Dinamika Sedimentasi Batuan Karbonat Kompleks Gunung Kampak Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
Dinamika Sedimentasi Batuan Karbonat Kompleks Gunung Kampak Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
Dinamika Sedimentasi Batuan Karbonat Kompleks Gunung Kampak Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
JAWA TENGAH
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh:
SYIFA FAUZIAH
12/333800/TK/40142
FAKULTAS TEKNIK
YOGYAKARTA
2019
1
SARI
Lokasi penelitian yang berada di Gunung Kampak, Dukuh Koplak, Desa Krakitan,
Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah yang merupakan
bagian dari Formasi Wonosari di Pegunungan Selatan. Singkapan di Gunung
Kampak ini memiliki dimensi seluas 150x100 sehingga perubahan fasies secara
lateral maupun vertikal terlihat dan dapat diamati. Penelitian dilakukan dengan
pengukuran stratigrafi terukur dengan skala 1:10 di lapangan dan analisis
laboratorium pada sampel paleontologi dan petrografi. Obyek yang diteliti berupa
litofasies, umur dari litofasies, lingkungan pengendapan daerah penelitian, dan
dinamika sedimentasi batuan karbonat daerah penelitian.
Berdasarkan analisis litofasies, lokasi penelitian terdiri dari 6 fasies yaitu, Fasies
Benthic Foraminiferal Algal Rudstone, Fasies Foraminiferal Packstone Sisipan
Grainstone, Fasies Algal Floatstone, Fasies perulangan Foraminiferal Packstone,
Fasies Perulangan Foraminiferal Floatstone, dan Fasies Wackestone. Berdasarkan
kandungan foraminifera pada batuan di lokasi penelitian, umur dari lokasi penelitian
berkisar antara N9-N11 dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal di bagian
foreslope zona paparan hingga zona batial. Dinamika sedimentasi pada daerah
penelitian menunjukkan perubahan lingkungan pengendapan yang semakin
mendalam akibat kenaikan muka air laut relatif sesuai dengan kurva perubahan
muka air laut relatif global yang telah ada sebelumnya. Pada energi pengendapan
yang sedang hingga tinggi, sedimen diendapkan dengan mekanisme arus traksi,
sedangkan pada energi pengendapan yang rendah, sedimen diendapkan dengan
mekanisme suspensi. Stratigrafi batugamping Kompleks Gunung Kampak tersusun
oleh dua sekuen interpretatif lengkap dan satu sekuen interpretatif tidak lengkap di
bagian atas.
Kata kunci: Gunung Kampak, Formasi Wonosari, Litofasies, Sekuen Stratigrafi,
Dinamika Sedimentasi
2
stacking pattern yang telah diinterpretasi titik yang dimulai pada koordinat UTM
berdasarkan perubahan muka air laut 49S 0457779T 9143322S.
relatif (Kendall, 2005). Terdapat 5
system tract yang ada, tetapi yang umum Pada pengukuran stratigrafi pada daerah
digunakan diantaranya Lowstand ST penelitian dilakukan korelasi
(LST), Transgressive ST (TST), dan berdasarkan kedudukan perlapisan
Highstand ST (HST). batuan (strike/dip) dan umur relatif
batuan sehingga didapatkan ketebalan
total 50 meter dan termasuk didalamnya
beberapa bagian yang tidak dapat
IV. METODE PENELITIAN diamati rekaman stratigrafinya baik
Metode yang digunakan peneliti adalah disebabkan secara alami; erosi dan
pengambilan data langsung pada lokasi struktur geologi, maupun oleh aktivitas
yang telah ditentukan dengan geologi
pengukuran stratigrafi dengan skala 1:10
dan pengambilan sampel batuan di Stratigrafi Daerah Penelitian
lapangan untuk dilanjutkan dengan Berdasarkan analisis litofasies, daerah
analisis laboratorium. penelitian terbagi kedalam 10 kelompok
batuan dalam 7 jenis fasies. Urutan
Analisis Data stratigrafi daerah penelitian dari bawah
Dari seluruh sampel yang telah diambil ke atas adalah sebagai berikut:
di lokasi penelitian, sebanyak 7 sampel 1. Fasies Benthic Foraminiferal Algal
digunakan untuk analisis paleontologi Rudstone (Fasies A)
dan 29 sampel untuk analisis petrografi. Fasies ini merupakan perulangan
Analisis paleontologi dilakukan dengan lapisan batugamping rudstone dan
preparasi ayakan untuk mengetahui memiliki sebaran pada bagian bawah
umur dan batimetri pengendapan batuan. (N124oE/29o) dan bagian atas
Analisis petrografi menggunakan (N58oE/18o) dari stratigrafi penelitian.
sayatan tipis bertujuan untuk Fasies ini berada pada ketebalan 0-8,6
mendeskripsi tekstur dan komposisi m dan pada 46-47,6 m sehingga
batuan secara lebih detil. memiliki ketebalan total 10,2 m
(Gambar 3)
Komposisi penyusun batugamping
V. URAIAN DATA DAN rudstone ini didominasi oleh
PEMBAHASAN foraminifera bentik dan alga, dengan
komposisi lainnya terdapat fragmen
Jalur Pengukuran
koral, mineral karbonat dan lumpur
Stratigrafi daerah penelitian merupakan karbonat. Foraminifera yang
jalur menerus seri batugamping yang ditemukan pada fasies ini diantaranya
termasuk dalam Formasi Wonosari. foraminifera besar seperti
Pengukuran dilakukan pada beberapa Amphistegina, Lepidocyclina, dan
Cycloclypous. Menurut Robertson
5
merupakan awal Miosen Atas (N9). ). lingkungan deep open shelf (Scholle
Foraminifera bentik yang dapat dan Ullmer-Scholle, 2003).
ditemukan yaitu Oridorsalis Fasies ini terendapkan dengan
umbornata dari bagian bawah hingga mekanisme traksi. Pada waktu yang
bagian atas fasies ini. Menurut Bandy singkat terdapat perubahan arus
(1967) dan Boltovskoy & Wright pengendapan yang tiba tiba menjadi
(1976), spesies tersebut merupakan tinggi sehingga membawa detritus
penciri lingkungan laut terbuka zona kasar dari tempat yang lebih tinggi.
batial bawah. Selain itu pada bagian Terendapkannya lapisan floatstone di
atas fasies ini, ditemukan organisme antara fasies packstone ini dapat
Cribomiliolinella subvalvularis yang disebabkan suplai sedimen yang tiba-
merupakan organisme yang hidup tiba menjadi melimpah dan arus
pada lingkungan batial. pengendapan yang meningkat.
Fasies batugamping packstone ini
diendapkan dengan mekanisme 7. Fasies Wackestone (Fasies G)
suspensi dengan energi yang relatif Fasies ini merupakan perulangan
rendah. lapisan batugamping wackestone dan
memiliki sebaran di bagian atas
6. Fasies Perulangan Foraminiferal stratigrafi daerah penelitian, yaitu
Floatstone (Fasies F) pada ketebalan 47,6-49,6 m sehingga
Fasies ini terdiri dari perulangan memiliki ketebalan yang cukup tipis 2
lapisan tebal batugamping floatstone. meter saja (N21oE/16o) (Gambar 4).
Fasies ini memiliki sebaran di bagian Komposisi penyusun batugamping
tengah stratigrafi daerah penelitian, wackestone ini didominasi oleh
yaitu pada ketebalan 34,3- 38,3 m foraminifera kecil dengan komposisi
tersisip diantara fasies perulangan lainnya terdapat, mineral karbonat
Foraminiferal packstone. Ketebalan dan lumpur karbonat. Ditemukan
fasies ini cukup tipis hanya 4 meter kelimpahan yang sangat tinggi untuk
(Gambar 4). foraminifera planktik globogerinid,
Komposisi penyusun batugamping globorotalit, dan orbulinid dengan
floatstone ini didominasi oleh berbagai spesies. Dari foraminifera
foraminifera besar dengan komposisi planktik globigerinid, spesies yang
lainnya terdapat foraminifera kecil, memiliki kelimpahan paling banyak
mineral karbonat dan lumpur adalah Globigerina praebulloides dan
karbonat. Foraminifera yang Globigerinoides trilobus immaturus.
ditemukan pada kelompok ini pada Dari foraminifera planktik
sebaran tengah diantaranya globorotalit, spesies yang memiliki
foraminifera besar seperti kelimpahan paling banyak adalah
Amphistegina, Operculina, Globorotalia praemenardii.
Praeorbulinella, dan Haterostegina. Berdasarkan rentang hidup dari
Konstitusi foraminifera bentik organisme-organisme yang telah
tersebut merupakan penciri teridentifikasi tersebut didapatkan
umur dari fasies ini merupakan awal
8
pada bagian atas lapisan packstone pada dan menghasilkan sekuen progradasional
Transgressive ST (TST). Setelah itu, pada bagian paling atas dari stratigrafi
Fasies Perulangan Foraminiferal daerah penelitian (Gambar 5)
Floatstone (Fasies F) karena terjadinya
perubahan ruang akomodasi. Hal ini
menunjukkan pola mengkasar ke atas Dinamika Sedimentasi dan Perubahan
(coarsening upward) dan sekuen Lingkungan Pengendapan
progradasional pada Highstand ST
(HST). Proses pengendapan pada lokasi
penelitian dimulai dengan pengendapan
Fasies perulangan Foraminiferal Fasies Benthic Foraminiferal Algal
Packstone (Fasies E) kembali Rudstone (Fasies A). Fasies ini
diendapkan di atas Fasies Perulangan terendapkan pada lingkungan laut
Foraminiferal Floatstone (Fasies F) terbuka (open marine) pada zona middle
setelah muka air laut kembali naik. . shelf dengan mekanisme arus traksi pada
Lapisan packstone menunjukan sekuen energi pengendapan yang tinggi.
aggradasional pada Transgressive ST
(TST) di bagian bawah dan sekuen Setelah fasies Benthic Foraminiferal
progradasional pada Highstand ST Algal Rudstone (Fasies A) terendapkan,
(HST) di bagian atas. Suksesi ini energi pengendapan berkurang sehingga
menunjukkan tekstur mengkasar ke atas menghasilkan pengendapan Fasies
pada bagian atas dan berlanjut pada Foraminiferal Packstone (Fasies B)
hingga pengendapan Fasies Benthic dengan mekanisme suspensi. Fasies ini
Foraminiferal Algal Rudstone (Fasies diendapkan pada lingkungan foreslope
A). Ruang akomodasi menjadi terbatas yaitu pada batial atas. Perbedaan ukuran
menghasilkan sekuen progradasional butir batuan yang cukup signifikan serta
pada Highstand ST (HST). Fasies ini ketebalan fasies yang lebih tebal
diinterpretasikan menjadi batas sekuen mengindikasikan kenaikan air laut yang
selanjutnya. cukup dalam dari sebelumnya.
Setelah permukaan laut naik kembali, Pada bagian atas fasies ini, energi
diendapkan sekuen yang baru yang pengendapan kembali dinamis pada
dimulai dengan pengendapan Fasies lokasi yang spesifik mendatangkan
Wackestone (Fasies G). Ruang material material lebih kasar dan
akomodasi yang bertambah akibat mengendapkan Fasies Grainstone
kenaikan muka air laut relatif, (Fasies C) diantara lapisan packstone.
menghasilkan sekuen aggradasional Material kasar yang lebih muda tersebut
pada Transgressive ST (TST). Lapisan diendapkan dengan mekanisme traksi
floatstone pada fasies yang terakhir yaitu sehingga menggerus permukaan lapisan
Fasies Floatstone (Fasies D) di bawahnya dan menyebabkan
diperkirakan menjadi awal Highstand ST permukaan lapisan menjadi tidak datar
(HST) dengan kembali menunjukan pola dan bergelombang. Perubahan energi
mengkasar ke atas (coarsening upward) pengendapan ini bersifat sementara dan
10
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, B. S. dan Rahardjo, W., 2008, Stratigrafi dan Sedimentologi Batuan Karbonat
Kawasan Gunung Kampak, Klaten: Prosiding Seminar Nasional Ilmu
Kebumian 2008, Universitas Gadjah Mada D7
12
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 1999, Peta Rupabumi Digital
Indonesia, Lembar 1408-314 (Cawas), BAKOSURTANAL, Cibinong.
Flower, B. P. dan Kennett, J. P.,1994, The middle Miocene climatic transition: East
Antarctic ice sheet development, deep ocean circulation and global carbon
cycling: Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology Volume 108,
Issues 3–4 p. 537-555
Kendal,C., 2005. Sequence stratigraphy: A framework of genetically related
stratigraphic facies geometries and their bounding surface used to determine
depositional setting. [email protected] 803-7772410.
Klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Robertson (1985)
Klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Bandy (1966)
Klasifikasi lingkungan pengendapan menurut Boltovskoy & Wright (1976)
Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rock 3rd ed, Harper and Raw Publication, New
York
Scholle, P.A. dan Ulmer-Scholle, D.S., 2003, A Color Guide to Petrography of
Carbonate Rocks: Grain, Texture, Porosity, and Diagenesis: Oklahama,
AAPG, 459 p
Sudarno. 1997. Kendali tektonik terhadap pembentukan struktur pada batuan
Paleogen dan Neogen di Pegunungan Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta
dan sekitarnya. Thesis Magister Teknik, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Surono, B. Toha dan I. Sudarno. 1992. Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro,
Jawa, Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Van Bemmelen, R. W. 1949. The Geology of Indonesia Vol. IA. Amsterdam: The
Haque Martinus Nijnhoff.
Walker, R.G. dan James, N.P., 1992, Facies Models, Geological Association of
Canada, Ontario
Wilson, J.E, 1975, Carbonate Facies in Geologic History, Springer-Verlag, New
York p. 1-4, 26-69,
.
13
GAMBAR
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-313
Jabung)
14
Gambar 2. Geologi lokasi penelitian dan sekitarnya (Peta Geologi Lembar Surakarta
– Giritontro oleh Surono dkk, 1992). Lokasi penelitian hanya terdiri dari
Formasi Wonosari.
15