Dinamika Sedimentasi Batuan Karbonat Kompleks Gunung Kampak Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

DINAMIKA SEDIMENTASI BATUAN KARBONAT KOMPLEKS

GUNUNG KAMPAK KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN,

JAWA TENGAH

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan oleh:

SYIFA FAUZIAH

12/333800/TK/40142

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEOLOGI

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
1

DINAMIKA SEDIMENTASI BATUAN KARBONAT KOMPLEKS GUNUNG


KAMPAK KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, JAWA
TENGAH

Syifa Fauziah1*, Moch. Indra Novian1


1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl.Grafika
No.2 Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia, Tel. 0274-513668
*
Email: [email protected]

SARI
Lokasi penelitian yang berada di Gunung Kampak, Dukuh Koplak, Desa Krakitan,
Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah yang merupakan
bagian dari Formasi Wonosari di Pegunungan Selatan. Singkapan di Gunung
Kampak ini memiliki dimensi seluas 150x100 sehingga perubahan fasies secara
lateral maupun vertikal terlihat dan dapat diamati. Penelitian dilakukan dengan
pengukuran stratigrafi terukur dengan skala 1:10 di lapangan dan analisis
laboratorium pada sampel paleontologi dan petrografi. Obyek yang diteliti berupa
litofasies, umur dari litofasies, lingkungan pengendapan daerah penelitian, dan
dinamika sedimentasi batuan karbonat daerah penelitian.
Berdasarkan analisis litofasies, lokasi penelitian terdiri dari 6 fasies yaitu, Fasies
Benthic Foraminiferal Algal Rudstone, Fasies Foraminiferal Packstone Sisipan
Grainstone, Fasies Algal Floatstone, Fasies perulangan Foraminiferal Packstone,
Fasies Perulangan Foraminiferal Floatstone, dan Fasies Wackestone. Berdasarkan
kandungan foraminifera pada batuan di lokasi penelitian, umur dari lokasi penelitian
berkisar antara N9-N11 dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal di bagian
foreslope zona paparan hingga zona batial. Dinamika sedimentasi pada daerah
penelitian menunjukkan perubahan lingkungan pengendapan yang semakin
mendalam akibat kenaikan muka air laut relatif sesuai dengan kurva perubahan
muka air laut relatif global yang telah ada sebelumnya. Pada energi pengendapan
yang sedang hingga tinggi, sedimen diendapkan dengan mekanisme arus traksi,
sedangkan pada energi pengendapan yang rendah, sedimen diendapkan dengan
mekanisme suspensi. Stratigrafi batugamping Kompleks Gunung Kampak tersusun
oleh dua sekuen interpretatif lengkap dan satu sekuen interpretatif tidak lengkap di
bagian atas.
Kata kunci: Gunung Kampak, Formasi Wonosari, Litofasies, Sekuen Stratigrafi,
Dinamika Sedimentasi
2

I. PENDAHULUAN dilakukan oleh Surono dkk (1992),


disimpulkan bahwa pada daerah
Batuan karbonat kompleks Gunung
penelitian hanya terdiri dari Formasi
Kampak terletak pada sebelah barat
Wonosari saja (Gambar 2). Formasi ini
kompleks Gunung Tugu Kecamatan
didominasi oleh batuan karbonat yang
Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
terdiri dari batugamping berlapis dan
(Gambar 1). Singkapan memiliki kondisi
batugamping terumbu. Sedangkan
yang cukup baik dikarenakan aktivitas
sebagai sisipan adalah napal. Satuan
tambang sehingga lapisan batuan terlihat
batuan ini merupakan endapan karbonat
jelas dengan dimensi yang cukup lebar
laut dangkal (zona neritik) pada Miosen
dan tinggi sehingga perubahan fasies
Tengah hingga Pliosen (Surono dkk,
secara lateral maupun vertikal terlihat
dan dapat diamati. 1992).

Beberapa penelitian telah dilakukan pada Pembentukan struktur geologi di sekitar


kompleks Gunung Tugu, tetapi tentang daerah penelitian diperkirakan terjadi
karbonat di Gunung Kampak masih pada Miosen, yaitu periode Neogene
sangat sedikit dilakukan, baik secara Compressional Wretching (Daily dkk,
stratigrafi demikian juga mekanisme 1991 dalam Sudarno 1997). Struktur
pengendapannya. Penelitian terbaru yang yang terbentuk berupa sesar-sesar yang
dilakukan oleh Raharjo dan Astuti memanjang relatif barat-timur dan barat
(2008) membahas stratigrafi batuan daya-timur laut di utara dan timur lokasi
karbonat pada Gunung Kampak dan penelitian pada peta geologi Lembar
menghasilkan kesimpulan bahwa batuan Surakarta – Giritontro, Jawa (Surono
karbonat di kawasan Gunung Kampak dkk, 1992).
tersusun oleh perselingan grainstone dan
framestone dengan umur N9-N11, yaitu Pembentukan Formasi Wonosari, terjadi
pada Miosen Tengah yang diendapkan setelah transgresi kembali pada Miosen
pada lingkungan laguna dan paparan Awal (van Bemmelen, 1970). Setelah
terbuka. Penelitian ini bermaksud transgresi awal Miosen (16-14Ma),
mengetahui urutan stratigrafi dengan terjadi transisi iklim yang sangat cepat
tujuan mengetahui lingkungan bervariasi (short-term variations in
pengendapan dan urutan litofasies secara global climate) disebabkan oleh
stratigrafi untuk menginterpretasikan sirkulasi, oksigen, dan isotop karbon
dinamika sedimentasi batuan karbonat di yang menunjukkan suhu hangat (Flower
kompleks Gunung Kampak. and Kennett, 1994)

II. GEOLOGI DAERAH III. DASAR TEORI


PENELITIAN
Batuan Karbonat
Secara umum, lokasi daerah penelitian
Batuan karbonat adalah batuan yang
terdapat pada Zona Pegunungan Selatan.
memiliki jumlah fraksi karbonat lebih
Berdasarkan pemetaan geologi yang
3

besar dari fraksi non karbonat atau Fasies Batuan Karbonat


dengan kata lain fraksi karbonatnya lebih Fasies dalam batuan karbonat
dari 50%. Apabila fraksi karbonatnya merupakan kesatuan karakter
kurang dari 50% maka, tidak bisa lagi sedimentologi, paleontologi, petrografi,
disebut sebagai batuan karbonat dan kimianya (Reijers, 1986). Menurut
(Pettijohn, 1975). Reijers (1986), kelompok fasies dalam
Pembentukan Batuan Karbonat batuan karbonat dapat dibedakan
menjadi, yaitu fasies pengendapan dan
Pada umumnya, sedimentasi karbonat fasies diagenesis. Fasies pengendapan
dihasilkan oleh proses kimia atau kemudian dibagi lagi menjadi litofasies
biokimia yang terjadi pada lingkungan dan biofasies. Model Pengendapan
laut yang spesifik, yaitu lingkungan Batuan Karbonat (Wilson, 1975)
dangkal yang jernih dan hangat (Wilson, membagi fasies yang diendapkan pada
1975). Meskipun begitu, pada suatu cekungan menjadi sembilan sabuk
lingkungan tertentu dengan relief curam (belt) yang dibedakan berdasarkan
seperti paparan dan lereng, batuan karakter litologi, struktur sedimen,
karbonat berupa debris juga diendapkan organisme, dan mikrofasiesnya.
melalui mekanisme transportasi,
diantaranya transportasi suspensi dan Sekuen Stratigrafi Batuan Karbonat
transportasi bed load. Sekuen stratigrafi adalah kumpulan dari
Lingkungan Pengendapan Batuan beberapa fasies yang terhubung secara
Karbonat genetik dan batas fasies tersebut untuk
menentukan setting pengendapan
Sedimen karbonat Resen telah banyak (Kendall, 2005). Dalam interpretasi
ditemukan dan didiskusikan oleh banyak dinamika sedimentasi, rekaman
peneliti tidak hanya pada lingkungan laut stratigrafi batuan sangat dipengaruhi
dangkal saja, tetapi beberapa lingkungan suplai sedimen dan ruang akomodasi.
lainnya, yaitu: Pada rekaman stratigrafi batuan
- Laut dangkal meliputi kompleks karbonat, suplai sedimen dapat
terumbu, kompleks laguna, carbonate digantikan oleh laju pertumbuhan
mud banks, dan kompleks paparan, karbonat pada cekungan itu sendiri.
- Laut dalam setelah melewati
Unit sekuen startigrafi dikenal sebagai
kedalaman 200 m,
sikuen pengendapan (depositional
- Sedimen karbonat danau sequence). Sekuen pengendapan pada
- Sedimen karbonat terestrial sekuen stratigrafi terbagi kedalam 4
Untuk penentuan lingkungan jenis, yaitu: progradasional,
pengendapan dasar laut yang lebih detail retrogradasional, aggradasional, dan
dapat dilakukan dengan menggunakan degradasional.
identifikasi organisme foraminifera System tract adalah susunan 3 dimensi
bentik. dari fasies dengan asal yang sama dan
4

stacking pattern yang telah diinterpretasi titik yang dimulai pada koordinat UTM
berdasarkan perubahan muka air laut 49S 0457779T 9143322S.
relatif (Kendall, 2005). Terdapat 5
system tract yang ada, tetapi yang umum Pada pengukuran stratigrafi pada daerah
digunakan diantaranya Lowstand ST penelitian dilakukan korelasi
(LST), Transgressive ST (TST), dan berdasarkan kedudukan perlapisan
Highstand ST (HST). batuan (strike/dip) dan umur relatif
batuan sehingga didapatkan ketebalan
total 50 meter dan termasuk didalamnya
beberapa bagian yang tidak dapat
IV. METODE PENELITIAN diamati rekaman stratigrafinya baik
Metode yang digunakan peneliti adalah disebabkan secara alami; erosi dan
pengambilan data langsung pada lokasi struktur geologi, maupun oleh aktivitas
yang telah ditentukan dengan geologi
pengukuran stratigrafi dengan skala 1:10
dan pengambilan sampel batuan di Stratigrafi Daerah Penelitian
lapangan untuk dilanjutkan dengan Berdasarkan analisis litofasies, daerah
analisis laboratorium. penelitian terbagi kedalam 10 kelompok
batuan dalam 7 jenis fasies. Urutan
Analisis Data stratigrafi daerah penelitian dari bawah
Dari seluruh sampel yang telah diambil ke atas adalah sebagai berikut:
di lokasi penelitian, sebanyak 7 sampel 1. Fasies Benthic Foraminiferal Algal
digunakan untuk analisis paleontologi Rudstone (Fasies A)
dan 29 sampel untuk analisis petrografi. Fasies ini merupakan perulangan
Analisis paleontologi dilakukan dengan lapisan batugamping rudstone dan
preparasi ayakan untuk mengetahui memiliki sebaran pada bagian bawah
umur dan batimetri pengendapan batuan. (N124oE/29o) dan bagian atas
Analisis petrografi menggunakan (N58oE/18o) dari stratigrafi penelitian.
sayatan tipis bertujuan untuk Fasies ini berada pada ketebalan 0-8,6
mendeskripsi tekstur dan komposisi m dan pada 46-47,6 m sehingga
batuan secara lebih detil. memiliki ketebalan total 10,2 m
(Gambar 3)
Komposisi penyusun batugamping
V. URAIAN DATA DAN rudstone ini didominasi oleh
PEMBAHASAN foraminifera bentik dan alga, dengan
komposisi lainnya terdapat fragmen
Jalur Pengukuran
koral, mineral karbonat dan lumpur
Stratigrafi daerah penelitian merupakan karbonat. Foraminifera yang
jalur menerus seri batugamping yang ditemukan pada fasies ini diantaranya
termasuk dalam Formasi Wonosari. foraminifera besar seperti
Pengukuran dilakukan pada beberapa Amphistegina, Lepidocyclina, dan
Cycloclypous. Menurut Robertson
5

(1985), spesies tersebut merupakan gastropoda yang sudah sangat sulit


penciri lingkungan laut terbuka zona untuk diidentifikasi. Kelimpahan fosil
middle shelf, serta menurut pada fasies ini didominasi oleh
Boltovskoy & Wright (1976), spesies foraminifera kecil, khususnya
tersebut merupakan penciri Orbulina sp. Foraminifera kecil dari
lingkungan laut terbuka zona neritik kelompok Globigerinoides baru
tengah. Komposisi batuan yang muncul pada bagian atas fasies
berupa alga merupakan alga merah dengan kelimpahan yang sangat
Archaeolithophyllum sp. sedikit. Spesies Cibicidoides
Pada sebaran bagian atas, subhaidingerii, Glandulonodusoria
foraminifera yang ditemukan ambigua dan Laguna aspera juga
diantaranya foraminifera besar seperti ditemukan dan merupakan organisme
Operculina, Amphistegina, yang hidup pada lingkungan batial
Praeorbulinella, dan Haterostegina atas. Foreminifera besar yang
merupakan penciri lingkungan deep ditemukan diantaranya Amphistegina
open shelf (Scholle dan Ullmer- merupakan organisme penciri dari
Scholle, 2003). Komposisi batuan lingkungan foreslope.
yang berupa alga merupakan alga Fasies batugamping packstone ini
merah Archaeolithophyllum sp. diendapkan dengan mekanisme
Kehadiran kelompok foraminifera suspensi pada energi pengendapan
bentik tersebut mengindikasikan rendahdan struktur sedimen channel
pembentukan batuan pada daerah terbentuk melalui mekanisme traksi.
yang terkena pengaruh gelombang
dengan arus sedang hingga tinggi 3. Fasies Grainstone (Fasies C)
pada lingkungan laut terbuka (open Fasies ini terdiri dari sisipan
marine) pada bagian foreslope dengan grainstone pada perulangan lapisan
mekanisme arus traksi. packstone dengan total ketebalan 2,4
meter yang memiliki sebaran pada
2. Fasies Foraminiferal Packstone ketebalan 21,4 m dan 24,2 m
(Fasies B) (N92oE/40o) (Gambar 3).
Fasies ini terdiri dari perulangan Batuan ini memiliki komposisi
lapisan packstone pada kedudukan yang didominasi foraminifera kecil,
perlapisan N117oE/25o dengan total disertai dengan bryozoa, sedikit
ketebalan 14,3 meter yang memiliki fragmen alga, fragmen koral, dan
sebaran pada ketebalan 8,6-24,2 m fragmen gastropoda. Ditemukan
(Gambar 3). Pada bagian atas fasies kelimpahan yang sangat tinggi untuk
ini ditemukan beberapa struktur spesies Orbulina sp. Foraminifera
channeling. besar yang ditemukan diantaranya
Komposisi batuan ini didominasi Amphistegina dan Lepidocylina yang
foraminifera kecil, disertai bryozoa, cukup melimpah merupakan
fragmen alga, lumpur karbonat, dan organisme penciri dari lingkungan
sparit. Pada bagian bawah fasies ini, foreslope.
ditemukan fragmen cangkang
6

Fasies ini diendapkan dengan kecil orbulinid dan globigerinid dan


mekanisme arus traksi. Energi globorotaliit yang sulit untuk
pengendapan pada proses diidentifikasi. Komposisi batuan yang
pengendapan fasies ini menjadi cukup berupa alga merupakan alga merah
tinggi dan cukup dinamis dalam Archaeolithophyllum sp. Pada sisipan
waktu yang singkat dan luasan yang tipis rudstone, kehadiran alga ini
sempit sehingga membentuk struktur mengelilingi grain fragmen koral
channel dan menyebabkan bidang sehingga membentuk onkoid.
perlapisan batuan menjadi tidak rata Fasies ini diendapkan dengan
dan bergelombang. mekanisme arus traksi. Selain itu,
terdapatnya alga merah sebagai
4. Fasies Algal Floatstone (Fasies D) organisme yang hidup pada
Fasies ini terdiri dari perulangan lingkungan yang sangat dangkal pada
lapisan tebal batugamping floatstone. neritik dalam dengan arus yang kuat
Fasies ini memiliki sebaran di bagian yang berada lingkungan foreslope.
tengah dan atas stratigrafi daerah Konstitusi foraminifera bentik
penelitian, yaitu pada ketebalan 25,1- tersebut merupakan penciri
29,6 m dan lapisan terakhir pada lingkungan deep open shelf (Scholle
ketebalan 49,6 m. Ketebalan fasies ini dan Ullmer-Scholle, 2003).
cukup tipis hanya 5 meter. Terdapat
sisipan tipis rudstone pada sebaran 5. Fasies perulangan Foraminiferal
bagian tengah dengan ketebalan Packstone (Fasies E)
hanya 10 cm (Gambar 3). Fasies ini merupakan perulangan
Komposisi penyusun batugamping lapisan batugamping packstone dan
floatstone ini didominasi oleh alga memiliki sebaran pada bagian tengah
dan fragmen koral dengan komposisi yaitu pada ketebalan 29,6-34,3 m dan
lainnya terdapat foraminifera, mineral 38,3-46 m sehingga memiliki
karbonat dan lumpur karbonat. ketebalan 12,4 meter (N63oE/21o)
Foraminifera yang ditemukan pada (Gambar 4).
kelompok ini pada sebaran tengah Komposisi penyusun batugamping
diantaranya foraminifera besar seperti packstone ini didominasi oleh
Amphistegina, Lepidocyclina, foraminifera kecil dengan komposisi
Cycloclypous, Operculina dan lainnya terdapat, mineral karbonat
Planorbulinella. Pada sebaran atas, dan lumpur karbonat. Kelimpahan
Planorbulinella ditemukan dengan fosil pada fasies ini didominasi oleh
kelimpahan sangat sedikit berukuran foraminifera kecil, seperti Orbulina
butir kecil dan sudah tidak utuh. universa, Orbulina suturalis,
Selain itu, ditemukan foraminifera Globigerina praebulloides,
kecil seperti Orbulina sp. dan Globigerinoides tribolus immaturus,
golongan globigerinid. Sementara dan Praeorbulina transitoria.
pada sebaran bagian atas matriks berdasarkan rentang hidup dari
floatstone berupa wackestone terdapat organisme tersebut didapatkan umur
butiran halus foraminifera planktik bagian bawah dari fasies ini
7

merupakan awal Miosen Atas (N9). ). lingkungan deep open shelf (Scholle
Foraminifera bentik yang dapat dan Ullmer-Scholle, 2003).
ditemukan yaitu Oridorsalis Fasies ini terendapkan dengan
umbornata dari bagian bawah hingga mekanisme traksi. Pada waktu yang
bagian atas fasies ini. Menurut Bandy singkat terdapat perubahan arus
(1967) dan Boltovskoy & Wright pengendapan yang tiba tiba menjadi
(1976), spesies tersebut merupakan tinggi sehingga membawa detritus
penciri lingkungan laut terbuka zona kasar dari tempat yang lebih tinggi.
batial bawah. Selain itu pada bagian Terendapkannya lapisan floatstone di
atas fasies ini, ditemukan organisme antara fasies packstone ini dapat
Cribomiliolinella subvalvularis yang disebabkan suplai sedimen yang tiba-
merupakan organisme yang hidup tiba menjadi melimpah dan arus
pada lingkungan batial. pengendapan yang meningkat.
Fasies batugamping packstone ini
diendapkan dengan mekanisme 7. Fasies Wackestone (Fasies G)
suspensi dengan energi yang relatif Fasies ini merupakan perulangan
rendah. lapisan batugamping wackestone dan
memiliki sebaran di bagian atas
6. Fasies Perulangan Foraminiferal stratigrafi daerah penelitian, yaitu
Floatstone (Fasies F) pada ketebalan 47,6-49,6 m sehingga
Fasies ini terdiri dari perulangan memiliki ketebalan yang cukup tipis 2
lapisan tebal batugamping floatstone. meter saja (N21oE/16o) (Gambar 4).
Fasies ini memiliki sebaran di bagian Komposisi penyusun batugamping
tengah stratigrafi daerah penelitian, wackestone ini didominasi oleh
yaitu pada ketebalan 34,3- 38,3 m foraminifera kecil dengan komposisi
tersisip diantara fasies perulangan lainnya terdapat, mineral karbonat
Foraminiferal packstone. Ketebalan dan lumpur karbonat. Ditemukan
fasies ini cukup tipis hanya 4 meter kelimpahan yang sangat tinggi untuk
(Gambar 4). foraminifera planktik globogerinid,
Komposisi penyusun batugamping globorotalit, dan orbulinid dengan
floatstone ini didominasi oleh berbagai spesies. Dari foraminifera
foraminifera besar dengan komposisi planktik globigerinid, spesies yang
lainnya terdapat foraminifera kecil, memiliki kelimpahan paling banyak
mineral karbonat dan lumpur adalah Globigerina praebulloides dan
karbonat. Foraminifera yang Globigerinoides trilobus immaturus.
ditemukan pada kelompok ini pada Dari foraminifera planktik
sebaran tengah diantaranya globorotalit, spesies yang memiliki
foraminifera besar seperti kelimpahan paling banyak adalah
Amphistegina, Operculina, Globorotalia praemenardii.
Praeorbulinella, dan Haterostegina. Berdasarkan rentang hidup dari
Konstitusi foraminifera bentik organisme-organisme yang telah
tersebut merupakan penciri teridentifikasi tersebut didapatkan
umur dari fasies ini merupakan awal
8

Miosen Atas (N10-N11). tetapi dapat diimbangi oleh pasokan


Foraminifera bentik yang dapat sedimen. Sekuen pengendapan yang
ditemukan dari analisis paleontologi tampak adalah aggaradasional yang
ini didominasi oleh spesies diinterpretasikan merupakan fase
Oridorsalis umbornata. Menurut Transgressive ST (TST). Pada bagian
Bandy (1967) dan Boltovskoy & atas, kemudian berkembang sekuen
Wright (1976), merupakan salahsatu retrogradasional yang kemudian
penciri lingkungan laut terbuka zona berlanjut hingga pengendapan Fasies
batial bawah. Foraminiferal Packstone (Fasies B).
Konstitusi foraminifera tersebut Kenaikan air laut terus berlangsung
menunjukkan lingkungan sehingga ruang akomodasi semakin
pengendapan yang menjadi semakin besar. Perulangan lapisan packstone
dalam dengan energi yang relatif semakin tebal hingga bagian tengah.
rendah. Energi yang rendah ini Lapisan ini diidentifikasi berada pada
menghasilkan arus yang tenang kondisi yang paling dalam pada
sehingga lapisan batuan diendapkan kenaikan air laut yang maksimal (marine
dengan mekanisme suspensi. flooding surface) yang pertama.
Asosiasi Fasies Lapisan packstone menjadi tipis kembali
dan menunjukkan pola mengkasar ke
Fasies pada lokasi penelitian dapat
atas (coarsening upward) dengan
terbagi menjadi 2 asosiasi fasies, yaitu:
diendapkannya Fasies Grainstone
1. Asosiasi Fasies A yang diendapkan (Fasies C) sebagai sisipan diantara
pada lingkungan paparan. Fasies B. Hal ini menunjukkan sekuen
- Fasies Benthic Foraminiferal Algal progradasional pada Highstand ST
Rudstone (Fasies A) (HST). Pengendapan Fasies Algal
- Fasies Grainstone (Fasies C) Floatstone (Fasies D) berada pada energi
- Fasies Algal Floatstone (Fasies D) yang tinggi saat ruang akomodasi
2. Asosiasi Fasies B yang diendapkan berkurang akibat turunnya muka air laut.
pada lingkungan Zona Batial. Hal ini menghasilkan sekuen
- Fasies Foraminiferal Packstone progradasional kelajutan dari Highstand
(Fasies B) ST (HST) dan merupakan batas sekuen
- Fasies perulangan Foraminiferal (sequence boundary) yang pertama
Packstone (Fasies E) sebelum muka air laut menalami
- Fasies Perulangan Foraminiferal kenaikan kembali dan mengendapkan
Floatstone (Fasies F) sekuen berikutnya
- Fasies Wackestone (Fasies G)
Fasies perulangan Foraminiferal
Sekuen Stratigrafi Packstone (Fasies E) diendapkan setelah
Pengendapan Fasies Benthic muka air laut naik kembali dan ruang
Foraminiferal Algal Rudstone (Fasies A) akomodasi bertambah sehingga
saat ruang akomodasi yang bertambah menghasilkan sekuen retrogradasional
akibat kenaikan muka air laut relatif, pada bagian bawah dan aggradasional
9

pada bagian atas lapisan packstone pada dan menghasilkan sekuen progradasional
Transgressive ST (TST). Setelah itu, pada bagian paling atas dari stratigrafi
Fasies Perulangan Foraminiferal daerah penelitian (Gambar 5)
Floatstone (Fasies F) karena terjadinya
perubahan ruang akomodasi. Hal ini
menunjukkan pola mengkasar ke atas Dinamika Sedimentasi dan Perubahan
(coarsening upward) dan sekuen Lingkungan Pengendapan
progradasional pada Highstand ST
(HST). Proses pengendapan pada lokasi
penelitian dimulai dengan pengendapan
Fasies perulangan Foraminiferal Fasies Benthic Foraminiferal Algal
Packstone (Fasies E) kembali Rudstone (Fasies A). Fasies ini
diendapkan di atas Fasies Perulangan terendapkan pada lingkungan laut
Foraminiferal Floatstone (Fasies F) terbuka (open marine) pada zona middle
setelah muka air laut kembali naik. . shelf dengan mekanisme arus traksi pada
Lapisan packstone menunjukan sekuen energi pengendapan yang tinggi.
aggradasional pada Transgressive ST
(TST) di bagian bawah dan sekuen Setelah fasies Benthic Foraminiferal
progradasional pada Highstand ST Algal Rudstone (Fasies A) terendapkan,
(HST) di bagian atas. Suksesi ini energi pengendapan berkurang sehingga
menunjukkan tekstur mengkasar ke atas menghasilkan pengendapan Fasies
pada bagian atas dan berlanjut pada Foraminiferal Packstone (Fasies B)
hingga pengendapan Fasies Benthic dengan mekanisme suspensi. Fasies ini
Foraminiferal Algal Rudstone (Fasies diendapkan pada lingkungan foreslope
A). Ruang akomodasi menjadi terbatas yaitu pada batial atas. Perbedaan ukuran
menghasilkan sekuen progradasional butir batuan yang cukup signifikan serta
pada Highstand ST (HST). Fasies ini ketebalan fasies yang lebih tebal
diinterpretasikan menjadi batas sekuen mengindikasikan kenaikan air laut yang
selanjutnya. cukup dalam dari sebelumnya.

Setelah permukaan laut naik kembali, Pada bagian atas fasies ini, energi
diendapkan sekuen yang baru yang pengendapan kembali dinamis pada
dimulai dengan pengendapan Fasies lokasi yang spesifik mendatangkan
Wackestone (Fasies G). Ruang material material lebih kasar dan
akomodasi yang bertambah akibat mengendapkan Fasies Grainstone
kenaikan muka air laut relatif, (Fasies C) diantara lapisan packstone.
menghasilkan sekuen aggradasional Material kasar yang lebih muda tersebut
pada Transgressive ST (TST). Lapisan diendapkan dengan mekanisme traksi
floatstone pada fasies yang terakhir yaitu sehingga menggerus permukaan lapisan
Fasies Floatstone (Fasies D) di bawahnya dan menyebabkan
diperkirakan menjadi awal Highstand ST permukaan lapisan menjadi tidak datar
(HST) dengan kembali menunjukan pola dan bergelombang. Perubahan energi
mengkasar ke atas (coarsening upward) pengendapan ini bersifat sementara dan
10

pada cakupan daerah yang terbatas Fragmen butiran batugamping floatstone


karena struktur ini tidak ditemukan di fasies ini diendapkan dengan mekanisme
bagian lain daerah penelitian. traksi, tetapi memiliki matriks
packstone. Diperkirakan pada
Energi pengendapan menjadi semakin lingkungan pengendapan yang sama
tinggi dan semakin dinamis. Permukaan terdapat pasokan sedimen dengan jumlah
air laut semakin turun sehingga yang besar secara tiba tiba sehingga
lingkungan pengendapan bergeser membawa butiran yang lebih kasar ke
sampai zona paparan luar (deep open lingkungan yang lebih dalam.
shelf). Pada energi pengendapan yang
dinamis ini diendapkan Fasies Algal Lingkungan terus mengalami
Floatstone (Fasies D). Pengendapan pendalaman hingga kenaikan muka air
floatstone ini terjadi pada energi yang laut berhenti Kembali berkurangnya
sedang hingga rendah sehingga matriks energi pengendapan pada lingkungan ini
packstone masih dapat diendapkan mengendapkan Fasies perulangan
dengan mekanisme suspensi sedangkan Foraminiferal Packstone (Fasies E).
fragmen lain yang memiliki ukuran lebih Lingkungan pengendapan fasies ini
kasar terpindahkan dengan mekanisme bergeser hingga bagian foreslope zona
traksi. Penurunan muka air laut ini tidak batial bawah. Setelah itu, penurunan air
berlangsung lama dan muka air laut laut kembali terjadi dengan secara
kembali naik secara signifikan dan perlahan pada bagian atas fasies ini.
cukup cepat.
Penurunan air laut yang terus
Fasies Algal Floatstone (Fasies D) ini berlangsung secara gradasional
diperkirakan merupakan batas sekuen mengakibatkan perpindahan lingkungan
(sequence boundary) sebelum muka air pengendapan untuk fasies berikutnya
laut menalami kenaikan kembali dan yaitu Fasies Benthic Foraminiferal Algal
mengendapkan sekuen berikutnya yaitu Rudstone (Fasies A) pada deep open
Foraminiferal Packstone (Fasies E) shelf. Dengan berpindahnya lingkungan
dengan mekanisme suspensi. Kenaikan pengendapan ke arah tepian cekungan
air laut tersebut menyebabkan yang lebih dangkal, energi pengendapan
perpindahan lingkungan pengendapan ke pun menjadi sedang hingga tinggi
tempat yang lebih dalam dan menjauhi membawa material kasar dan
tepi cekungan pada bagian foreslope menghasilkan lapisan batugamping
zona batial. rudstone dengan mekanisme traksi.
Pasokan sedimen mengalami Batas dari Fasies Benthic Foraminiferal
penambahan dan bersamaan dengan Algal Rudstone (Fasies A) dan fasies
adanya kenaikan energi pengendapan yang diendapkan selanjutnya
membawa material kasar melimpah diperkirakan menjadi batas sekuen
hingga mengendapkan batugamping (sequence boundary) yang kedua
floatstone Fasies Perulangan sebelum muka air laut menalami
Foraminiferal Floatstone (Fasies F). kenaikan kembali dan mengendapkan
11

sekuen berikutnya yaitu Fasies - Fasies perulangan Foraminiferal


Wackestone (Fasies G). Fasies ini Packstone
diendapkan pada lingkungan foreslope - Fasies perulangan Foraminiferal
zona batial bawah dengan mekanisme Floatstone
suspensi. Kedalaman yang cukup jauh - Fasies Wackestone
dari permukaan laut ini menhasilkan Fasies-fasies tersebut terendapkan
energi pengendapan yang rendah dan pada umur N9-N11 (Miosen Tengah).
menhasilkan lapisan batugamping 2. Berdasarkan karakteristik fasies dan
wackestone. kandungan fosil organisme pada
batuan, lingkungan pengendapan
Fasies yang terakhir diendapkan stratigrafi daerah penelitian secara
merupakan Fasies Floatstone (Fasies D). umum mengelami pendalaman dan
Fasies ini diendapkan pada lingkungan mengalami pergerakan (shifting)
foreslope zona deep open shelf. berada pada bagian foreslope secara
Kehadiran konstitusi alga terus-menerus yang diakibatkan oleh
mengindikasikan kedalaman lingkungan fluktuasi muka air laut, yaitu berada
pengendapan yang cukup dangkal. pada zona middle shelf hingga zona
Lingkungan pengendapan yang dangkal batial bawah.
dan dekat dengan permukaan memiliki 3. Sekuen batugamping lokasi penelitian
energi pengendapan yang sedang hingga diendapkan dengan mekanisme arus
tinggi sehingga membawa material kasar traksi pada energi pengendapan yang
dengan mekanisme arus traksi (Gambar sedang hingga tinggi dan mekanisme
6 & Gambar 7). suspensi pada energi pengendapan
yang rendah.
4. Stratigrafi batugamping Kompleks
VI. KESIMPULAN Gunung Kampak tersusun oleh dua
1. Litologi penyusun Formasi Wonosari sekuen lengkap dan satu sekuen tidak
Kompleks Gunung Kampak dengan lengkap di bagian atas dengan pola
total ketebalan 50 m terbagi dalam 7 pengendapan yang dapat diamati
fasies: yaitu progradasional pada Highstand
- Fasies Benthic Foraminiferal Algal Systems Tract (HST), serta
Rudstone aggradisional dan retrogradasional
- Fasies Foraminiferal Packstone pada Transgressive Systems Tract
- Fasies Grainstone (TST).
- Fasies Algal Floatstone

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, B. S. dan Rahardjo, W., 2008, Stratigrafi dan Sedimentologi Batuan Karbonat
Kawasan Gunung Kampak, Klaten: Prosiding Seminar Nasional Ilmu
Kebumian 2008, Universitas Gadjah Mada D7
12

Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 1999, Peta Rupabumi Digital
Indonesia, Lembar 1408-314 (Cawas), BAKOSURTANAL, Cibinong.
Flower, B. P. dan Kennett, J. P.,1994, The middle Miocene climatic transition: East
Antarctic ice sheet development, deep ocean circulation and global carbon
cycling: Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology Volume 108,
Issues 3–4 p. 537-555
Kendal,C., 2005. Sequence stratigraphy: A framework of genetically related
stratigraphic facies geometries and their bounding surface used to determine
depositional setting. [email protected] 803-7772410.
Klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Robertson (1985)
Klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Bandy (1966)
Klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Boltovskoy & Wright (1976)
Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rock 3rd ed, Harper and Raw Publication, New
York
Scholle, P.A. dan Ulmer-Scholle, D.S., 2003, A Color Guide to Petrography of
Carbonate Rocks: Grain, Texture, Porosity, and Diagenesis: Oklahama,
AAPG, 459 p
Sudarno. 1997. Kendali tektonik terhadap pembentukan struktur pada batuan
Paleogen dan Neogen di Pegunungan Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta
dan sekitarnya. Thesis Magister Teknik, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Surono, B. Toha dan I. Sudarno. 1992. Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro,
Jawa, Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Van Bemmelen, R. W. 1949. The Geology of Indonesia Vol. IA. Amsterdam: The
Haque Martinus Nijnhoff.
Walker, R.G. dan James, N.P., 1992, Facies Models, Geological Association of
Canada, Ontario
Wilson, J.E, 1975, Carbonate Facies in Geologic History, Springer-Verlag, New
York p. 1-4, 26-69,
.
13

GAMBAR

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-313
Jabung)
14

Gambar 2. Geologi lokasi penelitian dan sekitarnya (Peta Geologi Lembar Surakarta
– Giritontro oleh Surono dkk, 1992). Lokasi penelitian hanya terdiri dari
Formasi Wonosari.
15

Gambar 3. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian Bagian Bawah


16

Gambar 4. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian Bagian Atas


17

Gambar 5. Pola pengendapan stratigrafi pengendapan batugamping Kompleks


Gunung Kampak
18

Gambar 6. Kurva perubahan lingkungan pengendapan batugamping Kompleks


Gunung Kampak
19

Gambar 7. Kurva dinamika sedimentasi batugamping Kompleks Gunung Kampak

Anda mungkin juga menyukai