajaran


1. Media
a. Gambar pendudukan Jepang di Indonesia
b. Gambar kegiatan Romusha
2. Sumber
Buku IPS Terpadu kelas V SD hal. 141-145
2) Penilaian
Tekhnik Penilaian : Tertulis
Bentuk Penilaian : Essay
Contoh Instrumen
a. Essay
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut !:
1. Mengapa kegembiraan rakyat Indonesia atas kedatangan tentara Jepang
tidak berlangsung lama?
2. Kerja paksa pada jaman Jepang disebut........
3. Mengapa rakyat Indonesia kurang gizi dan mudah terserang penyakit
selama masa penjajahan Jepang?
4. Sebutkan 5 barisan yang dibentuk untuk kepentingan Jepang!
Kunci Jawaban:
1. Kegembiraan rakyat Indonesia atas kedatangan tentara Jepang tidak
berlangsung lama disebabkan karena tentara Jepang mulai berubah
perangainya, Jepang mulai mengadakan pemerasan dan penindasan.
Bahkan lebih rakus dan lebih kejam dari pada penjajah Belanda
2. Romusha
3. Rakyat Indonesia kurang gizi dan mudah terserang penyakit selama masa
penjajahan Jepang karena tentara Jepang merampas hasil pertanian rakyat
seperti padi dan jagung untuk persediaan makanan pasukan Jepang.
4. Barisan yang dibentuk untuk kepentingan Jepang adalah :
a. Seinendan (Barisan Pemuda)
b. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
c. Fujinkai (Barisan Wanita)
53

d. Suishintai (Barisan Pelopor)


e. Jibatukai (Barisan Berani Mati)
f. Gakutotai (Barisan Pelajar)
g. Peta (Pembela Tanah Air)
54

LEMBAR KERJA SISWA


(LKS)

Judul : Kedatangan Jepang di Indonesia


Tujuan :
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat menyebutkan cara
Jepang memikat hati dan simpati rakyat Indonesia mula-mula tiba di
Indonesia.
Petunjuk :
1. Bacalah buku paket yang telah tersedia tentang kedatangan Jepang di
Indonesia
2. Identifikasi apa saja cara-cara Jepang menjajah Indonesia !
3. Buatlah kesimpulan !
Nama Kelompok :
Kelas :

No Cara Jepang Menjajah Indonesia

Kesimpulan
55

LEMBAR KERJA SISWA


(LKS)

Judul : Penderitaan Rakyat pada Masa Pendudukan Jepang


Tujuan :
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat menceritakan akibat
pengerahan tenaga romusha oleh Jepang terhadap penduduk Indonesia
Petunjuk :
1. Bacalah buku paket yang telah tersedia tentang penderitaan rakyat
pada masa pendudukan Jepang
2. Identifikasi apa saja bentuk-bentuk penderitaan rakyat pada masa
pendudukan Jepang !
3. Buatlah kesimpulan !
Nama Kelompok :
Kelas :

No Bentuk Penderitaan Rakyat pada Masa Pendudukan Jepang

Kesimpulan
56

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nilai
No Aktivitas Guru
1 2 3 4
1 Guru memberikan appersepsi mengenai materi
2 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan model
pembelajaran TTW
3 Guru menjelaskan materi pelajaran
4 Guru mengkondisikan siswa ke dalam kelompok
kecil (3-5 siswa ) dan membagikan LKS
5 Guru membimbing siswa melakukan Think-Talk-
Write
6 Guru membimbing siswa membuat kesimpulan
7 Guru melakukan evaluasi
Jumlah
Persentase
Kategori
57

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Nilai
No Aktivitas Siswa
1 2 3 4
1 Mendengarkan guru melakukan appersepsi dan
menjawab pertanyaannya
2 Mendengarkan guru menjelaskan tujuan
pembelajaran dan penjelasan model pembelajaran
TTW
3 Memperhatikan guru menjelaskan materi pelajaran
4 Membentuk kelompok 3-5 orang siswa
5 Siswa melakukan diskusi dengan cara Think-Talk-
Write
6 Membuat kesimpulan
7 Mengerjakan evaluasi
Jumlah
Persentase
Kategori
58

RUBRIK AKTIVITAS GURU

No Aktivitas Guru Deskriptor Nilai

1 Guru memberikan 1. Bertanya tentang 1. Tampak 1


appersepsi mengenai materi sebelumnya deskriptor nilai 1
materi 2. Bertanya pada siswa 2. Tampak 2
tentang materi deskriptor nilai 2
pelajaran yang akan 3. Tampak 3
dipelajari deskriptor nilai 3
3. Bertanya pada siswa 4. Tampak 4
tentang materi dengan deskriptor nilai 4
mengaitkan pada
kehidupan nyata
siswa
4. Memberikan motivasi
2 Guru menjelaskan 1. Menjelaskan tujuan 1. Tampak 1
tujuan pembelajaran pembelajaran deskriptor nilai 1
dan model 2. Menjelaskan tujuan 2. Tampak 2
pembelajaran TTW dengan cara deskriptor nilai 2
mengaitkan pada 3. Tampak 3
kehidupan sehari-hari deskriptor nilai 3
3. Menjelaskan model 4. Tampak 4
pembelajaran TTW deskriptor nilai 4
4. Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
jika ada yang belum
mengerti tentang
model TTW
3 Guru menjelaskan 1. Menuliskan materi 1. Tampak 1
materi pelajaran pelajaran di papan deskriptor nilai 1
tulis 2. Tampak 2
2. Memajangkan media deskriptor nilai 2
pembelajaran 3. Tampak 3
3. Menjelaskan materi deskriptor nilai 3
pelajaran 4. Tampak 4
4. Memberikan deskriptor nilai 4
kesempatan untuk
tanya jawab
4 Guru mengkondisikan 1. Menjelaskan kembali 1. Tampak 1
siswa ke dalam model pembelajaran deskriptor nilai 1
kelompok kecil (3-5 TTW 2. Tampak 2
siswa) dan membagikan 2. Membagi siswa dalam deskriptor nilai 2
59

LKS kelompok 3. Tampak 3


3. Membagikan LKS deskriptor nilai 3
4. Menjelaskan cara 4. Tampak 4
pengisian di dalam deskriptor nilai 4
LKS
5 Guru membimbing 1. Berkeliling mengecek 1. Tampak 1
siswa melakukan Think- siswa deskriptor nilai 1
Talk-Write 2. Memberikan 2. Tampak 2
bimbingan deskriptor nilai 2
3. Memberikan 3. Tampak 3
penjelasan ketika deskriptor nilai 3
siswa mengalami 4. Tampak 4
kesulitan deskriptor nilai 4
4. Selalu mengingatkan
waktu dalam
pengerjaan LKS
6 Guru membimbing 1. Memberikan 1. Tampak 1
siswa membuat penjelasan kembali deskriptor nilai 1
kesimpulan tentang materi 2. Tampak 2
2. Memberikan deskriptor nilai 2
kesempatan kepada 3. Tampak 3
siswa untuk bertanya deskriptor nilai 3
3. Membimbing siswa 4. Tampak 4
membuat kesimpulan deskriptor nilai 4
4. Memberikan refleksi
pembelajaran
7 Guru melakukan 1. Memberikan evaluasi 1. Tampak 1
evaluasi 2. Menjelaskan waktu deskriptor nilai 1
pengerjaan evaluasi 2. Tampak 2
3. Membimbing siswa deskriptor nilai 2
mengerjakan evaluasi 3. Tampak 3
4. Mengumpulkan hasil deskriptor nilai 3
evaluasi siswa 4. Tampak 4
deskriptor nilai 4
60

RUBRIK OBSERVASI SISWA

No Aktivitas Guru Deskriptor Nilai

1 Mendengarkan guru 1. Tidak rebut di kelas 1. Tampak 1


melakukan appersepsi 2. Antusias mendengar deskriptor nilai 1
dan menjawab guru melakukan 2. Tampak 2
pertanyaannya apersepsi deskriptor nilai 2
3. Menjawab pertanyaan 3. Tampak 3
guru deskriptor nilai 3
4. Memberikan jawaban 4. Tampak 4
dengan baik dan deskriptor nilai 4
benar
2 Mendengarkan guru 1. Tidak ribut 1. Tampak 1
menjelaskan tujuan 2. Antusias mendengar deskriptor nilai 1
pembelajaran dan guru menjelaskan 2. Tampak 2
penjelasan model tujuan deskriptor nilai 2
pembelajaran TTW 3. Antusias mendengar 3. Tampak 3
guru menjelaskan deskriptor nilai 3
model TTW 4. Tampak 4
4. Bertanya kepada guru deskriptor nilai 4
3 Memperhatikan guru 1. Tidak ribut 1. Tampak 1
menjelaskan materi 2. Memperhatikan deskriptor nilai 1
pelajaran media yang 2. Tampak 2
dipajangkan oleh guru deskriptor nilai 2
3. Mendengarkan 3. Tampak 3
penjelasan materi deskriptor nilai 3
yang dilakukan oleh 4. Tampak 4
guru deskriptor nilai 4
4. Melakukan tanya
jawab
4 Membentuk kelompok 1. Membentuk 1. Tampak 1
3-5 orang siswa kelompok deskriptor nilai 1
2. Duduk dalam 2. Tampak 2
kelompoknya dengan deskriptor nilai 2
tertib 3. Tampak 3
3. Membaca LKS yang deskriptor nilai 3
diberikan oleh guru 4. Tampak 4
4. Mendengarkan guru deskriptor nilai 4
menjelaskan cara
pengisian LKS
5 Siswa melakukan 1. Mengerjakan LKS 1. Tampak 1
diskusi dengan cara 2. berdiskusi deskriptor nilai 1
Think-Talk-Write 3. bertanya kepada guru 2. Tampak 2
61

ketika mengalami deskriptor nilai 2


kesulitan 3. Tampak 3
4. melakukan cara TTW deskriptor nilai 3
dalam pengerjaan 4. Tampak 4
LKS deskriptor nilai 4
6 Membuat kesimpulan 1. Mendengarkan guru 1. Tampak 1
memberikan deskriptor nilai 1
penjelasan 2. Tampak 2
2. Melakukan tanya deskriptor nilai 2
jawab 3. Tampak 3
3. Membuat kesimpulan deskriptor nilai 3
4. Mendengarkan 4. Tampak 4
refleksi yang deskriptor nilai 4
diberikan oleh guru
7 Mengerjakan evaluasi 1. Membaca petunjuk 1. Tampak 1
evaluasi deskriptor nilai 1
2. Mendengarkan 2. Tampak 2
penjelasan guru deskriptor nilai 2
mengenai perkiraan 3. Tampak 3
waktu pengerjaan deskriptor nilai 3
3. Mengerjakan evaluasi 4. Tampak 4
4. Mengumpulkan hasil deskriptor nilai 4
evaluasi
62

KISI-KISI SOAL SIKLUS I

Standar Kompetensi Indikator Kunci Aspek Kognitif Jumlah No.


Soal
Kompetensi Dasar Pencapaian Jawaban C1 C2 C3 C4 C5 C6 Soal Soal

Menghargai 2. Mendeskrip- a. Menyebut- 1. Ir. Soekarno ditangkap A


peranan sikan kan cara dan diasingkan di Pulau
tokoh perjuangan Jepang Bangka pada tanggal ....
para pejuang memikat a. 19 Desember 194
pejuang dan
pada masa hati dan b. 19 Februari 1948
masyarakat penjajahan simpati c. 19 Januari 1948
dalam Belanda dan rakyat d. 19 Maret 1948
mempersiapk Jepang Indonesia
an dan mula-mula 2. Ir. Soekarno berjasa D
mempertahan tiba di dalam mempertahankan
kan Indonesia kemerdekan bangsa
melalui jalan ....
kemerdekaan
a. Jalan terus
b. Perang
c. Bermusuhan
d. Perundingan

3. Ir. Soekarno dikenal A


sebagai seorang ....
a. Proklamator
b. Keteladananya
63

c. Pendiri ASEAN
d. Kekejamannya

4. Pada tanggal 20 Oktober


1945 terjadi pertempuran
di ....
a. Jakarta
b. Bandung
c. Surabaya
d. Surakarta

5. Ir. Soekarno
membacakan teks
proklamasi kemerdekaan
pada tanggal ....
a. 18 Agustus 1945
b. 17 Agustus 1945
c. 13 Agustus 1945
d. 16 Agustus 1945

6. Tentara Sekutu mendarat


untuk pertama kali di
Surabaya pada tanggal
….
a. 25 Oktober 1945
b. 1 Oktober 1945
c. 5 Oktober 1945
64

d. 30 Oktober 1945

7. Peristiwa 10 November
1945 terjadi dikota ….
a. Medan
b. Surabaya
c. Bandung
d. Ambarawa

8. Pertempuran
Ambarawa diawali oleh
mendaratnya tentara
Sekutu dibawah
pimpinan ….
a. Brigjen A.W.S
Mallaby
b. Brigadir Jendral
Bethel
c. Huiyer
d. Brigadir Jendral
T.E.D Kell

9. Peristiwa Bandung
Lautan Api terjadi pada
tanggal ….
a. 21 November 1945
b. 23 Maret 1945
c. 29 November 1945
d. 24 Januari 194
65

10. Dalam peristiwa


Bandung Lautan Api,
Seorang pejuang gugur
yaitu ….
a. Abdul Haris
Nasution
b. Mohammad Toha
c. Aruji Kartawinata
d. I Gusti Ngurah Rai

11. Badan Usaha-usaha


Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI)
dibentuk tanggal ….
a. 1 Maret 1945
b. 10 Maret 1945
c. I5 Maret 1945
d. 21 Maret 1945

12. Panetia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) dibentuk
tanggal ….
a. 7 Agustus 1945
b. 9 Agustus 1945
c. 8 Agustus 1945
d. 10 Agustus 194
66

13. Ketua BPUPKI adalah


….
a. Dr. Rajiman
Widyodiningrat
b. Ir.Soekarno
c. Drs.Moh.Hatta
d. Ahmad Subarjo

14. Dasar negara yang


disampaikan oleh Bung
Karno dalam rapat
BPUPKI adalah ….
a. Eka Sila
b. Pancasila
c. Tri Sila
d. Dasar Sila

15. Panitia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia
dalam bahasa jepang
adalah ….
a. Dokuritsu Junbi
Cosakai
b. Dokuritsu Junbi
Inkai
c. Konkoku Gakuin
d. Kimigayo
67

16. Pedagang Eropa yang


datang pertama kali
memiliki wilayah
Nusantara adalah ….
a. Portugis dan Italia
b. Portugis dan Spanyol
c. Portugis dan Belanda
d. Portugis dan Inggris

17. Kedatangan bangsa


Belanda ke Nusantara
dimulai pada tahun ….
a. 1586
c. 1596
b. 1590
d. 1598

18. VOC didirikan pada


tahun 1602 dan
dipimpin oleh ….
a. Pieter Both
c. Dr. Snouck
Hurgronje
b. Jenderal de Kock
d. Jenderal Daendels

19. Perlawanan rakyat


Maluku terhadap
68

Penjajahan Belanda
dipimpin oleh ….
a. Pangeran Antasari
c. Pangeran Diponegoro
b. Tuanku Imam Bonjol
d. Kapitan Patimura

20. Pemimpin perlawanan


rakyat Aceh di Daerah
Pidie adalah ….
a. Cut Nyak Dien
c. Teuku Umar
b. Teungku Cik Di Tiro
d. Panglima Polim
69

Anda mungkin juga menyukai