Hubungan EQ Dengan Hasil Belajar
Hubungan EQ Dengan Hasil Belajar
Hubungan EQ Dengan Hasil Belajar
B. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan
perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana
dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa
belajar berbagai macam hal.
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang
sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan
dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi
belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan
dibutuhkan proses belajar.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian,kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Prestasi belajar yang baik merupakan hal yang paling didambakan oleh
setiap siswa yang sedang belajar. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator
keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajar. Hal tersebut disebut sebagai
kecerdasan intelektual. Kecerdasan intelektual diukur dari nilai rapor dan indeks
prestasi. Tolak ukur ini tidak salahtetapi tidak seratus persen bisa dibenarkan.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bersifat eksternal dan internal.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari luar diri
seseorang, diantaranya jenis model pembelajaran yan digunakan pendidik,
banyaknya kegiatan perlombaan, dan perbandingan antara jam belajar efektif
dengan tuntutan kurikulum yang tidak seimbang. Faktor internal merupakan faktor
2
yang berasal dari dalam diri seseorang, salah satunya adalah kecerdasan, Syah
(dalam Pamungkas dkk, 2013) menyebutkan salah satu faktor rohaniah yang dapat
mempengaruhi hasil belajar adalah kecerdasan. Menurut Zohar dan Marshall
(dalam Pamungkas dkk, 2013) kecerdasan itu terbagi atas tiga macam yaitu
Intellegence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ)
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan
menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang
tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang
tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan
dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang
optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529) hakikat inteligensi adalah
kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk
mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai
keadaan diri secara kritis dan objektif.
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan
siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi
memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun
kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif
tinggi. (Amalia Sawitri, 2004: 12).
Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.
Menurut Goleman (2002 : 42), Setinggi-tingginya, IQ menyumbang kira-kira 20%
bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, jadi yang 80% diisi oleh
kekuatan-kekuatan lain. Bahkan Richard Herrnstein dalam Charles Murray dalam
Goleman (2002 : 43) yang dalam buku mereka The Bell curve menaruh bobot
penting pada IQ mengakui hal ini diantaranya adalah kecerdasan emosional atau
Emotional Quotient (EQ) kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri
sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga beban stres
tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa.
3
yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan, dan santun. Transformasi dari
pelaksanaan pendidikan karakter adalah munculnya kecerdasan emosi pada diri
siswa. Nilai karakter yang ditanamkan dalam pendidikan karakter tidak sekedar
menjadi ciri kepribadian siswa saja, namun bertransformasi aktif menjadi suatu
pola pemikiran siswa atau disebut sebagai kecerdasan emosi.
Nilai karakter bangsa dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar
merupakan pemecahan masalah dari perilaku-perilaku siswa yang bisa saja
mengganggu proses belajar mengajar di kelas maupun di sekolah. Mengambil
asumsi ketika proses belajar mengajar tidak optimal tentunya akan berdampak
pada capaian hasil belajar yang tidak optimal.
Konstruk pendidikan karakter sendiri memaknai pendidikan karakter
sebagai pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),
sikap perasaan (affection felling), dan tindakan. Lebih lanjut, proses pendidikan
karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi
individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural
dalam konteks dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat. Dengan
pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang
peserta didik akan menjadi cerdas emosinya (Rifki Afandi, 2011: 93).
Guru masih belum memahami pelaksanaan pendidikan karakter yang
diintegrasikan dalam kurikulum sekolah secara mendalam. Pendidikan karakter
menjadi dangkal karena dianggap seperti pendidikan budi pekerti terpisah dari
materi pelajaran. Ketika dicoba dimasukkan dalam indikatornya pun seperti
terpaksa untuk bisa masuk. Solusinya pada pagi hari ada jam pendidikan budi
pekerti. Tidak setiap hari, bergiliran pelaksanaannya.
Padahal dinyatakan kecerdasan emosi adalah bekal penting menyongsong
anak dalam meraih masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil
menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademis. Selain itu, perilaku siswa dalam proses belajar mengajar
juga diasumsikan turut jelas memengaruhi capaian hasil belajar kognitif siswa.
Kiranya suatu penelitian mengenai hubungan kecerdasan emosi dengan hasil
belajar kognitif perlu dilakukan namun dengan mempertimbangkan kesesuaian
5
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Adakah hubungan antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar siswa kelas
V SD Gugus VII Kecamatan Tampan Pekanbaru?
2. Seberapa besar hubungan antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar siswa
kelas V SD Gugus VII Kecamatan Tampan Pekanbaru?
7
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosi dengan hasil
belajar siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Tampan Pekanbaru.
2. Mengetahui besarnya hubungan antara kecerdasan emosi dengan hasil
belajar siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Tampan Pekanbaru.
E. MANFAAT PENELITIAN
F. DEFENISI OPERASIONAL
Defenisi operasional dalam penelitian ini perlu dijelaskan agar tidak
terjadi kesalahpahaman antara pembaca dan peneliti.
G. KAJIAN TEORETIS
A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Emosi
Semua emosi, pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana
seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur
oleh evolusi. Akar kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti
“menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak
menjauh”. Menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak
dalam emosi(Goleman, 2002: 7).
Menurut Kaplan dan Saddock (dalam Ruci Ernis, 2014 : 6) Emosi adalah
keadaan perasaan yang kompleks yang mengandung komponen kejiwaan, badan,
dan perilaku yang berkaitan dengan affect dan mood. Affect adalah ekspresi
sebagai tampak oleh orang lain dan affect dapat bervariasi sebagai respons
9
terhadap perubahan emosi, sedangkan mood adalah suatu perasaan yang meluas,
meresap dan terus menerus yang secara subjektif dialami dan dikatakan oleh
individu dan juga dilihat oleh orang lain. Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono
(dalam Syamsu Yusuf, 2009:115) berpendapat bahwa emosi merupakan “setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah
(dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam)”.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi
dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Menurut L. Crow dan A. Crow (dalam Ruci Ernis, 2014 : 6) “Emosi adalah
pengalaman yang efektif yang disertai oleh penyesuaian batin secra menyeluruh,
dimana keadaan mental dan fisiologis sedang dalam kondisi yang meluap-luapp,
juga dapat diperlihatkan dengan tingkah laku yang luas dan nyata”
Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat “
siapapun bisa marah-marah itu mudah. Tetapi, marah pada orangyang tepat,
dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan
dengan cara yang baik- bukanlah hal mudah” intinya adalah tentang kebajikan,
karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan
emosional kita dengan kecerdasan. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah
mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara
mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
(2) Penilaian diri secara teliti accurate self awareness), yaitu mengetahui
kekuatan dan batas-batas diri sendiri.
(3) Percaya diri (Self confidence), yaitu keyakinan tentang harga diri dan
kemampuan sendiri.
b. Pengendalian diri (self Regulation)
Pengendalian diri adalah kemapuan menangani emosi diri sehingga
berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati,
sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan
mampu segera pulih dari tekanan emosi. Unsur-unsur pengendalian diri,
yaitu:
(1) Kendali diri (Self-control), yaitu ,mengelola emosi dan desakan hati
yang merusak.
(2) Sifat dapat dipercaya (trustworthness,) yaitu memelihara norma
kejujuran dan integritas.
(3) Kehati-hatian (conscientiousness), yaitu bertanggung jawab atas
kinerja pribadi
(4) Adaptabilitas (adaptability), yaitu keluwesan dalam menghadapi
perubahan.
(5) Inovasi (innovation), yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap
gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.
c. Memotivasi (motivation)
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat
membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih
baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, unsur-
unsur motivasi, yaitu:
(1) Dorongan prestasi (achievement drive), yaitu dorongan untuk menjadi
leih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
(2) Komitmen (commitmen), yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran
kelompok atau lembaga.
(3) Inisiatif (innitiative), yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
14
belajar rutin membuat atau menulis catatan setelah membaca merangsang aktivitas
berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca. Membuat catatan mempertinggi
pengetahuan siswa bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.
Salah satu manfaat dari proses ini adalah membuat catatan akan menjadi bagian
integral dalam proses pembelajaran.
Setelah tahap “think” selesai, dilanjutkan dengan tahap berikutnya “talk”
yaitu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa dan kata-kata yang mereka
pahami. Talk (berbicara) penting karena siswa menggunakan bahasa sendiri untuk
menyajikan ide kepada temannya membangun teori bersama, sharing model dan
membuat definisi. Pembentukan ide dalam proses talk sering kali dirumuskan, di
klarifikasikan atau direvisi. Fase berkomunikasi (talk) pada model ini siswa
memungkinkan untuk terampil berbicara. Pada umumnya berkomunikasi dapat
berlangsung secara alamiah tetapi menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari
siswa melalui kehidupannya. Sebagai individu yang berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Secara alamiah dan mudah proses komunikasi dapat
dibangun dikelas dan dimanfaatkan sebelum menulis.
Selanjutnya fase “write” yaitu menulis diskusi/ dialog. Aktivitas menulis
berarti mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar
teman dan kemudiannya mengungkapkan melalui tulisan. Menulis membantu
merealisasikan tujuan pembelajaran. Pada aktivitas menulis ini guru melihat
pengembangan konsep siswa. Aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau
kesalahan siswa, mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan
yang ketinggalan, meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap,
mudah dibaca dan terjamin keasliannya.
arah. Demikian juga sebaliknya, jika seorang gemar menulis, namun enggan
membaca maka akan berkurang makna tulisannya. Yang lebih baik adalah, jika
seseorang yang gemar membaca dan suka berdiskusi (dialog), kemudian
menuangkannya dalam tulisan, maka akan memantapkan hasil tulisannya. Oleh
karena itu, diskusi dan menulis adalah dua aspek penting dari komunikasi untuk
semua jenjang sekolah.Sementara itu, kemampuan membaca dalam topik-topik
tersebut dan menyimpulkan merupakan aspek penting untuk melihat keberhasilan
berpikir siswa.
Dahar, 1989 (dalam Ansari, 2003:66), bila kepada siswa-siswa yang
tergolong atas (kemampuan baik) diberi tugas membaca, mereka akan melakukan
elaborasi (pengembangan) apa yang telah dibaca. Ini berarti mereka memikirkan
gagasan, contoh-contoh, gambaran mental, dan konsep-konsep lain yang
berhubungan. Selain itu, siswa juga mengorganisasikan informasi yang baru
diperoleh. Organisasi merupakan proses pembagian himpunan informasi menjadi
sub-sub tersebut. Oleh karena elaborasi dan informasi memperlancar belajar dan
menghafal (recall and retention), maka rasional bila kehadiran kedua bentuk ini
ditingkatkan dalam belajar-mengajar melalui proses membaca. Untuk merangsang
organisasi terhadap informasi, guru dapat memberikan bagan, grafik, atau outline
yang memuat konsep-konsep yang dipelajari. Menurut Aini (2009:190) “bahwa
pengenalan kembali informasi atau struktur teks melalui membaca keras
merupakan alat bantu bagi pemahaman isi teks, dan membuat catatan penting dari
hasil bacaan dapat meningkatkan dasar pengetahuan siswa, bahkan dapat
meningkatkan berpikir dan keterampilan menulis”.
Mata rantai berikutnya diskusi. Dalam diskusi siswa perlu memiliki
keterampilan komunikasi lisan yang dapat dilakukan dengan latihan secara teratur.
Ada beberapa latihan yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi lisan, antara lain:
1. Menggunakan presentasi di kelas oleh siswa untuk melaporkan suatu teks
laporan kegiatan.
2. Menggunakan kelompok kecil untuk memberi latihan. Boleh jadi setiap
grup diberi soal yang berbeda, dan setiap group berdiskusi kemudian
25
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.jadi belajar itu
terjadin karena adanya interaksi dengan lingkungannya, sehingga belajar itu dapat
terjadi dimanapun sajan kapan saja di alam terbukapun kita bisa belajar.
Menurut Hamalik (2001:27) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu
proses untuk mencapai tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih
luas dari pada itu, yakni mengalami.
Belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Beberapa pendapat di atas dapat didefenisikan bahwa belajar adalah
proses perubahan. Perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan secara batin,
tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang nampak, tetapi juga perubahan
tingkah laku secara abstrak, perubahan- perubahan itu bukanlah perubahan secara
negatif, tetapi perubahan secara positif yaitu perubahan yang menuju kearah
kemajuan atau kearah perbaikan
b. Hasil Belajar
30
Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Bruton dalam Hamalik (2007:31). Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan
keterampilan. Sedangkan menurut Djamarah (2006:11) hasil belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukir
dalam bentuk perubahan pengetahuan, sipeningkatan dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih
baik.
Menurut Sudjana (2009:22) “Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Howard Kingsley (dalam Sudjana 2009:22) membagi 3 macam hasil belajar,
“yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap
dan cita-cita”. Sedangkan Gagne (dalam Sudjana 2009:22) membagi 5 kategori
hasil belajar “yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) Model
kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.
Hasil belajar juga dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal anak
tentang materi yang akan dipelajari, ini berarti bahwa guru perlu menetapkan
tujuan belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi anak. Hasil belajar juga
dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini berarti guru
perlu menyusun rancangan dan pengolahan pembelajaran yang memungkinkan
anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang mempunyai faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Demikian juga yang dialami belajar, faktor yang
mempengaruhi belajar siswa menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002) adalah
sebagai berikut:
1) Faktor eksternal
Faktor lingkungan
a) Lingkungan alami
31
harus dicapai berupa Standar Kopetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya
dijabarkan dalam Kopetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan,
kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kopetensi Lulusan
(SKL) sebagaimana tertera dalam Permendinas Nomor 23/2006.
Hasil belajar IPS adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran yang dilihat dari skor hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Menurut Sudjana (2009:111) penilaian
dilakukan dalam proses belajar mengajar berfungsi sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran
2. Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah
dilakukan guru.
Bertolak dari beberapa pengertian belajar yang telah dijelaskan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah:
a. Tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
b. Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
c. Perubahan tingkah laku yang dapat diamati sesudah mengikuti kegiatan
belajar dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan menunjuk
pada informasi yang tersimpan dalam pikiran. Sedangkan keterampilan
menunjuk pada reaksi yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu
tujuan.
d. Memungkinkan dapat diukur dengan angka-angka, tetapi mungkin juga dapat
diamati melalui perubahan tingkah laku. Oleh sebab itu, hasil belajar perlu
dirumuskan dengan jelas sehingga dapat diukur apakah tujuan yang
diharapkan sudah tercapai atau belum.
Hasil belajar IPS sekolah dasar adalah dengan mengaitkan pada
pencapaian tujuan pendidikan IPS itu sendiriyaitu sebagai berikut:
33
H. HIPOTESIS TINDAKAN
34
I. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVB SDN 21 Pekanbaru yang
berlokasi di Kecamatan Marpoyan Damai Kabupaten Kota Pekanbaru. Waktu
pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 yang
dimulai dari bulan Januari sampai Februari 2016.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
tindakan kelas merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan secara kolaborasi
=
dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK
bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak
untuk digeneralisasi. Penelitian tindakan di sini adalah kolaboratif, yaitu kerja
sama antara peneliti dengan guru kelas IVB yang berperan sebagai observer
terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam menerapkan pembelajaran di
kelas. Peneliti terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dimana tiap siklus terdiri atas
dua kali pertemuan, daur siklus penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Arikunto
(2008: 16) adalah sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS 1 Pelaksanaan
Pengamatan
35
Perencanaan
Pengamatan
1) Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok untuk mata
pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun secara sistematis yang berisi
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, model
dan metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang diawali dengan
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yang berpedoman pada
langkah-langkah pembelajaran. RPP ini berfungsi sebagai acuan peneliti dalam
melaksanakan satu kali proses pembelajaran.
3) Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sarana untuk membantu dan
mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk
interaksi yang efektif antara siswa dengan guru sehingga dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar.
b. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Lembar Observasi atau Pengamatan
Lembar observasi atau pengamatan digunakan untuk memperoleh data tentang
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Lembar observasi akktivitas
guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran 3.
dalam penelitian ini berjumlah 20 pada setiap ulangan harian, yang berbentuk
pilihan ganda.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), dengan
menggunakan lembar observasi guru dan siswa.
b. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPS siswa. Dalam
penelitian ini tes yang dilakukan pada saat ulangan harian siklus. Soal yang
digunakan berbentuk objektif atau pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak
20 soal.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan hasil penelitian
berupa foto atau gambar dan catatan-catatan hasil penelitian.
6. Teknik Analisis Data
a. Aktivitas Guru dan Siswa
Setelah data terkumpul maka dicari persentasenya dengan menggunakan
rumus :
JS
NR x100% (KTSP dalam Syahrilfuddin, dkk, 2011: 114)
SM
Keterangan:
NR = Persentase rata-rata aktivitas guru/siswa
JS = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan
SM = Skor Maksimal yang di dapat dari aktivitas guru dan siswa
Kategori penilaian aktivitas belajar guru dan siswa tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Kategori Aktivitas Guru dan Siswa
b. Hasil Belajar
Untuk mengetahui hasil belajar siswa Kelas IVB SDN 21 Pekanbaru
menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
1) Hasil Belajar Siswa
R
S x100 (Purwanto, 2010: 112)
N
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = Skor Maksimum dari tes tersebut
Kategori penilaian hasil belajar siswa secara individu dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4. Kategori Hasil Belajar
Interval Kategori
90 – 100 Baik Sekali
80 – 89 Baik
70 – 79 Cukup
< 69 Kurang
Posrate Baserate
P x100%
Baserate
Keterangan:
40
P = Persentase peningkatan
Posrate = Nilai sesudah diberikan tindakan
Baserate = Nilai sebelum tindakan
DAFTAR PUSTAKA
41
Aini, D.N. 2009. Penerapan Teknik Think–Talk - Write (TTW) untuk Peningkatan
Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi pada Siswa Kelas X MAN 1
Semarang (Studi Kuasi Eksperimen).
Eddy, Noviana, ddk. 2010. Bahan ajar Kajian dan pengembangan Pembelajaran
IPS SD. Pekanbaru: Cendikiawan Pekanbaru
Miftahul, Huda. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Putaka Pelajar
Novia Fajar Utami, dkk. 2014. Eksperimentasi Model Pembelajaran TTW dengan
Pendekatan PMR Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari
Kemampuan Penalaran Matematika dan Kreativitas Belajar siswa SMP Se-
Kabupaten Wonogiri. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol. 2
No. 3: 260-269
Sari Rahma Chandra, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran tipe TTW dan
Gender Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII
SMPN 12 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1: 35-40.
FKIP Universitas Negeri Padang
Syaiful Bahri Djamarah dan Asman Zain, 2006. Model Belajar Mengajar. Rineka
Cipta. Jakarta.
42
LAMPIRAN
SILABUS
4. Mengadakan tanya
jawab kepada siswa
secara lisan maupun
tertulis.
45
Sekolah : SD N 21 Pekanbaru
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas / Semester : VB / 2
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit (1x Pertemuan)
A. Standar Kompetensi
Menghargai tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia
B. Kompentensi Dasar
Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
C. Indikator :
Menyebutkan cara Jepang memikat hati dan simpati rakyat Indonesia mula-
mula tiba di Indonesia
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat menyebutkan cara
Jepang memikat hati dan simpati rakyat Indonesia mula-mula tiba di
Indonesia.
E. Materi Pembelajaran
1. Pendudukan Jepang
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan
berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa
Indonesia. Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh
Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli
mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Inggris.
Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan
bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan
Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi
dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi
46
memperhatikan, selanjutnya
setelah lembar kerja
diselesaikan diskusi
dilaksanakan sepenuhnya.
Tahap Write
8. Guru menyuruh siswa
menuliskan hasil kerja
kelompoknya di dalam LKS.
9. Menyuruh siswa membuat
kesimpulan bersama berupa Membuat kesimpulan
hasil pelaksanaan lembar hasil diskusi.
kerja yang disusun oleh setiap
anggota kelompok.
10. Meminta beberapa siswa dari
kelompok mempresentasikan Mempresentasikan hasil
hasil diskusi kelompoknya, diskusi kelompok.
sedangkan siswa lain
berperan sebagai
pembanding.
11. Mengajak siswa menjelaskan Membuat kesimpulan
kesimpulan hasil diskusi diskusi secara
secara keseluruhan dan keseluruhan.
memberikan penghargaan
kepada kelompok yang
memiliki kriteria amat baik.
Penutup
III 12. Merangkum kembali Mendengarkan dan 1.
kegiatan inti pelajaran. mencatat penjelasan guru
di depan kelas.
2. Penilaian
Tekhnik Penilaian : Tertulis
Bentuk Penilaian : Essay
Contoh Instrumen
a. Essay
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut !:
1. Jelaskan bagaimana cara Jepang menarik simpati rakyat Indonesia waktu
pertama sampai di Indonesia
2. Kerja paksa pada jaman Jepang disebut........
3. Tulislah isi semboyan gerakan 3 A
4. Apakah akibat kerja paksa Romusha terhadap penduduk Indonesia ?
Kunci Jawaban:
1. Tentara Jepang mengijinkan Bendera Merah Putih berkibar, Mengijinkan
lagu Indonesia Raya dinyanyikan, Mengijinkan penggunaan Bahasa
Indonesia
2. Romusha
3. Jepang Pemimpin, Pelindung, Cahaya Asia
4. Rakyat semakin menderita, terserang penyakit, kelaparan dan mati
49
A. Standar Kompetensi
Menghargai tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia
B. Kompentensi Dasar
Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
C. Indikator :
Menceritakan akibat pengerahan tenaga romusha oleh Jepang terhadap
penduduk Indonesia
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat menceritakan akibat
pengerahan tenaga romusha oleh Jepang terhadap penduduk Indonesia
F. Materi Pembelajaran
2. Penderitaan Rakyat pada Masa Pendudukan Jepan
Kegembiraan rakyat Indonesia atas kedatangan tentara Jepan tidak
berlangsung lama. Pasukan Jepan mulai berubah perangai. Jepan mulai
mengadakan pemerasan dan penindasan. Bahkan lebih rakus dan lebih
kejam dari penjajah Belanda. Penderitaan rakyat Indonesia semakin parah.
Penderitaan rakyat Indonesia selama masa penjajahan Jepan antara lain:
a. Jepang merampas hasil pertanian rakyat, seperti padi dan jagung untuk
persediaan makanan pasukan Jepang. Akibatnya, rakyat tidak punya
cukup makanan dan kelaparan. Karena kurang gizi rakyat mudah
terserang penyakit.
b. Pemerintah Jepang sangat ketat melakukan pengawasan terhadap
pemberitaan. Media masa disegel
50
Tahap Talk
6. Membagi siswa menjadi Membentuk kelompok.
beberapa kelompok 3-5
orang.
7. Menyuruh siswa,
51
Tahap Write
8. Guru menyuruh siswa
menuliskan hasil kerja
kelompoknya di dalam LKS.
9. Menyuruh siswa membuat
kesimpulan bersama berupa Membuat kesimpulan
hasil pelaksanaan lembar hasil diskusi.
kerja yang disusun oleh setiap
anggota kelompok.
10. Meminta beberapa siswa dari Mempresentasikan hasil
kelompok mempresentasikan diskusi kelompok.
hasil diskusi kelompoknya,
sedangkan siswa lain
berperan sebagai
pembanding.
11. Mengajak siswa menjelaskan
kesimpulan hasil diskusi Membuat kesimpulan
secara keseluruhan dan diskusi secara
memberikan penghargaan keseluruhan.
kepada kelompok yang
memiliki kriteria amat baik.
Penutup
III 12. Merangkum kembali Mendengarkan dan
kegiatan inti pelajaran. mencatat penjelasan guru
di depan kelas.
Kesimpulan
55
Kesimpulan
56
Nilai
No Aktivitas Guru
1 2 3 4
1 Guru memberikan appersepsi mengenai materi
2 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan model
pembelajaran TTW
3 Guru menjelaskan materi pelajaran
4 Guru mengkondisikan siswa ke dalam kelompok
kecil (3-5 siswa ) dan membagikan LKS
5 Guru membimbing siswa melakukan Think-Talk-
Write
6 Guru membimbing siswa membuat kesimpulan
7 Guru melakukan evaluasi
Jumlah
Persentase
Kategori
57
Nilai
No Aktivitas Siswa
1 2 3 4
1 Mendengarkan guru melakukan appersepsi dan
menjawab pertanyaannya
2 Mendengarkan guru menjelaskan tujuan
pembelajaran dan penjelasan model pembelajaran
TTW
3 Memperhatikan guru menjelaskan materi pelajaran
4 Membentuk kelompok 3-5 orang siswa
5 Siswa melakukan diskusi dengan cara Think-Talk-
Write
6 Membuat kesimpulan
7 Mengerjakan evaluasi
Jumlah
Persentase
Kategori
58
c. Pendiri ASEAN
d. Kekejamannya
5. Ir. Soekarno
membacakan teks
proklamasi kemerdekaan
pada tanggal ....
a. 18 Agustus 1945
b. 17 Agustus 1945
c. 13 Agustus 1945
d. 16 Agustus 1945
d. 30 Oktober 1945
7. Peristiwa 10 November
1945 terjadi dikota ….
a. Medan
b. Surabaya
c. Bandung
d. Ambarawa
8. Pertempuran
Ambarawa diawali oleh
mendaratnya tentara
Sekutu dibawah
pimpinan ….
a. Brigjen A.W.S
Mallaby
b. Brigadir Jendral
Bethel
c. Huiyer
d. Brigadir Jendral
T.E.D Kell
9. Peristiwa Bandung
Lautan Api terjadi pada
tanggal ….
a. 21 November 1945
b. 23 Maret 1945
c. 29 November 1945
d. 24 Januari 194
65
Penjajahan Belanda
dipimpin oleh ….
a. Pangeran Antasari
c. Pangeran Diponegoro
b. Tuanku Imam Bonjol
d. Kapitan Patimura