Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 903

www.facebook.

com/indonesiapustaka
METODE
PENELITIAN
Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
www.facebook.com/indonesiapustaka
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana yang telah diatur dan
diubah dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, bahwa:

Kutipan Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran
hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
www.facebook.com/indonesiapustaka

banyak Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).


(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran
hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,-
(empat miliar rupiah).
METODE
PENELITIAN
Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan

Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd.


www.facebook.com/indonesiapustaka
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF, DAN PENELITIAN GABUNGAN
Edisi Pertama
Copyright © 2014

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


ISBN 978-602-1186-01-5 001. 42
17 x 24 cm
xii, 480 hlm
Cetakan ke-4, Januari 2017

Kencana. 2014.0510

Penulis
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd.

Desain Sampul
Irfan Fahmi

Penata Letak
Suwito

Percetakan
PT Fajar Interpratama Mandiri

Penerbit
KENC ANA
Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun - Jakarta 13220
Telp: (021) 478-64657 Faks: (021) 475-4134

Divisi dari PRENADAMEDIA GROUP


e-mail: [email protected]
www.facebook.com/indonesiapustaka

www.prenadamedia.com
INDONESIA

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun,
termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit.
KATA PENGANTAR

Kehidupan manusia makin lama makin kompleks. Tantangan dan tuntutan


te- rus meningkat dan bertambah rumit. Apa yang tepat dan wajar dilakukan
untuk memecahkan suatu masalah atau memenuhi permintaan pasar yang
berubah sangat cepat dewasa ini, belum tentu tepat dan benar untuk hari-hari
mendatang. Lebih-le- bih lagi dalam era informasi dan percaturan global yang
bergulir dengan cepat sekali. Jurang antara apa yang seharusnya ada dengan
realitas dalam masyarakat; antara harapan dan permintaan serta pilar-pilar
penyangga ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjang; perlu diteliti dan
dikaji secara tuntas. Temuan baru dalam berba- gai sektor kehidupan perlu
diupayakan, termasuk di dalamnya penciptaan model, alat, dan produk baru.
Pendeskripsian, pengujian, dan penataan kembali dalam ber- bagai bidang ilmu,
teknologi, dan seni (Ipteks), hendaklah menjadi suatu kepedulian yang
diprioritaskan. Wawasan, pikiran, perhatian, sikap, dan perilaku setiap individu
hendaklah bernuansa ke depan dan memosisikan diri pada kebutuhan sekarang
dan masa datang, serta tidak larut dengan apa yang pernah terjadi di masa lampau.
Pikir- an manusia harus terbuka, menjangkau masa depan dan antisipatif terhadap
www.facebook.com/indonesiapustaka

masalah dan perubahan yang mungkin dan akan terjadi dalam lingkungannya, baik
dalam arti sempit maupun dalam arti luas.
Penyelidikan ilmiah perlu ditumbuhkembangkan. Semangat ingin
mengetahui sesuatu perlu dibina sejak dini. Pertanyaan yang muncul atas
masalah yang ada, perlu dijawab dan dikaji secara ilmiah. Pemecahan masalah
secara ilmiah menuntut suatu keterampilan dan pemahaman secara konseptual.
Pengalaman menunjukkan
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ...

keterbatasan dalam konsep dasar penelitian, seperti kerancuan dalam memilih


ben- tuk-bentuk penelitian, kekurangtepatan dalam penentuan variabel atau
aspek yang akan diukur, kekurangjelasan ciri-ciri populasi dan penentuan sampel
atau subjek penelitian, mengakibatkan dampak negatif pada hasil penelitian.
Kekurangmampu- an memanfaatkan penelitian dan pengembangan (research &
development) dalam menghasilklan model, desain, dan produk baru,
mengakibatkan pula tertinggalnya bangsa itu dalam kompetisi global.
Buku ini mencoba melihat penelitian sebagai suatu sistem. Ketepatan hasil
pene- litian bukan ditentukan oleh satu aspek, melainkan dipengaruhi oleh berbagai
faktor di dalam dan di luar penelitian itu sendiri. “Di dalam”, mengacu pada
keakuratan, ketelitian, dan konsistensi; mulai dari penetapan masalah hingga
penulisan laporan penelitian. Semuanya itu tidak dapat pula dipisahkan dari
kemampuan peneliti dan fasilitas yang digunakan. “Di luar”, dapat diartikan
seberapa jauh faktor-faktor di luar aspek yang diteliti mampu dikendalikan peneliti,
baik secara konseptual maupun dalam proses penelitian dan analisis data.
Buku Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
ini merupakan perluasan buku Metodologi Penelitian: Dasar-dasar Penyelidikan
Ilmiah. Buku ini terdiri dari empat bagian. Bagian Pertama: Manusia, Ilmu,
dan Konsep Dasar Penelitian; dan Bagian Kedua: Metode Penelitian Kuantitatif.
Bagian Ketiga: Metode Penelitian Kualitatif. Pada Bagian Keempat, khusus
membicarakan: Pe- nelitian Gabungan (Mixed Research), sehingga peneliti yang
menginginkan hasil pe- nelitian yang lebih komprehensif dan menyeluruh
hendaklah menggunakan peneli- tian gabungan.
Penulis mengharapkan kritik dan sumbang saran dari para pembaca demi
pe- nyempurnaan buku ini. Terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan masukan dan saran perbaikan selama ini.

Padang, 5 Januari 2013


Penulis,
www.facebook.com/indonesiapustaka

A. Muri Yusuf

vi
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................................................... v


Daftar Isi .................................................................................................................................................................. vii
Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar Diagram ............................................................................. xi

Bagian Pertama
MANUSIA, ILMU, DAN KONSEP DASAR PENELITIAN

BAB 1 MANUSIA, ILMU, DAN KEBENARAN ...................................................................................2


A. Manusia Mahkluk Sempurna, Namun Terbatas
......................................................................................................3
B. Manusia Mencari Kebenaran
(Keilmuan).................................................................................................................. 5
C. Hasrat Ingin Tahu
................................................................................................................................................................ 7
D. Manusia dan
Masalahnya................................................................................................................................................. 8
E. Apakah Ilmu Itu ?
.............................................................................................................................................................. 10
F. Dua Pendekatan dalam Mencari Kebenaran
........................................................................................................ 12
www.facebook.com/indonesiapustaka

G. Cara Berpikir
Deduktif................................................................................................................................................... 17
H. Cara Berpikir
Induktif..................................................................................................................................................... 19
I. Cara Berpikir Keilmuan
................................................................................................................................................. 20

BAB 2 HAKIKAT, FUNGSI, DAN PROSES PENELITIAN ......................................................... 24


A. Apakah yang Dimaksud dengan Penelitian (Research)
...................................................................................... 24
B. Ciri-ciri Penelitian
Ilmiah............................................................................................................................................... 27
C. Fungsi Penelitian
.............................................................................................................................................................. 32
D. Proses
Penelitian.............................................................................................................................................................. 36
E. Beberapa Klasiikasi dalam
Penelitian..................................................................................................................... 43
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ...

Bagian Kedua
METODE PENELITIAN KUANTITATIF

BAB 3 KARAKTERISTIK DAN JENIS-JENIS PENELITIAN KUANTITATIF ....................58


A. Karakteristik Penelitian Kuantitatif
......................................................................................................................... 58
B. Jenis-jenis Penelitian
Kuantitatif............................................................................................................................... 60

BAB 4 MASALAH PENELITIAN ............................................................................................................ 85


A. Hakikat dan Kriteria Pemilihan Masalah
................................................................................................................ 86
B. Tipe Masalah
Penelitian................................................................................................................................................. 92
C. Sumber Masalah
Penelitian.......................................................................................................................................... 94
D. Pembatasan dan Perincian
Masalah......................................................................................................................... 95

BAB 5 VARIABEL PENELITIAN ......................................................................................................... 102


A. Pengertian
Variabel...................................................................................................................................................... 102
B. Jenis-jenis
Variabel....................................................................................................................................................... 103
C. Variabel dan Model
Penelitian................................................................................................................................. 126

BAB 6 HIPOTESIS ..................................................................................................................................... 130


A. Apakah yang Dimaksud dengan Hipotesis ?
....................................................................................................... 130
B. Teori dan
Hipotesis....................................................................................................................................................... 135
C. Kriteria Penyusunan
Hipotesis................................................................................................................................ 138
D. Jenis
Hipotesis................................................................................................................................................................
141

BAB 7 POPULASI DAN SAMPEL ...................................................................................................... 144


A. Pengertian Populasi
www.facebook.com/indonesiapustaka

..................................................................................................................................................... 145
B. Pengertian
Sampel........................................................................................................................................................ 150
C. Jenis-jenis Sampel
......................................................................................................................................................... 153
D. Langkah-langkah Pengambilan Sampel Random..............................................................................................
163

8
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ...
E. Besaran
Sampel.............................................................................................................................................................. 165

BAB 8 RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN ................................................................. 172


A. Validitas Internal dan Eksternal
.............................................................................................................................. 174
B. Rancangan Penelitian Pre-Eksperimen (Pre-Experiment Design) ................................................................
179
C. Rancangan Penelitian Eksperimen Semu (Quasi-Experimen Design) ..........................................................
183
D. Rancangan Eksperimen Sungguhan (True-Experiment Design).....................................................................
187

BAB 9 TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN VALIDITAS INSTRUMEN ...................198


A. Teknik Pengumpulan Data
........................................................................................................................................ 199
B. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
...................................................................................................................... 234
C. Uji Coba Instrumen
....................................................................................................................................................... 248

9
• Daftar Isi

BAB 10 TEKNIK ANALISIS DATA .......................................................................................................... 251


A. Jenis Data
......................................................................................................................................................................... 251
B. Teknik Analisis Data dan Aplikasinya
.................................................................................................................... 255

Bagian Ketiga
METODE PENELITIAN KUALITATIF

BAB 11 PENGERTIAN, KARAKTERISTIK, DAN TUJUAN PENELITIAN


KUALITATIF .................................................................................................................................. 328
A. Pengertian Penelitian Kualitatif
.............................................................................................................................. 328
B. Karakteristik Penelitian Kualitatif
.......................................................................................................................... 331

BAB 12 BEBERAPA TIPE DAN STRATEGI PENEMUAN DALAM PENELITIAN


KUALITATIF .................................................................................................................................. 338
A. Studi Kasus (Case Studies)
.......................................................................................................................................... 339
B. Grounded Theory Methodologi
.................................................................................................................................. 342
C. Penelitian Historis (Historical Research) ................................................................................................................ 346
D. Fenomenologi (Phenomenology)
............................................................................................................................... 350
E. Etnometodologi (Ethnomethodology) ...................................................................................................................... 354
F. Etnograi (Ethnography) ............................................................................................................................................... 358

BAB 13 MASALAH, FOKUS, TEORI, DAN SUBJEK PENELITIAN ......................................366


A. Masalah dan Fokus Penelitian
.................................................................................................................................. 366
B . Teori dalam Penelitian Kualitatif
............................................................................................................................ 368
C. Sumber Informasi/Subjek Penelitian
..................................................................................................................... 368

BAB 14 INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA ............................................372


A. Wawancara
(Interview)................................................................................................................................................ 372
www.facebook.com/indonesiapustaka

B.
Observasi...................................................................................................................................................................
....... 384
C. Dokumen
........................................................................................................................................................................... 391

BAB 15 VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN OBJEKTIVITAS DALAM PENELITIAN


KUALITATIF .................................................................................................................................. 393
A. Uji Kredibilitas (Credibility)
........................................................................................................................................ 394
B. Uji Transferabilitas (Tranferability)
......................................................................................................................... 397
C. Uji Dependibilitas (Dependability)
........................................................................................................................... 397
D. Uji Konformitas (Conformity)
..................................................................................................................................... 398

BAB 16 TEKNIK ANALISIS DATA ........................................................................................................ 400


A. Analisis Sebelum ke Lapangan
................................................................................................................................. 401
B. Analisis Selama di Lapangan
...................................................................................................................................... 402

ix
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ...

Bagian Keempat
PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)

BAB 17 PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN PENELITIAN GABUNGAN .............426


A. Pengertian Penelitian Gabungan (Mixed Research) ..........................................................................................
426
B. Perkembangan Penelitian Gabungan (Mixed Research) ..................................................................................
428
C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian Gabungan ..............................................................................................
429

BAB 18 BEBERAPA BENTUK PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH) ......434


A. Bentuk Penelitian Gabungan
.................................................................................................................................... 434
B. Langkah-langkah Umum Rancangan Penelitian Gabungan ..........................................................................
438
C. Beberapa Tipe Penelitian Gabungan (Mixed Research) yang Sering Dilakukan .................................... 440

Daftar Bacaan .... ............................................................................................................................................. 451


Daftar Lampiran ............................................................................................................................................... 457
Tentang Penulis................................................................................................................................................. 479
www.facebook.com/indonesiapustaka

1
0
DAFTAR TABEL, DAFTAR
GAMBAR, DAN DAFTAR
DIAGRAM

DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Perbandingan Penelitian Kuantatif dan Kualitatif dari
Sudut Paradigma yang Digunakan.
........................................................................................................................... 43
TABEL 2.2 Perbedaan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan ................................................... 46
TABEL 5.1 Hubungan antara Kelas Sosial dan Fanatisme Politik ...................................................................................
124
TABEL 5.2 Hubungan antara Kelas Sosial dan Fanatisme Politik Setelah Dimasukkan Pendidikan
sebagai Variabel
Penekan.......................................................................................................................................... 124
TABEL 7.1 Daftar Perkiraan Besaran Sampel Berdasarkan Rumus Krejcie dan Morgan,
dengan p = .50 dan d= .05 (Tingkat Kepercayaan 95%). ...............................................................................
169
TABEL 10.1 Sifat-sifat Peringkat Pengukuran.
......................................................................................................................... 255
TABEL 10.2 Distribusi Frekuensi Tinggi Badan.
........................................................................................................................ 261
TABEL 10.3 Dua Bentuk Kekeliruan dalam Membuat Kesimpulan tentang Hipotesis. ............................................ 321
www.facebook.com/indonesiapustaka

TABEL 16.1 Contoh Kertas Kerja Analisis Domain.


................................................................................................................. 413

DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1.1 Langkah-langkah Berpikir Ilmiah.
....................................................................................................................... 17
GAMBAR 1.2 Teori sebagai Landasan Berpikir Ilmiah.
.......................................................................................................... 22
GAMBAR 2.1 Penelitian sebagai Suatu
Siklus....................................................................................................................... ..... 32
GAMBAR 2.2 Langkah-langkah Penelitian Menurut Nachmias. ........................................................................................
38
GAMBAR 2.3 Langkah-langkah Penelitian Menurut Bailey.
............................................................................................... 38
GAMBAR 2.4 Langkah-langkah Penelitian Menurut Warwick & Lininger. ....................................................................
40
GAMBAR 4.1 Hubungan Penyelidikan Empiris dengan Pengembangan Teori. ........................................................... 93
GAMBAR 4.2 Tata Alir Pembatasan Masalah.
....................................................................................................................... 100
GAMBAR 5.1 Hubungan
Bivariat................................................................................................................................................. 111
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ...

GAMBAR 5.3 Model Kerangka Berpikir Penelitian Tanpa Mempertimbangkan Tata Urutan
Variabel
Bebas.........................................................................................................................................................
112
GAMBAR 5.2 Model Kerangka Berpikir dalam Penelitian Kuantitatif. ........................................................................
112
GAMBAR 5.4 Model Kerangka Berpikir dengan Tata Urutan Variabel Bebas Lebih Sistematis........................ 113
GAMBAR 5.5 Model Hubungan Variabel Bebas, Variabel Moderator, dan Variabel Terikat. ............................ 115
GAMBAR 5.6 Model Hubungan Tiga Variabel Bebas, Satu Variabel Moderator, dan Dua Variabel Terikat.115
GAMBAR 5.7 Model Hubungan Satu Variabel Bebas dengan Tiga Variabel Terikat.............................................. 116
GAMBAR 5.8 Posisi Variabel Bebas,Variabel Moderator, dan Variabel Kontrol dalam Penelitian
Kuantitatif.
................................................................................................................................................................
117
GAMBAR 5.9 Contoh Kerangka Berpikir Menurut Komponen Penelitian. ................................................................ 128
GAMBA 6.1 Hubungan Teori dengan
Hipotesis.................................................................................................................. 136
GAMBAR 7.1 Populasi Tidak Berlapis.
...................................................................................................................................... 145
GAMBAR 7.2 Populasi
Berstrata/Berlapis............................................................................................................................... 145
GAMBAR 7.3 Populasi Berstrata dalam Wilayah Administrasi yang Berbeda.......................................................... 149
GAMBAR 9.1 Tata Alir Penyusunan Instrumen.
................................................................................................................... 201
GAMBAR: 10.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Dua Ekor (Tile). ..............................................................................
322
GAMBAR 10.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Satu Ekor (Tile)............................................................................322
GAMBAR 12.1 Hubungan Data dan
Teori................................................................................................................................... 343
GAMBAR 12.2 Langkah-langkah Grounded Theory Methodology. .................................................................................
345
GAMBAR 12.3 Langkah-langkah Penelitian Etnometodologi.............................................................................................
358
GAMBAR 12.4 Langkah-langkah Umum Penelitian Etnograi............................................................................................
361
GAMBAR 13.1 Tata Alir Penentuan Sumber Informasi dengan Cara Snowball Sampling....................................... 370
GAMBAR 15.1 Triangulasi dengan Sumber yang Banyak (Multiple Sources). ............................................................. 396
GAMBAR 15.2 Triangulasi dengan Teknik yang Banyak (Multiple Methods). ............................................................. 396
GAMBAR 16.1 Komponensial Analisis Data Model
Alir........................................................................................................ 407
GAMBAR 16.2 Komponensial Analis Model Interaktif..........................................................................................................
www.facebook.com/indonesiapustaka

408
GAMBAR 16.4 Unsur-unsur Dasar dalam Suatu Domain.....................................................................................................
415
GAMBAR 18.1 Model Triangulasi Konkuren.
........................................................................................................................... 434
GAMBAR 18.2 Model Embedded
Konkuren.............................................................................................................................. 435
GAMBAR 18.3 Model Transformatif Konkuren.
..................................................................................................................... 436
12
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ...
GAMBAR 18.4 Model Eksplanatoris
Sekuensial....................................................................................................................... 436
GAMBAR 18.5 Model Eksploratoris
Sekuensial....................................................................................................................... 437
GAMBAR 18.6 Model Transformatif
Sekuensial...................................................................................................................... 437
GAMBAR 18.7 Langkah-langkah Umum Penelitian Gabungan..........................................................................................
438

DAFTAR DIAGRAM
DIAGRAM 18.1 Rancangan Penelitian Gabungan Triangulasi Konkuren. ....................................................................... 439

13
Bagian Pertama
MANUSIA, ILMU, DAN
KONSEP DASAR PENELITIAN

Pada bagian pertama ini dikemukakan tentang manusia, ilmu, dan kon- sep-
konsep dasar penelitian yang terdiri dari dua bab, yaitu:

BAB 1
Manusia, Ilmu, dan Kebenaran, yang terdiri dari sembilan aspek, ya- itu:
Manusia Makhluk Sempurna, Namun Terbatas; Manusia Mencari
Kebenaran, Hasrat Ingin Tahu; Manusia dan Masalahnya; Apakah Ilmu itu?;
Dua Pendekatan dalam Mencari Kebenaran; Cara Berpikir De- duktif; Cara
Berpikir Induktif dan Cara Berpikir Keilmuan.

BAB 2
Hakikat, Fungsi dan Tipe Penelitian, yang terdiri dari: Apakah yang
Dimaksud dengan Penelitian (Research), Ciri-ciri Penelitian Ilmiah, Fungsi
Penelitian, Proses Penelitian, dan Beberapa Pendekatan dalam Penelitian.

Tiap-tiap aspek yang dibicarakan akan membantu para pembaca da- lam
memperluas wacana penelitian dan menatap ke depan dengan pi- lar-pilar
berpikir rasional dan cerdas, terbuka dan bertanggung jawab, serta jujur,
tangguh, dan mawas diri.
www.facebook.com/indonesiapustaka
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Bab 1
MANUSIA, ILMU, DAN
KEBENARAN

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan; makhluk hidup yang selalu berpikir,
merasa, mencipta dan berkarya. Dalam kesehariannya, manusia tumbuh dan
ber- kembang serta mengembangkan diri sesuai dengan harkat, martabat, dan
keber- adaannya. Mereka berbuat, bertindak, hidup, dan menghidupkan diri sesuai
dengan keakuannya serta lingkungannya di mana ia tumbuh dan mengembangkan
diri. Ke- adaan lingkungan yang bervariasi, menuntut manusia agar berbuat lebih
arif, lebih bijaksana, selektif, dan kreatif dalam menyikapinya. Dalam
keterbatasan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya, ada yang menyerah pada
alam, ada yang mampu menyesuaikan diri, dan banyak pula yang mampu
menatap dengan arif, menyikapi dengan bijaksana dalam mengatasi tantangan
yang datang silih berganti. Tantangan demi tantangan merupakan warna
kehidupan manusia.
Manusia menyatakan dan mempertimbangkan, dia juga berkehendak dan
memi- lih, namun Tuhan yang memutuskan. Dalam hal berkehendak untuk
melakukan sesuatu, keakuannya hadir dalam dirinya dan menguasai dirinya.
Dia mempunyai kemampuan untuk memilih apa yang dikehendakinya. Dia juga
punya kemampuan untuk menemukan sesuatu yang ada selagi dalam batas
jangkauan pancaindranya. Manusia pada hakikinya bebas dalam kodratnya yang
terbatas di hadapan Sang Kha- lik, Maha Pencipta, dan Maha Penentu segalanya.
Meskipun demikian, manusia mempunyai kelebihan dari makhluk lain.
Manu- sia adalah makhluk berpikir, makhluk rasional, dan makhluk inteligen,
www.facebook.com/indonesiapustaka

yang selalu berupaya memanfaatkan segala sesuatu yang terdapat di sekitarnya.


Kompleksitas masalah yang dihadapi masing-masing individu dalam
lingkungannya akan diwarnai pula oleh kemampuan manusia itu sendiri, tingkat
perkembangan masyarakat, dan kemajuan teknologi. Dalam masyarakat modern
dan masyarakat global, penguasaan ilmu dan teknologi merupakan faktor yang

2 2
sangat menentukan dalam memenangkan kompetisi dalam percaturan global. Di
samping itu, masalah yang dihadapi manusia bertambah kompleks pula.
Sebaliknya dalam masyarakat agraris, masalah kehidupan dan perjuangan hidup
jauh lebih sederhana dari dalam masyarakat modern.

3 3
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Kemampuan manusia dalam menghadapi masalah yang muncul dan


terdapat pada dirinya sangat dipengaruhi pula oleh tingkatan kemampuan, ilmu
pengeta- huan, dan keterampilan maupun kecakapan yang dimilikinya dalam
memersepsi dan memaknai masalah, memformulasikan masalah, merumuskan
alternatif tindakan yang akan diambil, serta memilih dan menetapkan alternatif
tindakan yang tepat. Penalaran manusia yang tinggi dan pemanfaatan pendekatan
keilmuan dalam men- cari kebenaran (truth), akan mendorong setiap individu
mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Kemampuan dan ilmu manusia baru
mendapat arti kalau mereka mampu meneliti sesuatu, sehingga mengerti dan
mampu mendeskripsikan sesuatu dalam konteks yang sebenarnya dan bertindak
atas dasar penalaran yang kuat untuk mencari dan menemukan kebenaran
(keilmuan) serta memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi.

A. MANUSIA MAKHLUK SEMPURNA, NAMUN TERBATAS


Meskipun rasa ingin tahu dan menyelidiki secara implisit berada dalam diri
ma- nusia, namun sebagai makhluk rasional manusia mempunyai keterbatasan
dalam kadar potensi yang mereka miliki, sesuai dengan anugerah Yang
Mahakuasa. Ma- nusia berpikir, merasa, dan mengindera. Di luar itu, bukan
lagi dalam jangkauan pancaindera manusia dan manusia tidak kuasa lagi
memikirkannya. Manusia dapat membuat pesawat terbang lebih cepat dari suara,
tetapi pesawat terbang tersebut dapat dirusak oleh angin yang datang secara
mendadak dan tidak kuasa manusia meniadakannya. Hal itu karena berada di
luar jangkauan pikiran manusia.
Manusia pada prinsipnya tidak dapat menciptakan dari yang “tidak ada”
men- jadi “ada” tetapi dapat menciptakan kreasi baru berdasarkan yang
diciptakan-Nya. Manusia dengan kemampuan berpikirnya dapat menyelidiki dan
mendaratkan ma- nusia di bulan, menyelidiki planet Mars, Venus, Yupiter, atau
planet lainnya yang be- lum terjangkau oleh pikiran manusia pada masa lampau,
tetapi manusia tidak mam- pu menciptakan bulan, planet Mars maupun Yupiter.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Mereka juga dapat memikirkan tentang sebab-sebab terjadinya suatu penyakit


dan bagaimana penyembuhannya, baik dengan ramuan tumbuh-tumbuhan yang
bersifat alami maupun melalui pro- ses kimiawi, namun manusia tidak dapat
menciptakan atau menghidupkan kembali tumbuh-tumbuhan yang telah mati

4 4
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

karena digunakannya tanpa seizin Tuhan Maha Pencipta dan Penentu dunia yang
fana ini.
Keterbatasan manusia itu bersumber dari keterbatasannya sebagai makhluk
ciptaan Tuhan, sejak saat diciptakan oleh Maha Pencipta. Di samping itu,
keterba- tasan dalam pengembangan potensi diri yang telah mereka miliki serta
keterbatasan

5 5
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

dalam pemanfaatan apa yang telah mereka miliki dalam berpikir dan menalar
akan membawa akibat pada kekurangsempurnaan diri masing-masing. Manusia
dengan proses kerja yang sistematis, kreatif, dan logis akan dapat mengungkapkan,
memecah- kan dan menemukan sesuatu sesuai dengan keterbatasan yang
diberikan, kepadanya.
Copernicus dengan dorongan yang kuat menggunakan kemampuan
berpikir yang dimilikinya untuk membuktikan dan menemukan sesuatu yang baru.
Ia mera- gukan kebenaran konsep yang dianut bersama pada era sebelumnya.
“Matahari mengitari Bumi dan planet lainnya.” Pendapat Ptolemy dan Aristoteles
itu telah ber- akar pada masyarakat. Pendapat itu hanya dapat dibatalkan
kebenarannya dengan menyalahkan (mem­“falsify”) pendapat itu berdasarkan
bukti empiris baru. Wa- laupun pada pertengahan abad ke-16 (1543)
Copernicus menerbitkan hasil pene- muannya yang menyatakan bahwa Bumi
tidak bersifat tetap, tetapi berputar dan mengorbit bersama planet lainnya di
sekitar Matahari, tetapi ia belum dapat meya- kinkan masyarakat yang telah
bertahun-tahun menganut pendapat Ptolemy maupun Aristoteles tersebut.
Masyarakat tidak mudah menerima kebenaran baru kalau para penemunya tidak
dapat meyakinkan akan kebenaran baru itu. Baru kemudian, di se- kitar 1609,
Galileo menemukan “telescope” yang dapat digunakan untuk mengamati
planet-planet di angkasa, teori yang disusun Copernicus mulai mendapat
perhatian dan menunjukkan kebenaran.
Banyak tokoh lain yang muncul dengan temuan barunya, berawal dari
dorong- an ingin tahu yang kuat dan kerja keras berlandaskan pendekatan
keilmuan. Jo- seph Priesley menemukan oksigen, yang merupakan dasar
munculnya Lovoiser, sedangkan Henry Cavendish menemukan hidrogen.
Rontgen menemukan sinar X pada 1895 (Fisher, 1975). Columbus menemukan
Benua Amerika, sedangkan Rober Koch menemukan penyebab penyakit
tuberculosis (TBC).
Rasa ingin tahu dan mau menyelidiki sesuatu telah ada sejak dini. Tumbuh
www.facebook.com/indonesiapustaka

dan berkembang menurut irama dan pola pertumbuhan masing-masing sesuai


dengan tugas perkembangan (developmental tasks) manusia. Perhatikanlah
kehidupan se- tiap insan manusia. Mereka tidak suka berdiam diri. Mereka
kurang puas dengan yang ada, mereka ingin berbuat dan mencari sesuatu yang

6 6
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

baru. Perwujudan rasa ingin tahu dan mengerti pada manusia dengan segala
manifestasinya adalah usaha untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah
yang dihadapi manusia secara individual maupun oleh masyarakat lingkungannya
dengan benar. Keinginan itu akan terwujud kalau manusia itu memiliki
pengetahuan, kemampuan, kecakapan, dan keterampilan yang benar, serta
mampu menggunakan pendekatan yang tepat berlandaskan metode dan prinsip
ilmiah (scientific method). Akhir-akhir ini banyak penemuan baru sebagai hasil
penelitian ilmiah. Penjelajahan ruang angkasa, planet

7 7
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Mars, pendaratan manusia di bulan, dan temuan-temuan baru senjata modern


meru- pakan bukti keingintahuan dan kemampuan manusia; dan kegagalan dalam
berbagai bidang percobaan nuklir, membuktikan pula keterbatasan manusia.
Manusia sebagai makhluk rasional dapat tumbuh dan berkembang, sehingga
mempunyai wawasan, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan, nilai dan
sikap yang berbeda antara satu dengan yang lain. Mereka meneliti secara
empiris ke- nyataan yang terjadi di dalam alam, sesuai batas kemampuan
pancaindranya. Mereka mencoba menalar, berpikir logis-analitis, sistematis, dan
sistemik tentang apa yang terjadi dan mungkin akan terjadi. Mereka mencoba
mengendalikan dan/atau melihat sesuatu dalam konteksnya. Suatu hal yang tidak
dapat pula diabaikan, bahwa manu- sia tidak pernah puas tentang apa yang pernah
dibuktikannya, namun manusia sadar pula akan batas kemampuan dan
kewenangannya. Mereka berusaha mencari yang baru, menganalisis, dan
memprediksi yang akan datang.
Keterbatasan bukan suatu hambatan dalam pengembangan ilmu dan
teknolo- gi. Selagi dalam jangkauan pikiran, kemampuan dan pengetahuan
manusia; selagi dalam batas kuasa jangkauan pengamatan pancaindera; segala
sesuatu wajar untuk diselidiki dan diteliti, serta dibuktikan kebenarannya.

B. MANUSIA MENCARI KEBENARAN (KEILMUAN)


Tiada yang langgeng dalam kehidupan, termasuk di dalamnya kebenaran
(truth) sebagai hasil usaha manusia dalam memecahkan masalah atau dalam
menemukan sesuatu yang baru. Kebenaran keilmuan bukanlah sesuatu yang
selesai untuk sela- ma-lamanya. Fisher (1975: 48) menyatakan, bahwa
kebenaran adalah: “The body of real things, events and facts, arguments with
facts and a judgement, preposition or idea that is true or acceptance as true”.
Oleh karena itu, kebenaran ilmu bersi- fat relatif. Kebenaran dapat berupa
sesuatu, kejadian, dan fakta, argumentasi fakta, pertimbangan, preposisi, atau
www.facebook.com/indonesiapustaka

ide yang benar atau yang diterima sebagai sesuatu yang benar. Kebenaran dalam
ilmu dibatasi fakta-fakta alam yang dapat diobservasi baik dengan menggunakan
pancaindra maupun dengan memanfaatkan alat bantu teknologi serta kemampuan
manusia/pengamat itu sendiri. Di luar batas jangkauan itu, wilayah Sang Maha
Pencipta dengan kebesaran-Nya. Manusia adalah pribadi yang terbatas di

8 8
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

hadapan Sang Khaliknya. Pribadi itu adalah substansial individual dari suatu
kodrat yang berakal. Di samping itu, dipengaruhi pula oleh waktu dan tempat,
hubungan manusia dengan yang diamati, serta kondisi internal dan ekster- nal
lainnya dalam mendeskripsikan, menyajikan, serta mencari hubungan di antara
fakta-fakta tersebut.

9 9
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Sesuatu dikatakan benar secara keilmuan apabila hasil pencaritahuan itu:


(1) konsisten dengan apa atau sesuatu yang dianggap benar pada waktu itu atau
pada masa lampau; atau (2) berkoresponden dengan kenyataan di dalam
masyarakat
Contoh:
a. Jumlah sudut segitiga siku-siku 180º.
b. Presiden Republik Indonesia yang pertama adalah Ir. Soekarno. c.
Tuanku Imam Bonjol dibuang ke Menado.

Pernyataan dan pendapat tersebut benar, karena:


a. Jumlah sudut segitiga siku-siku memang 180º.
b. Ir. Soekarno adalah Presiden Republik Indonesia yang pertama.
c. Tuanku Imam Bonjol adalah pejuang dan tokoh perang Paderi yang dibuang ke Menado.

Manusia dalam kesehariannya selalu ingin tahu. Hal itu ditopang oleh kondisi
psikologis yang dimiliki seseorang; matra kognitif dan afektif yang mendorong-
nya untuk selalu berupaya dan berperilaku. Ia mungkin tahu tentang sesuatu,
ia sadar akan keberadaannya; namun realitas dalam masyarakat tidak selamanya
sesuai dengan yang dipikirkannya. Ia menghayati, ada sesuatu keganjilan,
sesuatu jurang (gap) antara yang ada dan yang seharusnya; sesuatu ketimpangan
telah terjadi. Ia ingin tahu lagi apa yang sebenarnya. Ia ingin menyelidiki,
menemukan, memecah- kan masalah itu, atau mencari kebenaran keilmuan (truth)
tentang sesuatu itu. Ke- benaran keilmuan (selanjutnya disebut dengan
kebenaran) bukanlah sesuatu yang kekal sepanjang masa. Kebenarannya bersifat
relatif, dapat diuji dan diuji lagi di laboratorium, di dalam masyarakat, atau di
dalam realitas kehidupan dengan meng- gunakan pendekatan keilmuan (scientific
method). Mengapa demikian?
Alam dan lingkungan selalu berubah. Cepat atau lambat. Manusia sebagai
ba- gian dari alam tidaklah dapat memisahkan diri dari segala gejala yang terjadi
dalam masyarakat. Manusia tidak mungkin mengisolasi diri, karena manusia
mempunyai akal yang merupakan kelebihannya dari makhluk lain. Manusia dapat
www.facebook.com/indonesiapustaka

menantang, menyesuaikan diri, atau menguasai lingkungan selagi dalam batas


kemampuannya. Untuk itu, manusia harus proaktif; berpikir kreatif, logis, kritis,
dan analitis; serta melakukan interaksi positif dengan lingkungannya dan
menyelidiki bagaimana ke- jadian fenomena alam tersebut. Secara umum,

10 10
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

fenomena alam dapat didekati melalui tiga cara: (1) pengalaman (experience); (2)
penalaran (reasoning); dan (3) penelitian (research).
Pengalaman dapat dijadikan sumber informasi dalam merumuskan
penemuan yang lebih baik sehingga apa yang dihasilkan manusia itu dalam
mencari kebenaran makin mendekati hasil yang diharapkan. Seorang pelaut yang
berpengalaman dapat

11 11
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

secara tepat menggunakan letak bintang di angkasa sebagai pedoman dalam


pe- layaran apabila terjadi musibah atau gangguan di laut. Nakhoda itu
menetapkan keputusannya berdasarkan pengalamannya bertahun-tahun dalam
pelayaran di laut, dan mengetahui bahwa letak posisi bintang dan hubungannya
dengan kemungkinan terjadi badai, arah angin, atau arah yang akan ditempuhnya.
Ia dapat menunjukkan arah yang akan ditempuh tanpa pendidikan formal
sebelumnya tentang posisi bin- tang. Ia belajar melalui pengalamannya.
Penalaran melalui logika induktif maupun deduktif sangat membantu dalam
mendekati berbagai fenomena alam. Kebenaran yang disimpulkan melalui logika
de- duktif, dimulai dari teori dan hukum yang sudah ada, sebaliknya penelusuran
kebe- naran dengan menggunakan logika induktif dimulai dengan memperhatikan
fenome- na khusus dan spesifik. Berdasarkan fenomena khusus tersebut, ditarik
kesimpulan yang bersifat umum. Oleh karena itu, kebenaran bersifat relatif karena
dalam batas jangkauan indra manusia, atau karena keterbatasan daya jangkau
pikiran manusia dalam mengamati sesuatu yang ada di alam lingkungannya serta
dalam mengolah dan mencari pola pembenarannya (justification). Kebenaran itu
akan tetap langgeng dan bertahan sampai ada temuan baru berikutnya atau sampai
ada temuan lain yang menyalahkan temuan itu (falsification).
Dengan melakukan penelitian (research), kelemahan dari kedua cara berpikir
tersebut dalam mencari kebenaran dapat diminimalkan karena penelitian
berawal dari adanya tuntutan dan kebutuhan, serta munculnya masalah dan
adanya kere- sahan. Semuanya itu berangkat dari adanya kesenjangan antara
teori yang ada dan kenyataan dalam masyarakat secara empiris. Teori, hukum,
konsep, atau konstruk akan melahirkan asumsi dan/atau prediksi. Diuji di
lapangan dan dibuktikan kebe- narannya. Temuan penelitian dapat berupa
memperkuat kebenaran yang sudah ada dan dapat pula menciptakan teori yang
mungkin bertentangan dengan teori yang sudah ada. Namun perlu digarisbawahi,
bahwa untuk menemukan teori baru atau menyalahkan teori yang sudah
mempunyai kekuatan tidak mungkin dilakukan sekali jadi. Hal itu dapat dilakukan
www.facebook.com/indonesiapustaka

melalui masa uji coba dan penelitian yang cukup lama dan mendalam.

C. HASRAT INGIN TAHU

12 12
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Sejarah telah menunjukkan bahwa manusia di muka Bumi ini dengan


keterba- tasannya selalu berusaha mencari dan menemukan sesuatu yang baru.
Mereka ber- usaha mencari, menemukan, menggali, menyelidiki, dan
menganalisis sesuatu de- ngan tekun dan teliti. Lambat laun mereka berhasil
menemukan dan mengungkapkan

13 13
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

sesuatu yang samar-samar, sesuatu yang masih gelap, dan sesuatu yang
terselubung menjadi transparan, bermakna, serta berguna bagi manusia lain dan
lingkungannya. Hal itu dimungkinkan, karena manusia itu adalah makhluk
rasional; yang dalam interaksi dengan dan bersama lingkungannya akan tumbuh
dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabatnya menjadi makhluk
individual, makhluk sosial, dan makhluk susila serta makhluk beragama.
Sebagai makhluk rasional, manusia itu dilengkapi pula dengan berbagai
dimensi psikologis yang lain, antara lain, bakat, sifat, kemauan, minat, perasaan,
motivasi, rasa aman, rasa ingin tahu rasa cemas, semangat bersaing, dan
kreativitas. Dimensi psikologis tersebut merupakan tenaga penggerak atau dapat
digerakkan sehingga mendorong seseorang mau dan mampu melakukan
sesuatu. Diawali dengan rasa ingin tahu dan ingin mengerti sesuatu, manusia
mulai menjelajah alam raya dirinya, dan ingin mengetahui apa yang ada dan terjadi
di lingkungannya. Ia mulai bertanya:
Bagaimanakah sesuatu terjadi, bergerak, dan kemudian hilang? Mengapa air
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah? Tidakkah mungkin
air dialirkan ke tempat yang lebih tinggi?
Apakah petani penggarap tanah tadah hujan akan selalu menderita dan menunggu hujan turun?
Tidakkah mungkin disediakan berbagai alternatif lain untuk mereka?

Dengan menggunakan hukum alam yang bersumber dari kebesaran


Tuhan, Sang Pencipta Alam Semesta, manusia dengan kemampuan rasionalnya
atau de- ngan menggunakan penalaran yang dimilikinya dapat melakukan
penelitian atau penyelidikan dan pengkajian khusus untuk menemukan dan
memecahkan masalah yang dihadapi manusia. Upaya yang dilakukan manusia itu
tidak selamanya berjalan dengan baik dan benar, karena keterbatasan manusia dan
lingkungannya. Namun ia selalu berupaya mencari dan menemukan yang baru,
karena didorong oleh rasa ingin tahu dan semangat tidak mudah menyerah.

D. MANUSIA DAN MASALAHNYA


www.facebook.com/indonesiapustaka

Sebagaimana telah diungkapkan pada uraian sebelum ini, manusia adalah


ma- khluk hidup dan menghidupkan diri, yang mampu berpikir dan menalar.
Sebagai makhluk hidup ia mampu hidup dan memperbaiki serta meningkatkan
kehidupannya sesuai dengan tuntutan, perubahan, dan kemajuan zaman.

14 14
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Melanjutkan kehidupan bukan berarti hidup sebagaimana adanya, alami, dan


tidak berkembang, melainkan ia harus mampu memberi warna dan arti serta
nuansa tersendiri pada kehidupannya. Mereka harus bertindak cepat dan tepat
serta hidup lebih baik dari yang sebelumnya. Untuk itu diperlukan wawasan dan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan

15 15
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

yang cukup andal serta sikap terbuka dan positif terhadap perkembangan,
perubah-
an, dan pembaruan.
Tantangan dan tuntutan masyarakat yang bertambah kompleks di
lingkungan- nya membuat manusia tidak terbebas dari berbagai masalah. Sering
terjadi jurang (gap) antara apa yang diharapkan dan realitas dalam masyarakat, atau
antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam masyarakat. Masalah itu
berbeda pada se- tiap manusia dalam kehidupannya, dan sangat tergantung pada
kekuatan, kelemah- an, ambisi serta, kompleksitas hidup yang dilalui seseorang.
Bagi individu tertentu, naiknya harga minyak bukanlah masalah karena mereka
masih mampu mengatasi- nya. Mereka masih dapat hidup layak dengan
pendapatan yang diterimanya, namun bagi individu lain dengan penghasilan
terbatas, kondisi tersebut telah menimbulkan masalah dan gangguan dalam
kehidupannya.
Tingkat pendidikan yang rendah, dibarengi dengan kemiskinan, lebih
memicu dan mendorong munculnya berbagai masalah pada seseorang
dibandingkan dengan individu lain yang berpendidikan lebih tinggi dan
berpendapatan cukup. Timbulnya masalah itu berkaitan erat dengan
kekurangmampuan menyesuaikan diri, mengatasi atau menguasai lingkungan
sekitarnya karena kekurangan atau keterbatasan infor- masi atau fakta yang ada
dan cara mengatasinya. Mungkin informasi ada, tetapi karena kurangnya
pengetahuan dan kemampuan bagaimana cara mengatasi masalah serta
kekurangsiapan mengambil keputusan dan risiko, akhirnya menjadi menum- puk
dan tidak terselesaikan. Adapun individu yang mau dan mampu memecahkan
masalah, berpengetahuan luas, mampu menalar, berpikir logis dan analitis serta
siap mengambil keputusan dan menanggung risiko, akan selalu membaca nuansa
zaman dan lingkungannya dan tidak akan membiarkan masalah menumpuk dan
tidak terse- lesaikan. Mengapa Jepang yang miskin sumber daya alamnya
mempunyai tingkat kesejahteraan yang tinggi dibandingkan Indonesia yang kaya
www.facebook.com/indonesiapustaka

dengan sumber daya alam? Mengapa Singapura yang hanya sebuah pulau kecil,
namun mempunyai GNP lebih tinggi dari Indonesia? Hal itu terjadi karena
bermacam sebab, antara lain ka- rena kedua negara itu menguasai ilmu dan
teknologi (Iptek) yang tinggi, mempu- nyai sumber daya manusia yang andal dan

16 16
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

memanfaatkan kemampuan warganya itu untuk peningkatan pendapatan (income)


dan kesejahteraan warga masyarakatnya secara menyeluruh. Di samping itu, setiap
warga masyarakat mempunyai disiplin yang tinggi dan selalu bekerja keras demi
masa depan yang lebih baik.
Apa pun masalah yang dihadapi tiap individu dalam masyarakat sebenarnya
dapat diatasi dengan seizin-Nya, asal mau dan mampu mengatasinya menurut
kadar masing-masing. Manusia mampu berpikir dan menalar, berpikir logis dan
analitis, sistematis dan kreatif, serta mempunyai bahasa. Dengan wahana dan media
tersebut,

17 17
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

tiap individu dapat berkomunikasi dengan individu lain, dengan warga


masyarakat dan dengan diri sendiri, melakukan introspeksi, mengkaji ulang,
meyakinkan orang lain, atau menerima ide orang lain kalau memang benar.
Tidak akan ada masalah yang tidak terentaskan, asal semua pihak yang terkait
mau menyelesaikannya secara baik dan benar, serta menjunjung tinggi nilai
kebersamaan dalam wadah komunikasi yang terbuka.

E. APAKAH ILMU ITU?


Dalam masyarakat sederhana, sejak pagi seorang petani telah berangkat ke
sa- wah dan ke ladangnya; seorang pendulang emas, pergi melakukan
pekerjaannya de- ngan tidak kenal lelah. Demikian juga penyadap karet, pencuci
pakaian, atau buruh kasar lainnya. Mereka itu contoh kelompok individu yang
mendapatkan pengetahuan tentang sesuatu yang dilakukannya melalui
pengalaman langsung. Sebelum mere- ka turun ke sawah atau ke ladang, ke
sungai atau ke pelabuhan, ke kebun atau ke tempat kerja lainnya, mereka tidak
pernah dipersiapkan terlebih dahulu bagaimana mengolah sawah yang baik,
menyadap karet, atau mendulang emas yang seharusnya. Mereka tidak pernah
mendapatkan pendidikan formal sebelumnya, tentang apa yang akan dilakukannya
di tempat kerja. Tetapi ada pula yang mendapatkan pengetahuan melalui semadi
atau mengasingkan diri atau diturunkan dari keluarganya yang terda- hulu. Di
samping itu, ada pula yang berpengetahuan atau mendapatkan pengetahuan
dengan pendidikan formal dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Keadaan yang demikian merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah, namun
setiap orang dengan caranya sendiri akan mengatasi kekurangannya, masalahnya,
dan ingin me- menuhi rasa ingin tahu serta melanjutkan serta meningkatkan
kehidupannya. Mere- ka mengembangkan dan meluaskan pengetahuannya.
Dari contoh yang dikemukakan di atas, tampak bahwa tidak satu pun individu
normal yang mau menyerah sebelum berusaha dan menggunakan apa yang
ada padanya seoptimal mungkin.
www.facebook.com/indonesiapustaka

“Saya tahu mendulang emas, saya berpengetahuan mendulang emas dan saya berpenga- laman
mendulang emas.”
(Saya mempunyai pengetahuan tentang mendulang emas.)

18 18
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

“Saya merasakan masalah narkoba sudah sangat membahayakan (felt need), saya
rumuskan masalahnya,
saya susun hipotesis yang akan dibuktikan,
saya susun instrumen dan kumpulkan data, dan akhirnya saya buktikan hipotesis yang di- susun
sebelumnya.”

19 19
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

(saya berpengetahuan tentang jaringan narkoba.)

Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang diketahui manusia


ten- tang suatu objek, termasuk di dalamnya ilmu, tetapi tidak semua pengetahuan
dapat disebut ilmu. Banyak ahli mengemukakan pendapatnya tentang ilmu,
namun belum terdapat perumusan yang baku dan seragam, karena mereka
meninjau dari sisi yang berbeda. Ilmu (science) berasal dari bahasa Latin, yaitu
scientia yang berarti “to know”, atau mengetahui. Apabila arti secara etimologi ini
diterima, maka ilmu ada- lah sama dengan pengetahuan (knowledge). Ada ahli yang
menyatakan bahwa ilmu berasal dari kata: wissenschcaft dalam bahasa Jerman
yang berarti pengetahuan ter- susun dan menurut sistem tertentu (Fisher, 1975:
5). Adapun Campbell menyatakan bahwa ilmu itu dapat digambarkan dalam dua
bentuk: (a) ilmu adalah “body” dari pengetahuan yang berguna dan dapat
dipraktikkan dan ada metode untuk menemu- kan pengetahuan tersebut; (b) ilmu
adalah suatu aktivitas intelektual murni. Kemany menyatakan ilmu adalah semua
pengetahuan yang dikumpulkan dengan mengguna- kan metode keilmuan
(scientific method). Selanjutnya Conant berpendapat bahwa ilmu itu merupakan
serangkaian konsep (concepts) dan bagan konseptual (concep- tual schemes) yang
saling berhubungan yang berkembang sebagai hasil dari ekspe- rimen dan
observasi lebih lanjut (Kerlinger, 1973). Dengan demikian, dapat dikata- kan
bahwa ilmu itu mempunyai ciri khas dibandingkan dengan pengetahuan lainnya.
Ilmu merupakan semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan cara khusus, yaitu
metode keilmuan. Ilmu mempunyai keterbatasan dalam objeknya, yaitu dalam
batas kemampuan pancaindra manusia sehingga berada dalam jangkauan
pandangan dan pengalaman manusia. Di samping itu ilmu ditujukan untuk kebaikan
atau kebajikan manusia dan dunia di sekitar individu. Oleh karena itu, aktivitas
yang dilakukan dapat berupa mendeskripsikan suatu fenomena, merumuskan dan
menemukan atur- an dan/atau konsep (rules or concepts), dan menformulasikan
teori atau hukum. Menurut Toulmin (1953), fungsi ilmu adalah membangun
www.facebook.com/indonesiapustaka

sistem ide-ide tentang semesta sebagai suatu realitas, dan sistem tersebut
menyajikan teknik yang handal dalam memproses data, sedangkan Karl Popper
(1935) berpendapat bahwa ilmuwan (scientist) berfungsi untuk menemukan teori
atau mendeskripsikan alam semesta ini

20 20
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Ilmu dapat pula dibedakan dari pengetahuan berdasarkan apa objeknya


(on- tologi), bagaimana mendapatkannya (epistemologi), dan untuk apa (nilai)
ilmu itu (axiologi).

21 21
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

F. DUA PENDEKATAN DALAM MENCARI KEBENARAN


Seperti telah disinggung dalam bagian terdahulu, kebenaran keilmuan itu
da- pat didekati melalui pengalaman, penalaran, dan penyelidikan ilmiah. Sesuai
dengan keberadaan masing-masing individu, baik dilihat dari tingkat pengetahuan
yang di- miliki seseorang, pengalaman yang pernah dilaluinya, maupun
kemampuan dalam memecahkan dan mencari pemecahan terhadap sesuatu
masalah dengan mempertim- bangkan juga tingkat kompleksitas masalah yang
dihadapi maka penghampiran dalam mendekati suatu masalah yang dihadapi, dan
dalam mencari kebenaran akan berbeda- beda di antara sesama manusia. Demikian
juga balikan yang dirasakan setelah mele- wati suatu hambatan. Ada sebagian
individu baru merasa puas kalau apa yang mereka inginkan terpenuhi. Pengetahuan
yang mereka inginkan adalah pengetahuan yang benar (menurut kenyataannya);
namun ada pula sebagian manusia lain telah merasa puas kalau sesuatu yang
dihadapkan padanya selesai. Mereka kurang mempersoalkan bagaimana dan
mengapanya, yang penting selesai dan ada pemecahannya.
Sehubungan dengan itu, ada dua pendekatan dalam mencari kebenaran:
(1) pendekatan non-ilmiah dan (2) pendekatan ilmiah. Pendekatan non-ilmiah
tidak menggunakan seperangkat aturan tertentu yang logis dan sistematis, atau
dalam kondisi tertentu secara kebetulan sesuatu itu datang, dan jalan keluar
dapat dibe- rikan. Adapun pendekatan ilmiah merupakan suatu proses dengan
menggunakan langkah-langkah tertentu, secara sistematis, teratur, dan terkontrol
terhadap variabel yang ingin diketahui. Burn (1995) mengemukakan ada empat
karakteristik ilmu, yaitu: (1) dapat dikontrol (control ); (2) dapat diulang
(replication); (3) dapat diru- muskan/dijabarkan langkah-langkah untuk
mengukurnya (operational definition); dan (4) dapat diuji kebenarannya
(hypothesis testing).

1. Pendekatan Non-Ilmiah
Dalam pendekatan non-ilmiah ini ada beberapa bentuk yang dapat
www.facebook.com/indonesiapustaka

digunakan, yaitu: (1) akal sehat (common sense); (2) pendapat otoritas
(authority); (3) intuisi (intuition); (4) penemuan kebetulan dan coba-coba (trials
and errors). Tiap-tiap cara itu akan dikemukakan lebih lanjut.

a. Akal sehat

22 22
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar orang di sekitar kita


bicara, “Bagaimana pendapatmu tentang kejadian itu.” Apakah pemukulan
terhadap anak oleh orangtuanya dapat diterima oleh akal sehat kita? Mungkin
juga orangtua me- ngatakan, “Bagaimana mungkin terjadi anak yang sering bolos
mendapat nilai tinggi, sedangkan anak saya yang rajin dan tekun ternyata gagal
dalam ujian,” kata seorang

23 23
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

orangtua murid kepada seorang guru.


Mendengar pertanyaan seperti itu, banyak orang yang akan langsung
menjawab pada saat itu. Berbagai jawaban yang akan dikemukakan seseorang
selalu berdasar- kan kondisi masing-masing. Sax menyatakan: akal sehat dapat
ditinjau dari dua sudut pandangan, yaitu: sebagai (1) a mean for “justifying
preconceived beliefs; or (2) as a way of referring to knowledge that has been previously
verified (Sax, 1979: 2). Oleh ka- rena itu, akal sehat dari satu sisi dapat dinyatakan
sebagai suatu cara untuk “menjus- tifikasi” kepercayaan/ide untuk lebih mengerti
ide yang lebih dahulu. Ini berarti akal sehat merupakan latihan pikiran (exercise
mind). Konsep ini cukup lama bertahan sampai pada perempat pertama abad
ke-20. Di samping itu, akal sehat merupakan salah satu cara menerima dan
memverifikasi pengetahuan pada umumnya. Menurut Conant, seperti dikutip oleh
Kerlinger (1973,3), menyatakan bahwa akal sehat meru- pakan: “a series concepts
and conceptual schemes satisfactory for the practical uses of mankind.” Ini berarti
bahwa akal sehat merupakan serangkaian konsep dan bagan konseptual yang
memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Walau- pun konsep dan
bagan konseptual dapat menyatakan atau menunjukkan yang benar, tetapi dapat
pula menyesatkan. Seperti: bertahun-tahun orang percaya bahwa hu- kuman
merupakan salah satu cara untuk lebih berhasil dalam proses mengajar (kon- sep
lama), tetapi psikologi modern menyatakan bahwa pemberian ganjaran yang baik
akan lebih menunjang keberhasilan anak dalam kegiatan belajar-mengajar, apabila
dibandingkan dengan hukuman. James Drever (1986) menyatakan bahwa akal
sehat sebagai inteligensi praktis yang didasarkan pengalaman.
Walaupun ditampilkan dengan gaya bahasa yang berlainan, namun ada
sesuatu kesatuan yang dapat disimpulkan bahwa akal sehat itu dapat digunakan
untuk ke- giatan praktis berdasarkan pengalaman untuk kemanusiaan. Karena itu,
dapat digu- nakan untuk memecahkan masalah dalam rangka mencari kebenaran.

b. Pendapat Otoritas Ilmiah Seseorang


www.facebook.com/indonesiapustaka

Penerimaan yang tidak kritis dari seseorang tentang pendapat yang


diberikan orang lain akan memberikan kelemahan pada pengetahuan itu sendiri,
tetapi tidak dapat pula disangkal, banyak orang yang mencari kebenaran lari
kepada orang- orang yang berwenang di bidangnya. Otoritas ilmiah didapat

24 24
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

seseorang berdasarkan otoritas yang dimiliki seseorang melalui pendidikan


formal. Ini berarti belum tentu semuanya benar, karena apa yang mereka dapat
bukanlah berdasarkan penelitian melainkan bertumpu pada pemikiran logis.
Seandainya premis yang digunakan sa- lah, maka akan salah pulalah pendapat
yang mereka berikan.
Ada empat kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan seseorang
mem-

25 25
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

punyai otoritas ilmiah, yaitu:


Pertama : Individu itu dikenal sebagai anggota dari profesi tertentu dalam
kewe-
nangan yang
dipersoalkan.
Ini berarti memang ada pengakuan resmi atas kemampuan seseorang
oleh suatu organisasi profesi tertentu, sebagai pengakuan atas
kewenangan dan kemampuannya.
Kedua : Individu yang dimaksud dapat diidentifikasi dengan jelas.
Ketiga : Yang menilai otoritas itu adalah kehidupan dalam masyarakat atau
selama kehidupan.
Aristoteles mempunyai otoritas selama ia hidup, dan tidaklah penting
apa- bila setelah ia meninggal muncul hal-hal yang bertentangan atau
berla- wanan dengan apa yang telah dikemukakannya. Contoh lain,
Ptolemy. Ia tetap tokoh, walaupun setelah ia meninggal ada penemuan
yang baru yang menyatakan Bumi mengitari Matahari.
Keempat: Otoritas itu tidak bias, artinya dalam keadaan yang bagaimanapun
rasional atau pemikiran yang diberikan sesuai dengan yang sebenarnya.
Tidak di- berikan prasangka atau memihak dalam konteks yang
sebenarnya pada saat itu.
Kebenaran yang didapat melalui otoritas ini bukanlah sesuatu yang benar
sepan- jang zaman. Banyak ilmu atau teori yang bertahan cukup lama, namun
kemudian ternyata salah setelah ditemukan dengan cara-cara baru melalui
penyelidikan secara ilmiah. Ptolemy berpendapat bahwa Bumi merupakan pusat
dari planet lain. Pendapat ini bertahan berabad-abad lamanya. Aristoteles
berpendapat bahwa jumlah gigi wani- ta tidak sama dengan gigi laki-laki, namun
pendapat itu dapat diterima oleh kaum skolastik. Mereka sebenarnya dapat
menguji dengan mata telanjang bahwa jumlah gigi laki-laki dan wanita adalah
www.facebook.com/indonesiapustaka

sama, namun mereka tidak mau mengakui kepalsuan itu karena pendapat itu
datangnya dari Aristoteles dan tidak mau menguji dengan kenyataan sebenarnya.
Demikian juga kebenaran tentang Bumi menjadi pusat planet. Setelah ditemukan
alat teropong, maka peredaran planet di tata surya dapat diketa- hui; yang menjadi
pusat peredaran planet, bukan Bumi, melainkan matahari. Dalam hubungan ini,

26 26
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

beberapa abad manusia menerima kebenaran yang salah berdasarkan otoritas


Aristoteles, tetapi bukan berdasarkan penyelidikan ilmiah.

c. Intuisi
Cara ini sering juga digunakan dan dilakukan seseorang dalam
memecahkan suatu masalah atau memecahkan suatu kesulitan. Seseorang
menentukan suatu

27 27
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

pendapat atau keputusan sesuai dan/atau berdasarkan sesuatu yang didapat


dengan cepat melalui proses yang tidak disadari atau sesuatu yang tidak dipikirkan
terlebih dahulu, atau tanpa melalui langkah-langkah tertentu. Dengan intuisi
seseorang me- lakukan penilaian tanpa disertai oleh pemikiran yang sistematis dan
mendalam. Jadi, tidak ada langkah-langkah yang diatur terlebih dahulu dan tidak
ada pula hal-hal yang perlu dikendalikan atau diawasi.

d. Coba dan Salah (Trial and Error)


Cara ini sering digunakan walaupun kurang efisien, tidak sistematis dan
tidak terkontrol. Dalam pelaksanaannya, seseorang yang menggunakan cara
ini tidak menggunakan pola dan langkah-langkah baku yang harus diikuti secara
teratur. Apa- bila kita ingin memecahkan suatu kesulitan atau masalah, maka
orang itu langsung mencoba dan pada akhirnya menemukan sesuatu. Apabila
ia belum menemukan, maka ia akan mencoba lagi, mencoba lagi, dan seterusnya.
Oleh karena itu, sangat sulit digunakan untuk dapat memecahkan masalah
se- cara tuntas dan dalam waktu yang relatif pendek. Tidak ada langkah yang
teratur, tidak ada kendali yang dapat digunakan, dan waktu yang digunakan
sangat banyak karena harus mencoba, mencoba, dan mencoba lagi sampai
menemukan cara yang tepat untuk memecahkan sesuatu atau menemukan jalan
yang benar dalam meng- hampiri sesuatu.

2. Pendekatan Ilmiah
Pengetahuan dan kebenaran yang didapat melalui pendekatan ilmiah
dengan menggunakan penelitian atau penyelidikan sebagai wahana, serta berpijak
pada teori tertentu yang berkembang berdasarkan penelitian secara empiris
sebelumnya akan mempunyai kekuatan yang sangat berarti dalam perkembangan
ilmu pengetahuan. Teori yang digunakan sebagai dasar pengkajian, telah diuji
kebenarannya kecanggih- an maupun keterandalannya.
Frankel dan Wallen (1993), menyatakan bahwa ada lima langkah umum
www.facebook.com/indonesiapustaka

da- lam berpikir secara ilmiah, yaitu: (1) identifikasi masalah; (2) merumuskan
masa- lah; (3) memformulasikan hipotesis; (4) memproyeksikan
konsekuen/akibat-akibat yang akan terjadi; dan (5) melakukan pengujian
hipotesis. Jauh sebelum pendapat tersebut diutarakan, John Dewey juga telah

28 28
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

mengemukakan lima langkah yang perlu diperhatikan dalam menemukan


kebenaran. Kelima langkah itu sebagai berikut:
Pertama: Adanya kebutuhan yang
dirasakan.
Pada tahap ini orang merasakan adanya kebutuhan dan kesulitan.
Kesulit-
an itu dapat berupa kesulitan dalam penyesuaian alat dengan tujuan,
ke-

29 29
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

sulitan dalam menemukan ciri khas tertentu suatu objek, atau mungkin
juga ada kesulitan dalam menjelaskan kejadian yang tidak diduga.
Kedua: Merumuskan masalah.
Adanya masalah yang bersumber dari situasi dan kondisi lingkungan.
Masalah itu kemudian dinyatakan lagi menjadi lebih spesifik, sehingga
dapat diperinci lebih tuntas, jelas, dan dapat diukur atau di
“manupulate”.
Ketiga: Merumuskan hipotesis/pertanyaan.
Pada langkah ketiga ini yang diajukan adalah kemungkinan jawaban
se- mentara atau pertanyaan yang dapat menjelaskan permasalahan
yang dikemukakan. Kemungkinan jawaban sementara itu hendaklah
berpijak pada teori yang ada sehingga terkaan atau “these” yang bersifat
sementara itu dapat menggiring ke konklusi yang bersifat final.
Keempat: Melaksanakan pengumpulan data.
Untuk dapat membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan pada
langkah sebelum ini, maka perlu dicari dan dikumpulkan bukti,
informasi, dan data yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin
dikaji. Data yang telah dikumpulkan, dianalisis untuk menemukan
bagaimana jawaban yang ada dari informasi yang dikumpulkan dan
kemudian dikaitkan dengan hipote- sis yang telah dirumuskan.
Kelima: Menarik kesimpulan.
Pada bagian akhir dari suatu penelaahan ilmiah ialah membuktikan
hi- potesis yang dirumuskan atau pertanyaan yang hendak dijawab
dihubung- kan dengan informasi yang telah dikumpulkan.
Pembuktian ini untuk melihat apakah perkiraan sementara diterima
atau ditolak. Pada tahap berikutnya adalah mengambil kesimpulan dan
meru- muskan implikasi yang didapat dari penelaahan yang dilakukan.
Secara sederhana, langkah-langkah berpikir ilmiah dapat diperhatikan
www.facebook.com/indonesiapustaka

pada Gambar 1.1. Adapun Gay (2000), menyederhanakan langkah-langkah


berpikir ilmi- ah menjadi empat langkah, yaitu:
a. Mengenal dan mengidentifikasi suatu topik yang akan dipelajari.

30 30
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Suatu topik dapat berbentuk suatu pertanyaan, isu, atau masalah yang
dapat diuji atau dijawab melalui pengumpulan dan analisis data.
b. Melaksanakan prosedur pengumpulan data tentang topik yang dipelajari
dengan benar.
Prosedur pengumpulan data, diawali dengan identifikasi tentang siapa
yang berpartisipasi dalam penelitian (research participants), mengukur dan
menentu-

31 31
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Masalah

Perumusan masalah

Perumusan hipotesis/pertanyaan

Pengumpulan data yang relevan

Pembuktian

Pembenaran secara ilmiah tidak

Ya

Teori

GAMBAR 1.1 Langkah-langkah Berpikir Ilmiah.

kan data dan jenis data yang dibutuhkan sesuai dengan topik;
menggambarkan bagaimana, apabila, dan dari mana data itu akan
dikumpulkan. Di samping itu, perlu pula digambarkan dalam prosedur ini
kegiatan khusus yang akan ber- langsung dan dilaksanakan selama
pengumpulan data.
c. Analisis data.
Analisis data ini tidak dapat dipisahkan dari topik dan data yang dikumpulkan.
Apabila data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif atau angka, maka guna-
kan teknik statistik yang terkait dan sesuai dengan jenis data yang
dikumpulkan, tetapi kalau datanya data kualitatif atau naratif, gunakan pula
teknik yang dipa- kai dalam pendekatan kualitatif.
d. Susun kesimpulan, hasil temuan, dan implikasi berdasarkan analisis data
www.facebook.com/indonesiapustaka

yang dilakukan sebelumnya. Untuk itu, perlu sekali diingat bahwa kesimpulan
dan sa- ran atau implikasi bukan datang dari “langit” melainkan bersumber
dari analisis data yang dapat dipercaya.

G. CARA BERPIKIR DEDUKTIF

32 32
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Cara berpikir ini dimulai dengan teori, dan diakhiri dengan fenomena atau
hal khusus. Dari pengetahuan yang bersifat umum itu barulah kita menilai
kejadian-ke- jadian yang bersifat khusus. Ini berarti bahwa dalam berpikir
deduktif seseorang/

33 33
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

pemikir bertolak dari pernyataan yang bersifat umum dan kemudian menarik
ke- simpulan yang bersifat khusus. Pengambilan kesimpulan yang bersifat deduksi
dise- but dengan silogisme atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
konklusi. Syllogisme disusun dari dua pernyataan atau proposisi, yaitu pernyataan
(statement) yang menerima atau menolak suatu hal. Dua pernyataan itu disebut
dengan premis mayor dan premis minor (premis dalam bahasa Latin: Premissa
yang berarti dasar argumentasi atau asumsi).
Kebenaran penalaran atau kesimpulan yang diambil berdasarkan deduksi
ini sangat tergantung pada kebenaran premis yang dikemukakan. Apabila premis
salah maka konklusi yang diambil juga akan salah. Di samping itu kebenaran
kesimpulan melalui deduksi ini juga akan ditentukan oleh cara pengambilan
konklusinya.
Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
a. Semua buku filsafat membosankan (premis
mayor). b. Buku ini buku filsafat (premis minor).
c. Buku ini membosankan (konklusi).
Kedua pernyataan di atas a dan b adalah benar, konklusi/kesimpulan c ditarik
secara benar, maka kesimpulan itu adalah benar. Tetapi kalau contoh premis
kurang benar, maka kesimpulan yang diambil mungkin benar atau mungkin pula
salah. Per- hatikan contoh berikut:
Contoh 1:
Banyak anak nakal dari keluarga kurang mampu.
Ali berasal dari keluarga kurang mampu.
Ali adalah anak nakal.

Contoh 2:
Banyak buku ilsafat membosankan.
Buku ini sebuah buku ilsafat.
Buku ini membosankan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Premis yang menyatakan: “Banyak anak nakal berasal dari keluarga kurang
mampu,” tidak menyatakan: “Semua anak nakal dari keluarga kurang mampu.”
Berarti ada anak nakal dari keluarga cukup dan kaya. Karena premis itu kurang
benar, maka kesimpulan yang diambil menjadi tidak benar pula. Ini berarti pula pe-
nalaran (logika deduksi) yang dilakukan tidak didukung oleh premis mayor yang

34 34
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

kuat, sehingga kesimpulan menjadi salah pula. Demikian juga dengan contoh
kedua: “Banyak buku filsafat membosankan.” Ini berarti tidak semua buku
filsafat mem- bosankan. Ada sekian banyak buku filsafat yang tidak membosankan.
Jadi, kesimpul- an berdasarkan penalaran deduksi seperti di atas belum tentu
benar.

35 35
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Logika deduktif atau penalaran deduktif sangat bermanfaat untuk


menyelidiki cara-cara berpikir yang kurang teliti, karena konklusi yang diambil
sangat ditentu- kan oleh dua pernyataan sebelumnya. Sebagai suatu bentuk
berpikir, logika deduktif adalah benar, namun kadang-kadang terdapat kesalahan
isi (material) karena kedua premis sebelumnya kurang tepat. Di samping itu, logika
deduktif menyandarkan di- rinya pada pemahaman kata-kata dalam kedua
premis, sedangkan dalam kondisi yang berbeda atau untuk tiap-tiap individu
dalam masyarakat tertentu mempunyai arti yang berbeda, lebih-lebih lagi kalau
tempat berlainan.
Secara skematis logika sebagai berikut:

Umum Khusus

Teori Gejala

H. CARA BERPIKIR INDUKTIF


Dalam logika deduktif, kita mulai dengan pernyataan yang bersifat umum;
dengan hukum atau teori yang sudah ada dan selanjutnya kita melangkah
pada kenyataan khusus yang ingin disimpulkan. Sebaliknya cara berpikir induktif
dimu- lai dengan pernyataan yang bersifat khusus. Karena itu dalam berpikir
induktif ini dimulai dengan penalaran yang mempunyai ciri khas dan terbatas
ruang lingkupnya dan kemudian ditarik suatu konklusi yang bersifat umum.
Dalam logika deduktif, konklusi yang disimpulkan adalah benar apabila kedua
premis sebelumnya benar dan cara penarikan kesimpulan juga benar, tetapi tidak
demikian dalam logika induktif.
Pernyataan khusus yang dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan
hanya terbatas pada atau sampai pernyataan khusus itu dibuat, tetapi belum
www.facebook.com/indonesiapustaka

tentu untuk masa datang. Sering juga terjadi kesalahan dalam pengambilan
kesimpulan, karena konklusi tidak bersumber dari sampel yang mewakili populasi.
Contoh:

36 36
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Tanggal satu bulan Maret 1986 hari hujan


Tanggal satu bulan April 1986 hari hujan
Tanggal satu bulan Mei 1986 hari hujan
………………………………………………
Tanggal satu bulan Agustus hari hujan
Tanggal satu bulan September hari hujan
………………………………………………

37 37
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

Tanggal satu bulan November hari hujan Tanggal satu


bulan Desember hari hujan Konklusi: Tanggal satu,
tiap-tiap bulan hari hujan.

Contoh lain:
Antara kota 1 dan 2, dapat diamati: Burung gagak hitam
Antara kota 2 dan 3, dapat diamati: Burung gagak hitam
Antara kota 3 dan 4, dapat diamati: Burung gagak hitam
Antara kota 4 dan 5, dapat diamati: Burung gagak hitam
Disimpulkan: Semua burung gagak hitam

Berdasarkan argumen satu sampai empat, kesimpulan yang dibuat adalah


benar. Tetapi perlu diingatkan bahwa masih banyak kota lain yang belum dapat
diamati, bagaimana warna burung gagak di sana. Apakah juga hitam, putih,
dan/atau ada warna lain. Umpama: Apabila kita melihat pada pukul 08.00 pagi
hari, sekolah be- lum mulai belajar, maka janganlah langsung menyimpulkan:
Sekolah lambat mulai belajar. Carilah terlebih dahulu dalam daerah yang lebih luas
dan dalam waktu yang relatif lama, barulah membuat kesimpulan.
Cara berpikir induktif ini sebenarnya merupakan reaksi terhadap penalaran
de- duktif, yang bersumber terlebih dahulu pada hal yang bersifat umum. Cara ini
dimo- tori oleh Bacon, yang lebih terkenal sebagai tokoh Empirisme. Ia kurang
sependapat bahwa logika model deduktif itu dapat menguasai alam, sebab alam
itu jauh lebih kompleks dari kepelikan argumen yang dikemukakan oleh
seseorang. Karena itu ia menganjurkan untuk mengadakan pengamatan langsung
atau melakukan observa- si ke objek yang sebenarnya dalam waktu yang relatif
lama dan mencukupi untuk menarik kesimpulan yang benar. Ia menjadi perintis
yang mencoba menerobos ke- perkasaan logika deduktif dan menolak logika
kebenaran berdasarkan otoritas, atau pendapat para ahli sebagai sumber
kebenaran untuk menemukan bukti-bukti empiris berdasarkan pengamatan
seseorang. Kelemahan cara Bacon ini adalah kurang efektif dan banyak memakan
waktu. Secara skematis sebagai berikut:
www.facebook.com/indonesiapustaka

Khusus Umum

Teori Gejala

38 38
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

I. CARA BERPIKIR KEILMUAN


Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu, bahwa ilmu itu bersifat
tentatif, dilakukan secara sistematis menurut cara berpikir yang memenuhi
persyaratan keil-

39 39
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

muan. Tujuan utama dari ilmu yaitu untuk mengerti, menerangkan, dan
meramalkan fenomena alam, karena itu dibutuhkan berpikir rasional dan kembali
kepada alam se- cara empiris, dengan melakukan penyelidikan yang saksama
tentang fenomena alam.
Berpikir deduktif dengan mendambakan kekuatan rasional pada
prinsipnya bukanlah murni deduktif semata-mata. Karena kebenaran yang telah
diterima se- bagai teori, bersumber dari mana. Apakah semata-mata lahir dari
deduksi, tanpa ber- pengalaman sebelumnya? Tidak mungkin dilakukan deduksi
secara canggih kalau ilmu itu tidak memiliki validitas eksternal, atau teruji dalam
pengamalan secara em- piris. Juga tidak mungkin menguji atau mencari
kebenaran melalui fenomena alam saja, atau melakukan induksi semata-mata.
Dengan mengamati fenomena alam, tan- pa memiliki dasar teori yang kuat
sebelumnya juga tidak mungkin. Andai kata hal itu dilakukan dengan
mengabaikan teori sebelumnya, apa yang dilakukan merupakan “trial and error”
dan bagaimana untuk menyatakan sesuatu itu benar kalau tidak ada teori yang
mendukung sebelumnya.
Sehubungan dengan itu, cara berpikir keilmuan mencoba menggabungkan
ke- dua cara berpikir tersebut, yaitu deduktif-induktif, yang merupakan satu
kesatuan dalam mencari atau menemukan kebenaran, sebab cara berpikir deduktif
akan mem- bawa para pemikir cenderung untuk membenarkan cara sendiri,
sedangkan cara ber- pikir induktif juga tidak sampai kepada kebenaran kalau fakta
yang ada tidak diberi arti oleh pencari ilmu. Tanpa memberikan arti yang
sesungguhnya pada fakta yang telah terkumpul, maka fakta itu akan menyesatkan
dan memberi informasi yang sa- lah. Fakta yang dikumpulkan sebagai hasil kerja
empiris akan berubah menjadi ong- gokan fakta yang tidak berarti, kalau kekuatan
untuk memberi arti yang benar tidak ada. Dalam hal ini, teori yang ada (deduktif)
akan membantu menerjemahkan data empiris itu.
Cara berpikir keilmuan merupakan cara berpikir induktif-deduktif atau
de- duktif-induktif. Kebenaran yang telah ada secara relatif akan ditinjau kembali
www.facebook.com/indonesiapustaka

un- tuk selanjutnya diuji secara empiris, menurut langkah-langkah dalam metoda
ilmi- ah. Dengan demikian, jelaslah bahwa kebenaran keilmuan dapat didekati
melalui pengkajian penalaran secara teoretis untuk mencari, menguji, maupun
menemukan sesuatu kesulitan, kelemahan maupun ketidaktepatan dari ilmu/teori

40 40
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

yang telah ada dan untuk selanjutnya diuji secara empiris berdasarkan fenomena
di lingkungannya.
Masyarakat ilmiah menurut bidangnya masing-masing akan menilai terlebih
da- hulu apakah sesuatu pengetahuan itu benar atau tidak secara ilmiah, sebelum
penge- tahuan itu merupakan teori yang akan menempatkan dirinya dalam
khazanah ilmu untuk masa datang. Kebenaran yang telah diteliti dengan
pembuktian secara ilmiah, akan memasuki masyarakat ilmiah menurut
pembidangannya masing-masing. Hasil

41 41
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

penelitian itu akan dikaji ulang, dikritik, maupun dipelajari secara lebih terperinci
oleh kelompok tertentu. Apabila masyarakat ilmiah dapat menerima hasil
tersebut, maka kebenaran yang pada mulanya bersifat hipotesis akan berubah
menjadi teori dan memperkaya khazanah ilmu.
Kekuatan utama metode keilmuan (scientific method) ini adalah ketepatan
(pre- cision), kontrol, dapat diuji, dan dimungkinkan untuk menemukan sebab
akibat. Dengan kata lain, dapat menyediakan jawaban lebih tegas dan kukuh
daripada akal sehat, intuisi, atau otoritas seseorang, sedangkan kelemahannya
sering gagal da- lam memahami keunikan manusia, termasuk di dalamnya
kemampuan berpikir dan menginterpretasikan pada masing-masing insan
manusia.
Seperti telah disinggung sebelum ini teori dapat dikaji/digunakan sebelum
pe- nelitian dilaksanakan, tetapi dapat juga sesudah pengumpulan data menjelang
ana- lisis dan pembahasan. Teori sebagai pijakan utama dan mula-mula, dalam
berpikir ilmiah serta awal yang bermakna untuk menghasilkan temuan-temuan
baru dapat diperhatikan pada Gambar 1.2.

Kebenaran/Dalil Masalah
Teori

Berinteraksi Pembahasan
Deduktif dalam khazanah teoretik/
ilmu silogisme

Generalisasi Hipotesis

Induktif Pembahasan Penelitian


observasi lapangan/
www.facebook.com/indonesiapustaka

hubungan observasi gejala

Pembuktian
Kesimpulan Hipotesis Data

42 42
GAMBAR 1.2 Teori sebagai Landasan Berpikir Ilmiah.
BAB 1 • Manusia, Ilmu, dan Kebenaran
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR PENELITIAN

24 24
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan teman Anda. Andai kata kurang
mengerti, baca kembali uraian pada Bab 1!

1. Apakah perbedaan kebenaran mutlak dan kebenaran keilmuan?


2. Jelaskan perbedaan konsep ilmu (science) dan pengetahuan (knowledge).
3. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan non-ilmiah dalam mencari pengetahuan?
4. Sebutkan empat cara yang dapat digunakan dalam pendekatan non-ilmiah.
5. Apakah yang dimaksud dengan otoritas ilmiah? Beri contoh.
6. Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan berdasarkan akal sehat?
7. Diskusikan dengan teman Anda, apakah perbedaan intuisi dan akal sehat?
8. Apakah yang dimaksud dengan trial and error (coba dan salah). Jelaskan dengan contoh.
9. Menurut John Dewey ada lima langkah dalam memecahkan masalah. Jelaskan kelima lang- kah
tersebut dengan contoh.
10. Apakah yang dimaksud dengan pengambilan keputusan secara induktif? Beri contoh.
11. Apakah yang dimaksud dengan logika deduktif? Beri contoh.
12. Apakah beda antara logika deduktif dengan berpikir keilmuan?
13. Cobalah Anda terangkan keterbatasan berpikir induktif dalam mencari kebenaran. Beri contoh.
14. Apakah yang dimaksud dengan premis mayor, premis minor, dan silogisme? Beri contoh.
www.facebook.com/indonesiapustaka

23 23
Bab 2
HAKIKAT, FUNGSI, DAN PROSES
PENELITIAN

Manusia hidup dalam lingkungan yang selalu berubah dan berkembang.


Kom- pleksitas dan keberagaman lingkungan serta keunikan tuntutan manusia
menimbul- kan kesulitan dan berbagai masalah yang bervariasi menurut keadaan
masing-ma- sing. Ada yang merasa faktor ekonomi yang utama, tetapi ada pula
yang mengalami kesulitan pada sektor sosial dan budaya. Bahkan banyak pula yang
terganggu karena persoalan pribadi, baik dilihat dari sikap maupun dalam
interaksinya dengan ling- kungan. Kesulitan atau persoalan itu hanya dapat didekati
menurut keadaan yang sebenarnya dan untuk apa serta bagaimana arah yang ingin
dipecahkan. Mungkin juga didekati secara sporadis, tidak terkendali ataukah akan
diselesaikan secara sis- tematis dan ilmiah.
Penelitian (research) sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan suatu
masalah atau mencari jawab dari persoalan yang dihadapi secara ilmiah,
menggunakan cara berpikir reflektif, berpikir keilmuan dengan prosedur yang
sesuai dengan tujuan dan sifat penyelidikan. Penelitian ilmiah menggunakan
langkah-langkah yang sistematis dan terkendali, bersifat hati-hati dan logis,
objektif dan empiris serta terarah pada sasaran yang ingin dipecahkan. Penelitian
yang dilaksanakan itu hendaknya mampu menjawab masalah yang ada,
mengungkapkan secara tepat atau memprediksi secara benar. Oleh karena sifat
masalah atau objek yang diteliti itu berbeda, maka perlu dipilih tipe dan jenis
penelitian yang sesuai dengan tujuan dan objek penelitian, baik melalui penelitian
kuantitatif (quantitative research) maupun penelitian kualitatif (qualitative
research); penelitian survei (survey research) maupun penelitian non- servei;
www.facebook.com/indonesiapustaka

baik melalui penelitian pustaka (library research) maupun penelitian lapangan


(field research), atau penelitian ex post facto maupun penelitian eksperimen.

A. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN PENELITIAN (RESEARCH)

24 24
Sejumlah ahli lingkungan hidup datang ke Teluk Jakarta dengan persiapan
yang matang, tinggal di sana, mengkaji secara sistematis dampak limbah pabrik
terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. Mereka datang karena di belahan
Bumi lain seperti di Jepang, pembuangan pabrik itu mengakibatkan kesulitan dan
masalah bagi

25 25
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

kehidupan manusia. Mereka datang secara terencana, dengan memilih objek


yang terbatas. Apakah yang terjadi di Jepang juga terjadi di Indonesia atau di negara
lain? Apakah faktor penyebab juga sama atau efek sampingan sebagai akibat
limbah gas beracun sisa pabrik dapat diminimalkan dan sebagainya?
Banyak pula diamati dalam kehidupan masyarakat, terjadi berbagai
bencana, seperti bencana gunung berapi Galunggung, mendangkalnya waduk
Jatiluhur atau ditenggelamkannya kapal Greenpeace di perairan Selandia Baru
oleh kelompok ter- tentu. Beberapa saat kemudian suatu tim datang ke tempat
itu mengumpulkan in- formasi, bertanya kepada orang di sekitarnya atau melihat
keadaan yang terjadi dan lain-lain sebagainya.
Dari kedua contoh di atas dapat dilihat bahwa apa pun yang dilakukan
oleh kelompok itu merupakan suatu usaha penyelidikan untuk menemukan
sesuatu. Pada contoh kedua cenderung disebut dengan “fact finding”, apa adanya
tanpa mengon- trol berbagai variabel yang ingin diketahui. Keadaan itu telah
terjadi dengan segala macam faktor yang terlibat di dalamnya. Kalau pertanyaan
yang timbul: “Mengapa mendangkal air pada waduk Jatiluhur” ingin dijawab
secara sistematis dan ilmiah, maka orang terpaksa melakukan penelitian ilmiah
dengan merancang sedemikian rupa semua aspek atau variabel yang ingin
diketahui maupun faktor lain yang mung- kin berpengaruh. Dalam penelitian
kuantitatif, faktor-faktor itu dikendalikan terlebih dahulu sebelum penelitian
dimulai. Dalam konteks ini orang mencoba bereksperi- men untuk mengetahui
dampak atau pengaruh faktor tertentu. Sebaliknya, dalam penelitian kualitatif
suatu fokus yang diteliti selalu kontesktual dan natural setting, sehingga bermakna
dalam realitas yang sesungguhnya.
Research berasal dari kata Perancis (kuno) recerchier atau recherche yang
me- rupakan penggabungan dari “re” + “cerchier” atau “sercher”; yang berarti
mencari atau menemukan atau to travel through or survey. Term ini mulai
digunakan sejak
1577. Lambat laun arti istilah research/penelitian mengalami
www.facebook.com/indonesiapustaka

penyempurnaan.
Menurut Shuttleworth (2008), research dalam arti luas dapat diartikan
se- bagai kegiatan pengumpulan data, informasi dan fakta untuk kemajuan
pengeta- huan; sedangkan Woody seperti yang dikutip Whitney (1960)

25 25
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

menyatakan, research dapat diartikan sebagai suatu penyelidikan atau suatu


upaya penemuan (inquiry) yang dilakukan secara hati-hati dan/atau secara kritis
dalam mencari fakta dan prin- sip-prinsip; suatu penyelidikan yang sangat cerdik
untuk menetapkan sesuatu. Ada- pun Kerlinger (1963: 11) menyatakan “Scientific
research is systematic, controlled, emperical, and critical investigation of
hypothetical propositions about the presumed relation among natural phenomena.”
Ini berarti bahwa penelitian yang bersifat ilmiah merupakan suatu kegiatan
penyelidikan yang sistematis, terkendali/terkontrol, dan

26 26
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

bersifat empiris dan kritis mengenai sifat atau proposisi tentang hubungan yang
di- duga terdapat di antara fenomena yang diselidiki. Sejalan dengan pendapat
sebelum- nya, Best (1981:18) menyatakan bahwa: “Research may be defined as
the systematic and objective analysis and recording of controlled obserrvations that
may lead to the development of generalizations, principles, or theories, resulting in
prediction and pos- sibly ultimate control of events.” Ia menegaskan bahwa
penelitian itu merupakan sua- tu analisis sistematis dan objektif, dan observasi
yang terkontrol yang membimbing ke arah pengembangan generalisasi, prinsip,
teori, prediksi, dan tujuan berdasarkan kejadian-kejadian.
Adapun Tuckman (1972: 1) menyatakan bahwa: Research is a systematic
at- tempt to provide answers to questions … the investigators uncovers fact and
then formulates a generalization based on the interpretation of those data.” Hal yang
ham- pir senada dikemukakan Leedy (1980: 4). Ia mengemukakan pengertian
penelitian sebagai berikut: “Research is the manner in which we solve knotty
problems in our attempt to push back the frontiers of human ignorance,”
sedangkan Burns (1995:
3), menjelaskan bahwa: Research is a systematic investigation to find answers to
a problem. Adapun Vokell & Asher (1995) menyatakan: Scientific research is a
diligent and systematic inquiry or investigation of a subject to discover or revise facts,
theories, or applications. Research involves a systematic process of gathering,
interpreting, and reporting information. Baik Tuckman, Leedy, Burns, maupun
Vokell & Asher me- nekankan bahwa penelitian itu merupakan kegiatan yang
sistematis untuk memberi- kan/menyediakan jawaban atas pertanyaan atau
memecahkan masalah yang serius yang dihadapi.
Mengingat begitu kompleksnya permasalahan yang dihadapi, dan luasnya
ruang cakupan yang akan diteliti atau tingkat kedalaman pembuktian yang
diharapkan maka penelitian itu hendaklah terorganisasi secara baik menurut
langkah-langkah tertentu dengan bertumpu pada tata cara berpikir dan
memecahkan masalah secara ilmiah. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa
www.facebook.com/indonesiapustaka

yang dimaksud dengan pene- litian ilmiah (research) adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis, objektif, dan logis dengan mengendalikan atau
tanpa mengendalikan berbagai as- pek/variabel yang terdapat dalam fenomena,
kejadian, maupun fakta yang diteliti untuk dapat menjawab pertanyaan atau

27 27
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

masalah yang diselidiki. Hal itu dimung- kinkan apabila dalam mengumpulkan
dan menganalisis data dilakukan secara benar sehingga menemukan makna atau
pemahaman yang mendalam, dan mungkin juga dalam informasi dan data yang
memungkinkan untuk mengambil suatu kesimpulan atau generalisasi berdasarkan
analisis dan interpretasi data tersebut. Justru karena itu, setiap tipe penelitian
yang menggunakan pendekatan kualitatif maupun kuanti-

28 28
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

tatif akan selalu mengikuti prosedur dan langkah penyelidikan ilmiah yang tidak
ter- bebas dari teori. Hal itu dapat diwujudkan dalam bentuk: (1) kajian teori
dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan (theory-before-research model); atau
(2) penelitian dilaksanakan sebelum teori dapat dikembangkan (research-
before-theory model), seperti terlihat pada tata alir berikut.

Ide Teori Rancangan Pengumpulan Data

Analisis Penemuan

atau

Ide Rancangan Pengumpulan Data

Analisis Penemuan Teori

Tata alir 1: Teori Telah Ada Sebelum Penelitian Dilaksanakan atau Penelitian Dilaksanakan
Sebelum Teori Ditemukan.

B. CIRI-CIRI PENELITIAN ILMIAH


Kalau diperhatikan kegiatan penelitian yang dilakukan para peneliti, baik
peneli- tian kuantitatif maupun penelitian kualitatif maka akan terlihat beberapa ciri
khas yang membedakan dari kegiatan lainnya. Beberapa ciri penelitian ilmiah sebagai
berikut.

1. Penelitian Mulai dengan Suatu Pertanyaan dalam Pikiran Peneliti


Manusia berpikir, mengamati sesuatu dan ingin memecahkannya. Ini
bersumber dari rasa ingin tahu apa yang terjadi, bagaimana proses terjadinya,
dan bagaimana jalan keluar yang sebaiknya. Manusia tidak puas dengan keadaan
lingkungan yang kotor, pendapatan yang tidak merata. Mereka melihat kenakalan
www.facebook.com/indonesiapustaka

anak muda; korupsi yang masih banyak dilaksanakan oleh sebagian orang; atau
bahaya banjir yang selalu timbul. Keadaan itu merupakan sesuatu yang
mengganggu dalam pikiran seseorang, ia ingin mendeskripsikan, menerangkan,
atau membuktikan maupun meramalkan sesuatu. Mereka meneliti karena ada

29 29
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

pertanyaan atau sesuatu yang dipertanyakan dalam pikirannya, untuk dijawab


secara benar dan sistematis untuk mencarikan jawaban dari pertanyaan itu.

30 30
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

2. Penelitian selalu Diarahkan untuk Memecahkan Suatu Masalah


atau Kesulitan
Melalui penelitian akan dapat dideskripsikan suatu kejadian atau akan
diung- kapkan hubungan sebab akibat antarvariabel sehingga dapat dilihat
dengan jelas bagaimana hubungan itu, serta mencarikan berbagai alternatif
pemecahan masa- lah. Umpama: (1) bagaimana pergeseran nilai-nilai,
keyakinan, dan harga diri ma- syarakat Bugis dalam waktu 1980-1990; atau (2)
bagaimana pengaruh perubahan musim tanam terhadap penghasilan petani; (3)
Bagaimana hubungan kemampuan intelektual dan motivasi berprestasi terhadap
hasil belajar siswa SMA No. 1 Padang.
Dengan melakukan penelitian dalam konteks terbatas tersebut berarti
kegiatan penelitian itu menjadi lebih terkontrol, terkendali, terarah, dan terfokus
pada perso- alan tersebut yang urgent, menarik, dan berdaya guna.

3. Sistematik
Penelitian adalah suatu proses kegiatan dengan memperhatikan aturan
dan langkah-langkah tertentu. Tahap demi tahap yang dilakukan ditata sedemikian
rupa, sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran. Mouly (1963) menyatakan,
bahwa suatu kegiatan dikatakan sistematik apabila mencakup dan mengikuti
langkah-lang- kah sebagai berikut:
a. Ada suatu fenomena tertentu yang diobservasi.
b. Dari fenomena itu dirumuskan masalah yang ingin dikaji lebih mendalam.
Ma- salah itu hendaklah dielaborasi sedemikian rupa, dikaji, dikembangkan,
dan di- jabarkan menjadi submasalah. Dirumuskan secara jelas, tidak
meragukan, dapat diukur atau dimanipulasi.
c. Hubungan di antara ubahan (variables) dapat diidentifikasi dan diperinci.
Da- lam melakukan analisis dan pengkajian secara lebih mendalam perlu
mendapat perhatian bahwa hubungan antara variabel itu hendaklah logis dan
www.facebook.com/indonesiapustaka

tidak spuri- ous (lancung).


d. Rumusan hipotesis atau pertanyaan penelitian dalam bentuk yang jelas sehingga
mudah untuk dikaji kebenarannya.
e. Pilih dan kembangkan rancangan yang sesuai untuk menguji hipotesis atau
per-

31 31
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

tanyaan penelitian
itu.
Banyak rancangan penelitian yang dapat digunakan. Hal itu tergantung
pada apa masalah dan tujuan penelitian serta bentuk hipotesis/pertanyaan
penelitian yang dirumuskan.
f. Hipotesis/pertanyaan penelitian diverifikasi untuk dapat diterima ataupun
ditolak.

32 32
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

g. Hipotesis/pertanyaan penelitian yang telah diverifikasi itu dites/dinilai lebih


lan-
jut.
h. Kesimpulan yang setelah dikaji secara lebih mendalam, diintegrasikan ke
dalam konsep ilmu yang sudah ada sebelumnya.

4. Terkendali/Terkontrol
Dalam penelitian aspek-aspek yang diteliti atau ubahan-ubahan (variables)
yang diukur dan/atau dinilai, maupun faktor-faktor pengganggu lainnya harus
dapat diawasi, dikontrol, maupun dikendalikan, sehingga dapat ditentukan
hubungan atau pengaruh salah satu sifat, preposisi, maupun disposisi terhadap
aspek/ubahan lain- nya. Pengendalian itu dilakukan pada setiap langkah dalam
proses penelitian, antara lain dalam menentukan ubahan dalam pengumpulan data
maupun pada waktu ana- lisis data W.

5. Logis dan Rasional


Penelitian mengikuti suatu pola berpikir tertentu, sehingga setiap langkah
yang dilakukan mengikuti pola tersebut, logis dan rasional. Umpama dimulai
dengan ke- butuhan/kesulitan, perumusan masalah, dan seterusnya. Dalam
memilih analisis data perlu sekali diperhatikan hubungan logik antara satu dan
yang lain. Sebaliknya, da- pat pula dikemukakan dalam suatu penelitian. Jangan
dimulai dengan sejumlah data yang ada, kemudian baru disusun hipotesis atau
pertanyaan penelitiannya. Keadaan seperti itu akan menggiring peneliti kepada
hasil yang salah atau membenarkan apa yang telah ada. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan logika induktif, logika deduktif, dan pola berpikir ilmiah.

6. Berdasarkan pada Pengalaman yang Dapat Diobservasi


atau Bukti-bukti Empiris
Ini menunjukkan bahwa penelitian itu dilakukan dengan melaksanakan
observa- si tentang suatu aspek, ubahan, atau perlakuan, sehingga
www.facebook.com/indonesiapustaka

memungkinkan terdapat- nya data atau informasi untuk pengujian secara empiris.

7. Rencana yang Jelas

33 33
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

Suatu tindakan ilmiah dalam rangka menjawab suatu permasalahan,


hendaklah direncanakan dengan baik dan benar, sehingga mendapatkan jawaban
yang tepat dari permasalahan yang dipertanyakan sebelumnya. Penelitian
memberikan suatu yang berguna, menjawab pertanyaan dengan penuh arti.
Karena itu, penelitian harus ter- arah pada suatu tujuan yang jelas dan
direncanakan secara benar untuk mencapai

34 34
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

tujuan itu. Dengan rencana yang baik, semua gangguan dapat diatasi dan
diminimal-
kan.

8. Originalitas
Ini bukan berarti bahwa suatu penelitian harus dimulai dengan hal yang
baru sama sekali. Banyak penelitian yang dilakukan dengan meminjam sebagian
instru- men orang lain tetapi melakukan adaptasi sesuai dengan keadaan baru.
Atau, ran- cangan penelitian yang sama dapat dilakukan di tempat lain dengan
penyempurnaan prosedur atau mengadakan perbaikan pada sampelnya, tetapi
melakukan penelitian yang betul-betul imitasi dari penelitian yang sudah ada perlu
dihindari sama sekali, karena kurang bermanfaat, kurang efektif, dan tidak efisien,
serta melanggar etika penelitian. Kalau mau mengulang sesuatu yang dilakukan
orang lain, harus seizin peneliti terdahulunya.

9. Dapat Direplikasi (Replicable)


Ini menunjukkan bahwa penelitian yang sama dapat dilaksanakan di tempat
lain dengan cuplikan yang berbeda, atau terhadap cuplikan yang sama dengan
waktu yang berlainan. Keadaan ini memungkinkan peneliti melakukan pembuktian
secara berulang-ulang kali terhadap suatu aspek atau ubahan, sehingga
memungkinkan hasil penemuan yang benar teruji.

10. Deskripsi yang Jelas dan Tepat


Penggambaran sesuatu masalah dengan tepat dan benar membutuhkan
prose- dur dan alat yang canggih. Oleh karena itu, dalam suatu penelitian perlu
diman- tapkan prosedur dan instrumen sehingga pengumpulan datanya lebih
terarah dan benar. Hal itu akan menyebabkan tersedianya data yang benar.
Selanjutnya, dalam memilih/menetapkan sesuatu masalah hendaklah dilakukan
dengan sungguh-sung- guh dan hati-hati, yang memungkinkan perumusan yang
tepat.
www.facebook.com/indonesiapustaka

11. Keahlian
Hal ini bukanlah dimaksudkan untuk menyatakan bahwa penelitian itu
merupa- kan pekerjaan yang rumit dan kompleks, sehingga sukar sekali

35 35
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

dilaksanakan. Peneliti hendaklah mengetahui apa yang telah dilakukan peneliti


lain tentang problem yang akan ditelitinya dan apa seharusnya yang ditinjau lebih
lanjut. Peneliti harus mampu secara berhati-hati memilih sumber informasi atau
teori dalam literatur yang ber- kaitan dengan masalah yang ditelitinya.
Di samping itu ia juga hendaklah memahami berbagai konsep, dan
keterampilan

36 36
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

teknik yang diperlukan dalam pembuktian, dalam analisis data yang telah
dikumpul- kan. Ia harus mampu membedakan, dengan data yang sama dapat
digunakan teknik analisis yang berbeda kalau tujuan penelitian yang ingin
dibuktikan berbeda pula. Jangan terjadi karena keterbatasan kemampuan peneliti
sehingga salah mengambil kesimpulan.

12. Teliti, Hati-hati, dan Serius


Sesuai dengan prinsip pendekatan ilmiah, penelitian itu membutuhkan
lang- kah-langkah tertentu dan dirancang secara tepat dan berdaya guna. Karena
itu, di- butuhkan kehati-hatian dalam merancang maupun melakukan penelitian
lapangan. Seandainya ada langkah yang diabaikan, seharusnya dilakukan, maka
hasil yang didapat akan ke luar dari yang sebenarnya. Demikian juga dalam analisis
data kalau menggunakan “manual.” Kesembronoan dalam mengumpul,
menverifikasi, maupun mengolah data akan mendatangkan hasil yang keliru.
Karena itu perlu kehati-hatian dalam semua langkah, tetapi bukan memperlambat
kegiatan. Tetapi kehati-hatian saja tidaklah cukup. Sebab sikap hati-hati
kadang-kadang membawa ketidakberani- an dalam bertindak.
Sesuai dengan fungsi penelitian, penemuan sesuatu yang baru hanya dapat
di- jawab melalui penelitian. Karena itu, peneliti harus juga serius dan berani
menyata- kan sesuatu yang salah berdasarkan hasil penemuannya. Betapa
gegernya zaman, pada waktu Copernicus menyatakan kesimpulan penemuannya
tentang hakikat solar sistem. Ia menyatakan bahwa Matahari merupakan pusat
(center) dari solar sistem, sehingga penemuannya bertentangan dengan pendapat
Ptolemy yang menyatakan Bumi pusat dari segalanya. Copernicus berani
menyatakan penemuannya sebagai hasil penyelidikan, karena ilmu bukanlah
kebenaran yang mutlak dan langgeng sepanjang zaman. Ada kemungkinan sesuatu
dianggap benar sekarang, belum tentu benar di masa datang. Untuk itu selalu
perlu dikaji ulang dan diteliti lebih lanjut. Semuanya itu dituntut dari peneliti,
sehingga penemuan selalu bermanfaat dan ber- guna untuk perkembangan ilmu
www.facebook.com/indonesiapustaka

dan pembuktian masa datang.

13. Merupakan Suatu Sirkel (Cycle)


Seperti telah diutarakan di atas penelitian dimulai dengan suatu pertanyaan
yang timbul dalam pikiran peneliti. Pertanyaan itu kemudian diubah menjadi masa-

37 37
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

lah yang ingin diteliti. Dijabarkan menjadi submasalah yang jelas, didukung
oleh berbagai teori, dan selanjutnya dituntun dengan hipotesis atau jawaban
sementara yang ingin dibuktikan untuk menemukan data yang relevan. Apabila
kegiatan itu selesai, maka langkah berikutnya peneliti menyusun dan
mengembangkan alat pe-

38 38
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

ngumpul data yang sahih (valid) dan andal (reliable). Langkah selanjutnya
yakni mengumpulkan, menganalisis data serta membuktikan dan mencari
jawaban dari masalah yang telah dikemukakan.
Berdasarkan temuan penelitian dapat pula dirumuskan kembali penelitian
ulangan dalam judul yang sama di daerah dan populasi yang berbeda, atau
penelitian lanjutan dan pendalaman dari masalah yang sudah ada. Di samping
itu, dapat pula dilakukan penelitian baru dengan topik baru dalam masalah yang
sama. Dengan demikian, penelitian itu merupakan suatu siklus, berlanjut,
berulang, dan meluas.
Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 2.1 berikut
ini.
Dimulai dari pertannyaan
dalam pikiran penelitian
1
Analisis 2 Perumusan masalah
7 dan submasalah
data
secara jelas

Perumusan
3 hipotesis/
pertanyaan
penelitian
Pengumpulan 6
data 4 Penyusunan
instrumen
5
Penentuan populasi
dan sampel atau subjek
penelitian

GAMBAR 2.1 Penelitian sebagai Suatu Siklus.

C. FUNGSI PENELITIAN
www.facebook.com/indonesiapustaka

Penelitian dan ilmu merupakan proses dan produk atau seperti satu mata
uang dengan dua sisi yang berbeda. Seperti telah disinggung dalam Bab I,
bahwa ilmu merupakan “the body of knowledge,” bersifat tentatif dan didapat
dengan mengguna- kan metoda keilmuan. Beberapa ciri ilmu:

39 39
a. Berdasarkan logika deduktif dan induktif.
b. Determinatif, yaitu semua kejadian yang telah diketahui dan dialami
sebelumnya
BAGIAN memengaruhi
PERTAMA: MANUSIA, individu
ILMU & KONSEP dalam
DASAR
BAB 2 •mengidentifikasikan,
PENELITIAN memahami
Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
yang sekarang dan yang akan datang.

40 40
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

c. Umum, artinya scientist lebih menekankan mengerti dalam konteks umum


dari- pada menerangkan mengapa kelompok luas (besar) menolak
memberikan sua- ranya atau daripada menerangkan mengapa seseorang
memilihnya.
d. Spesifik, artinya di samping hukum umum yang didapat, bagaimanapun
juga subjek/individu yang memverifikasi berbeda dalam interprestasinya.
Untuk itu individu menjadikan hak yang bersifat umum itu menjadi lebih
spesifik, lebih operasional, seperti dari masalah dipersempit atau dibuat
definisi operasional- nya, sehingga menjadi lebih spesifik dan dapat diukur
atau di-manipulate. Da- lam penjabaran dan interpretasi ilmu itu, tiap individu
ikut menentukan.
e. Empiris, artinya semua ilmu dapat diverifikasi melalui kenyataan secara
empiris. f. Teori yang ada dapat diuji dalam laboratorium atau melalui
fenomena dalam
masyarakat, sebagai laboratorium ilmu sosial.
g. Ilmu yang didapat bisa direplikasi dengan cara dan pendekatan yang sama,
da-
lam waktu dan tempat yang
berbeda. h. Ilmu dapat dikontrol.
Secara umum ada lima fungsi penelitian, yaitu: (1) mendeskripsikan,
memberi- kan data atau informasi; (2) menerangkan data atau kondisi atau
latar belakang terjadinya suatu peristiwa atau fenomena; (3) meramalkan,
mengestimasi, dan mem- proyeksi suatu peristiwa yang mungkin terjadi
berdasarkan data-data yang telah diketahui dan dikumpulkan; (4) mengendalikan
peristiwa maupun gejala-gejala yang terjadi; dan (5) menyusun teori. Kelima fungsi
tersebut menuntut jenis dan kualitas penelitian yang berbeda. Namun tidak pula
berarti bahwa satu penelitian hanya boleh untuk satu fungsi saja. Dalam batas
tertentu akan terjadi penggabungan beberapa fungsi dalam satu penelitian. Perlu
www.facebook.com/indonesiapustaka

digarisbawahi bahwa tujuan penelitian yang telah ditetapkan peneliti akan


menentukan arah, rancangan, dan prosedur penelitian yang akan dilakukannya.

1. Penelitian dengan Tugas Mendeskripsikan Gejala dan Peristiwa

41 41
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

Banyak peristiwa yang terjadi maupun gejala yang terjadi di sekitar kita
perlu mendapat perhatian dan penanggulangan. Gejala dan peristiwa itu ada
yang besar dan ada pula yang kecil, tetapi kalau dilihat dari segi perkembangan
untuk masa datang perlu mendapat perhatian segera. Kalau kita berkunjung ke
daerah peristira- hatan yang bersifat alamiah, seperti ke tempat pemandian di
Tawangmangu Yogya- karta, atau Lembah Anai di Sumatera Barat, atau ke kebun
binatang, dengan mata telanjang kita melihat berbagai coretan yang mungkin
mengganggu, atau kerusak- an hutan oleh tangan manusia. Seandainya kita
pergi ke pantai Padang di malam

42 42
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

minggu, kerlap-kerlip lampu akan menerangi Anda yang sedang bersantai


“sambil” menikmati malam yang indah. Banyak warga kota melepaskan lelahnya
karena sehari sebelumnya telah bekerja keras. Demikian juga kalau lima hari hujan
terus-menerus dalam kota, mungkin banjir akan menggenangi kota, karena aliran
sungai tertahan oleh naiknya pasang dan saluran air pada beberapa wilayah tertentu
yang sempit dan kurang lancar. Warga kota mulai gelisah dan daerah tertentu
mungkin terendam. Orang-orang mulai sibuk menyelamatkan hak miliknya
masing-masing sambil ber- doa agar selamat dari musibah banjir yang selalu datang
karena hujan dan gundulnya bagian pegunungan.
Banyak kejadian dan peristiwa yang terdapat dan terjadi di dalam masyarakat
yang perlu digambarkan, dicandra sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, apa
adanya pada waktu itu. Apabila diambil dalam bidang pendidikan, umpamanya
jum- lah murid jumlah sekolah, keadaan fasilitas, dan sebagainya. Ini
menunjukkan bah- wa penelitian dengan tugas mencandra atau mendeskripsikan
sesuatu akan sangat banyak dilakukan dalam masyarakat, terutama sekali untuk
bidang sosial. Jadi, yang digambarkan apa yang terjadi. Sehubungan dengan itu
tidak diperlukan hipotesis untuk dibuktikan.
Melalui penelitian ini, peneliti tidak dapat memperkirakan atau meramalkan
se- suatu kejadian di masa datang. Peneliti tidak mungkin menjawab pertanyaan:
me- ngapa hal itu terjadi, atau apa akibatnya, dan sebagainya. Jadi, hasil penelitian
tidak bersifat menguji atau meramalkan gejala yang mungkin terjadi. Salah satu
jenis pe- nelitian yang mencandra suatu peristiwa adalah penelitian eksploratif,
yang sangat bermanfaat dalam studi penjajakan, dan sebagai input untuk penelitian
yang lain.

2. Penelitian dengan Tugas Menerangkan


Berbeda dengan penelitian yang menekankan pengungkapan atau
mencandra peristiwa apa adanya, maka penelitian dengan tugas menerangkan
peristiwa jauh lebih kompleks dan luas. Ini berarti dapat dilihat hubungan suatu
www.facebook.com/indonesiapustaka

ubahan dengan ubahan lain, atau ubahan pertama menyebabkan ubahan kedua,
atau dengan me- ngontrol salah satu ubahan apakah akibatnya sama dengan
sebelum dikontrol ubah- an itu. Jadi, bukan sekadar menggambarkan suatu

43 43
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

peristiwa, melainkan juga me- nerangkan mengapa peristiwa itu terjadi, apa sebab
terjadinya, dan sebagainya.
Umpama seorang peneliti: melakukan penelitian tentang faktor-faktor
determi- nan dalam proses belajar-mengajar (pembelajaran) dan pengaruhnya
terhadap hasil belajar. Dengan contoh itu peneliti ingin menentukan manakah
faktor yang paling menentukan dalam proses belajar. Apakah kemampuan dasar
(IQ), motivasi ber- prestasi, sikap belajar, gaya mengajar, minat siswa, atau
keadaan lingkungan belajar.

44 44
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

Mengapa faktor itu yang berpengaruh dan yang lain tidak? Bagaimanakah
hubung- an logis antara faktor-faktor itu terhadap prestasi belajar siswa? Peneliti
dapat pula menjelaskan secara tuntas dan terkendali pengaruh faktor-faktor
tersebut. Melalui penelitian yang lebih kompleks kita akan dapat menerangkan
sesuatu peristiwa de- ngan teliti, lebih lagi kalau dilakukan dengan eksperimen
yang sesungguhnya.
Beberapa jenis penelitian yang dapat menerangkan peristiwa antara lain
peneli-
tian deskriptif eksplanatif, korelasional, sebab akibat, studi kasus, dan
eksperimen.

3. Penelitian dengan Tugas Meramalkan


Di samping menerangkan sesuatu gejala atau hubungan antardua atau
lebih variabel, melalui penelitian juga didapat indikator tentang problema yang
diselidi- ki. Informasi yang didapat akan sangat berarti dalam memperkirakan
kemungkinan yang akan terjadi untuk masa berikutnya. Jadi, melalui penelitian
dikumpulkan data untuk meramalkan beberapa kejadian atau situasi masa yang
akan datang. Umpa- ma: Bagaimanakah penduduk tahun 2020? Untuk
menjawab pertanyaan itu dapat dilakukan penelitian tentang kecederungan
pertumbuhan dan perkembangan (trend) penduduk dari 1994 hingga 2004,
dengan mengetahui angka kelahiran, angka ke- matian, migrasi, emigrasi, tingkat
kesuburan ibu yang melahirkan, distribusi pen- duduk menurut umur (age
spesific fertility). Kemudian dengan estrapolasi dapat di- estimasi atau diperkirakan
penduduk tahun 2020.
Seperti juga dalam bentuk lain meramalkan suatu situasi atau keadaan di
masa yang akan datang, sangat dipengaruhi oleh kesahihan data yang digunakan
sebagai dasar membuat prediksi tersebut. Kelemahan sering terjadi pada waktu
menghitung (counting) data yang telah dikumpulkan. Data yang digunakan
terbatas, belum valid, dan kurang andal. Di samping itu, terjadi pula kelemahan
www.facebook.com/indonesiapustaka

dalam peramalan. Data bukanlah hanya satu tahun, melainkan beberapa tahun,
sehingga dapat diketahui gelagat data yang sebenarnya. Karena data yang
terkumpul bervariasi dan banyak, maka sering terjadi kesalahan dalam
perhitungannya.

45 45
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

4. Penelitian untuk Mengontrol Peristiwa dan Situasi


Melalui penelitian juga dapat dikendalikan peristiwa maupun gejala. Peneliti
dapat merancang sedemikian rupa suatu bentuk penelitian untuk mengendalikan
peristiwa itu. Perlakuan yang disusun dalam rancangan yaitu dengan membuat tin-
dakan pengendalian pada variabel lain yang mungkin memengaruhi peristiwa itu.
Pengendalian dapat dilakukan pada variabel pengganggu (extraneous variabel),
an- tecedent variabel, maupun independent dan dependent variables.

46 46
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

5. Penelitian dengan Tugas Pengembangan dan Menyusun Teori


Melalui penelitian kita dapat mengembangkan desain, model, atau produk
da- lam rangka mengantisipasi persaingan global. Di samping itu, melalui
penelitian dapat dilakukan pengkajian kembali terhadap teori yang sudah ada, dan
berbareng- an dengan itu menyusun teori baru. Dengan melakukan berbagai
percobaan di labo- ratorium, akhirnya Robert Koch menemukan faktor-faktor
penyebab penyakit TBC. Demikian juga teori probability maupun hukum heredity.
Hukum itu menjadi ke- nyataan dan diterima oleh masyarakat ilmiah sebagai teori
baru setelah melalui ber- bagai macam penelitian dan berbagai percobaan terlebih
dahulu. Penyusunan teori baru memakan waktu yang cukup panjang, karena
akan menyangkut pembakuan dalam berbagai instrumen, prosedur, maupun
populasi dan sampel. Penelitian untuk menyusun suatu teori bersifat longitudinal.
Penyusunan teori atau membuktikan kelemahan dari teori yang sudah ada
hanya dapat dilakukan terutama sekali melalui eksperimen atau jenis penelitian
tertentu, di mana berbagai variabel dapat dikontrol dengan baik, serta kegiatan
penelitian terlak- sana menurut kaidah dan langkah langkah yang sebenarnya.
Secara sederhana siklus penelitian untuk melahirkan teori dapat dilihat pada Bagan
2.1.

D. PROSES PENELITIAN
Penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah mengikuti langkah tertentu dan
proses yang panjang. Kegiatan penelitian seperti telah disinggung pada bagian
terdahulu, dilakukan dengan sistematis, hati-hati, dan logis, merupakan suatu
kegiatan yang berawal dari penelitian seseorang/peneliti sendiri untuk
memecahkan suatu fenome- na atau memverifikasi suatu teori maupun menguji
kembali sehingga pada akhirnya menemukan suatu gagasan, dalil, atau teori.
Proses itu merupakan serangkaian ke- giatan yang ditempuh peneliti menurut
prosedur dan proses yang benar serta akurat, sehingga hasil yang didapat diyakini
www.facebook.com/indonesiapustaka

benar, dapat dipercaya, dan berdaya guna serta diakui oleh masyarakat ilmiah.
Nachmias & Nachmias (1981) menyatakan bahwa proses penelitian itu
dimu- lai dari masalah dan diakhiri dengan generalisasi. Apabila kegiatan itu
telah ber- akhir, maka akan dilanjutkan cyclus berikutnya. Selanjutnya ia
menyatakan bahwa proses penelitian itu merupakan suatu “cyclus” (merupakan

47 47
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

kegiatan berulang) dan “self-correcting”; yang dimaksud dengan self-correcting


adalah generalisasi tentatif diuji secara logika dan empiris. Apabila ditolak, maka
diformulasikan lagi dan diuji lagi. Dalam setiap reformulasi itu semua pelaksanaan
penelitian dinilai kembali, se- hingga sesuatu yang tidak sahih diperbaiki atau
disempurnakan.

48 48
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

PERSIAPAN PENELITIAN

Dalam hal ini, langkah yang ditempuh antara lain:


■ studi literatur;
■ penyusunan usul penelitian;
■ pembakuan prosedur penelitian;
■ penentuan populasi dan sampel;
■ penyusunan dan pembakuan instrumen;
■ penentuan langkah-langkah/prosedur pengumpulan data;

PENELITIAN PERTAMA

Pengkajian lebih lanjut kelemahan dalam penelitian pertama, dan selanjutnya


melakukan penyempurnaan.

PENELITIAN KEDUA

Pengkajian lebih lanjut kelemahan dalam penelitian kedua, dan selanjutnya


melakukan penyempurnaan untuk penelitian ketiga.

PENELITIAN KETIGA
Dan seterusnya (sampai peneliti yakin bahwa suatu teori telah dihasilkan,
setelah melalui pembuktian dengan baik dan benar).

BAGAN 2.1
www.facebook.com/indonesiapustaka

Secara keseluruhan proses penelitian kuantitatif menurut Nachmias &


Nach- mias seperti terlihat pada Gambar 2.2. Apabila kita perhatikan, setiap
langkah yang dikemukakan selalu dikaitkan dengan teori. Ini berarti setiap langkah

49 49
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

yang dilakukan hendaklah memperhatikan latar belakang teori yang berkaitan


dengan langkah itu.

50 50
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

Masalah

Generalisasi Hipotesis

Analisis Data Rancangan


TEORI Penelitian

Pengumpulan Pengukuran
data

GAMBAR 2.2 Langkah-langkah Penelitian Menurut Nachmias.

Adapun Bailey (1978) mengemukakan langkah penelitian sosial/kualitatif,


se-
perti terlihat pada Gambar 2.3.

Pemilihan masalah dan


perumusan hipotesis (1)

Interpretasi (5) (2) Memformulasikan


hasil rancangan
penelitian

Pemberian kode (4) (3) Pengumpulan


dan analisis data data
www.facebook.com/indonesiapustaka

GAMBAR 2.3 Langkah-langkah Penelitian Menurut Bailey.

51 51
Kedua model di atas lebih sederhana, namun Nachmias memberi
penekanan lebih banyak kepada masalah dan selalu dikaitkan dengan teori,
sedangkan Bailey
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

52 52
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

tidak. Bailey lebih mengarah pada penelitian kualitatif, tetapi kalau diperhatikan
lebih saksama kedua model itu masih dapat dikembangkan.
Beberapa model lain penelitian kuantitatif dikemukakan oleh Warwick,
Tuck- man, Backstrom, dan Cesar. Warwick dan Lininger menggunakan istilah
“forward dan backward linkage” untuk menyatakan bahwa di antara elemen dalam
penelitian saling berhubungan sebagai suatu proses. Selanjutnya, perhatikan saling
hubungan tersebut seperti terlihat pada Gambar 2.4. Adapun Tuckman
mengemukakan lang- kah-langkah dalam proses penelitian kuantitatif sebagai
berikut:
a) Identifikasi masalah.
b) Penyusunan
hipotesis.
c) Penyusunan definisi operasional.
d) Penentuan variabel kontrol dan yang
di­“manipulasi”. e) Penyusunan rancangan penelitian.
f) Identifikasi dan penyusunan alat untuk observasi dan
pengukuran. g) Penyusunan kuesioner dan rancangan interviu.
h) Menentukan teknik analisis atau analisis statistik yang
dipakai. i) Penggunaan komputer untuk data analisis.
j) Penulisan laporan.
Backstrom dan Cesar (1981) mengemukakan langkah-langkah dalam
penelitian survei sebagai berikut:
a) Merumuskan masalah yang akan dipelajari.
b) Mengecek latar belakang informasi yang ada tentang masalah yang diteliti.
c) Menyusun hipotesis dan/atau menspesifikasi hubungan yang akan
dipelajari. d) Menyusun rancangan, menetapkan prinsip dan prosedur studi.
e) Menata staf, biaya, dan perlengkapan.
f) Menetapkan sampel atau pemilihan orang yang akan diinterviu.
www.facebook.com/indonesiapustaka

g) Menyusun draf kerangka pertanyaan untuk digunakan di


lapangan. h) Menyusun instrumen.
i) Memilih dan menguji metode studi yang akan dipilih.
j) Mengadakan latihan pengumpulan data tentang teknik pengumpulan data
yang baik.

53 53
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

k) Penjelasan ringkas tentang bagaimana menggunakan kuesioner secara baik


dan tepat.
l) Melaksanakan
interviu. m) Pemberian
kode.
n) Membersihkan data, sehingga yakin yang tinggal benar dapat digunakan.

54 54
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

■ Perencanaan isi Forward linkage


■ Pengaturan biaya
■ Peninjauan kembali literatur
■ Teori

Rancangan dan penentuan sampel

■ Penyusunan kuesioner
■ Pretes
■ Penyusunan manual penginterviu

■ Rekrutmen penginterviu
■ Latihan penginterviu
■ Kerja lapangan

■ Penyusunan kode
■ Latihan pemberian kode
■ Penyusunan kode

Pemrosesan data

Analisis dan
Penulisan Laporan
Backward linkage

GAMBAR 2.4 Langkah-langkah Penelitian Menurut Warwick & Lininger.

o) Membuat program dalam komputer bagaimana data di-manipulate.


p) Menyusun data dalam
tabel. q) Menganalisis data.
r) Menguji/mengetes data.
www.facebook.com/indonesiapustaka

s) Menyajikan penemuan dan membuat


kesimpulan. t) Aplikasi penemuan dalam masalah
yang diteliti.

55 55
Apabila dibandingkan dengan dua model yang terakhir, walaupun telah
dinyata- kan dalam bentuk lebih kompleks namun kalau dikaji lebih teliti masih
ada yang
BAGIAN per- MANUSIA,
PERTAMA: lu ditambahkan. Hal DASAR
ILMU & KONSEP itu terjadi
BAB karena Fungsi,
2 • Hakikat,
PENELITIAN disajikan dalam
dan Proses sudut
Penelitian
pandang yang berbeda. Umpama dalam masalah hipotesis, ada yang menyatakan
hipotesis sesuatu hal yang

56 56
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

perlu, sehingga merupakan langkah yang penting dalam penelitian, tetapi ada
pula yang menghilangkan hal itu. Hal itu sangat ditentukan oleh pendekatan
penelitian yang digunakan dan fungsi penelitian yang ditetapkan oleh peneliti
Para peneliti yang berorientasi dengan penelitian kuantitatif, menekankan beta-
pa pentingnya hipotesis atau pertanyaan penelitian dalam suatu penelitian, karena
akan menentukan langkah kerja selanjutnya dalam menentukan sampel, memilih
jenis/tipe instrumen serta teknik analisis yang dipakai. Adapun peneliti kualitatif,
menganggap hipotesis tidak begitu diperlukan, sebab peneliti akan berfungsi
sebagai instrumen penelitian dalam interaksi dan relasinya dengan informan pada
saat me- ngumpulkan data kualitatif, berdasarkan latar alami (natural setting), dan
selalu ter- kait dalam konteksnya.
Menurut penulis, langkah-langkah dalam proses penelitian itu sangat kuat
pe- ranannya dalam menentukan tingkat keberhasilan penelitian, sesuai dengan
jenis penelitian yang dilaksanakan. Penelitian tidak perlu dimulai dari nol. Para
peneliti sebelum melakukan suatu penelitian tentang berbagai masalah yang
diamati dalam masyarakat, sebenarnya harus mengembalikan dahulu kepada teori
atau informasi yang ada, baik dalam referensi resmi yang sudah diterbitkan
maupun hasil peneli- tian yang sudah dapat dipercayai. Kita tidak perlu lagi
mengulang apa yang pernah dilakukan orang lain, kalau kita yakin sesuatu yang
ada itu sudah sahih dan terper- caya. Andai kata masih diragukan, maka dapat
diadaptasi atau ditinjau kembali atau memang dilakukan penelitian yang bersifat
replikasi dan menyebutkan penelitian ter- dahulu yang pernah dilakukan.
Secara sistematis, langkah-langkah penelitian kuantitatif yang perlu
mendapat perhatian peneliti sebagai berikut:
a) Melakukan kajian kepustakaan (study
literature). b) Menjelaskan latar belakang
masalah penelitian.
c) Mengidentifikasi masalah
www.facebook.com/indonesiapustaka

penelitian. d) Membatasi masalah


penelitian.

57 57
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

e) Merumuskan masalah
penelitian. f) Menjelaskan tujuan
penelitian.
g) Menguraikan manfaat
penelitian.
h) Menjelaskan keterbatasan
penelitian.
i) Menjelaskan landasan teori dan kerangka berpikir
penelitian. j) Mengemukakan penelitian yang relevan.
k) Merumuskan hipotesis/pertanyaan penelitian (bila
diperlukan).

58 58
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

l) Menjelaskan definisi operasional (batasan konsep, konstruk, dan istilah


yang digunakan dalam penelitian).
m) Menetapkan jenis penelitian yang
digunakan. n) Menetapkan area/wilayah
penelitian.
o) Menetapkan populasi dan
sampel. p) Menyusun instrumen
penelitian. q) Uji coba instrumen:
1) Uji coba oleh penimbang ahli (construct validity).
2) Uji coba
lapangan. r)
Pengumpulan data.
s) Mengolah dan menganalisis
data. t) Menyusun laporan
penelitian.
Elemen-elemen tersebut merupakan suatu kegiatan berkesinambungan
antara satu dengan yang lain. Masalah yang benar dan dirumuskan secara benar
dan tepat merupakan dasar yang kuat dalam penetapan tujuan, pemilihan variabel,
perumus- an konstruk, teori, dan perumusan hipotesis atau pertanyaan
penelitian. Selanjut- nya, perumusan hipotesis yang benar atau pertanyaan
penelitian yang tepat akan membantu pula dalam memilih dan menetapkan
rancangan penelitian, populasi, dan sampel serta teknik analisis yang akan
digunakan. Seandainya sejak awal telah ada keraguan atau tidak dilakukan
perumusan dan pemilihan masalah secara tepat dan benar, penetapan populasi dan
sampel mungkin akan keliru, dan pada akhirnya hasil penelitian yang disimpulkan
akan “menjauh” dari yang sesungguhnya.
Dalam penelitian kualitatif, analisis dan penarikan kesimpulan telah dimulai
www.facebook.com/indonesiapustaka

se- jak awal pengumpulan data, sedangkan landasan teori dan kerangka berpikir
ku- rang ditampilkan secara eksplisit, dalam arti peneliti tidak dibenarkan
“menggiring” informan dalam pengumpulan data berdasarkan teori yang telah
dimiliki peneliti sehubungan dengan fokus yang ditelitinya. Informan yang dipilih
ialah narasumber dalam fokus masalah yang diteliti. Peneliti hendaklah “mencair

59 59
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

dan melebur diri” dalam konteks yang sesungguhnya bersama informan. Bingkai,
batasan, dan sekat pemisah antara peneliti dan informan menjadi hilang, menyatu
dalam situasi sosial, sesuai dengan konteksnya, dan alami (natural setting).
Dalam penelitian kualitatif, jangan sekali-kali peneliti memanipulasi situasi
so- sial menurut kehendaknya, walaupun peneliti adalah instrumen utama dalam
pene- litian kualitatif.

60 60
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

E. BEBERAPA KLASIFIKASI DALAM PENELITIAN


Pada uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa penelitian ilmiah
merupakan suatu kegiatan sistematis, logis, dan objektif dalam mencari informasi
untuk meme- cahkan masalah atau menemukan jawaban terhadap suatu
pertanyaan. Berhubung karena pola dan tingkat kehidupan anggota masyarakat
berbeda-beda, baik dilihat dari segi masalah yang dihadapi maupun bentuk
informasi yang akan dikumpul- kan, maka jenis dan cara penyelidikan yang
digunakan bervariasi pula sesuai dengan harapan peneliti.
Pemilihan bentuk dan jenis penelitian yang tepat akan dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain: (1) tujuan penelitian; (2) kemampuan peneliti; (3)
masalah yang akan dijawab melalui penelitian; (4) waktu; dan (5) fasilitas yang
tersedia, termasuk di dalamnya data yang akan dikumpulkan.

1. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif


Pendekatan kualitatif dapat digunakan apabila ingin melihat dan mengung-
kapkan suatu keadaan maupun suatu objek dalam konteksnya; menemukan makna
(meaning) atau pemahaman yang mendalam tentang sesuatu masalah yang
dihadapi, yang tampak dalam bentuk data kualitatif, baik berupa gambar, kata,
maupun ke- jadian serta dalam “natural setting,” sedangkan suatu pendekatan
kuantitatif adalah apabila data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif atau jenis
data lain yang da- pat dikuantitatifkan dan diolah dengan menggunakan teknik
statistik.
Di antara kedua pendekatan ini, janganlah apriori mengatakan yang satu
lebih buruk dari yang lain atau sebaliknya. Bahkan ada yang memadukan (mixed
method) pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Baik pendekatan
kuantitatif mau- pun pendekatan kualitatif mempunyai kekuatan dan kelemahan
masing-masing.
Perbandingan kedua pendekatan itu dari sisi paradigma yang digunakan
www.facebook.com/indonesiapustaka

sebagai berikut:

TABEL 2.1
Perbandingan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dari
Sudut Paradigma yang Digunakan.

61 61
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

Paradigma Positivism Postpositivism Pragmatism Constructivism


(Kuantitatif) (Diutamakan (Kuantitatif & Kualitatif) (Kualitatif)
Kuantitatif)
Logika Deduktif Terutama Deduktif + Induktif Induktif
Deduktif

62 62
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

Lanjutan ...
Epistemologi Dualistik Modiikasi Objektif dan Subjektif Subjektif
Objektif Dualistik
Aksiologi Bebas Nilai Nilai Dikontrol Nilai Dipertimbangkan. Nilai Terbatas
(value free) Pilih yang Terbaik
Ontologi Realism Naif Menembus titik Realitas Relativism
kritis

Tipe penelitian yang tergolong pada kelompok penelitian kuantitatif


mengguna- kan pendekatan kuantitatif, sedangkan tipe penelitian yang tergolong
pada kelompok penelitian kualitatif menggunakan pendekatan kualitatif. Di
samping itu, ada pula tipe penelitian yang mencampurkan pendekatan kuantitatif
dan pendekatan kualitatif (mixed research).
Suatu hal yang perlu digarisbawahi, dalam setiap tipe penelitian ada
syarat-
syarat tertentu:
1) Setiap jenis penelitian mempunyai aturan tertentu. Aturan tersebut dipegang
secara teguh agar tercapai tujuan secara objektif.
2) Dalam setiap penelitian hendaklah membatasi kesalahan dan kekeliruan
sekecil mungkin, baik dalam pemilihan rancangan penelitian, pengembangan
dan peng- gunaan alat, analisis data, maupun penafsiran data hasil penelitian.
3) Hasil penelitian hendaklah dipublikasikan sesuai dengan kode etik yang berlaku
dan terbuka untuk dikritik oleh orang lain.
Apabila kedua tipe penelitian (kuantitatif dan kualitatif) digabungkan, maka
pe- nelitian kuantitatif akan memberikan kerangka tentang sesuatu, sedangkan
isi dari kerangka itu yang terkait dengan konteksnya akan disumbangkan oleh
penelitian kualitatif. Memadukan kedua tipe penelitian akan bermakna untuk
tujuan tertentu, namun perlu pula digarisbawahi bahwa tidak semua peristiwa,
objek, atau kejadian dapat dikualitatif-kuantitatifkan. Hal itu sangat tergantung
pada apa tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian yang dilakukan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Penelitian kualitatif pada permulaannya banyak digunakan dalam bidang


sosio- logi, antropologi, dan kemudian memasuki bidang psikologi, pendidikan,
dan sosial lainnya. Penelitian tipe ini dalam analisis datanya tidak menggunakan
analisis statis- tik, tetapi lebih banyak secara naratif; sedangkan bentuk penelitian

63 63
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

kuantitatif sejak awal proposal dirumuskan, data yang akan dikumpulkan


hendaklah data kuantitatif atau dapat dikuantitatifkan. Sebaliknya, penelitian
kualitatif sejak awal ingin meng- ungkapkan data secara kualitatif dan disajikan
secara naratif. Data kualitatif ini men- cakup antara lain:

64 64
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

1) Deskripsi yang mendatail tentang situasi, kegiatan atau peristiwa maupun


feno- mena tertentu, baik menyangkut manusianya maupum hubungannya
dengan manusia lainnya.
2) Pendapat langsung dari orang-orang yang telah berpengalaman,
pandangannya, sikapnya, kepercayaan, serta jalan pikirannya.
3) Cuplikan dari dokumen, dokumen laporan, arsip, dan sejarahnya.
4) Deskripsi yang mendetail tentang sikap dan tingkah laku seseorang.
Oleh karena itu, untuk dapat mengumpulkan data kualitatif dengan baik
peneliti harus tahu apa yang dicari, asal mulanya, dan hubungannya dengan yang
lain, yang tidak terlepas dari konteksnya. Semua itu harus dijangkau secara tuntas
dan tepat, walaupun akan menggunakan waktu yang relatif lebih lama.
Berbarengan dengan penelitian kualitatif, banyak pula peneliti
menggunakan penelitian kuantitatif. Tipe penelitian ini sejak awal penyusunan
proposal telah me- nekankan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Data
yang dikumpulkan beru- pa angka (numbers) sebagai lambang dari peristiwa atau
kejadian dan dianalisis de- ngan menggunakan teknik statistik.
Kedua tipe penelitian ini dapat dilakukan dan sering digunakan oleh para
peneli- ti dalam ilmu sosial, sedangkan untuk kelompok ilmu eksakta lebih
banyak meng- gunakan penelitian kuantitatif, kecuali kalau ingin mengetahui suatu
proses kejadian dalam konteksnya. Secara keseluruhan harus dipahami bahwa
kedua bentuk pene- litian ini memang berbeda dalam: format penyusunan
proposal, data yang dikum- pulkan; latar penelitian; fokus penelitian; pendekatan;
waktu dan analisis data yang telah dikumpulkan. Penelitian kualitatif lebih fleksibel
daripada penelitian kuantitatif dalam penyusunan usulan penelitian. Instrumen
yang digunakan tidak sekaku dalam penelitian kuantitatif.
Secara sederhana, perbedaan tipe penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif
seperti terdapat pada Tabel 2.2. Penelitian kuantitatif sering mencoba
menetapkan hukum atau prinsip-prinsip umum atau mencari sesuatu yang berlaku
www.facebook.com/indonesiapustaka

universal dan mengasumsikan realitas sosial adalah objektif dan di luar kondisi
diri pribadi se- seorang. Adapun pendekatan kualitatif menekankan pada
pentingnya pengalaman subjektif seseorang, dan realitas sosial dipandang
sebagai suatu kreasi kesadaran seseorang dengan memberi makna (meaning)
dan evaluasi kejadian secara personal dan dikonstruksi secara subjektif. Karena

65 65
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

itu fokus pendekatan penelitian kualitatif pada kasus seseorang. Dalam konsep
pendekatan ilmiah, cara pertama sering dise- but dengan istilah nomothetik, dan
yang kedua ideografik.

66 66
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

TABEL 2.2
Perbedaan
Tipe Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
No. Kualitatif Gabungan (Mixed)
Komponen
1. Peran teori: Menguji Kuantitatif Induktif atau “bottom-up”. Deduktif dan
Pendekatan Teori/deduktif atau “top- Induktif.
Ilmiah down”.
2. Teori Mengikuti model natural Interpretatif. Mengikuti model
Pengetahuan science. natural science dan
(role of interpretative.
knowldege)
3. Pandangan Tingkah laku dapat diramal. Tingkah laku dinamis, Tingkah laku
tentang situasional, kontekstual, dan dalam beberapa
tingkah laku personal. keadaan dapat
diramalkan.
4. Hakikat Objektif dan dapat diukur. Dapat dikonstruksi orang, Akal sekal, realism
realitas sosial subjektif, dan personal. dan pragmatic
memandang
dunia/lingkungan.
5. Sasaran/subjek Artiisial, manipulatif. Naturalistik, latar alami, situasi Artiisial dan
penelitian riil. naturalistik.
6. Perspektif Parsial Holistik dan dinamis Holistik dan partial
7. Rancangan a. Spesiik, perinci, dan jelas. a. Umum. Ditentukan sejak
Penelitian b. Ditentukan sejak awal b. Fleksibel. awal
penelitian. c. Berkembang selama proses dan pada
c. Langkah-langkah yang penelitian. tahap tertentu
telah dirumuskan disesuaikan
dipegang secara teguh. dengan tipe
kualitatif yang
dipilih.

8. Usul penelitian a. Luas,formal, perinci, dan a. Singkat. Luas dan


terstruktur. b. Tentatif. disesuaikan
b. Dilengkapi dengan c. Tidak ada hipotesis. dengan tipe
banyak kajian literatur/ kualitatif yang
diawali dengan teori dipilih
c. Umumnya ada hipotesis.

9. Tujuan a. Membuat generalisasi. a. Menggambarkan/ Ganda


penelitian b. Meramalkan, menguji mendeskripsikan realitas
teori, menetapkan/ sesuai dengan konteksnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

mendeskripsikan fakta, b. Menyatakan apa adanya,


menguji hipotesis. eksplorasi.
c. Menunjukkan hubungan c. Memperoleh makna.
antarvariabel. d. Menemukan pemahaman
d. Menemukan teori. yang mendalam tentang
sesuatu.
e. Mengerti teori

67 67
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

Tipe Lanjutan ...


No. Kualitatif Gabungan (Mixed)
Komponen
10. Teknik Kuantitatif
a. Menggunakan kuesioner. b. a. In depth interview. Banyak teknik
pengumpulan Observasi. b. Dokumentasi. yang digunakan.
data c. Wawancara terstruktur. c. Participation obseravation dan
non participation observation.
d. Triangulasi.
11. Instrumen a. Angket. a. Peneliti sebagai instrumen. b. Multimethod dan
b. Tes. Buku catatan, tape, bervariasi sesuai
c skala. handycam, dan lain-lain. dengan tujuan.
e. Unobtrusive measures.
12. Data a. Kuantitatif. a. Kualitatif. Kuantitatif dan
b. Hasil pengukuran atau b. Dokumen pribadi, ucapan, kualitatif.
hasil asesmen variabel catatan lapangan, tindakan
dengan menggunakan responden dan lain-lain.
instrumen.
13. Sampel a. Representatif. a. Tidak representatif. Representatif
b. Luas/besar. b. Kecil. dan luas untuk
c. Diambil secara acak dari c. Tidak acak/random. kuantitatif
populasi. d. Purposive, snowball. Dan terbatas
d. Ditentukaan sejak awal. untuk kualitatif.
14. Hubungan a. Dibuat berjarak, namun Dibangun hubungan yang baik Dibangun sejak
dengan objektif. sehingga terjalin hubungan awal, namun selalu
Responden b. Kedudukan peneliti lebih yang akrab sehingga responden menghindari bias
tinggi dari responden. seakan-akan tidak merasakan ada peneliti.
c. Waktu terbatas. jarak antara dirinya dan peneliti
empathy.
Kedudukan setara antara
peneliti dan responden, mungkin
juga sebagai guru atau konsultan .

15. Analisis data a. Menggunakan statistik. a. Secara narasi. Kuantitatif dan


b. Dilakukan apabila semua b. Deskriptif. Kualitatif.
data telah terkumpul. c. Dimulai sejak awal
c. Menguji hipotesis. penelitian.

16. Mengakhiri Setelah semua rencana Setelah melalui proses analisis Setelah semua
Penelitian kegiatan yang diusulkan dapat data selama penelitian dan tidak rencana kuantitatif
diselesaikan dengan baik, ada lagi data baru yang dan kualitatif
www.facebook.com/indonesiapustaka

termasuk pengumpulan data dibutuhkan. selesai dilakukan.


kembali/ulangan kalau
instrumen yang terkumpul
belum memenuhi syarat untuk
diolah secara statistik

68 68
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

Lanjutan ... Tipe


No. Kualitatif Gabungan (Mixed)
Komponen
17. Hasil Ditentukan Kuantitatif
oleh kesahihan A. Ditentukan oleh kredibilitas Disesuaikan
penelitian (validity), dan keterandalan dan dependibilitas, proses dan dengan format
(reliability) instrumen hasil penelitian. yang dipilih
penelitian yang digunakan, B. Temuan-temuan sesuai (kuantitatif) dan
proses penelitian dan analisis dengan subjek yang diakhiri dengan
data penelitian dapat diteliti dan tidak dapat pencarian makna
menggeneralisasi temuan digeneralisasi pada wilayah untuk kualitatif.
yang lebih luas.

18. Bentuk Laporan menggunakan Laporan naratif dengan Eklektik dan


laporan akhir format statisitik (korelasi, penggambaran kontesktual. pragmatik.
komparasi, perbedaan, dan
sebagainya.)

2. Penelitian Survei dan Nonsurvei


Klasifikasi lain dalam membedakan penelitian, yaitu dengan
membandingkan instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan informasi,
yaitu penelitian survei (survey research) dan penelitian nonsurvei (non-survey
research). Dalam ilmu sosial, survei sering dilakukan. Survei merupakan suatu
cara untuk mengumpulkan infor- masi dari sejumlah besar individu dengan
menggunakan kuesioner, interviu, atau dengan melalui pos (by mail) maupun
telepon. Tujuan utama penelitian survei yaitu untuk menggambarkan karakteristik
dari populasi. Warwick dan Lininger (1975) menyatakan:
A survey is a method of collecting information about a human population in which direct contact
is made with the units of study (individual, organizations, communications, etc.) through such
systematic means as questionaires and intervew schedule.

Adapun Waisberg (1977) mengemukakan bahwa, “Survey research as a tool


for collecting information.” Dengan demikian, jelaslah bahwa penelitian survei
merupa- kan suatu penyelidikan yang sistematis dalam mengumpulkan informasi
www.facebook.com/indonesiapustaka

yang ber- hubungan dengan suatu objek studi, dengan menggunakan kuesioner
atau daftar pertanyaan yang telah terstruktur. Justru karena itu, penelitian survei
mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan penelitian yang lain,
baik dilihat dari teknik pengumpulan data maupun subjek penelitian. Secara

69 69
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

spesifik Fraenkel & Wallen (1993: 343) mengemukakan tiga karakteristik


penelitian survei:
a. Informasi dikumpulkan dari sekelompok orang supaya dapat
menggambarkan aspek atau karakteristik populasi.

70 70
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

b. Teknik utama yang digunakan dalam mengumpulkan informasi yaitu


dengan mengajukan pertanyaan, dan jawaban yang diberikan oleh
responden disusun menjadi data penelitian/studi.
c. Informasi dikumpulkan dari sejumlah orang, merupakan sampel penelitian.
Informasi yang dikumpulkan melalui survei dapat dikategorikan ke dalam
tiga hal, yaitu: (1) opini tentang kehidupan sehari-hari, seperti survei pasar,
pool pendapat tentang pemilihan presiden dan sebagainya: (2) sikap tentang
sesuatu; (3) fakta tentang individu yang diinterviu. Ini berarti data penelitian
dapat beru- pa kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan, aktivitas, dan
pendapat sese- orang; namun dapat pula berupa berbagai hal tentang
kehidupan, seperti ciri-ci- ri demografis dari masyarakat, lingkungan sosial,
maupun visi ke depan.
Tipe penelitian survei dapat dilihat dari instrumen yang digunakan, yaitu:
(1) interviu secara pribadi (personal interview); (2) angket yang dikirimkan
via pos (mail questionaire); (3) survei yang dilakukan dengan menggunakan
telpon (tele- phone survey); dan (4) observasi terkendali/terkontrol (controlled
observation). Apa- bila ditinjau dari lama waktu yang digunakan, penelitian survei
dapat dibedakan: (a) cross-sectional surveys; dan (b) longitudinal survey.
Interviu secara pribadi sangat membantu dalam memahami responden,
baik dilihat dari penalarannya maupun kepercayaannya tentang sesuatu.
Demikian juga berkaitan dengan sikap, minat, dan keinginannya.
“Mail questionaire” adalah suatu penyelidikan yang dilakukan dengan mengi-
rimkan kuesioner kepada responden yang telah ditetapkan dan setelah diisi
oleh responden, instrumen tersebut dikirimkan kembali oleh responden kepada
peneliti. Dalam melakukan mail questionnaire, jangan dilupakan bahwa
pengembalian kue- sioner (respons set) sebaiknya 70%. Oleh karena itu, peneliti
perlu menata proses pengumpulan data dengan sebaik-baiknya. Salah satu di
antaranya dengan memberi perangsang sehingga responden mau mengisi dan
www.facebook.com/indonesiapustaka

mengirimkan kembali. Oleh kare- na itu berilah “endorsement.”


Berhubung karena sampel survei ini mencakup skop yang luas dengan sampel
yang banyak, maka biaya untuk melakukan survei ini akan banyak diperlukan.
Sean- dainya kuesioner yang dikirimkan kepada responden banyak yang tidak
dikembali- kan, maka peneliti harus mengirimkan kembali kuesioner sehingga

71 71
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

yang dikemba- likan sesuai dengan diharapkan dengan tingkat kepercayaan yang
dapat diterima.
Survei melalui telepon (telephone survey) belum banyak dipakai di negara
se- dang berkembang. Tetapi di negara maju penelitian lewat telepon ini telah
banyak dilakukan, sebab lebih murah dan cepat.

72 72
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

Survei yang bersifat cross sectional berupaya mengumpulkan informasi dari


se- jumlah populasi yang telah ditentukan sebelumnya (sampel). Informasi
dikumpulkan pada satu waktu, walaupun kadang-kadang menggunakan satu
rentang waktu ter- tentu. Adapun yang bersifat longitudinal apabila pengumpulan
informasi dilakukan dalam suatu periode waktu tertentu, berkelanjutan, dan
berulang di waktu yang akan datang. Penelitian survei longitudinal ini dapat
berupa studi kecenderungan (trend studies), studi kohort (cohort studies), dan studi
panel (panel studies). Studi kecen- derungan sering dilakukan terhadap sampel yang
berbeda dari populasi yang sama dan disurvey dalam waktu yang berbeda. Umpama
bagaimana kecenderungan ting- gal kelas murid-murid kelas I sekolah dasar. Studi
kohort adalah penelitian survei yang dilakukan terhadap populasi spesifik dan
diikuti beberapa periode waktu. Da- lam hal ini sampel tidak berubah selama
penelitian, sedangkan studi panel dilaku- kan dengan memilih sampel secara
benar sejak permulaan penelitian dan kemudian mengikuti sampel itu selama
periode waktu penelitian. Sampel ini diikuti, diamati, dan dicatat perubahan yang
terjadi, serta dicatat pula berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya
perubahan itu pada seseorang maupun pada objek penelitian.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian survei:
1) Perumusan masalah yang jelas.
2) Identifikasi target populasi.
3) Penentuan sampel.
4) Perumusan instrumen.
5) Pengumpulan data.
6) Analisis data.
7) Penyusunan laporan.
Penelitian nonsurvei adalah penelitian yang mengumpulkan data bukan
de- ngan kuesioner, bukan dengan melalui pos, dan bukan dengan telepon dan
bukan pula dengan interviu terstruktur. Data penelitian nonsurvei dikumpulkan
www.facebook.com/indonesiapustaka

antara lain dengan mempelajari dokumen (document study), content analysis,


observasi, etnometodologi, dan eksperimen di laboratorium. Oleh karena itu,
penelitian non- survei dapat berupa antara lain penelitian kasus, penelitian
tindakan, atau penelitian observasi partisipatif.

73 73
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

Beberapa keuntungan apabila kita menggunakan penelitian survei:


a. Laporan yang didapat jauh lebih banyak apabila dibandingkan dengan
eksperi-
men, karena populasi yang digunakan jauh lebih besar.
b. Informasi yang dikumpulkan lebih “akurat”, karena kesalahan sampling
(sam- pling error) dapat diminimalkan. Besarnya sampel yang diambil dapat
dicari se-

74 74
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

cara teliti dengan memperhatikan seberapa jauh tingkat kesalahan dapat


ditole-
ransi.
c. Digunakan untuk melihat hubungan di antara bermacam ubahan atau sebagai
pendahuluan untuk penelitian yang lebih luas.
Di samping keuntungan tersebut, ada beberapa kelemahan yang perlu
mendapat perhatian pula, yaitu:
a. Dibandingkan dengan penelitian kasus atau eksperimen, penelitian survei
ini kurang mendalam dan kurang mendetail dalam meninjau masalah.
b Karena populasinya luas, maka biaya yang digunakan lebih banyak. Demiki-
an juga waktu yang digunakan, tetapi kalau dibandingkan dengan eksperimen,
biaya yang digunakan kurang mahal.
c. Dilihat dari segi intensitas pelaksanaan, penelitian kurang intensif walaupun
waktu yang dibutuhkan lebih banyak karena populasi sampel yang diambil
lebih luas.
d. Keterbatasan survei timbul dari sifat dari interviewer, sebab interviu
merupakan suatu proses percakapan antara interviewer dan interviewee atau
antara orang dan orang lain. Proses itu “human” (manusiawi). Apabila
interviewer tidak da- pat bertindak “human” dari dalam dirinya, maka ia akan
gagal mengumpulkan data/informasi.
e. Survei itu bersifat mendesak dan ditanya langsung pada orangnya, sedang
in- terviu itu tidak alami mengganggu kehidupan individu sehari-hari; kadang
di- buat-buat. Oleh karena itu, interviewer kadang-kadang sering merespons
ber- beda dengan keadaan yang sebenarnya. Lebih-lebih lagi karena interviu
itu “self reported,” maka tak semua orang mau diinterviu dan memberikan
informasinya secara benar.
Apabila kedua klasifikasi itu dikaitkan dengan tipe penelitian kualitatif
dan kuantitatif, maka di antara jenis penelitian yang tergolong ke dalam penelitian
www.facebook.com/indonesiapustaka

kua- litatif dan kuantatif, dapat pula berupa penelitian survei atau penelitian
nonsurvei. Beberapa penelitian kuantitatif yang juga berbentuk penelitian survei
antara lain Sur- vei Sosial-ekonomi Nasional (SUSENAS), survey
income/pendapatan masyarakat, sedangkan yang bersifat nonsurvei adalah

75 75
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

penelitian yang dilakukan di laboratorium dengan menggunakan instrumen bukan


kuesioner atau interviu.

3. Penelitian Dasar dan Terapan


Masih ada klasifikasi lain tentang penelitian yang dapat dibaca dalam berbagai
literatur/bacaan. Klasifikasi itu didasarkan pada hakikat, ilmu yaitu penelitian dasar

76 76
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

dan penelitian terapan. Penelitian dasar (basic research) atau disebut juga dengan
penelitian murni merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan oleh peneliti dalam
rangka mengembangkan dan menemukan sesuatu yang baru; baik berupa
konsep, preposisi, maupun teori baru. Penelitian dasar adalah suatu proses
pengumpulan dan analisis data/informasi untuk mengembangkan atau
memperkaya suatu teori. Pengembangan teori merupakan suatu proses konseptual
dan mengharapkan banyak penelitian yang dilakukan dalam suatu periode waktu
tertentu. Peneliti dasar tidak peduli pemanfaatan/kegunaan langsung hasil
temuannya bagi masyarakat. Karena itu keterpakaian hasil temuannya secara
langsung di dalam dan oleh masyarakat bukanlah indikator yang menentukan.
Perhatikan penelitian Skinner tentang “Pe­ nguatan” (Reinforcement). Ia hanya
menggunakan burung sebagai kelinci perco- baannya. Demikian juga
“Pengembangan Kognitif” J. Piaget. Dalam percobaannya, ia hanya menggunakan
dua anak sebagai subjek penelitian. Tetapi hasil temuannya menghasilkan teori
yang mampu memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.
Oleh karena penelitian dasar ini kurang memperhatikan nilai praktis atau
kegu- naan temuan penelitian bagi keperluan hidup warga masyarakat sehari-hari.
Peneli- tian jenis ini lebih banyak melihat nilai guna bagi perkembangan ilmu
pengetahuan atau penambahan hukum baru. Masalah yang diselidiki berkaitan erat
dengan ilmu murni dan kurang dikaitkan dengan terpakai tidaknya ilmu yang
didapatnya dalam masyarakat. Best (1981) menyatakan: “… pure research is the
formal and systematic process of deductive-inductive analysis leading to the
development theories.”
Peneliti melihat perkembangan ilmu untuk masa datang adalah sesuatu
yang perlu. Untuk itu ilmu-ilmu murni perlu pula mendapat perhatian. Tetapi tidak
mem- perhatikan apakah yang diteliti itu sesuatu yang dapat diaplikasikan dalam
kehidup- an atau sesuatu yang bermanfaat dan dapat dipraktikkan untuk
masyarakat. Contoh: Penelitian tentang sperma, sifat-sifat manusia, fisika, dan
matematika.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Berbeda dengan penelitian murni, penelitian terapan lebih menekankan


pada pengetrapan ilmu, aplikasi ilmu, ataupun penggunaan ilmu untuk dan
dalam ma- syarakat, ataupun untuk keperluan tertentu. Penelitian terapan
merupakan suatu ke- giatan yang sistematis dan logis dalam rangka menemukan

77 77
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

sesuatu yang baru atau aplikasi baru dari penelitian yang telah pernah dilakukan
selama ini. Dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa penelitian terapan
mempraktikkan hasil penelitian murni untuk kehidupan dalam masyarakat.
Karena itu semua penelitian terapan mencoba mengambil manfaat dari hasil
penelitian murni, dan mencari masalah yang berguna bagi masyarakat.
Contoh: Apakah aplikasi teori “multiple intelligences” dapat memperbaiki
siswa dalam belajar? Jawaban untuk itu secara ilmiah hanya dapat diberikan
kalau telah

78 78
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

diteliti peran multiple intelligences terhadap siswa dalam belajar atau


faktor-faktor yang memengaruhi siswa dalam belajar.

4. Penelitian Kebijakan, Penelitian Evaluatif serta Penelitian


dan Pengembangan
Di samping klasifikasi yang telah dikemukakan tersebut, masih ada klasifikasi
lain, yaitu: (1) penelitian kebijakan (policy research); (2) penelitian evaluatif (evalu-
ative research); (3) penelitian dan pengembangan (research and development).
Da- lam melakukan penelitian kebijakan, peneliti harus hati-hati dan sadar, kapan
suatu kebijakan yang telah diambil sudah wajar untuk diteliti. Hal itu dimaksudkan
untuk meminimalkan salah tafsir sehubungan dengan kesimpulan yang diambil,
terkait dengan kewajaran saat permulaan waktu penelitian dilakukan dan lamanya
kebi- jakan/program dilaksanakan. Ada kebijakan dalam kurun waktu satu tahun
sudah dapat dinilai efektivitas dan efisiensinya, namun ada pula dua atau tiga
tahun beri- kutnya. Umpama: (1) pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan sudah tepat dalam kaitan dengan peningkatan mutu lulusan dalam
percaturan global; (2) guru yang berwewenang penuh membelajarkan siswa adalah
guru yang telah memi- liki Sertifikat Pendidik.
Penelitian evaluatif diarahkan untuk menilai sesuatu yang sedang
berlangsung/ berjalan. Apakah berupa kebijakan yang sudah dikeluarkan ataupun
sesuatu kegiatan yang sudah dilaksanakan. Contoh: (1) Sudah tepat dan benarkah
pelaksanaan sistem kredit semester di perguruan tinggi selama ini? (2) Apakah
kebaikan, kekurangan, dan hambatan pelaksanaan desentralisasi pendidikan di
Indonesia selama ini?
Penelitian dan pengembangan dimaksudkan untuk menyusun dan
mengem- bangkan suatu model atau pola baru atau produk baru seperti model
pembelajaran kreatif dan konstruktif, atau model pendidikan anak-anak
berkemampuan khusus di daerah tertinggal. Mungkin juga diarahkan untuk
menciptakan produk baru dalam upaya memenuhi tuntutan pasar yang berubah
www.facebook.com/indonesiapustaka

dengan sangat cepat.


Di samping itu, masih ada klasifikasi lain yang akan ditemui dalam berbagai
literatur penelitian, seperti penelitian expose-facto (expost facto research), yaitu
me- lakukan penelitian terhadap sesuatu kejadian atau suatu masalah yang

79 79
BAGIAN PERTAMA: MANUSIA, ILMU & KONSEP DASAR 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian
BABPENELITIAN

sebenarnya sudah terjadi, seperti drop out, tinggal kelas. Sebagai lawan dari expost
facto research adalah penelitian eksperimen. Ada juga penelitian berdasarkan
buku yang tersedia di perpustakaan, yaitu penelitian kepustakaan (library research),
sebagai lawan dari penelitian lapangan (field research).

55 55
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Andai kata kurang paham baca kembali
uraian pada Bab 2.

1. Apakah yang dimaksud dengan penelitian (research) ?


2. Jelaskan ciri-ciri penelitian ilmiah ?
3. Penelitian merupakan suatu siklus. Apakah yang dimaksud dengan pernyataan itu?
4. Jelaskan pengertian penelitian menurut:
a. Best
b. Tuckman
c. Leedy
d. Whitney
e. Kerlinger
5. Melalui penelitian kita dapat memahami suatu masalah. Jelaskan dengan contoh apakah yang
dimaksud dengan pernyataan itu.
6. Salah satu fungsi penelitian adalah menerangkan fenomena alam. Coba jelaskan maksud fungsi
tersebut.
7. Di samping fungsi menerangkan masih ada empat fungsi lainnya: yaitu (a) mendeskripsi- kan; (b)
menyusun teori; (c) meramalkan; dan (d) mengendalikan. Jelaskan masing-masing fungsi tersebut
dengan ringkas.
8. Jelaskan proses penelitian menurut Nachmias.
9. Jelaskan beda unsur-unsur penelitian yang dikemukakan Bailey dan unsur-unsur peneli- tian
menurut Nachmias.
10. Jelaskan beda unsur-unsur penelitian menurut Warwick dan Lininger dengan Bailey.
11. Cobalah Anda jelaskan proses penelitian menurut Backstrom dan Cesar.
12. Tuckman mengemukakan unsur-unsur yang berbeda dari Warwick. Jelaskan unsur terse- but.
13. Cobalah Anda kritik unsur-unsur dalam suatu proses penelitian yang penulis kemukakan.
14. Menurut Anda unsur-unsur apakah yang perlu ada dalam setiap proses penelitian kuanti- tatif dan
www.facebook.com/indonesiapustaka

kualitatif? Jelaskan mengapa Anda mengemukakan unsur-unsur tersebut.


15. Apa yang dimaksud dengan penelitian murni (pure research) dan penelitian terapan (applied
research)?

54 54
BAB 2 • Hakikat, Fungsi, dan Proses Penelitian

16. Cobalah Anda susun suatu peta konsep (concept mapping) penelitian kuantitatif dalam
hubungannya dengan penelitian survei dan nonsurvei; penelitian ilmu murni dan terapan; penelitian
kebijakan, evaluasi dan penelitian pengembangan.
17. Jelaskan beda penelitian evaluatif dengan penelitian dan pengembangan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

55 55
www.facebook.com/indonesiapustaka
Bagian Kedua
METODE PENELITIAN
KUANTITATIF

Pada Bagian Kedua ini khusus membicarakan tentang penelitian kuan- titatif
secara lengkap yang terdiri dari delapan bab. Bab 3 berkenaan dengan
Karakteristik dan Jenis-jenis Penelitian Kuantitatif, Bab 4 ten- tang Masalah
Penelitian, Bab 5 berkenaan dengan Variabel Penelitian, Bab 6 Hipotesis, Bab
7 berkenaan dengan Populasi dan Sampel, Bab 8 tentang Rancangan
Penelitian Eksperimen, Bab 9 berkenaan dengan Teknik Pengumpulan Data
dan Validitas Instrumen, sedangkan pada Bab 10 yang merupakan bab
terakhir Bagian Kedua ini dibahas ten- tang Teknik Analisis Data.
www.facebook.com/indonesiapustaka
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF

Bab 3
KARAKTERISTI
K
DAN JENIS-JENIS PENELITIAN KUANTITATIF

Pada Bagian Pertama telah dibahas tentang Manusia, Ilmu, dan Konsep
Dasar Penelitian. Dalam Bab 3 ini khusus dibicarakan karakteristik dan jenis-jenis
peneli- tian kuantitatif.

A. KARAKTERISTIK PENELITIAN KUANTITATIF


Pendekatan kuantitatif memandang tingkah laku manusia dapat diramal
dan realitas sosial; objektif dan dapat diukur. Oleh karena itu, penggunaan
penelitian kuantitatif dengan instrumen yang valid dan reliabel serta analisis
statistik yang se- suai dan tepat menyebabkan hasil penelitian yang dicapai tidak
menyimpang dari kondisi yang sesungguhnya. Hal itu ditopang oleh pemilihan
masalah, identifikasi masalah pembatasan dan perumusan masalah yang akurat,
serta dibarengi dengan penetapan populasi dan sampel yang benar.
Berbeda dengan pendekatan yang lain, pendekatan kuantitatif mempunyai
ci-
ri-ciri utama sebagai berikut:
1) Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan rancangan yang
terstruk- tur, formal, dan spesifik, serta mempunyai rancangan operasional yang
mende- tail.
Setiap penelitian kuantitatif haruslah melangkah dengan persiapan
operasional yang matang. Ini berarti dalam rancangan itu telah terdapat antara
lain masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, kegunaan
www.facebook.com/indonesiapustaka

penelitian, studi kepus- takaan, jenis instrumen, populasi dan sampel, serta
teknik analisis yang digu- nakan. Semuanya itu diungkapkan dengan jelas
dan benar menurut ketentuan yang berlaku dan telah disepakati.
2) Data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif atau dapat dikuantitatifkan
dengan menghitung atau mengukur.

58 58
Ini berarti sebelum turun ke lapangan jenis data yang dikumpulkan telah
jelas, demikian juga dengan respondennya. Data yang dikumpulkan
merupakan data kuantitatif; lebih banyak angka bukan kata-kata atau gambar.

59 59
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

3) Penelitian kuantitatif bersifat momentum atau menggunakan selang waktu


ter- tentu, atau waktu yang digunakan pendek; kecuali untuk maksud
tertentu. Apabila kita melakukan eksperimen, maka waktu yang digunakan
dapat diatur setepat mungkin. Di samping itu dapat juga dilakukan dengan
“sekali pukul dan selesai” serta tidak diperlukan peneliti untuk selamanya
melakukan observasi pada objek yang sedang diteliti.
4) Penelitian kuantitatif membutuhkan hipotesis atau pertanyaan yang perlu
di-
jawab, untuk membimbing arah dan pencapaian tujuan
penelitian.
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu dibuktikan. Untuk
itu diperlukan seperangkat data yang dapat menunjang pembuktian tersebut
me- lalui penyelidikan ilmiah. Data tersebut dapat dikumpulkan dengan
mengguna- kan interview terstruktur, angket, skala, dan sebagainya.
5) Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik, baik statistik
diferensial maupun inferensial.
Pembuktian hipotesis dapat dilakukan secara manual atau dengan
komputer. Dengan menggunakan statistik peneliti dapat mengatakan bahwa
terdapat hu- bungan yang berarti antara satu ubahan dan ubahan yang
lainnya, atau terjadi- nya peristiwa itu karena disebabkan oleh ubahan yang
lain. Tingkat pengaruh atau hubungan suatu ubahan terhadap yang lain, atau
sumbangan ubahan yang satu terhadap ubahan lainnya akan dapat
dinyatakan dengan jelas. Contoh: In- teligensi, motivasi berprestasi, kebiasaan
belajar dan nilai tes masuk memenga- ruhi prestasi balajar mahasiswa FIP
IKIP Padang sebesar 29, 7% (A. Muri Yusuf-1984).
6) Penelitian kuantitatif lebih berorientasi kepada produk dari proses.
Karena yang akan dicari adalah pengujian/pembuktian hipotesis, maka peng-
kajian proses tidaklah begitu dipentingkan, sebab yang ingin dilihat bagaimana
hubungan antara satu variabel dengan yang lain, bagaimana hasil belajar
dengan membelajarkan (bukan prosesnya), atau apakah ada pengaruh umur
www.facebook.com/indonesiapustaka

terhadap kelambatan belajar dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa


penelitian kuanti- tatif tidak terikat betul pada natural setting, karena arti dari
suatu tindakan atau perbuatan telah dinyatakan secara kuantitas dapat diukur
melalui produk/hasil.
7) Sampel yang digunakan: luas, random, akurat, dan representatif.

60 60
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan selalu berupaya ingin


membuktikan hipotesis, dan menggeneralisasi atau memprediksi hasil
penelitiannya. Untuk dapat membuktikan suatu hipotesis, peneliti akan
menggunakan analisis statis- tik yang dalam pelaksanaannya membutuhkan
persyaratan tertentu, seperti jumlah sampel, homogenitas, dan linearitas. Hal
itu hanya dimungkinkan apa- bila sampel diambil dari populasi yang luas,
random, akurat, dan representatif.

61 61
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

Demikian juga untuk membuat generalisasi, sampel yang diambil


hendaklah mewakili “kepada apa atau kepada siapa” hasil penelitian itu akan
digenerali- sasikan. Setiap langkah yang dilakukan hendaklah akurat, sehingga
kesimpulan yang diambil benar dan dapat dipercaya secara ilmiah.
8) Peneliti kuantitatif menganalisis data secara deduktif.
Hal ini terjadi karena hipotesis yang disusun berdasarkan teori yang sudah
ada. Teori tersebut menggambarkan keadaan umum suatu konsep atau
konstruk. Karena penelitian kuantitatif ingin membuktikan hipotesis yang
telah disusun atau ingin menggambarkan sesuatu secara umum, maka analisis
data harus pula dilakukan secara deduktif, dari umum ke khusus, bukan
sebaliknya.
9) Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data hendaklah dapat
diper-
caya (valid), andal (reliable), mempunyai norma dan
praktis.
Penyusunan instrumen yang valid sangat diperlukan. Untuk itu perlu diikuti
langkah-langka dalam penyusunan instrumen yang baik sehingga terdapat
“con- tent validity” atau “predictive validity.” Instrumen itu hendaklah
mudah dilak- sanakan/diadministrasikan dan mempunyai norma tertentu
dalam menentukan angka yang mereka dapat.
Justru karena itu, instrumen penelitian kuantitatif perlu dimantapkan dan
ditim- bang oleh orang yang ahli dalam bidang yang diteliti sebelum
diujicobakan dan digunakan dalam pengumpulan data yang sebenarnya.

B. JENIS-JENIS PENELITIAN KUANTITATIF


Penelitian kuantitatif, seperti juga penelitian kualitatif terdiri dari berbagai
jenis. Tiap jenis mempunyai maksud tersendiri. Oleh karena itu, pemilihan tipe
yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian sangat diharapkan dan menentukan
pencapaian hasil yang telah dirumuskan. Beberapa tipe penelitian kuantitif sebagai
berikut:
www.facebook.com/indonesiapustaka

1. Penelitian Eksploratif
Penelitian eksploratif merupakan studi penjajakan, terutama sekali dalam
pe- mantapan konsep yang akan digunakan dalam ruang lingkup penelitian yang

62 62
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

lebih luas dengan jangkauan konseptual yang lebih besar. Selltiz (1959)
menyatakan bah- wa fungsi dari penelitian eksploratif adalah:
… Increasing the investigator’s familiarity with the phenomenon he wishes to investigated in a sub-
sequent, more highly; or with the setting in which he wishes to priorities for further research; gath-
ering information about practical possibilities to carrying out the research in reallife setting; pro-
vide a cencus of problems regarded as urgent by people working in a given ield of social relations.

Penelitian eksploratif mencoba menyediakan jawaban dari pertanyaan yang


telah

63 63
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

dirumuskan dalam masalah yang akan dijadikan prioritas dalam penelitian


selanjut- nya. Oleh karena itu, penelitian eksploratif merupakan penelitian
pendahuluan. Me- lalui penelitian eksploratif akan di hubungkan di antara
gejala/fenomena sosial dan bagaimana bentuk hubungan itu. Kerlinger (1976)
menyatakan, bahwa penelitian eksploratif bertujuan: (1) menemukan variabel
yang berarti dalam situasi lapangan; (2) menemukan hubungan di antara
variabel-variabel; (3) meletakkan dasar kerja untuk penelitian selanjutnya, yang
bersifat pengujian hipotesis yang lebih sistematis dan teliti. Oleh karena itu,
penelitian eksploratif mempunyai fungsi strategis dalam kerangka penelitian yang
lebih rumit dan kompleks. Untuk itu diperlukan rancangan penelitian yang baik
dan benar sesuai dengan tujuan penelitian.

a. Ciri-ciri Penelitian Eksploratif


Berbeda dengan penelitian historis, yang mencoba mencari informasi atau
ke- jadian masa lampau, maka penelitian eksploratif ingin mencari, menemukan
sesuatu atau pemantapan suatu konsep. Beberapa ciri jenis penelitian ini yang
membedakan dari jenis penelitian lain sebagai berikut:
1) Secara harfiah, eksplore berarti menyelidiki atau memeriksa sesuatu. Jadi,
pe- nelitian eksploratif ingin menemukan sesuatu apa adanya, sebagai langkah
awal untuk mendeskripsikan fenomena tersebut secara lebih jelas dan tuntas.
2) Penelitian ini terbatas
sampelnya.
3) Sifat penelitian ini merupakan penjajakan, bukan akan menerangkan
fenomena itu, atau dapat juga dinyatakan sebagai studi pendahuluan untuk
penelitian yang lebih luas.
4) Instrumen yang dipakai harus mampu mengungkapkan sebanyak mungkin
in-
formasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian.
5) Bentuk pertanyaan yang dipakai lebih banyak yang bersifat terbuka daripada
yang bersifat terstruktur, sehingga mampu menampung atau mendeteksi seba-
www.facebook.com/indonesiapustaka

nyak mungkin informasi yang dibutuhkan.


6) Sumber informasi yaitu primer dan sekunder.
Kedua sumber itu sangat perlu digunakan karena akan saling melengkapi
dan menjelaskan.

64 64
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

b. Langkah-langkah Pokok Penelitian Eksploratif


Seperti juga penelitian yang lain, langkah-langkah pokok dalam penelitian
eks-
ploratif sebagai
berikut:
1) Tetapkan terlebih dahulu bidang yang akan diselidiki dan rumuskan
masalahnya secara jelas.
2) Rumuskan tujuan yang akan dicapai.

65 65
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

3) Lakukan penelaahan kepustakaan untuk mendukung pengumpulan


informasi lebih mendalam sewaktu di lapangan.
4) Susun rancangan pendekatannya, antara lain:
■ Cara pengumpulan data
■ Alat pengumpulan data
■ Sumber informasi
■ Latihan para pengumpul data
5) Kumpulkan data sesuai dengan rancangan yang telah disusun.
6) Susun laporan menurut sistematika tertentu.

2. Penelitian Deskriptif Kuantitatif


Berbeda dengan penelitian eksploratif, penelitian deskriptif kuantitatif
mencoba memberikan gambaran keadaan masa sekarang secara mendalam,
sedangkan pene- litian historis hanya tertuju untuk masa lampau. Adapun
penelitian eksploratif me- rupakan studi pendahuluan yang dapat digunakan sebagai
informasi untuk peneli- tian deskriptif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah
satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba
menggambarkan fenomena secara detail (Lehmann 1979). Isaac dan Michael
(1980) menyatakan bahwa tujuan penelitian deskriptif adalah: “to describe
sytematically the facts and characteristics of a given population or area of interest.”
Oleh karena itu, penelitian deskriptif dapat berupa penelitian dengan
mengguna- kan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian deskriptif
kuantitatif meru- pakan usaha sadar dan sistematis untuk memberikan jawaban
terhadap suatu masalah dan/atau mendapatkan informasi lebih mendalam dan luas
terhadap suatu fenomena dengan menggunakan tahap-tahap penelitian dengan
pendekatan kuantitatif.
Pada 2012, frekuensi terjadinya tawuran pelajar di Jakarta meningkat
tajam dan sudah cukup banyak siswa yang menjadi korbannya. Andai kata peneliti
www.facebook.com/indonesiapustaka

ingin mendeskripsikan bagaimana persepsi siswa tentang tawuran pelajar itu,


peneliti da- pat menggunakan tipe penelitian deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan popu- lasi penelitian: pelajar pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan
pendidikan menengah; negeri maupun swasta dalam wilayah Jakarta atau juga
wilayah Indonesia lainnya. Instrumen yang digunakan angket umpamanya, bukan

66 66
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

observasi/pengamatan. Da- lam konteks ini, perlu disadari bahwa bukan


kedalaman isi yang menjadi fokus pe- nelitian, melainkan mendapatkan gambaran
yang representatif tentang tawuran pe- lajar itu dan dianalisis dengan
menggunakan analisis statistik, dan secara naratif. Sebaliknya, apabila peneliti
menginginkan tujuan penelitiannya mendapatkan infor- masi yang mendalam
tentang apa dan mengapa seorang pelajar tawuran, ditinjau

67 67
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

dari berbagai sudut pandang yang melatarbelakangi terjadinya tawuran


antarpelajar, dengan subjek penelitian adalah pelajar yang sering malakukan
tawuran, sebaiknya digunakan penelitian kualitatif seperti studi kasus, atau
deskriptif kualitatif, atau tipe penelitian kualitatif yang lain.
Di samping itu, perlu pula diingat bahwa tipe penelitian deskriptif kuantitatif
bukanlah tipe penelitian asosiatif. Dengan kata lain, apabila peneliti memilih
dan menggunakan tipe penelitian deskriptif kuantitatif bukanlah dimaksudkan
untuk me- lihat dan menemukan hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat atau untuk membandingkan dua variabel dalam rangka menemukan sebab
dan akibat.

a. Ciri-ciri Penelitian Deskriptif


Beberapa ciri utama penelitian deskriptif ini yang dapat membedakannya
dari jenis penelitian yang lain, yaitu:
1) Memusatkan pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, atau
masalah/
kejadian yang aktual dan berarti.
2) Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan situasi atau kejadian
secara tepat dan akurat, bukan untuk mencari hubungan atau sebab akibat.
Di samping ciri seperti yang telah dikemukakan di atas, ada sebagian ahli meng-
gunakan istilah descriptive dalam arti yang lebih luas, sehingga pengertian
penelitian deskriptif mencakup aspek yang luas. Konsep ini memandang
pengertian deskriptif tersebut sama dengan penelitian survei. Untuk memahami
konsep ini, baca kembali pengertian penelitian survei dan nonsurvei.

b. Langkah-langkah Pokok Penelitian Deskriptif Kuantitatif


Seperti juga jenis penelitian yang lain, langkah-langkah pokok penelitian
des-
kriptif sebagai
berikut:
www.facebook.com/indonesiapustaka

1) Tentukan masalah atau bidang yang diamati dan rumuskan submasalah


secara jelas dan terperinci.
2) Rumuskan secara jelas tujuan yang akan dicapai.
3) Lakukan penelaahan kepustakaan yang tepat dan
benar.

68 68
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

4) Rumuskan metodologi penelitian, antara


lain:
■ Prosedur pengumpulan data.
■ Pilih/susun alat/instrumen yang tepat.
■ Populasi dan sampel.
■ Pembakuan instrumen.
■ Latihan pengumpul data.
5) Turun ke lapangan dalam rangka pengumpulan
data.

69 69
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

6) Analisis data.
7) Penulisan laporan.

c. Beberapa Kelemahan Penelitian Deskriptif Kuantitatif


Walaupun penelitian deskriptif kuantitatif sangat banyak dipakai dalam
peneli- tian sosial, namun perlu dipahami bahwa penelitian deskriptif kuantitatif
ini mempu- nyai beberapa kelemahan. Di antara kelemahan itu sebagai berikut.
1) Topik atau masalah yang dipilih tidak diformulasikan secara jelas dan spesifik,
sehingga mengakibatkan kerancuan dalam perumusan hipotesis dan/atau in-
strumen.
2) Data yang dikumpulkan lebih yang bersifat umum, sehingga kurang
mendu-
kung masalah khusus dalam penelitian itu.
3) Pengambilan sampel kurang sesuai dengan yang sebenarnya, karena tidak
mem- perhatikan tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi. Lebih banyak
menggunakan persentase, seperti 10% dari populasi atau 50% dari populasi
dan sebagainya.
4) Teknik analisis yang dipakai kurang dirancang secara tepat dari permulaan,
ka-
dang-kadang ditentukan setelah data dikumpulkan.
5) Kesahihan isi instrumen yang dipakai kurang mendapat perhatian dari
peneliti.

3. Penelitian Korelasional
Berbeda dengan penelitian eksploratif atau deskriptif; penelitian
korelasional merupakan suatu tipe penelitian yang melihat hubungan antara satu
atau bebera- pa ubahan dengan satu atau beberapa ubahan yang lain. Penelitian
korelasional kadang-kadang disebut juga dengan “associational research”. Dalam
associational research, relasi hubungan di antara dua atau lebih ubahan yang
dipelajari tanpa men- coba memengaruhi ubahan-ubahan tersebut.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Tujuan utama melakukan penelitian korelasional yaitu menolong


menjelaskan pentingnya tingkah laku manusia atau untuk meramalkan suatu
hasil. Dengan de- mikian, penelitian korelasional kadang-kadang berbentuk
penelitian deskriptif kare- na menggambarkan hubungan antara ubahan-ubahan
yang diteliti. Karena itu, pene- litian korelasional merupakan upaya untuk

70 70
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

menerangkan dan meramalkan sesuatu (explanatory studies dan prediction


studies).
Contoh: Bagaimanakah hubungan tingkat kemiskinan dengan pendidikan?
Dalam contoh itu peneliti tidak akan mengungkapkan secara perinci
faktor-fak-
tor apakah yang menyebabkan kemiskinan atau bagaimana perkembangan
tingkat
pendapatan di masa lampau serta perspektifnya untuk masa datang, tetapi
ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kemiskinan dan pendidikan.
Andai kata

71 71
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

“ada”, pertanyaan berikutnya ialah berapa besar hubungannya dan bagaimana


arah hubungan tersebut.
Besarnya hubungan akan bergerak dalam rentang + 1,00 --- 0.00 ---
-1,00. Angka-angka ini merupakan koefisien korelasi antara ubahan-ubahan
yang diteliti.
Kompleksitas hubungan yang akan diteliti, ditentukan oleh seberapa jauh
pe-
neliti mampu dan mau memperhatikan berbagai fenomena yang bermanfaat,
up to date, hangat, dan menarik. Hubungan antara dua ubahan yang
digambarkan oleh
koefisien korelasinya xy), hanya semata-mata untuk menentukan hubungan
(r antara

dua ubahan yang diteliti, bukan untuk melihat pengaruhnya. Hubungan antara
be- berapa ubahan akan beralih menjadi pengaruh apabila ubahan-ubahan itu
secara konseptual mempunyai hubungan yang asimetris, dan teknik analisis
yang lebih kompleks, seperti multiple regression atau partial correlation sehingga
dapat menen- tukan “coeficient determinant” atau sumbangan efektif
masing-masing ubahan de- ngan mengontrol ubahan yang lain.

a. Ciri-ciri Penelitian Korelasional


Beberapa ciri penelitian korelasional yang dapat membedakan tipe penelitian
ini dari tipe penelitian yang lain sebagai berikut:
1) Penelitian korelasional tepat digunakan apabila ubahan-ubahan yang diteliti
kompleks dan/atau tidak dapat diteliti dengan metode eksperimen dan
tidak dapat pula dimanipulasi.
Dengan menggunakan berbagai instrumen, seorang peneliti dapat
melakukan penelitian dengan materi yang luas dan kompleks. Di samping
itu, dapat pula diberikan kepada responden dalam lokasi yang berbeda-beda
provinsinya, selagi dalam kategori sampel yang sama. Contoh: hubungan
antara kreativitas dan pola tindakan orangtua dalam keluarga.
www.facebook.com/indonesiapustaka

2) Penelitian korelasional memungkinkan pengukuran beberapa ubahan


sekaligus, saling hubungannya dan dalam latar realistik (realistic setting).
Mengingat instrumen utama penelitian korelasional ialah angket, maka
berbagai jenis instrumen dapat disiapkan untuk meneliti beberapa ubahan

72 72
sekaligus. Di samping itu, instrumen yang sama dapat pula disebarkan pada
lokasi yang luas dalam waktu yang terbatas.
3) Apa
BAGIAN yang
KEDUA: diperoleh
METODE adalah
PENELITIAN kadar
3•
KUANTITATIF
BAB (degree)danhubungan,
Karakteristik bukan ada
Jenis-Jenis Penelitian atau
Kuantitatif
tidak adanya pengaruh di antara ubahan yang diteliti, kecuali apabila
menggunakan teknik analisis yang lebih kompleks sehingga dapat dicari
pengaruhnya.

b. Langkah-langkah Pokok Penelitian Korelasional


Seperti juga tipe penelitian yang lain, penelitian korelasional mengikuti
beberapa

73 73
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

langkah sebagai berikut:


1) Pilih dan rumuskan masalah yang akan diteliti.
2) Lakukan studi literatur untuk memperkuat landasan teori dan untuk
mengung-
kapkan temuan penelitian yang sudah
ada.
3) Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, identifikasi ubahan yang relevan
untuk diteliti.
4) Tentukan sampel, susun dan pilih instrumen yang cocok serta tentukan
pula teknik analisis data.
5) Kumpulkan data.
6) Analisis data dan interpretasi.
7) Susun laporan penelitian.

c. Keterbatasan Penelitian Korelasional


Walaupun tipe penelitian ini banyak dilakukan oleh para peneliti, namun
bukan berarti tipe penelitian ini tidak mempunyai kelemahan. Isaac dan Michael
(1980) mengemukakan beberapa keterbatasan tipe penelitian korelasional, yaitu:
1) Hasil penelitian ini hanya mengidentifikasi “apa sejalan dengan apa,”
tetapi tidak mengidentifikasikan saling pengaruh yang bersifat kausal.
2) Penelitian tipe ini kurang tertib ketat apabila dibandingkan dengan tipe
pene- litian eksperimen untuk menentukan pengaruh, karena tidak dapat
dilakukan kontrol atau manipulasi terhadap peristiwa yang akan diteliti.
3) Penelitian korelasional cenderung akan mengidentifikasikan pola
hubungan langsung dan/atau unsur-unsur yang dipakai kurang andal dan
belum canggih.
4) Pola hubungan itu sering dibuat-buat dan kadang-kadang meragukan dan
kabur.
5) Sering merancang penggunaannya sebagai shotgun research, yaitu
melakukan penelitian sekali tembak dengan memasukkan berbagai data tanpa
www.facebook.com/indonesiapustaka

pilihan yang mendalam dan tanpa menggunakan interpretasi yang berguna


berdasarkan ke- adaan data yang telah dikumpulkan.

4. Penelitian Kausal Komparatif

74 74
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

Tipe penelitian ini seperti juga tipe penelitian yang lain bersifat expost-facto.
Ini berarti bahwa data dikumpulkan setelah semua fenomena/kejadian yang diteliti
ber- langsung, atau tentang hal-hal yang telah terjadi sehingga tidak ada yang
dikontrol. Kerlinger (1973) menyatakan:
Expost facto research is a systematic empirical inquiry in which the scientist does not have direct
control of independent variabel because their manifestations have already occurred or because
they are inherently not manipulateable inferences about relations among variabel are made,

75 75
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

without direct intervention from concomittant variation of independent and dependent variabel.

Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam penelitian jenis ini tidak ada intervensi
langsung, karena kejadian telah berlangsung. Pengaruh atau efek variabel bebas
da- pat diketahui dengan jalan membandingkan kedua kelompok.
Adapun Cohen dan Manion (1980)
menyatakan:
In the criterion (or causal comparative) approach, the investigator sets out to discover possible
cause for a phenomenon being studied by comparing the subjects in which the variabel is present
with similar subject in it is absent.

Ini berarti bahwa dalam penelitian kausal komparatif peneliti “menjajaki ke


be- lakang, ke masa peristiwa itu terjadi; apa-apa yang menjadi penyebab suatu
peristi- wa atau kejadian yang menjadi objek penelitian, dengan membandingkan
fenomena pada kelompok yang ada peristiwa dan pada kelompok yang tidak
terjadi peristiwa itu. Penelitian kausal komparatif dapat menentukan penyebab,
efek, atau konsekuen- si yang ada di antara dua kelompok atau beberapa
kelompok. Bagaimanapun juga, dalam penelitian kausal komparatif diawali
dengan mencatat perbedaan di antara dua kelompok, dan selanjutnya mencari
kemungkinan penyebab, efek, atau konse- kuensi. Kadang-kadang penelitian
kausal komparatif digunakan sebagai alternatif untuk mengadakan suatu
eksperimen.

a. Rancangan Dasar Penelitian Kausal Komparatif


Secara sederhana, rancangan dasar penelitian kausal komparatif ini
sebagai
berikut:
Kelompok Variabel Bebas Variabel Terikat
(A) (C) (O)
I Kelompok yang memiliki Pengukuran
karakteristik.
(C) (O)
Drop-out II Kelompok yang tidak Pengukuran
www.facebook.com/indonesiapustaka

memiliki karakteristik.
(B) (C1) (O)
I Kelompok yang memiliki Pengukuran
karakteristik 1.
Tidak drop-out (C2) (O)

76 76
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

II Kelompok yang memiliki Pengukuran


karakteristik 2.

Contoh:
Peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa dropout dari
universitas.

77 77
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

Untuk itu peneliti mengambil dua kelompok atau lebih dengan jumlah yang sama dari suatu
universitas. Kelompok pertama (A) adalah mahasiswa yang drop out, sedangkan kelompok
kedua (B) mahasiswa yang bukan drop out. Selanjutnya, peneliti menguji be- berapa
variabel tentang status sosial ekonomi, lingkungan belajar, tempat tinggal, cara belajar, hasil
belajar, dan mungkin juga kemampuan (abilities) responden, dengan meng- gunakan teknik
statistik tertentu dalam analisis data akan dapat diketahui faktor-faktor mana yang lebih
menentukan mahasiswa drop out dari universitas.

Contoh lain:
Bagaimanakah seseorang yang diajar dengan metode inquiry bereaksi terhadap propa-
ganda?
Dalam hal ini konsekuensi sebagai intervensi. Atau dapat juga berupa efek, seperti:
Apakah perbedaan kemampuan disebabkan oleh gender?
Secara skematis penelitian kausal komparatif adalah:
XX
01
XX
02
Faktor penyebab Keadaan sekarang

Keterangan:
01 = Kelompok satu
02 = Kelompok dua
XX = Variabel bebas

Walaupun melalui penelitian kausal komparatif telah banyak dihasilkan


informa- si, penelitian kausal komparartif dapat pula dimanfaatkan untuk melihat
hubungan sebab akibat yang sederhana, namun ada beberapa kelemahan yang
perlu mendapat perhatian sehingga tidak terjadi salah penafsiran terhadap hasil
yang didapat melalui penelitian ini.

b. Langkah-langkah Penelitian Kausal Komparatif


Beberapa langkah utama yang perlu dilalui dalam penelitian kausal
www.facebook.com/indonesiapustaka

komparatif sebagai berikut:


a) Rumuskan masalah dengan jelas; apakah dalam bentuk sebab, efek, ataukah
konsekuensi.

78 78
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

b) Lakukan penelaahan kepustakaan dengan baik, sehingga dapat diperkirakan


de- ngan teliti dan konseptual faktor-faktor determinan terhadap kejadian yang
akan diteliti.
c) Rumuskan teori yang mendasari hipotesis.

79 79
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

d) Rumuskan hipotesis.
e) Pilih subjek yang
relevan. f) Susun
instrumen.
g) Pilih teknik pengumpul data yang
tepat. h) Validasi instrumen.
i) Kumpulkan
data. j) Analisis
data.
k) Susun laporan.

c. Kelemahan Penelitian Kausal Komparatif


Beberapa kelemahan penelitian kausal komparatif sebagai berikut:
1) Variabel bebas tidak dapat dikontrol karena kegiatan yang diteliti telah
terjadi.
Peneliti tidak dapat mengatur kondisi atau memanipulasi variabel bebas
yang memengaruhi variabel terikat.
2) Kurang dapat dilaksanakan pemilihan kelompok penelitian secara random,
ka- rena kelompok telah terbentuk dan ada sebelumnya dan tergiring oleh
karakte- ristiknya.
3) Sangat sulit untuk menentukan apakah faktor-faktor yang relevan betul-betul
telah termasuk ke dalam faktor yang sudah diidentifikasikan.
4) Suatu gejala/hasil yang sama belum tentu disebabkan oleh sebab yang
sama, mungkin juga oleh sesuatu sebab dalam kejadian tertentu atau sebab
lain pada situasi yang lain pula.
5) Suatu gejala bukanlah hasil satu sebab. Banyak penyebab menjadi penghasil
satu gejala yang sama.
6) Mengklasifikasikan subjek ke dalam kategori dikotomi (seperti buruk atau
baik)
www.facebook.com/indonesiapustaka

untuk tujuan perbandingan menimbulkan persoalan.


7) Ada kesukaran dalam interpretasi dan bahaya asumsi post hoc, karena apabila
X
mendahului Y maka X menyebabkan Y.
8) Sering kesimpulan diambil berdasarkan sampel yang terbatas.

80 80
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

5. Penelitian Tindakan (Action Research)


Berbeda dengan penelitian kausal komparatif yang mencoba menentukan
pe- nyebab (cause) atau konsekuen (consequences) yang telah ada (already exist)
di an- tara dua kelompok atau lebih, penelitian tindakan mencoba mengembangkan
ke- terampilan baru, pendekatan baru, atau informasi yang berguna bagi peneliti
dan sekelompok orang yang menjadi target group penelitian. Oleh karena itu, tugas
uta- ma penelitian tindakan adalah menghasilkan informasi dan pengetahuan,
serta ke-

81 81
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

terampilan baru yang dapat digunakan secara langsung kepada sekelompok


orang melalui penelitian, dan juga dimaksudkan untuk memberikan penerangan
pada se- kelompok subjek peneliti, memotivasi mereka untuk menggunakan
informasi yang mereka dapat melalui penelitian. Penelitian tindakan memulai
aksi untuk meme- cahkan suatu masalah dengan langsung mengaplikasikan tindakan
pada lingkungan tertentu dalam latar (setting) alami. Penelitian tindakan berawal
dari masalah praktik yang dihadapi seseorang dalam lingkungnnya, baik yang
berkaitan dengan proses pelaksanaan maupun produk yang dihasilkan.
Penelitian tindakan diawali dengan suatu rencana tindakan, tindakan, obser-
vasi, dan refleksi. Untuk menyusun rencana, perlu dilakukan need assessment
atau observasi, ataupun teknik-teknik lain untuk pengumpulan data awal sehingga
data dasar lengkap, sebagai dasar perlunya aksi/tindakan dilakukan. Selama
tindakan dilakukan, dan sesudahnya diperlukan pula observasi untuk mengetahui
bagaimana tindakan itu dilakukannya. Selanjutnya memasuki langkah refleksi,
individu yang ikut serta dalam kegiatan memberikan informasi masukan tentang
pelaksanaan ke- giatan. Hal itu akan digunakan untuk perbaikan rencana tindakan
pada kegiatan kedua siklus 1. Begitulah seterusnya sampai siklus 1 selesai dan
dilanjutkan dengan siklus 2 dan 3, dan seterusnya sampai tidak ada lagi kesalahan
dalam melakukan tin dakan dan tujuan tercapai. Oleh karena itu, penelitian
tindakan dilaksanakan de- ngan menggunakan data berbagai teknik (multi
methods) dalam pengumpulan data maupun dalam refleksi.

a. Apakah yang Dimaksud dengan Penelitian Tindakan?


Menurut Blum (Cohen Manion, 1980), penelitian tindakan sangat
bermanfaat dalam upaya peningkatan dan perbaikan. Rapoport (1970, dikutip
oleh Hopkins,
2008: 47) menyatakan
bahwa:
Aims to contribute both to the practical concerns of people in an immediate problematic situ- ation
and to the goals of social science joint collaboration within a mutually acceptable ethical
www.facebook.com/indonesiapustaka

framework

(Penelitian tindakan ditujukan untuk memberikan kontribusi pada pemecahan masalah praktis
dalam situasi problematik yang mendesak dan pada pencapaian tujuan ilmu-ilmu sosial melalui
kolaborasi patungan dalam kerangka kerja etis yang saling dapat menerima).

82 82
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

Hal itu dapat dilakukan dengan menciptakan dan mengupayakan suatu


tindak- an, terkait dengan yang ingin diperbaiki dan/atau ditingkatkan, bersifat
situasional, kondisonal, dan kontekstual.
Beberapa pendapat tentang Action research adalah sebagai
berikut:
Action research is a form of self reflective enquiry undertaken by participants in

83 83
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

social (including educational) situation in order to improve the rationality


and justice of: (a) their own social or educational practices; (b) their
understanding of these practices; and (c) the situations in which the practices
are carried out. It is most rationally empowering when undertaken by
practioners collaboratively, though it is often undertaken by individuals, and
sometimes in cooperation with outsiders (Kemmis, 1983; dalam Hopkins,
2008).
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri kolektif
yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial dalam rangka
meningkatkan penalaran dan keadilan praktik sosial dan pendidikan mereka
sendiri; serta pe- mahaman mereka tentang praktik tersebut dan situasi
tempat praktik tersebut dilakukan (Kemmis & Mc Taggart, 1988; 5-6).
Action research might be defined as the study of social situation with a view
to improving the quality of action within it.
(Penelitian tindakan merupakan studi mengenai situasi sosial dengan
maksud memperbaiki tindakan (action) yang dilakukan) (Elliot 1991: 69).
Penelitian tindakan merupakan suatu studi sistematis dengan tujuan
memper- oleh pemahaman, mengembangkan refleksi praktik, meningkatkan
perubahan positif dan memperbaiki kehidupan individu yang ikut terlibat
dalam tindakan tersebut (Mills, G, 2000; 6).
Penelitian tindakan merupakan penelitian praktik, oleh praktisi, untuk
praktisi.
Dalam penelitian tindakan, semua aktor yang ikut serta/dilibatkan dalam
proses penelitian ialah partisipan yang mempunyai kedudukan yang sama
dan harus diikutsertakan dalam setiap langkah penelitian. Jenis keterlibatan
diharapkan bersifat kolaboratif—komukasi simetris—dan semua partisipan
hendaklah di- pandang sebagai partner dalam posisi yang sama. Partisipasi
kolaboratif dalam teori dan praktik, serta percakapan politik merupakan
tanda resmi penelitian tindakan. (Grundy & Kemmis, dikutip
Zubert-Skerritt; 1996, 5).
www.facebook.com/indonesiapustaka

Penelitian tindakan merupakan pengumpulan informasi secara sistematis


yang dirancang untuk menghasilkan perubahan sosial (Bodgan & Biklen,
1982, yang dikutip Burns, 1999: 30).

84 84
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam konsep peneli-
tian tindakan ada dua kata, yaitu penelitian dan tindakan. Penelitian merupakan
sua- tu studi sistematis untuk memecahkan suatu masalah. Berawal dari suatu
masalah yang dirasakan dan kemudian berubah manjadi masalah yang wajar
untuk diteliti. Tindakan merupakan suatu aksi (action) untuk memecahkan
masalah tersebut. Oleh karena itu, penelitian tindakan dapat diartikan sebagai
suatu studi sitematis dalam memecahkan masalah dalam situasi sosial, melalui
suatu tindakan dan ditujukan un-

85 85
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

tuk meningkatkan pemahaman, dan penalaran mereka yang ikut serta dalam
situasi tersebut dan orang-orang yang dilibatkan dalam pemecahan masalah
tersebut.
Penelitian tindakan merupakan salah satu jenis penelitian yang
membutuhkan suatu rencana, tindakan, observasi dan refleksi secara
berkesinambungan, melalui berbagai tahap dan siklus penelitian secara ilmiah.
Pada setiap siklus dilakukan pula berbagai kegiatan/pertemuan penelitian. Secara
spesifik dapat dikatakan bahwa ci- ri-ciri penelitian tindakan sebagai berikut:
a) Bersifat praktis dan relevan dengan situasi aktual dalam masyarakat.
b) Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah
atau pengembangan. Bersifat empiris dan tidak jatuh lagi pada subjektif
kelompok ter- tentu atau pendapat orang lain berdasarkan pengalaman mereka
di masa lampau.
c) Fleksibel dan adaptif, yaitu mudah diubah dan dapat disesuaikan dengan
tun- tutan tindakan selama penelitian. Ini berarti pada tahap/siklus pertama,
yang diawali dengan perencanaan, diikuti tindakan, observasi, dan refleksi;
dilanjut- kan dengan kegiatan kedua, ketiga, keempat dan kelima, dengan
melakukan penyempurnaan rencana berdasarkan hasil observasi dan refleksi
masing-ma- sing kegiatan. Selesai siklus satu dilanjutkan dengan siklus
kedua, ketiga, dan mungkin juga yang keempat; sampai peneliti yakin telah
melaksanakan tindakan dengan benar.
d) Partisipatori.
Berbeda dengan penelitian eksperimen sungguhan, di mana dirancang
secara khusus adanya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk
mengeta- hui pengaruh perlakuan (treatment) yang diberikan. Dalam
penelitian tindakan, pengaruh tindakan bukan tujuan, hanya merupakan efek
sampingan; yang le- bih diutamakan dan menjadi prioritas adalah ketepatan
dan kebenaran tindakan yang diberikan itu sesuai dengan yang seharusnya.
Dalam konteks demikian peneliti bersama timnya merupakan perilaku aktif
www.facebook.com/indonesiapustaka

dalam penelitian. Peneliti dan tim yang diikutsertakan dalam penelitian


berpartisipasi aktif selama penelitian.
e) Self evaluation.
Modifikasi tindakan mendekati konstruk yang sesungguhnya berlangsung
se- jalan dengan tahapan penelitian. Peneliti dibantu oleh tim peneliti ahli

86 86
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

yang lain dalam melakukan self evaluation terhadap tindakan yang


dilakukan. Peneliti bertanya pada dirinya: “sudah tepat dan benarkah saya
melakukan tindakan sesuai dengan konstruk atau konsep yang
sesungguhnya?” Tim peneliti mem- berikan masukan tentang kelemahan dan
kekurangan yang dilakukan pelaksana tindakan. Muara akhir yang ingin
dicapai yakni peningkatan praktik tindakan mendekati yang sesungguhnya.

87 87
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

b. Langkah-langkah Penelitian Tindakan


Sulit untuk memastikan siapa penemu penelitian tindakan secara pasti.
Dalam berbagai literatur ditemukan, bahwa kegiatan penelitian tumbuh dan
berkembang pada awalnya dalam bidang psikologi dengan tokoh utamanya Kurt
Lewin (1946); dan waktu-waktu berikutnya banyak pula digunakan dalam
bidang sosiologi dan antropologi antara lain oleh peneliti seperti William
Goodenough (1963); dan juga dalam bidang pendidikan serta praktik pendidikan
(Kemmis dan McTaggart, 1988).
Secara umum dapat dirumuskan bahwa langkah-langkah penelitian
tindakan sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi area yang akan dijadikan masalah penelitian.
(1) Apa yang sedang terjadi sekarang; kekuatan dan
kelemahannya. (2) Merumuskan ide-ide umum tentang keadaan
yang terjadi.
(3) Meninjau dan mengeksplorasi keadaan menjadi lebih spesifik sehingga
ter-
deteksi berbagai masalah yang membutuhkan tindakan perbaikan.
(4) Menetapkan masalah yang menjadi prioritas dan bidang penelitian
tindakan. b) Memformulasikan rencana tindakan, yang mencakup antara lain:
(1) Identifikasi
masalah.
(2) Analisis dan perumusan
masalah.
(3) Memilih tindakan yang tepat sesuai dengan masalah yang
dirumuskan. (4) Menyusun langkah-langkah rencana tindakan dengan
baik dan benar.
c) Tindakan dan pengamatan.
Melakukan tindakan sesuai dengan rencana solusi yang telah ditetapkan
dan berbarengan dengan itu tim peneliti yang lain mengamati pelaksanaan
www.facebook.com/indonesiapustaka

tindakan yang dilakukan peneliti, antara lain ketepatan, kelemahan,


kekurangan, maupun kelebihannya.
d) Evaluasi tindakan.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan, dilakukan eva-
luasi tindakan oleh tim peneliti. Kegiatan ini secara prinsip diarahkan untuk

88 88
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

mengetahui kekurangan, kelemahan, atau ketidaktepatan peneliti dalam meng-


gunakan tindakan.
e) Refleksi.
Selanjutnya tim peneliti memberikan refleksi tentang kelemahan atau keku-
rangtepatan peneliti melaksanakan tindakan. Berdasarkan masukan tersebut
pe- neliti menyempurnakan perencanaan pelaksanaan tindakan yang akan
dilakukan pada pertemuan kedua, siklus pertama. Demikian juga untuk
pertemuan ketiga, keempat, dan kelima siklus pertama. Apabila siklus pertama
selesai, namun tin-

89 89
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

dakan belum terlaksana sesuai dengan yang seharusnya, penelitian


dilanjutkan ke siklus kedua atau ketiga, dan seterusnya.
Menurut Kurt Lewin, rancangan penelitian tindakan pada awalnya
mengikuti dua tahap utama sebagai suatu sirkel:
a) Tahap diagnostik (diagnostic stage), yaitu fase mendiagnosis masalah
yang muncul dan mengembangkan alternatif tindakan, yang terdiri dari:
(1) Penentuan masalah umum yang akan
diperbaiki/diubah. (2) Melaksanakan “fact finding”.
(3) Studi literatur untuk menemukan apa yang akan dipelajari.
(4) Brainstorming sehubungan dengan masalah yang diteliti, data yang
dikum-
pulkan, pertanyaan penelitian yang akan diuji, dan sebagainya.
(5) Sebelum turun ke lapangan (action), perlu memilih, menata prosedur
dan teknik yang benar.
b) Tahap penyembuhan (therapeutic stage), yang merupakan pelaksanaan
tindak- an perbaikan sebagai upaya mengatasi masalah yang dirasakan
meliputi dua ta- hap, yaitu:
(1) Implementasi rencana aksi.
(2) Interpretasi data dan evaluasi proyek.
Pada bagian ini, rencana aksi dilaksanakan dan diikuti dengan pengumpulan
data, interpretasi, dan diikuti dengan evaluasi. Perlu diingatkan bahwa pada saat
implementasi aksi jangan lupa melakukan observasi dan teknik lain untuk dapat
me- ngumpulkan data pelaksanaan tindakan. Benarkan aksi dapat
menyembuhkan pe- nyakit. Andai kata belum, lakukan pengkajian lagi berdasarkan
hasil evaluasi dan sempurnakan pelaksanaan aksi. Kegiatan ini dapat dilakukan
beberapa kali per- temuan dalam satu siklus, dan dilanjutkan pada siklus-siklus
berikutnya sampai tin- dakan berhasil dilakukan dengan baik dan proyek selesai.
Perlu dipahami bahwa konsep Lewin tentang action research was: (1) as
an externally initiated intervention designed to assist a client system; (2)
www.facebook.com/indonesiapustaka

functionalist in orientation; and (3) prescriptive in practice (Hopkins, 2008: 55).


Jadi, karakte- ristik penelitian tindakan yang digagas Kurt Lewin pada mulanya
yaitu: (1) suatu desain intervensi datang dari luar (externally) dalam upaya
membantu klien sistem; (2) functional/ahli dalam operasi tindakan itu; dan (3)

90 90
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

bersifat menentukan dalam praktik. Penelitian tindakan menurut model Susman


lain lagi. Ia mengemukakan lima langkah penelitian tindakan sebagai berikut:

91 91
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

Diagnosing: identifying
or deining of problem

Specifying learning: Action planning:


identifying generate considering alternative
inding courses of action

Evaluation: studying
Taking action: selecting
the consequences of
a course of action
action

Ia mengawali penelitian tindakan dengan melakukan diagnosis, yaitu


berupa identifikasi atau perumusan masalah. Dilanjutkan dengan menyusun
rencana tin- dakan. Adapun Kemmis dan McTaggart (1986) mengemukakan
model penelitian tindakan sebagai berikut:
www.facebook.com/indonesiapustaka

92 92
Stinger’s (1999) menyatakan penelitian tindakan sebagai rangkaian yang
ber-
bentuk spiral dalam tiga tahap, yaitu: (1) lihat (look); (2) pikirkan (think); dan
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF
(3)

93 93
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

tindakan (act). Pada setiap tahap tersebut terdapat beberapa subkegiatan


sebagai berikut:
1. Lihat : Kumpulkan informasi yang relevan.
Rumuskan dan deskripsikan situasi.
2. Pikirkan : Eksplorasi dan analisis apa yang terjadi.
Interpretasikan dan jelaskan: bagaimana dan mengapa itu ada
dan terjadi.
3. Tindakan : Susun rencana tindakan/action.
Implementasikan
rencana. Evaluasi.

c. Jenis Penelitian Tindakan


Secara konseptual penelitian tindakan mempunyai kerangka dasar yang
sama, namun dalam pelaksanaannya terdapat penekanan yang berbeda. Grundy
(1988) menekankan tiga model penelitian tindakan, yaitu:
1) Technical.
2) Practical.
3) Emancipating.
Adapun Holter dan Schwart-Barcott mengemukakan tiga tipe pula, yaitu:
1) Technical collaborative approach.
2) Mutual collaborative approach.
3) Enhancement approach.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, McKernan (1993)
mengemukakan pula tiga jenis penelitian tindakan, yaitu:
1) Scientific technical view of problem solving.
2) Practical deliberate action research mode.
3) Critical emancipating action research (Berg: 2000; 185).
Oleh karena itu, penelitian tindakan dapat dilakukan dalam bentuk
www.facebook.com/indonesiapustaka

kolaborasi secara teknis, kolaborasi praktik secara bersama-sama atau


memberikan kebebasan (emancipating) lebih besar pada praktisi-peneliti, sampai
pada akhirnya tindakan dapat dilakukan dengan benar dan secara utuh sesuai
dengan yang seharusnya dan tujuan yang direncanakan tercapai dengan baik.

94 94
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

6. Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen merupakan satu-satunya tipe penelitian yang
lebih akurat/teliti dibandingkan dengan tipe penelitian yang lain, dalam
menentukan relasi

95 95
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

hubungan sebab akibat. Hal itu dimungkinkan karena dalam penelitian


eksperimen peneliti berdaya dan dapat melakukan pengawasan (kontrol) terhadap
variabel bebas baik sebelum penelitian maupun selama penelitian. Di samping itu,
dapat pula dimi- nimalkan pengaruh komponen lain yang diduga akan
memengaruhi hasil penelitian, seperti pengaruh lingkungan di sekitar responden
penelitian. Atau, dapat pula dika- takan bahwa melalui penelitian eksperimen,
peneliti mampu dan dapat memanipulasi variabel bebas dan mengatur situasi
penelitian dengan benar sehingga dapat meng- ungkapkan faktor-faktor sebab dan
akibat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ide dasar daripada penelitian
eksperimen yaitu coba sesuatu dan secara sistematis amati apa yang terjadi. Melalui
penelitian eksperimen ini peneliti dapat pula me- ngontrol kondisi kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Fraenkel dan Wallen (1993) menyatakan
bahwa keunikan penelitian eksperimen adalah: (1) satu-satu- nya tipe penelitian
yang memberi kesempatan kepada peneliti untuk secara langsung dapat
memengaruhi variabel penelitian; dan (2) satu-satunya pula tipe penelitian yang
dapat menguji hipotesis tentang relasi hubungan sebab akibat. Ini berarti bahwa
suatu perlakuan (treatment) dapat dijadikan faktor penyebab terjadi suatu
perubahan pada individual. Karena itu, variabel bebas disebut juga dengan variabel
eksperimen atau variabel perlakuan.
Penelitian eksperimen merupakan suatu penyelidikan yang dirancang
sedemiki- an rupa, sehingga fenomena atau kejadian itu dapat diisolasi dari
pengaruh lain. Campbell dan Stanley (1966) menyatakan: penelitian
eksperimental merupakan suatu bentuk penelitian di mana variabel dimanipulasi
sehingga dapat dipastikan pengaruh dan efek variabel tersebut terhadap variabel
lain yang diselidiki atau di- observasi. Adapun Bailey (1978) menyatakan bahwa:
“The experiment is a highly controlled method of attempting to demonstrate the
existence of causal relationship between one or more independent variabel and one
or more dependent variabel.” De- ngan demikian, jelaslah bahwa dengan
melakukan eksperimen kita dapat menun- jukkan pengaruh secara langsung
satu variabel yang diteliti, dan dapat menunjuk- kan dan memperlihatkan
www.facebook.com/indonesiapustaka

hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel tergantung atau menguji
suatu hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Esensi suatu eksperimen
dinyatakan Cohen dan Manion (1980) dengan kata-kata: bahwa dalam suatu
penelitian eksperimen, peneliti dengan sengaja mengontrol dan me-ma- nipulate
kondisi yang menentukan kejadian di mana peneliti itu tertarik. Oleh karena itu,

96 96
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

dalam penelitian eksperimen peneliti dapat meramalkan variabel Y dari variabel


X, dengan mengontrol variabel lain yang mungkin akan memengaruhi perubahan.
Dengan demikian, variabel yang akan memberikan pengaruh diisolasi,
di-manipulate sehingga pengaruh variabel lain dapat diminimalkan kalau tidak
mungkin ditiadakan sama sekali.

97 97
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

Contoh: Pengaruh pemberian makanan tambahan pada ayam petelur.


Dalam contoh di atas pengaruh variabel lain seperti bibit, suhu udara,
pengaturan pemberian makanan dikontrol. Semua ayam percobaan mempunyai
kualitas petelur yang sama. Udara dan kelembaban, kondisi kandang ataupun
keadaan lingkungan lainnya antara ayam kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen disamakan.
Secara spesifik dapat dikemukakan beberapa kondisi yang perlu mendapat
per- hatian oleh peneliti dan dilakukan pengawasan sehingga membantu dalam
mengon- trol ketelitian hasil penelitian, yaitu:
a) Membentuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang sama
karakter- istiknya, antara lain: mempunyai nilai-nilai (values) yang sama, dan
mempunyai status yang sama atau disebut juga “matched group”.
b) Memilih responden secara random (randomization) pada masing kelompok.
c) Mengontrol variabel bebas atau variabel penyebab (causal variable). Dapat
juga dilakukan dengan mengontrol variabel extraneous (variabel lain di luar
variabel bebas yang akan memengaruhi hasil pada variabel terikat).
d) Mengukur dengan teliti dan akurat nilai-nilai variabel terikat, baik sebelum
di-
administrasikan variabel bebas maupun sesudah dilaksanakan penelitian.

a. Jenis Penelitian Eksperimen


Penelitian eksperimen dapat dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu:
1) Pre-Experiment, yaitu penelitian eksperimen yang pada prinsipnya hanya
meng- gunakan satu kelompok. Ini berarti bahwa dalam tipe penelitian tidak
ada ke- lompok kontrol. Karena itu pre-experiment tidak memenuhi syarat
penelitian eksperimen yang sesungguhnya.
Ke dalam tipe penelitian ini termasuk antara lain:
■ The one shot case study,
■ The onegroup pretest-posttest design,

www.facebook.com/indonesiapustaka

The static group comparison design.


2) Quasi Experiment, merupakan salah satu tipe penelitian eksperimen di
mana peneliti tidak melakukan randomisasi (randomnes) dalam penentuan
subjek ke- lompok penelitian, namun hasil yang dicapai cukup berarti, baik
ditinjau dari validitas internal maupun eksternal.

98 98
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

Beberapa jenis penelitian yang termasuk kategori ini yaitu:


■ The nonrandomized control group pretest-posttest design.
■ The time series experiment.
■ The control group time series.
■ The equivalent time samples design.

99 99
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

3) True experiment, yaitu suatu jenis penelitian eksperimen yang sesungguhnya,


di mana peneliti mengontrol variabel-variabel yang diteliti dengan baik serta
me- ngendalikan situasi penelitian dari ancaman yang mungkin merusak hasil
pe- nelitian dari keadaan yang sesungguhnya. Ini berarti bahwa dalam
eksperimen yang sesungguhnya, validitas internal dan eksternal merupakan
kondisi utama yang perlu mendapat perhatian para peneliti dalam menata
rancangan penelitian yang dilakukannya.
Beberapa rancangan penelitian yang termasuk ke dalam rancangan
eksperimen yang sesungguhnya ini sebagai berikut:
1) The randomized pretest-posttest control group.
2) The rendomized posttest only control group design.
3) The randomized Solomon four-group design.
Rancangan penelitian eksperimen secara terperinci akan dibicarakan pada
bagi-
an lain dalam buku ini.

b. Kelemahan dan Keuntungan Penelitian Eksperimen


Walaupun dalam penelitian eksperimen peneliti dapat mengontrol variabel
yang diteliti dan situasi pelaksanaan penelitian, namun tidak berarti bahwa tipe
penelitian eksperimen tidak mempunyai kelemahan di samping keuntungannya.
Lebih lagi ka- lau peneliti kurang tepat memilih rancangan penelitian yang akan
digunakan. Secara umum dapat dikatakan beberapa kelemahan penelitian
eksperimen:
1) Situasi lingkungan yang artificial.
Setiap melakukan eksperimen peneliti selalu dihadapkan pada situasi yang
di- buat, dikontrol, dan bukan dalam latar alami (natural setting) yang
sesungguh- nya atau keadaan riil yang sebenarnya. Tingkah laku sosial
ditempatkan dalam suatu lingkungan yang dibuat dan penuh kontrol, seperti
di laboratorium.
www.facebook.com/indonesiapustaka

2) Adanya efek peneliti sendiri (experimenter effect).


Dengan rancangan yang dibuat khusus untuk membuktikan atau
menemukan sesuatu, peneliti mengharapkan sesuatu yang ingin dicapainya,
penghargaan pe- neliti akan efek eksperimen akan membawa pengaruh pada

100 100
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

pencapaian hasil. Peneliti bersikap reaktif tentang eksperimen yang


dilakukannya.
Rosenthal (1966) membuktikan bahwa peneliti (experimenter) yang
mencerita- kan apa yang diharapkannya dari suatu eksperimen lebih
menyelaraskan dengan hipotesis penelitiannya daripada peneliti yang tidak
menceritakan apa yang di- harapkannya.
3) Meletakkan objek penelitian di laboratorium memang dapat dikontrol
dengan baik; tetapi kalau melakukan eksperimen ilmu sosial di lingkungan
alami akan

101 101
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

sangat sulit mengontrol variabel extraneous, sehingga memberi pengaruh


pada variabel terikat.
Adapun beberapa keuntungan penelitian eksperimen
yaitu:
1) Dapat ditentukan pengaruh atau akibat variabel bebas terhadap variabel
terikat atau pengaruh variabel yang lain terhadap variabel terikat.
2) Dengan dapat dilakukannya kontrol terhadap berbagai variabel dan kondisi
pe- nelitian, maka pembuktian hipotesis menjadi lebih baik dan ukuran sampel
lebih kecil. Di samping itu, temuan penelitian lebih akurat dan teliti.
3) Eksperimen memberikan dan menyediakan kesempatan kepada peneliti
untuk mempelajari perubahan sepanjang waktu penelitian (dengan
melakukan analisis longitudinal).

7. Penelitian Pengembangan
Kalau ditelusuri secara saksama tentang apa itu penelitian deskriptif, seperti
telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka jelas tampak bahwa penelitian
deskriptif lebih mengacu pada keadaan sekarang: What is atau What exist
dihubungkan dengan atau kepada kejadian yang mendahuluinya, yang
memengaruhi keadaan atau situa- si sekarang, sedangkan penelitian
pengembangan (developmental research) bukan hanya untuk menggambarkan
hubungan antara keadaan sekarang melainkan juga untuk menyelidiki
perkembangan dan/atau perubahan yang terjadi sebagai fungsi waktu. Lebih
jauh Isaac dan Michael (1980) menyatakan, bahwa tujuan penelitian
pengembangan alat perubahan sebagai fungsi waktu. Oleh karena itu, setiap
masalah dalam penelitian pengembangan hendaklah didekati secara lebih baik dan
terencana.
The purpose of developmental research is to assess changes over an extended period of time. For
example, developmental research would be an ideal choice to assess the differences in academ-
ic and social development in low-income versus high-income groups. It is most common when
working with marginal or minority groups, as subjects for obvious reasons and can be undertaken
www.facebook.com/indonesiapustaka

using several methods: longitudinal, cross sectional, and cross sequential.

Pola atau perubahan merupakan suatu kajian pada hasil berdasarkan


respon- den yang sama dalam periode waktu yang berbeda, dengan selang waktu
sama atau hampir sama. Ini berarti untuk dapat mengetahui perubahan dan pola

102 102
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

tertentu dan perkembangan yang baik dilakukan dengan penelitian berulang kali
terhadap res- ponden yang sama atau disebut juga dengan “longitudinal study”, yang
merupakan suatu studi yang panjang dan menggunakan periode waktu tertentu
untuk setiap studi, sehingga dapat menggambarkan perbedaan hasil studi setiap
periode itu. Per- hatikan kutipan berikut:
Longitudinal studies assess changes over an extended period of time by looking at the same

103 103
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

groups of subjects for months or even years. Looking at academic and social development, we
may choose a small sample from each of the low- and high-income areas and assess them on
various measures every six months for a period of ten years. The results of longitudinal studies
can provide valuable qualitative and quantitative data regarding the differences in development
between various groups.

Di Inggris sering pula disebut dengan istilah “cohort study” atau “follow
up study.” Nama lain yang dipakai untuk penelitian longitudinal adalah “panel
study”.
Contoh: J. WB. Douglas: The 1046 National Cohort
Study
Berbeda dengan “panel study”, juga dikembangkan oleh para peneliti “succes-
sive study” sebagai salah satu cara untuk mengetahui perubahan pada objek peneli-
tian. Walaupun dari satu segi successive study adalah juga “longitudinal study”,
tetapi sampel yang digunakan tidaklah sama pada setiap proses penelitian.
Selanjutnya per- hatikan diagram berikut:

Periode I Periode II Periode III


Sampel A Sampel Sampel
Panel study A A

Successive Study Sampel Sampel Sampel


A B C

Di samping “longitudinal study”, penelitian pengembangan dapat juga dilaku-


kan dalam bentuk “cross-sectional study”, yaitu secara langsung mengukur hakikat
dan kecepatan perubahan dari sekelompok sampel yang berbeda peringkat dan
ka- rakteristiknya. Perhatikan kutipan berikut:
Cross sectional studies one way to reduce the amount of time and the mortality rate in a develop-
mental study is to assess different ages at the same time rather than using the same groups over
an extended period.

Ini berarti bahwa peneliti ingin mendapatkan karakteristik atau hakikat


www.facebook.com/indonesiapustaka

tentang suatu objek penelitian dengan menghasilkan suatu “snap shot” dari
sampel; contoh dengan mengambil sampel yang tepat dari populasi yang terdiri
dari kelompok umur yang berbeda, pekerjaan yang berbeda, pandidikan yang
tidak sama, maupun pen- dapatan yang berlainan. Mereka diteliti dengan
melakukan interviu dalam hari yang sama.

104 104
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

Contoh lain penelitian: H.M. Jelinek dan E.M. Britain tentang “Multiracial
Ed- ucation”, yaitu menyelidiki sikap:
■ suasana sekolah multirasial;

105 105
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

■ pekerjaan sekolah;
■ sekolah pada umumnya.
Bentuk lain penelitian pengembangan adalah “trend study”. Bentuk ini
diran- cang untuk mengetahui dan menetapkan pola perubahan di masa lampau
yang digu- nakan untuk meramalkan keadaan dan pola masa datang. Penelitian
pengembangan sering dilakukan sebagai penelitian formatif dan dapat juga studi
rekontruksi, namun belum menghasilkan produk atau model yang lengkap.
Belakangan ini, jenis penelitian dan pengembangan (research and
development) tumbuh dan berkembang dengan cepat, terutama sekali dalam dunia
bisnis. Peneli- tian dan pengembangan tidaklah sama dengan penelitian
pengembangan, walaupun ada kesamaannya. Penelitian dan pengembangan
mencakup dua fase, yaitu: (1) pe- nelitian; dan (2) pengembangan. Di samping
itu mempunyai tujuan yang berbeda pula.

a. Ciri-ciri Penelitian Pengembangan


Berhubung karena tujuan penelitian yang ingin dicapai untuk menemukan
pola, urutan, perubahan, atau kecenderungan tentang sesuatu, maka penelitian
pengem- bangan hendaklah dirancang secara konseptual dan terkendali. Suatu
hal yang perlu diingat, bahwa melalui suatu penelitian tidak ada yang sekali jadi
dan “final” ter- hadap suatu masalah yang diteliti. Jawaban tuntas terhadap
masalah tidaklah mung- kin diberikan secara “fixed”, karena adanya hubungan
antara satu masalah dengan yang lain dan adanya berbagai kesalahan (errors) dalam
proses penelitian, atau karena penelitian ilmiah bukan memberikan
jawaban/kepastian yang mutlak dan langsung sebagai suatu kebenaran yang
mutlak untuk selama-lamanya.
Penelitian pengembangan akan memberikan hasil yang berarti apabila
dipedo-
mani dan diperhatikan hal-hal
berikut:
Apabila teknik “longitudinal study” yang dipakai dan dilaksanakan, maka
www.facebook.com/indonesiapustaka

masa- lah sampling adalah suatu hal yang sangat serius, kompleks dan
membutuhkan per- hatian khusus, karena sulit menentukan subjek yang dapat
mengikuti atau diikutkan dalam waktu yang relatif lama, sesuai dengan periodisasi
waktu penelitian.

106 106
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

Seandainya pada penelitian tahap kedua atau ketiga ada subjek (respondent)
yang tidak ikut, maka proses penelitian itu menjadi berkurang artinya; sebab
sekali telah dimulai maka pada langkah berikutnya tidak ada lagi perbaikan atau
penyempurnaan teknis termasuk di dalamnya penggantian responden. Di
samping itu banyak fak- tor yang memengaruhi hasil penelitian, karena selama
proses penelitian berlangsung sering terjadi pergeseran/perubahan faktor internal
dan eksternal. Karena itu pilihlah sampel sesuai dengan hakikat dan tipe penelitian,
sehingga setiap responden dapat mengikuti semua tahap periode penelitian, dengan
biaya yang mencukupi.

107 107
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIANBAB 3 • Karakteristik dan Jenis-Jenis Penelitian Kuantitatif
KUANTITATIF

Apabila yang digunakan “cross sectional study”, maka subjek yang diteliti
jauh lebih banyak, namun sangat sulit melihat perubahan karena responden yang
terlibat berbeda-beda pula. Adalah sangat riskan untuk membandingkan satu sama
lain, se- bab pola perkembangan, motivasi, dan umur yang berbeda di antara
mereka.
Penelitian pengembangan memusatkan perhatian pada variabel dan
bagaimana perkembangan (pola, kecepatan, arah, urutan, maupun interelasi)
variabel tersebut selama periode waktu tertentu.

b. Langkah-langkah Penelitian Pengembangan


Seperti juga dalam penelitian yang lain, secara umum langkah yang ditempuh
dalam penelitian pengembangan diawali dengan perumusan masalah dan
diakhiri dengan penyusunan laporan. Secara terperinci langkah-langkah
penelitian pengem- bangan:
1) Rumuskan masalah atau tujuan penelitian dengan jelas.
2) Lakukan studi pendahuluan yang sistematis dan intensif tentang masalah
yang ada. Di samping itu, lakukan konsultasi dengan ahli dalam bidang
yang akan diteliti. Jangan lupa melakukan studi literatur/kepustakaan
tentang teori yang melekat (embedded) pada masalah yang akan diteliti.
3) Susun rancangan penelitian pengembangan.
4) Laksanakan penelitian pengembangan sesuai dengan rancangan yang telah
di-
tetapkan.
5) Evaluasi proses dan produk, analisis data dan refleksi.
6) Susun laporan hasil penelitian.
Dalam menyusun laporan perlu sekali disadari bahwa proses yang dilakukan
secara benar dan tuntas, termasuk di dalamnya penahapan kegiatan, periode waktu
kegiatan, sehingga tampak jelas karakteristik pengembangannya sesuai dengan
ran- cangan yang dipilih dan diterapkan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

108 108
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Andai kata kurang paham baca kembali
uraian pada Bab 3.

1. Apakah ciri-ciri khusus penelitian kuantitatif?


2. Coba kemukakan perbedaan antara penelitian kuantitatif dan penelitian yang mengguna- kan
pendekatan gabungan (mixed).
3. Jelaskan perbedaan penelitian eksploratif dan penelitian deskriptif.
4. Apakah kekuatan dan kelemahan penelitian deskriptif?
5. Apkah yang dimaksud dengan penelitian korelasional?
6. Apa beda hubungan simetris dan asimetris? Jelaskan dengan contoh.
8. Apabila seorang peneliti ingin mengetahui sebab-sebab warga masyarakat usia sekolah dasar
tidak bersekolah, jenis penelitian manakah yang paling tepat digunakannya?Men- gapa jenis/tipe
itu yang tepat, tidak jenis penelitian kuantitatif yang lain?
9. Apakah yang dimaksud dengan penelitian kausal komparatif?
10. Quasi-experiment sering juga disebut dengan penelitian eksperimen semu. Mengapa de- mikian?
11. Dalam melakukan penelitian eksperimen sungguhan, peneliti sangat dituntut untuk “men- yamakan”
atau ”membuat setara” (kualitas dan kuantitas) antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Mengapa demikian?
12. Mengapa penelitian tindakan sangat bermanfaat? Jelaskan dengan contoh.
13. Apakah yang dimaksud dengan penelitian pengembangan?
14. Jelaskan dengan contoh, beda penelitian pengembangan dalam bentuk longitudinal study
dan cross sectional study.
www.facebook.com/indonesiapustaka

84 84
Bab 4
MASALAH
PENELITIAN

Seperti telah disinggung pada waktu membicarakan proses penelitian,


masalah dalam penelitian merupakan titik pangkal (starting point) suatu
penyelidikan ilmiah. Tidak ada penelitian kalau tidak ada masalah yang akan
diteliti, sebaliknya tidak semua masalah yang ada wajar untuk diteliti secara
ilmiah. Dari sisi lain dapat pula dikatakan, bahwa masalah dalam penelitian
merupakan fokus yang akan diselidiki. Fokus yang mengambang atau yang tidak
dapat dijabarkan secara operasional akan membawa dampak negatif pada hasil
penelitian. Lebih-lebih lagi kalau para peneli- tinya masih mempunyai kemampuan
dan pengalaman yang terbatas dalam peneli- tian. Karena itu, pemilihan masalah
penelitian hendaklah dilakukan dengan benar dan teliti, sehingga memungkinkan
para peneliti dapat merencanakan kegiatan pe- nelitian dengan baik dan benar.
Masalah merupakan suatu kesulitan yang harus dilalui dengan
mengatasinya, dan menampakkan diri sebagai tantangan serta bersifat realistis.
Air adalah salah satu anugerah Tuhan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia
untuk minum, man- di, dan memasak. Pada waktu hujan berhari-hari, air yang
semulanya bermanfaat bagi manusia berubah menjadi malapetaka yang
membawa kerusakan dan kehan- curan. Ingat, betapa nestapanya warga
masyarakat akibat meluapnya sungai Cili- wung tahun 2002. Banjir adalah
masalah bagi warga Jakarta, terutama sekali bagi penduduk yang tinggal di sekitar
dan di sepanjang aliran sungai itu atau bagi pejabat yang bertanggung jawab
tentang kejadian itu, tetapi tidak menjadi masalah bagi ke- luarga yang tinggal di
Bukit Tinggi. Apa yang dianggap masalah dan perlu diselidiki bagi kelompok atau
www.facebook.com/indonesiapustaka

orang tertentu; tidak selamanya demikian bagi individu lain. Sesuatu yang
penting dan berguna bagi masyarakat kota belum tentu berguna bagi masyarakat
desa.
Masalah merupakan kesenjangan (gap) antara apa yang seharusnya ada
dan apa yang terjadi; atau antara apa yang diharapkan akan terjadi dan apa yang

85 85
menjadi kenyataan. Kesenjangan itu hendaklah merupakan sesuatu yang dapat
dimanipulasi (manipulate) dan dipecahkan dengan pendekatan ilmiah. Ini
berarti pula bahwa tidak semua hal perlu diselidiki dan didekati melalui penelitian,
karena sifat masalah yang berbeda-beda dan tidak dapat dipecahkan secara ilmiah.
Secara umum dapat

86 86
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

dikatakan bahwa masalah penelitian hendaklah jelas, berarti, dan dapat


dikerjakan dengan baik dan mudah.

A. HAKIKAT DAN KRITERIA PEMILIHAN MASALAH


Memahami dan memilih masalah yang wajar untuk diteliti bukanlah
semata-ma- ta mencabut sesuatu yang kelihatannya kurang berarti dan rusak
dalam suatu waca- na kehidupan. Sesuatu itu hendaklah dilihat dalam konteks dan
realitasnya; ditelusu- ri, diamati, dibandingkan, dan dibedakan dengan
menggunakan berbagai kriteria. Berikut ini beberapa contoh:
1. Seorang pemuda menatap hari depan dengan penuh kehampaan. Ia ialah
je- bolan SMA dan berasal dari keluarga baik-baik. Selama di SMA ia tekun
belajar dan lulus tes akhir dengan nilai rata-rata 7,6.
Ia ingin melanjutkan studinya keperguruan tinggi, tetapi malang baginya
ke- adaan berubah sebelum ujian masuk perguruan tinggi diadakan. Bapaknya
yang menjadi tulang punggung kehidupan keluarga selama ini meninggal,
sedangkan ibunya tidak mampu membiayai studinya. Ibunya mengharapkan
agar ia segera bekerja. Ia kecewa dan ragu-ragu.
2. Sebelum meninggalkan kota kelahirannya, keluarga X hidup dalam keseder-
hanaan, sopan santun, dan penuh tenggang rasa. Sebagai seorang seniman
ia mendambakan kehidupan keluarga yang lebih baik. Ia dan keluarganya
pindah ke kota besar; merambah kehidupan kota dengan cara mereka sendiri.
Suami sibuk dan istri pun sibuk. Anak pun sibuk dengan kegiatan
masing-masing. Apa yang mereka dambakan menjadi kenyataan. Dewi fortuna
seakan-akan berpihak pada mereka. Tata kehidupan keluarga berubah
sudah. Sopan santun menjadi hilang; saling hormat-menghormati menjadi
sirna. Bapak datang, istri entah di mana; anak pulang menurut kehendak
hatinya.
Dari contoh “a” di atas, dapat diambil beberapa fenomena, antara
lain:

www.facebook.com/indonesiapustaka

Anak itu berasal dari keluarga baik-baik.


■ Lulus SMA dengan nilai rata-rata 7,6.
■ Ia ingin melanjutkan ke perguruan tinggi.
■ Orangtua laki-laki meninggal sebelum ia dapat mengikuti ujian masuk
per-

86 86
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

guruan tinggi.
■ Sekarang ia menganggur.
Dari fenomena itu memang ada kesenjangan antara apa yang
diharapkannya, yaitu ingin melanjutkan ke perguruan tinggi dengan apa yang
menjadi kenyataannya sekarang (ia menganggur). Di lain pihak, ada pula berbagai
kondisi yang mungkin menyebabkan apa yang diharapkannya tidak tercapai.

87 87
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

Di samping itu, timbul pula berbagai kondisi yang terkait dengan apa yang
di- harapkannya “mengapa ia menganggur dan tidak menyadari kondisi ia dewasa
ini?” Ataukah masih ada pertimbangan lain yang tersembunyi di samping
fenomena yang ditampilkan secara nyata?
Jawaban untuk kasus ini bukan “ya” atau “tidak”, melainkan sejumlah
alternatif yang perlu ditelusuri secara ilmiah. Apa yang tampak baru gambaran
pendahuluan yang perlu dijajaki secara intensif, logis, dan sistematis. Hanya karena
masalah yang ditampilkan bersifat kasus, maka rancangan penelitian yang dipilih
hendaklah yang bersifat kasus pula.
Dalam contoh “b” tetap ada masalah, antara
lain:
■ Cara menjadi kaya dalam waktu relatif pendek.
■ Pola kehidupan yang berubah dan faktor yang memengaruhinya.
■ Hubungan antar-anggota keluarga.
■ Hubungan keluarga dengan keluarga lain.
Sifat-sifat masalah yang terdapat pada contoh “b” lebih rumit dan kompleks.
Di dalamnya terkandung masalah nilai, sikap, dan interelasi di antara nilai dan
sikap sehingga menampilkan perilaku seseorang. Keadaan yang demikian
membutuhkan pula pendekatan penelitian yang lebih spesifik, yang mampu
mengungkapkan masa- lah tersebut.
Dengan memperhatikan contoh yang telah dikemukakan, jelas bahwa
sesuatu hal dikatakan masalah apabila mempunyai ciri-ciri tertentu. Apakah
masalah itu?
Dalam Dictionary of Education dinyatakan, bahwa: “A problem is a perplexing
situation ... translated into a question or series of questions that help determine
the direction of subsequent inquiry.” Masalah merupakan suatu situasi senjang dan
rumit yang membutuhkan suatu pemecahan. Kondisi itu dapat diterjemahkan
ke dalam sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban dan menentukan arah
penyelidik- an. Adapun Nachmias (1981) mengemukakan bahwa: A problem is
www.facebook.com/indonesiapustaka

an intellectual stimulus calling for an answer in the form of scientific inquiry.


Masalah merupakan stimulus intelektual yang membutuhkan jawaban dalam
bentuk penyelidikan yang bersifat ilmiah.
Perhatikan situasi
berikut:

88 88
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

Sejumlah murid SD di desa tertinggal tidak naik kelas, sebagian lagi putus sekolah. Yang naik
kelas banyak pula yang tidak meneruskan sekolahnya. Mereka itu berasal dari orang- tua dengan
latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, status sosial yang berlainan dengan pendapatan
yang relatif kurang. Mereka mempunyai lingkungan belajar yang kurang menunjang
pengoptimalan kegiatan belajar.

89 89
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

Situasi itu menggugah sebagian warga masyarakat yang peduli terhadap


masa depan bangsa, terutama sekali putra-putri dari desa tertinggal. Seorang
peneliti akan tergugah hatinya untuk mengubah situasi itu menjadi berbagai
masalah penelitian.
Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih masalah penelitian
se-
bagai berikut.
1. Masalah harus jelas dan tidak meragukan.
Seperti telah disinggung dalam berbagai contoh sebelum ini, masalah ialah
titik pangkal suatu penelitian. Sebagai awal kegiatan ilmiah, masalah itu harus
jelas dan dapat didekati dengan pendekatan ilmiah. Masalah yang kabur akan
mem- bawa kerancuan dan sekaligus akan memberikan dampak negatif pada
hasil pe- nelitian.

Contoh:
Orang Kaya Baru.
Kaya Mendadak.
Kehidupan malam “keluarga jet set”.

Ketiga contoh tersebut, secara konseptual-teoretis sulit ditemukan acuannya


se- cara kuat. Orang kaya, kehidupan malam, jelas ada batasannya, namun
liku-liku kehidupan bagaimana seseorang menjadi orang kaya baru atau kaya
mendadak, sulit ditelusuri secara ilmiah dan sulit untuk dibuktikan dengan
data empiris. Bahkan lebih sulit lagi untuk melakukan replikasinya.
Konsepnya; kabur dan meragukan. Konstruk yang disusun dan batasan yang
dibuat akan mengambang dan tidak terarah pada pola yang telah disepakati
oleh masyarakat ilmiah. Di lain pihak, masalah tersebut lebih mengacu pada
personal dan bukan researchable.
2. Masalah hendaklah berarti, baik bagi diri pribadi, institusi, masyarakat,
maupun perkembangan ilmu pengetahuan
Dalam hal ini, pemilihan masalah hendaklah selalu mengacu pada nilai
www.facebook.com/indonesiapustaka

guna, dukungan, dan sumbangan yang diberikan hasil penelitian terhadap


individu, keluarga, masyarakat, dan ilmu pengetahuan. Ini tidak berarti
sesuatu yang su- dah ada tidak perlu diteliti lagi.

Contoh:

90 90
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

Masalah pendidikan di desa tertinggal.


Masalah HIV dan AID.
Masalah Pupuk Urea tablet. Mutu
pendidikan yang menurun.

3. Masalah yang diteliti hendaklah berada dalam batas kemampuan dan


jangkauan peneliti.

91 91
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

Dalam era informasi dan globalisasi, dunia tambah transparan, kehidupan


sosial bergerak maju seirama dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Banyak
masa- lah yang dihadapi manusia dalam kehidupan itu . Di samping itu,
banyak pula masalah yang timbul dalam kehidupan manusia.
Sebagai peneliti, masalah yang akan dipilih hendaklah masalah yang berada
da- lam batas kemampuan dan jangkauan peneliti. Dari segi disiplin ilmu,
masalah itu hendaklah dalam cakupan disiplin ilmu peneliti sehingga yang
bersangkut- an mengakomodasi masalah itu secara tuntas dan jelas sehingga
memberikan deskripsi yang tepat terhadap masalah yang dipecahkan.
Kekurangmampuan peneliti dalam memecahkan suatu masalah karena
berada di luar bidang keahliannya atau terlalu luas akan mengakibatkan
analisis yang salah, kurang bermakna, dan seadanya. Keadaan itu akan
memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.

Contoh yang benar:


Ahli pertanian meneliti tentang: masalah-masalah pertanian, seperti pupuk, bibit, pe-
ningkatan hasil pertanian atau pendidikan pertanian; sedangkan ahli pendidikan me- neliti
tentang masalah pendidikan, seperti mutu pendidikan, proses pendidikan, media
pendidikan, drop-out, atau tinggal kelas.

Contoh yang tidak benar:


Ahli pendidikan meneliti masalah transmigrasi, sarang burung walet (layang); sedang- kan
ahli ekonomi meneliti masalah pendidikan dasar dan menengah.

4. Masalah itu menarik minat peneliti.


Secara sederhana dapat dikatakan minat merupakan sikap individu dalam
hu- bungannya dengan objek-objek tertentu. Ada orang yang mempunyai
minat yang kuat tetapi ada pula lemah. Minat yang kuat akan mendorong
seseorang melakukan sesuatu dengan baik. Karena itu minat menunjukkan
pula jenis pengalaman perasaan seseorang terhadap suatu objek dan/atau
merupakan ke- terlibatan perhatian pada suatu objek atau tindakan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Sehubungan dengan itu, masalah yang dipilih hendaklah masalah yang


menarik bagi seseorang, sehingga dapat memotivasi yang bersangkutan
melakukan se- suatu dengan baik, bersikap serius, serta mampu
memfokuskan perhatiannya pada masalah tersebut. Pemusatan perhatian dan

92 92
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

minat akan sangat membantu peneliti dalam menyusun proposal,


melaksanakan, dan menganalisis hasil pene- litian dengan baik.
5. Dalam penelitian kuantitatif, masalah itu hendaklah menyatakan hubungan
dua variabel atau lebih, sedangkan dalam penelitian kualitatif hendaklah
menyatakan keterpautan suatu objek dalam konteksnya.

93 93
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

Apabila peneliti akan menggunakan penelitian kuantitatif, sejak dini ia


seku- rang-kurangnya harus memilih masalah yang mencakup dua variabel,
yaitu va- riabel bebas (independent variable) dan variabel terikat/tergantung
(dependent variable).

Contoh:

Dua variabel
Motivasi belajar dan hasil belajar.
Income dan kesejahteraan keluarga.
Latar belakang pendidikan dan kenakalan remaja.
Pengairan dan hasil pertanian.
Status sosial dan penghargaan masyarakat.
Tingkat pendapatan dan kesehatan masyarakat.
Tingkat pendidikan dan kriminalitas.

Lebih dari dua variabel


Income, kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan.
Status sosial, ekonomi dan pendidikan anak.
Inteligensi, motivasi, sikap dan hasil belajar.

Seandainya peneliti lebih terampil dengan penelitian kualitatif, masalah yang


di- pilih hendaklah lebih terfokus dan terpaut dalam konteksnya secara alami
(nat- ural setting).

Contoh:
Pola hidup suku Dani Irian Jaya.
Nilai budaya suku Anak Dalam.

6. Pemilihan masalah hendaklah mempertimbangkan faktor biaya yang


digunakan.
Hal itu dimaksudkan untuk memberikan hasil penelitian yang akurat dan
tepat guna. Makin luas ruang cakupan dan makin kompleks tingkat kesulitan,
makin besar biaya yang akan digunakan dan makin sukar prosedur penelitian.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Karena itu pilihlah masalah dan luas cakup penelitian sesuai dengan biaya
yang mung- kin disediakan.
7. Data dapat dikumpulkan dengan cepat, tepat, dan benar.

94 94
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

Banyak masalah yang dihadapi, tetapi tidak semua data dapat diungkapkan
de- ngan cepat, tepat, dan teliti dari masalah itu. Hal itu tidak dapat
dipisahkan dari responden penelitian. Jangan dipilih masalah yang datanya
secara benar tidak mungkin dikumpulkan. Sebaliknya jangan cepat percaya
terhadap data atau sumber data yang tersedia. Selalu adakan check dan
recheck terhadap data

95 95
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

dan sumber data


penelitian.
Sehubungan dengan itu, peneliti sejak dini perlu membayangkan objek
peneli-
tian dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada
dirinya:
■ Apakah jenis data yang akan dikumpulkan?
■ Mengapa informasi itu diperlukan?
■ Apakah data itu data primer atau data sekunder?
■ Apakah sumber data cukup tersedia, mudah dihubungi, dan data dapat
di-
kumpulkan dengan cepat?
Dari sisi lain perlu pula mendapat perhatian, apakah data yang dikumpulkan
mempunyai validitas internal dan eksternal.
Validitas internal berkaitan dengan seberapa jauh hasil penelitian
merupakan fungsi dari perlakuan. Ini berarti bahwa tingkat ketepatan dan
ketelitian hasil penelitian dibandingkan dengan kondisi yang sebenarnya.
Dalam kaitan itu ba- nyak faktor yang perlu mendapat perhatian, yang pada
dasarnya memengaruhi validitas internal, yaitu: (1) perkembangan selama
penelitian (history), (2) ke- matangan (maturity), (3) pengetesan (testing), (4)
penggunaan instrumen (in- strumenation), (5) regresi statistika (statistical
regression), (6) perbedaan-perbe- daan dalam pemilihan subjek/responden
(differential selection of subjects), (7) kehilangan subjek/responden selama
penelitian berlangsung (mortality), dan (8) interaksi seleksi dan kematangan
atau kombinasi lain (interaction of selection and maturation, selection and
history, etc.) (Campbell dan Stanley, 1966).
Validitas eksternal merujuk kepada tingkat sampai di mana dapat
menggenera- lisasi hasil temuan suatu penelitian untuk dapat menjelaskan
atau meramalkan kejadian-kejadian yang serupa. Oleh karena itu populasi,
sumber data/informa- si, responden, instrumen, jenis, cara mengumpulkan
www.facebook.com/indonesiapustaka

data, perlu sekali menda- pat perhatian peneliti, sehingga dapat memberikan
jawaban yang tepat terhadap masalah yang diteliti.
Andai kata data tidak mungkin dikumpulkan secara benar, lebih baik
menunda pemecahan masalah itu dan memilih masalah lain yang lebih tepat.

96 96
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

8. Masalah itu hendaklah sesuatu yang aktual dan hangat pada waktu
penelitian diadakan.
9. Yang dijadikan masalah hendaklah sesuatu yang baru dan telah wajar
untuk diteliti atau akan menemukan bentuk baru dari sesuatu yang sudah
ada.
10. Pemilihan masalah hendaklah mempertimbangkan waktu yang tersedia.
Ada masalah yang membutuhkan waktu yang lama dan ada pula yang
relatif singkat. Lama waktu yang digunakan juga terkait dengan kemampuan
peneliti, luas cakupan, biaya, dan tenaga pengumpul data. Jangan hendaknya
memilih

97 97
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

masalah di luar jangkauan waktu yang


tersedia.
Contoh:
Waktu yang tersedia 6 bulan.
Masalah yang aktual: Mutu pendidikan menurun

Walaupun berbagai pendekatan penelitian dapat digunakan untuk dapat


meng- ungkapkan informasi tentang mutu pendidikan, tetapi karena waktu
yang terse- dia hanya 6 bulan, maka hindarilah penelitian yang bersifat
longitudinal dengan participant observer. Segera pilih yang bersifat cross
sectional, seperti “Hubung­ an motivasi berprestasi dan inteligensi dengan
prestasi belajar. Jangan pilih pola interaksi guru-siswa dalam proses
belajar-mengajar serta pendekatan yang di- gunakannya.”
11. Untuk peneliti pemula sebaiknya lebih hati-hati dalam memilih masalah.
Kalau belum mampu, tunda dahulu meneliti masalah sikap dan perilaku
yang mewakili agama, moral (morale), dan nilai-nilai (values), karena
masalah ini bersifat personal dan lebih sukar dihayati. Jangan terjadi: yang
diinginkan sikap dan perilaku seseorang tentang agama yang dianutnya,
tetapi kenyataan yang diteliti adalah pengetahuan seseorang tentang agama.
Pemberdayaan berbagai kriteria di atas hendaklah dilakukan seoptimal
mung- kin, sehingga masalah yang diteliti jelas, berarti, feasable, dan
researchable (layak dan wajar untuk diteliti). Masalah yang bersifat umum dan
luas hendaklah dipi- lah-pilah menjadi lebih spesifik dan operasional, dan juga
dikaitkan dengan literatur pendukung yang mungkin tersedia. Gunakan bahasa
yang baik dan benar. Batasilah sesuai dengan kemampuan peneliti dan pilihlah
rancangan yang tepat sesuai dengan masalah yang akan diteliti.
Dalam merumuskan suatu masalah hendaklah dielaborasi sedemikian rupa
se- hingga tergambar secara ekplisit ada jurang dan/atau ketimpangan antara apa
yang seharusnya ada secara konseptual teoretis dan kenyataan yang terdapat di
www.facebook.com/indonesiapustaka

dalam masyarakat secara empiris. Hal itu perlu didukung oleh teori yang ada dan
temuan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

B. TIPE MASALAH PENELITIAN

98 98
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

Secara umum masalah dalam penelitian dapat dikategorikan dalam dua


bentuk:
1. Masalah yang bersifat pribadi (personal problems).
2. Masalah yang dapat diteliti (researchable problems).
Masalah yang bersifat pribadi (personal) menyangkut kehidupan pribadi
sese-
orang atau yang bersifat pribadi, seperti ketaatan dan kepercayaan seseorang,
hu-

99 99
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

bungan intern dan “intim” dalam keluarga, kehidupan pribadi anggota keluarga,
hubungan yang bersifat pribadi (private), kerentanan hubungan suami-istri.
Masalah ini memang ada tetapi sulit dirumuskan secara benar, dan sulit didekati
secara tuntas dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Kalau peneliti belum
mampu dan kurang berpengalaman dalam penelitian, tunda dahulu untuk
sementara.
Masalah yang dapat diteliti merujuk kepada semua objek, peristiwa atau kejadi-
an kalau kepada kondisi itu dapat digunakan pendekatan ilmiah dalam
mengungkap- kannya. Berarti ada pola tertentu, ada hukum tertentu, dan ada
proposisi tertentu yang dapat dikenakan pada objek tersebut. Masalah ini bisa
berkaitan dengan in- dividu maupun kelompok, keluarga dan masyarakat, peristiwa
atau kejadian, feno- mena dan peristiwa alam, dan sebagainya. Dapat pula
berwujud masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan, pekerjaan dan
sebagainya.
Kalau dihubungkan dengan tujuan penelitian, maka masalah dalam
kategori kedua ini dapat dibedakan lagi:
1. Masalah untuk memverifikasi atau memvalidasi
teori.
Berdasarkan teori psikologi tentang lupa, diketahui bahwa makin sering
sesuatu diulang makin tidak mudah dilupakan.
Untuk memverifikasi teori tersebut, dapat dipilih masalah
seperti:
Faktor-faktor apakah yang memengaruhi seseorang mudah melupakan
se-
suatu?
Dapatkah aktivitas belajar terdahulu mengintervensi informasi baru?
Dengan melakukan beberapa kali penelitian eksperimen dan
memperhatikan konsekuensi secara empiris, teori di atas akan dapat
dipertegas kembali kebe- narannya. Perhatikan Gambar 4.1.

E1 K1

TEORI Keterangan:
E2 K2

10 10
0 0
TEORI E = Eksperimen
E3 K3 K = Konsekuensi
TEORI
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

GAMBAR 4.1 Hubungan Penyelidikan Empiris


dengan Pengembangan Teori.
www.facebook.com/indonesiapustaka

10 10
1 1
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

2. Masalah untuk memperjelas pertentangan dari penemuan-penemuan


sebelumnya.
Dari suatu penelitian
ditemukan:
Makin tinggi pendidikan yang dimiliki seseorang, makin rendah status peker-
jaannya.
Makin rendah pendidikan seseorang makin tinggi pekerjaannya.

Tetapi penelitian lain membuktikan


pula:
Makin tinggi pendidikan seseorang, makin tinggi pula status pekerjaan yang dida-
patnya.

Penelitian yang lain lagi mengungkapkan


pula:
Tidak ada hubungan antara pendidikan dan status pekerjaan yang dijabat sese-
orang.
Dari penemuan yang berbeda itu dapat dilakukan penelitian baru dengan
meng- ambil masalah yang sama untuk memperjelas dan menemukan hasil
penemuan baru. Ada kemungkinan terjadi berbagai kelemahan dalam
penelitian yang telah dilakukan, sehingga menyebabkan hasil yang didapat
sering bertentangan.
3. Masalah untuk membetulkan kesalahan metodologi maupun analisis yang
digu-
nakan.
Dengan membaca berbagai laporan penelitian yang telah dilakukan kadang
di- temukan berbagai kesalahan prosedur penelitian. Rancangan yang dipilih
ka- dang-kadang tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan, atau metodologi
yang digunakan tidak sesuai dengan yang seharusnya. Untuk itu masalah
tersebut da- pat diangkat kembali untuk diteliti dengan menggunakan
rancangan atau meto- dologi yang tepat sesuai dengan tujuan atau masalah
yang akan diungkapkan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

4. Masalah untuk memecahkan pertentangan pendapat.


Dalam suatu penelitian ditemukan, bahwa sangat sedikit sumbangan efektif
penggunaan ujian yang bersifat hafalan (recall) terhadap perbaikan cara
belajar siswa di sekolah. Tetapi ahli lain berpendapat bahwa baik hafalan

10 10
2 2
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

(recall) mau- pun pemahaman (comprehension) mempunyai sumbangan


efektif yang sama dalam mendorong siswa untuk belajar dengan baik.
Untuk hal yang demikian perlu lagi dilakukan penelitian replikasi terhadap
ma-
salah yang sama.

C. SUMBER MASALAH PENELITIAN


Bagi peneliti pemula kadang-kadang terasa sulit mencari masalah yang
akan diteliti. Se akan-akan apa yang diminati telah diteliti orang lain. Bahkan
hasil pene- litiannya pun telah ada di perpustakaan. Hal yang demikian memang
terjadi, namun

10 10
3 3
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

seorang peneliti harus jeli melihat dan mencari peluang di antara yang sudah ada
itu. Apa yang telah diteliti orang pada hakikinya adalah sumber informasi untuk
peneli- tian lebih lanjut?
Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu, masalah yang dihadapi
manu- sia dalam kehidupannya sangat banyak, luas, dan kompleks, namun
kadang-kadang tersembunyi dan tidak tampak oleh semua orang. Tugas utama
seorang peneliti da- lam mencari masalah ialah membaca literatur, jurnal, dan
hasil penelitian. Di sam- ping itu, menjadi pengamat yang baik dalam kehidupan
bermasyarakat. Mengapa demikian? Karena di sanalah sumber masalah yang akan
diteliti.
Masalah diturunkan dari teori, pengamatan, maupun intuisi atau kombinasi
dari berbagai hal itu. Sumber utama masalah yaitu literatur profesional, yang
selalu menampilkan berbagai kajian konseptual dan empiris serta kelemahan yang
terja- di dari berbagai konsep yang ada dan berbagai keterbatasan penelitian yang
telah dilakukan. Peneliti akan dapat melihat ada kesenjangan, ada jurang, ada
kelemahan, ada situasi, maupun kejadian yang perlu disempurnakan dan dikaji
ulang. Di lain pihak, setiap saat peneliti menjadi pengamat yang kritis terhadap
fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.
Setiap tahun beribu buku dan artikel diterbitkan. Di dalam buku maupun
ar- tikel itu akan dijumpai berbagai penemuan atau teori yang sudah mapan atau
masih membutuhkan verifikasi lebih lanjut. Di antara jurnal dan terbitan berkala
itu yakni:
Journal of Applied Behavioral Research
World Handbook of Political and Social Indicators
The Handbook of Research on
Teaching Handbook of Counseling
Psychology American Educational
Research Journal Journal of
Counseling and Development
www.facebook.com/indonesiapustaka

Indexes dan abstract juga memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam
menemukan masalah untuk diteliti. Pada sejumlah abstract akan ditemukan
berbagai hasil penelitian atau kritik terhadap berbagai temuan penelitian. Dengan
memahami secara kritis hasil tersebut akan tampak berbagai keterbatasan yang

10 10
4 4
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

telah dilakukan. Berangkat dari keterbatasan dan kelemahan itu akan dapat
dirumuskan berbagai masalah baru untuk diteliti lebih lanjut.

D. PEMBATASAN DAN PERINCIAN MASALAH


Dengan melakukan pengamatan yang sistematis terhadap fenomena yang
ter- jadi di lapangan serta membandingkannya dengan teori yang ada,
sehubungan de- ngan fenomena yang diamati atau dengan mengkaji secara
kritis temuan-temuan

10 10
5 5
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

penelitian yang telah pernah dilakukan, maka peneliti akan dapat menemukan
ber- bagai masalah yang layak untuk diteliti. Masalah tersebut masih luas dan
bahkan kadang-kadang belum tuntas. Pengkajian secara lebih teliti perlu dilakukan
agar ma- salah tersebut lebih spesifik, terbatas, dan perinci.
Seperti telah diutarakan pada uraian terdahulu, ada berbagai pertimbangan
yang dapat digunakan untuk menentukan suatu masalah dapat diteliti. Beberapa
per- tanyaan pembantu untuk menentukan suatu masalah, yaitu:
1. Benarkah ada ketimpangan antara apa yang seharusnya dan apa yang
terjadi pada aspek yang akan diteliti itu?
2. Apakah fenomena itu cukup jelas dan tidak meragukan?
3. Apakah cukup berarti?
4. Apakah peneliti mampu melakukan penelitian dalam aspek
tersebut?
5. Apakah dapat diuji kebenarannya secara
ilmaih?
6 Dapatkah data dikumpulkan dengan mudah, cepat, dan tepat, baik ditilik
dari jenis data, sumber data, area penelitian, biaya, dan waktu yang
tersedia?
7. Cukupkah dasar-dasar teori yang mendukung masalah itu sehingga
kerangka teoretis dapat disusun dengan baik?
8. Apakah masalah itu baru, aktual, dan menarik bagi peneliti?
Kerancuan dalam memilih masalah sering terjadi, antara lain peneliti
berangkat dari masalah yang masih kabur dan bersifat umum, sehingga rancangan
dan prose- dur penelitian yang digunakan menjadi kabur dan kurang tepat. Suatu
hal yang tidak dapat dibantah, yaitu masalah penelitian memang berangkat dari
fenomena umum dan kabur, tetapi pada langkah berikutnya perlu identifikasi,
pembatasan dan perumusan masalah menjadi lebih spesifik. Perhatikan contoh
berikut:
Situasi yang mengambang dan terekam dewasa
www.facebook.com/indonesiapustaka

ini:
Berbagai keluhan muncul dari warga masyarakat tentang rendahnya mutu pendidikan
dewasa ini. Makin lama makin nyaring kedengarannya. Ada yang menuding guru yang salah,
ada yang menyatakan proses belajar-mengajar yang kurang tepat, namun ada pula yang
menyatakan gaji yang tidak cukup dan fasilitas yang terbatas sebagai penye- babnya.

10 10
6 6
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

Masalah mutu pendidikan adalah produk bersama dari berbagai komponen proses
pendidikan dan berlangsung dalam periode waktu yang cukup panjang. Peneliti tidak
mungkin meneliti semua aspek yang memengaruhi mutu pendidikan sekaligus. Di samping
itu peneliti juga tidak mampu mengungkapkan sekaligus semua jenjang, jenis, dan
tingkatan pendidikan.

Untuk itu, peneliti perlu merumuskan dan membatasi masalah mutu


pendidikan menjadi lebih spesifik, seperti:
Dari segi tingkatan
pendidikan:

10 10
7 7
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

■ Mutu pendidikan dasar.


■ Mutu pendidikan menengah.
■ Mutu pendidikan tinggi.
Dari jenis pendidikan:
■ Sekolah Dasar ■ Akademi ■ Universita
■ SLTP ■ Politeknik s
■ SMA ■ Sekolah Tinggi
■ SMK ■ Institut
Dari segi lokasi:
■ Di kota
■ Di desa
Dari segi status:
■ Negeri
■ Swasta
Dari segi masalah:
■ Kualitas mutu.
■ Faktor penyebab dan penghambat.
■ Tingkat harapan masyarakat.
■ Dan lain-lain.
Setelah melakukan verifikasi dan memerinci berbagai aspek dan komponen
yang berkaitan dengan mutu pendidikan baru dirumuskan masalah yang akan
diteliti secara lebih spesifik, seperti:
■ Faktor-faktor yang memengaruhi mutu pendidikan tinggi.
■ Faktor-faktor yang memengaruhi mutu pendidikan menengah.
■ Faktor-faktor yang memengaruhi mutu pendidikan dasar.
■ Kualitas mutu pendidikan tinggi.
■ Kualitas mutu pendidikan menengah.
www.facebook.com/indonesiapustaka

■ Kualitas mutu pendidikan dasar.


Walaupun aspek penelitian dan tingkatan pendidikan sudah dibatasi,
namun mengingat berbagai keterbatasan perlu dibatasi lagi dengan salah satu
di antara submasalah yang telah diutarakan. Dalam contoh di atas masalah yang
diambil yakni faktor-faktor psikologis yang memengaruhi mutu pendidikan dasar.

10 10
8 8
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

Dari masalah itu masih dapat dirumuskan dan dibatasi masalah yang akan
diteli-
ti, seperti:

10 10
9 9
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

◆ Faktor-faktor psikologis yang memengaruhi mutu pendidikan dasar di


Indonesia.
◆ Faktor-faktor psikologis yang memengaruhi mutu pendidikan dasar di
wilayah
Indonesia Bagian Barat.
◆ Faktor-faktor psikologis yang memengaruhi mutu pendidikan dasar di kota
di wilayah Indonesia Timur.
◆ Faktor-faktor psikologis yang memengaruhi mutu pendidikan dasar di desa
ter-
tinggal di wilayah Indonesia Timur.
◆ Faktor-faktor psikologis yang memengaruhi mutu pendidikan dasar negeri
di
Provinsi Sumatera Barat.
◆ Faktor-faktor psikologis dan fisiologis yang memengaruhi mutu
pendidikan dasar swasta di Indonesia.
◆ Faktor-faktor psikologis yang memengaruhi mutu pendidikan dasar di
beberapa kota besar di wilayah Indonesia Barat dan Tengah.
Seandainya masalah itu dirasakan masih luas, maka peneliti perlu lagi
meru-
muskan dan membatasi masalah menjadi lebih spesifik.
Dari contoh di atas, masalah yang dipilih yaitu:
◆ Faktor-faktor psikologis yang memengaruhi mutu pendidikan dasar negeri
di
Provinsi Sumatera Barat.
◆ Pembatasan terhadap submasalah itu masih dapat dilakukan, dalam hal:
“fak-
tor-faktor psikologis dan Provinsi Sumatera Barat.”
Ke dalam faktor psikologis termasuk berbagai aspek kejiwaan, seperti:
motivasi, inteligensi, perhatian, minat, ketekunan, persepsi, kreativitas, kemauan,
kehendak, dan struktur kognitif yang lain.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Adapun daerah Provinsi Sumatera Barat masih dapat dibagi lagi, menurut
kabu- paten atau kota; pusat pengembangan atau desa tertinggal, tepi jalan raya
atau jauh dari jalan raya.
Bahkan dapat pula dibatasi lagi pada kota atau kabupaten; satu kecamatan
da-

11 11
0 0
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

lam satu kota atau dalam satu kabupaten.


Dengan demikian, masalah yang akan diteliti dibatasi menjadi:
◆ Faktor-faktor psikologis apakah yang memengaruhi mutu pendidikan dasar
ne-
geri di Kota Padang?
◆ Faktor-faktor psikologis apakah yang memengaruhi mutu pendidikan dasar
ne-
geri di Kabupaten Pasaman?
◆ Seberapa jauhkah pengaruh inteligensi, motivasi, dan kemauan siswa
terhadap mutu pendidikan dasar negeri di Kota Padang?
◆ Bagaimanakah hubungan minat, kemauan, dan kreativitas siswa dengan
hasil

11 11
1 1
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

belajar siswa SD negeri di Kabupaten


Solok?
◆ Faktor-faktor psikologis manakah yang sangat memengaruhi mutu
pendidikan dasar negeri di Kecamatan Padang Utara Kota Madya Padang?
◆ Bagaimanakah interelasi inteligensi, minat, motivasi, dan ketekunan siswa
SD serta pengaruhnya terhadap mutu pendidikan dasar negeri di Kota
Payakum- buh?
Seandainya peneliti merasa masih luas dan belum mampu meneliti masalah
yang sudah spesifik tersebut, peneliti masih dapat membatasi dan merumuskan
sub-sub- masalah berkenaan dengan mutu pendidikan.
Apakah yang dimaksud dengan mutu pendidikan?
Dalam hal mutu, peneliti dapat membatasi diri dari
segi:
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan murid SD Negeri. Mungkin juga ditinjau dari
sisi kemampuan menggunakan apa yang didapat di sekolah dasar dengan kemam- puannya
dalam masyarakat.

Apa yang dikemukakan di atas adalah bagaimana merumuskan dan


merin-ci masalah menjadi lebih jelas dan spesifik, tetapi belum mengemukakan
topik atau judul penelitian. Hal itu dimaksudkan pula untuk memberi wawasan
bahwa judul penelitian lahir kemudian, sesudah masalah dibatasi secara tuntas
dan jelas. Dari satu submasalah dapat dirumuskan beberapa judul penelitian.

Contoh submasalah:
Seberapa besarkah pengaruh inteligensi, motivasi, dan kemauan terhadap peningkatan
mutu pendidikan dasar negeri di Kota Padang?

Dari submasalah itu dapat dirumuskan beberapa judul penelitian,


seperti:
◆ Pengaruh inteligensi, motivasi, dan kemauan murid SD terhadap mutu
pendidik-
an dasar negeri di Kota Padang.
www.facebook.com/indonesiapustaka

◆ Kontribusi inteligensi, motivasi dan kemauan murid SD terhadap mutu


pendidik-
an dasar negeri di Kota Padang.

11 11
2 2
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

◆ Perbedaan pengaruh inteligensi, motivasi, dan kemauan murid laki-laki


dan perempuan SD terhadap peningkatan mutu pendidikan dasar negeri
di Kota Padang.
◆ Hubungan inteligensi, motivasi, dan kemauan murid SD dengan mutu
pendidik-
an dasar negeri di Kota Padang.
◆ Interelasi inteligensi, motivasi, dan kemauan murid SD Negeri Kota Padang
dan sumbangannya terhadap mutu pendidikan dasar.
Secara skematis, langkah-langkah pembatasan masalah dapat dilihat pada
Gam-
bar 4.2.

11 11
3 3
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 4 • Masalah Penelitian

Teori/Gejala/ Masalah Tertuang Masalah Lebih


Fenomena secara Umum Terbatas

Rumusan Masalah Pilih Satu Aspek Batasi dan Perinci


Lebih Dipersempit dan Batasi Secara lagi Aspek yang
dan Dipertegas Jelas Dipilih

Pilih lagi Salah Satu Aspek Perinci lagi Aspek itu


dari Aspek-aspek yang Menjadi Lebih Spesiik dan
Sudah Diperinci Jelas

Pilih, Batasi, dan Perinci Pilih Salah Satu Sub-


Sub-aspek Menjadi Lebih sub yang sudah
Spesiik Diperinci

Masalah
Penelitian Sudah
Terbatas dan
Spesiik

GAMBAR 4.2 Tata Alir Pembatasan Masalah.


www.facebook.com/indonesiapustaka

11 11
4 4
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut bersama kawan-kawan. Apabila Anda be-
lum mengerti baca kembali pada uraian dalam Bab 4!

1. Apakah yang dimaksud dengan masalah dalam penelitian?


2. Rumuskan dua masalah yang wajar diteliti sesuai dengan bidang kajian Anda.
Beri alasan mengapa masalah itu layak untuk diteliti.
3. Sebutkan lima kriteria yang dapat digunakan untuk menetapkan suatu masalah dapat diteliti.
4. Jelaskan perbedaan masalah yang bersifat pribadi (personal) dan masalah yang wajar diteli- ti secara
ilmiah (research problem).
5. Dari segi fungsinya masalah dapat dibedakan atas beberapa bentuk. Jelaskan tiga di an- taranya.
6. Masalah merupakan titik pangkal suatu penelitian. Apakah yang dimaksud dengan pern- yataan
itu.
7. Dalam suatu penelitian, masalah hendaklah dirumuskan dengan baik dan jelas sehing- ga dapat
diteliti dengan benar. Coba Anda jelaskan dengan contoh dalam bidang Anda, bagaimana
membatasi suatu masalah penelitian dengan baik.
8. Ada orang menyatakan judul penelitian dibuat kemudian setelah data terkumpul.
Bagaimanakah pendapat Anda tentang pernyataan itu.
9. Bacalah dengan baik fenomena dalam masyarakat berikut ini.
Krisis multidimensional dewasa ini membawa dampak bagi kehidupan warga masyarakat.
Pembabatan hutan terus berlangsung, penodongan sering terjadi, perkelahian, pembunu- han, dan
perampokan seakan-akan telah menjadi senjata kehidupan. Yang kaya menjadi miskin, yang
bekerja banyak menganggur, rakyat miskin makin banyak.
Batasi masalah tersebut dan susun satu judul penelitian yang wajar diteliti berdasarkan fenomena
tersebut.
10. Jelaskan beberapa sumber yang dapat dijadikan pegangan dalam mencari masalah peneli- tian.
www.facebook.com/indonesiapustaka

101 101
Bab 5
VARIABEL
PENELITIAN

Apabila masalah penelitian telah dipilih dan dirumuskan, berarti masalah


itu telah dapat diteliti secara ilmiah dan peneliti mampu melaksanakannya. Sejalan
de- ngan itu, peneliti haruslah cermat merumuskan judul penelitian dan
menentukan variabel yang akan diteliti serta terfokus pada masalah penelitian.
Secara prinsip setiap perumusan yang dilakukan hendaklah terkait dengan teori,
konsep, atau pro- posisi. Secara grafis tata hubungan teori, konsep, proposisi
dengan masalah, varia- bel, hipotesis, atau pertanyaan penelitian sebagai berikut.
Teori
Hipotesis
Konsep Masalah Variabel atau Pertanyaan
Penelitian
Proposisi

Jenis variabel dan hubungan antarvariabel akan menentukan perumusan


hipote- sis atau pertanyaan penelitian maupun unsur-unsur penelitian
selanjutnya. Upaya- upaya cermat dan teliti akan membantu dalam meminimalkan
kesalahan dalam pe- narikan kesimpulan, sebaliknya kesalahan dalam
menentukan variabel penelitian akan membawa dampak negatif pada hasil
penelitian.

A. PENGERTIAN VARIABEL
Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu, masalah merupakan titik
pang- kal suatu penelitian. Batasan dan perincian yang memadai dan terpaut rapat
www.facebook.com/indonesiapustaka

dengan kemampuan peneliti akan mewujudkan pemilihan variabel yang benar,


dapat diukur (measured) dan/atau dimanipulasi. Variabel pada hakikinya
merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai; sedangkan konsep yang
mempunyai satu nilai disebut de- ngan “constant”. Kerlinger (1973) menyatakan:

102 102
“Variable is a symbol to which nu- merals or values are assigned,” sedangkan
Bohnstedts (1982) menyatakan pula bah- wa variabel adalah karakteristik dari
orang, objek, atau kejadian yang berbeda dalam nilai-nilai yang dijumpai pada
orang, objek, atau kejadian itu. Adapun Fraenkel dan

104 104
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Wallen (1993) menyatakan bahwa: “A Variable is a concept—a noun that stands


for variation within a class of objects .... Juga dikatakan bahwa variabel adalah sifat
kasus (case) yang mempunyai kemungkinan lebih dari satu kategori. Untuk
memahami pengertian variabel secara lebih terperinci perhatikan contoh berikut.
Dalam kehidupan masyarakat yang bergerak maju, manusia berbeda
menurut kodratnya dan kompleksitas kehidupan di lingkungannya. Ada laki-laki
dan ada pe- rempuan. Di antara kelompok laki-laki, ada yang berpendidikan
tinggi, menengah, dan ada pula yang berpendidikan rendah. Walaupun mereka
bersekolah sekalipun, income mereka antara satu dan yang lain juga berbeda.
Di antara mereka itu ada yang mendapatkan pekerjaan yang baik sesuai dengan
pendidikan yang pernah di- ikutinya, namun banyak pula yang menganggur.
Keadaan yang sama juga terdapat pada perempuan. Tidak semuanya beruntung
dalam memperoleh kesempatan pen- didikan, pekerjaan, maupun penghasilan.
Dari contoh di atas selalu ada kemungkinan manusia untuk berbeda antara
satu dan yang lain. Ada yang mempunyai pendidikan rendah, ada yang sedang,
dan ada pula yang berpendidikan tinggi. Ada yang mempunyai status sosial tinggi,
ada yang rendah, dan ada yang sedang. Sifat-sifat itu disebut dengan atribut.
Atribut laki-laki dan perempuan dikelompokkan menjadi seks/jenis kelamin.
Atribut tinggi, sedang, dan kurang dalam penerimaan dijadikan
pendapatan/income. Tua dan muda men- jadi umur. Seks, pendapatan dan umur
dalam contoh di atas merupakan beberapa contoh variabel.
Apabila konsep, proposisi, atau objek ada bermacam-macam nilai di dalamnya
atau ada variasi nilai di dalamnya, maka konsep, proposisi, atau objek itu dapat
dika- takan variabel, tetapi kalau nilainya tunggal tidak dapat disebut variabel.
Apakah kursi, motivasi, prestasi belajar, kecepatan, dan warna mata dapat
dikatakan varia- bel? Jawabnya: “ya”, sebab dalam proposisi itu ada variasi nilai atau
dipertahankan variasi nilai.
Kursi mempunyai nilai baik dan buruk.
Motivasi: tinggi, sedang, dan kurang. Prestasi
belajar: tinggi, sedang, dan rendah.
www.facebook.com/indonesiapustaka

B. JENIS-JENIS VARIABEL
Kedudukan variabel dalam suatu penelitian dan hubungan antara variabel
sangat menentukan kerangka penelitian yang digunakan. Apakah variabel X

103 103
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

menentukan variabel Y, atau variabel X didahului variabel R, ataukah ada


variabel lain sebagai pengganggu variabel X dan R. Untuk memahami hal itu
secara lebih perinci berikut ini dikemukakan jenis, kedudukan, atau fungsi
masing-masing variabel dalam suatu penelitian.

104 104
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

1. Klasiikasi Variabel Berdasarkan Data


Secara umum klasifikasi variabel berdasarkan data dapat dibedakan atas
dua bentuk, yaitu:

a. Variabel Deskrit (Descrete Variable)


Merupakan variabel kategorikal (categorical variable), yaitu variabel yang
pemi- lahannya dilakukan secara kategorikal dengan memperhatikan perbedaan
kualitatif. Variabel ini tidak mempunyai angka pecahan. Jumlah ketegori variabel
bisa dua dan dapat pula lebih.

Contoh:
1) Seks : Laki-laki
Perempuan
2) Agama : Islam
Buddha
Katolik
Hindu
Protestan
3) Pekerjaan : Guru ABRI
Pedagang
Nelayan
Petani
4) Tempat tinggal : Rumah sendiri
Rumah kontrakan
Asrama
5) Kualitas mobil : Sangat baik
Baik
Kurang baik

Kalau ditelisik lebih dalam lagi, akan diketahui bahwa variabel ini akan meng-
www.facebook.com/indonesiapustaka

hasilkan data nominal dan dapat juga data ordinal. Data nominal diklasifikasikan
dalam beberapa kategori “saling lepas”(mutual exclusive) dan tuntas (exhaustive).
Masing-masing kategori itu mempunyai kedudukan yang setara dan
penetapannya dilakukan berdasarkan penggolongan. Pengkategorian contoh

105 105
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

pertama maupun yang kedua hanya berdasarkan penggolongan semata, dengan


memperhatikan bah-

106 106
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

wa kedudukan laki-laki dan perempuan setara. Demikian juga antara agama


Islam, Katolik, Protestan, Buddha, dan Hindu. Tidak ada suatu peraturan di
Indonesia yang menyatakan bahwa laki-laki lebih penting, lebih berharga, lebih
baik, atau le- bih tinggi tingkatnya dari perempuan atau sebaliknya. Sekali memilih
satu kategori seperti laki-laki maka ia tidak dapat lagi memilih perempuan atau
termasuk kategori yang lain, sebab kategori itu tidak berhubungan atau tidak dapat
diubah menjadi ka- tegori yang lain karena setiap kategori saling lepas dan tuntas.
Jadi, ada pemisahan yang tegas atau pengkategorian yang tuntas.
Data ordinal juga merupakan bagian dari variabel deskrit. Sifat-sifat yang
ber- laku pada data nominal juga berlaku pada data ordinal, kecuali kedudukan
masing- masing kategori. Kalau dalam data nominal kedudukan masing-masing
kategori se- tara, maka dalam data ordinal masing-masing kategori memiliki
perbedaan jenjang (order) dan urutan dalam atribut tertentu, serta tidak ada nilai
nihil atau nol mutlak.

Contoh:
Kemampuan akademis yang didapat mahasiswa dapat dikategorikan menjadi:
■ Rendah
■ Sedang
■ Tinggi
Kebiasaan merokok dapat dikategorikan menjadi:
■ Selalu merokok
■ Sering kali merokok
■ Kadang-kadang merokok
■ Jarang merokok
■ Tidak pernah merokok
Income (pendapatan) seseorang dapat diklasiikasikan atau dikategorikan menjadi be-
berapa klasiikasi dan dapat pula dibuat urutannya.
Klasiikasi Urutan
www.facebook.com/indonesiapustaka

Sangat tinggi 1
Tinggi 2
Sedang 3
Kurang 4
Kurang sekali 5

107 107
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Pada contoh di atas jelas tampak adanya tingkatan atau urutan dari kategori.
Seseorang sudah dapat mengatakan bahwa A yang mempunyai nilai akademis ting-
gi, lebih baik dari B dan C yang mendapatkan nilai akademis sedang dan rendah.

108 108
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Orang yang kurang pendapatannya, dapat dikatakan lebih rendah


penghasilannya dari orang yang tinggi pendapatannya.
Perhatikan juga contoh berikut ini:
Motivasi siswa SMA dalam belajar f
Sangat kuat 10
Kuat 15
Sedang 25
Kurang 20
Kurang sekali 35

Angka-angka yang terletak di akhir setiap kategori menunjukkan jumlah


fre- kuensi data masing-masing kategori. Oleh karena itu, data tentang motivasi
siswa SMA dalam contoh di atas menunjukkan bahwa motivasi siswa ternyata tidak
kuat, sebab 35 orang kurang sekali dan 20 orang kurang, sedangkan yang kuat
hanya 15 orang dan 10 orang yang sangat kuat.

b. Variabel Kontinu (Continuous Variable)


Variabel kontinu sering juga disebut dengan variabel kuantitatif
(Quantitative variable), yaitu variabel yang sinambung, yang memiliki nilai
berhubungan atau ada dalam beberapa tingkatan (degree) yang sinambung dari
“kurang kepada lebih” serta dapat menerapkan angka (numeral) terhadap
individu atau objek yang ber- beda untuk menunjukkan berapa banyak variabel
yang mereka miliki. Variabel ini sekurang-kurangnya mempunyai nilai tata
jenjang, serta dapat dinyatakan dalam pecahan.

Contoh:
Tinggi badan: 160 cm
161 cm
162 cm

Tinggi badan 160 cm adalah tinggi badan yang terletak dalam rentangan
www.facebook.com/indonesiapustaka

an-
tara 159,5–160,5. Tinggi badan 161 dapat dinyatakan dalam pecahan antara
160,5–
161,5, sedangkan tinggi badan 162 cm, terletak antara 161,5-162,5.

109 109
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Apabila ketiga contoh itu dinyatakan sekaligus akan kelihatan antara yang
per-
tama, kedua, dan ketiga berhubungan seperti berikut:

159 160 161 162


|--------!--------*--------!--------*--------!--------*--------!------
--|
158,5 159,5 160,5 161,5 162,5

110 110
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Dari segi lain tinggi badan dapat pula dinyatakan dalam kelompok atau
rentang-
an (range),
seperti:
156 – 160
161 – 165
166 – 170
Atau mungkin juga dinyatakan dalam bentuk tingkatan (bukan
kategorikal) dengan menggunakan unit satuan dan interval tertentu seperti cm
terlebih dahulu, sehingga dapat disusun dalam berbagai tingkatan, antara lain:
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah sekali
Seseorang dikatakan sangat tinggi apabila tingginya 190 ke atas; dikatakan
ting- gi apabila tinggi badannya antara 170–189 cm; dikatakan sedang apabila
tingginya antara 150–169, dan seseorang dikatakan rendah apabila tingginya
kurang dari 150 cm. Pengkategorian itu sangat dipengaruhi oleh patokan yang
digunakan.
Variabel kontinu akan menghasilkan data interval dan data rasio. Data interval
memenuhi semua karakteristik yang berlaku pada data ordinal dan nominal.
Bebe- rapa ciri tambahan data interval:
1) Antarkategori dalam data ini dapat diketahui selisih atau
jumlahnya.
2) Satuan ukuran mempunyai unit yang sama, dan tiap kategori mempunyai
skala yang sama dalam selisih ukurannya.
Contoh:
Untuk menentukan suhu badan manusia digunakan termometer Celcius. Dalam ter-
mometer itu, unit pengukuran yang dipakai adalah derajat.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Dengan menggunakan termometer dapat diketahui panas tiap individu,


seperti:
36, 37, 38, 39, 40, 41, 35. Data tentang panas badan itu dapat ditata dalam
bentuk kelompok (kelas interval) atau dalam bentuk tunggal. Apabila disusun
dalam bentuk kelas interval, maka interval masing-masing kelas harus sama.

111 111
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Bentuk Kelas Interval Bentuk Tunggal


40–41 41
38–39 40
36–37 39
34–35 38
37
36
5

112 112
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Dalam contoh di atas dapat dilihat bahwa jarak masing-masing kelas


mempu- nyai interval 2. Selisih antara kelas pertama, kedua, ketiga, dan keempat
adalah 2. Unit satuannya pun juga sama. Fahrenheit dan Reimur menggunakan juga
derajat sebagai unit pengukurannya. Mereka meletakkan titik nol pada kategori
yang tidak sama. Nol pada Celcius tidak sama dengan nol pada Fahrenheit
maupun Reimur. Panas badan orang yang 37 derajat pada Fahrenheit tidak sama
dengan 37 derajat pada Celcius. Panas badan orang yang 40 derajat Celcius bukan
berarti dua kali lebih panas daripada badan orang yang 20 derajat pada Celcius,
walaupun alat pengukur- an mempunyai unit satuan pengukuran yang sama.
Demikian pada Reimur dan Fahrenheit. Walaupun jaraknya sama, tetapi
harganya tidak sama karena nol yang digunakan bukanlah nol mutlak.
Data rasio memiliki semua karakteristik data interval. Ciri tambahan lainnya,
harga nol yang digunakan adalah nol mutlak/absolut.

Contoh:
Lama pendidikan:
a. 4 tahun
b. 8 tahun
c. 12 tahun
d. 16 tahun

Lama pendidikan 16 tahun, berarti dua kali lama pendidikan 8 tahun; lama
pen- didikan 8 tahun, dua kali lama pendidikan 4 tahun. Seorang yang
berpendidikan 16 tahun, berarti lama pendidikan yang ditempuhnya empat kali
lama pendidikan orang yang berpendidikan 4 tahun. Lama pendidikan dalam
contoh di atas disebut dengan variabel rasio. Data variabel rasio disebut pula
dengan data rasio.
Dari berbagai contoh di atas dapat disimpulkan bahwa variabel deskret
atau kategorikal bukan merupakan hasil perhitungan (counting), melainkan
merupakan pemilahan atau pengkategorian. Antara satu kategori dan yang lain
saling lepas dan tuntas. Variabel kontinu atau kuantitatif mempunyai unit
www.facebook.com/indonesiapustaka

pengukuran tertentu, sa- ling berhubungan antara satu kategori dengan yang lain
(continous), dan merupakan hasil perhitungan.

2. Klasiikasi Variabel Berdasarkan Posisi dan Fungsinya dalam Penelitian

113 113
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Kalau dilihat dari segi posisi dan fungsi; hubungan atau pengaruh
masing-ma- sing variabel dalam konteks suatu penelitian, maka variabel penelitian
dapat dibeda- kan atas:
(a) Variabel bebas
(b) Variabel terikat

114 114
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

(c) Variabel kontrol


(d) Variabel antara
(e) Variabel extraneous
(f) Variabel anteceden
(g) Variabel penekan
(h) Variabel
pengganggu
Secara perinci masing-masing variabel akan dibicarakan pada uraian berikut.

a. Variabel Bebas dan Variabel Terikat


Dalam penelitian sederhana sekalipun, peneliti harus mampu melihat secara
ta- jam apakah variabel atau aspek yang dipilih telah benar-benar menurut
fungsinya dan telah diujicobakan dalam kerangka penelitian yang benar menurut
rancangan yang cocok dengan masalah yang akan diteliti. Apakah hubungan itu
simetris, timbal balik (reciprocal), ataukah asimetris. Ketiga bentuk hubungan itu
memberi arah pen- dekatan penelitian dan rancangan penelitian yang akan
digunakan. Untuk mengeta- hui apakah ada hubungan dua variabel, sebaiknya
dilakukan dengan memperkenal- kan variabel ketiga yang disebut dengan faktor
uji (test factor). Contoh: Orang tua lebih tertarik untuk melihat program agama di
telivisi daripada orang muda. Untuk menguji apakah itu benar, maka
diperkenalkan tes faktor yaitu pendidikan. Apabila hubungan itu benar-benar ada
maka pendidikan tidak dapat mengeliminasi hubung- an itu. Ambil responden
yang sama umurnya, tetapi mempunyai pendidikan yang berbeda, yaitu orang
yang berpendidikan tinggi dan yang berpendidikan rendah. Kemudian dalam
analisis gunakan test factor pendidikan. Andai kata orang tua yang berpendidikan
tinggi ternyata lebih suka melihat program agama daripada orang muda yang
berpendidikan tinggi, atau orang tua berpendidikan rendah ternyata lebih suka
daripada orang muda yang berpendidikan rendah maka dapat dikatakan ada
hubungan antara umur dan kebiasaan melihat program agama di televisi.
Dalam hubungan asimetris peneliti akan menjumpai beberapa variabel,
www.facebook.com/indonesiapustaka

antara lain variabel bebas dan variabel terikat, sedangkan dalam hubungan
simetris dan timbal balik juga ada berbagai variabel tetapi tidak dapat ditentukan
mana variabel bebas dan mana variabel terikat secara pasti karena sulit untuk
menentukan mana memengaruhi yang mana. Variabel bebas adalah variabel yang

115 115
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

memengaruhi, men- jelaskan, atau menerangkan variabel yang lain. Variabel ini
menyebabkan perubahan pada variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau diterangkan oleh variabel lain tetapi tidak dapat
mempegaruhi variabel yang lain. Pendapat ini didukung oleh pernyataan Tuckman
(1972: 36-37), sebagai beri- kut: Theindependent variable, which is a stimulus
variabel or input, operates either within a person or within his environment to affect
his behavior. It is that factor which

116 116
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

measured, manipulated, or selected by experimenter to determine its relationship to


an observed phenomenon. Adapun Freankle dan Wallen (1993) mengemukakan
konsep variabel bebas dalam bentuk contoh bahwa variabel bebas (independent
variable) adalah: treatment or manipulated variabel referred to previously; those
variabels the investigator chooses to study (and often manipulate) in order to assess
their possible effect(s) on one or more other variabel. Dari segi letaknya dalam
kerangka berpikir konseptual penelitian, variabel bebas lebih dahulu, dan dapat
memengaruhi atau me- nerangkan variabel terikat, bukan sebaliknya.

Contoh:
Pendidikan dan Pendapatan.

Untuk menentukan mana variabel bebas dan mana pula variabel terikat
pada dua aspek penelitian tersebut, perlu terlebih dahulu didudukkan dalam judul
peneli- tian. Mengapa demikian? Secara konseptual teoretis, pendidikan dapat
memengaru- hi pendapatan, sebab orang yang berpendidikan tinggi lebih banyak
kemungkinan- nya mendapatkan penghasilan lebih tinggi dari orang yang
berpendidikan rendah apabila mereka bekerja pada jenjang dan jenis pekerjaan
yang sama. Tetapi secara konseptual juga dipahami bahwa pendapatan seseorang
tidak semata-mata ditentu- kan oleh pendidikan seseorang. Seorang lulusan SMA,
apabila ia bekerja di swasta seperti di Telekomunikasi atau di Indosat,
pendapatannya mungkin lebih tinggi dari individu yang lulus D2 atau akademi
yang bekerja sebagai pegawai negeri. Jadi, apa- bila secara konseptual kurang nyata
mana memengaruhi yang mana, atau mungkin hubungannya saling pengaruh
(reciprocal), maka posisi atau letaknya dalam judul akan sangat membantu, seperti:
Pengaruh pendidikan terhadap pendapatan
Hubungan pendidikan dengan pendapatan

Dari dua contoh itu jelas bahwa pendidikan lebih dahulu letaknya dalam
judul. Ini berarti peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh pendidikan
seseorang ter- hadap pendapatannya. Karena itu pendidikan adalah variabel bebas,
sedangkan pen- dapatan adalah variabel terikat. Kalau dilihat dari segi posisinya
www.facebook.com/indonesiapustaka

pendidikan dahulu dan kemudian baru diikuti pendapatan. Andai kata ada
perubahan judul, tidak sela- manya pendidikan akan menjadi variabel bebas. Ada
kemungkinan pula pendidikan berubah menjadi variabel terikat.

Contoh:

117 117
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

■ Pengaruh status sosial ekonomis orangtua terhadap pendidikan anak-anak.


■ Hubungan pendapatan dengan pendidikan anak-anak.

Dalam kedua contoh yang terakhir, variabel bebas adalah status sosial
ekonomi

118 118
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

dan pendapatan, sedangkan pendidikan anak-anak merupakan variabel terikat.


Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

GAMBAR 5.1 Hubungan Bivariat.

Suatu hubungan dikatakan bivariat kalau hanya hubungan antara dua


variabel, dan disebut multivariat kalau terdapat banyak variabel yang dihubungkan,
baik pada variabel bebas maupun pada variabel terikat.

Contoh yang lain:


Pengaruh latar belakang psikologis dan nilai tes masuk terhadap prestasi belajar.
Latar belakang psikologis secara prinsip merupakan variabel bebas, yang perlu dijabar- kan
lagi menjadi bermacam komponen atau aspek yang diteliti. Dalam pembatasan masalah
perlu dibatasi dan dirumuskan dengan jelas, apakah yang termasuk latar be- lakang
psikologis yang akan diteliti. Apakah semua aspek psikologis atau akan dibatasi pada
sebagian saja.

Contoh:
Peneliti membatasi pada:
1) Motivasi berprestasi
2) Inteligensi/kemampuan dasar
3) Persepsi
4) Perhatian

Sehingga dengan batasan tersebut bagan alir berpikir atau kerangka berpikir
seperti terlihat pada Gambar 5.2.
Kerangka itu perlu disempurnakan lagi karena belum ditentukan secara
logis urutan masing-masing variabel/aspek secara teoretis. Apakah benar
persepsi yang dimiliki seseorang menurut urutan dan kekuatan sama
www.facebook.com/indonesiapustaka

keberadaannya dengan inteli- gensi dan motivasi, ataukah nilai tes masuk
dipengaruhi oleh inteligensi dan motivasi seseorang. Andai kata hal itu sulit untuk
dilakukan maka langkah yang paling baik ialah menggunakan teknik analisis
regresi yang paling sesuai, seperti Regresi Ganda (Multiple Regression) dan

119 119
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Korelasi Parsial (Partial correlation), sehingga peneliti da- pat melihat sumbangan
atau mengontrol pengaruh variabel yang lain.
Membicarakan pengaruh berarti menentukan variabel yang berpengaruh,
arah pengaruh, dan menentukan sumbangan/dampak ataupun effect terhadap
variabel

120 120
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Motivasi
Berprestasi

Inteligensi

Prestasi Prestasi Belajar

Keterangan:
Perhatikan
Korelasi Sederhana
Korelasi Ganda

Nilai Tes Masuk

GAMBAR 5.2 Model Kerangka Berpikir dalam Penelitian Kuantitatif.

terikat, sedangkan pengaruh variabel lain ditiadakan. Atau dapat juga dilakukan
de- ngan melihat secara bersama (serempak) pengaruh semua variabel terhadap
variabel terikat.
Seandainya secara teoretis/konseptual peneliti sulit menentukan secara
logis urutan “keberadaannya” (logical order) di antara latar belakang psikologis
itu, se- dangkan nilai tes masuk memang ditentukan oleh aspek yang lain,
maka model
kerangka penelitiannya seperti pada Gambar
5.3.

Motivasi
Berprestasi
Inteligensi
www.facebook.com/indonesiapustaka

Nilai Tes Masuk Prestasi Belajar


Minat

Perhatian

121 121
GAMBAR 5.3 Model Kerangka Berpikir Penelitian
Tanpa Mempertimbangkan Tata Urutan Variabel Bebas.
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

122 122
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Kalau dinyatakan bahwa inteligensi yang lebih menentukan dan


memengaruhi motivasi, persepsi, dan perhatian serta kemudian memengaruhi
nilai tes dan akhir- nya baru memengaruhi prestasi belajar, maka model kerangka
penelitiannya seperti
pada Gambar 5.4

Motivasi
Berprestasi

Nilai Prestasi
Inteligensi Minat
Tes Masuk Belajar

Perhatian

GAMBAR 5.4 Model Kerangka Berpikir


dengan Tata Urutan Variabel Bebas Lebih Sistematis.

Andai kata dalam suatu penelitian secara logik-konseptual tidak ada yang
me- mengaruhi atau hubungan di antara variabel yang ada simetris, dan teknik
anali- sis yang digunakan hanya mampu dan dapat digunakan korelasi sederhana,
maka sebaiknya peneliti janganlah mengatakan kata “pengaruh”. Peneliti lebih baik
menya- takan hubungan saja, dan bukan hubungan sebab akibat.
Di antara variabel bebas itu dapat pula dibedakan variabel bebas utama
(primary independent variable) dan variabel bebas skunder (secondary
independent variable). Variabel bebas sekunder/kedua, sering pula disebut dengan
variabel moderator, yang membantu memengaruhi variabel terikat. Variabel
moderator ini sering juga dise- but sebagai variabel bebas tipe khusus, yang
dipilih peneliti untuk menggambarkan hubungan antara variabel bebas utama dan
variabel terikat. Variabel ini dapat diukur, dimanipulasi, atau diseleksi untuk
www.facebook.com/indonesiapustaka

menentukan apakah hubungan berubah atau tidak terhadap fenomena yang


diamati.

Contoh:
Salah satu hipotesis penelitian yang dirumuskan peneliti, berbunyi:

123 123
Di antara siswa yang mempunyai inteligensi yang sama, jumlah frekuensi latihan, secara
langsung memengaruhi keterampilan penampilan siswa laki-laki tetapi kurang langsung
pada siswa perempuan.
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian
Kalau disimak secara teliti bunyi hipotesis di atas, maka dapat diposisikan bahwa:
Variabel bebas : jumlah frekuensi latihan

124 124
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Variabel terikat : keterampilan/penampilan


Variabel kontrol : inteligensi
Variabel moderator : seks
Variabel antara : belajar (tidak secara eksplisit dikemukakan dalam hipotesis)

Mengapa dapat dikatakan demikian? Tidakkah mungkin inteligensi yang


me- rupakan variabel bebas? Seperti telah diungkapkan dalam uraian terdahulu
variabel bebas itu merupakan faktor yang dapat dimanipulasi dan diukur peneliti
untuk me- nentukan hubungan fenomena yang diamati. Variabel itu
memengaruhi, menerang- kan, atau menyebabkan perubahan pada variabel
terikat. Variabel bebas itu menun- jukkan pula adanya perlakuan (treatment)
yang dicobakan; dapat berupa variabel kontinu dan dapat pula berupa variabel
deskrit. Apa yang memengaruhi keterampil- an penampilan siswa? Jelas jawabnya
jumlah frekuensi latihan. Karena itu jumlah frekuensi latihan ialah variabel bebas.
Inteligensi bukan menjadi penyebab, karena semua renponden mempunyai
inteligensi yang sama. Variabel terikat juga meru- pakan faktor yang dapat
diamati dan diukur untuk menentuk efek akibat. Variabel ini disebut juga dengan
variabel respons atau variabel output (hasil) sebagai efek atau konsekuensi
perlakuan dalam situasi yang dipelajari. Apa yang dipengaruhi oleh jumlah
frekuensi latihan? Jawabnya adalah penampilan. Karena itu penampilan ialah
variabel terikat. Untuk mengontrol dan mengetahui secara tepat pengaruh
jumlah frekuensi latihan, maka peneliti dalam hipotesis di atas mencoba mengontrol
keadaan siswa. Peneliti mengambil sampel pada siswa yang mempunyai inteligensi
yang sama, sehingga pengaruh inteligensi yang dianggap cukup berarti
diminimalkan oleh pe- neliti. Karena itu inteligensi ialah variabel kontrol. Peneliti
juga memahami bahwa jenis latihan tertentu sering pula menyebabkan adanya
perbedaan penampilan antara laki-laki dan perempuan. Sehubungan dengan itu,
peneliti juga ingin melihat apakah ada perbedaan pengaruh jumlah frekuensi
latihan pada siswa laki-laki dan perem- puan dalam penampilannya. Dengan kata
lain, peneliti ingin menguji pengaruh seks terhadap penampilan seseorang sesudah
mengikuti latihan. Karena itu, dalam con- toh di atas seks merupakan variabel
www.facebook.com/indonesiapustaka

moderator. Adapun belajar merupakan variabel antara, sebab baik atau buruknya
seseorang belajar selama mengikuti latihan akan menentukan penampilannya.
Walaupun jumlah frekuensi latihan sama banyak, kalau peserta latihan tidak belajar
maka hasilnya lebih buruk dari siswa yang belajar. Ka- rena itu dalam contoh di
atas kegiatan belajar merupakan variabel antara yang tidak dinyatakan secara

125 125
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

eksplisit dalam hipotesis. Namun hal itu perlu dipahami secara jelas posisinya
dalam kegiatan latihan seperti contoh di atas.
Variabel moderator pada prinsipnya merupakan variabel bebas tipe khusus
yang sengaja dipilih peneliti untuk mengetahui dan menggambarkan apakah
pengaruh atau relasi variabel bebas utama terhadap varibel terikat tetap kuat
setelah diperke-

126 126
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

nalkan variabel moderator itu. Contoh: Terdapat hubungan yang signifikan


antara tinggi badan (X) dan tinggi lompatan (Y). Kemudian diperkenalkan
variabel mode- rator, yaitu latihan (Z): frekuensi latihan teratur-tidak teratur;
apakah orang yang tinggi walaupun tidak latihan teratur, tetap lebih tinggi
lompatannya dari orang yang sedang, tetapi latihan dengan teratur? Oleh karena
itu, variabel moderator disebut juga a secondary independent variable.
Variabel bebas maupun variabel terikat dalam suatu penelitian dapat lebih
dari
satu secara simultan, seperti terlihat pada Gambar 5.5, 5.6, dan
5.7.

Inteligensi

Prestasi
Motivasi Belajar

Kebiasaan
Belajar

Variabel Variabel Variabel


Bebas Moderator Terikat

GAMBAR 5.5 Model Hubungan Variabel Bebas,


Variabel Moderator, dan Variabel Terikat.

Kepadatan
Penduduk
Penerimaan
Status Sosial Program KB

Pendapatan/
Income Kesehatan
www.facebook.com/indonesiapustaka

Lingkungan

Tempat Tinggal

127 127
Variabel Bebas Variabel Moderator Variabel Terikat

GAMBAR 5.6 Model Hubungan Tiga Variabel Bebas,


BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF
Satu Variabel Moderator, dan Dua VariabelBAB 5 • Variabel Penelitian
Terikat.

128 128
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Mungkin juga hubungan seperti berikut:

Program KB

Pendidikan
Orangtua Kesehatan Lingkungan

Pendidikan Anak

Variabel Bebas Variabel Terikat

GAMBAR 5.7 Model Hubungan Satu Variabel Bebas


dengan Tiga Variabel Terikat.

b. Variabel Kontrol
Tidak semua variabel dapat kita teliti dalam waktu yang bersamaan, baik
dilihat dari sudut pandang kemampuan peneliti maupun dari biaya, waktu yang
tersedia, ataupun karena sifatnya masalah itu sendiri yang belum wajar untuk
diteliti. Karena itu peneliti perlu membatasi diri dalam memilih masalah yang tepat
dan menetralkan pengaruh variabel yang lain semaksimal mungkin. Sehubungan
dengan itu peneliti dapat melakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
memilih variabel kontrol atau melakukan teknik analisis yang lebih kompleks.
Variabel kontrol adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi dan
digunakan sebagai salah satu cara untuk mengontrol, meminimalkan, atau
menetralkan penga- ruh aspek tersebut. Perhatikan contoh berikut:
1) Status sosial ekonomi orangtua menentukan prestasi belajar anak.
Untuk dapat menentukan pengaruh status sosial ekonomi orangtua
terhadap prestasi belajar anak, maka salah satu cara yang dapat dilakukan
yaitu dengan memilih sampel, anak-anak yang mempunyai inteligensi yang
sama. Sebenarnya masih banyak variabel lain yang perlu dikontrol sehingga
www.facebook.com/indonesiapustaka

dapat menetralkan pengaruh masing-masing variabel itu dalam belajar, seperti


bimbingan orang lain dalam belajar, bantuan individual (private), dan motivasi
belajar.

129 129
2) Orang dari kelas sosial tinggi lebih toleransi terhadap kawin campuran
diban-
dingkan orang dari kelas sosial
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian
rendah.
Untuk mengetahui hubungan itu benar atau tidak, dapat digunakan
pendidikan atau income atau keduanya sebagai variabel kontrolnya. Ini berarti
reponden pene-

130 130
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

litan ini diambil dari kelompok yang mempunyai status sosial yang berbeda,
tetapi mempunyai pendidikan dan income yang sama. Di samping itu, dapat
pula digu- nakan variabel moderator, seperti agama sehingga dapat dipelajari
hasilnya antara renponden dan agama yang berlainan.
Dari contoh-contoh tersebut dapat ditarik benang merah bahwa antara
variabel kontrol jauh berbeda dari variabel moderator, walaupun ada kemungkinan
menggu- nakan aspek, kejadian, atau faktor yang sama. Dalam variabel moderator,
efek faktor atau aspek tersebut dipelajari; sedangkan pada variabel kontrol efek dari
faktor terse- but dinetralkan sehingga dapat menjamin ketepatan pengaruh atau
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Cara yang sering dipakai dalam usaha menetralkan pengaruh suatu faktor
yaitu dengan menyamakan sampel dalam aspek-aspek tertentu yang diduga
mempunyai pengaruh yang kuat atau dengan menggunakan teknik analisis yang
lebih kompleks seperti Partial Correlation.
Untuk lebih memahami posisi keempat variabel yang telah dibicarakan
secara
mendalam, perhatikan Gambar
5.8.

Variabel Bebas

Variabel Moderator Variabel Terikat

Variabel Kontrol

GAMBAR 5.8 Posisi Variabel Bebas,Variabel Moderator,


dan Variabel Kontrol dalam Penelitian Kuantitatif.

Kedudukan variabel bebas, variabel kontrol dan variabel moderator


www.facebook.com/indonesiapustaka

terhadap variabel terikat setara, namun dalam fungsinya berbeda. Apabila


variabel kontrol tidak dikontrol, maka aspek itu akan ikut memengaruhi besaran
(magnitude) pe- ngaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Ini berarti
sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel bebas bukanlah semata-mata

131 131
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

ditentukan oleh variabel bebas itu saja (seperti yang diteliti), melainkan
ditentukan oleh variabel lain yang tidak dikontrol dalam penelitian tersebut. Adapun
variabel moderator adalah variabel be- bas tipe khusus atau variabel yang sengaja
diperkenalkan oleh peneliti untuk menge- tahui atau menggambarkan apakah
relasi atau pengaruh yang didapat benar-benar disebabkan oleh variabel bebas
utama, bukan oleh variabel bebas yang lain.

132 132
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

c. Variabel Extraneous
Seandainya peneliti ingin menemukan hubungan dua variabel yang bebas
dari berbagai variabel dalam penelitian yang akan dilakukannya, maka langkah
pertama yang perlu diperhatikan secara konseptual adalah apakah hubungan
kedua aspek yang diteliti itu simetris atau asimetris. Seandainya hubungan itu
dianggap asimetris, beberapa pertanyaan yang perlu dijawab sebagai berikut.
1. Benarkah variabel A mempengaruh variabel B?
2. Betulkah variabel A merupakan variabel bebas yang memengaruhi variabel
B
yang merupakan variabel
terikat?
3. Tidakkah penafsiran salah arah?
4. Betulkan ada mata rantai yang melekat, yang menjadi sifat antara variabel
bebas dan variabel terikat?
5. Tidakkah hubungan itu lancung atau kebetulan saja?
Beberapa pertanyaan di atas dimaksudkan untuk memudahkan para peneliti
memahami bahwa masih ada variabel lain di luar variabel bebas, dan variabel
mo- derator yang mungkin memengaruhi variabel terikat. Variabel itu disebut
dengan variabel extraneous.

Contoh:
Goldhamer dan Marshall (Rosenberg 1969) menguji hipotesis yang berbunyi: “Laju
psikosis telah meningkat di abad akhir ini.” Dalam kenyataannya, memang menunjuk- kan
kenaikan yang mengesankan. Juga tidak sulit untuk menunjukkan beberapa kondisi yang
menyebabkan kehancuran mental seperti meningkatnya mobilitas cita-cita yang kadang-
kadang menyebabkan frustrasi, perpindahan penduduk dari desa ke kota, han- curnya
kekuatan yang menopang kestabilan, meningkatnya kompetisi ekonomi di kota, hancurnya
keluarga karena perceraian dan sebagainya.

Seluruh faktor itu menyebabkan (dasar teoretis untuk menerangkan)


kenaikan laju psikosis. Goldhamer dan Marshall juga mencatat laju
www.facebook.com/indonesiapustaka

“perumahsakitan” bagi psikosis meningkat antara 1845-1945, tetapi ia lupa


memperhatikan faktor usia. Kalau ditinjau dari penderita psikosis pada setiap
kategori umur (dengan penge- cualian usia >50), sebenarnya tidak ada
perubahan dalam kurun waktu yang pan- jang. Hubungan secara nyata yang
dikemukakan pada permulaan bersifat palsu, lan- cung (spurious) dan tidak

133 133
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

melekat. Hal itu terjadi karena kesalahan arah hubungan, sebagai akibat kegagalan
memperhitungkan adanya variabel extraneous. Variabel ini pada hakikatnya
merupakan variabel di luar variabel yang diteliti dan memengaruhi variabel terikat.
Karena itu variabel extraneous juga merupakan variabel bebas yang tidak
dikontrol.

134 134
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Untuk menghilangkan penafsiran yang salah arah dapat dilakukan dengan


me- ngontrolnya di dalam faktor uji (test factor). Jika faktor uji dikontrol (dijaga
konstan) dan peneliti menemukan “hubungan tidak muncul”, maka dikatakan
bahwa hubung- an itu disebabkan oleh faktor extraneous.

d. Variabel Antara
Dalam posisinya variabel antara terletak dalam rentang variabel bebas dan
varia- bel terikat, tetapi tidak sama dengan variabel extraneous. Variabel antara
terjadi dan berlangsung sebagai akibat adanya variabel bebas dan merupakan
sebab utama ter- jadinya perubahan pada variabel terikat, namun kadang-kadang
hubungan atau pe- ngaruh variabel bebas terhadap variabel terikat bisa secara
langsung kalau akibat variabel bebas yang dipilih tidak membutuhkan kegiatan
perantara dalam meme- ngaruhi variabel terikat.

Variabel Bebas Variabel Antara Variabel Terikat

atau

Variabel Antara

Variabel Bebas Variabel Terikat

Contoh:
Seorang peneliti sosial mengamati berbagai fenomena di lingkungannya. Ia melihat ba-
nyak anak dengan tekun membaca komik dan buku keritera lain di kios-kios bacaaan. Siswa
dan mahasiswa menghabiskan waktunya di perpustakaan umum, pustaka se- kolah,
maupun pustaka perguruan tinggi. Ada yang membaca koran, majalah, dan ada pula buku
pelajaran. Demikian juga para sarjana. Mereka terus membaca buku ilmiah sesuai dengan
bidang spesialisasinya, membaca jurnal, karangan ilmiah populer, ter- bitan berkala, atau
www.facebook.com/indonesiapustaka

buku-buku. Dari gejala tersebut timbullah keinginannya untuk me- neliti apakah ada
hubungan antara umur dan kemauan membaca, dengan topik: “Hubu- ngan antara umur dan
kemauan membaca warga masyarakat perkotaan.” Dalam topik tersebut jelas tampak
bahwa yang menjadi variabel bebas adalah umur dan variabel terikatnya adalah kemauan
membaca.

135 135
Untuk menentukan rangkaian sebab-akibat secara lebih perinci dan untuk mengetahui sebab
utama fenomena yang sebenarnya diperkenalkan test factor, yang merupakan

BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

136 136
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

variabel antara yaitu pendidikan, sehingga tata alir pikir berubah dan pendidikan ber- ada
di antara variabel bebas dan variabel terikat.

Kemauan
Umur Pendidikan
Membaca

Dengan adanya pengenalan variabel baru itu (dalam contoh di atas:


pendidik- an), analisis statistik menjadi berubah apabila dibandingkan dengan
keadaan sebe- lum diperkenalkan variabel itu. Hubungan yang semula ada
(muncul) antara umur dan kemauan membaca, apakah tetap ada sesudah
dimasukkannya aspek baru terse- but dalam analisis berikutnya.
Apabila hubungan antara umur (variabel bebas) dan kemauan membaca
(varia- bel terikat) menjadi hilang atau melemah, berarti hubungan yang semula
ada antara kedua variabel pokok itu bukanlah merupakan hubungan langsung
atau melekat, melainkan hubungan itu terjadi melalui variabel lain. Dalam contoh
di atas karena pengaruh pendidikan.

Beberapa contoh lain:


Tinggal di Sikap
1. Tradisionalisme
Desa/Kota Kepenurutan

Atau

Sekolah di Proses Prestasi


2. Desa/Kota Pembelajaran Belajar

Perbedaaan antara variabel extraneous dan variabel antara menyangkut


perso- alan teoretik dan logika. Pada variabel extraneous, hubungan yang melekat
antara variabel bebas dan variabel terikat diduga tidak ada. Terdapatnya hubungan
di antara kedua variabel itu karena adanya variabel ketiga yang tidak diteliti,
yaitu variabel
extraneous.
Variabel Extraneous
C

137 137
Variabel Variabel
A B
Bebas
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF Terikat
BAB 5 • Variabel Penelitian
www.facebook.com/indonesiapustaka

138 138
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Variabel bebas A tidak mempunyai hubungan yang melekat dengan variabel


ter- ikat B. Adanya hubungan antara A dan B karena variabel C (variabel
extraneous) yang dapat memengaruhi variabel A dan B. Contoh: terdapat
hubungan antara hasil panen jagung dan panen kedelai. Kedua aspek ini tidak
ada kaitannya secara kon- septual. Makin banyak hasil kedelai tidaklah
menyebabkan makin banyak pula panen jangung. Yang menjadi penyebab
mungkin musim yang baik, atau bibit yang sama baik sehingga hasil kedua
tanaman itu sama-sama meningkat. Dalam hal ini variabel extraneous adalah
musim yang baik. Aspek ini tidak terantisipasi oleh peneliti sebe- lumnya.
Hubungan kedua aspek itu bersifat simetris. Variabel A dan B adalah akibat dari
sebab yang sama (variabel C).
Pada variabel antara, adanya hubungan antara kedua variabel pokok karena
adanya variabel antara. Adanya korelasi tinggi antara A dan B, karena A menyebab-
kan C dan C memengaruhi B, seperti bagan berikut.

Keterangan:
A = Variabel bebas
B = Variabel terikat
C = Variabel antara
A B
Pendidikan Minat Sikap Memilih

Adanya hubungan itu telah disadari peneliti lebih dahulu dan terjadinya
hubung- an kedua variabel pokok melalui variabel antara. Kedudukan variabel
bebas utama, variabel kontrol, variabel moderator, dan variabel antara terhadap
variabel terikat, secara skematis sebagai berikut:

Variabel
bebas
www.facebook.com/indonesiapustaka

Variabel Variabel Variabel


Moderator Antara Terikat

139 139
Variabel
Kontrol
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

140 140
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

e. Variabel Anteceden
Secara teoretis maksud diperkenalkannya variabel anteceden dalam
penelitian sama dengan variabel antara, yaitu untuk melacak hasil yang lebih
baik dan tepat dalam rangkaian hubungan sebab akibat di antara variabel yang
diteliti. Letak per- bedaannya (Rosenberg, 1968) adalah variabel antara berada di
antara variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu urutan sebab akibat,
sedangkan variabel anteceden mendahului variabel bebas, seperti terlihat pada
bagan berikut:

Variabel Variabel Variabel


Anteceden Bebas Terikat

Apakah gunanya variabel anteceden? Mungkinkah dengan mengontrol variabel


anteceden hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat akan hilang atau
me- lemah?
Untuk menjawab pertanyaan itu, berikut ini disajikan dua variabel pokok,
yaitu:
1) Pendidikan sebagai variabel bebas.
2) Pengetahuan tentang pembangunan sebagai variabel terikat.
Makin tinggi pendidikan seseorang makin banyak pengaruhnya terhadap
penge- tahuan seseorang tentang pembangunan, sebaliknya makin rendah
pendidikan se- seorang makin sedikit pengetahuannya tentang pembangunan.
Atau dapat pula dirumuskan pendidikan menjadi sebab meningkatnya
pengetahuan tentang pemba- ngunan. Secara skematis sebagai berikut:

Pengetahuan tentang
Pendidikan
Pembangunan

Tetapi apakah yang menyebabkan pendidikan itu makin tinggi? Ada orang
yang akan mengajukan pendapat bahwa penyebab atau yang dapat memengaruhi
www.facebook.com/indonesiapustaka

tingkat-
an pendidikan seseorang adalah status sosial ekonomi keluarga tersebut.

Status Sosial/ Variabel


Ekonomi Anteceden

141 141
Penge
Pendidikan tahua
n
BAGIAN tentan
KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF
Variabel BAB 5 • Variabel Penelitian
Bebas g
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

V
a
r
i
a
b
e
l
T
e
r
i
k
a
t

142 142
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Rangkaian hubungan sebab akibat dapat ditelusuri terus ke belakang sejauh


ada gunanya. Namun perlu disadari bahwa kegiatan itu tidak ada akhirnya
sebab hu- bungan dua variabel pada prinsipnya adalah suatu potongan dari
suatu rangkaian sebab akibat yang panjang, dan peneliti harus berhenti pada
suatu aspek yang di- anggapnya kuat dan penting yang secara teoretis ada
gunanya. Dalam kaitan ini ketelitian dan ketepatan peneliti melihat hubungan
dua variabel secara konseptual (hubungan asimetris) sebelum penelitian
dilakukan sangat menentukan langkah pe- nelitian berikutnya.
Untuk menentukan apakah variabel yang ditampilkan itu variabel
anteceden, dapat dilakukan dengan cara:
1) Ketiga variabel harus dihubungkan.
2) Bila variabel anteceden dikontrol hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat tidak hilang, karena variabel anteceden bukan yang menyebabkan
adanya hubungan antara kedua variabel pokok. Tetapi perlu disadari secara
konseptual bahwa variabel anteceden itu mendahului hubungan itu dalam
rangkaian sebab akibat.
3) Bila variabel bebas dikontrol, hubungan antara variabel anteceden dan variabel
terikat harus lenyap. Selanjutnya, apabila dibandingkan variabel antara
dengan variabel anteceden, variabel antara muncul antara variabel bebas dan
variabel terikat; sedangkan variabel anteceden muncul sebelum variabel bebas.
Selanjutnya, secara statistik dapat dibedakan apabila faktor ujinya variabel
an- tara maka hubungan antara kedua variabel pokok harus menghilang atau
melemah; tetapi kalau faktor ujinya variabel anteceden maka hubungan dua
variabel tidak menghilang.

f. Variabel Penekan
Dalam suatu penelitian, seorang peneliti mungkin salah arah dengan
menduga adanya hubungan antara dua variabel yang sebenarnya hubungan itu
terjadi karena variabel extraneous atau tidak adanya hubungan (korelasi nol)
www.facebook.com/indonesiapustaka

antara dua variabel pokok disebabkan variabel ketiga. Peneliti dapat


menghilangkan hubungan yang sa- lah arah itu karena ditekan oleh variabel lain
dengan memasukkan faktor uji dalam penelitiannya, yaitu variabel yang
melemahkan hubungan atau menyembunyikan hubungan yang sesungguhnya
(inherent link). Contoh: Dari suatu penelitian seder- hana ditemukan, bahwa

143 143
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

terdapat hubungan antara kelas sosial dengan fanatisme politik (Rosenberg,


1968), seperti terlihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan respons kelas sosial
bawah dan atas dalam hal fanatisme politiknya (hanya 1%). Kenyataannya, dalam
hal fa- natisme politik terdapat perbedaan di antara kelas sosial yang berbeda.
Hanya hu-

144 144
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

TABEL 5.1
Hubungan antara Kelas Sosial dan Fanatisme Politik

Fanatisme Politik
No. Kelas Sosial
(%)
1. Atas 58
2. Bawah 57

bungan itu dirusak oleh variabel penekan. Karena itu harus jelas melihat sejak
awal dengan memasukkan aspek lain yang diduga menekan atau menghilangkan
penga- ruh dan hubungan antara kedua variabel pokok itu. Dalam contoh
selanjutnya diper- kenalkan pendidikan sebagai faktor penekan. Setelah
dimasukkan variabel itu maka hasil penelitiannya sebagai berikut.

TABEL 5.2
Hubungan antara Kelas Sosial dan Fanatisme Politik
Setelah Dimasukkan Pendidikan sebagai Variabel Penekan.

Fanatisme Politik
No. Kelas Sosial Pendidikan
(%)
1. Atas Tinggi 46
Bawah 33
2. Atas Sedang 62
Bawah 55
3. Atas Rendah 69
Bawah 65

(Adaptasi dari Rosenberg, 1968).

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada keluarga yang berpendidikan


rendah ternyata perbedaan respons antara kelas sosial atas dan bawah hanya 4%;
untuk ke- luarga yang berpendidikan sedang, perbedaan respons sebesar 7%;
sedangkan untuk keluarga yang berpendidikan tinggi ternyata perbedaan
persentase kelas sosial atas dan bawah sebesar 13%. Karena itu, dengan
www.facebook.com/indonesiapustaka

memasukkan variabel penekan, peneli- tian yang dilakukan lebih dapat


mengungkapkan hubungan yang tersembunyi selama ini. Dari contoh di atas dapat
dikatakan bahwa penduduk dari kelas sosial atas lebih fanatik dibandingkan dari

145 145
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

penduduk kelas sosial bawah. Tidak adanya hubungan sebelumnya karena


disembunyikan oleh variabel penekan.

146 146
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat



Kelas Sosial Fanatisme Politik

+ +

Pendidikan

Variabel Penekan

g. Variabel Pengganggu
Kalau variabel penekan mungkin akan menyebabkan lemah atau hilangnya
pe- ngaruh, maka variabel pengganggu dapat menimbulkan terwujudnya
kesimpulan yang salah arah. Variabel ini dapat mengungkapkan bahwa
penafsiran yang benar kebalikan dari apa yang disarankan. Untuk memahami
konsep itu secara perinci dan mendalam ikuti contoh yang dikemukakan berikut
ini (data hipotetis).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang pendapat individu dari
kelas sosial yang berbeda terhadap kawin campuran. Yang dijadikan variabel
bebas ada- lah kelas sosial, sedangkan variabel terikat adalah sikap terhadap
kawin campuran.
Setelah penelitian umpamanya, didapat hasil sebagai berikut:

Kelas Sosial (%)


No. Sikap Menengah Rendah
1. Positif 30 45
2. Negatif 70 55
Jumlah 100 100
(Data hipotetis)

Dari distribusi data hipotetis di atas, peneliti dapat menafsirkan antara lain:
www.facebook.com/indonesiapustaka

a) Kelompok sosial rendah lebih bersikap positif tentang kawin campuran


daripada individu yang berasal dari kelompok sosial menengah. Hal itu
ditunjukkan oleh selisih persentase 45% – 30% = 15%
b) Individu dari kelompok sosial rendah lebih moderat daripada individu yang
ber-

147 147
asal dari kelompok sosial menengah tentang kawin campuran.
Hasil analisis itu sebenarnya kurang sesuai dengan kenyataan pada
umumnya yang
BAGIAN KEDUA: terjadi,
METODE sebab KUANTITATIF
PENELITIAN BAB 5 • Variabel
baik pada kelas sosial menengah maupun kelas
Penelitian
sosial rendah, kurang setuju dengan kawin campuran (antara suku dan/atau
antar-agama). Apa- kah hasil penelitian itu dapat dipercaya?

148 148
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Untuk mengetahui lebih lanjut, masukkanlah faktor uji, umpamanya


pendidi- kan. Ini berarti, gunakan pendidikan sebagai salah satu komponen dalam
melakukan analisis bukan hanya sikap dan kelas sosial. Dengan
mempertimbangkan aspek itu,
maka hasil yang didapat akan berubah, antara lain:

Pendidikan Tinggi Pendidikan rendah


Sikap Terhadap Kawin
No. Campuran Kelas Sosial Kelas Sosial Kelas Sosial Kelas Sosial
Menengah Rendah Menengah Rendah
1. Positif 75% 50% 40% 30%
2. Negatif 25% 50% 60% 70%
Jumlah 100% 100% 100% 100%

(Data hipotetis)

Dari data perkiraan itu dapat disimpulkan bahwa individu dari kelas sosial
me- nengah dengan pendidikan tinggi lebih positif terhadap kawin campuran
(75%), se- dangkan dari kelas sosial rendah hanya 50%. Oleh karena itu jelaslah
bahwa dengan memasukkan variabel pengganggu, peneliti memperoleh hasil
yang bertentangan dari keadaan semula, sehingga mampu mengubah hubungan
positif menjadi negatif atau sebaliknya. Variabel pengganggu ini bisa
bermacam-macam antara lain: ras, latar belakang keluarga, jenis pekerjaan, dan
sebagainya.

C. VARIABEL DAN MODEL PENELITIAN


Seperti telah dikemukakan pada uraian terdahulu, banyak tipe dan jenis
pe- nelitian yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan, memahami,
menerangkan, mengawasi, maupun memprediksi suatu kejadian atau masalah.
Pemilihan tipe atau jenis penelitian yang akan digunakan banyak ditentukan
oleh masalah yang akan diteliti, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan peneliti,
serta fasilitas penunjang pen- capaian tujuan tersebut. Model penelitian hanya
www.facebook.com/indonesiapustaka

dapat dirancang setelah aspek-as- pek yang akan diteliti ditentukan terlebih
dahulu.

Contoh:

149 149
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Sekarang banyak ditemui dalam kehidupan bermasyarakat tingginya angka mortalitas bagi
penduduk pedesaan, sedangkan di kota besar di mana warga memiliki sikap dan kebiasaan
hidup sehat, angka kematian anak dan bayi menjadi rendah. Namun ditemui juga pada
sebagian kota besar lainnya dengan tingkat kesadaran dan sikap hidup sehat masih kurang,
angka mortalitas tetap tinggi. Di samping itu, pada masyarakat dengan tingkat ekonomi dan
sosial tinggi, jumlah kematian anak berkurang dibandingkan de- ngan masyarakat yang
memiliki tingkat sosial rendah. Harapan masyarakat yang sebe- narnya adalah angka
mortalitas lebih rendah dan harapan hidup lebih tinggi.

150 150
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Dari masalah yang cukup luas dan kabur itu, peneliti merumuskan dan
mem- batasi masalah yang akan diteliti, sehingga jelas dan dapat diukur serta
diteliti secara ilmiah. Pada langkah berikutnya merumuskan topik penelitian dan
mengidentifika- si variabel dan tujuan penelitian. Langkah berikutnya menyusun
kerangka berpikir model penelitian dengan menempatkan aspek-aspek yang
dipilih menurut variabel- nya sehingga tersusun kerangka penelitian.

Contoh I:
Judul: Pengaruh tingkat sosial-ekonomi masyarakat terhadap mortalitas warga masya-
rakat.
Dari judul tersebut variabel yang diteliti:
Variabel bebas : Tingkat sosial-ekonomi
Varibel terikat : Tingkat mortalitas
Variabel moderator : Tidak ada
Variabel kontrol : Tidak diperhatikan
Variabel antara : Tidak diperhatikan

Tipe penelitian: Survey ex post facto, karena penelitian akan menggunakan


ang-
ket sebagai alat pengumpul data dan tidak ada perlakuan.

Contoh II:
Judul: Pengaruh latihan dasar kemiliteran bagi mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam
menempa disiplin diri.
Identiikasi variabel:
Variabel bebas : Latihan dasar kemiliteran
Variabel terikat : Disiplin diri
Variabel moderator : Seks
Variabel antara : Proses latihan
Tipe penelitian : Ex post facto.

Penelitian ini dapat berubah menjadi tipe lain kalau latihan dasar digunakan
sebagai perlakuan dan secara langsung mengamati perubahan disiplin diri pada
www.facebook.com/indonesiapustaka

se- orang peserta latihan tersebut.

Contoh III:
Variabel dalam kerangka berpikir penelitian

151 151
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 5 • Variabel Penelitian

Tingkat Aspirasi
Status Sosial
Pekerjaan Pekerjaan

Tingkat Aspirasi
Status Sosial Pendidikan
Pendidikan

Kemampuan Kinerja
Dasar/Mental Akademik

GAMBAR 5.9 Contoh Kerangka Berpikir Menurut Komponen Penelitian.

Dalam contoh di atas, variabel yang diteliti yaitu:


Variabel bebas : Status sosial
Status ekonomi
Kemampuan dasar (IQ)
Variabel antara : Kinerja akademik
Tingkat aspirasi pekerjaan
Tingkat aspirasi pendidikan
Variabel terikat : Pekerjaan yang didapat

Dari contoh yang dikemukakan tersebut, baik dalam bentuk bagan maupun
se- cara naratif kerangka berpikir penelitian berkaitan erat dengan variabel yang
dipilih serta di mana posisinya dalam kerangka berpikir keilmuan, sehingga secara
skematis jelas tampak mana yang dahulu, mana yang memengaruhi dan mana
yang dipe- ngaruhi. Gambaran yang demikian akan memberi arah pada teknik
analisis yang akan digunakan, seperti Path Analysis atau Stepwise Analysis.
www.facebook.com/indonesiapustaka

152 152
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Apabila belum mengerti, baca kembali ba-
han pada Bab 5.

1. Apakah yang dimaksud dengan variabel?


2. Jelaskan beda antara variabel dan masalah dalam suatu penelitian?
3. Coba Anda bandingkan apakah beda antara variabel dan konstan?
4. Jelaskan dengan contoh beda antara variabel kontinu dan variabel deskrit?
5. Susun dalam suatu bagan dan jelaskan sifat-sifat variabel nominal, ordinal, interval, dan rasio.
6. Apakah yang dimaksud dengan variabel bebas dan apa pulakah yang dimaksud dengan variabel
terikat?
7. Deskripsikanlah secara singkat suatu masalah. Pilihlah dua variabel bebas dan satu varia- bel
terikat. Kemudian susun bagan tersebut dalam suatu kerangka berpikir penelitian.
8. Kembangkan masalah penelitian menjadi lebih kompleks. Pilih dua variabel bebas dan satu variabel
terikat. Kritik lagi variabel yang telah Anda pilih. Apakah benar seperti itu?
9. Apakah yang dimaksud dengan test factor dalam suatu penelitian dan apakah fungsinya?
10. Jelaskan dengan contoh apakah beda antara variabel kontrol dan variabel extraneous?
11. Apakah beda antara variabel moderator dan variabel kontrol? Jelaskan dengan contoh?
12. Jelaskan fungsi dan kedudukan variabel antara dalam suatu penelitian?
13. Dalam suatu penelitian sering terjadi hubungan antardua aspek menjadi hilang atau salah arah.
Apakah yang menyebabkannya?
14. Rumuskanlah suatu judul penelitian, yang di dalamnya ada variabel bebas, variabel teri- kat dan
variabel moderator. Selanjutnya susun model penelitiannya dalam bentuk dia- gram tata alir.
15. Diskusikanlah dengan teman Anda bagaimana memasukkan test factor dalam suatu kerang- ka
penelitian.
www.facebook.com/indonesiapustaka

129 129
Bab 6
HIPOTESIS

Pentingnya hipotesis dalam suatu penelitian kuantitatif tidaklah diragukan


lagi kalau dikaitkan dengan fungsinya untuk membantu dan menuntun dalam
memahami kejadian dan peristiwa yang akan diteliti. Walaupun pada beberapa
jenis penelitian ada yang tidak perlu menggunakan hipotesis, namun tetap
dibutuhkan pertanyaan penelitian yang membimbing untuk dapat memahami
dan menerangkan peristiwa dalam konteksnya serta menjelaskan kaitannya
antarsatu aspek dengan aspek yang lain.
Hipotesis yang disusun secara benar, berlandaskan teori yang ada akan “mem­
bimbing” penelitian menjadi lebih terarah dan terfokus, baik ditinjau dari
informasi yang akan dikumpulkan maupun teknik analisis yang akan digunakan
dalam peng- olahan data. Di samping itu, hipotesis merupakan pula jawaban tentatif
dan bersifat sementara terhadap masalah, serta pegangan dalam menentukan
kegiatan selanjut- nya dalam penelitian.

A. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN HIPOTESIS?


Apabila ditinjau secara etimologi, hipotesis adalah perpaduan dua kata, hypo
dan
thesis. Hypo berarti kurang dari; thesis adalah pendapat atau tesis.
Oleh karena itu, secara harfiah hipotesis dapat diartikan sebagai sesuatu
per- nyataan yang belum merupakan suatu tesis; suatu kesimpulan sementara;
suatu pendapat yang belum final, karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis adalah suatu dugaan sementara, suatu tesis sementara yang harus
dibuktikan kebe- narannya melalui penyelidikan ilmiah. Hipotesis dapat juga
www.facebook.com/indonesiapustaka

dikatakan kesimpulan sementara, merupakan suatu konstruk (construct) yang


masih perlu dibuktikan, sua- tu kesimpulan yang belum teruji kebenarannya.
Namun perlu digarisbawahi bahwa apa yang dikemukakan dalam hipotesis adalah
dugaan sementara yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi jawaban
yang benar. Dari sisi lain dapat pula dikatakan bahwa hipotesis dalam penelitian

130 130
merupakan jawaban sementara atas per- tanyaan atau masalah yang diajukan
dalam penelitian.
Pendapat tersebut didukung oleh pendapat berikut. Nachmias (1981)
menya-

132 132
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

takan hipotesis merupakan jawaban tentatif terhadap masalah penelitian. Jawaban


itu dinyatakan, dalam bentuk hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Fraenkel dan Wallen (1993: 551) menyatakan hipotesis adalah: A tentative, reason-
able, testable assertion regarding the occurance of certain behaviors, phenomena, or
events; a prediction of study outcome. Adapun Kerlinger (1973) menyatakan,
hi- potesis adalah suatu pernyataan kira-kira atau suatu dugaan sementara
mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel. Pendapat yang hampir sama
dikemukakan Sax (1979) sebagai berikut: hipotesis adalah pernyataan mengenai
hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih. Dengan demikian,
jelaslah bahwa hipote- sis merupakan suatu kesimpulan sementara yang belum
final; suatu jawaban semen- tara; suatu dugaan sementara; yang merupakan
konstruk peneliti terhadap masalah penelitian, yang menyatakan hubungan
antara dua atau lebih variabel. Kebenaran dugaan tersebut perlu dibuktikan
melalui penyelidikan ilmiah.
Untuk dapat mengungkapkan hipotesis dengan benar, peneliti harus
memahami terlebih dahulu pola hubungan yang terdapat dan mungkin terjadi, atau
tipe hubung- an di antara variabel yang diteliti. Sekurang-kurangnya ada tiga tipe
hubungan da- lam penelitian.
Hubungan pertama, yang menunjuk dan dapat dikatakan pengaruh, yaitu
hu- bungan yang bersifat asymetris. Hubungan kedua, dan tidak menyatakan
pengaruh, yaitu hubungan yang bersifat symetris; dan tipe hubungan ketiga adalah
reciprocal.
Mengingat adanya berbagai hubungan maka pemahaman secara
konseptual- teoretis hubungan dua variabel perlu dikaji secara jelas, sebelum
dinyatakan da- lam hipotesis. Tipe hubungan asymetris biasanya digambarkan
dengan anak panah ( ).

Contoh:

Variabel X Variabel Y

Ini berarti variabel X mempunyai hubungan dengan variabel Y. Hubungan


yang ada dapat dikatakan dengan pengaruh. X memengaruhi Y tetapi tidak
sebaliknya.

131 131
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

Hubungan symetris tidak menunjukkan pengaruh dan biasanya


dilambangkan dengan garis sedikit melengkung ( ), yang menunjuk pada
masing-masing variabel.

Contoh:
Panen Panen
Jagung Kedelai

I II
www.facebook.com/indonesiapustaka

132 132
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

Hubungan tersebut menjelaskan bahwa variabel I mempunyai hubungan


de- ngan variabel II, tetapi tidak dapat diinterpretasikan variabel I memengaruhi
vari- abel II, sebab variabel I setara dengan variabel II dan tidak mungkin
memberikan sumbangan terhadap variabel II. Mana yang lebih menentukan tidak
dapat dinyata- kan dengan pasti, karena banyak variabel lain yang tersembunyi
yang tidak diteliti dan dapat memengaruhi variabel yang diteliti. Kalau mau
mengetahui lebih lanjut apakah ada pengaruhnya, silakan uji dengan
memasukkan test factor dalam analisis untuk membuktikan kebenaran hubungan
tersebut.
Beberapa contoh hubungan dan pengaruh dalam berbagai variabel adalah
se-
bagai berikut:

Contoh 1:
Hubungan inteligensi dengan prestasi belajar.

Variabel I Variabel II

Inteligensi Prestasi Belajar

Berdasarkan contoh tersebut dapat dirumuskan beberapa hipotesis, antara


lain:
a. Makin tinggi inteligensi, makin baik prestasi belajar.
b. Terdapat hubungan signifikan antara inteligensi dan prestasi belajar.
c. Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa laki-laki yang mempunyai
inteli-
gensi tinggi dengan siswa laki -laki yang mempunyai inteligensi normal.
d. Terdapat perbedaan yang berarti dalam prestasi belajar antara siswa
laki-laki dan perempuan yang mempunyai inteligensi rata-rata di atas
normal.
e. Terdapat perbedaan yang berarti dalam prestasi belajar antara siswa
perempuan dan siswa laki-laki yang berinteligensi normal.
www.facebook.com/indonesiapustaka

f. Makin tinggi inteligensi siswa laki-laki makin baik prestasi belajarnya.

Contoh 2:
Pengaruh latihan kerja terhadap keterampilan peserta.

Latihan

133 133
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

Keterampilan
Kerja

Dengan memperhatikan kedua variabel tersebut dan hubungan kedua


variabel itu asimetris, banyak hipotesis yang mungkin dirumuskan. Beberapa di
antara hi- potesis yang mungkin dapat dirumuskan, yaitu:
a. Makin tinggi jumlah frekuensi latihan kerja, makin baik keterampilan
peserta.
b. Terdapat perbedaan pengaruh jumlah frekuensi latihan terhadap
keterampilan peserta laki-laki dan keterampilan peserta perempuan.

134 134
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

c. Jenis latihan kerja yang membutuhkan ketekunan lebih berpengaruh pada


kete-
rampilan peserta perempuan dari peserta laki-laki.
Apabila variabel bebas lebih dari satu, sedangkan variabel terikat hanya
satu, maka hipotesis yang disusun dapat dinyatakan dalam hubungan satu-satu
dan dapat pula dinyatakan secara serempak.

Contoh:
Variabel bebas X1, X2, dan X3, sedangkan variabel terikat Y.

X1

X2 Y

X3

Dari skema di atas, dapat disusun beberapa alternatif hubungan sebagai berikut: X1
mempunyai pengaruh terhadap Y.
X2 mempunyai pengaruh terhadap Y.
X3 mempunyai pengaruh terhadap Y.
X1, X2, dan X3 secara serempak berpengaruh terhadap Y.

Contoh berikut menyatakan hubungan di antara variabel bebas atau variabel


terikat. Andai kata hal ini terjadi dan penelitian dimaksudkan untuk melihat
penga- ruh masing-masing variabel, maka perlu dikaji ulang kembali karena di
antara varia- bel sejenis saling berhubungan. Cara lain yaitu menggunakan teknik
yang lebih kom- plek sehingga pengaruh dari aspek yang lain dapat dikontrol.

X1
www.facebook.com/indonesiapustaka

Y1

X2

Y2

X3

135 135
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

Variabel Bebas Variabel Terikat

136 136
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

X1 mempunyai hubungan dengan X2


X2 mempunyai hubungan dengan X3
X1 mempunyai hubungan dengan X3
Y1 mempunyai hubungan dengan Y2

Pengaruh dari berbagai variabel bebas dengan menggunakan variabel


antara dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut:

II

I IV V

III

Variabel I memengaruhi variabel II


Variabel I memengaruhi variabel III
Variabel I memengaruhi variabel IV
Variabel II memengaruhi variabel IV
Variabel III memengaruhi variabel IV
Variabel IV memengaruhi variabel V

Andai kata variabel I ialah inteligensi, nilai tes masuk ialah variabel II, minat
belajar ialah variabel III, cara balajar ialah variabel IV, sedangkan variabel V
(variabel terikat) ialah prestasi belajar, maka beberapa hipotesis yang mungkin
dirumuskan sebagai berikut.
a. Makin tinggi inteligensi, makin tinggi nilai tes
masuk. b. Makin tinggi inteligensi, makin tinggi minat
belajar.
c. Makin tinggi nilai tes masuk, makin baik cara
belajar. d. Makin tinggi minat belajar, makin baik cara
www.facebook.com/indonesiapustaka

belajar.
e. Makin baik cara belajar, makin tinggi prestasi belajar.
f. Makin tinggi inteligensi, makin baik cara belajar atau dapat juga
dinyatakan secara serempak.

137 137
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

g. Makin tinggi inteligensi, nilai tes masuk, dan minat belajar, makin baik
prestasi belajar.
h. Makin tinggi inteligensi, makin baik nilai tes masuk; makin baik minat
belajar, dan makin baik cara belajar, makin tinggi prestasi belajar.

138 138
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

Hubungan reciprocal adalah hubungan saling memperkuat masing-masing


vari-
abel pada langkah berikutnya.
Contoh: Variabel X dan variabel Y (Pakaian dan pola hidup)

Xt1 Yt1

Xt2 Yt2

Xt3 Yt3

Xt Yt

Keterangan: 4 4

t 1 adalah waktu pada periode pertama. t


adalah
2 waktu pada periode kedua.
t 3 adalah waktu pada periode ketiga.
t 4 adalah waktu pada periode keempat.

Dari contoh di atas, para pembaca dapat mengamati bahwa pada waktu
per-
mulaan memang variabel 1 memengaruhi variabel Y
1
, namun kemudian variabel1
X Y

yang sudah terpengaruh akan memengaruhi lagi variabel X pada2 t . Variabel X


pada
t2 akan memengaruhi lagi variabel Y pada waktu2 t , dan seterusnya sehingga
masing-
masing variabel saling memperkuat pada waktu berikutnya. Hubungan ini perlu
di- amati secara sistematis sebelum menentukan variabel mana yang memengaruhi
dan variabel mana yang dipengaruhi. Hubungan itu dapat diputus pada saat
penelitian, namun perlu kehati-hatian dalam menarik kesimpulan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

B. TEORI DAN HIPOTESIS


Kalau ditelaah kembali secara perinci, apa yang telah diuraikan pada waktu
membicarakan proses penelitian, setiap peneliti menyadari bahwa teori memegang

139 139
peranan yang sangat berarti dan menentukan dalam setiap langkah penelitian.
Te- ori merupakan pegangan pokok dalam menentukan setiap unsur penelitian,
mulai dari penentuan
BAGIAN KEDUA: masalahKUANTITATIF
METODE PENELITIAN hingga penyusunan laporan BAB
penelitian. Dalam
6 • Hipotesis
menentukan masalah, peneliti terlebih dahulu berpaling pada teori yang ada,
membaca kembali temuan penelitian dan kelemahan yang ada, memperhatikan
realitas dalam masyara- kat dan kemudian merumuskan dalam bentuk masalah
baru yang perlu dikaji se- cara ilmiah melalui penelitian. Dengan kata lain,
adanya ketimpangan antara teori

140 140
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

yang ada dan kenyataan secara empiris akan menimbulkan jurang dan keadaan
kri- tis yang membutuhkan penyelidikan ilmiah dalam penyelesaiannya. Di
samping itu, pada akhir dari suatu laporan penelitian akan ditemukan temuan baru
berupa konsep baru, konstruk baru, kelemahan, dan tindakan yang perlu dikaji
ulang, atau sesuatu yang perlu diuji atau diverifikasi lebih lanjut pada waktu
berikutnya.
Seperti telah diuraikan terdahulu, hipotesis merupakan dugaan yang kuat
atau jawaban yang bersifat tentatif terhadap suatu masalah. Sebagai suatu dugaan
yang kuat dan mungkin benar, serta perlu dibuktikan, maka hipotesis seyogianyalah
ber- sandar pada teori yang telah mempunyai kekuatan dan pengakuan masyarakat
il- miah. Tanpa menggunakan teori yang benar dan terpercaya, penalaran tentang
ke- mungkinan jawaban sementara tentang suatu masalah tidak kuat, kurang
terarah dan “ngawur” sehingga hipotesis yang disusun tidak menemui sasaran.
Dugaan yang kuat atau jawaban yang bersifat tentatif tidak mungkin muncul
dan mendekati kebenaran kalau dasar perumusan tidak kuat. Adalah mustahil
terjadi penalaran yang kuat, kalau tidak didukung oleh teori yang benar sesuai
dengan as-
pek yang diteliti. Perhatikan diagram
berikut:

Teori Fenomena Masalah

Pemeriksaan
Hipotesis
Hipotesis

GAMBA 6.1 Hubungan Teori dengan Hipotesis.


www.facebook.com/indonesiapustaka

Contoh: Apabila masalah yang akan diteliti berhubungan dengan inteligensi,


motivasi, kreativitas, serta sikap dan kebiasaan belajar siswa di sekolah akselerasi,
maka peneliti sebelum menyusun hipotesis tentang keterkaitan atau pengaruh
setiap aspek tersebut, terlebih dahulu harus telah memahami secara konseptual
tentang berbagai teori inteligensi seperti teori faktor, teori fungsional, teori

141 141
spekulatif, teori operasional, teori pragmatis, serta bagaimana peran inteligensi
dalam perkembangan kejiwaan setiap individu. Peneliti juga telah mendalami
teori
BAGIANsikap
KEDUA:dan kebiasaan
METODE belajar
PENELITIAN serta kaitan dengan faktor kejiwaan
KUANTITATIF yang lain
BAB 6 • Hipotesis
dan faktor yang memengaruhi sikap dan kebiasaan belajar; teori motivasi, jenis
motivasi, faktor yang memengaru- hi motivasi, dan fungsi motivasi dalam
perkembangan kejiwaan setiap individu. Di samping itu, peneliti juga sudah
mendalami tentang konsep kreativitas, kaitan krea-

142 142
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

tivitas dengan faktor kejiwaan yang lain, faktor yang memengaruhi kreativitas
setiap individu. Di samping studi literatur tersebut, peneliti juga sudah mengetahui
berba- gai hasil penelitian yang terkait dengan inteligensi, motivasi, sikap, dan
kebiasaan belajar serta kreativitas.
Logika hubungan di antara aspek tersebut perlu diketahui secara
konseptual sehingga dapat ditempatkan aspek mana lebih utama dan dahulu
memengaruhi dan mana yang dipengaruhi. Dalam contoh di atas, sikap dan
kebiasaan belajar merupa- kan varibel terikat, sedangkan inteligensi, motivasi, dan
kreativitas merupakan vari- abel bebas. Berdasarkan kondisi itu, maka dapat
dirumuskan beberapa hipotesis se- perti:
a. Makin tinggi inteligensi, makin baik sikap dan kebiasan belajar
siswa. b. Makin kuat motivasi, makin baik sikap dan kebiasaan
belajar siswa.
c. Makin kreatif siswa, makin baik sikap dan kebiasan belajarnya.
Atau dapat dinyatakan secara serempak:
Terdapat hubungan yang berarti antara inteligensi, motivasi, dan kreativitas
dengan sikap dan kebiasaan belajar.
Hipotesis di atas disusun berdasarkan kerangka teori. Sikap merupakan
kondisi psikologis seseorang. Sikap belajar merupakan persepsi yang
bersangkutan tentang cara belajar, dan kebiasaan belajar merupakan tindakan
seseorang tentang bela- jar. Sikap dan kebiasaan seseorang tentang belajar
merupakan suatu persepsi dan tindakan seseorang tentang cara-cara belajar,
menyelesaikan tugas, maupun dalam menghadapi ujian setelah melalui suatu
periode pembentukan. Sikap dan kebiasaan belajar dipengaruhi bermacam faktor,
baik yang datang dari dalam dirinya maupun bersumber dari luar dirinya (internal
dan eksternal). Di antara faktor internal itu yakni inteligensi, motivasi, dan daya
kreatif yang terdapat pada seseorang. Berbagai hasil penelitian di masa lampau,
juga menunjukkan adanya hubungan antara inteli- gensi, minat, dan kreativitas
dengan sikap dan kebiasaan belajar.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Berlandaskan latar belakang teoretis tersebut, memungkinkan seorang


peneliti membuat prediksi yang lebih tajam dan spesifik. Di samping itu,
membimbing ran- cangan penelitian lebih terfokus dan terarah, serta memberi
peluang kepada peneli- ti untuk mengklarifikasi temuan penelitian sebelumnya
serta melihat ada tidaknya hubungan di antara variabel. Andai kata dalam

143 143
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

perumusan sebelumnya peneliti tidak menemukan temuan yang mendukung aspek


yang akan ditelitinya, sebaiknya peneliti mencari aspek yang lain yang lebih berarti
dan bermakna, baik untuk pribadi, ma- syarakat, maupun perkembangan ilmu
pengetahuan.

144 144
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

C. KRITERIA PENYUSUNAN HIPOTESIS


Hipotesis yang benar akan memberikan arah yang tepat dalam penelitian,
seba- liknya penyusunan hipotesis yang tidak benar dapat menimbulkan “bias”
pada hasil penelitian. Ada dua kesalahan yang sering ditemukan dalam
pembuktian suatu hi- potesis dalam penelitian, yaitu:
a. kesalahan tipe pertama (type one error) adalah terterima hipotesis yang
sebe-
narnya harus ditolak; sedangkan
b. kesalahan tipe dua (type two error) adalah menolak hipotesis yang seharusnya
diterima.
Kedua tipe kesalahan tersebut banyak terkait dengan teknik pembuktian
hipote- sis. Sehubungan dengan itu, perlu dilacak sejak dini kebenaran hipotesis dan
peng- gunaan teknik analisis yang tepat dengan memperkenalkan faktor uji (test
factor) ka- lau diperlukan untuk meniadakan hubungan antarvariabel yang
lancung (spurious).
Di samping itu, ada lagi kesalahan tipe tiga, yaitu pembuktian secara benar
teta- pi masalah yang salah (solving the wrong problem). Justru karena itu,
kesalahan tipe tiga ini adalah seseorang atau peneliti memecahkan masalah secara
benar, pembuk- tian hipotesis juga benar, tetapi yang dipecahkan bukan masalah
yang sebenarnya. Keadaan seperti itu perlu mendapat perhatian utama dari peneliti
sejak awal peneli- tian. Pertanyaan yang mendasar sejak dini yaitu:
◆ Apakah masalah yang akan diteliti itu benar-benar masalah yang sebenarnya
dan wajar untuk diteliti?
◆ Apakah dari situasi yang problematis setelah dikonseptualisasikan secara
benar situasi tersebut, tampak substantif masalah yang sebenarnya?
◆ Benarkah setelah dilakukan identifikasi masalah, pembatasan masalah dan
peru- musan masalah dengan benar, akan didapatkan masalah riil, jelas,
spesifik, dan layak untuk diteliti?
Dengan demikian, kesalahan tipe ketiga dapat diatasi dengan melakukan
www.facebook.com/indonesiapustaka

ka- jian substantif masalah yang secara benar, dengan terlebih dahulu mencoba
mene- mpatkan situasi problematis secara konseptual. Jangan terjadi meneliti
suatu aspek yang sebenarnya bukan masalah pada hakikinya, karena keadaan itu
akan membawa dampak negatif pada kegiatan selanjutnya.

145 145
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

Justru karena itu, para pembaca hendaknya betul-betul menyadari betapa


pen- tingnya memilih masalah yang sebenarnya dan menyadari pula apa
substantif dari masalah (substantive problem) yang ditemukan itu. Jangan terjadi
merumuskan hi- potesis secara benar, menguji hipotesis secara benar, tetapi
peneliti lupa bahwa ma- salah yang ditelitinya tidak masalah yang sebenarnya.

146 146
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam perumusan dan penyusunan


hi-
potesis secara benar:
a. Hipotesis hendaklah menyatakan hubungan dua variabel atau lebih.

Contoh: Variabel I kebodohan dan variabel II kemiskinan.


Sebelum peneliti menyatakan hubungan antarvariabel; dengan penalaran yang jernih dan
kuat peneliti menempatkan dahulu bagaimana hubungan di antara variabel itu. Berdasarkan
teori hendaklah diatur mana variabel memengaruhi dan mana pula varia- bel yang
dipengaruhi. Apakah hubungan symetris atau asymetris. Selanjutnya tunjukkan hubungan
itu dalam hipotesis.
Dari kedua variabel itu dapat dirumuskan hipotesis:
■ Terdapat hubungan yang berarti antara kebodohan dan kemiskinan.
■ Makin bodoh seseorang makin miskin hidupnya.

b. Variabel dalam hipotesis harus jelas secara konseptual.


Dari contoh “b” di atas harus jelas,
1) Kapan seseorang dikatakan miskin dan apa kriteria kemiskinan? Apakah
seorang pegawai negeri yang berpendidikan sarjana tetapi menerima gaji
di bawah Upah Minimum Rata-rata (UMR) satu bulan dikatakan miskin?
2) Apakah yang dimaksud dengan kebodohan? Apakah seseorang yang
tidak tamat SD dapat dikatakan bodoh, ataukah seseorang yang tidak
pandai tulis baca, ataukah seseorang yang tidak dapat menampilkan
dirinya sesuai dengan adanya dalam masyarakat dikatakan bodoh?
3) Bagaimana hubungan antara kemiskinan dan
kebodohan?
c. Dapat diuji secara empiris.
Setiap hipotesis yang disusun, bagaimanapun juga bentuknya hendaklah
didu- kung oleh data di lapangan. Karena setiap hipotesis membutuhkan
data untuk pembuktiannya. Hal itu hanya mungkin kalau datanya cukup
tersedia di lapang- an dan dapat dikumpulkan dengan mudah.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Contoh yang kurang benar:


Semakin agung dan populer seorang pencuri, semakin berhasil dalam menjalankan tugas.
Atau:
Terdapat hubungan yang berarti antara keberanian para pencuri dan keberhasilan da- lam
menjalankan tugasnya.

147 147
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

d. Hipotesis hendaklah spesifik.


Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan spesifik adalah aspek yang akan
dibuk- tikan. Dari suatu masalah yang sudah dibatasi perlu lagi dirumuskan
menjadi berbagai sub-aspek sehingga lebih spesifik dan dapat diukur atau
dimanipulasi.

148 148
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

Contoh: Antara latihan kerja dan keterampilan. Latihan kerja ini apakah
jenis latihan, periode latihan, atau frekuensui latihan, proses latihan; sedangkan
aspek keterampilan: jenis dan jumlah keterampilan, kualitas keterampilan
atau sikap dalam melakukan sesuatu. Dengan cara demikian dapat pula
dirumuskan hipote- sis, antara lain:
■ Makin banyak jenis latihan yang diikuti makin terbatas kualitas keterampil-
an yang dikuasai.
■ Terdapat hubungan yang berarti antara proses latihan keterampilan
dan kualitas latihan yang dikuasasi.
Formulasi yang lebih spesifik akan membawa berbagai keuntungan, antara
lain penelitian itu dapat dilaksanakan dan dipraktikkan, mudah dikelola, dan
berarti serta akan menambah validitas hasil penelitian; sebaliknya penyajian
hipotesis yang luas dan samar-samar akan jatuh pada perangkap
menggunakan bukti- bukti yang selektif.
e. Hipotesis yang disusun hendaklah dapat dibuktikan dengan teknik yang
tersedia.
Pengujian kebenaran hanya dapat dilakukan apabila didukung oleh data
yang akurat dan teknik yang tepat serta cara yang benar. Keanekaragaman
hipotesis yang dirumuskan hendaklah selalu berpijak pada landasan
pembuktian yang be- nar. Walaupun sekarang telah banyak teknik analisis
dengan menggunakan ru- mus-rumus statistik melalui program komputer,
seperti SPSS, SAS, dan Micro- stat, namun keterbatasan pemahaman dan
kemampuan dalam membaca hasil program komputer perlu pula
dipertimbangkan dengan baik, sehingga tidak menimbulkan salah
interpretasi.
f. Hipotesis hendaklah bersumber dari atau dihubungkan dengan teori.
Seperti telah disinggung pada awal bagian hipotesis ini, bahwa untuk dapat
merumuskan hipotesis yang tepat mulailah dari konsep yang telah ada dalam
khazanah ilmu pengetahuan; baik untuk menguji, menerangkan,
membuktikan, menerangkan kembali, atau menemukan sesuatu yang baru.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Kalau dilihat da- ri esensinya, hipotesis adalah dugaan sementara, sedangkan


ilmu adalah kebe- naran (keilmuan) yang telah dibuktikan dan diakui
masyarakat ilmiah. Justru karena itu, wajar untuk dapat membuat landasan
yang kuat dalam menyusun hipotesis. Mulailah dari dasar yang kukuh yaitu

149 149
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

teori yang sudah ada. Suatu ke- tika kebenaran keilmuan perlu lagi dikaji
ulang dan dibuktikan lagi kebenaran- nya, seperti ilmu pengetahuan tentang
peredaran Matahari mengitari Bumi yang dikemukakan Ptolemy, ternyata
kemudian dibatalkan oleh Galileo setelah ia me- nemukan alat teropong
bintang untuk membuktikan kebenaran bahwa Bumi yang mengitari
Matahari bukan sebaliknya.

150 150
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

g. Hipotesis adalah bebas nilai-nilai.


Secara prinsip setiap hipotesis yang bersifat ilmiah harus bebas dari nilai-nilai
peneliti sendiri, bias dari pandang peneliti, maupun subjektivitas diri
masing- masing individu dan lingkungan. Ini merupakan sesuatu yang
sangat sukar, tetapi harus diupayakan dengan perumusan yang lebih spesifik,
secara eksplisit, dan konkrit.
h. Hipotesis hendaklah dirumuskan dalam bentuk pernyataan, sederhana,
dan operasional.

D. JENIS HIPOTESIS
Dalam berbagai literatur ilmiah tentang penelitian, demikian dalam laporan
pe- nelitian, sering dijumpai aneka ragam perumusan hipotesis yang disajikan
oleh para penulis dan peneliti. Sebagai contoh bagi para pembaca, berikut ini
disajikan bebe- rapa hipotesis:
a. Jika tingkat sosial ekonomi masyarakat bertambah baik, maka tingkat
mortalitas akan bertambah rendah.
b. Jika kualitas guru bertambah baik, maka prestasi belajar siswa bertambah
tinggi, c. Jika lingkungan tidak bersih, maka wabah penyakit bertambah
banyak.
d. Siswa kelas satu SD lebih suka sekolah dari siswa kelas dua, tetapi kurang
dari siswa kelas tiga.
e. Siswa kelas dua lebih suka sekolah daripada mereka menonton televisi.
f. Siswa dengan kemampuan akademis kurang akan lebih negatif tentang diri
me- reka, jika ditempatkan di kelas khusus (special) daripada mereka
ditempatkan di kelas biasa.
g. Lebih baik menempatkan siswa yang berkemampuan kurang (disability)
dalam kelas reguler daripada dalam kelas spesial.
h. Terdapat hubungan yang signifikan antara Gross National Product (GNP)
de-
www.facebook.com/indonesiapustaka

ngan rata-rata warga masyarakat yang pandai tulis-baca (literacy


rate).
i. Tidak terdapat perbedaan yang berarti antara tingkat mortalitas penduduk
yang tinggal di pedesaan dan penduduk yang tinggal di perkotaan.

151 151
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

k. Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa yang diterima


me- lalui penelusuran bakat dengan mahasiswa yang mengikuti seleksi
penerimaan mahasiswa baru.
Dari contoh yang telah dikemukakan, pada hakikatnya hanya ada dua jenis
hi- potesis. Yang pertama menyatakan: “Jika ada suatu faktor dalam suatu kejadian
atau situasi, maka akan menimbulkan akibat atau pengaruh.” Pernyataan hipotesis
seperti itu akan memudahkan dan mengarahkan peneliti menetapkan variabel
bebas dan

152 152
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 6 • Hipotesis

variabel terikat yang akan diukur. Secara umum pernyataan hipotesis jenis
pertama
ini dituangkan dalam bentuk:
Jika ................................... maka
Atau:
................................................ Makin ...............................
Atau:
makin ............................................... Terdapat pengaruh
Atau:

.............................. terhadap .......................

Terdapat perbedaan yang berarti antara ............ dan


.................

Berikut ini dikemukakan beberapa contoh hipotesis kerja:


Makin tinggi motivasi belajar, makin baik prestasi belajar.
Jika frekuensi latihan pembelajaran ditingkatkan, maka keterampilan dalam pembelajar- an
akan meningkat.
Terdapat hubungan yang berarti antara pemberian dosis makanan tambahan dan pe-
ningkatan kegemukan ayam buras.

Hipotesis kategori ini sering disebut dengan hipotesis kerja, atau hipotesis
alter- natif. Hipotesis tipe ini pada prinsipnya menyatakan ada pengaruh atau
ada perbe- daan yang disebabkan oleh variabel bebas.
Jenis hipotesis kategori kedua menyatakan: “tidak ada perbedaan”.
Hipotesis ini disebut juga dengan hipotesis nihil atau hipotesis nol. Dalam
hipotesis nihil ini tidak ada perbedaan antara kedua objek yang diteliti. Andai
kata ada perbedaan, maka hipotesis nihil ditolak.
Contoh hipotesis nihil (nol):
Tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan metode diskusi dan eksperimen dalam pem-
belajaran terhadap prestasi belajar siswa laki-laki dan siswa perempuan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Untuk mampu membedakan antara hipotesis kerja dan hipotesis nihil,


biasanya hipotesis kerja sering diberi label H , sedangkan hipotesis nihil dengan
H . a o

153 153
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Andai kata kurang paham baca kembali
uraian pada Bab 6.

1. Jelaskan arti hipotesis secara etimologis.


2. Coba Anda kemukakan pengertian hipotesis menurut Kerlinger, dan kemudian coba ban- dingkan
dengan pendapat Nachmias dan Fraenkel & Wallen.
3. Jelaskanlah apa fungsi hipotesis dalam penelitian.
4. Perlukah semua tipe penelitian mempunyai hipotesis?
Jelaskan pendapat Anda dengan contoh.
5. Dalam menyusun hipotesis perlu dilatarbelakangi berbagai teori yang terkait dengan masalah
yang diteliti. Cobalah Anda jelaskan maksud pernyataan itu.
6. Hipotesis yang baik hendaklah dapat diuji kebenarannya (testable). Coba Anda jelaskan maksud
pernyataan itu.
7. Hipotesis yang baik dirumuskan secara spesiik dan operasional. Apakah yang dimaksud dengan
spesiik dalam pernyataan itu.
8. Hipotesis yang baik juga harus bebas nilai-nilai (value free). Jelas maksud pernyataan itu.
9. Hipotesis dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu hipotesis nihil dan hipotesis kerja atau alternatif.
Coba Anda bedakan kedua bentuk hipotesis itu.
10 Susunlah lima buah hipotesis kerja sesuai dengan bidang Anda dan kemudian kritiklah se- cara
intensif dengan memperhatikan cara-cara menyusun hipotesis yang baik.
11. Susunlah lima hipotesis nihil sesuai dengan bidang Anda, dan kemudian serahkanlah kepa- da teman
Anda untuk dikritiknya. Lanjutkan diskusi dengan mereka atas saran-saran yang diberikannya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

143 143
Bab 7
POPULASI DAN SAMPEL

Populasi akan memberikan gambaran yang tepat tentang berbagai kejadian,


na- mun jumlah yang besar, daerah yang luas, variasi yang banyak; akan
membutuhan biaya banyak dan waktu yang lama. Di samping itu, populasi yang
banyak dan luas dapat pula menimbulkan berbagai kesalahan (errors) pada saat
pengumpulan data karena keletihan dan kelelahan. Di samping itu, kalau ditilik
dari sifat populasi, dan risiko yang ditimbulkan populasi tertentu, peneliti lebih
baik mengumpulkan data dari sampel daripada dari populasi. Suatu hal yang
esensial dan perlu mendapat perhatian peneliti yaitu dengan menggunakan sampel,
temuan penelitian tidaklah menyimpang dari hasil yang sebenarnya.
Betapa pun baiknya perumusan masalah, tepatnya penentuan variabel dan
sub- variabel serta penjabarannya ke dalam instrumen belumlah akan
memberikan hasil yang optimal kalau informasi yang dikumpulkan tidak
bersumber dari sumber yang benar, dengan bukti yang autentik dan dapat
dipercaya, serta dengan jumlah yang representatif. Dengan kata lain, populasi
yang digunakan hendaklah benar dan tepat sesuai dengan karakteristik yang
terdapat dalam populasi itu, sedangkan sampel yang digunakan hendaklah
mewakili populasi tersebut.
Awal kekeliruan dalam penentuan sampel timbul apabila peneliti kurang
mampu menelaah secara mendalam karakteristik atau sifat-sifat dari populasi
sebagai peng- gambaran sifat objek yang ingin diteliti sehingga ada beberapa
karakteristik yang di- lupakan dan tidak terwakili dalam penarikan sampel. Di lain
pihak terjadi pula keke- liruan dalam menentukan jenis sampel yang digunakan,
besarnya ukuran sampel serta kekeliruan dalam penarikan sampel.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Populasi dan sampel dalam suatu penelitian mempunyai peranan sentral


dan menentukan. Kedua istilah itu merupakan suatu konsep yang mempunyai
karakte- ristik dan sifat-sifat tertentu. Populasi merupakan keseluruhan atribut;
dapat berupa manusia, objek, atau kejadian yang menjadi fokus penelitian,

144 144
sedangkan sampel ada- lah sebagian dari objek, manusia, atau kejadian yang
mewakili populasi. Selanjutnya perhatikan gambar berikut:

146 146
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Ppouplausliasi

SaSmpeple l
am

Gambar 19: Populasi Tidak Berlapis


GAMBAR 7.1 Populasi Tidak Berlapis.

Populasi

Sampel

GAMBAR 7.2 Populasi Berstrata/Berlapis.

Meniadakan segala kesalahan, sekurang-kurangnya meminimalkan


kekeliruan yang terjadi sebagai akibat kesalahan dalam menentukan populasi dan
besarnya sam- pel perlu dilakukan dengan sebaik mungkin; namun kita tidak perlu
berhenti meneli- ti justru karena takut salah. Menyadari kekurangan dan
kekeliruan yang mungkin terjadi dan menyerahkan kepada orang lain untuk
dikritik merupakan suatu modal utama dalam penyelidikan ilmiah untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimal.
www.facebook.com/indonesiapustaka

A. PENGERTIAN POPULASI
Dalam kerangka penelitian (terutama sekali penelitian kuantitatif), populasi
merupakan salah satu hal yang esensial dan perlu mendapat perhatian dengan

145 145
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

saksa- ma apabila peneliti ingin menyimpulkan suatu hasil yang dapat dipercaya
dan tepat guna untuk daerah (area) atau objek penelitiannya. Seandainya para
peneliti ingin menyimpulkan sesuatu aspek tertentu dalam wilayah tertentu, atau
pada individu tertentu dalam area tertentu atau terhadap peristiwa tertentu, ia perlu
menentukan

146 146
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

terlebih dahulu apa batasan wilayah, objek, atau peristiwa yang akan diselidikinya.
Wilayah, objek, atau individu yang diselidiki mempunyai karakteristik tertentu,
yang akan mencerminkan atau memberi warna pada hasil penelitian. Semua
karakteristik yang terdapat pada individu, objek, atau peristiwa yang dijadikan
sasaran penelitian hendaklah terwakili. Kalau hanya tentang satu aspek, maka hasil
penelitian tersebut hanya berlaku untuk aspek itu, bukan semua karakteristik
yang melekat pada unit tersebut.
Apabila seorang peneliti ingin meneliti tentang kenakalan remaja berkenaan
de- ngan minuman keras, narkoba, dan obat terlarang lainnya di seluruh Indonesia,
maka karakteristik individu remaja di seluruh Indonesia apakah di kota dan desa;
remaja di daerah padat dan jarang; kaya dan miskin, wilayah Barat, Tengah, dan
Timur; perlu dijadikan populasi penelitian. Area tersebut hendaklah betul-betul
terwakili. Di lain pihak perlu mendapat perhatian, individu yang akan dijadikan
objek penelitian apa- kah semua individu dari kelompok remaja saja ataukah
termasuk individu kelompok remaja awal dan remaja akhir.
Andai kata ada peneliti ingin menyelidiki tentang sifat dan karakteristik
harimau sumatera, maka populasi penelitiannya adalah harimau sumatera, bukan
harimau jawa atau jenis harimau lain, maka lokasi penelitian terbatas dan sebatas
wilayah pemukiman harimau sumatera. Apakah ada harimau sumatera yang bukan
di Pulau Sumatera? Andai kata “ya”, maka lokasi/area penelitian termasuk
daerah-daerah tersebut. Kalau yang diteliti adalah populasi harimau di
Indonesia, maka populasi penelitiannya adalah semua jenis harimau tanpa
membedakan harimau sumatera, jawa, dan jenis harimau yang lain, sedangkan
lokasinya adalah Indonesia.
Sebaliknya, ada pula penelitian yang tidak menggunakan populasi, contoh
pe- nelitian tentang struktur bahasa yang dipakai pengarang cerita Jalan Tiada Ujung.
Apa yang dibuktikan dari hasil temuannya hanya berlaku untuk Cerita Jalan
Tiada Ujung, dan tidak berlaku untuk cerita yang lain walaupun dikarang oleh
pengarang yang sama.
Secara umum dapat dikatakan beberapa karakteristik populasi, yaitu:
www.facebook.com/indonesiapustaka

a. Merupakan keseluruhan dari unit analisis sesuai dengan informasi yang


akan diinginkan.

147 147
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

b. Dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda atau objek


maupun kejadian yang terdapat dalam suatu area/daerah tertentu yang telah
ditetapkan.
c. Merupakan batas (boundary) yang mempunyai sifat tertentu yang memung-
kinkan peneliti menarik kesimpulan dari keadaan itu.
d. Memberikan pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu dapat
digene-
ralisasikan.

148 148
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Beberapa contoh populasi dalam penelitian yang berbeda:


Pertama apabila peneliti ingin mengetahui tentang perasaan wanita usia
subur melahirkan, maka populasi penelitiannya adalah wanita usia subur yang
berumur sekitar 15-40 tahun dan telah pernah kawin serta telah pernah
melahirkan. Mengapa populasi tidak semua wanita usia 15-40 tahun? Untuk
membuktikan secara empiris realistis, mustahil untuk menyertakan wanita yang
tidak pernah kawin sebab walau- pun ia mungkin subur tetapi karena belum
terbukti dengan adanya anak tentu sulit menyatakannya dengan benar dan nyata.
Mungkin secara teoretis dapat dibuktikan berdasarkan hormon yang mereka miliki
(usia subur) tetapi belum tentu melahirkan, karena sesuatu dan lain hal menunda
kawin dan/atau menunda kelahiran, tetapi pendekatan penelitian yang
digunakan jauh berbeda dan peneliti yang mungkin me- lakukan juga terbatas
dan berkemampuan teoretis tinggi dalam aspek tersebut. Di samping itu, secara
sederhana usia subur melahirkan hanya dapat dikenakan dan diketahui dari
wanita yang sudah kawin dan melahirkan. Adanya kategori kawin untuk
menyatakan batas atau pemisah dalam menentukan populasi. Mengapa tidak
diambil wanita usia di bawah 15 tahun dan besar dari 40 tahun, karena secara teore-
tis memang ada kemungkinan wanita pada usia itu akan melahirkan, namun
jumlah tersebut sangat kecil dan terbatas, karena itu diabaikan.
Kedua, seandainya peneliti ingin melihat indeks prestasi mahasiswa yang
dite- rima melalui penelusuran bakat, maka populasinya adalah mahasiswa yang
diterima melalui penelusuran bakat; tetapi seandainya peneliti ingin
membandingkan keam- puhan sistem penerimaan mahasiswa baru dikaitkan
dengan indeks prestasi yang mereka perdapat di tahun I, maka populasi
penelitiannya adalah mahasiswa tahun I, baik yang diterima melalui penelusuran
bakat maupun melalui sistem penerimaan mahasiswa baru. Andai kata ada
mahasiswa titipan (tanpa melalui seleksi dan pene- lusuran bakat), maka
mahasiswa itu tidak tergolong ke dalam populasi penelitian.
Ketiga, seandainya ada pula peneliti yang ingin melihat pengaruh irigasi
terhadap hasil panen sawah, maka populasi penelitiannya semua area sawah yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

mendapat- kan irigasi teknis dan semi teknis dalam wilayah penelitian.
Dengan demikian, jelaslah bahwa populasi merupakan totalitas semua
nilai-nilai yang mungkin daripada karakteristik tertentu sejumlah objek yang
ingin dipelajari sifatnya. Bailey (1978) menyatakan populasi atau universe ialah

149 149
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

jumlah keseluruh- an dari unit analisis, sedangkan Spiegel (1961) menyatakan


pula bahwa populasi adalah keseluruhan unit (yang telah ditetapkan) mengenai
dan dari mana informasi yang diinginkan. Justru karena itu, populasi penelitian
dapat berbeda-beda sesuai dengan masalah yang akan diselidiki. Populasi itu
dapat berupa manusia, benda, objek tertentu, peristiwa, tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan sebagainya. Pendapat di atas diperkuat lagi oleh pendapat berikut.
Sax (1978) menyatakan bahwa ... populasi

150 150
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

adalah keseluruhan manusia yang terdapat dalam area yang telah ditetapkan,
se- dangkan Tuckman mengemukakan bahwa populasi atau target populasi adalah
ke- lompok dari mana peneliti mengumpulkan informasi dan kepada siapa
kesimpulan akan digambarkan.
Populasi dapat digolongkan dalam dua jenis,
yaitu:
a. Populasi terbatas (definite), yaitu objek penelitian yang dapat dihitung, seperti
luas area sawah, jumlah ternak, jumlah murid, dan jumlah mahasiswa.
b. Populasi tak terbatas (indefinite), yaitu objek penelitian yang mempunyai
jumlah tak terbatas, atau sulit dihitung jumlahnya; seperti tinta, air, pasir di
pantai, padi di sawah, atau beras di gudang.
Pada dasarnya, pasir di pantai ataupun beras di gudang kalau mau
menghitung masih mungkin dan dapat dihitung, namun apabila dilakukan, kerja
tersebut kurang efektif dan tidak efisien. Seandainya ingin juga meneliti aspek
tersebut, sebaiknya ubah populasi itu menjadi terbatas dengan mengubah unit
satuannya menjadi bo- tol dan karung, sehingga tinta dalam botol, pasir dalam
karung. Populasi penelitian akan berubah menjadi 50 botol tinta atau lima karung
pasir.
Populasi yang bersifat terbatas dan tidak terbatas mungkin homogen,
dan mungkin pula heterogen, berlapis, atau berstrata. Hal itu tergantung pada
karakte- ristik yang menyertai masing-masing populasi.

Contoh:
Tahun 1983/1984, jumlah SD di Indonesia sebanyak 120.192 buah, dengan beragam
karakteristik, antara lain:
Menurut status:
■ SD negeri sebanyak 109.649 buah
■ SD swasta sebanyak 10.543 buah
Berdasarkan kualitas isik gedung berbeda-beda pula:
■ Ada yang baik
www.facebook.com/indonesiapustaka

■ Ada yang rusak ringan


■ Ada yang rusak berat
Berdasarkan mutu sekolah berbeda pula:
■ Ada yang baik
■ Ada yang sedang

151 151
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

■ Ada yang kurang

Tersebar di seluruh Nusantara Indonesia: dari Sabang sampai Merouke; dari Pulau
Natuna sampai Pulau Nusa Kambangan. Pada masing-masing pulau/wilayah, kualitas
isik sekolah dan mutu pendidikan juga berlainan.
Ada yang hanya sampai kelas III dan ada pula yang sampai kelas VI.

152 152
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Apabila SD dijadikan sasaran penelitian, maka karakteristik populasi dapat diketahui secara
tuntas (deinite). Tinggal lagi menemukan dan menyempurnakan karakteristik sesuai
dengan masalah yang diteliti. Andai kata ingin meneliti mutu sekolah dasar, maka
karakteristik perlu dikembangkan lagi. Contoh:
Wilayah Barat:
■ SD yang baik, berapa buah, dan di mana lokasinya.
■ SD yang kurang baik mutunya berapa buah dan di mana lokasinya.
Wilayah Tengah:
■ SD yang baik berapa buah dan di mana lokasinya.
■ SD yang kurang baik berapa buah dan di mana lokasinya.
Wilayah Timur:
■ SD yang baik berapa buah dan di mana lokasinya.
■ SD yang kurang baik berapa buah dan di manakah lokasinya.

Hal itu dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang benar tentang


popu- lasi, sehingga memungkinkan untuk memilih sampel yang tepat, benar,
dan repre- sentatif.
Kalau seandainya peneliti ingin mengetahui kondisi kehidupan dalam suatu
ma- syarakat yang warga masyarakat kecamatan itu bervariasi kehidupannya,
seperti ada masyarakat petani, nelayan, ABRI, dan pegawai negeri; di mana pola
hidup dan ke- hidupannya terpisah secara nyata serta berdomisili dalam area
tertentu pula. Atau, mungkin juga ada kelompok yang berpendapatan tinggi dan
menyatu dalam kelom- pok elite tertentu, sementara ada pula masyarakat nelayan
yang hidup pas-pasan dan menempati area di pinggir pantai. Dengan kata lain,
masyarakat itu tidak homogen. Itulah contoh populasi berstrata, dan andai kata
jumlah masih dapat dihitung secara wajar maka masyarakat itu juga merupakan
populasi terbatas. Namun ada kemung- kinan karena jumlah penduduknya yang
sangat besar, maka populasi itu dapat pula dikategorikan sebagai populasi
berastrata dan tidak terbatas. Selanjutnya perhatikan
Gambar 7.3.
www.facebook.com/indonesiapustaka

153 153
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

GAMBAR 7.3 Populasi Berstrata dalam Wilayah Administrasi yang Berbeda.

154 154
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Dengan demikian, ada kemungkinan setiap populasi penelitian mempunyai


ka- rakteristik yang berbeda-beda. Karena itu, sebelum peneliti menetapkan
populasi pe- nelitian secara perinci perlu terlebih dahulu memahami karakteristik
atau sifat-sifat populasi, baik dari segi wilyah, individu, objek maupun kejadian
yang terdapat dalam lokasi penelitian. Seandainya populasi yang diteliti homogen,
tidak akan ada perso- alan pada hasil penelitian nantinya karena bersumber dari
objek yang sama dan se- jenis. Tetapi kalau ternyata populasi penelitian
sebenarnya mempunyai karakteristik yang sangat bervariasi dan terkait dengan
permasalahan yang diteliti, sedangkan pe- neliti menganggap homogen, maka
hasil penelitian yang disimpulkan akan menyim- pang dari keadaan yang
sebenarnya, sehingga mengakibatkan terjadi kesalahan tipe I atau kesalahan tipe II
dalam pembuktian hipotesis.

B. PENGERTIAN SAMPEL
Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa sampel adalah sebagian dari
populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut. Sebagian dan mewakili
dalam batasan di atas merupakan dua kata kunci dan merujuk kepada semua
ciri populasi dalam jumlah yang terbatas pada masing-masing karakteristiknya.
Seandainya populasi itu mempunyai 10 karakteristik atau ciri tertentu, maka
sebagian dan mewakili dalam hal ini hendaklah mencakup kesepuluh karakteristik
tersebut, dan dari masing-ma- sing karakteristik diambil sebagian kecil sesuai
dengan peraturan yang berlaku dalam menentukan besarnya ukuran sampel. Di
samping itu, perlu diperhatikan pula teknik analisis yang akan digunakan sehingga
data yang terkumpul dapat diolah dengan teknik yang tepat.
Dalam menentukan ukuran sampel (sample size) dapat digunakan berbagai
ru- mus statistik, sehingga sampel yang diambil dari populasi itu benar-benar
memenuhi persyaratan tingkat kepercayaan yang dapat diterima dan kadar
kesalahan sampel (sampling errors) yang mungkin ditoleransi.
Beberapa pendapat ahli tentang pengertian sampel sebagai berikut: Sax
(1979:
www.facebook.com/indonesiapustaka

181) mengemukakan bahwa sampel adalah suatu jumlah yang terbatas dari
unsur yang terpilih dari suatu populasi. Unsur tersebut hendaklah mewakili
populasi. Ada- pun Warwick (1975: 69) mengemukakan pula bahwa sampel
adalah sebagian dari suatu hal yang luas, yang khusus dipilih untuk mewakili

155 155
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

keseluruhan. Tidak jauh berbeda dari pendapat-pendapat tersebut, Kerlinger


(1973: 118) menyatakan: Sam- pling is taking any portion of a population or
universe as representative of that popu- lation or universe. Adapun Leedy (1980:
111) mengemukakan bahwa: sampel dipilih dengan hati-hati sehingga dengan
melalui cara demikian peneliti akan dapat melihat karakteristik total populasi.

156 156
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Oleh karena itu, ciri-ciri sampel yang baik sebagai


berikut:
a. Sampel dipilih dengan cara hati-hati; dengan menggunakan cara tertentu
de-
ngan
benar.
b. Sampel harus mewakili populasi, sehingga gambaran yang diberikan
mewakili keseluruhan karakteristik yang terdapat pada populasi.
c. Besarnya ukuran sampel hendaklah mempertimbangkan tingkat kesalahan
sam- pel yang dapat ditoleransi dan tingkat kepercayaan yang dapat diterima
secara statistik.
Penggunaan sampel (bukan populasi) dalam penelitian bukan dimaksudkan
un- tuk mengurangi ketelitian dan ketepatan hasil penyelidikan ataupun prediksi
terha- dap suatu masalah yang akan diselidiki. Mengapa kita harus meneliti 1000
orang, kalau dengan 200 orang saja hasil penelitian dapat dipercaya?
Beberapa keuntungan penggunaan
sampel:
a. Biaya menjadi berkurang.
Dengan mengambil data dari sebagian populasi, berarti jumlah sumber data
yang akan dikumpulkan lebih sedikit dari jumlah populasi. Dengan jumlah
yang ter- batas berarti pula biaya yang digunakan untuk penyelidikan menjadi
berkurang dibandingkan apabila data harus dikumpulkan dari populasi.
b. Lebih cepat dalam pengumpulan dan pengolahan data.
Dengan responden yang lebih sedikit berarti waktu yang digunakan untuk
me- ngumpul data lebih cepat. Selanjutnya jumlah data yang terbatas akan
memper- cepat pula dalam pengolahan data penelitian. Dengan demikian, secara
keseluruhan penggunaan sampel akan memperpendek waktu penelitian dan
mempercepat da- lam pengolahan data.
c. Lebih akurat.
Makin lama dan makin banyak seseorang mengumpulkan informasi, makin
www.facebook.com/indonesiapustaka

le- lah yang bersangkutan. Keadaan itu akan menyebabkan berbagai kesalahan
dan mengurangi ketelitian peneliti. Di samping itu, subjektivitas peneliti makin
me- nonjol. Dengan menggunakan sampel, jumlah personal lebih sedikit yang
dibu- tuhkan; peneliti dapat menggunakan tenaga yang lebih tinggi

157 157
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

kualitasnya, dan latihan para petugas dapat diberikan lebih intensif sebelum
kegiatan pengum- pulan data dimulai. Keadaan yang demikian akan
memberikan hasil yang lebih baik dan akurat, baik pada waktu pengumpulan
data maupun dalam pengolahan data.
d. Lebih luas ruang cakupan penelitian.
Penelitian yang menggunakan sensus (populasi) akan menyebabkan ruang
ca-
kupannya (scope) lebih terbatas karena jumlah respondennya lebih banyak,
se-

158 158
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

baliknya apabila peneliti menggunakan sampel, jumlah responden lebih


sedikit dan ruang cakupan dapat bertambah luas.

Contoh:
Penelitian tentang kemiskinan (satu aspek) dengan 1000 responden, tidak akan jauh
bedanya dalam biaya, waktu, dan tenaga, apabila dibandingkan dengan penelitian yang
menggunakan aspek seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan hidup
dengan 200 responden.

Di samping berbagai pertimbangan di atas, perlu pula diperhatikan risiko


atau dampak negatif akibat suatu kejadian, objek, atau peristiwa. Ada peristiwa
tertentu, yang lebih baik meneliti dengan menggunakan sampel daripada populasi.

Contoh:
Akibat virus, perang, akibat bom atom, maupun akibat nuklir.
Lebih baik menyuntikkan beberapa racun/virus percobaan pada beberapa ekor kelinci
percobaan di laboratorium, daripada menyebarkan racun/virus tersebut terhadap se- jumlah
kelinci di satu pulau, walaupun kondisi di laboratorium tidak persis sama dengan keadaan
suatu pulau yang sebenarnya. Untuk meneliti akibat limbah nuklir tidak perlu lagi dilakukan
percobaan nuklir atau membuang sejumlah limbah nuklir pada sejumlah penduduk dalam
suatu pulau atau menjatuhkan bom nuklir dalam perang.

Dengan demikian, jelaslah bahwa peneliti perlu sekali mempertimbangkan


de- ngan saksama apakah ia akan menggunakan sampel atau populasi dalam
rancangan penelitiannya.
Beberapa pertanyaan yang dapat membantu peneliti dalam mengambil
keputus-
an apakah ia akan menggunakan sampel atau populasi yaitu:
◆ Apakah tujuan penelitian yang dilakukan?
◆ Bagaimanakah risiko yang mungkin timbul pada peneliti dan bagi
masyarakat?
◆ Pendekatan dan jenis penelitian apakah yang akan digunakan?
◆ Bagaimanakah karakteristik populasinya? Berapa jumlah populasinya?

www.facebook.com/indonesiapustaka

Berapa luaskah ruang cakupannya?


◆ Berapa lamakah waktu yang tersedia?
◆ Berapa banyakkah biaya yang tersedia dan/atau mungkin diadakan?
◆ Teknik analisis data apakah yang akan digunakan dalam mengolah data
yang telah dikumpulkan?

159 159
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Jawaban pertanyaan tersebut akan menggiring peneliti apakah akan


mengguna- kan populasi ataukah akan memilih sampel. Namun suatu hal perlu
digaris bawahi, penggunaan sampel bukan dimaksudkan untuk mengurangi
ketepatan dan ketelitian penelitian. Selagi sampel itu diambil dengan cara yang
baik dan benar, baik dilihat

160 160
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

dari ukuran sampel maupun prosedur penarikan sampel maka hasil penelitian
tetap akan benar.

C. JENIS-JENIS SAMPEL
Secara sederhana sampel dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu:
a. Sampel random atau probability
b. Sampel non random atau non probability
Pada sampel random setiap individu mempunyai kesempatan yang sama
untuk dipilih, dan diambil secara random; sedangkan pada sampel non random
ada per- timbangan-pertimbangan tertentu yang digariskan terlebih dahulu
sebelum diambil sampelnya atau subjek kebetulan atau terdapat di daerah
penelitian. Sampel non ran- dom biasanya digunakan dalam penelitian kualitatif.
Menggunakan sampel random dalam penelitian kuantitatif berarti peneliti
berupaya untuk meminimalkan kesalah- an karena faktor keletihan dan
kebosanan, mengurangi bias dari manusia dengan menggunakan prosedur yang
benar dan teknik yang tepat serta memberikan peluang kepada semua anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel sedangkan dalam sampel non random
ada pertimbangan khusus, ada tujuan tertentu dalam sampel penelitiannya, baik
dilihat dari segi besarnya ukuran sampel, prosedur penentuan dan kualitas
respondennya.
Ke dalam kelompok sampel random, termasuk beberapa cara pengambilan
sampel, seperti:
a. Simple random sampling.
b. Systematic random sampling.
c. Cluster atau area random sampling.
d. Stratified random sampling.
e. Proportional random sampling.
f. Multistage random sampling.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Tiap jenis cara pengambilan sampel di atas akan dibicarakan satu per satu
pada uraian lebih lanjut.

1. Simple Random Sampling

161 161
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Simple random sampling (SRS) merupakan dasar dalam pengambailan


sampel random yang lain. Pada prinsipnya SRS dilakukan dengan cara undian
atau lottere. Dalam pelaksanaannya dapat berbentuk replacement yaitu dengan
cara mengembali- kan responden terpilih sebagai sampel kepada kelompok populasi
untuk dipilih men- jadi calon responden berikutnya dan without replacement,
yaitu cara pengambilan sampel dengan tidak mengembalikan responden terpilih
pada kelompok populasi.

162 162
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Dengan pengembalian pada kelompok pupulasi, berarti setiap individu


mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih kembali pada pemilihan calon
sampel berikut- nya, sehingga jumlah populasi tetap sama sampai semua
responden terpilih sesuai dengan ukuran sampel yang diinginkan. Ini berarti
apabila seorang anggota populasi sebagai sampel pertama, maka dalam pemilihan
untuk menentukan sampel kedua, sampel pertama diikutsertakan lagi untuk
dipilih dalam undian. Andai kata sampel pertama terpilih lagi, kocok lagi, dan
pilih lagi, sehingga dapat sampel kedua. De- mikian seterusnya.
Pemilihan sampel tanpa pengembalian berarti setiap responden yang sudah
ter- pilih sebagai sampel tidak punya hak lagi untuk dipilih lagi dalam periode
berikutnya. Dengan kata lain, populasi berikutnya menjadi berkurang dari jumlah
yang sebenar- nya, sehingga kesempatan terpilih menjadi lebih besar. Demikian
juga dalam penen- tuan responden ketiga dan seterusnya.

Contoh:
Peneliti ingin mengambil sampel 200 orang dari 1000 orang populasi. Apabila meng-
gunakan cara sampling replacement, berarti setiap responden mempunyai kesempatan
1/1000, untuk setiap kali penarikan undian. Sedangkan untuk sampling without re-
placement akan berubah. Untuk menentukan responden pertama, setiap orang punya
kesempatan 1/1000; untuk yang kedua 1/999. Untuk menentukan yang ketiga setiap individu
mempunyai kesempatan 1/998. Untuk menentukan sampel yang ke-51, dari setiap individu
yang tersisa, mempunyai peluang untuk terpilih 1/950, sebab 50 orang telah terpilih sebagai
sampel, dan populasi yang tersisa 950.

Cara penarikan sampel dapat dilakukan dengan undian atau lotere secara
tra- disional, maupun dengan menggunakan tabel random number ataupun melalui
ran- dom number dalam mesin hitung.
Secara sederhana penentuan sampel melalui undian dapat dilaksanakan:
(1) buat nomor semua populasi secara urut dan ambil secara random untuk
menentu- kan urutannya. (2) Buat nomor dan nama responden pada lembaran
kertas terpi- sah sesuai dengan jumlah populasi. (3) Undi nomor-nomor tersebut
dan pilih satu di antaranya secara random. (4) Catat nomor dan nama responden
www.facebook.com/indonesiapustaka

terpilih pada kertas terpisah. Untuk menentukan responden kedua, masukkan


kembali nomor yang terpilih pada periode sebelumnya (replacement) atau tidak
dimasukkan (with- out replacement) dan kemudian kocok lagi, pilih lagi; ambil
satu, lalu catat nomor dan nama yang terpilih pada kertas yang telah disediakan.
Begitu seterusnya sampai didapat jumlah sampel yang diinginkan.

163 163
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Apabila peneliti menggunakan tabel random number, ambil dan perhatikan


ter- lebih dahulu nomor yang terdapat pada tabel tesebut. Apabila peneliti ingin
mengam- bil sampel di bawah 1000 (< 1000), lihat tiga angka di awal
masing-masing nomor

164 164
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

terpilih pada tabel tersebut, tetapi kalau di bawah 100 (<100) gunakan dua
nomor. Secara perinci langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
(1) Ambil tabel random number.
(2) Buat nomor urut masing-masing populasi model nomor random, seperti
001,
002, 099. Sebaiknya penentuan siapa yang akan jadi nomor satu, nomor
dua, dan seterusnya dilakukan secara random.
(3) Ambil pensil atau benda lain dan jatuhkan secara random di atas tabel random
number.
(4) Lihat angka bagian awal setiap angka tabel sesuai dengan ukuran
sampel.
■ Empat angka kalau populasi besar dari 1000, namun kecil dari 10.000.
■ Tiga angka kalau populasi penelitian antara 100-999.
■ Dua angka kalau populasi kecil dari 100.
■ Kalau populasi 10.000-99.999 atau lebih besar, angka yang dilihat
sesuai dengan nomor kode populasi.
(5) Cocokkan nomor tersebut dengan daftar populasi yang telah disusun pada
lang-
kah kedua, dan catat responden yang terpilih pada kertas
terpisah.
(6) Untuk menentukan sampel kedua gunakan nomor urut pada baris berikutnya
(ke atas atau ke bawah), atau kolom selanjutnya atau sebelumnya (ke kiri
dan ke kanan). Lakukan cara seperti itu secara konsisten sampai jumlah sampel
yang diinginkan tercapai.
Contoh penarikan sampel dengan penggunaan tabel bilangan acak (tabel
ran- dom number). Populasi 500 orang. Sampel yang diinginkan sebanyak 80
orang.
(1) Lihat tabel random (table of random numbers) pada lampiran buku
ini.
(2) Susun daftar populasi berurutan dan tentukan masing-masing secara
www.facebook.com/indonesiapustaka

random.
Jumlah populasi 500 orang, berarti nomor populasi tiga angka. Setelah
ditentu-
kan secara random nomor urut populasi sebagai berikut:

165 165
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

001 — Frederik
002 — Zainab
....
010 — Tigor
011 — Rompas
....
021 — Thomas
....

166 166
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

030 — T. Sima
031 — Tigor
....
040 — Diana
041 —Rompas
....
045 — Manalu
046 — Susi
....
100 — Martin . . . .
150 — Munafri
....
....
500 -- Sujono

(3) Ambil pena dan jatuhkan di atas tabel random; ternyata jatuh pada
nomor
021557 (kolom dua); pilih tiga angka di awal nomor 021557. Ini berarti
nomor yang terpilih adalah 021.
(4) Cocokkan nomor itu dengan daftar yang telah disusun sebelumnya.
Ternyata yang 021 Thomas. Thomas ialah sampel pertama.
(5) Untuk menentukan sampel kedua gunakan nomor sebelah atas atau sebelah
bawah dari nomor 021557, atau nomor kolom sebelah kiri atau kanan dari
no- mor 021557. Untuk contoh ini digunakan nomor urut sebelah atas, yaitu
nomor
568779. Nomor 568 tidak ada dalam daftar, karena nomor tertinggi hanya
500. Tinggalkan nomor itu lanjutkan terus ke atas, yaitu nomor 045645.
Lihat no- mor 045, ternyata sampel kedua adalah Manalu. Demikian
seterusnya ke atas untuk mencari sampel ketiga dan berikutnya.Kalau baris
www.facebook.com/indonesiapustaka

nomor tabel random kolom dua sudah habis, pindahlah ke kanan atau ke kiri
secara konsisten, sam- pai didapat sampel yang ke-80.
(6) Catat semua sampel pada kertas terpisah, sehingga akhirnya tersedia suatu
daf-

167 167
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

tar sampel penelitian yang


lengkap.

2. Systematic Random Sampling


Apabila kita bandingkan systematic random sampling dengan simple random
sampling maka tingkat ketelitian systematic random sampling jauh lebih baik apabila
cara penentuan dan pemilihan sampel mengikuti pola yang berlaku dan menurut
cara yang sebenarnya. Di samping itu, systematic random sampling lebih praktis
dan

168 168
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

sedikit terjadi kesalahan dalam penentuannya. Systematic random sampling


meru- pakan suatu prosedur penentuan sampel secara random dan sistematis.
Ini berarti kedua konsep dasar itu dalam menentukan sampel harus diperhatikan
secara benar.
Pada langkah awal dalam menentukan urutan tiap individu yang akan dipilih
berdasarkan populasi yang ada, hendaklah dilakukan secara random. Dengan
kata lain siapa yang akan ditentukan untuk mendapatkan urutan pertama, kedua,
keti- ga, dan seterusnya hendaklah ditentukan secara acak (random). Dengan
demikian semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
ditempatkan da- lam urutan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
Pada langkah berikutnya baru ditentukan siapa yang akan terpilih menjadi
sam- pel pertama, kedua dan seterusnya sesuai dengan besarnya ukuran sampel
yang telah ditetapkan secara sistematis. Karena itu, penentuan sampel systematic
random sam- pling disebut juga dengan systematic sampling with a random start.
Langkah yang dilakukan dalam memilih sampel dengan prosedur ini sebagai
berikut:
1) Buat terlebih dahulu daftar populasi dengan menggunakan nomor secara
ber- urutan. Penentuan siapa yang akan menjadi nomor satu, dua, dan
seterusnya dari populasi itu hendaklah ditentukan secara random. Apabila
populasinya ber- strata atau bertingkat, gunakan cara lain atau lakukan
dengan teliti stratified systematic random sampling. Ini berarti perlu
dipertimbangkan stratanya dengan baik, dan kemudian baru tentukan urutan
untuk masing-masing strata.
2) Tentukan interval (i), yang merupakan perbandingan antara jumlah
populasi
dan ukuran atau besarnya sampel yang telah ditentukan.

N
I=
n
Keterangan:
I = interval
N = populasi
n = besarnya (jumlah) sampel
Contoh:

169 169
Andai kata peneliti mempunyai populasi 1000 orang, sedangkan sampel yang diharap-
kan 250 orang, maka:
1000 PENELITIAN KUANTITATIF
BAGIAN KEDUA: METODE BAB 7 • Populasi dan Sampel
I= =4
250
Ini berarti sampel yang akan terpilih adalah individu yang nomor
urutannya
www.facebook.com/indonesiapustaka

170 170
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

mempunyai interval/rentang 4 dari urutan sebelumnya.


3) Tentukan secara random sampel pertama, berdasarkan nomor tiap populasi
yang telah diurut, baik dengan menggunakan tabel random number maupun
dengan undian. Andai kata sampel pertama jatuh pada nomor 082, maka
sampel kedua adalah nomor 086, sampel ketiga nomor 090, sampel keempat
nomor
094, kelima 098, dan seterusnya. Cara seperti itu dilakukan sampai
jumlah sampel didapat 250 sesuai dengan ukuran sampel dalam contoh di
atas. Walaupun kelihatannya untuk menentukan sampel urutan kedua,
sampel ketiga dan seterusnya seakan-akan tidak ada random, namun perlu
diingat bahwa pada langkah pertama untuk menentukan individu mana
dari populasi yang akan menjadi nomor kedua, ketiga, dan seterusnya
telah dilakukan secara random.
4) Catat nomor dan nama sampel terpilih pada kertas tertentu yang akan
memban-
tu mempercepat proses penelitian.
Salah satu keuntungan utama dari penentuan sampel dengan menggunakan
sys- tematic random sampling sederhana dan mudah diadministrasikan,
sedangkan kelemahannya sering terjadi “bias” dalam penyusunan daftar
urutan populasi kalau tidak dilakukan secara random. Oleh karena itu,
sekali lagi diingatkan agar penentuan nomor urut populasi betul-betul dipilih
secara random.

3. Cluster atau Area Sampling


Mendenhall, Ott dan Schaefer (Bailey, 1978: 80) menyatakan bahwa cluster
sampling adalah simpel random sampling di mana tiap-tiap unit dikumpulkan
sebagai satu kumpulan atau cluster. Dalam hal ini cluster dapat diartikan sebagai
kelompok atau kumpulan, di mana unsur-unsur dalam satu cluster homogen,
sedangkan antara satu cluster dengan cluster lain terdapat perbedaan. Dari sisi lain
para pembaca tentu menyadari bahwa populasi penelitian kadang-kadang
www.facebook.com/indonesiapustaka

heterogen dan luas, namun di dalam kebervariasiannya itu terdapat berbagai


kesamaan antar-anggota kelom- pok dan menempati area yang bersamaan.
Contoh seorang peneliti ingin mengetahui pendapatan warga masyarakat di suatu
provinsi yang terdiri dari berbagai kelom- pok masyarakat yang berbeda. Karena
daerahnya luas, kalau dilakukan sensus akan membutuhkan biaya yang cukup besar

171 171
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

dan waktu cukup lama. Dengan melakukan studi pendahuluan dapat diketahui
berbagai informasi, bahwa di wilayah itu ada tiga kelompok warga masyarakat
yang hidup dari mata pencaharian yang berbeda, yaitu nelayan, petani, dan ABRI.
Dengan memperhatikan kondisi wilayah, peneliti dapat mengelompokkan
populasi penelitian dalam tiga cluster area/pekerjaan, ya- itu nelayan, petani dan
ABRI. Tindakan seperti ini sangat membantu peneliti dalam mendapatkan
informasi dari sumber yang beraneka ragam, namun terwakili dalam sampel
penelitian.

172 172
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Keputusan apakah peneliti akan menggunakan cluster random sampling


atau cara lain, sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai unsur, antara lain:
1) Apakah cluster dapat dirumuskan dengan baik sehingga benar-benar
dapat membedakan antara cluster yang satu dan cluster yang lain?
2) Apakah jumlah unsur dalam tiap cluster dapat diketahui, sekurang-kurang
dapat diperkirakan secara cermat?
3) Apakah jumlah cluster cukup kecil, sehingga memungkinkan penghematan
biaya penelitian?
4) Apakh cluster dapat dipilih dengan cermat sehingga dapat meminimalkan
ber- tambahnya kesalahan sampel yang disebabkan oleh kesalahan dalam
penentuan cluster?
5) Apakah anggota populasi secara individual tidak dapat diketahui, sehingga
SRS
dan cara lain tidak lebih baik dapat digunakan?
Seandainya peneliti dapat merumuskan dengan baik, maka cluster random
sam- pling akan sangat menguntungkan, karena: (1) dapat
menghemat/mengurangi wak- tu penelitian; (2) biaya yang digunakan lebih
sedikit; (3) usaha dan tenaga yang dipakai lebih sedikit dan berkualitas.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menentukan sampel yaitu:
1) Rumuskan karakteristik populasi.
2) Tentukan masing-masing cluster.
3) Tetapkan ukuran sampel masing-masing cluster.
4) Pilih secara random dari masing-masing cluster.
5) Buat daftar sampel terpilih menurut cluster.
Untuk memahami lebih lanjut, perhatikan bagan berikut:
AB CD
Keterangan:
EF GH IJ ST Populasi terdiri dari tiga cluster/area:
LM NO PR QU Kluster I (Wilayah Barat) : AB CD
Klaster II (Wilayah Tengah) : EF GH
www.facebook.com/indonesiapustaka

VW YX IJ ST LM NO PR QU
Kluster III (Wilayah Timur) : VW YX

I II III

173 173
C
D
G
HBAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel
N
O
YX Sampel:
8 orang

174 174
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

4. Stratiied Random Sampling


Warwick (1975: 96) menyatakan bahwa stratifikasi adalah proses membagi
po- pulasi menjadi subkelompok atau strata, sedangkan Mendenhall, Ott dan
Schaefer, berpendapat bahwa sampel strata berarti memisahkan
elemen/unsur-unsur menjadi kelompok yang tidak tumpang-tindih dan kemudian
memilih dengan simple random sampling dari tiap strata. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa stratified ran- dom sampling merupakan suatu prosedur atau
cara dalam menentukan sampel de- ngan membagi populasi atas beberapa strata
sehingga tiap strata menjadi homogen dan tidak tumpang-tindih dengan kelompok
lain; atau antara satu kelompok dengan yang lain bertingkat/berlapis yang
merupakan “rank order”.
Langkah-langkah penentuan sampel dengan menggunakan prosedur ini
adalah sebagai berikut:
1) Menentukan karakteristik populasi sehingga jelas stratanya. Andai kata
populasi penelitian tidak berstrata gunakan cara lain yang lebih tepat.
2) Pada langkah berikutnya, menentukan besarnya sampel penelitian dengan
meng-
gunakan formula yang
tepat.
Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan utama ialah berapa tingkat
keperca- yaan hasil penelitian dapat diterima dan seberapa jauh tingkat
kesalahan sampel dapat ditoleransi. Penentuan besarnya sampel dengan
menggunakan teknik persentase sulit untuk dapat dipercayai keakuratannya.
Tujuh puluh lima persen dari populasi 40 orang akan berbeda kecermatan
hasil penelitian dibandingkan
75% dari 2000 populasi. Sebaliknya, untuk populasi yang berjumlah
100.000 apakah peneliti juga harus mengambil 75%? Walaupun persentase
sama, namun ketepatan hasil penelitian berbeda sekali.
3) Menentukan sampel secara random sesuai dengan besarnya ukuran sampel
yang telah ditentukan sebelumnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

4) Buat daftar sampel terpilih yang akan dijadikan responden penelitian.


Suatu hal yang perlu mendapat perhatian dari para pembaca, bahwa
seandainya ada niat dari peneliti untuk mendeskripsikan dan membandingkan
hasil penelitian antarstrata yang diteliti, maka jumlah sampel pada setiap strata

175 175
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

hendaklah memenuhi syarat sesuai dengan teknik analisis yang digunakan. Ini
berarti pula bahwa untuk setiap strata hendaklah ditentukan besarnya sampel
minimum.
Sampling berstrata digunakan,
apabila:
1) Strata menjadi perhatian khusus peneliti.
Contoh: Peneliti ingin mengungkapkan apakah ada perbedaan yang berarti dalam
kepedulian masyarakat warga negara Indonesia keturunan dengan penduduk pribumi
dalam mengentaskan kemiskinan. Stratanya adalah warga negara keturunan dan pribu-

176 176
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

mi. Di dalam masing-masing strata itu dapat lagi dibagi menjadi kelompok berada (the have)
tidak berada (the have not).
2) Hasil yang akan dicapai terdapat perbedaan (variance) untuk tiap strata di
an-
tara objek yang akan diteliti.
3) Ongkos untuk setiap strata berbeda.
4) Berdasarkan informasi terdahulu memang ada perbedaan.
Di samping itu, perlu pula mendapat perhatian bahwa penggunaan stratified
random sampling dimaksudkan untuk memperkecil kesalahan dalam menentukan
sampling (sampling error) dan untuk menambahkan keterwakilan
(representativenes) sampel yang diambil dari populasi, serta untuk memungkinkan
prosedur yang berbe- da pada setiap strata dalam pengumpulan data sesuai dengan
kondisi masing-masing strata.

5. Multistage Random Sampling


Dalam berbagai objek penelitian sering ditemukan bahwa ada berbagai
per- timbangan yang perlu dilakukan sebelum sampai kepada cara menentukan
siapa responden penelitian yang akan dilakukan. Contoh: apabila ada peneliti
ingin me- ngetahui tentang keinginan melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi,
dengan mem- pertimbangkan lokasi sekolah dan penghasilan masyarakat di wilayah
tersebut. Da- lam kondisi seperti itu dapat menggunakan multistage random sampling
dalam me- nentukan responden/penelitian.
Peneliti tidak dapat langsung menentukan siapa yang yang akan menjadi
res-
ponden penelitian. Ia harus melewati beberapa langkah (multistage):
1) Tentukan dahulu secara keseluruhan apa yang menjadi unit utama sampelnya,
atau disebut juga dengan primary sampling units. Dalam contoh di atas
unit utamanya adalah SD, yaitu SD dekat jalan raya dan SD jauh dari jalan
raya. Penentuan dekat jalan raya sebaiknya digunakan ukuran jarak
fungsional dari jalan raya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

2) Pada langkah berikutnya, menentukan unit/unsur kedua yang menjadi


pertim- bangan (secondary sampling units) pada masing-masing kelompok
yang telah dipisahkan.
Dalam contoh di atas yakni penghasilan masyarakat. Oleh karena itu, sekolah
dekat jalan raya dibagi lagi atas tiga bagian, yaitu sekolah di daerah yang peng-

177 177
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

hasilan masyarakatnya tinggi, sedang, dan kurang. Dengan cara demikian


pe- neliti dapat menentukan mana sekolah dekat jalan raya yang penghasilan
ma- syarakatnya tinggi dan sekolah dekat jalan raya yang penghasilan
masyarakatnya sedang, serta sekolah dekat jalan raya yang penghasilan
masyarakatnya kurang. Cara yang sama diberlakukan pula untuk sekolah yang
jauh dari jalan raya.

178 178
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

3) Langkah berikutnya baru menentukan secara random sekolah dekat jalan


raya yang mewakili daerah yang pendapatan warga masyarakatnya tinggi,
sedang, dan kurang; kemudian cara yang sama dilakukan pula pada sekolah
yang jauh dari jalan raya, serta mewakili daerah yang pendapatan warga
masyarakatnya:(a) tinggi, (b) sedang, dan (c) kurang.
4) Membuat daftar sekolah terpilih yang akan dijadikan patokan untuk
menentu-
kan sampel penelitian.
5) Menentukan siapa yang akan menjadi responden penelitian.
Karena fokus penelitian adalah keinginan melanjutkan ke tingkat yang
lebih tinggi, berarti semua siswa di sekolah itu, bukan gurunya atau kepala
sekolah.
6) Menentukan besarnya sampel yang layak digunakan dan selanjutnya
menentu-
kan responden penelitian secara random.

6. Proportional Random Sampling


Teknik ini juga merupakan pengembangan dari stratified random sampling,
di mana jumlah sampel pada masing-masing strata sebanding dengan jumlah
anggota populasi pada masing-masing stratum populasi.
Contoh:
Kelas Jumlah Murid
I 400
II 200
III 150
Jumlah 750
Besarnya sampel yang telah ditentukan adalah 150 orang. Untuk menentukan berapa jumlah
sampel dari kelas I, II, dan III, digunakan perbandingan antara jumlah tiap kelom- pok dibagi
jumlah total (jumlah populasi) dan dikalikan dengan jumlah sampel yang telah ditetapkan
sebelumnya. Secara sederhana dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah Masing-masing Kelompok
www.facebook.com/indonesiapustaka

Sampel Subkelompok x Besar Sampel


Jumlah Total
Dengan menggunakan rumus tersebut terhadap contoh di atas, maka sampel masing- masing
kelompok yaitu:
400
Kelas I

179 179
Kelas II x 150 = 80
750
200
Kelas III x 150 = 40
BAGIAN KEDUA: METODE
750 PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel
150
x 150 = 30
750

180 180
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Dengan cara demikian, akan terdapat perbandingan yang seimbang antara


be- sarnya sampel dan populasi pada masing-masing subkelompok, sehingga
sifat ma- sing-masing strata tidak dapat meniadakan sifat kelompok yang lain.
Dalam memilih dan menentukan siapa yang akan menjadi sampel penelitian untuk
masing-masing kelompok, dapat digunakan simple random sampling atau cara lain
yang lebih sesuai dengan karakteristik populasi.
Teknik pengambilan sampel non-random yang sering digunakan seperti
purpo- sive sampling, expert sampling, dan judgement sampling. Namun perlu
diingat, bahwa hasil penelitian dengan menggunakan sampel non-random tidak
boleh digeneralisasi terhadap populasi.

D. LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN SAMPEL RANDOM


Prosedur pengambilan sampel mempunyai langkah-langkah tersendiri
sesuai dengan kekhususan masing-masing sampel. Di samping itu, penentuan
ukuran sam- pel hendaklah selalu memedomani kriteria yang benar sehingga
membantu peneliti dalam merumuskan hasil penelitiannya dengan tepat.
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik persentase secara proporsional
tanpa mempertimbangkan fak- tor-faktor ketelitian dan tingkat kepercayaan,
akan mendatangkan dampak yang kurang baik dalam penarikan kesimpulan,
sebab cara itu akan menimbulkan kesa- lahan sebagai akibat kesalahan dalam
menentukan sampel (sampling error).
Untuk menghindari kesalahan tersebut, pilih cara yang tepat dalam
menentukan besarnya ukuran sampel dengan menggunakan teknik khusus sesuai
karakteristik populasi yang diteliti.
Langkah-langkah umum dalam pengambilan sampel sebagai berikut:
1) Jabarkan dengan baik permasalahan yang akan diteliti sehingga menjadi
opera- sional. Gambarkan dengan jelas dan tegas, sumber informasi, batas
(boundary) wilayah, dan informasi yang diinginkan. Kondisi yang demikian
akan membantu peneliti dalam menentukan dari mana informasi itu dapat
www.facebook.com/indonesiapustaka

dikumpulkan.
2) Rumuskan karakteristik populasi penelitian dan tentukan batas wilayah
popu-
lasinya.
Dalam hal ini akan dijumpai beberapa kemungkinan, antara lain:

181 181
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

a) Populasi penelitian bersifat homogen.


b) Populasi yang ada berisi strata yang berbeda-beda.
c) Populasi yang ada merupakan cluster dan pada tiap cluster mungkin
pula terdapat perbedaan.
d) Populasi yang ada berbeda-beda.
3) Tentukan jumlah populasi penelitian.

182 182
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Untuk maksud tersebut tentukan terlebih dahulu unit analisis penelitian.


Apakah murid, sekolah, kota, penduduk, rumah tangga, kejadian, atau yang
lain.
4) Masukkan semua unsur populasi ke dalam sampel.
Tiap unsur dalam populasi hendaklah terwakili dalam sampel. Di samping
itu, jumlah tiap kelompok perlu diperhatikan.
5) Tentukan besarnya ukuran sampel.
Dalam hal ini perlu diperhatikan homogenitas populasi, teknik analisis
yang akan digunakan, waktu penelitian, tenaga, dan biaya. Di samping itu,
tidak ka- lah pentingnya tingkat kepercayaan yang dapat diterima dan tingkat
kesalahan yang mungkin dapat ditoleransi.
Sehubungan dengan itu, pilih cara yang tepat dalam menentukan besarnya
ukuran sampel yang benar. Jangan berspekulasi dan berandai-andai.
Kesalahan dalam menentukan besarnya sampel dan cara penentuannya akan
membawa dampak pada ketepatan hasil penelitian dan tingkat kepercayaan
para pemakai hasil penelitian. Karena itu, gunakanlah cara yang benar sehingga
sampel pene- litian betul-betul mewakili populasi yang sebenarnya.
6) Pilihlah jenis dan cara penentuan sampel yang tepat sesuai dengan sifat
populasi dan kemudian tentukan responden penelitian.
Karakteristik populasi merupakan cerminan dari semua sifat yang terdapat
da- lam populasi itu. Ketepatan dalam mencari ciri-ciri atau sifat populasi akan
memban- tu dalam menentukan sampel yang tepat. Seandainya dalam suatu
penelitian tentang aspirasi masyarakat tentang pendidikan. Adapun masyarakat
yang akan diteliti ter- diri dari nelayan, petani, dan pedagang. Di samping itu,
antara masyarakat nelayan, petani, dan pedagang juga mempunyai kualitas
pendidikan yang berbeda secara mencolok. Dalam kondisi seperti itu, peneliti
hendaklah menjadikan lapisan masya- rakat dan pendidikan warga masyarakat
sebagai ciri-ciri populasi penelitian.
Besarnya “n” sampel yang digunakan akan menentukan pula
www.facebook.com/indonesiapustaka

kerepresentatif- an sampel itu. Cara pengambilan sampel dan teknik analisis yang
digunakan dapat mengurangi kesalahan sampel, kalau dilakukan dengan benar.
Pengambilan sampel secara random dengan teknik tertentu akan memberikan
wakil yang tepat dari po- pulasi. Hal itu akan tambah berarti apabila penentuan
besarnya sampel dengan menggunakan teknik statistik yang selalu

183 183
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

memperhitungkan seberapa jauh peneliti dapat mentoleransi kesalahan sampel


yang terjadi, dan seberapa jauh pula tingkat kepercayaan yang dapat diterima.
Selanjutnya perhatikan contoh berikut:

184 184
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Contoh Pertama: Populasi homogen.

Populasi
Keterangan:
1. Tentukan besarnya ukuran sampel.
2. Pilih cara yang tepat.
3. Ambil sampel secara random.
Sampel

Contoh Kedua: Populasi berstrata


x 0 x x x 0
x = petani 0 0 Tiap simbol 100 orang 0 xx
+ = nelayan) (1)
o = pedagang x + + 0 0
x x + + 0 +

x x x 0 0 0 + + +
x x x 0 0 0 + + + (2)
x x x 0 0

Strata 1 Strata 2 Strata 3 (3)

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 (4)

Keterangan:
1. Batasi wilayah populasi.
2. Tentukan ciri-ciri populasi, jumlah populasi, dan jumlah masing-masing strata.
3. Tentukan besarnya ukuran sampel dan jumlah sampel masing-masing strata.
4. Ambil sampel secara random untuk tiap strata.
www.facebook.com/indonesiapustaka

E. BESARAN SAMPEL
Berbagai pertimbangan perlu diperhatikan peneliti terlebih dahulu sebelum
me-
nentukan teknik mana yang akan digunakan dalam menentukan sampel
penelitian.

185 185
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian sebagai berikut:
1. Apakah yang diharapkan dari hasil penelitian itu?
2. Apakah
BAGIAN KEDUA: hanya
METODEsebatas mendeskripsikan
PENELITIAN KUANTITATIF keadaan,BAB
ataukah akan dan Sampel
7 • Populasi
menerangkan

186 186
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

dan menguji sesuatu, ataukah mau melakukan prediksi untuk masa datang?
3. Apakah studi kasus, ataukah studi pengembangan, ataukah untuk
menemukan berbagai indikator yang akan digunakan untuk perencanaan?
Andai kata studi kasus, cukup dipilih salah satu cara non-acak (non probability
sampling) karena hasil yang didapat hanya untuk mengungkapkan kasus
tersebut secara menda- lam, tetapi bukan untuk membuat generalisasi terhadap
pupulasi. Dengan studi kasus tidak akan tampil indikator parameter.
Seandainya peneliti ingin melaku- kan prediksi, maka peneliti tersebut
hendaklah memilih satu teknik dari proba- bility sampling.
4. Selanjutnya yang perlu menjadi perhatian peneliti yaitu karakteristik populasi
secara mendalam. Andai kata populasi homogen, ambil saja salah satu teknik
yang tidak berstrata dan bukan pula cluster. Namun kalau populasi yang
akan diteliti berlapis, atau cluster maka diperlukan pengkajian yang lebih
menda- lam tentang bagaimana karakteristik populasi itu. Apakah berstrata,
rank order ataukah dapat dikategorikan sebagai cluster. Kepastian batas
wilayah popula- si dengan sifat yang terdapat dalam masing-masing wilayah
akan menentukan pula teknik mana yang tepat digunakan.
5. Faktor lain yang perlu mendapat perhatian yaitu jumlah dana yang tersedia,
waktu yang mungkin digunakan, serta tenaga yang mungkin dimanfaatkan da-
lam pelaksanaan penelitian, sehingga tidak mengurangi ketepatan penelitian.
6. Beberapa pertimbangan lain yang selalu menjadi perhatian dalam
menentukan ukuran sampel, yaitu:
a) Faktor ketelitian, mencakup:
1) Seberapa jauh taraf kepercayaan yang diinginkan dalam penelitian
itu.
2) Berapa besarkah kekeliruan sampel yang dapat
diterima/toleransi. b) Teknik analisis yang akan digunakan.
Hal ini perlu mendapat perhatian karena tiap rumus yang akan dipakai
selalu memprasyaratkan kondisi tertentu sebelum dapat digunakan.
Seperti data harus normal, linier, atau homogen. Andai kata tidak
memenuhi persya- ratan tersebut, peneliti terpaksa menggunakan
rumus nonparametrik. Beberapa rumus yang dapat digunakan dalam
menentukan besaran sampel dari populasi yang diketahui sebagai
berikut:

187 187
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

1. Rumus yang dikemukakan Tuckman c.s


2
z
N  (p)(1 p)
e 

(Tuckman, 1972: 205; Sax, 1979: 195)


www.facebook.com/indonesiapustaka

188 188
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

Keterangan:
N = ukuran sampel
z = standar skor pada tingkat kepercayaan yang
diinginkan e = proporsi kesalahan sampling
p = proporsi perkiraan kasus dalam populasi
Contoh:

Apabila tingkat kepercayaan yang diinginkan 95%, maka z adalah 1,96; tetapi kalau
tingkat kepercayaan yang diinginkan 99%, maka nilai = 2,58
Berkenaan dengan perkiraan kasus dalam populasi, selalu mengarah pada dikotomi.
Mungkin laki-laki dan perempuan; tinggi dan rendah; negeri atau swasta, dan sebagai- nya.
Oleh karena itu, lihat dahulu apa yang menjadi patokan sesuai dengan tujuan pe- nelitian.
Kalau fokus penelitian adalah SES, maka dikotominya adalah kaya dan miskin atau tinggi
dan rendah. Untuk contoh ini bagaimana proporsi penduduk memiliki status sosial ekonomi
tinggi dibandingkan dengan yang rendah. Contoh Tinggi (P)= .40, sedan- gkan yang rendah
adalah 1-.40 = .60
Langkah berikutnya tentukan pula seberapa jauhkan kesalahan sampling yang dapat to-
leransi (SE est.) Dalam contoh ini digunakan .05; maka e = .05
Setelah unsur-unsur tersebut diketahui, masukkanlah angka tersebut ke dalam formula
di atas:
2

N .05  .40.60 
1,96

1536,64 x .24
369
Berdasarkan perhitungan tersebut, besarnya sampel yang harus diambil adalah 369 orang.
Dalam hal menentukan besaran kesalahan sampling, apakah = .05 atau lebih besar dari
.05, peneliti harus menyadari betul bahwa besarnya tingkat kepercayaan yang dapat
diterima dan juga besarnya kesalahan sampling (yang dapat diterima) akan menentukan
besaran sampel penelitian. Dalam konteks yang demikian, sebaiknya jangan terjadi ke-
tidaksesuaian dengan besarnya alpha () yang digunakan dalam pembuktian hipotesis. Kalau
proporsi jumlah yang penduduk yang kaya p=.50 dan yang miskin = .50; sedang- kan tingkat
kepercayaan yang diharapkan 95% dan standar kesalahan yang dapat dite-
rima adalah .05, maka besar sampel penelitian sebagai berikut:
www.facebook.com/indonesiapustaka

N .05  .50.50 
1,96

(1536,64) x .25
384
Dengan demikian, besarnya sampel adalah 384 orang.

189 189
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

2. Rumus yang dikemukakan Krejcie dan Morgan, apabila jumlah


popu-
lasi diketahui sebagai
berikut.
2
NP (1 P)
s
d (N 1)  2 P (1 P)
2

(Krejcie & Morgan, 1970; Udinsky, cs, 1981)

Keterangan:
s = besarnya sampel yang diinginkan.
2
= nilai Chi Squares dengan derajat kebebasan (d.k) = 1 pada
tingkat kepercayaan yang diinginkan.
N = jumlah populasi.
P = proporsi populasi.
d = derajat ketelitian yang diterima dalam proporsi.

Contoh:
Seandainya dalam suatu penelitian jumlah populasi yang akan diteliti 200 orang, derajat
ketelitian adalah = .05; dan proporsi populasi .50; sedangkan nilai Chi Square dengan df 1
pada taraf signiikansi .05 pada tabel Chi Squares adalah 3,841, maka sampel pene- litian
adalah:
s = 3,841 x 200 x .50 x (1-.50): (05)2 (200-1) + 3.841 x 50 (1- .50)
3,841 x 200 x .25: .0025 x 199 + 3,841 x .25
192,05: 0.4975 + 0.96025
192,05: 1,45775
131,7441262 = 132 (dibulatkan)
Besarnya sampel yang harus diambil peneliti adalah 132 orang.

3. Rumus yang dikemukakan Isaac dan Michael, ada kesamaan


dengan rumus Krejcie & Morgan, 1970, sebagai berikut:
2
.N.P.Q
s
www.facebook.com/indonesiapustaka

d (N 1) 
2 2
P.Q

Keterangan
:
s = sampel

190 190
² = nilai Chi Squares dengan dk=1. N = jumlah
populasi. P = Q = proporsi populasi (.05). d = derajat
ketelitian.
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel
(Yang berbeda dari rumus Krejcie, hanya huruf P dan Q).

Berikut ini adalah perkiraan besaran sampel, berdasarkan rumus


Krejcie dan Morgan, apabila jumlah populasi yang diketahui,
dengan p =.50, dan d=.05

191 191
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

TABEL 7.1
Daftar Perkiraan Besaran Sampel Berdasarkan Rumus Krejcie dan
Morgan, dengan p = .50 dan d= .05 (Tingkat Kepercayaan 95%).

N s N s N s
(Populasi) (Sampel) (Populasi) (Sampel) (Populasi) (Sampel)
10 10 155 110 300 169
15 14 160 113 310 172
20 19 165 116 320 175
25 24 170 118 330 178
30 28 175 120 340 181
35 32 180 123 350 183
40 36 185 125 360 186
45 40 190 127 370 189
50 44 195 130 380 191
55 48 200 132 390 194
60 52 205 134 400 196
65 56 210 136 410 199
70 59 215 138 420 201
75 63 220 140 430 203
80 66 225 142 440 205
85 70 230 144 450 207
90 73 235 146 460 210
95 76 240 148 470 212
100 80 245 150 480 214
105 83 250 152 490 216
110 86 255 153 500 217
115 89 260 155 1000 278
120 92 265 157 2000 322
125 94 270 159 3000 241
130 97 275 160 4000 357
135 100 280 162 5000 370
www.facebook.com/indonesiapustaka

140 103 285 164 10000 370


145 105 290 165 50000 381
150 108 295 167 100000 384

192 192
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 7 • Populasi dan Sampel

4. Penentuan besaran sampel dengan rumus Slovin sebagai berikut:


n
s
1 N.e 2
Keterangan:
s = sampel
N = populasi
e = derajat ketelitian atau nilai kritis yang diinginkan

Dengan menggunakan contoh di atas (N= 200, e = .05), didapat


hasil sebagai berikut:
200 200 200 200
s 134
1 200 xc 0.052 1 200 x 0.0025 1 0.5 1.5

Berdasarkan rumus Slovin, ternyata jumlah sampel sebesar 134


orang.
Dengan memperhatikan hasil penggunaan beberapa rumus di atas,
ter- nyata hasilnya mendekati kesamaan. Oleh karena itu, dalam
menentu- kan besaran sampel dapat digunakan salah satu rumus
dengan benar, selagi konsisten dan memegang teguh acuan tingkat
kepercayaan yang diinginkan (dalam hal ini 95%) dan ketepatan
(precise) sampling (da- lam hal ini = 5%). Apabila diambil tingkat
kepercayaan 80%, atau alpha 20%, berarti dari 100 kali percobaan 20
kali akan salah. Sehu- bungan dengan itu, perumusan karakteristik
populasi dengan benar sebelum menentukan sampel merupakan
pilar awal yang sangat me- nentukan. Di lain pihak jangan pula
terjadi hendaknya, pembuktian hipotesis menggunakan tingkat
kepercayaan 95%, sedangkan pada pe- milihan sampel digunakan
tingkat kepercayaan 80%, sebab akan terjadi kesalahan pengukuran
(error of measurement).
www.facebook.com/indonesiapustaka

193 193
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Andai kata kurang mengerti baca kembali
uraian pada Bab 7.

1. Apakah yang dimaksud dengan populasi?


2. Jelaskan perbedaan populasi berstrata dan populasi tidak berstrata. Beri contoh masing- masing
jenis populasi itu.
3. Apakah yang dimaksud dengan sampel?
4. Coba Anda deskripsikan bagaimana hubungan populasi dan sampel dalam suatu peneli- tian.
5. Jelaskanlah empat keuntungan apabila peneliti menggunakan sampel dalam penelitian yang
dilakukannya.
6. Sampel yang baik hendaklah mewakili populasi. Jelaskan maksud pernyataan itu dengan contoh.
7. Apakah yang dimaksud dengan sampel acak (random)?
8. Bagaimanakah menentukan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling?
9. Jelaskan dengan contoh perbedaan cara menentukan sampel dengan menggunakan teknik
cluster random sampling dan stratiied random sampling?
10. Bagaimanakah cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik systematic random
sampling.
11. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling dengan tidak
menempatkan sampel terpilih ke dalam populasi akan mengurangi jumlah populasi pada periode
berikutnya. Apakah cara itu dapat dipercaya?
12. Apakah yang dimaksud dengan multistage random sampling?Jelaskan dengan contoh.
www.facebook.com/indonesiapustaka

171 171
Bab 8
RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN

Rancangan penelitian eksperimen (experiment design) jauh berbeda dari


ran- cangan penelitian yang telah dibicarakan pada jenis-jenis penelitian
terdahulu. Pada penelitian eksperimen memungkinkan peneliti sedini mungkin
untuk mengontrol variabel bebas dan variabel yang lain, sehingga tingkat kepastian
jawaban hasil pene- litian jauh lebih terkontrol dibandingkan dari jenis penelitian
dalam kelompok ex post facto, baik ditinjau dari segi validitas internal (internal
validitiy) maupun validitas eksternal (external validity). Hubungan sebab akibat
dapat ditelusuri dengan jelas.
Secara umum penelitian eksperimen dapat dikelompokkan dalam tiga
bentuk, yaitu: (1) pre-experiment; (2) quasi-experiment; dan (3) true-experiment.
Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab terlebih dahulu, sebelum menggunakan
penelitian eksperimen sebagai berikut.
a. Benarkah variabel bebas yang diteliti menyebabkan terjadinya perubahan
pada variabel terikat?
b. Benarkah aspek yang diteliti mempunyai hubungan logis dan asymetris?
c. Tidakkah hubungan terjadi karena bias dari variabel lain yang tidak diteliti?
Suatu variabel dikatakan berpengaruh terhadap variabel lain, apabila variabel
itu memenuhi ketiga kriteria berikut:
1. Dua atau lebih variabel berubah secara bersama.
Contoh:
Jika ada perubahan dalam tingkat pendidikan, maka diikuti pula oleh perubahan dalam
tingkat pendapatan. Seandainya perubahan dalam tingkat pendidikan tidak diikuti oleh
www.facebook.com/indonesiapustaka

perubahan dalam pendapatan, maka tingkat pendidikan dinyatakan tidak memengaruhi atau
tidak mempunyai hubungan dengan pendapatan.
2. Tidak lancung.
Hubungan yang sudah ada sebagai akibat kriteria pertama perlu dibuktikan
le- bih lanjut. Apakah hubungan itu benar ada, ataukah melemah dan

172 172
menghilang kalau diperkenalkan variabel lain? Suatu hubungan dikatakan
tidak lancung apabila kepada variabel itu diperkenalkan variabel lain, atau
bila efek semua

174 174
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

variabel yang relevan dikontrol maka hubungan itu tetap ada (tidak hilang
atau tidak melemah).

Contoh:
Apakah ada pengaruh panen jagung terhadap panen kedelai? Seandainya peningkatan panen
jagung diikuti oleh peningkatan panen kedelai maka kriteria pertama memang berlaku,
tetapi apakah kedua variabel itu merupakan hubungan sebab akibat dan hu- bungan tidak
lancung?

Untuk membuktikan itu, perlu dimasukkan variabel ketiga, atau tidakkah


mung- kin peningkatan hasil panen jagung dan kedelai disebabkan oleh
sebab yang sama (common cause).
Dalam kaitan itu perlu diteliti lagi logical order dari kedua variabel itu
atau apakah penyebab peningkatan panen jagung dan panen kedelai. Apakah
tidak mungkin musim yang bagus menjadi penyebab peningkatan kedua hasil
itu? An- dai kata musim yang bagus menjadi penyebab peningkatan hasil
panen jagung dan kedelai, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel itu
bersifat lancung dan bukan hubungan sebab akibat.
3. Urutan waktu kejadian.
Faktor ketiga yang perlu didemontrasikan secara konseptual oleh peneliti
adalah apakah variabel pertama memang mampu mengubah variabel
berikutnya.

Contoh:
Pendidikan dan pendapatan Pengharapan orangtua
orang tua tentang pendidikan anaknya

Dalam contoh tersebut, fenomena yang mula-mula dan merupakan variabel


be- bas adalah pendidikan orangtua dan pendapatan, sedangkan pengharapan
orangtua terhadap pendidikan anak mereka merupakan variabel terikat. Secara
teoretis pen- didikan dan pendapatan orangtua yang tinggi akan mendorong
www.facebook.com/indonesiapustaka

jenis pendidikan yang diinginkan pada anak-anak mereka. Orangtua dengan


pendidikan rendah dan diiringi pula oleh pendapatan rendah, kurang peduli
terhadap pendidikan anak me- reka. Mereka lebih mengutamakan pemenuhan
kebutuhan dasar terlebih dahulu sebelum mereka beralih pada pendidikan.

173 173
Bahkan pendidikan yang mereka pilihkan yaitu yang dapat membantu kehidupan
keluarga mereka.
Kepedulian
BAGIAN akanPENELITIAN
KEDUA: METODE pentingnya pendidikan
KUANTITATIF BAB 8untuk anak-anak
• Rancangan mereka
Penelitian masih
Eksperimen
ter- batas, sebatas kemampuan mereka. Hal itu terkait dengan visi mereka tentang
pen- didikan, masa depan, dan kepedulian mereka terhadap hidup dan
kehidupannya. Bagi mereka, dengan pendapatan yang rendah, prioritas pertama
adalah pemenuhan

174 174
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

kebutuhan dasar. Pengharapan akan tingkatan pendidikan anak akan terlahir


kemu-
dian sebagai akibat kualitas pendidikan mereka miliki dan pendapatan mereka.
Oleh sebab itu, masalah utama dalam menentukan pengaruh atau
perubahan pada suatu variabel sebagai akibat variabel lain adalah seberapa jauh
peneliti melaku- kan pengontrolan terhadap variabel extraneous dan menentukan
kedudukan variabel pokok secara tepat menurut fungsi dan urutannya.

A. VALIDITAS INTERNAL DAN EKSTERNAL


Kalau diperhatikan rancangan penelitian ex post facto, exploratory,
deskriptif, maupun rancangan penelitian yang lain, jelas terbaca bahwa peneliti
sejak awal pene- litian tidak berdaya mengubah berbagai variabel yang
memengaruhi variabel terikat, dan hanya sedikit faktor penentu lain yang dapat
dikendalikan baik dengan mengon- trol variabel tersebut maupun dengan
menggunakan teknik analisis yang lebih tepat. Apakah memang benar perubahan
variabel Y sebagai akibat variabel X? Tidakkah mungkin karena variabel yang
tersembunyi?
Keraguan yang demikian akan terjawab dengan baik apabila peneliti memilih
rancangan eksperimen sungguhan (true experiment), sebab esensi dari
rancangan eksperimen sungguhan yaitu adanya kelompok kontrol dan randomisasi
dalam pe- nentuan kelompok eksperimen dan kontrol, sehingga peneliti sejak dini
berdaya dan mampu mengontrol variabel lain di luar variabel yang diteliti.
Untuk mengetahui apakah perlakuan (treatment) yang menentukan perbedaan
atau faktor lain, maka peneliti hendaklah betul-betul yakin bahwa semua kondisi
yang merusak validitas internal telah terkendali dengan baik. Ini berarti pula semua
variabel extraneous telah dikontrol dengan baik. Dalam kaitan itu perlu
diperhatikan validitas internal dan ekternal dalam setiap rancangan penelitian.
Validitas internal mengacu kepada kadar kesahihan, ketepatan, ataupun
ke- akuratan kesimpulan hasil penelitian sebagai akibat perlakuan (treatment).
Fraenkel dan Wallen (1993: 551) menyatakan, bahwa internal validity adalah:
www.facebook.com/indonesiapustaka

“The degree to which observed differences on the dependent variable are directly
related to the independent variable, not to some others (uncontrolled variable),
sedangkan validi- tas eksternal mengacu kepada kadar ketepatan kepada siapa
hasil penelitian dapat digeneralisasikan; atau diaplikasikan; baik kepada kelompok

175 175
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

maupun lingkungan di luar setting penelitian. Campbell dan Stanley (1966: 5)


menyatakan: External validity asks the question of generalizability. To what
populations, settings, treatment variabel, and mesurement variabel can this effect
be generalized.
Faktor-faktor yang mengganggu validitas internal:
1. Kejadian (event) yang terjadi dan berlangsung di lingkungan selama
percobaan dan berkaitan dengan perlakuan.

176 176
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Di satu pihak peneliti sedang melakukan perlakuan (treatment), di pihak lain


di lingkungan sekitarnya ada pula berbagai kegiatan yang mendukung
terjadinya perubahan pada subjek penelitian. Kejadian, peristiwa, ataupun
keadaan yang berkembang di sekitar itu, di luar perlakuan dan berlangsung
antara pretest dan posttest dapat dirangkum dalan suatu istilah history.

Contoh:
Peneliti ingin meneliti: Pengaruh Penyuluhan tentang Penyakit Malaria Terhadap Ke-
bersihan Lingkungan.

Sebagai perlakuan dalam penelitian ini yakni penyuluhan tentang penyebab


penyakit malaria dan kebersihan lingkungan, dan dilakukan secara priodik.
Namun apa hendak dikata, berbarengan dengan perlakuan dilaksanakan, ada
tulisan di media massa tentang: Penyakit Malaria: Wabah dan
Penanggulangan- nya. Tulisan itu merupakan tulisan bersambung selama
tiga kali terbitan. Di samping itu LSM melakukan pula gotong royong
bersama dalam rangka bulan bakti mahasiswa atau Kuliah Kerja Nyata.
Kejadia seperti: gotong royong bersama dan tulisan-tulisan di media massa,
secara langsung dan tidak langsung memengaruhi individu warga masyarakat
yang dijadikan subjek penelitian. Jadi, perubahan yang terjadi pada
kebersihan lingkungan bukanlah semata-mata sebagai akibat perlakuan
penyuluhan yang dilakukan peneliti, tetapi telah diimbasi oleh kondisi
lingkungan yang berubah oleh kondisi di luar variabel penelitian. Kondisi
inilah yang harus diantisipasi peneliti sejak dini dan selama pelaksanaan
penelitian, sehingga perubahan yang terjadi pada variabel terikat benar-benar
sebagai akibat variabel bebas.
2. Kematangan (maturity)
Dalam diri individu sering terjadi perubahan sebagai akibat kematangan,
latih- an, pengalaman, dan belajar. Kematangan merupakan suatu proses
yang ber- langsung secara alami sesuai dengan pola pertumbuhan dan
perkembangan ser- ta tugas perkembangan seseorang. Karena itu, setiap
www.facebook.com/indonesiapustaka

individu selalu berubah, cepat atau lambat. Kondisi ini akan memengaruhi
perkembangan responden pe- nelitian. Di satu pihak ada perlakuan yang
dikenakan oleh peneliti sesuai dengan aspek-aspek yang ditelitinya, di pihak
lain ada pula kematangan diri pada tiap individu yang juga menjadi penyebab
terjadinya perubahan pada diri seseorang yang sedang diteliti. Oleh karena

177 177
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

itu, tidak semua perubahan sebagai akibat pe- ngaruh variabel bebas tetapi
juga karena kematangan seseorang. Kalau peneliti ingin melihat pengaruh
sesuatu perlakuan, sejak dini perlu disadari dan diantisi- pasi, mana perubahan
yang terjadi sebagai akibat perlakuan dan mana pula yang terjadi sebagai akibat
kematangan. Untuk menentukan dan menemukan pe-

178 178
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

ngaruh tersebut, peneliti perlu memilih rancangan eksperimen sungguhan


yang lebih kompleks, sehingga faktor kematangan dapat diminimalkan kalau
tidak mungkin dihapuskan. Hal itu dapat dilakukan dengan menggunakan
kelompok kontrol, seperti Solomon four group design. Dengan menggunakan
rancangan tersebut, apabila kelompok eksperimen bertambah matang maka
kelompok kon- trol pun juga bertambah matang. Kalau satu kelompok diberi
perlakuan maka kelompok yang lain tidak diberi perlakuan, sehingga dapat
pula dilihat efek in- teraksi (interaction effect).
3. Instrumentasi (instrumentation).
Perubahan sering pula terjadi sebagai akibat instrumentasi. Instrumen
yang kurang valid dan reliabel sering mengakibatkan hasil yang kurang
tepat. Per- ubahan dalam instrumen yang digunakan pada pretest dan posttest
dapat pula menyebabkan hasil yang kurang tepat. Di samping itu, dapat
pula terjadi ha- sil yang kurang valid karena pengamatnya kurang baik.
Seandainya pengamat pada pretest sama dengan posttest, maka fluktuasi skor
juga terjadi karena pada posttest, pengamat tersebut lebih berpengalaman dan
telah mengetahui kondisi responden. Namun ada pula kemungkinan bahwa
perubahan skor pada posttest karena kelelahan dan kesembronoan peneliti
sendiri. Oleh karena itu, mening- katnya skor pada posttest bukan semata-mata
perlakuan tetapi perubahan in- strumen, kekurangtepatan instrumen atau
karena kelelahan, dan kesembronoan peneliti sendiri dalam pengumpulan data
penelitian
4. Pengetesan (testing).
Dalam hal ini perubahan terjadi sebagai pengaruh dan akibat pelaksanaan
tes pertama terhadap tes berikutnya. Biasanya seseorang yang sudah
mengikuti tes pertama atau berpengalaman dengan tes pertama, kalau
kembali tes tersebut diberikan atau tes lain dengan pola yang sama dengan
tes pertama yang sudah diberikan, maka perubahan skor yang terjadi bukan
semata-mata karena per- lakuan tetapi juga karena pengaruh pemberian tes
sebelumnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Di lain pihak prosedur pemberian atau pengadministrasian tes yang kurang


tepat dapat pula memberikan hasil yang tidak tepat. Hal itu terjadi antara
lain dalam pemberian instruksi, pengaturan tempat duduk, pengawasan,
maupun dalam penggunaan waktu ujian yang tidak akurat. Kondisi ini akan

179 179
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

memberi peluang pada peserta ujian salah memaknai soal ujian atau berlaku
tidak jujur dalam ujian.
5. Regresi statistika (statistical regression).
Dalam pelaksanaan penelitian, kelompok responden sering dipilih
berdasarkan skor ekstrem (yang tinggi dan yang rendah). Apabila prosedur
ini dilakukan, se- ring terjadi regresi statistika dan menyebabkan kesalahan
pada efek perlakuan.

180 180
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Mengapa hal itu


terjadi?
Apabila kelompok responden dengan kemampuan tinggi dalam tes pertama
di- pilih untuk diberi perlakuan, maka rata-rata (mean) kelompok dalam tes
kedua cendrung ke rata-rata populasi di mana perlakuan diberikan atau tidak
diberi- kan. Sebaliknya bagi anggota kelompok yang mempuyai skor rendah
pada tes pertama, pada tes kedua, skor mereka cenderung lebih tinggi.
6. Mortality experimental
Secara harfiah mortalitas eksperimen mengacu pada meninggal,
menghilang atau berpindahnya responden selama waktu eksperimen. Hal ini
terjadi karena waktu penelitian yang relatif lama dan kondisi sosial budaya
yang menyebabkan reponden terpaksa pindah ke daerah lain.
Dengan berkurangnya jumlah responden antara pretest dan posttest; maka
sum- ber informasi yang tersedia menjadi berkurang dan andai kata diganti
dengan yang baru, responden pengganti tidaklah seperti yang digantikan.
Keadaan yang demikian menyebabkan sumber dan informasi yang diberikan
pada saat posttest berbeda dengan saat pretest. Perubahan tersebut
menyebabkan pula terjadinya perbedaan skor antara pretest dan posttest.
Namun perlu digaris bawahi di sini bahwa perbedaan skor itu bukanlah
semata-mata disebabkan perlakuan tetapi juga terjadi karena perbedaan,
berkurang atau berubahnya sumber informasi selama eksperimen (mortalitas
eksperimen).

Contoh:
Dalam suatu penelitian tentang: Efek Latihan Prajabatan dengan Pola A dan B Terhadap
Sikap Individu sebagai Pegawai Negeri.

Yang mengikuti pola A berjumlah 20 orang dan pola B 20 orang pula. Pola
A dilakukan dalam waktu 20 hari, dan tiap hari selama 10 jam. Pola B
dilakukan dalam 40 hari dan tiap hari selama 5 jam. Kedua pola ini dimulai
dengan mem- berikan pretest dan diakhiri dengan posttest.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Untuk pola A rata-rata skor pretest 30, sedangkan posttest 40. Untuk pola B
rata nilai pretest 34 sedangkan posttest 40. Secara keseluruhan, berdasarkan
hasil posttest, tidak terdapat perbedaan yang berarti antara penggunaan pola
A dan pola B. Namun suatu hal tidak diperhatikan pada pola B, sepuluh
orang dari pesertanya harus meninggalkan latihan prajabatan itu, sebab

181 181
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

mendapat tugas mendadak ke daerah dan lima orang lagi terpaksa tidak ikut
lagi karena sakit, sehingga rata-rata hitung kelompok B diambil dari 10
responden yang tersisa.
Berkurangnya responden yang mengikuti pola B sampai akhir menyebabkan
in- formasi yang diberikan tidak sesuai dengan apabila responden program B
leng- kap sampai akhir, dan faktor kelelahan karena terlalu lama mengikuti
setiap hari

182 182
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

pola-pola A tidak terantisipasi, demikian juga pemberian alokasi waktu


yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi lingkungan seakan tidak
memperbaiki hasil yang dicapai oleh responden yang mengikuti program. Jadi,
berkurangnya jumlah responden pemberi informasi pada program B (50%)
seharusnya diper- hitungkan. Jangan-jangan yang tidak melanjutkan itu ialah
peserta-peserta yang brilian dan serius dalam mengikuti program.
7. Seleksi.
Cara seleksi responden dalam menentukan kelompok juga menentukan hasil
pe- nelitian. Apabila ada kecondongan (bias) dalam menentukan responden
kelom- pok eksperimen dan kelompok kontrol, maka tindakan itu akan
menyebabkan tidak seimbangnya kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Kesalahan da- lam seleksi akan mengakibatkan dampak negatif
pada skor pretest dan posttest, karena kedua kelompok itu tidak sama.
Tindakan itu menyebabkan pula perubahan yang terjadi pada kelompok
eksperi- men bukanlah semata-mata karena perlakuan, melainkan juga karena
kesalahan dalam seleksi.
8. Interaksi antara seleksi dan kematangan; antara seleksi dan kejadian yang
ber-
langsung selama eksperimen atau kombinasi dari hal-hal
tersebut.
Sumber ketidaksahihan internal mungkin pula muncul pada interaksi seleksi
kematangan; atau antara seleksi dan hal-hal yang lain, apabila yang dijadikan
responden berasal dari unsur yang berbeda dengan kematangan yang
berlainan. Dengan adanya perbedaan itu, hasil penelitian yang terjadi akan
berbeda pula, sebab interaksi antara kematangan dan cara seleksi atau
dengan instrumen/ pengetesan.
Di samping faktor yang memengaruhi validitas internal, ada pula beberapa
fak- tor yang mengurangi validitas eksternal, sehingga mengganggu hasil
penelitian. Da- lam hal ini ada dua isu yang perlu mendapat perhatian peneliti,
yaitu:
www.facebook.com/indonesiapustaka

a. Kerepresentatifan sampel.
Penelitian (terutama sekali penelitian kuantitatif) bukanlah semata-mata
di- maksudkan untuk memeriksakan sesuatu dalam batas area di mana
panelitian dilakukan, tetapi juga dengan maksud hasil penelitian itu dapat

183 183
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

digeneralisasi- kan terhadap populasi lain yang lebih luas. Untuk


mendapatkan hasil yang de- mikian, di samping validitas internal, maka
sampel yang digunakan hendaklah mewakili (representatif) populasi. Oleh
karena itu, hendaklah digunakan sampel acak (random) dengan
menggunakan teknik sampel yang tepat. Uraian lebih lanjut tentang populasi
dan sampel dapat dibaca pada Bab 7 buku ini.
b. Reaktif pengetesan dalam prosedur penelitian.

184 184
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Efek reaktif pengetesan ini dapat pula dari beberapa segi:


1) Efek reaktif dan interaktif pengetesan (testing).
Memberikan pretest pada awal penelitian akan dapat menambah atau
me- ngurangi kesensitifan atau keresponsifan subjek (responden)
eksperimen. Efek perlakuan (treatment) tidaklah utuh sebagaimana
yang dinyatakan oleh selisih skor posttest dan pretest. Apabila pada
kondisi lain tidak diberi- kan pretest, maka hasilnya tidaklah sama
dengan apabila diberikan pretest. Perbedaan terjadi karena mereka
mengetahui tujuan eksperimen dan bukan semata-mata oleh perlakuan.
2) Efek interaktif dari seleksi yang kurang tepat.
Apabila sampel yang diambil tidak mewakili populasi yang luas, maka
sa- ngat sukar untuk menggeneralisasikan penemuan yang didapat pada
popu- lasi karena kecondongan (bias) dalam seleksi.
3) Efek reaktif dari pengaturan eksperimen.
Pengaturan yang kurang tepat dalam hal observasi atau dalam
mengguna- kan alat-alat dalam pengetesan akan membatasi generalisasi
hasil peneli- tian pada subjek yang tidak termasuk dalam eksperimen, sebab
kelemah- an tersebut akan mendatangkan pengaruh yang kuat. Peneliti
tidak dapat menyatakan dengan tegas apakah akibat yang terjadi sebagai
akibat hasil perlakuan ataukah karena pengetahuan yang kurang tepat.
Di samping hal di atas, perlu pula diperhatikan bahwa kalau perlakuan
yang digunakan lebih dari satu, maka di antara perlakuan itu terjadi “campur
tangan”. Perlakuan yang lebih dahulu dalam urutan memengaruhi efek
perlakuan berikut- nya. Perlu pula diperhatikan bahwa kondisi eksperimen yang
sangat artifisial seperti di laboratorium tidaklah selalu cocok digeneralisasikan
kepada kehidupan riil yang sebenarnya (real life setting) sebab situasi yang sangat
berbeda.

B. RANCANGAN PENELITIAN PRE-EKSPERIMEN


www.facebook.com/indonesiapustaka

(PRE-EXPERIMENT DESIGN)
Rancangan penelitian ini pada prinsipnya tidak dapat mengontrol validitas
inter- nal dan eksternal secara utuh, karena satu kelompok hanya dipelajari satu
kali, atau kalau menggunakan dua kelompok di antara kedua kelompok itu tidak

185 185
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

disamakan terlebih dahulu. Karena itu, rancangan ini sangat lemah. Beberapa
rancangan pene- litian pre-eksperimen yang akan dibicarakan lebih lanjut yaitu:
a. The One Shot Case Study.
b. The One Group Pretest-Posttest Design.
c. The Static Group Comparison Design.

186 186
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Ketiga rancangan pre-eksperimen tersebut menggunakan cara yang


berbeda- beda, namun pada setiap rancangan diberikan perlakuan atau
treatment. Ada yang menggunakan pretest dan ada pula yang tidak menggunakan
pretest.

1. The One Shot Case Study


Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu, rancangan ini hanya
melibatkan satu kelompok atau kejadian pada periode waktu tertentu. Dengan
demikian, tidak ada kelompok kontrol sebagai bandingan dari kelompok
eksperimen. Perlakuan diberikan pada permulaan dan kemudian untuk
mengetahui seberapa jauh hasilnya dilaksanakan pengukuran pada akhir kegiatan
atau kejadian. Rancangan ini dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai
berikut:
X O
Perlakuan Posttest

Contoh:
Penyuluhan Keluarga Berencana sebagai Salah Satu Cara Efektif Meningkatkan Sikap
Masyarakat Terhadap Keluarga Kecil dan Sejahtera.

Dalam contoh di atas yang dijadikan perlakuan dalam penelitian ialah


penyuluh- an tentang Keluarga Berencana. Langkah-langkah yang ditempuh
dalam penelitian sebagai berikut:
1) Pada awal kegiatan ditentukan terlebih dahulu yang akan mengikuti
penyuluhan.
2) Pada langkah kedua terhadap semua subjek tersebut diberikan penyuluhan
ten- tang Keluarga Berencana, selama periode tertentu. Kegiatan ini terus
dilaksa- nakan sampai selesai penyuluhan.
3) Pada akhir kegiatan dilakukan pengukuran dengan melaksanakan posttest.
Kalau diperhatikan secara perinci langkah-langkah tersebut, jelaslah bahwa
ran-
www.facebook.com/indonesiapustaka

cangan ini mempunyai beberapa kelemahan:


1) Tidak ada kontrol sama sekali dan juga tidak ada validitas internal. Hal ini
ter-
jadi karena faktor yang memengaruhinya tidak dikendalikan.

187 187
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

2) Hasil pengukuran tidaklah dapat dinyatakan secara tegas sebagai akibat


per-
lakuan.
3) Kesimpulan diambil mungkin berbeda dari keadaan yang sebenarnya, atau
me-
nyesatkan sebab hasil itu tidak dapat dibandingkan dengan kelompok yang
lain.
Adapun keuntungan rancangan penelitian yaitu The One Shot Case Study
ber- guna untuk menjajaki masalah yang akan diteliti lebih lanjut, seperti
penelitian tin- dakan atau exploratory.

188 188
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

2. The One Group Pretest-Posttest Design


Rancangan ini terdiri dari satu kelompok (tidak ada kelompok kontrol), sedang-
kan proses penelitiannya dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu:
Pertama : Melaksanakan pretest untuk mengukur kondisi awal responden
sebelum diberikan perlakuan.
Kedua : Memberikan perlakuan (X).
Ketiga : Melakukan posttest untuk mengetahui keadaan variabel terikat
sesudah diberikan perlakuan.
Perbedaan antara pretest dan posttest merupakan hasil perlakuan. Tetapi
sulit untuk mengatakan apakah selisih itu betul-betul merupakan akibat perlakuan,
sebab banyaknya variabel yang tidak dapat dikontrol, antara lain variabel
extraneous. Di samping itu, kematangan, keadaan di sekitar penelitian, pengetesan,
regresi statistika dan mortality experimental tidak dapat dikontrol.
Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 X O2
Pretest Perlakuan Posttest

Contoh:
Penyuluhan tentang Program Keluarga Berencana Merupakan Cara yang Efektif untuk
Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Keluarga Sejahtera.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian sebagai


berikut: Pertama : Pada awal kegiatan sebelum perlakuan diberikan, dikenakan
kepada se- mua subjek (O) pretest untuk mengukur pengetahuan dan sikap
mereka
tentang Keluarga Berencana.
Cari Skor dan rata-rata hitungnya.
Kedua : Berikan perlakuan (X) pada subjek penelitian, yaitu penyuluhan
tentang
Keluarga Berencana.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Ketiga : Setelah selesai perlakuan, laksanakan posttest pada subjek


(responden)
penelitian.

189 189
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Keempat : Bandingkan hasil pretest dan posttest.


Perbedaan kedua skor itu merupakan akibat
perlakuan.
Dalam contoh di atas ialah Penyuluhan tentang Keluarga Berencana.

3. The Static Group Comparison Design


Pada dasarnya rancangan ini menggunakan dua kelompok, namun
pemilihan kedua kelompok itu, bukan secara random. Di samping itu perlakuan
hanya diberi-

190 190
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

kan pada salah satu kelompok. Kedua kelompok diambil dari populasi yang
sama.
Berhubung karena rancangan ini menggunakan kelompok kontrol, maka
be- berapa faktor yang memengaruhi validitas internal seperti history dapat
dikontrol. Secara sederhana rancangan penelitian ini sebagai berikut:

X1 O1

– O2
perlakuan posttest
Langkah-langkah yang ditempuh dalam rancangan penelitian ini sebagai
kut: beri-

Pertama : Ambil dua kelompok subjek dari populasi yang sama.


Kedua : Kenakan perlakuan pada salah satu kelompok.
Ketiga : Kenakan pada kedua kelompok posttest, setelah perlakuan selesai.
Keempat : Bandingkan hasil kelompok pertama (O1) dan kelompok kedua
(O2), dengan mencari mean (rata-rata) masing-masing kelompok.
Kelima : Gunakan rumus statistik tertentu yang cocok dengan jenis data
yang ada, sehingga dapat diketahui apakah beda kedua kelompok itu
berarti atau tidak.
Beberapa kelemahan dalam rancangan ini ialah kedua kelompok tidak sama,
sebab tidak dipilih secara random (acak). Di samping itu beberapa faktor yang
me- mengaruhi validitas internal, seperti kematangan, pengetesan, dan
instrumentasi belum dapat dikendalikan. Tuckman menyebutkan rancangan ini
dengan istilah In- tack Group Comparison. Bentuk lain dari The Static Group
Comparison Design yaitu dengan memperkenalkan perlakuan yang berbeda
terhadap kedua kelompok, seperti diagram berikut:
X1 O1
X2 O2
Keterangan : X1 adalah perlakuan untuk kelompok pertama.
www.facebook.com/indonesiapustaka

X2 adalah perlakuan untuk kelompok kedua.

Contoh:
Untuk kelompok pertama cara mengajar dengan pendekatan siswa aktif.
Untuk kelompok kedua cara tradisional/konvensional.

191 191
Pengembangan dari rancangan pre-eksperimen tipe ketiga ini yaitu
dengan memperkenalkan pretest dan posttest, yaitu The Static Group Pretest-
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen
Posttest Design.

192 192
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Kelemahan utama rancangan ini yaitu kedua kelompok penelitian tidak diambil
se-
cara random.

C. RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN SEMU


(QUASI-EXPERIMENT DESIGN)
Kurang tepat untuk menyatakan bahwa rancangan ini betul-betul
eksperimen sungguhan, walaupun disusun seperti rancangan eksperimen
sungguhan. Rancang- an ini tidak menggunakan randominasi pada awal
penentuan kelompok, dan juga kelompok sering dipengaruhi oleh variabel lain
dan bukan semata-mata oleh per- lakuan.
Beberapa rancangan eksperimen semu yang sering digunakan yaitu:
a. The Time Series Experiment
b. The Non-Equivalent Group Design
c. The Equivalent Time Samples Design
Ketiga rancangan tersebut menggunakan cara yang berbeda dalam upaya
men-
capai hasil eksperimen secara maksimal.

1. The Time Series Experiment


Dalam keadaan tertentu di mana tidak ada kelompok kontrol yang
digunakan, maka the time series experiment dapat digunakan untuk mengetahui
hubungan sebab akibat. Dalam pelaksanaan rancangan ini sebelum diberikan
perlakuan pada subjek, terlebih dahulu dilakukan beberapa kali observasi
terhadap subjek, sehingga dapat diketahui kecenderungan kelompok. Sesudah
itu baru diberikan perlakuan (X). Se- telah semua perlakuan selesai, baru
dilakukan tes (observasi) dengan menggunakan instrumen yang sama dengan
yang dilakukan sebelum perlakuan. Selanjutnya, untuk mengetahui
kecenderungan subjek penelitian sesudah perlakuan juga dilaksanakan beberapa
kali observasi. Rancangan penelitian ini sebagai berikut:
www.facebook.com/indonesiapustaka

O 1 O 2 O 3 O4 X O5 O 6 O 7 O 8

Perbedaan antara pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan (X)


merupakan
efek perlakuan (O5 —O4 ). Selanjutnya perhatikan contoh berikut:

193 193
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

40
20

10

O1 O2 O3 O4 X O5 O6

O7 O8

194 194
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan rancangan ini sebagai


kut: beri-

Pertama : Ambil subjek satu kelompok.


Kedua : Kenakan tes pada 1t , 2t , 3t , dan 4t .
Jarak waktu antara t1 , 2t , 3t , 4t , adalah sama.
Ketiga : Kenakan perlakuan pada subjek sesudah kegiatan pada langkah
ke-
dua waktu keempat selesai.
Keempat : Berikan posttest pada waktu kegiatan5 t ,6 t 7, t , dan8 t .
Kelima : Cari beda antara angka t , t , t , dan yang akan menggambarkan
t
1 2 3 4
kecenderungan subjek sebelum diberikan perlakuan.
Keenam : Cari beda angka t , t , t , dan yang akan merupakan
t kecenderungan
5 6 7 8
sesudah perlakuan.
Ketujuh : Cari beda 5 dan O4 (sesudah dan sebelum perlakuan).
O

Kedelapan : Bandingkan rata-rata selisih langkah kelima dan langkah keenam.


Kesembilan : Gunakan rumus statistik yang cocok dan sesuai dengan jenis
data yang didapat, sehingga dapat diketahui akibat perlakuan secara
tepat dan benar.
Efektivitas perlakuan dalam rancangan ini dapat ditentukan dengan
mengana- lisis skor hasil tes yang dilakukan beberapa kali, baik sebelum maupun
sesudah per- lakuan.
Selanjutnya perhatikan contoh berikut.

Efek

60
D
50
C
40

195 195
B
30
A
20
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen
10

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

Perlakuan
www.facebook.com/indonesiapustaka

196 196
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Pada D walaupun terjadi perbedaan antara 5 dan O6 , tetapi perubahan itu


O perlu

diamati secara lebih akurat. Dalam beberapa kali pengetesan yang dilakukan
sebelum perlakuan memang keadaan D stabil, dan setelah diberi perlakuan terjadi
perubahan skor menjadi lebih baik tetapi sesudah perlakuan skor kembali menurun.
Ini berarti ada kemungkinan disebabkan faktor lain, seperti testing atau
intrumentasi. Andai kata perubahan itu karena perlakuan maka kondisi berikutnya
akan menjadi plateau.
Pada C walaupun ada perubahan skor antara 4 dan O5 , tetapi kalau diamati
O

secara teliti sejak tes pertama diberikan memang sudah ada kecenderungan
menaik. Apabila diperhatikan skor pertama dan skor terakhir seakan-akan
perubahan itu ber- langsung secara alami. Hal ini mungkin disebabkan oleh
kematangan atau kondisi lingkungan yang ikut memacu perubahan itu, dan setelah
perlakuan ditiadakan, pada individu C selalu terjadi penambahan skor
dibandingkan dengan sebelumnya. Jadi, perubahan itu bukan semata-mata karena
perlakuan.
Pada B juga demikian. Terjadinya perubahan berfluktuasi sekali. Sebelum
per-
lakuan juga terjadi perubahan dan sesudah perlakuan terjadi penurunan. Ini
berar-
ti perubahan skor pada kejadian 4 dan O5 bukan semata-mata karena
O perlakuan.

Pada A perubahan pada 4


dan O5 memang disebabkan oleh perlakuan, sebab
O pada

pengetesan sebelumnya hasil tes menunjukkan keadaan stabil, sedangkan


sesudah perlakuan keadaan juga stabil.
Faktor lain yang perlu diperhatikan pada keempat contoh tersebut yaitu
www.facebook.com/indonesiapustaka

indi- vidu yang dicontohkan memang memiliki kondisi awal yang berbeda. Hal
itu dapat dilihat pada skor pretest yang bervariasi sekali.
Ancaman terhadap validitas internal yang tidak dapat dikendalikan dalam
ran- cangan ini antara lain kejadian yang berlangsung di lingkungan (history),
kematang- an, intrumentasi dan pengetesan. Di samping itu, interaksi pretest

197 197
dan perlakuan menjadi bertambah karena penggunaan tes yang sering kali
dilakukan.

2. The Non-Equivalent Control Group


BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Rancangan ini hampir sama dengan pretest-posttest control group, tetapi


subjek yang diambil tidak secara random, baik untuk kelompok eksperimen
maupun untuk kelompok kontrol. Secara diagram rancangan penelitian ini yaitu:
E O1 X O2

K O3 — O4

Dengan adanya pretest sebelum perlakuan, baik untuk kelompok


eksperimen
maupun kelompok kontrol (O , O ), dapat digunakan sebagai dasar dalam
menentu- 1 3
kan perubahan. Di samping itu, dapat pula meminimalkan atau mengurangi
kecon-

198 198
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

dongan seleksi (selection bias), pemberian posttest pada akhir kegiatan akan
dapat
menunjukkan seberapa jauh akibat perlakuan (X). Hal itu dilakukan dengan
cara
mencari perbedaan skor O – sedangkan pada kelompok kontrol (O – O )
O perbe-
2 1 4 3
daan itu bukan karena perlakuan. Perbedaan 2 dan O4 akan memberikan gambaran
O

lebih baik akibat perlakuan X, setelah memperhitungkan selisih3 dan O1 .


O
Contoh:

Pengaruh Penyuluhan tentang Kebersihan, Ketertiban, dan Keamanan Terhadap Kesa-


daran Warga Masyarakat dalam Pembangunan Lingkungan.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan rancangan ini:


1) Pilih dua kelompok subjek yang tidak equivalent. Kelompok satu jadikan
kelom-
pok eksperimen dan kelompok yang satu lagi jadikan kelompok kontrol.
2) Laksanakan pretest pada kedua kelompok itu.
3) Kenakan perlakuan pada kelompok eksperimen. Dalam hal ini penyuluhan
ten-
tang kebersihan, ketertiban, dan keamaman.
4) Setelah selesai langkah ketiga berikan posttest pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
5) Cari beda mean kelompok eksperimen, antara posttest dan pretest. Demikian
juga untuk kelompok kontrol.
6) Gunakan statistik yang tepat untuk mencari perbedaan hasil langkah kelima,
sehingga dapat diketahui hasil penyuluhan tentang kebersihan, ketertiban, dan
keamanan.

3. The Equivalent Time Samples Design


Rancangan ini hampir sama dengan the time series design, namun dalam
ran- cangan ini perlakuan diperkenalkan bukan satu kali melainkan berulang kali
dengan diselingi adanya periode yang tidak diberi perlakuan. Secara diagram
rancangan eks- perimen ini adalah sebagai berikut:

199 199
X O – X O – X O – X O
1 1 0 2 1 3 0 4

BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN


Keterangan: ada perlakuan BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen
X = tidakKUANTITATIF
0
X1 = ada perlakuan
O 1, O 2, O 3, dan O 4adalah observasi pada t , t 1, t 2, dan
3 t 4

Salah satu keuntungan rancangan ini yaitu peneliti dapat meniadakan


kecon-
dongan (bias) history walaupun kelompok kontrol tidak ada. Hal itu
dimungkinkan 3
1
karena pada periode tertentu perlakuan tidak diberikan. Contoh: Rata-rata2 dan
O

O4 serta rata-rata O1 dan O3 . Pada saat dan O perlakuan diberikan,


O sedangkan
www.facebook.com/indonesiapustaka

200 200
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

O2 dan O4 perlakuan tidak diberikan. Jadi, perubahan angka yang terjadi


antara
O2 dan O4 bukan karena perlakuan, melainkan mungkin oleh kejadian di luar
per-
lakuan, kematangan, mortalitas, intrumentasi atau testing.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan rancangan ini
sebagai berikut:
Pertama : Pilih subjek satu kelompok.
Kedua : Kenakan subjek itu perlakuan (X1
), dan setelah selesai perlakuan
berikan tes kepada subjek itu sesuai dengan perlakuan yang
diberikan.
Ketiga : Tentukan periode waktu yang sama antara pemberian perlakuan dan
ti-
dak memberikan perlakuan.
Keempat : Periode waktu kedua, contoh selang waktu dua minggu perlakuan
tidak diberikan
0 (X ) dan kemudian kenakan tes kedua kepada subjek
itu.
Kelima : Periode waktu ketiga, berikan lagi perlakuan kepada subjek itu dan
setelah selesai perlakuan berikan tes ketiga pada subjek itu.
Keenam : Periode waktu keempat tidak dikenakan perlakuan (X
0
), dan
kemudian
berikan tes keempat pada subjek itu.
Kelemahan dari rancangan ini yaitu validitas eksternal tidak dapat dikontrol
oleh peneliti.

D. RANCANGAN EKSPERIMEN SUNGGUHAN


(TRUE EXPERIMENT DESIGN)
Rancangan eksperimen sungguhan memberikan kemantapan hasil yang
dicapai sebagai efek perlakuan. Hal itu dimunginkan karena bermacam faktor
yang meng- ganggu validitas internal dapat dikontrol, seperti: (a) faktor intrinsik,
www.facebook.com/indonesiapustaka

yaitu perubah- an pada diri individu atau unit yang dipelajari yang berlangsung
selama penelitian, antara lain history, kematangan, pengetesan, instrumentasi,
mortalitas eksperimental, regresi statistika; dan (b) faktor ekstrinsik, yaitu

201 201
kemungkinan kecondongan hasil penelitian sebagai akibat perbedaan rekrutmen
(pemilihan) peserta dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Meminimalkan
BAGIAN pengaruhKUANTITATIF
KEDUA: METODE PENELITIAN faktor ekstrinsik
BAB 8 • dapat dilakukan
Rancangan dengan
Penelitian cara
Eksperimen
ran- domisasi dan matching, yaitu mengontrol variabel yang telah terdahulu yang
sudah diketahui, antara lain dengan jalan memilih kelompok eksperimen
berdasarkan ka- rakteristik yang sama. Di samping itu dapat pula dilakukan dengan
membuat kelom- pok kontrol dan eksperimen sama dalam variabel yang relevan.
Untuk mengurangi pengaruh atau untuk mengetahui faktor ekstrinsik dapat
dilakukan dengan meng- adakan kelompok kontrol. Rancangan eksperimen
sungguhan yang sering diguna- kan dalam penelitian sebagai berikut.

202 202
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

a. The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design.


b. The Randomized Posttest Only Control Group Design.
c. The Randomized Solomon Two Group Design.
d. The Randomized Solomon Four Group Design.
(Nachmias, 1981; Fraenkel dan Wallen,1993; Isaac dan Michael, 1980;
Camp-
bell dan Stanley, 1966).
Walaupun keempat model rancangan di atas telah memegang teguh konsep
kontrol dan randomisasi, namun model the randomized Solomon four group
jauh lebih optimal, karena dalam rancangan itu peneliti dapat mengetahui efek
interaksi (interaction effect).

1. The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design


Rancangan ini berbeda dari one group pretest-posttest design, karena dalam
pola eksperimen sungguhan selalu ada kelompok kontrol dan penentuan
subjek/unit se- cara random. Di samping itu, keadaan lingkungan baik untuk
kelompok kontrol maupun untuk kelompok eksperimen selalu sama.
Secara grafis rancangan eksperimen ini sebagai berikut:
E O1 X O2
Perlakuan
R
K O3 – O4
Pretest tidak ada perlakuan X) Posttest
Keterangan:
E = Kelompok eksperimen
K = Kelompok kontrol
R = Randomisasi
X = Perlakuan
– = Melakukan kegiatan seperti biasa/konvensional

Contoh:
www.facebook.com/indonesiapustaka

Efek Latihan Terstruktur terhadap Prestasi Belajar Siswa

Langkah-langkah eksperimen:
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
1. Pilih subjek secara random. 1. Pilih subjek secara random.

203 203
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

2. Pilih lingkungan eksperimen. 2. Pilih lingkungan eksperimen.


3. Lakukan pretest. 3. Lakukan pretest.

204 204
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Lanjutan ...

4. Kenakan perlakuan (dalam contoh ini 4. — (Tidak ada perlakuan latihan terstruktur.
latihan terstruktur). Melakukan kegiatan seperti biasa.)

5. Lakukan posttest. 5. Lakukan posttest


6. Kenakan rumus yang sesuai. 6. Kenakan rumus yang sesuai
Posttest - pretest = beda skor kelompok Posttest - pretest = beda skor kelompok
eksperimen kontro
Efek perlakuan = beda skor kelompok eksperimen dikurangi (-)
Beda skor kelompok kontrol

Dengan adanya kelompok kontrol dan pemilihan subjek secara random,


maka semua aspek yang mengancam validitas internal dapat ditiadakan.
Modifikasi dari rancangan pretest—posttest design ini dikembangkan oleh para
ahli, karena ingin mengetahui efek perlakuan dalam beberapa taraf atau
mengetahui efek dua atau lebih variabel bebas secara bersamaan dan efek
interaksi pada variabel terikat. Ran- cangan yang digunakan yakni factorial design.
Model umum rancangan ini sebagai
berikut:

R O1 X1 Y1 O2

R O3 X2 Y1 O4

R O5 X1 Y2 O6

R O7 X2 Y2 O8

Keterangan:
X1 dan X2 adalah variabel bebas.
Y1 dan Y2 adalah variabel mederator. R
= randomisasi.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Dalam contoh di atas terdapat dua faktor dengan dua tingkat variabel bebas
dan dua tingkat variabel moderator. Rancangan ini sering disebut dengan DESAIN
FAK- TORIAL 2X2. Di samping menggunakan bentuk di atas, peneliti dapat pula
dengan menggunakan kelompok kontrol dan mengembangkan model/desain
menjadi lebih kompleks.

205 205
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

R O1 X1 Y1 O2
R O3 X2 Y1 O4
R O5 X3 Y1 O6
R O7 X0 Y1 O8

R O9 X1 Y2 O10
R O11 X2 Y2 O12
R O13 X3 Y2 O14
R O15 X0 Y2 O16

R O17 X1 Y3 O18
R O19 X2 Y3 O20
R O21 X3 Y3 O22
R O23 X0 Y3 O24

Keterangan:
Rancangan dua faktor 4 x 3
X1, X2, X3 = tiga tingkatan perlakuan
X0 tidak ada perlakuan (kontrol)
Y1, Y2, dan Y3 = tiga tingkatan variabel moderator

Contoh: seorang peneliti ingin mengetahui efek dua faktor, yaitu


kelembaban udara dan frekuensi pemberian makanan terhadap pertumbuhan anak
ayam.
Tiap faktor terdiri dari beberapa taraf, yaitu sangat lembab, lembab, dan
kurang lembab; sedangkan untuk frekuensi pemberian makan dipisahkan lagi: satu
kali, dua kali, dan tiga kali. Dengan demikian, terdapat kombinasi tiga tingkatan
pada kelem- baban dan tiga tingkatan pada frekuensi pemberian makanan,
sehingga didapati sembilan kombinasi yang berbeda-beda, yaitu:
a) Sangat lembab dengan satu kali pemberian makanan.
b) Sangat lembab dengan dua kali pemberian makanan.
c) Sangat lembab dengan tiga kali pemberian makanan.
d) Lembab dengan satu kali pemberian makanan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

e) Lembab dengan dua kali pemberian


makanan. f) Lembab dengan tiga kali
pemberian makanan.

206 206
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

g) Kurang lembab dengan satu kali pemberian makanan.


h) Kurang lembab dengan dua kali pemberian makanan.
i) Kurang lembah dengan tiga kali pemberian makanan.
Secara skematis kesembilan kombinasi itu dapat ditata dalam bentuk sebagai
berikut:

207 207
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

A1 A2 A3
B1 A1B1 A2B1 A3B1
B2 A1B2 A2B2 A3B2
B3 A1B3 A2B3 A3B3

Rancangan faktorial dua faktor ini dapat berbeda untuk 2x3: 3x3; 4x3
dan sebagainya, diperluas menjadi rancangan tiga faktor, empat faktor, dan
seterusnya. Makin banyak faktor yang ingin diteliti, makin rumit pula
rancangannya dan makin rumit teknik analisis yang digunakan.
Model rancangan tiga faktor dengan masing-masing tiga taraf sebagai
berikut:

A1 A1 A1 A2 A2 A2 A3 A3 A3

B1 B2 B3 B1 B2 B3 B1 B2 B3

C1 A1B1C1 A1B2C1 A1B3C1 A2B1C1 A2B2C1 A2B3C1 A3B1C1 A3B2C1 A3B3C1

C2 A1B1C2 A1B2C2 A1B3C2 A2B1C2 A2B2C2 A2B3C2 A3B1C2 A3B2C2 A3B3C2

C3 A1B1C3 A1B2C3 A1B3C3 A2B1C3 A2B2C3 A2B3C3 A3B1C3 A3B2C3 A3B3C3

2. The Randomized Posttest Only Control Group


Rancangan ini lebih sederhana dibandingkan dengan the randomized
pretest- posttest control group, karena tidak dilakukan pretest. Pada langkah
awal peneliti memilih kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara
random. Selanjutnya, kelompok eksperimen dikenakan perlakuan. Pada kegiatan
akhir sesudah perlakuan selesai diberikan pada kelompok eksperimen; kepada
kedua kelompok diberikan posttest.
Rancangan the randomized posttest only control group sebagai berikut:

E X O1

R
www.facebook.com/indonesiapustaka

K – O2

Pada kelompok eksperimen yang diberikan adalah perlakuan dan posttest,


se- dangkan untuk kelompok kontrol hanya posttest. Akibat perlakuan yaitu
selisih O1 dan O2.

208 208
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

3. The Solomon Two Control Group Design


Rancangan ini dikembangkan oleh Solomon (1949), dengan maksud
untuk

209 209
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

mengisolasi dan mengestimasi efek interaksi yang berlangsung selama


eksperimen. Secara sederhana rancangan ini mengikuti eksperimen klasik
dengan penambahan kelompok kontrol menjadi dua kelompok. Dalam ekeperimen
klasik; pada kelompok eksperimen, total efek sebenarnya bukanlah semata-mata
sebagai akibat perlakuan, karena sebelum diberikan perlakuan kepada kelompok
tersebut telah diberikan pre- test. Oleh karena itu, total efek yang terjadi sesudah
perlakuan sebenarnya adalah akibat pretest dan perlakuan yang diberikan.
Adapun pada kelompok kontrol efek juga terjadi karena sebelumnya diberikan
pretest.
Dalam rancangan the Solomon two control group design ini, ada dua
kelompok kontrol; di mana kepada salah satu kelompok kontrol diberikan
perlakuan tetapi tidak diberikan pretest, sedangkan pada kelompok kontrol yang
satu lagi diberikan pretest tetapi tidak diberikan perlakuan. Dengan cara demikian
dapat diketahui efek
interaksi. Langkah-langkah pelaksanaan rancangan ini sebagai
berikut:

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol I Kelompok Kontrol II


1. Pilih subjek secara random. Pilih subjek secara Pilih subjek secara random.
random.
2. Pilih lingkungan eksperimen . Pilih lingkungan Pilih lingkungan eksperimen.
eksperimen.
3. Lakukan pretest. Lakukan pretest. Tidak ada pretest.
4. Kenakan perlakuan. Tidak ada perlakuan. Kenakan perlakuan.
5. Lakukan posttest. Lakukan posttest. Lakukan posttest.

Dari langkah-langkah yang dikemukakan di atas dapat ditarik beberapa


benang merah rancangan ini:
1) Pada kelompok eksperimen yang dilakukan yaitu pretest, perlakuan, dan
posttest.
2) Pada kelompok kontrol I, yang dilakukan hanya pretest dan posttest.
www.facebook.com/indonesiapustaka

3) Pada kelompok kontrol II, yang dilakukan yaitu perlakuan dan posttest.
Dengan menggunakan dua kelompok kontrol seperti di atas, dapat
diperban-
dingkan efek kelompok:
a. Kelompok eksperimen : efek perlakuan dan pretest;

210 210
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

b. Kelompok kontrol I : efek pretest;


c. Kelompok kontrol II : efek perlakuan.
Total efek perlakuan dalam kelompok eksperimen yaitu efek pretest dan
efek perlakuan. Pada kelompok kontrol I efek terjadi karena pretest. Pada
kelompok kon- trol II, efek terjadi karena perlakuan saja. Total efek pada
kelompok kontrol, efek pretest pada kelompok kontrol I ditambah dengan efek
perlakuan pada kelompok

211 211
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

kontrol II ditambah interaksi pretest dan perlakuan. Secara sederhana dapat


dikata-
kan bahwa efek interaksi:

(Posttest Eksperimen – Pretest Eksperimen) – (Efek Pretest + Efek Perlakuan)

Andai kata dalam suatu penelitian dengan menggunakan 30 orang


responden, skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 40.
Setelah diberi perlakuan ternyata posttest kelompok eksperimen adalah 80,
sedangkan posttest un- tuk kelompok kontrol II adalah 70. Posttest untuk
kelompok kontrol I sebesar 60.
Total efek dalam kelompok eksperimen adalah 80–40 = 40. Berhubung
se- jak awal ketiga kelompok sama, maka total efek karena perlakuan dalam
kelompok kontrol II, yaitu 70–40 = 30, sedangkan efek interaksi 80–70 = 10.
Pada kelompok kontroI efek pretest 60–40 = 20, sedangkan efek interaksi 80–
60 = 20. Efek inter- aksi adalah (80–40) – [(80–70) + (80–60)] = 40–(20+10)
=10.

4. The Solomon Four Group Design (Dua Kelompok Kontrol dan Dua
Kelompok Eksperimen)
Berbeda dengan rancangan sebelumnya yang hanya menggunakan satu
kelom- pok eksperimen dan dua kelompok kontrol, maka the Solomon four
group design yang dikemukakan berikut ini menggunakan dua kelompok kontrol
dan dua kelom- pok eskperimen. Dengan menggunakan dua kelompok kontrol
dan dua kelompok eksperimen, maka rancangan ini mempunyai landasan yang
cukup kuat dalam me- minimalkan validitas internal. Secara umum model
rancangan ini sebagai berikut:
R O1 X O2
R O3 - O4
R - X O5
R - - O6
www.facebook.com/indonesiapustaka

Keempat kelompok diambil secara random (R), sehingga ancaman (threath)


ter- hadap validitas internal dapat diatasi. Dengan memberikan pretest pada salah
satu kelompok kontrol dan eksperimen, berarti efek pretest baik pada kelompok
kontrol maupun pada kelompok eksperimen dapat diketahui. Di samping itu efek

212 212
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

interaksi dapat pula diketahui. Faktor extraneous yang mungkin memengaruhi


eksperimen dapat pula dikontrol dengan memilih situasi eksperimen yang tepat.
Dengan menggunakan rancangan ini peneliti dapat membandingkan dua
ke- lompok eksprimen (O2 dan O5), yang sama-sama diberi perlakuan tetapi
tidak keduanya dikenakan pretest. Dengan cara demikian dapat pula diketahui efek
pretest dan perlakuan dalam kelompok eksperimen. Demikian juga pada kelompok
kontrol.

213 213
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Kedua kelompok sama-sama tidak diberi perlakuan, tetapi satu kelompok


diberikan pretest dan yang satu lagi tidak.Hal ini dilakukan untuk menentukan
efek pretest pada kelompok kontrol. Dengan cara demikian akan dapat diketahui
efek yang se- sungguhnya dari perlakuan (X), yang tidak dipengaruhi oleh efek
pretest.

◆ Perbedaan I : O2–O1 adalah efek pretest, perlakuan dan faktor lain


(history
dan kematangan) yang sukar
dikontrol.
◆ Perbedaan II : O4–O3 adalah efek pretest, dan faktor lain (history dan
kema-
tangan) yang sukar dikontrol.
◆ Perbedaan III : efek perlakuan dan faktor lain (history dan kematangan)
yang sukar dikontrol.
◆ Perbedaan IV : efek faktor lain (history dan kematangan) yang sukar
dikon-
trol.
Untuk mengetahui efek perlakuan X yaitu dengan mengurangi perbedaan III-
perbedaan IV. Selisih kedua perbedaan itu merupakan efek perlakuan sendiri.
Untuk mengetahui efek pretest adalah dengan mencari selisih perbedaan II dan
perbedaan IV. Untuk mencari efek interaksi pretest dan perlakuan, tambahkan
perbedaan II dan perbedaan III dan kurangi dengan perbedaan I.
Bentuk lain rancangan eksperimen yang dikembangkan Solomon yaitu the
Sol- omon three control group design. Dalam rancangan ini diperkenalkan tiga
kelompok kontrol. Solomon ingin mencoba mengisolasi faktor-faktor extraneous
yang tidak dapat dikontrol melalui rancangan eksperimen yang lain. Dalam
kelompok kontrol pertama, perbedaan posttest dan pretest yaitu efek pretest dan
faktor-faktor extra- neous lainnya. Dalam kelompok kontrol kedua, perbedaan
terjadi sebagai efek per- lakuan dan faktor extraneous lainnya. Dalam kelompok
www.facebook.com/indonesiapustaka

kontrol ketiga, bukan karena pretest dan bukan pula karena perlakuan. Kelompok
kontrol ketiga dimaksudkan untuk mengisolasi faktor-faktor extraneous.
Dengan mengikuti pola perhitungan seperti pada the Solomon two control
group design, maka efek faktor extraneous yang tidak dapat dikontrol dapat
diketahui dengan mencari selisih posttest pada kelompok III dengan pretest. Andai

214 214
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

kata hasil posttest kelompok kontrol III adalah 77, maka efek faktor extraneous
adalah 80–77
= 3. Jadi, efek interaksi (data yang digunakan the Solomon two conrol group
design)
adalah:
(80 – 40) – [(80 – 70) + (80 – 60) + (80 – 77)] =
40 – (10 + 20 + 3)= 7.

Dengan bertambahnya kelompok kontrol, maka efek interaksi menjadi


berubah dan berkurang. Dalam contoh di atas perubahan itu yakni dari 10
berubah menjadi 7.

215 215
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Dari berbagai contoh rancangan eksperimen yang telah dikemukakan


selalu ditampilkan bahwa variabel penyebab selalu dalam bentuk ada-tidak ada
variabel (present-absent variable), dan sering ditampilkan dalam bentuk
kelompok eksperi- men tunggal. Karena itu sulit untuk menyatakan perbedaan
nilai dalam variabel penyebab itu.
Beberapa rancangan eksperimen lain yaitu:
1) Rancangan Acak Sempurna (Completely Randomized Design).
2) Rancangan Blok Sempurna Acak (Randomized Complete Block Design).
3) Rancangan Bujur Sangkar Latin (Latin Square Design).
4) Rancangan Blok Tidak Lengkap Acak (Randomized Incomplete Block
Design).
Rancangan acak sempurna digunakan apabila percobaan bersifat
homogen. Contoh percobaan di laboratorium, di mana peneliti ingin mengetahui
pengaruh em- pat jenis campuran obat (A,B,C, dan D) terhadap pertambahan berat
badan binatang percobaan. Lama penelitian empat hari, dengan empat binatang
percobaan setiap hari. Cuaca dan kondisi lainnya dapat dikontrol dengan baik.
Salah satu bentuk ran- cangan penelitiannya sebagai berikut:

Hari
1 2 3 4
Jenis A B D C
Campuran B C A D
Obat C C A B
D D D A

Rancangan blok sempurna acak digunakan untuk mengatasi kelemahan


yang terjadi pada rancangan acak sempurna. Jumlah perlakuan setiap hari atau
pada rep- likasi hendaklah sama. Tiap blok hendaklah mempunyai perlakuan yang
sama pula. OIeh karena itu, dalam melakukan eksperimen dengan rancangan blok
acak sempur- na ini, blok ditentukan terlebih dahulu. Jumlah blok hendaklah sama
dengan jumlah replikasi. Randomisasi perlakuan dilakukan pada setiap blok yang
telah ditentukan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Salah satu rancangan berdasarkan contoh pertama yaitu:

Hari
1 2 3 4
Jenis A B C C
Campuran B A B A

216 216
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

Obat C C D B
D D A D

Kalau dalam rancangan blok sempurna acak peneliti hanya dapat


melakukan
bloking pada satu arah, maka dalam rancangan bujur sangkar Latin dapat
dilakukan

217 217
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 8 • Rancangan Penelitian Eksperimen

pemblokan ganda. Ini berarti bloking dapat dilakukan pada tiap kolom dan
baris. Perlakuan hanya muncul satu kali dalam setiap baris dan satu kali pula
pada setiap kolom. Pengacakan dilakukan berdasarkan dua pembatasan itu.
Salah satu bentuk rancangan bujur sangkar Latin sebagai berikut:

Hari/Blok
1 2 3 4
Jenis A B D C
Campuran B D C A
Obat C A B D
D C A B

Rancangan blok tak lengkap acak, sering digunakan apabila waktu yang
terse- dia tidak sesuai dengan perlakuan yang akan dicobakan. Contoh: jumlah
perlakuan yang akan dicobakan setiap hari sebanyak empat kali. Namun karena
persoalan yang memakan waktu, maka setiap hari hanya mampu dilakukan tiga
perlakuan. Oleh ka- rena itu, peneliti seyogianya menggunakan rancangan blok
tak lengkap acak. Model rancangan eksperimennya sebagai berikut:

Hari/Blok
1 2 3 4
Jenis A A - A
Campuran B B B -
Obat - C C C
D - D D
www.facebook.com/indonesiapustaka

218 218
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Andai kata Anda kurang mengerti, baca
kembali uraian pada Bab 8.

1. Jelaskan beda rancangan penelitian eksperimen dan rancangan penelitian ex-post facto!
2. Sebutkan ciri-ciri utama rancangan penelitian eksperimen.
3. Jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi validitas internal.
4. Faktor history (kejadian, hal, dan sebagainya) memengaruhi hasil penelitian. Jelaskan mengapa
hal itu bisa terjadi.
5. Faktor kematangan tidaklah dapat diabaikan dalam penelitian eksperimen. Des-
kripsikanlah suatu contoh yang menunjukkan kematangan dapat mengubah ketepatan hasil
penelitian.
6. Jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi validitas eksternal.
7. Cobalah Anda bedakan antara penelitian pre-experiment dan penelitian quasi experiment.
8. Jelaskan rancangan penelitian dengan model one shot case study.
9. Jelaskan dengan contoh rancangan penelitian one group pretest-posttest design.
10. Apakah yang dimaksud dengan eksperimen sungguhan?
11. Cobalah Anda jelaskan bagaimanakah model the Solomon four group design.
www.facebook.com/indonesiapustaka

197 197
Bab 9
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
DAN VALIDITAS INSTRUMEN

Pengumpulan data hendaklah dilakukan setelah berbagai langkah


penelitian sebelumnya dirumuskan dengan baik. Seandainya peneliti kurang
mengelaborasi unsur-unsur sebelumnya dengan tepat, atau memilih instrumen
yang ada terlebih dahulu dan kemudian baru merumuskan masalahnya, maka
peneliti telah digiring oleh instrumen tersebut pada tujuan yang dirumuskan oleh
penyusun instrumen itu sendiri. Ada kemungkinan pula sesuatu fenomena yang
seharusnya perlu dan wajar diungkapkan tidak dapat diungkapkan oleh instrumen
yang telah dipilih sebelum- nya. Rangkaian kegiatan yang mendahului kegiatan
pengumpulan data yaitu me- rumuskan:
1) Latar belakang masalah.
2) Identifikasi masalah.
3) Pembatasan dan perumusan masalah.
4) Tujuan dan manfaat penelitian.
5) Melakukan studi kepustakaan dan menetapkan grand theory yang
mendukung penelitian.
6) Menemukan penelitian terdahulu yang relevan.
7) Menyusun kerangka berpikir penelitian, dengan fokus variabel-variabel
yang akan diteliti.
8) Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian.
9) Menetapkan/memilih tipe penelitian dengan memperhatikan patokan yang
telah dirumuskan pada langkah sebelumnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

10) Penentuan wilayah penelitian.


11) Populasi dan sampel atau sumber informasi dari mana informasi dapat
dikum-
pulkan.
12) Menentukan teknik pengumpulan data.

198 198
Apabila peneliti menjadikan koleksi yang terdapat di perpustakaan sebagai
sum-
ber utamanya, atau peneliti menganalisis buku, jurnal, majalah, catatan historis,
se-

200 200
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

bagai pokok kajiannya (library research), maka peneliti menggunakan teknik


analisis dokumen, analitis catatan historis, ataupun analisis buku. Ketercapaian
tujuan hanya dimungkinkan apabila peneliti menyediakan format, blangko dan
buku catatan un- tuk menghimpun informasi yang dibutuhkan. Apabila peneliti
langsung ke lapang- an (field), maka ia dapat pula menggunakan berbagai
teknik seperti kuesioner, wawancara, observasi, telepon survei dan tes. Alat yang
dapat digunakan sehubun- gan terknik itu antara lain daftar pertanyaan, skala,
pedoman wawancara, checklist, telepon, pedoman observasi, rekaman/video, dan
tes. Adapun untuk penelitian yang dilakukan di laboratorium dapat digunakan
berbagai teknik, antara lain teknik obser- vasi, dengan alatnya yaitu pedoman
observasi.
Sebelum peneliti menggunakan instrumen yang tellah disusunnya atau
menggu- nakan instrumen orang lain, harus telah mengetahui validitas dan
relibalitas instru- men, sehingga instrumen yang akan digunakan benar-benar
dapat mengukur, me- nilai dan mengungkapkan aspek-aspek yang seharusnya
ingin diungkapkan peneliti melalui penelitian yang dilakukannya

A. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Secara umum teknik pengumpulan data yang dapat digunakan peneliti
dalam penelitian kuantitatif sebagai berikut:

1. Kuesioner
Kuesioner berasal dari bahasa Latin: Questionnaire, yang berarti suatu
rangkai- an pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu diberikan kepada
sekelom- pok individu dengan maksud untuk memperoleh data. Kuesioner lebih
populer da- lam penelitian dibandingkan dari jenis instrumen yang lain, karena
dengan menggu- nakan cara ini dapat dikumpulkan informasi yang lebih banyak
dalam waktu yang relatif pendek, dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan
dengan apabila peneliti menggunakan wawancara atau teknik lain. Tujuan utama
penggunaan kuesioner da- lam penelitian yaitu:
www.facebook.com/indonesiapustaka

a. Memperoleh informasi yang lebih relevan dengan tujuan


penelitian.
b. Mengumpulkan informasi dengan reliabilitas dan validitas yang
tinggi.

199 199
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Dalam menyusun kuesioner hendaklah berangkat dari tujuan dan hipotesis


yang telah disusun sebelumnya (kalau ada) atau dari pertanyaan penelitian yang
terjabar secara tuntas dalam kisi-kisi penyusunan instrumen, sehingga apa yang
ingin di- cari akan dapat terungkap dengan jelas. Di lain pihak perlu pula
diperhatikan fak- tor efisiensi dalam penyusunan instrumen dan dalam
pengumpulan data. Ini berarti bahwa peneliti dalam merancang instrumen
penelitiannya perlu mempertimbangkan

200 200
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

faktor biaya dan waktu. Data yang tidak akan diolah dan/atau tidak terkait
dengan tujuan penelitian tidak perlu dikumpulkan.
Mengingat bahwa butir-butir instrumen penelitian terfokus pada
permasalah- an dan tujuan penelitian, maka penjabaran secara sistematis dan
terperinci sangat diperlukan sebelum menyusun butir-butir instrumen penelitian.
Di samping itu perlu pula digarisbawahi di sini, bahwa setiap butir yang disusun
merupakan sampel dari aspek-aspek yang ingin diketahui.
Dalam menyusun instrumen ada delapan pertanyaan yang perlu mendapat
per-
hatian peneliti, yaitu:
1) Apakah butir itu diperlukan?
2) Apakah butir itu akan dianalisis?
3) Apakah butir itu relevan?
4) Bagaimanakah caranya pertanyaan itu akan diolah?
5) Teknik manakah yang cocok untuk itu?
6) Apakah dengan pertanyaan yang ada pokok masalah yang diajukan telah
ter-
jawab?
7) Apakah masing-masing sub-subvariabel sudah terwakili?
8) Apakah kuesioner itu sesuai dengan responden penelitian?
Suatu hal yang selalu harus diingat peneliti berkenaan dengan instrumen
pe- nelitian yaitu kuesioner yang disusun dan digunakan dalam penelitian
hendaklah mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi. Karena itu, tentukan
terlebih da- hulu validitas dan reliabilitas instrumen sebelum digunakan di
lapangan. Tata alir penyusunan instrumen seperti Gambar 9.1.

a. Jenis-jenis Kuesioner
Dari segi isi, kuesioner dapat dibedakan:
1) Pertanyaan fakta dan informasi.
www.facebook.com/indonesiapustaka

2) Pertanyaan pendapat dan sikap.


3) Pertanyaan perilaku.
Pertanyaan fakta dan informasi berkaitan dengan pengetahuan siap yang
dike- tahui tentang sesuatu yang ingin diselidiki. Pertanyaan ini menekankan
pada fakta dan informasi yang tersedia, seperti pertanyaan tentang jumlah

201 201
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

penduduk, jumlah keluarga, karakteristik sosial ekonomi individu, informasi


tentang karier, jabatan, keputusan, peraturan, dan sebagainya.
Pertanyaan berupa sikap, seperti pertanyaan tentang perasaan,
kepercayaan, dan preposisi serta nilai-nilai.

202 202
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

2
Hipotesis/Pertanyaan
Penelitian
1
Masalah &
Tujuan

3
Variabel/Aspek yang
Diteliti

4 4
Subvariabel Subvariabel

5 5 5
Subvariabel Subvariabel Subvariabel

6
Kisi-kisi/Blue-Print

7
Butir-butir Instrumen
Penelitian

GAMBAR 9.1 Tata Alir Penyusunan Instrumen.

Contoh:
a) Yang manakah di antara guru itu yang mengatakan kamu tidak boleh sekolah lagi?
b) Bagaimanakah pendapat engkau tentang pemilihan itu?
c) Apakah Anda yang tidak setuju tentang letak tanda gambar itu?
www.facebook.com/indonesiapustaka

Adapun pertanyaan perilaku mengacu pada perbuatan dan tindakan


seseorang dalam kaitannya terhadap yang lain.

Contoh:
a) Saya ke perpustakaan untuk mendapatkan sesuatu yang baru?
b) Apakah Anda yang mengendarai mobil itu?

203 203
c) Apakah Anda memukul bola itu?

BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

204 204
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Dari sisi bagaimana kuesioner itu diadministrasikan kepada responden,


kue-
sioner dapat pula dibedakan:
a) Kuesioner yang dikirimkan dengan pos (mail
questionaire). b) Kuesioner yang dibagikan langsung
kepada responden.
Baik kuesioner yang dibagikan langsung maupun yang dikirimkan kepada
res- ponden, perlu dirancang sebaik mungkin sehingga dapat mengumpulkan
data dan informasi secara tepat dan akurat, sesuai dengan apa yang ingin
dikumpulkan. Masing-masing bentuk instrumen merupakan suatu set
pertanyaan yang da- pat berupa fakta dan informasi, sikap dan perilaku
responden yang telah dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Instrumen yang dikirimkan dengan
pos harus dikembalikan oleh responden dengan pos ataupun langsung
kepada
peneliti kalau memungkinkan; sedangkan untuk yang dibagikan hendaklah
di-
kumpulkan kembali sesuai dengan waktu yang telah disediakan.
Kuesioner sebagai salah satu bentuk instrumen dalam penelitian, cocok dan
te-
pat dimanfaatkan apabila:
a) Peneliti familiar terhadap semua rintangan kemungkinan jawaban pada
semua pertanyaan yang digunakan.
b) Peneliti percaya bahwa responden akan mau menerima peran yang relatif
pasif terhadap semua jawaban yang diajukan kepadanya.
c) Peneliti bersedia menerima data yang diberikan responden tanpa perlu
ditindak-
lanjuti dengan pertanyaan tambahan atau dengan interviu.
d) Sampel kuesioner lebih luas dan tersebar pada lokasi yang luas pula.
Menurut jenisnya, kuesioner dapat pula dibedakan atas tiga bentuk, yaitu:
www.facebook.com/indonesiapustaka

1) Kuesioner tertutup.
2) Kuesioner terbuka.
3) Kuesioner terbuka dan tertutup.
Tiap jenis kuesioner tersebut akan dibicarakan pada uraian berikut.

205 205
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

1) Kuesioner Tertutup
Dalam kuesioner tertutup, alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih
dahulu. Responden hanya memilih dari alternatif yang telah disediakan.

Contoh:
1. Apakah Anda puas dengan pekerjaan yang sekarang?
a. Puas
b. Tidak puas
5. Menurut pendapat Bapak, bagaimanakah kualitas hidup sekarang?
a. Sangat baik

206 206
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

b. Baik
c. Sedang
d. Kurang
e. Kurang sekali

Keuntungan penggunaan kuesioner tertutup, yaitu:


a) Alternatif jawaban yang diberikan terstruktur dan sama antara yang satu
dan yang lain. Kontaminasi aspek lain dapat dikurangi.
b) Peneliti dapat meng­“cover” lokasi yang luas dan tersebar.
c) Mempunyai instruksi yang seragam sehingga mengurangi subjektivitas
peneliti pada saat pengumpulan data.
d) Kuesioner lebih mudah diadministrasikan daripada instrumen yang lain,
seperti tes dan interviu.
e) Biaya yang digunakan relatif lebih mudah daripada instrumen yang lain.
f) Dapat diperbandingkan jawaban antara satu responden dan responden
yang lain.
g) Jawaban yang diberikan responden mudah diproses karena alternatif
jawaban telah terstruktur.
h) Arti pertanyaan yang dikemukakan dalam kuesioner lebih jelas bagi
responden, karena dibantu oleh alternatif jawaban yang disediakan.
i) Lebih sedikit jawaban yang kurang relevan, baik ditinjau dari segi isi
maupun dikaitkan dengan kondisi responden.
j) Lebih mudah responden
menjawabnya. k) Mudah diberi kode.
Adapun beberapa kelemahan kuesioner tertutup yaitu:
a) Cara menentukan validitas dan reliabilitas instrumen masih terbatas.
b) Rendahnya pengembalian instrumen akan menyebabkan ancaman terhadap
va-
liditas instrumen.
www.facebook.com/indonesiapustaka

c) Validitas instrumen tergantung pada kemampuan dan kemauan responden


da-
lam menyediakan informasi.

207 207
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

d) Ada kemungkinan terjadinya salah tafsir terhadap pertanyaan oleh


responden. e) Menghilangkan dan/atau membatasi hal-hal yang bersifat
personal dari res-
ponden sehingga sering menimbulkan kekecewaan. Kadang-kadang
jawaban
yang disediakan tidak berkenan dihati
responden. f) Mudah diterka oleh responden.
g) Terlalu banyak kategori jawaban sehingga banyak membutuhkan tempat
dan fasilitas.

208 208
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

h) Perbedaan interpretasi tentang pertanyaan tidak dapat diketahui dengan


jelas karena tidak adanya tindak lanjut tambahan klarifikasi dan interpretasi.
i) Perbedaan jawaban di antara responden yang ada menjadi hilang dengan
men-
ciptakan situasi artifisial dan alternatif respons yang terbatas.

2) Kuesioner Terbuka
Bentuk ini memberikan kesempatan kepada responden untuk
mengemukakan pendapatnya yang sesuai dengan pandangan dan kemampuan
masing-masing. De- ngan kata lain dapat dikatakan, bahwa alternatif jawaban
tidak ditentukan terlebih dahulu.

Contoh:

Faktor-faktor apakah yang menyebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap


pembangunan?

.........................................................
.........................................................
.........................................................
Menurut pendapat Anda, faktor-faktor apakah yang menyebabkan meningkatnya ha-
rapan hidup warga masyarakat dewasa ini?
.........................................................
.........................................................
.........................................................

Beberapa keuntungan penggunaan kuesioner dalam bentuk terbuka


sebagai berikut:
a) Dapat digunakan walaupun kemungkinan jawaban belum diketahui oleh
peneliti semuanya.
b) Dapat digunakan sebagai persiapan untuk menyusun kuesioner dalam
bentuk tertutup.
www.facebook.com/indonesiapustaka

c) Renponden dapat menjawab menurut keadaan dan kemampuan yang


sebenarnya. d) Memberi kesempatan kepada responden untuk
mengembangkan penalaran dan
kreativitas masing-masing.

209 209
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

e) Dapat digunakan untuk mengantisipasi respons yang luas dan


kompleks. f) Dapat menggali motivasi yang lebih mendalam dari
responden.
Di samping keuntungan di atas, kuesioner dalam bentuk terbuka
mempunyai beberapa kelemahan antara lain:
a) Sulit untuk diberi kode karena terdapat berbagai jawaban yang berbeda dari
re-

210 210
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

sponden, tentang butir/butir yang sama.


b) Sukar dalam memproses dan menganalisis data.
c) Banyak terdapat informasi yang kurang relevan dengan tujuan
penelitian. d) Banyak menggunakan tempat dan waktu.
e) Kadang-kadang menghilangkan kekhususan data.
f) Data yang diberikan tidak standar dan tidak seragam.
g) Membutuhkan keterampilan menulis dan mengeluarkan pendapat.
h) Waktu yang digunakan lebih lama dari kuesioner dalam bentuk tertutup.

3) Kombinasi Bentuk Terbuka dan Tertutup


Kuesioner yang menggunakan kombinasi bentuk tertututp dan terbuka dapat
menghilangkan kelemahan kuesioner terbuka dan juga kelemahan kuesioner
dalam bentuk tertutup. Namun dalam pemerosesan data jauh lebih sukar dari
menggunakan kuesioner tertutup. Dalam bentuk gabungan ini, alternatif jawaban
sebagian besar disediakan peneliti. Pada bagian akhir setiap pertanyaan selalu
disediakan satu atau dua tempat yang dikosongkan, sehingga responden
mempunyai kesempatan untuk mengisi jawaban yang sesuai dengan keadaannya,
kalau alternatif yang disediakan belum sesuai dengan yang diinginkannya.

Contoh:
1. Bagaimanakah cara Anda mendapatkan informasi tentang pekerjaan yang seka-
rang? (boleh cek lebih dari satu atau mengisi tempat yang disediakan)
(a) Dengan melamar langsung
(b) Melalui teman yang bekerja di kantor itu
(c) Melalui Departemen Tenaga Kerja
(d) Melalui media massa
(e) ....
(f) ....
(g) ....
2. Berapa lamakah Anda bekerja dalam seminggu? (dalam jam)
(a) 20 - 24
www.facebook.com/indonesiapustaka

(b) 25 - 29
(c) 30 - 34
(d) ....

211 211
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Penggunaan bentuk kuesioner yang tepat dalam suatu penelitian tidaklah


dapat diabaikan, karena instrumen yang benar akan dapat mengungkapkan sesuatu
masalah dengan baik. Sehubungan dengan itu, ada beberapa kriteria yang dapat
digunakan:
a) Apabila peneliti ingin mengumpulkan informasi tentang sesuatu dengan
me-

212 212
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

nekankan bahwa responden akan memberikan persetujuan/tidak setuju


tentang sesuatu yang dinyatakannya maka bentuk tertutup lebih baik, tetapi
kalau ingin sampai pada proses bagaimana responden sampai pada suatu
alternatif maka bentuk terbuka lebih tepat digunakan.
b) Seandainya peneliti ingin mengetahui perbedaan atau kekurangan
informasi yang diusulkan responden tentang topik yang dibicarakan maka
bentuk terbuka lebih baik, tetapi kalau tidak maka sebaiknya digunakan
kuesioner dalam bentuk tertutup.
c) Bentuk terbuka lebih baik digunakan apabila responden telah memiliki
opini yang terkristal tentang topik yang dibicarakan, sedangkan penggunaan
bentuk tertutup mengandung risiko bahwa responden memilih sesuatu yang
tidak se- suai dengan opininya. Dalam bentuk tertutup, responden sering
melakukan proses memanggil kembali dan mengevaluasi pengalaman masa
lampau.

b. Beberapa Kriteria dalam Menyusun Kuesioner


Kesahihan dan keterandalan alat pengumpul data merupakan salah satu
mo- dal dalam mengungkapkan dan mencari penemuan yang lebih berarti dalam
suatu penelitian. Penjabaran yang dilakukan menurut kategori aspek yang akan
diukur dan penjabaran variabel menjadi subvariabel dan sub-subvariabel yang lebih
spesifik adalah langkah awal yang perlu dilakukan, sehingga memungkinkan peneliti
melihat sedari dini komposisi dan bobot masing-masing butir. Di samping itu
terwakili tidak- nya aspek yang diteliti secara keseluruhan sangat menentukan
pula ketepatan dan keakuratan hasil penelitian yang dilakukan.
Instrumen adalah sampel dari variabel yang diteliti. Kelemahan dalam
penentu- an sampel dari variabel tersebut, secara langsung akan memengaruhi
ketepatan hasil penelitian dikaitkan dengan disiplin ilmu dalam arti yang lebih
luas.

Contoh: Pengaruh Motivasi Terhadap Keberhasilan Kerja


www.facebook.com/indonesiapustaka

■ Dalam contoh tersebut konsep motivasi harus dirumuskan terlebih dahulu.


■ Apakah yang dimaksud dengan motivasi?
■ Apakah semua motivasi akan diteliti?
■ Apakah motivasi intrinsik saja ataukah juga termasuk motivasi ekstrinsik? Andai
kata motivasi intrinsik saja, jenis motivasi intrinsik mana sajakah yang akan diteliti?

213 213
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Andai kata telah ditetapkan, umpamanya motivasi berprestasi saja, maka


baru- lah dijabarkan menjadi sub-subvariabel dan selanjutnya baru disusun
kisi-kisi (blue print) dan instrumennya sesuai dengan luas bidang, komposisi,
atau perbandingan yang seimbang di antara kelompok butir pertanyaan yang
disusun. Jangan lupa bah- wa pertanyaan yang disusun merupakan sampel dari
aspek yang sebenarnya. Andai

214 214
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

kata tidak dibatasi secara spesifik dan operasional sebelum menyusun instrumen,
maka instrumen yang disusun akan mengambang dan validitas isi (content validity)
menjadi rendah.
Langkah-langkah sederhana dalam menyusun instrumen sebagai berikut.
1) Tinjau kembali secara tuntas apakah hubungan antara masalah, tujuan, dan
hi-
potesis/pertanyaan penelitian sudah jelas.
a) Apakah tujuan yang akan dicapai betul-betul telah dituangkan dalam
hi- potesis/pertanyaan penelitian yang benar, sehingga jelas data yang
akan dikumpulkan.
b) Apakah variabel sudah benar, baik menurut jenis maupun logika
urutannya. c) Apakah variabel sudah dijabarkan dengan perinci dan benar,
sehingga mu-
dah dialihkan menjadi
instrumen?
2) Formulasikan pertanyaan/butir soal dengan baik dan benar, serta sesuai
dengan data yang dibutuhkan. Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan
dalam mem- formulasikan butir pertanyaan.
a) Tanyakan data dan informasi yang dibutuhkan dan terkait dengan tujuan
penelitian, tetapi jangan kumpulkan data yang tidak berguna dan yang
tidak akan diolah.
Dalam setiap penelitian telah ditentukan sejak dini: masalah, ruang
lingkup, dan tujuan penelitian. Namun masih banyak peneliti yang
mengumpulkan data seakan-akan semuanya perlu bagi dia.
Mengumpulkan data dan informasi di luar patokan yang telah
ditentukan ialah mubazir, menambah waktu, tenaga, dan fasilitas,
sedangkan manfaat- nya tidaklah banyak untuk tujuan penelitian. Karena
itu menyediakan in- strumen yang terbatas, tepat, dan akurat sangat
penting dan perlu menda- pat perhatian peneliti.
b) Gunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku
www.facebook.com/indonesiapustaka

dan tingkat kemampuan responden.


Hal itu sangat esensial, karena kuesioner pada prinsipnya diisi sendiri
oleh responden (self-report). Apabila responden tidak mampu memahami
bahasa yang digunakan peneliti, maka yang bersangkutan sulit pula untuk

215 215
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

mengerti isi instrumen. Hal itu akan membawa dampak bahwa yang
bersangkutan tidak mampu menafsirkan secara benar apa dimaksudkan
peneliti, sehingga data yang diberikan tidaklah sesuai dengan kenyataan
yang sebenarnya.
Usahakan menggunakan kata-kata yang mempunyai arti yang sama
untuk semua responden. Di samping itu gunakan bahasa yang sederhana
di mana responden terbiasa dengan bahasa dan kata-kata tersebut.
Hati-hati meng-

216 216
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

gunakan kata-kata baru yang sedang dalam proses


pembakuan.
Instrumen yang disusun hendaklah mudah dibaca, cepat dipahami, dan
da-
pat direspons oleh responden sesuai dengan
keadaannya.

Contoh yang kurang baik:


Ini bulan telah terjadi revance antara juara dunia dan penantangnya. a.
ya
b. tidak
c. . ....

Dapat dirubah menjadi:


Bulan ini telah dilaksanakan pertandingan ulang juara tinju dunia versi WBC, antara
A dan B.
a. Ya
b. tidak
c. ...

c) Nyatakan pertanyaan dengan jelas dan


spesifik

Contoh yang kurang baik:


Berapa kalikah Anda pergi ke perpustakaan?
a. Satu kali
b. Dua kali
c. Tiga kali
d. Lebih dari tiga kali
e. ....
Kata perpustakaan walaupun sudah jelas tetapi belum khusus (spesifik).
Apakah semua perpustakaan yang ada ataukah hanya pustaka tertentu saja,
seperti pus- taka Universitas Negeri Padang, Universitas Indonesia, pustaka
www.facebook.com/indonesiapustaka

negara, pustaka pelajar, dan pustaka nasional.


Di samping itu, dalam pernyataan di atas waktu belum terbatas. Apakah
dalam satu bulan, satu semester, atau satu tahun.
Dapat diperbaiki
menjadi:

217 217
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Dalam bulan September tahun 2002, berapa kalikah Anda pergi ke perpusta-
kaan Universitas Negeri
Padang?
a. < 3 kali
b. 3 -- 5 kali
c. 6 -- 8 kali
d. ....

218 218
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

d) Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang panjang dan kabur. Kalau


bisa, diperpendek; tetapi tidak mengurangi arti pertanyaan/pernyataan
itu.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi faktor keragu-raguan atau
kata-ka- ta yang sering memusingkan. Oleh karena itu, peneliti hendaklah
memper- hatikan semua pertanyaan yang telah disusun sebelum direviu
orang lain.

Contoh: Butir/butir yang panjang dan kabur


Keikursertaan masyarakat dalam program Keluarga Berencana sebagai suatu usa- ha
pemerintah dalam menurunkan kelahiran dengan jalan:
......................................
..
......................................
..

Contoh yang kurang baik:


Keikutsertaan keluarga di desa dan kota dalam program Keluarga Berencana se- bagai
suatu usaha pemerintah untuk mengurangi kelahiran dan memperpanjang harapan
hidup tergantung pada:
a. Tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat.
b. Latar belakang sosial ekonomi.
c. Jumlah angka kelahiran dan kematian.
d. ....
Dapat diperbaiki menjadi:
Faktor-faktor yang memengaruhi keikutsertaan keluarga di desa dalam program
Keluarga Berencana:
(boleh cek lebih dari satu)
a. tingkat pendidikan keluarga
b. latar belakang sosial-ekonomi
c. jumlah anak dalam keluarga
d. agama
www.facebook.com/indonesiapustaka

e. ....
f.
.... g.
....

219 219
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

e) Tetapkan kerangka rujukan pertanyaan dalam pikiran Anda (peneliti),


se-
hingga menyumbang kepada hasil
penelitian.
Jangan tanya: Berapa banyak buku yang telah Anda baca.
Sebaiknya: Buku-buka apa sajakah yang telah Anda baca dalam bulan
Sep-
tember tahun 2002 ini? (Tuliskan)
a. ....
b. ....

220 220
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

c. ....
d. ....

f) Jangan apriori mengasumsikan bahwa responden Anda mempunyai


infor- masi faktual atau mempunyai pendapat dari tangan pertama. Oleh
karena itu hati-hati dalam menanyakan sesuatu terhadap responden.
Jangan tanyakan: Bagaimanakah perasaan anak Anda setelah
membaca buku Demokrasi Kita karangan Dr. Moh. Hatta?
Sebaiknya: (Pertanyaan seperti itu ditanyakan langsung kepada anak
Anda tersebut). “Bagaimanakah perasaan kamu setelah membaca buku
Dr. Moh. Hatta?”
g) Tentukan terlebih dahulu apakah peneliti akan menggunakan
pertanyaan langsung atau pertanyaan tidak langsung.
Pertanyaan langsung:
Apakah Anda pulang kerja tidak tepat pada waktunya?
a. ya
b. tidak
c. ....
Pertanyaan tidak langsung!
Apakah Anda melihat seseorang pulang kerja tidak tepat pada waktunya?
a. ya
b. tidak
c. ....

h) Tentukan terlebih dahulu, apakah yang dibutuhkan pertanyaan umum


atau pertanyaan khusus.
i) Tetapkan terlebih dahulu apakah akan digunakan bentuk pertanyaan
ter- buka atau pertanyaan tertutup atau kombinasi keduanya. Sebaiknya
dalam satu set atau dalam satu subset hendaklah seragam dan konsisten.
j) Lindungi ego responden Anda, dengan mengajukan pertanyaan yang
meli-
www.facebook.com/indonesiapustaka

batkan
dirinya.

Contoh: yang kurang baik:


Apakah Anda tahu tentang orang yang merampok toko itu?
a. ya

221 221
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

b. tidak
Sebaiknya ditanyakan:
Apakah yang terjadi dengan orang yang merampok toko itu?
a. dipukuli

222 222
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

b. dikejar bersama-sama
c. ....

k) Hindari kata-kata yang meragukan atau kata-kata yang tidak ada


gunanya l) Setiap butir pertanyaan hendaklah dinyatakan dengan
ringkas, jelas, dan
utuh.
m) Susun pertanyaan yang tidak memaksa atau mengarahkan responden
un-
tuk menjawab ke satu arah.
Hindari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menuntun pada jawaban
ter- tentu. Upayakan dengan baik agar responden tidak digiring ke
jawaban tertentu yang dikehendaki peneliti.

Contoh: yang kurang baik:


Sebagai seorang warga negara yang cinta demokrasi, apakah Anda akan memilih
dalam pemilu yang akan datang?
a. ya
b. tidak
Sebaiknya:
Apakah Anda akan memilih pada pemilu tahun 1997?
a. ya
b. tidak

n) Hindari kata-kata yang bersifat emosional dan sentimentil.


o) Dalam setiap pertanyaan hanya terdapat satu konsep atau suatu ide
yang ditanyakan. Pertanyaan yang mengandung lebih dari satu ide
hendaklah dipecah menjadi beberapa butir pertanyaan.
Contoh: yang kurang baik:
Apakah penyuluhan Keluarga Berencana dilakukan tiap minggu dan tepat pada
waktunya?
a. ya
www.facebook.com/indonesiapustaka

b. tidak
Diperbaiki menjadi:
1. Apakah penyuluhan Keluarga Berencana dilakukan tiap minggu?
a. ya
b. tidak

223 223
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Andai kata Anda menjawab ya, lanjutkanlah dengan pertanyaan nomor 2;


jika
Anda menjawab tidak, lanjutkan dengan pertanyaan nomor 3.
2. Pelaksanaan penyuluhan Keluarga Berencana dilakukan tepat pada waktunya:
a. ya
b. tidak

224 224
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

3. Berapa kalikah dilaksanakan dalam satu bulan?


a. satu kali
b. dua kali
c. tiga kali

p) Tanyakan dahulu yang lebih sederhana, kemudian secara bertahap


lanjut-
kan dengan yang lebih
kompleks.
q) Jangan jawaban dipengaruhi oleh gaya bahasa atau bentuk jawaban
tertentu.
Suatu hal yang perlu mendapat perhatian, adanya kecenderungan
peneliti memilih kategori respons tertentu saja, sehingga kategori yang
seharusnya dapat dibuat dalam bentuk lain dipaksakan oleh peneliti dalam
kategori ter- tentu saja.

Contoh:
1. Apakah pelayanan kesehatan masyarakat memengaruhi kesehatan lingkung-
an?
a. ya
b. tidak
2. Faktor pembawaan memengaruhi pertumbuhan anak umur bawah lima tahun
(Balita)
a. ya
b. tidak
3. Apakah ada pengaruh kehadiran guru dengan kenaikan pangkatnya?
a. ya
b. tidak
Khusus pertanyaan terakhir seharusnya alternatif jawaban bukan “ya” atau “tidak”,
melainkan “ada” dan “tidak ada”.

r) Andai kata peneliti ingin menanyakan sesuatu yang spesifik dalam suatu
pertanyaan, sebaiknya kata-kata itu digarisbawahi, dimiringkan, atau
www.facebook.com/indonesiapustaka

diberi kode yang lain.


s) Kategori respons hendaklah mudah dipahami.
Kalau bentuk yang dipilih yaitu bentuk tertutup, usahakan semua
kemung-

225 225
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

kinan jawaban dapat


disediakan
t) Usahakan pengetikan dan perbanyakan yang baik dan bersih sehingga
mu-
dah dibaca.
u) Upayakan perwajahan kuesioner menarik perhatian responden.
v) Jangan lupa memberi pengantar dan menunjukkan patokan yang diguna-
kan, kalau peneliti menggunakan pertanyaan dalam bentuk penguasaan,
satuan, maupun skala.

226 226
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

c. Susunan dan Perwajahan Alat Ukur


Susunan butir pertanyaan yang akan diajukan hendaklah diatur
sedemikian rupa, ditata menurut kaidah penulisan ilmiah dan sesuai dengan
bentuk instrumen yang akan digunakan. Identitas pribadi responden memang
diperlukan selagi me- nyangkut atau terkait dengan jenis data yang diperlukan
maupun dalam proses dan analisis data. Semua data pribadi dan data lainnya
harus dijamin kerahasiaannya. Andai kata sangat dibutuhkan nama responden,
upayakan dengan menggunakan “sandi”, sehingga tidak ada orang lain yang
mengetahui kecuali peneliti. Sebaiknya instrumen yang diberikan kepada
responden “anonim”.
Reaksi responden pada pertanyaan pertama akan menentukan dan meme-
ngaruhi sikap responden pada pertanyaan berikutnya. Karena itu untuk pertanyaan
pertama sebaiknya:
1) terkait dengan tujuan penelitian;
2) mudah;
3) netral;
4) dapat diisi oleh semua responden;
5) menarik untuk semua orang.
Kondisi yang demikian akan menantang, mendorong, dan membantu
responden melakukan dan/atau mengisi instrumen yang diberikan kepadanya
dengan baik.
Secara umum ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan dalam
mengor-
ganisasikan pertanyaan:
1) Mulai dengan pertanyaan pembuka yang mudah, menyenangkan, dan mena-
rik perhatian sehingga setiap responden dapat menjawabnya. Kadang-kadang
pertanyaan umur, status sosial ekonomi, atau pertanyaan pribadi lainnya
dapat merugikan, terutama sekali bagi responden yang tidak setuju tentang
hal itu diketahui oleh orang lain.
www.facebook.com/indonesiapustaka

2) Mulai dari yang umum kepada yang khusus.


3) Letakkan pertanyaan yang sensitif pada bagian belakang dan pertanyaan
yang terbuka pada akhir kuesioner.
4) Urutan pertanyaan hendaklah runtut dan logis.

227 227
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Pertanyaan-pertanyaan itu hendaklah disusun dalam suatu susunan


(layout) yang menarik, tepat, rapi, terbiasa responden menggunakannya,
mudah diiden- tifikasi, dan diberi kode serta mudah disimpan, baik secara
manual maupun dengan menggunakan deskrit atau microfilm.
Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan para peneliti dalam menata
perwa-
jahan kuesioner:

228 228
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

1) Identifikasi yang jelas.


Apabila dalam suatu kelompok pertanyaan terdiri dari lebih satu nomor
yang digunakan, maka harus diidentifikasi secara jelas sehingga tidak
mengganggu. Jangan terjadi hendaknya ada yang tidak diberi nomor,
terutama sekali perta- nyaan pemancing.
2) Kertas yang digunakan baik dan menarik.
Kualitas kertas yang digunakan dalam penggandaan akan memengaruhi
minat responden dalam menjawab pertanyaan. Kualitas kertas yang kurang
atau ker- tas yang kusam akan mengurangi motivasi responden untuk
mengerjakannya, sedangkan model yang baik dengan menggunakan kertas
yang baik pula akan mendorong responden mengerjakan dengan baik. Ingat:
“Yang baru dan indah akan menarik perhatian. Sesuatu yang menarik akan
mendorong seseorang un- tuk mengerjakannya.”
Kertas yang digunakan biasaya kertas HVS, atau duplikator, dan mungkin
juga kertas fotokopi. Ukuran kertas sebaiknya kuarto.
3) Penomoran jelas.
Seperti telah disinggung di atas, tiap butir pertanyaan hendaklah diberi
nomor menurut bentuk yang digunakan. Tiap bentuk (form) mempunyai
nomor terpi- sah. Gunakan cara pemberian nomor yang konsisten dan
praktis.
4) Jarak dan ruang antarbutir pertanyaan atau perwajahan kuesioner hendaklah
cantik dan rapi. Karena itu, jarak sisi kiri dan kanan perlu mendapat perhatian.
Demikian juga bagian atas dan bawah. Di samping itu hendaklah dikelompok-
kan dalam suatu wadah atau menurut tipe yang digunakan. Pengelompokan
menurut isi dengan bentuk pertanyaan yang berlainan kurang efisien dan sulit
dalam pemerosesan data.
Perlu pula digarisbawahi di sini, bahwa peneliti sebaiknya tidak boros dalam
menggunakan dan memilih bentuk pertanyaan yang akan dipakai. Lebih
seder- hana lebih baik, karena akan mudah dipahami oleh responden.
www.facebook.com/indonesiapustaka

5) Penggandaan kuesioner hendaklah dilakukan dengan sempurna dan jelas.


Ja- ngan terjadi ada bagian dari pertanyaan yang kabur, tidak jelas, atau hilang
sama sekali. Kalau mungkin gandalah kuesioner dengan menggunakan
fotokopi yang baik dan jelas.

229 229
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Apabila kuesioner yang disusun akan dikirimkan kepada responden yang


diten- tukan melalui pos, maka masalah yang akan terjadi kuesioner itu tidak
kembali atau tidak dikembalikan oleh responden. Hal itu akan menyebabkan
kuesioner yang di- kembalikan (response rate) selalu lebih sedikit dari yang
dikirimkan. Andai kata hal itu terjadi dan rata-rata pengembalian kuesioner lebih
rendah dari batas kewajaran

230 230
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

yang seharusnya, maka peneliti harus cepat mengantisipasinya sebelum data


diolah lebih lanjut.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang
de-
mikian, sebagai berikut:
a) Melakukan tindak lanjut (follow-up) sesudah kuesioner dikirimkan.
Cara ini dilakukan dengan jalan mengirimkan surat atau postcard sesudah
kira-kira satu minggu kuesioner dikirimkan dan sesudah batas waktu
pengem- balian berakhir. Andai kata tidak sampai, maka langkah berikutnya
mengirim- kan kembali instrumen kepada yang bersangkutan. Bagi
responden yang tidak mengembalikan, sedangkan batas waktu sudah satu
minggu berakhir, maka di- kirimkan kembali instrumen dalam sampul
terpisah kepada yang bersangkutan. Di samping itu, peneliti mengirimkan
pula sampul khusus untuk pengembalian instrumen yang telah dilengkapi
dengan perangko dan alamat selengkapnya. Cara seperti ini dapat dilakukan
beberapa kali, sehingga jumlah instrumen yang dikembalikan mendekati yang
diharapkan sesuai dengan tata aturan yang berlaku.
b) Hadiah atau cenderamata.
Pemberian hadiah dapat digunakan untuk memancing dan mendorong
respon- den mengembalikan instrumen. Pemberian uang tidak selamanya
membantu, sebab ada golongan tertentu yang tersinggung dan tidak
membutuhkan hal itu. Penciptaan situasi yang menyenangkan dengan
penjelasan tentang pentingnya penelitian dan perlunya bantuan responden
akan dapat mendorong pengem- balian instrumen. Pena bertuliskan
tertentu, seperti lambang universitas atau fakultas atau logo tertentu, atau
hadiah tanda tangan untuk kelompok tertentu, akan sangat membantu dalam
pengembalian instrumen.
c) Sponsor penelitian.
Apabila sponsor penelitian itu orang penting yang mempunyai nama,
jabatan, prestasi tinggi, atau mempunyai kekuasaan tertentu, maka
www.facebook.com/indonesiapustaka

responden akan cenderung untuk mengembalikan instrumen. Scot (1961)


melakukan penelitian tentang response rate terhadap kuesioner dengan
sponsor pemerintah, univer- sitas dan perdagangan. Ternyata dalam satu
minggu, kuesioner yang dikem- balikan dengan sponsor pemerintah lebih

231 231
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

dari 44,0%,universitas 49,8%, dan counsel 46,3%. Sesudah satu bulan,


ternyata kuesioner dengan sponsor peme- rintah dikembalikan 93,3%, dari
counsel 90,2%, dan dengan sponsor universi- tas 88,7%. Data itu
menunjukkan terjadinya pergeseran dalam pengembalian instrumen
menurut sponsor penelitian. Penelitian yang disponsori pemerintah, tingkat
pengembalian instrumennya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
sponsor universitas maupun instansi lainnya.

232 232
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

d) Perwajahan kuesioner
Kuesioner yang menarik, jelas menantang responden untuk
mengembalikan- nya dibandingkan yang kurang menarik. Karena itu
perwajahan instrumen ha- rus ditata dengan apik, sehingga responden
tertarik pada instrumen itu. Per- wajahan ini mencakup bentuk dan layout
kulit, komposisi warna, huruf, dan bentuk wajah secara keseluruhan. Di
samping itu instrumen dapat pula disusun berupa booklet, sehingga tidak
terlepas atau terpisah antara satu dan yang lain.
e) Panjang kuesioner.
Usahakan setiap kuesioner tidak melebihi enam halaman, sebab kuesioner
yang panjang akan memengaruhi pengembalian dan ketelitian dalam
pengisian jawaban.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: Norton
mendapatkan 78,5% kuesioner itu dikembalikan apabila terdiri dari kurang
dari lima halaman, sedangkan Shutleworth mendapatkan informasi bahwa
kuesioner yang berisi coin 25 sen (1/4 dollar) akan dikembalikan 52%.
Kuesioner tanpa uang sebesar itu hanya akan dikembalikan 19% (Miller,
1973:73).
Jarak antara satu butir pertanyaan dengan butir pertanyaan yang lain dan
ke- mungkinan jawaban yang disediakan, janganlah dipaksakan demi untuk
meng- hemat kertas dan fasilitas lainnya. Pemaksaan itu akan membuat wajah
instru- men kurang menarik dan akan memengaruhi ketelitian jawaban
responden.
f) Penggunaan huruf besar dan huruf kecil serta simbol lainnya.
Gunakan ejaan yang benar menurut tata aturan yang berlaku. Apabila meng-
gunakan panah hendaklah jelas. Tanda panah sering digunakan untuk
lanjutan pertanyaan yang relevan terhadap responden tertentu yang
ditentukan oleh res- pons sebelumnya, sebagai pertanyaan penjaring
(contingency question).
www.facebook.com/indonesiapustaka

233 233
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Contoh:
Apakah Anda telah mengikuti program Keluarga Berencana?
a. sudah
b. belum
Jika Anda menjawab pertanyaan No.4 “sudah”, Anda langsung ke
pertanyaan No. 5; andai kata belum, langsung ke pertanyaan No. 24.

5. Pada umur berapakah Anda pertama kali mengikuti program Keluarga Beren-
cana?
.............................................................................................. ......................................
.......................
.............................................................................................. ......................................
.......................
.............................................................................................. ......................................
.......................

23. Alat kontrasepsi apakah yang Anda pakai?


a. IUD
b. Tablet
c. ....
Anda berakhir di sini

24. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan Anda belum mengikuti Keluarga Be-
rencana?
a. Belum mendapat anak
b. Jumlah anak baru satu orang
c. Belum ada anak perempuan d.
Keluarga masih sedikit
e. Income keluarga cukup besar

d. Surat Pengantar
Surat pengantar dalam suatu instrumen merupakan bagian pertama dari
suatu instrumen. Tanpa ada surat pengantar yang memberikan berbagai
www.facebook.com/indonesiapustaka

penjelasan kepa- da responden tentang instrumen tersebut, akan menyebabkan


responden ragu-ragu dalam mengisi instrumen. Secara umum dapat dikatakan
bahwa surat pengantar itu mempunyai berbagai fungsi. Dari satu sisi, surat
pengantar hanya mengantarkan instrumen kepada responden. Dari sisi lain, surat
pengantar yang benar akan mem- berikan penjelasan tentang tujuan penelitian,

234 234
perannya dalam pengembangan ilmu serta meningkatkan keyakinan responden
bahwa apa yang diberikannya akan terja- min kerahasiaannya. Justru karena itu,
surat pengantar yang kabur akan menyebab- kan
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF
responden bertanya-tanya dan
BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...
mendorong mereka untuk tidak mengisi setepat mungkin sesuai dengan keadaan
mereka yang sebenarnya.

235 235
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Dalam surat pengantar yang baik akan terdapat beberapa hal sebagai
berikut:
1) Pada bagian awal surat tersebut, peneliti hendaklah menerangkan tentang:
a) Maksud dan tujuan penelitian.
b) Pentingnya penelitian dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu
dan teknologi serta manfaatnya bagi perkembangan masyarakat.
2) Pada bagian berikutnya peneliti hendaklah menjelaskan bahwa bantuan
res-
ponden sangat dibutuhkan dan tak dapat diganti dengan orang
lain.
3) Pada paragraf berikutnya perlu pula dinyatakan bahwa segala data dan
informa-
si yang diberikan akan
dirahasiakan.
Hal itu dimaksudkan untuk menghilangkan rasa takut dan was-was bahwa
in- formasi yang diberikannya akan digunakan untuk keperluan lain atau
akan di- sampaikan kepada orang lain.
4) Pada bagian berikutnya perlu pula dinyatakan kembali justifikasi dari
penelitian dalam kaitannya dengan kegunaan bagi masyarakat. Di samping
itu, disampai- kan juga pesan yang lain seperti tanggal pengembalian
kuesioner (kalau kue- sioner dikirim via pos), dan juga kalau ada
endorcement atau hadiah maupun cenderamata yang dapat mendorong
responden mengerjakan instrumen dengan baik.
5) Perlu pula dikemukakan kesediaan peneliti untuk menjawab pertanyaan
kalau ada masalah yang timbul atau instrumen yang diragukan. Andai kata ada
nomor telepon, sebaiknya dinyatakan nomor telepon itu sehingga
memudahkan yang ingin menghubungi peneliti.
Perhatikan contoh format pada halaman
berikut.
www.facebook.com/indonesiapustaka

236 236
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS
.......................................

Jln. .......................... Telp. .................... Fax.


.................... E-mail ..........................

Kepada: Yth
................................
Pengantar .......................................................................................................................
Tujuan studi ...............
.......................................................................................................................
...............

Pentingnya .......................................................................................................................
Responden ...............
Menjawab .................................................................................................... ...................
...............
.......................................................................................................................
...............

Sifat .......................................................................................................................
Rahasia ...............
.......................................................................................................................
...............

Pesan lain
............................................................................................................................. .........
Endorcement .......................................................................................................................
Hadiah ...............
Cenderamata
.............................................................................................. .........................
...............

Jabatan
www.facebook.com/indonesiapustaka

e. Petunjuk
Pada awal setiap instrumen sesudah surat pengantar terdapat petunjuk umum
bagaimana mengerjakan instrumen tersebut. Pada setiap kelompok pertanyaan

237 237
hen- daklah diberikan pula petunjuk khusus yang jelas bagaimana mengisi setiap
butir pertanyaan dalam kelompok tersebut. Andai kata instrumen yang digunakan
hanya satu jenis, cukup petunjuk diberikan pada
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF
awal instrumen dan terpisah
BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...
dari butir- butir pertanyaan.
Petunjuk yang dibuat hendaklah:
1) jelas;
2) singkat tetapi lengkap; dan
3) sebaiknya diberikan contoh mengerjakannya.

238 238
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Untuk pertanyaan yang bersifat menjaring (contingency question) petunjuk


tam-
bahan langsung diberikan pada akhir jawaban.
Contoh:

PETUNJUK PENGISIAN

01 . Instrumen penelitian ini terdiri dari:


Format A : Sifat-sifat pribadi
Format B : Pengetahuan
Format C : Kemampuan
Tiap-tiap jenis instrumen mempunyai bentuk yang berbeda antara satu dengan
yang lain.

02. Bacalah setiap instrumen dengan baik, dan jawablah setiap pertanyaan yang
dikemukakan dengan meninjau kembali sifat-sifat pribadi, pengetahuan, dan ke-
mampuan Anda.

03. Pada instrumen pertama (Format A) terdapat 11 subkelompok. Setiap kelompok


diawali dengan situasi nyata dalam kehidupan dan diikuti dengan 11 pernyataan
tindakan yang dapat dilakukan. Kesebelas tindakan itu menyiratkan sifat-sifat
pribadi yang bersangkutan. Tentukan urutan kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan dalam
mengatasi masalah yang dikemukakan pada setiap subkelompok dengan menuliskan
nomor urutan di belakang setiap alternatif pada lembaran jawaban yang disediakan.

04. Pada instrumen kedua (Format B) dan ketiga (Format C), dikemukakan sejumlah
pengetahuan dan kemampuan/keterampilan. Berilah tanda check (V) di belakang
setiap alternatif pada kolom dalam lembaran jawaban yang disediakan. Kolom
yang diberi tanda arsir (///) tidak perlu diisi.

05. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya.


www.facebook.com/indonesiapustaka

239 239
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Contoh Instrumen

1.
......................................................
............................... (Pertanyaan
pemancing/pemeriksa):

2. Apakah Anda setuju dengan pengguguran kandungan?


a. ya
b. tidak

Jika Anda menjawab pertanyaan No. 2 “ya”,


Anda langsung kepertanyaan No. 3; andai
kata “tidak”, langsung ke pertanyaan No. 7.

3. Mengapa Anda setuju dengan pengguguran kandungan?


.....................................................................................
4. .....................................................................................
5. .....................................................................................
6. .....................................................................................

7. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan Anda tidak setuju dengan pengguguran


kandungan?
.....................................................................................

8
............................................................................................................................. .......................
................
..................................................................

Untuk pertanyaan yang jawabannya lebih dari satu, maka pada akhir setiap
per-
tanyaan sebaiknya langsung dinyatakan Boleh pilih lebih dari satu.
www.facebook.com/indonesiapustaka

f. Waktu Pengembalian
Rancangan yang tepat dengan mempertimbangkan barmacam faktor yang
akan memengaruhi penyelesaian instrumen sangat perlu mendapat perhatian
peneliti. Waktu yang terlalu pendek, atau karena komunikasi dan transportasi

240 240
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

yang belum lancar akan menyebabkan pengisian instrumen secara tergesa-gesa.


Tetapi waktu yang terlalu panjang juga tidak menguntungkan kalau ditinjau dari
ketepatan dan kebenaran data yang dikumpulkan.
Pertimbangkanlah waktu seefektif mungkin, dengan memperhatikan:
1) Penyebaran responden.
2) Kelancaran komunikasi dan transportasi sebagai wahana pengiriman
instrumen.

241 241
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

3) Tingkat kemampuan responden.


4) panjangnya instrumen yang digunakan.
Sehingga instrumen yang dikirimkan atau dibagikan dapat diselesaikan
dengan sebaik mungkin.

2. Skala
Teknik skala sering digunakan dalam pengumpulan data. Teknik ini akan
mem- berikan hasil yang cukup berarti kalau peneliti dapat memilih tipe yang
tepat sesuai dengan jenis data yang akan dikumpulkan serta tujuan penelitian
yang telah diru- muskan. Karena itu gunakanlah skala yang mempunyai validitas
yang tinggi, relia- bilitas yang andal, dan utilitas yang baik. Langkah-langkah
dalam penyusunan skala yang benar sebagai berikut.
Langkah pertama, melakukan studi literatur dan kemudian menentukan
de- ngan jelas aspek, komponen, dan dimensi serta spesifikasi objek penelitian.
Hal ini mungkin dilakukan dengan jalan menurunkan dari konsep atau dari
berbagai konsep dan fenomena empiris.
Langkah kedua, menyusun berbagai indikator yang dapat diamati sesuai
dengan aspek-aspek yang diukur. Berdasarkan indikator tersebut, pada akhirnya
dapat di- susun instrumen penelitian.
Beberapa teknik skala yang sering digunakan dalam penelitian yaitu: (a)
Skala model Likert, (b) skala Guttman, (c) skala Thurstone, (d) skala bertingkat
(rating scale), (e) semantic differential. Tiap jenis skala akan dibicarakan pada
uraian lebih lanjut.

a. Skala Likert
Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert, yang merupakan suatu series
butir (butir soal). Responden hanya memberikan persetujuan atau
ketidaksetujuannya ter- hadap butir soal tersebut. Skala ini dimaksudkan untuk
mengukur sikap individu da- lam dimensi yang sama dan individu menempatkan
dirinya ke arah satu kontinuitas dari butir soal.
www.facebook.com/indonesiapustaka

1. Langkah-langkah Penyusunan Skala Likert


Dalam menyusun skala model Likert, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a) Komposisi butir soal (butir) dalam satu kesatuan.

242 242
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

1) Susun sejumlah soal (antara 50-100 butir) yang merupakan pernyataan


yang mencakup satu dimensi saja. Umpama: Motivasi Belajar atau
Kebiasa- an Belajar atau Keluarga Berencana.
2) Pernyataan positif dan negatif hendaklah seimbang jumlahnya. Urutan
pe-

243 243
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

munculannya dilakukan secara random.


3) Kekuatan tiap butir soal tidaklah begitu penting.
4) Jumlah pernyataan yang positif dan negatif hendaklah sama. Hal ini
di- maksudkan apabila ada pertanyaan yang dikurangi, maka komposisi
yang tersisa tetap seimbang.
b) Pemilihan alternatif
jawaban.
1) Tentukan berapa alternatif (choices) yang akan digunakan. Apakah
lima, tujuh, sembilan, atau sebelas.
2) Alternatif yang dipilih hendaklah lebih mudah dipahami responden
dan memberikan semaksimal mungkin data yang diperlukan.
Beberapa alternatif yang sering
digunakan: Sangat setuju
Setuju
Kadang-kadang setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Atau:
Sangat setuju
Setuju
Cukup setuju
Kadang-kadang
setuju Jarang setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
3) Alternatif respons yang dipilih itu hendaklah disesuaikan dengan pernya-
taan. Jangan terjadi kesenjangan antara pernyataan dan alternatif
respons yang disediakan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

c) Tata urutan butir soal dan persiapan pengadministrasian.


1) Tiap butir soal dalam instrumen hendaklah ditetapkan secara
random
(acak).

244 244
2) Respons pilihan sebaiknya ditempatkan di sebelah kanan, dan
kadang-ka- dang di sebelah bawah kalau respons pilihan tidak seragam;
sedangkan pe- tunjuk pengisian ditempatkan
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF
di bagian atas halaman
BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...
pertama atau pada halaman terpisah di bagian depan. Petunjuk itu
hendaklah jelas, dengan bahasa yang komunikatif, sehingga tidak
menimbulkan keraguan lagi bagi responden dalam mengisi instrumen.

245 245
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

3) Berikan waktu secukupnya, sehingga setiap responden mengisi semua


butir soal sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Dalam instrumen berbentuk skala ini tidak ada jawaban yang benar
atau salah, seperti dalam tes. Oleh karena itu, waktu bukanlah sesuatu
yang me- nentukan. Jangan batasi waktu sekaku mungkin, seperti dalam
melaksana- kan suatu tes.
4) Format dan perwajahan instrumen adalah sesuatu yang
penting.
Instrumen itu hendaklah mudah dibaca, mudah dipahami, dan mudah
pula diisi oleh responden. Perwajahan yang menarik dengan spasi dan
huruf yang baik dan jelas akan mendorong responden mengisi instrumen
dengan cepat dan baik.
5) Instrumen yang telah siap perlu ditimbang (jugde) ahli dan kemudian
di- ujicobakan kepada sejumlah responden yang merupakan bagian dari
popu- lasi penelitian tetapi bukan sampel penelitian. Besarnya sampel
uji coba tergantung pada teknik apa yang akan digunakan dalam
menganalisis data uji coba tersebut. Setiap instrumen yang akan
digunakan pada pengumpul- an data yang sesungguhnya hendaklah
mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi. Angka koefisien validitas
dan reliabilitas dapat dicari berdasar- kan data uji coba.
d) Pemberian Skor.
Dalam memberikan nilai (value) pada sikap tertentu yang diteliti, peneliti
hen- daklah memberi skor pada semua butir soal yang digunakan. Pada
butir soal yang tidak diisi oleh responden maka skor yang bersangkutan adalah
nol. Lang- kah-langkah dalam pemberian skor sebagai berikut:
1) Apabila pilihan respons lima, maka berilah nilai 1, 2, 3, 4, dan
5.
Seandainya respons pilihan tujuh, maka nilai yang diberikan untuk
masing-
masing butir soal adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan
www.facebook.com/indonesiapustaka

7.
2) Berhubung karena adanya butir soal yang positif dan yang negatif,
maka sejak dini peneliti hendaklah menentukan dengan teliti mana butir
soal de- ngan sikap positif dan mana pula yang bersifat negatif.Untuk
butir soal yang positif, maka nilai lima diberikan pada alternatif pilihan

246 246
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

sangat setuju, skor 4 untuk setuju, skor 3 untuk tidak ada pendapat,
skor 2 diberikan kepada respons pilihan tidak setuju, dan skor satu
untuk pilihan sangat tidak setuju. Untuk butir soal yang negatif, maka
skor 5 diberikan kepada pilihan respons sangat tidak setuju dan skor 1
untuk pilihan sangat setuju. Demikianlah polanya, kalau pilihan tujuh atau
pilihan tiga dan sebagainya.
3) Skor masing-masing responden merupakan penjumlahan skor tiap
butir soal yang didapat oleh masing-masing responden. Skor rata-rata
tiap in-

247 247
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

dividu adalah jumlah skor yang didapat masing-masing individu dibagi


de- ngan jumlah butir soal. Skor rata-rata masing-masing responden
tersebar antara 1-5.
4) Tiap skor rata-rata itu dapat diartikan positif atau negatif, dengan meme-
domani kembali filosofi dasar dan pedoman nilai yang diberikan. Skor
3, untuk pilihan lima berarti individu itu tidak bersikap positif dan tidak pula
negatif. Skor rata-rata 1 dan 2, berarti individu itu mempunyai sikap nega-
tif terhadap apa yang dijadikan objek penelitian, sedangkan individu
yang mendapatkan skor rata-rata 4 dan 5, berarti mereka itu mempunyai
sikap positif.
Di samping cara pengelompokan di atas, masih ada beberapa cara lain
yang dapat digunakan. Hal itu banyak ditentukan oleh bobot skor yang
diberikan pada masing-masing alternatif pilihan, sistem pembulatan yang
digunakan dan dasar rasional pemikiran dalam pengklasifikasian sehingga
skor terse- but dapat berubah menjadi data interval.
e) Penyempurnaan dan Pengembangan Instrumen.
Setelah butir soal dianalisis berdasarkan sampel uji coba, peneliti memilih
butir soal yang baik berdasarkan validitas internal yang telah diketahui.
Pilihlah di sekitar empat puluh butir soal yang akan dijadikan instrumen
yang siap pakai pada penelitian yang sebenarnya.
Langkah-langkah dalam menentukan urutan butir soal dan cara pemberian
skor dalam instrumen yang terakhir (final) sama dengan pada waktu
menentukan urutan instrumen dan pemberian skor pada waktu uji coba
instrumen.
Beberapa contoh skala
Likert
a. Contoh Pertama:

Sangat Tida ada Kurang Tidak


Pertanyaan Setuju
setuju pendapat setuju setuju
www.facebook.com/indonesiapustaka

1. Saya tidak suka matematika.


2. Matematik membuat saya
merasa aman.
3. Saya bahagia dalam kelas

248 248
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

matematika dari kelas yang lain.


4. Saya mengalami kesukaran
dalam kelas matematika.
5. Saya merasa mudah dalam
matematika.

249 249
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

b. Contoh Kedua:
Disiplin yang baik adalah kunci keberhasilan dalam hidup:

Sangat setuju Tidak ada Kurang setuju Sangat


Setuju pendapat tidak setuju
5 4 3 2 1

c. Contoh Ketiga:
1. Guru mengajar siswa sebagai 1 2 3 4 5 Guru bekerja dengan siswa
suatu kelompok. secara individual.
2. Siswa mengerjakan aktivitas 1 2 3 4 5 Siswa mengerjakan yang
yang kegiatan pada waktu yang bersama beda sesuai dengan
sama. kemampuannya.

b. Skala Thurstone
Skala ini mula-mula dikembangkan oleh Louis Leon Thurstone, seorang
ahli Ilmu Jiwa bangsa Amerika dan pioner dalam pengukuran mental. Berbeda
dengan skala Likert, skala Thurstone ini bertujuan ingin mengurutkan responden
berdasar- kan ciri-ciri tertentu. Skala ini tidak terlalu mudah disusun, namun
mempunyai reli- abilitas yang tinggi, tetapi sukar dalam reprodusibilitasnya. Di
lain pihak perlu pula diperhatikan peneliti bahwa skala Thurstone ini disusun dalam
interval yang sama (equal appearing interval) dan menggunakan pertimbangan
(judges) dalam menyu- sunnya.

1. Penyusunan Skala Thurstone


Dalam penyusunan skala Thurstone ini, ada beberapa langkah yang perlu
dipe-
domani, yaitu:
a) Menentukan komposisi dalam satu pool.
1) Susun dan/atau kumpulkan suatu set pernyataan yang
unidimensional.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Jumlah soal yang ideal antara 100 dan 200 butir.


2) Kekuatan suatu butir/per butir soal tidaklah begitu penting.
3) Boleh pernyataan positif maupun pernyataan negatif.

250 250
4) Susun pernyataan yang unidimesional dan yang bersifat menyatakan
sesua-
tu itu pada suatu kartu untuk setiap
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...
soal. b) Pemilihan penimbang dan
pertimbangan.
1) Rumuskanlah populasi penelitian itu.
2) Pilih dari populasi yang sama, penimbang/juri yang akan membantu
pe-
ngembangan butir soal di atas.

251 251
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

3) Jumlah penimbang sebaiknya sebanyak mungkin, antara 40-100 orang.


4) Kepada penimbang diharapkan mengelompokkan butir soal yang
terdapat dalam setiap kartu ke dalam 11 kelompok dan memberi skor 1
sampai sebe- las atau dari sangat tidak menyenangkan (skor satu) sampai
sangat menye- nangkan (skor 11).
c) Penskoran pertimbangan atau penaksiran skala interval.
1) Kumpulkan semua pertimbangan untuk tiap-tiap pernyataan atau butir
soal.
2) Distribusikan setiap pernyataan, dan pernyataan yang nilainya sangat
me- nyebar dibuang. Adapun skor nilai yang agak bersamaan digunakan
untuk membuat skala.
3) Hitung semi interquartile range untuk setiap pernyataan. Hitung median
dari nilai-nilai. Median akan digunakan sebagai dasar perhitungan.
4) Nilai butir soal ditentukan dengan menghitung median untuk
penempatan frekuensi penilai.
5) Tentukan berapa panjang skala dan berapa banyak butir soal. Dua
puluh atau dua puluh lima butir soal cukup memadai sebagai alat ukur
untuk mengungkapkan sesuatu.
6) Setelah ukuran skala ditentukan, pilihlah soal sebanyak yang dibutuhkan
berdasarkan interval yang sama. Umpama: dua puluh soal dengan nilai
1.0;
1.5; 2.0; 2.5; 3.0; …, 6.5; 7.0; 7.5; ..., 9.5; 10.0; 10.5.
7) Bentuk paralel dapat disusun dengan memilih butir soal lain berdasarkan
interval yang sama pula.
d) Persiapan Pengadministrasian dan Penskoran
1) Suatu butir soal hendaklah dipilih dari sejumlah (pool) soal-soal yang
lebih luas. Butir-butir soal itu ditempatkan secara random/acak tanpa
nilai butir soal itu.
2) Pada setiap butir soal hendaklah disediakan tempat untuk responden
www.facebook.com/indonesiapustaka

me-
nyatakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan itu.
3) Penskoran dilakukan dengan membuat tanda pada butir soal bahwa
res- ponden setuju dengan pernyataan itu. Kemudian mencari skala nilai
untuk tiap butir soal, dan selanjutnya mencari median untuk butir soal

252 252
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

itu. Me- dian untuk setiap butir soal yang disetujui akan menjadi skor
skala untuk responden itu.

253 253
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

2. Contoh Sikap Terhadap Pembelajaran

Skala Nilai Nomor Soal Pernyataan

10.5 1 Pembelajaran adalah salah satu cara yang paling baik untuk
membantu mengembangkan aspek-aspek perikemanusiaan.
10.3 2 Pembelajaran lebih berpengaruh terhadap kemajuan suatu
bangsa daripada profesi lain.
10.1 3 Profesi mengajar dapat membentuk manusia menjadi lebih baik
daripada yang lain.

c. Skala Guttman
Skala Guttman atau disebut juga scalogram analysis. Dikembangkan oleh
Louis
Guttman dan lebih rumit dari skala Likert dan Thurstone. Skala ini:
a) Merupakan skala kumulatif dan ordinal.
b) Hanya mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multidimensi,
karena itu skala ini disebut juga dengan unidimensional.
Seandainya suatu skala disusun berdasarkan atas tingkat pemahaman
masyara- kat tentang modernisasi, maka skor yang didapat tiap responden dalam
skala itu ha- nya menunjukkan tingkat/kadar sejauh mana seseorang menerima
sikap atau konsep tentang modernisasi.

1. Langkah-langkah dalam Menyusun Skala Guttman


Seperti juga skala Likert dan Thurstone, skala Guttman dalam perakitannya
mengikuti langkah sebagai berikut:
a) Susunlah sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan masalah yang akan
diselidiki dengan terlebih dahulu menentukan sub-subvariabelnya dalam
satu pool.
1) Susun pernyataan deskriptif mengenai universe yang diselidiki.
2) Butir-butir soal hendaklah mewakili sikap yang diukur.
www.facebook.com/indonesiapustaka

3) Tempatkan soal itu dengan baik dalam sheet dengan dua


kemungkinan jawaban “ya” dan “tidak”.
b) Uji coba skala.

254 254
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

1) Administrasikan skala itu pada sampel yang diperkirakan memiliki


karak-
teristik yang hampir sama dengan populasi penelitian.
2) Semua butir soal diskor dengan cara yang telah ditentukan terlebih
dahulu.
3) Skor ditentukan untuk tiap responden. Umumnya tiap responden
adalah jumlah jawaban yang positif.
c) Penyusunan skala.

255 255
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

1) Susun suatu chart, dengan butir soal sebelah atas dan responden sebelah
kiri, seperti contoh yang diberikan Oppenheim yang dikemukakan
pada halaman 229.
2) Setelah semua responden selesai diskor, maka kegiatan berikutnya meng-
atur/menyusun kembali menurut ranking, dengan tidak memperbaiki
letak butir soal. Perhatikan contoh pada halaman 229.
3) Setelah semua responden diurutkan, maka langkah berikutnya mengatur
kembali butir soal dengan menempatkan pada kolom pertama yaitu butir
soal yang terbanyak jawaban “ya”, dan seterusnya, dengan tidak mengubah
urutan responden. Perhatikan lebih lanjut contoh pada halaman 230.

Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal


Responden Skor
1 2 3 4 5 6 7 8
A ya ya ya ya ya ya 6
B ya ya ya ya 4
C ya ya ya ya ya 5
D ya ya 2
E ya ya ya 3
F ya ya ya ya 4
G ya ya ya ya ya ya ya 7
H ya ya ya ya 4
I ya ya ya ya ya ya ya 7
J ya ya ya ya ya ya 6
K ya 1
L ya 1
M ya ya ya ya ya ya 6
N ya ya ya ya 4
O ya ya ya 3

Responden Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Skor
www.facebook.com/indonesiapustaka

G ya ya ya ya ya ya ya 7
I ya ya ya ya ya ya ya 7
A ya ya ya ya ya ya 6
J ya ya ya ya ya ya 6
M ya ya ya ya ya ya 6

256 256
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

C ya ya ya ya ya 5
B ya ya ya ya 4

257 257
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Lanjutan ...

Responden Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Skor
F ya ya ya ya 4
H ya ya ya ya 4
N ya ya ya ya 4
E ya ya ya 3
O ya ya ya 3
K ya 1
L ya 1

Responden Soal 7 Soal 5 Soal 1 Soal 8 Soal 2 Soal 4 Soal 6 Soal 3 Skor
G ya ya ya ya ya ya ya 7
I ya ya ya ya ya ya ya 7
A ya ya ya ya ya ya ya 6
J ya ya ya ya ya ya 6
M ya ya ya ya ya ya 6
C ya ya ya ya ya 5
B ya ya ya ya 4
F ya ya ya ya 4
H ya ya ya ya 4
N ya ya ya ya 4
E ya ya ya 3
O ya ya ya 3
K ya 1
L ya 1

4) Kegiatan berikutnya menghitung indeks reprodusibilitas.


a) Indeks ini dihitung untuk menentukan apakah respons yang
diberikan menunjukkan kualitas yang kuat dalam kaitan dengan total
skor yang tertinggi.
b) Untuk menghitung indeks itu dapat digunakan rumus:
Jumlah kesalahan
www.facebook.com/indonesiapustaka

R=1 –
Jumlah respons

Keterangan:
R = jumlah reprodusibilitas

258 258
Jumlah kesalahan = jumlah kesalahan dalam skala, yaitu jawaban
di luar bentuk segitiga.
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

259 259
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Dalam contoh di atas adalah A, H dan K


3
R=1 = 1 – 0,025
120

= 0,975

Untuk skala dalam contoh ini:


Jumlah respons adalah 15 x 8
=120
c) Jika indeks reprodusibilitas kecil dari 0,9, maka skala itu tidak
memuas-
kan untuk digunakan.
d) Indeks reprodusibilitas hanya mengukur ketepatan alat yang dibuat,
sedangkan koefisien skalabilitas menunjuk kepada baik tidaknya
skala itu digunakan.
e) Langkah selanjutnya menghitung koefisien skalabilitas.
Rumus untuk mencari koefisien skalabilitas sebagai berikut:
e
Ks = 1–
0,5 m

Keterangan:
Ks = koefisien skalabilitas.
e = jumlah kesalahan (error).
m = jumlah total kesalahan, yaitu jumlah respons dikurangi
total jawaban “ya” dalam segitiga. Dalam contoh di atas m =
120–57
= 63
3
Ks = 1–
0,5 x 63
www.facebook.com/indonesiapustaka

= 1 – 0,095
= 0,095
(f) Kalau indeks skalabilitas besar dari 0,6, maka skala itu dianggap
baik.

260 260
Oleh karena hasil perhitungan Ks 0,905 lebih besar dari 0,6;
maka skala tersebut berarti baik untuk digunakan.
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF
d. Skala Perbedaan Semantik BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Skala ini dikembangkan mula-mula oleh Osgood, Suci, dan Tannenbaum


un- tuk mengukur pengertian seseorang tentang konsep atau objek. Setiap
responden diminta untuk menilai suatu konsep atau objek dalam suatu skala
bipolar dengan tujuh titik.

261 261
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

1. Langkah-langkah Penyusunan Skala


Sekurang-kurangnya ada tiga langkah yang ditempuh, dalam penyusunan
skala perbedaan semantik (semantic differential):
a) Pilih konsep yang akan dinilai
1) Konsep tersebut hendaklah relevan dengan topik penelitian.
2) Konsep itu harus sensitif untuk membedakan kesamaan antara
kelompok. b) Pilih kata-kata ajektif berpasangan.
1) Kata-kata ajektif itu (bipolar) berlawanan.
2) Sifat berlawanan itu tidak dimunculkan hanya dengan menambah kata
tam-
bahan “tidak”, kecuali kalau tidak ada pilihan yang
lain.
Umpama:
Rajin — malas
(bukan tidak
rajin) Tinggi — rendah
(bukan tidak tinggi)
c) Penempatan kata-kata dalam skala dilakukan secara random.

2. Contoh Skala Perbedaan Semantik


Perbedaan semantik ini dapat lebih banyak disusun untuk mengungkapkan
pe- ngertian tentang ranah afektif atau dimensi evaluatif. Sifat bipolar dapat pula
disusun untuk mengungkapkan potensi, evaluasi, dan kegiatan, seperti contoh di
bawah ini.

Potensi Evaluasi Kegiatan


kuat - lemah baik - buruk cepat - lambat
berat - ringan bersih - kotor aktif - pasif

Contoh: Skala Perbedaan Semantik


www.facebook.com/indonesiapustaka

BELAJAR BEBAS

1. Baik ---:---:---:---:---:---:--- Buruk


2. Aktif ---:---:---:---:---:---:--- Pasif
3. Benci ---:---:---:---:---:---:--- Suka

262 262
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

4. Berat ---:---:---:---:---:---:--- Ringan


5. Sia-sia ---:---:---:---:---:---:--- Berguna
6. Gembira ---:---:---:---:---:---:--- Tenang
7. Fleksibel ---:---:---:---:---:---:--- Kaku

263 263
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Responden hanya memberi tanda X (silang) pada salah satu tempat di


antara tujuh posisi yang disediakan, sesuai dengan persepsinya tentang konsep
yang diukur.

3. Tes
Masih banyak teknik dan alat lain yang dapat digunakan, seperti pair-compar-
ison techniques, sociometry, proyective technique, checklist, dan tes; namun
peng- gunaan sangat terkait dengan masalah dan tujuan serta rancangan
penelitian yang digunakan. Apabila peneliti ingin mengungkapkan kemampuan
seseorang dalam be- lajar, maka peneliti dapat menggunakan tes hasil belajar
(achievement test). Tetapi kalau peneliti ingin mengungkapkan bakat seseorang,
maka peneliti dapat menggu- nakan tes bakat (aptitude test). Seandainya peneliti
ingin mendapatkan gambaran tentang sikap seseorang maka ia dapat
menggunakan tes sikap (attitude test) atau skala sikap (attitude scale), tetapi
kalau yang diteliti tentang kepribadian seseorang maka peneliti dapat
menggunakan tes kepribadian (personality test) atau tes proyek- tif (projective
test).
Beberapa tes dan inventory yang telah baku dan sering digunakan dalam meng-
ukur kepribadian ialah Edward Personal Preference Schedule (EPPS), Thematic Ap-
perception Test (TAT), Rorschach Test, Minnesota Multiphasic Personal Inventory
(MMPI). Adapun untuk minat dapat pula digunakan seperti The Strong-
Campbell Interest Inventory atau The Kuder Interest Inventory. Untuk mengukur
bakat, perlu diketahui lebih dahulu jenis bakat apa yang ingin diukur. Secara umum
dapat digu- nakan Differential Aptitude Tests (DAT) atau General Aptitude Test
Battery (GATB). Tes bakat khusus antara lain Musical Aptitude Test, Bennett
Hand Tool Dexterity Test, Knauber Art Ability Test, dan Iowa Algebra Aptitude
Test. Untuk mengukur ke- mampuan dasar dapat digunakan tes inteligensi, seperti
Standard Progressive Matric (SPM), Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS),
Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC), Draw a Man Test (DMT), dan
tes Binet Simon.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Tes proyektif (projective test) dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana


se- seorang memandang sesuatu di luar dirinya berdasarkan proyeksi dari dalam
dirinya sendiri. Dengan cara demikian peneliti dapat mengetahui motivasi,
sikap, emosi, sifat, dan kepribadian seseorang. Istilah proyektif dikemukakan oleh
L.K. Frank.

264 264
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Teknik sosiometri dapat pula digunakan apabila peneliti ingin mengetahui


in- teraksi atau hubungan di antara anggota kelompok, antara kelompok dan
kelompok, antara pribadi dan anggota kelompok, dan sebagainya.
Tes yang telah baku memang baik, karena tes itu telah mempunyai validitas
dan reliabilitas yang tinggi. Namun apabila peneliti akan menggunakan
instrumen tersebut perlu kehati-hatian. Tes yang valid dan reliabel di negara
“asal”­nya, yaitu di negara di mana tes itu diciptakan dan diujicobakan, belum tentu
sesuai dengan

265 265
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

tujuan, variabel, dan aspek-aspek yang ingin diukur melalui penelitian di tempat
lain. Justru karena itu tes tersebut perlu diadaptasi, dan norma yang digunakan
perlu di- kaji ulang dengan baik, sehingga sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.Di samping itu, perlu pula mendapat perhatian bahwa untuk
menggunakan suatu tes standar diprasyaratkan kemampuan tertentu yang
dibuktikan oleh kewenangan yang dimiliki seseorang. Ini berarti tidak semua orang
dapat menggunakan suatu tes yang baku, kecuali kalau ia telah mempunyai
kewenangan untuk itu. Dalam kondisi seperti itu, peneliti dapat menggunakan orang
lain yang berwewenang untuk tes tersebut dan menerima hasil yang sudah
diolahnya sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Seandainya peneliti akan menggunakan tes yang dibuat sendiri, maka
yang bersangkutan sangat perlu mempersiapkan diri dengan baik. Ia harus
menghayati benar-benar “bagaimana cara menyusun tes yang baik.” Ia harus
memahami dan menguasai aspek-aspek yang akan diteliti, ia harus mengetahui
dan mampu menyu- sun tes yang baik. Ini berarti peneliti mampu merumuskan
dengan baik: (1) kisi-kisi suatu tes yang baik; (2) mampu membuat tes; (3)
mampu melakukan uji coba dan mengolah hasilnya; serta (4) mampu
mengadministrasikan dengan baik tes yang telah disusun.

B. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


1. Validitas
Sebelum peneliti menggunakan instrumen yang telah disusun untuk
pengum- pulan data, peneliti harus yakin apakah instrumen itu valid? Betulkah
akan meng- ukur konstruk, aspek, atau perilaku yang ingin diukur? Anastasi
menyatakan: “The validity of a test concern what do test measure and how well it
does so,” sedangkan Adkin menyatakan pula: The validity of a test concern how
well a test measures an ex- ternal criterion (p. 131). Pendapat yang hampir
bersamaan dengan itu, dikemukakan pula oleh Nachmias: validity is concerned
with the question: Is one measuring what one thinks one is measuring? (Nachmias,
www.facebook.com/indonesiapustaka

p. 40). Beberapa pendapat itu menunjuk- kan bahwa validitas suatu instrumen yaitu
seberapa jauh instrument itu benar-benar mengukur apa (objek) yang hendak
diukur. Umpama: apabila seseorang ingin meng- ukur kemampuan mahasiswa
dalam ilmu pemerintahan, maka materi yang diujikan hendaklah terfokus pada
meteri ilmu pemerintahan. Jangan terjadi salah arah dengan memberikan sebanyak

266 266
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

mungkin istilah asing, sehingga berubah menjadi ujian bahasa asing bukan ilmu
pemerintahan.
Makin tinggi validitas suatu instrumen, makin baik instrumen itu untuk
digu- nakan. Tetapi perlu diingat bahwa validitas alat ukur itu tidaklah dapat
dilepaskan dari kelompok yang dikenai instrumen itu karena berlakunya validitas
tersebut hanya

267 267
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

terbatas pada kelompok itu atau kelompok lain yang kondisinya hampir sama
dengan kelompok tersebut. Oleh karena itu, suatu alat ukur yang valid untuk
kelompok be- lum tentu valid untuk kelompok lain.

a. Jenis Validitas
Validitas suatu instrumen dapat dilihat dari isi atau konsep maupun daya
ramal yang terdapat pada instrumen itu. Di samping itu dapat pula dilihat dengan
memper- hatikan bentuknya atau hubungannya dengan tes/instrumen lain secara
empirik dan statistik. Sehubungan dengan itu validitas dapat dibedakan atas:
1) Validitas isi.
2) Validitas konstruk.
3) Validitas prediktif.
4) Validitas pengukuran
serentak.
Tiap-tiap jenis itu akan diuraikan lebih lanjut pada uraian berikut ini.

1. Validitas Isi (Content Validity)


Validitas isi merupakan modal dasar dalam suatu instrumen penelitian,
sebab kesahihan/validitas isi akan menyatakan keterwakilan aspek yang diukur
dalam in- strumen. Validitas isi dipandang dari segi isi instrumen yang
diberikan. Kerlinger (1973) menyatakan: “Content validity is the repsentativenes
or sampling adequacy of the content the substance, the matter, the topics—of a
measuring instrumen.” Oleh ka- rena ini validitas isi akan ditentukan oleh
ketetapan atau kerepresentatifan pengam- bilan sampel dari isi yang ingin diteliti.
Adapun Gronlund menyatakan: “Content validity may be defined as the extent to
which a test measure a representative sample of domain of tests under consideration”
(Gronlund, 1981).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa validitas isi ini lebih menekankan
pada keabsahan instrumen yang disusun dikaitkan dengan domain yang ingin
diukur. Se- hubungan dengan itu, spesifikasi apa yang ingin diukur harus
www.facebook.com/indonesiapustaka

tergambar dengan jelas dan tuntas. Ini berarti pula sebelum menyusun spesifikasi
harus jelas terlebih dahulu apa tujuan yang ingin dicapai dengan instrumen
tersebut. Berdasarkan tujuan tersebut, maka peneliti dapat pula menetapkan
cakupan atau ruang lingkup yang akan ditanyakan. Sejalan dengan itu, bobot

268 268
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

masing-masing bahan yang diwakili da- lam instrumen seimbang dengan cakupan
yang tersedia.
Umpama: Peneliti ingin mengetahui tentang hubungan motivasi berprestasi
ma- hasiswa hasil dalam belajar. Peneliti itu terlebih dahulu harus memahami konsep
atau konstruk motivasi berprestasi secara mendasar,sehingga dapat
membedakannya dari konsep lain, seperti motivasi belajar, minat belajar, atau
kebiasaan belajar. Selanjut-

269 269
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

nya, mencari hubungan motivasi berprestasi dengan hasil belajar dengan


mengguna-
kan analisis statistik.
Agar dalam menyusun instrumen yang baik untuk penelitian dan
mempunyai validitas isi yang tinggi, maka peneliti hendaklah memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
◆ Menyusun kisi-kisi perilaku, pengetahuan maupun sikap yang mencakup
ke-
seluruhan isi yang ingin diteliti.
◆ Mengambil sampel dari perilaku, pengetahuan, maupun sikap berdasarkan
ki- si-kisi yang telah disusun itu. Sampel yang diambil itu hendaknya mewakili
isi keseluruhan dan bersifat proporsional, sehingga banyaknya materi yang
akan ditanyakan sebanding dengan luasnya objek penelitian.
◆ Susun instrumen dengan selalu memperhatikan cara-cara penyusunan
instru-
men yang baik dan benar.
◆ Timbang instrumen yang telah siap itu kepada seorang ahli di bidang yang
Anda teliti untuk mendapatkan tanggapan dan komentar serta saran-saran
yang per- baikan. Selanjutnya analisis dengan statistik.
◆ Sebaiknya dilakukan seminar/focus group discussion untuk menanggapi
instru- men yang telah disusun maupun yang sudah diperbaiki itu, sebelum
dilakukan penggandaan.

2. Validitas Konstruk (Construct Validity)


Konstruk merupakan konsep atau rekaan yang disusun menurut pandangan
se- seorang, seperti ketelitian, inteligensi, kreativitas, dan sebagainya. Instrumen
mem- punyai validitas yang tinggi dalam kreativitas kalau instrumen itu dapat
membedakan orang yang rendah atau dapat membedakan individu yang satu dan
yang lain dalam kreativitas. Dengan kata lain apakah bagian yang penting di
dalam suatu konsep, dinyatakan atau merupakan bagian dari suatu instrumen
www.facebook.com/indonesiapustaka

yang disusun. Nachmias menyatakan (1968): “Construct validity involves relating


a measuring instrument to an overall the orientical framework, in order to determine
whether the instrument is tied to the concepts and theorical assumptions that are
employed,” sedangkan Anas- tasi (1982) menyatakan pula bahwa: “The construct

270 270
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

validity of a test is the extent to which the test may be said to measure a theoritical
construct or trait.”
Dari beberapa kutipan itu dapat disimpulkan bahwa validitas konstruk
lebih menekankan pada seberapa jauh instrumen yang disusun itu terkait secara
teore- tis mengukur konsep yang telah disusun oleh peneliti atau seberapa
jauhkah (de- gree) konstruk atau trait psikologis itu diwakili secara nyata dalam
instrumen. Untuk mengetahui validity konstruk suatu instrumen penelitian dapat
dilakukan dengan mencari korelasi instrumen dengan instrumen lain yang telah
diketahui validitasnya

271 271
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

atau meminta penimbang ahli (expert judgement) untuk menimbang instrumen


yang disusun peneliti. Di samping itu dapat juga digunakan multitrait-multimethod
matric atau faktor analisis.

3. Validitas Prediktif
Validitas prediktif merupakan ketepatan suatu instrumen dalam
meramalkan atau memprediksi sesuatu untuk masa datang, atau merupakan
derajat kesesuaian antara hasil pengukuran dan kinerjanya dimasa datang dalam
aspek yang diukur. Hill menyatakan: “Predictive validity is the degree of accuracy
with one can use scores from a test to predict performance in the future on the
some other measure”. Oleh karena itu, skor yang didapat bisa dijadikan peramal
yang efektif untuk penampilkan dimasa yang akan datang. Validitas prediktif suatu
instrumen penelitian didapat de- ngan jalan mencari korelasi antara skor
prediktor dan skor yang ada tentang bebe- rapa kriteria pada suatu waktu
kemudian. Umpama: efektivitas guru dalam membe- lajarkan. Tentukan terlebih
dahulu apa kriteria efektif tidaknya seorang guru dalam membelajarkan. Apabila
kriteria itu telah ditetapkan maka baru dapat disusun in- strumen untuk
menentukan aspek-aspek apa yang harus diukur dari sekarang yang diperkirakan
akan menghasilkan sikap, pengetahuan, dan tingkah laku guru yang efektif, di
mana datang setelah mereka menyelesaikan studinya.
Kesukaran utama yang sering ditemui di lapangan adalah menentukan kriteria
sebagai patokan. Seandainya kriteria yang dirumuskan tentang sesuatu yang
diha- rapkan tidak tuntas, kurang jelas, dan tidak tepat, maka instrumen yang
disusun dengan memperhatikan kriteria itu, hasil yang diharapkan akan bergeser
pula dari yang ditetapkan. Istilah lain yang sering digunakan untuk validitas
prediktif ialah “Criterion related validity” atau “emperical validity”.
Penyusunan instrumen yang baik dan mempunyai validitas prediktif yang
tinggi dan mulai dari awal dalam waktu yang terbatas yakni tidak mungkin, sebab
untuk mengetahui validitas prediktif itu peneliti harus menunggu waktu sampai
penampilan dilaksanakan. Oleh karena itu, dapat ditempuh jalan lain dengan
www.facebook.com/indonesiapustaka

membandingkan instrumen yang disusun itu dengan instrumen lain yang


mempunyai kriteria yang sama atau hampir sama serta mempunyai validitas
prediktif yang tinggi. Dengan cara demikian peneliti akan dapat mengetahui daya
prediktif dari instrumen yang disusun tersebut.

272 272
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

4. Validitas Pengukuran Serentak


Validitas ini menggambarkan seberapa jauh hubungan suatu skor
instrumen dengan instrumen lain yang dipandang sebagai kriteria yang
dilaksanakan pada wak- tu yang sama hampir bersamaan. Tingkatan hubungan
itu akan menunjukkan ke- tetapan instrumen yang disusun sebagai alat
pengumpul data dalam penelitian.

273 273
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Jensen (1980) menyatakan bahwa: concurrent calidity traditionally has referred to (1) the cor-
relation between a test and a criterion when both measurement are obtained at nearly the same
point in time (as when a cholastic aptitude test scholastic achievement test are adminstrated on
same between a new, unvalidited test and another test of already astablished validity.

Berbeda dengan validitas prediktif, serentak tidak perlu menunggu waktu


yang lama untuk menunggu kenyataan. Penentuan validitas ini lebih terkait
dengan in- strumen lain dalam aspek yang sama serta telah diketahui
kesahihannya. Dengan memberikan kedua instrumen itu pada responden yang
sama dan kemudian melihat keefektifannya,maka peneliti akan dapat menentukan
apakah instrumen itu baik un- tuk digunakan atau perlu disempurnakan lagi.
Suatu hal perlu diingat bahwa instrumen pembandingnya hendaklah
benar-be- nar mengukur aspek yang sebenarnya bukan hanya “face validity”.
Umpanya: pe- neliti ingin mengetahui kemampuan inteligensi anak-anak. Untuk
maksud tersebut peneliti menyusun tes inteligensi. Apakah tes yang disusun itu
valid atau tidak, maka peneliti dapat menggunaka WISC (Wechler Intelligence
Scale for Children) sebagai pembandingnya.

b. Cara-cara Menentukan Validitas Instrumen


Sebelum suatu tes atau jenis instrumen lainnya digunakan untuk mengukur
se- suatu konsep, konstruk, atau proposis tentang suatu objek penelitian, maka
peneliti harus yakin betul bahwa instrumen itu betul-betul menguji apa yang
ingin diukur atau diungkapkan oleh peneliti. Justru karena itu, setiap instrumen
yang akan digu- nakan harus diketahui terlebih dahulu berapa validitasnya. Oleh karena
itu, sebelum suatu instrumen baru digunakan harus dicari validitasnya. Beberapa
cara yang dapat digunakan untuk menentukan validitas instrumen sebagai berikut.

1. Membandingkan Tes /Instrumen dengan Kriteria.


Dalam hal ini kriteria adalah instrumen lain yang mengukur aspek yang
sama dengan aspek yang ingin diukur. Instrumen itu telah diakui dan diketahui
validitas- nya. Dengan mencari korelasi kedua instrumen itu secara keseluruhan
www.facebook.com/indonesiapustaka

maka akan didapat harga r-nya. Apabila harga r (korelasi) itu setelah
dibandingkan dengan harga r tabel ternyata signifikan, maka dapat dikatakan
bahwa tes/instrumen yang disusun sesuai atau sejajar dengan kriteria. Berhubung
karena tes yang digunakan sebagai kriteria ialah tes yang mempunyai validitasnya

274 274
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

yang tinggi, maka dapatlah disimpulkan pula bahwa tes yang disusun juga
mempunyai validitas yang tinggi se- banding dengan validitas instrumen kriteria.
Rumus yang dapat digunakan antara
lain:
a) Kalau N kelompok uji coba ≥ 30 orang dan data yang dihasilkan adalah
data

275 275
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

interval,maka product moment correlation, dapat digunakan. Salah satu


rumus
product moment correlation ini sebagai berikut:
N XY ( X )( Y )
R XY
{N X 2 ( X)2 {N Y 2 ( Y )2 }

Keterangan:
Rxy = Koefisien korelasi tes yang disusun dengan kriteria
X = Skor masing-masing responden variabel X (tes yang
disusun) Y = Skor masing-masing responden variabel Y
(tes kriteria)
N = jumlah responden
b) Spearman rank order correlation. Rumus ini digunakan apabila N kecil dan
data ordinal.
6 D2
Rho 1
N(N2 1)

Keterangan
:
D = Deviasi urutan tiap responden pada tes yang disusun dengan tes
kriteria
N = Jumlah responden

2. Validitas Butir Soal (Analisis Butir)


Validitas keseluruhan soal berkualitas erat dengan validitas tiap butir soal.
Apa- bila tiap butir soal mempunyai validitas yang tinggi dalam hubungannya
dengan skor total, maka instrumen itu pada akhirnya juga akan mempunyai
validitas yang tinggi. Andai kata ada butir soal yang kurang tepat, maka butir soal
itu perlu disempurna- kan, diganti, sehingga butir soal yang digunakan mempunyai
validitas yang baik.
Sehubungan dengan itu, kisi-kisi yang disusun hendaklah betul-betul
www.facebook.com/indonesiapustaka

mewakili (representativeness) konstruk atau aspek yang ingin diukur, baik dilihat
dari proporsi- nya maupun dari aspek yang ingin diukur.
Beberapa rumus yang dapat digunakan
yaitu:

276 276
a) Product moment correlation
Dalam hal ini skor tiap butir soal untuk tiap responden dikorelasikan dengan
skor
BAGIAN tiap METODE
KEDUA: total responden
PENELITIANyang bersangkutan.
KUANTITATIF BABHasil
9 • yang dapat
Teknik dibandingkan
Pengumpulan Data ...
dengan nilai r pada tabel product moment correlation.
b) Korelasi biserial.
Rumus yang digunakan
yaitu:

277 277
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Mp Mt p
rpbis 
SDt q

Di mana:
rpbis = Koefisien korelasi biserial
Mt
= Mean total
Mp = Mean skor dari subjek yang menjawab betul butir soal yang dicari
SD t = Standar deviasi skor total
p = Proporsi responden yang menjawab benar butir soal yang dicari
q = proporsi responden yang menjawab salah butir soal yang
dicari
(q = 1 – p)
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan rumus ini sebagai
berikut:
1) Buat tabel persiapan dengan menentukan siapa yang menjawab benar
diberi nilai 1 dan yang menjawab salah nol. Tentukan pula jumlah yang benar
untuk tiap responden.
Butir Soal Nomor Satu
Sampel Skor Nomor Satu Skor Total
A 1 7
B 0 5
C 0 5
D 1 8
E 1 7
F 1 7
G 1 6
H 1 6
I 1 7
J 1 6

2) Tentukan responden yang menjawab benar butir soal di atas. Dalam hal ini:
A, D, E, F, G, H, I, J.
www.facebook.com/indonesiapustaka

3) Jumlahkan skor total masing-masing responden yang menjawab butir soal


itu dengan benar dan kemudian cari mean skor dari subjek yang
menjawab betul
(Mp).

278 278
7 8 77 667 6
Mp 6,75
8
4) Jumlahkan
BAGIAN semua
KEDUA: METODE skor total
PENELITIAN responden danBAB
KUANTITATIF kemudian cari Pengumpulan
9 • Teknik mean total (Mt).
Data ...

7+5+5+8+7+7+6+6+7+6
Mp 6,4
10

279 279
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

5) Cari SD total.
2
X X
SD 
N N
2
X 418
X 64
64 
2

SD 
418
t
10 10
0,84
0,92

6) Tentukan proporsi responden yang menjawab butir itu dengan benar dan
salah.
8
p = = 0,8
10

q = 1 – 0,8 = 0,2

7) Masukkan ke dalam rumus.


6,75 6,4 0,8
rpbis 
0,92 0,2
 0,35
0,92
0,76

Dengan cara demikian akan dapat diketahui validitas tiap butir soal. Soal
yang tidak valid dibuang dan diganti dengan yang lain, diujicobakan lagi dan
seterusnya. Akhirnya didapat suatu set instrumen yang valid.

2. Reliabilitas
Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu, bahwa ketetapan suatu
hasil pengukuran/asessment dalam penelitian akan ditentukan oleh berbagai
www.facebook.com/indonesiapustaka

faktor, an- tara lain oleh konsistensi, stabilitas, atau ketelitian alat ukur/inventori
yang diguna- kan. Apakah skor yang yang didapat selalu konsisten, seandainya
peneliti melakukan ulangan pada responden yang sama pada waktu yang berbeda?
Betulkah tidak terjadi perubahan skor secara berarti kalau peneliti melakukan
penelitian ulangan dalam waktu yang berlainan? Sehubungan itu, pada bagian

280 280
berikut ini kita akan membi- carakan tentang pengertian realiabilitas dan beberapa
cara untuk mencari reliabilitas suatu intrumen penelitian.
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

281 281
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

a. Pengertian
Reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen
peneli- tian terhadap individu yang sama, dan diberikan dalam waktu yang berbeda.
Wright- stone menulis bahwa reliabilitas sebagai suatu perkiraan tingkatan
(degree) konsis- tensi atau kestabilan antara pengukuran ulangan dan
pengukuran pertama dengan menggunakan instrumen yang sama. Adapun
Gronlund menyatakan: “Reliability refers to the consistency of measurement results
are from one measurement to another (1981). Anastasi (1982) memperkuat
pendapat tersebut sebagai berikut: “Reliability refers to the consistency of scores
obtained by the same person when reexamined with the same test on different
occasions, or with different sets of equivalent forms, or under other variable examining
conditions.”
Oleh karena itu reliabilitas menunjuk kepada:
1. Sebagai hasil yang diperoleh dengan instrumen evaluasi, bukan terhadap
instru-
men itu sendiri.
2. Perkiraan reliabilitas itu menunjuk kepada konsisten dari skor instrumen
tes tersebut.
3. Reliabilitas itu penting, tetapi tidak cukup untuk menjamin validitas suatu
in- strumen. Reliabilitas itu hanya menyediakan konsistensi bukan
mengukur isi instrumen.
4. Reliabilitas dinyatakan dalam “coeficient reliability” dan/atau dengan
“standar error of measurement”.
Jadi, suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen itu dicobakan
kepa- da subjek yang sama secara berulang-ulang namun hasilnya tetap sama
atau relatif sama.

b. Beberapa Faktor yang Memengaruhi Reliabilitas


Banyak faktor yang memengaruhi reliabilitas instrumen, tetapi di antara
www.facebook.com/indonesiapustaka

faktor itu yang lebih menonjol yaitu:


1. Konstruksi butir (soal) yang tidak tepat, sehingga tidak dapat mempunyai
daya pembeda yang kuat. Sering terjadi seorang murid yang mampu dalam
kecakap- an, tetapi karena konstruksi instrumen yang kurang tepat sehingga
ia tidak da- pat memberikan informasi yang benar.

282 282
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

2. Panjangnya suatu instrumen akan dapat menurunkan reliabilitas suatu


instru- men. Instrumen yang panjang akan selalu membosankan, melelahkan,
dan me- ngurangi perhatian. Akibat hal itu responden akan memberikan
reaksi yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.

283 283
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

3. Penilaian yang subjektif pada waktu membuat scoring.


Kelelahan dan kebosanan seorang peneliti dalam memberikan suatu
instrumen atau pengadministrasian yang kurang tepat akan selalu
memberikan pengaruh pada reliabilitas instrumen tersebut.
4. Ketidaktepatan waktu yang disediakan dalam menyelesaikan suatu
instrumen.
5. Tingkat kemampuan yang ada dalam kelompok itu.
6. Panjangnya instrumen yang diberikan makin panjang instrumen itu makin
ku-
rang telitilah dalam
pengisiannya.
7. Penyebaran kelompok responden.
Makin besar perbedaan dalam suatu kelompok (umpama perbedaan umur)
se-
makin baik hasilnya, demikian juga
sebaliknya.

c. Cara Menentukan Reliabilitas


Untuk dapat menentukan reliabilitas suatu instrumen dapat dilakukan
dengan berbagai cara sebagai berikut:

1. Metode Belah Dua (Split- half Method)


Cara ini kadang-kadang disebut juga dengan “coefficient internal
consistency”. Dalam pelaksanaannya, suatu instrumen diberikan kepada
sekelompok responden kemudian skor yang didapat oleh masing-masing individu
dibagi dua, artinya semua nomor genap dijumlahkan skornya, demikian juga untuk
nomor ganjil, sehingga se- orang responden mandapatkan dua kelompok nilai.
Selanjutnya cari korelasi dari kedua kelompok itu untuk masing-masing
responden. Umpama dengan menggu- nakan berbagai rumus statistik yang cocok
dengan keadaan data itu. Salah satu di antaranya dengan menggunakan “rank
order correlation” yang dikemukakan oleh Spearman. Apabila rumus ini yang
dipakai berarti instrumen yang digunakan akan diubah menjadi data ordinal.
Formula untuk ini sebagai berikut:

6 D2
Rho 1
N(N2 1)

284 284
(Digunakan apabila N kecil)
Keterangan: Rho (rs) = Korelasi
N PENELITIAN
BAGIAN KEDUA: METODE = Jumlah KUANTITATIF
subjek penelitianBAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...
D = Perbedaan R1 – R2

Apabila N besar gunakanlah formula lain seperti pearson product moment


cor- relation.
Untuk dapat mengetahui reliabilitas instrumen secara keseluruhan, maka
pada
www.facebook.com/indonesiapustaka

285 285
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

langkah berikutnya hendaklah dicari lagi korelasinya dengan menggunakan


Spear-
man-Brown formula sebagai berikut:
2r 1x x2
rxx
1 r x 1x 2

Keterangan: r x1 x2 = Kolerasi skor genap dan ganjil

r x x = reliabilitas intrumen secara keseluruhan


Contoh:

No Responden R1 R2 D D2
1. A 1 2 -1 1
2. B 3 1 2 4
3. C 4 3 1 1
4. D 6 5 1 1
5. E 7 8 1 1
6. F 8 6 2 4
7. G 9 7 2 4
8. H 2 9 -7 49
9. I 5 4 1 1
10. J 10 10 0 0
11. K 11 11 0 0
Jumlah 0 66

Korelasi menurut rumus Spearman yaitu:


6 x 66
Rho 1
11(1211)
396
1
1320
1 0,30
0,70

Reliabilitas instrumen yaitu:


2 x 0,70
rxx 
1 0,70
1,40

286 286
1,70
0,82

BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...
www.facebook.com/indonesiapustaka

287 287
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Dari koefisien reliabilitas di atas (0,82) dapat disimpulkan bahwa alat


ukur tersebut cukup reliabel.
Adapun Flanagan kurang sapendapat dengan Spearman Brown, yang
meng-
anggap bahwa varian untuk masing-masing kelompok sama, karena itu ia
menge-
mukakan formula sebagai berikut:
2 2
t 2
rtt 21
 2
t

Keterangan: rtt = korelasi keseluruhan


 21 = varian skor bagian pertama (add)
22
= varian skor kedua (ganjil)
 2
t
= varian keseluruhan skor
Di samping menggunakan formula di atas, konsistensi internal dapat pula
dicari dengan Gutmann dan Kuder-Richardson, formula KR20 sebagai berikut:
2
n t SD pq
r tt
n 1 SD2t

Keterangan:
rtt = Koefisien reliabilitas keseluruhan instrumen
n = Jumlah butir dalam keseluruhan instrumen
SD t = Standar deviasi dari keseluruhan instrumen
p = Proporsi jumlah responden (dalam persen) yang menjawab tiap
butir dengan benar
q = Proporsi jumlah responden (dalam persen) yang gagal menjawab
tiap instrumen.
∑pq = jumlah perkalian p dan q untuk semua butir.
Adapun KR21 adalah sebagai berikut:

n  M (n M)
KR
Ata 21 
n1 
u: t

288 288
1
n
SD2
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...
2
n t npq
KR 21  2
n1 t
www.facebook.com/indonesiapustaka

289 289
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

Contoh:
Mahasiswa sebanyak 10 orang diberikan ujian dari nomor 1 sampai No. 6. Bentuk ujian
pilihan jamak. Hasilnya sebagai berikut!

No. Jawaban Mahasiswa Proporsi


Kunci
Soal A B C D E F G H I J p q pq
1. c a b c c d c c c d c 0,6 0,4 0,24
2. b a c c b b b b b d c 0,5 0,5 0,25
3. a a a b b a a a a c a 0,7 0,3 0,21
4. d d a b d d d d d d d 0,8 0,2 0,16
5. c c c b c c c c c c d 0,8 0,2 0,16
6. d d d a a d d d c c d 0,6 0,4 0,24
pq 1,26

A B C D E F G H I J
Skor genap 2 1 0 2 3 3 3 2 1 2 ∑X=19
(X)
Skor ganjil 2 2 1 2 2 3 3 3 1 2 ∑Y = 21
(Y)
X+Y 4 3 1 4 5 6 6 5 2 4
N =10

(X Y ) 40
M 4
N 10
2 2
X 45 Y 49 (X Y)2 184

184 (40)2
Variance (SD t 2 )
10 10
18,4 16 2,4
Jumlah item (n) 6

6 2, 4 1, 26 
KR20
61 2,4
1,14
1,2 x
2,4

290 290
1,2 x 0,475 0,57

BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...
www.facebook.com/indonesiapustaka

291 291
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

6 4(6 4) 
KR21 x 1
5 6 x 2,4

8 
14,4 
1,2 x

1,2 x (1 0,56)
1,2 x 0,44
0,528

KR21 lebih baik digunakan apabila tingkat kesukaran tidak jauh berbeda
antara
butir soal yang terdapat dalam tes. Tetapi angka koefisien yang ditunjukkan
oleh
KR21 selalu lebih rendah (underestimate). Kalau tingkat kesukaran butir soal
yang
terdapat dalam ujian atau tes itu berbeda antara yang satu dan yang lain maka
se-
baiknya digunakan KR20 bukan KR21 .

2. Metode Ulangan (Test-Retest)


Penentuan reliabilitas suatu instrumen dengan metode ulangan ialah
dengan memberikan instrumen yang sama kepada sejumlah subjek yang sama
pada waktu yang berbeda, tetapi dalam kondisi pengukuran yang relatif sama.
Kesukaran yang sering ditemui yaitu menciptakan suatu kondisi yang hampir sama
dalam situasi yang berlainan. Kondisi di sini mencakup dalam arti luas. Umpama
waktu pagi hari de- ngan sore hari akan memberi kondisi yang berbeda, demikian
juga motivasi maupun semangat subjek. Adapun menyangkut dengan instrumen
tidak ada masalah, karena instrumen yang digunakan sama. Kesukaran lain yaitu
adanya pengaruh/efek pem- berian instrumen yang pertama terhadap pemberian
instrumen pada tahap dua.
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk menentukan korelasi antara
hasil tes/instrumen pertama dan hasil instrumen yang sama untuk kedua kalinya
(re-test). Salah satu cara yang dapat digunakan ialah product moment correlation”
apabila data
yang dihasilkan data interval. Formula itu sebagai berikut:
xy
rxy ( x 2 )( y2 )

292 292
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara skor X dan skor Y (tes pertama dan tes
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF
kedua) BAB 9 • Teknik Pengumpulan Data ...

xy = jumlah perkalian x dan y


x = jumlah deviasi dari X
y = jumlah deviasi dari Y
∑x2 = Jumlah kuadrat deviasi masing-masing skor X dari rata-rata hitung X
∑y2 = Jumlah kuadrat deviasi masing-masing skor Y dari rata-rata hitungY
www.facebook.com/indonesiapustaka

293 293
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF

3. Metode Bentuk Paralel (Paralel Form Reliability)


Teknik ini membutuhkan dua set atau dua bentuk form instrumen. Kedua
ben-
tuk instrumen itu seimbang. Langkah-langkah yang ditempuh yaitu:
a) Berikan bentuk instrumen pertama kepada subjek.
b) Berikan bentuk kedua kepada responden itu tanpa tenggang waktu.
c) Bandingkan hasil kedua bentuk tes itu dan gunakan statistik yang cocok.
Beberapa teknik korelasi yang telah dikemukakan dapat digunakan untuk
me-
nentukan koefisien korelasi antara kedua instrumen tersebut.

C. UJI COBA INSTRUMEN


Apabila ada instrumen lain yang dapat digunakan sebagai kriteria, seperti
telah diungkap pada waktu membicarakan validitas, maka uji coba instrumen
dilakukan dengan memberikan kedua instrumen tersebut dan kemudian
mengolahnya. Namun apabila instrumen penelitian yang akan digunakan baru
sama sekali, maka sebelum peneliti menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data yang sesungguhnya, instrumen yang telah disusun perlu
diujicobakan terlebih dahulu. Untuk itu, perlu dilakukan dua bentuk uji coba
instrumen.
1. Uji coba tahap pertama dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen
yang telah disusun benar-benar mampu mengukur dan menilai aspek-aspek
(con- struct) yang ingin diteliti. Oleh karena itu, instrumen yang akan
digunakan per- lu ditimbang oleh pakar di bidang yang akan diteliti (expert
judgement) untuk mengetahui validitas konstruk (contruct validity) instrumen
tersebut.Jumlah ahli yang digunakan sebaiknya ganjil dan lebih dari satu.
Untuk memudahkan dalam mengolah hasil “judge” pakar tersebut, sebelum
diserahkan kepada ahli, sebaik- nya instrumen tersebut dirancang dalam
format tertentu dan kemudian hasil- nya dapat diolah secara statistik. Andai
kata nilai validitas yang didapat belum memenuhi syarat instrumen yang valid,
instrumen itu kembali diperbaiki dan diminta bantuan pakar lagi serta diolah
www.facebook.com/indonesiapustaka

lagi.
2. Coba tahap kedua untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun
sesuai dengan karakteristik sampel: dapat dipahami, mudah dibaca dan tidak
meragu- kan bagi sampel penelitian, baik dari segi bahasa, isi, dan

294 294
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF
perwajahannya (face validity).Uji coba lapangan ini diberikan kepada
sejumlah populasi penelitian, tetapi tidak dijadikan sampel penelitian.

295 295
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Andai kata Anda ragu-ragu, baca kembali
uraian pada Bab 9.

1. Jelaskan beberapa rangkaian kegiatan yang perlu dilakukan peneliti yang mendahului ta- hap
pengumpulan data.
2. Apakah yang dimaksud dengan kuesioner?
3. Jelaskan dua tipe kuesioner yang Anda ketahui.
4. Mungkinkah peneliti menyusun instrumen tanpa menentukan variabel penelitian terlebih dahulu?
Andai kata “ya”, jelaskan dasar pertimbangannya, andai kata “tidak”, mengapa demikian?
5. Apakah beda antara pendapat dan sikap? Jelaskan dengan contoh.
6. Jelaskan delapan keuntungan apabila seorang peneliti menggunakan kuesioner tertutup dalam
mengumpulkan data penelitiannya.
7. Di samping keuntungan penggunaan kuesioner tertutup dalam pengumpulan data, kue- sioner
tipe ini juga mempunyai beberapa kelemahan. Cobalah Anda terangkan enam kele- mahan yang
Anda ketahui.
8. Sebutkan enam kebaikan kuesioner terbuka sebagai alat pengumpulan data.
9. Jelaskan enam kelemahan kuesioner terbuka yang Anda ketahui.
10. Susunlah dua butir kuesioner tertutup sesuai dengan bidang Anda.
11. Apakah yang dimaksud dengan wawancara?
12. Jelaskan empat komponen yang menentukan keberhasilan wawancara dalam suatu pene- litian.
13. Jelaskanlah tiga tipe wawancara yang Anda ketahui.
14. Susunlah suatu model wawancara terstruktur sesuai dengan bidang Anda.
15. Jelaskan dua tipe observasi yang Anda ketahui.
16. Susunlah satu contoh skala model likert sesuai dengan bidang Anda.
17. Cobalah Anda jelaskan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun skala Thurstone.
www.facebook.com/indonesiapustaka

18. Cobalah Anda jelaskan apakah beda antara skala Likert dan skala Perbedaan Semantik (Se- mantic
Differential)?
19. Cobalah Anda jelaskan kapankah suatu instrumen penelitian dikatakan valid/sahih?

296 296
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF

20. Jelaskanlah perbedaan antara validitas konstruk (construct validity) dan validitas prediktif
(predictive validity).
21. Dapatkah dikatakan suatu tes yang reliabel valid? Jelaskan jawaban Anda.
www.facebook.com/indonesiapustaka

250 250
Bab 10
TEKNIK ANALISIS DATA

Sebelum mengolah dan menganalisis data penelitian, peneliti perlu sekali


me- nyadari bahwa jenis dan rumus statistik yang digunakan hendaklah tepat dan
benar sesuai dengan jenis data penelitian. Oleh karena itu, peneliti dapat
menggunakan statistik deskriptif atau statistik inferensial. Statistik deskriptif
dimaksudkan untuk mendeskripsikan data apa adanya, sedangkan penggunaan
statistik Inferensial apa- bila peneliti melakukan inferensi/penarikan kesimpulan
berdasarkan data. Kalau dikaitkan dengan jenis data yang ada/dikumpulkan, sering
pula dijumpai klasifikasi lain, yaitu parametrik dan nonparametrik. Parametrik
merupakan data yang dikum- pulkan dengan instrumen yang menghasilkan data
interval dan rasio, dan memenuhi beberapa kriteria, yaitu (a) data yang diolah
harus berdistribusi normal, homogen, dan (b) linear; sedangkan nonparametrik
adalah apabila data yang dikumpulkan da- lam bentuk ordinal maupun nominal.

A. JENIS DATA
Jenis data penelitian secara sederhana dapat dibedakan atas empat jenis
klasi- fikasi yaitu (1) data nominal, (2) data ordinal, (3) data interval, dan (4)
data ra- sio. Keempat klasifisifikasi jenis data itu, pada prinsipnya bersumber dari
perbedaan tipe/bentuk instrumen yang digunakan.

1. Data Nominal
Data nominal merupakan data dengan pengklasifikasian atau
pengkategorian berdasarkan nama atau simbol lain secara tuntas dan lepas. Tidak
ada order (urutan) atau tingkatan. Semua variabel dijabarkan dalam alternatif
www.facebook.com/indonesiapustaka

dengan kedudukan setara atau saling lepas (mutual exclusive) dan tuntas
(exhaustive).

Umpama:
Jenis kelamin : 1. Laki- laki
2. Perempuan

251 251
Tempat tinggal : 1. Desa
2. Kota

253 253
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk data ‘nominal yaitu: Mean,
me- dian, mode, frekuensi, persentase, pie chart, bar graphs, lambda goodman,
dan Kruskal’s atau square, contigency coeficient, dan Cramer’s V.

2. Data Ordinal
Banyak konsep dalam variabel penelitian tidak hanya dapat diberi nama
atau diklasifikasikan tuntas, tetapi berhubungan antara satu dan yang lain. Relasi
itu di- tandai oleh tingkatan atau urutan menurut besarannya atau ordernya
dengan ber- bagai variasi. Atau, karena sifatnya yang ingin diketahui sehubungan
dengan variabel yang diteliti, maka pengukuran ordinal lebih sesuai dengan kondisi
tersebut.
Beberapa prinsip pengukuran data ordinal sebagai berikut:
1. Data yang dihasilkan merupakan data ordinal dan dinyatakan dalam istilah
dari tinggi-rendah; sangat panas, panas, sedang, kurang panas, dingin, tetapi
tidak menyatakan berapa panasnya, tingginya, atau lebih baiknya.

Umpama
1. Suhu udara .
a. Sangat panas
b. Panas
c. Kurang panas
2. Bumi mengitari Matahari pada orbitnya.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju

2. Data ordinal tidak menunjukkan bahwa interval angka sama.


Angka itu hanya menunjukkan urutan dan tidak mungkin dibagi, ditambah,
atau dikurangi.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Sangat setuju dalam beberapa instrumen bukanlah menunjukkan skor yang


sa-
ma, karena tidak berangkat dari kriteria yang sama seperti:
1. Sikap terhadap kawin campuran
a. Sangat setuju

252 252
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
2. Pendidikan menentukan perkembangan individu a.
Sangat setuju

253 253
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
3. Pengukuran skala ordinal tidak mempunyai angka nol mutlak.
4. Angka yang dihasilkan dengan pengukuran skala ordinal hanya
menunjukkan
rank-order dan tidak lebih dari itu.
Berhubung karena pengukuran dengan skala ordinal ini menghasilkan data
fre- kuensi, dalam klasifikasi rank-order; maka cara yang digunakan untuk
mengolah data nominal dapat digunakan untuk data ordinal dengan mengubah
data ordinal menjadi data nominal, tetapi bukan sebaliknya. Di samping cara itu,
beberapa. cara lain yang dapat digunakan yaitu: gamma, tau–b, Phi, Yule’sQ, rank-
order coefficient
of correlation, Kendall’s atau Somers’ YX
d .

3. Data Interval
Berbeda dengan pengukuran skala nominal dan ordinal, pada skala interval
telah ada unit pengukuran (unit of measurement) tertentu, sehingga mempunyai
jarak yang bersifat konstan.

Umpama:
Secara berturut-turut selama lima hari, seorang peneliti mengamati suhu badan sese-
orang. Ia mencatat:
Hari pertama : 380C
Hari kedua : 390C
Hari ketiga : 390C
Hari empat : 39,50C
Hari kelima : 400C

Dalam contoh di atas unit pengukuran yang dipakai Celcius. Panas badan
hari pertama berbeda satu derajat dengan hari kedua, panas badan hari kelima
0,50C lebih tinggi dari panas badan pada hari keempat.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Skala interval tidak mempunyai nilai nol mutlak, seperti dalam bilangan
ratio. Titik nol pada Celcius tidak sama dengan harga nol pada bilangan rasio. Oleh
karena itu titik nol Celcius sama letaknya dengan 32 pada Fahrenheit.

254 254
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Masing-masing ter- mometer itu mempunyai unit pengukuran sendiri-sendiri,


dan penempatan titik nol adalah secara “arbitrary”
Dalam penelitian, skala interval banyak digunakan, karena peneliti ingin
mendeskripsikan suatu objek penelitian lebih terperinci, bukan hanya sekadar
“lebih dari, kurang dari; selalu, sering kali, kadang-kadang; tidak pernah, setuju,
kurang setuju, tidak setuju.” Dengan penggunaan angka yang mempunyai unit
pengukuran

255 255
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

yang sama terhadap objek penelitian, peneliti akan dapat mengatakan hari
kelima lebih tinggi dua derajat dari panas badan hari pertama dan kedua. Tetapi
kita tidak dapat mengatakan bahwa panas badan 400C dua kali lebih dari panas
badan 200C.
Teknik yang digunakan untuk data nominal dan ordinal dapat digunakan
untuk skala interval, dengan jalan mengubah klasifikasi data interval menjadi
data ordinal
atau nominal, seperti
berikut.

Inteligensi Frekuensi
140 – 159 2
120–139 95
100–119 15
80–99 6
60–79 1

Dapat diubah menjadi skala ordinal:

Sangat Tinggi 2
Tinggi 5
Sedang 15
Kurang 6
Kurang Sekali 1

Atau dengan klasifikasi lain:


Tinggi 7
Sedang 15
Kurang 7

Oleh karena itu data interval dapat juga diolah dengan menggunakan
teknik
analisis ordinal maupun nominal, dengan mengubah terlebih dahulu dalam
bentuk
skala ordinal maupun nominal. Beberapa teknik .
yang dapat digunakan yai-
lain

256 256
tu: pearson’s product moment, mean. Standard deviation, ANOVA, t test,
regression analysis.
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
4. Data Ratio
Jenis ini merupakan peringkat pengukuran yang paling tinggi dan
mempunyai nilai nol mutlak. Kalau pada skala interval titik nol merupakan arbitrary,
dan tidak da- pat dibagi atau dikalikan, maka dalam skala ratio keempatnya dapat
dilakukan. Semua sifat pada skala nominal, ordinal, dan interval juga terdapat pada
skala ratio.
www.facebook.com/indonesiapustaka

257 257
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Umpama:
Penelitian tentang umur lima orang penduduk yang mempunyai kasus, yaitu:

A berumur 25 tahun
B berumur 50 tahun
C berumur 30 tahun
D berumur 20 tahun
E berumur 60 tahun

Umur E tiga kali umur D; sedangkan umur B dua kali umur A. Umur B sama dengan umur C
+ D. Umur A + B lebih kecil dari umur C + E. Selisih umur E – B = C-D. Yang paling tua
ialah E; sedangkan yang paling muda ialah D.

Berhubung karena sifat yang dimiliki oleh skala pengukuran yang lain juga
dimi- liki oleh skala ratio, maka semua teknik analisis dapat dipakai untuk skala
ini dengan cara mengubah klasifikasi datanya sehingga menjadi data interval, atau
ordinal, atau nominal.
Secara sederhana sifat yang dimiliki oleh keempat skala pengukuran itu
dapat digambarkan seperti Tabel 10.1.

TABEL 10.1 Sifat-sifat Peringkat Pengukuran.

Sifat
Tuntas, Jenjang (Order) Satuan Unit
Nol Mutlak
Saling Lepas Urutan (Rank) Pengukuran
Skala
Nominal X - - -
Ordinal X X - -
Interval X X X -
Ratio X X X X

B. TEKNIK ANALISIS DATA DAN APLIKASINYA


Analisis data merupakan salah satu langkah dalam kegiatan penelitian yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

sa- ngat menentukan ketepatan dan kesahihan hasil penelitian. Perumusan


masalah dan pemilihan sampel yang tepat belum tentu akan memberikan hasil yang
benar, apabila peneliti memilih teknik yang tidak sesuai dengan data yang ada.
Sebaliknya, teknik yang benar dengan data yang tidak valid dan reliabel akan

258 258
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

memberikan hasil yang berlawanan atau bertentangan dengan kenyataan yang ada
di lapangan.

259 259
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data


Beberapa teknik analisis yang dapat digunakan dalam pengolahan data hasil
pe-
nelitian kuantitatif sebagai berikut:

Perlakuan data Skala pengukuran Teknik analisis


Non parametrik NominaI Mode, Frekuensi, Persentase, McNemar, Chi Squares,
YulesQ, Fisher’s, Descriminant Analisis, Cohen’s. Light’s
Agreement, Dummy variable regression, Epsilon,
Lambda, Goodman, and Kruskal’s tau-y

Chi-Squares, lambda, Modes Median, Frekuensi,


Persentase, Spear
man’s Rho, Mann Whitney, Kruskal Wallis, Phi, Yule’s
Q Gamma, tau-a, tau-b, Somer’s, Wilcoxon, Uji Tanda,
0rdinal 1 Kolmogorov-Smirnov, Friedman two way.

Parametrik Interva 1 Mode, Median, Mean, Frekuensi, Persentase, Standard


Deviasi, t test, F test, ANOVA, Pearson Product
Moment, Multiples Correlation, Partial Correlation,
Ratio Multiples Regression. ANOVA, Factor Analysis.
Analysis Covarians, Path Analysis.

Catatan: Ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk skala pengukuran yang berbeda.

Setiap peneliti dalam memilih teknik analisis yang akan digunakan hendaklah
mempertimbangkan karakteristik: tiap formula. Banyak teknik statistik yang dapat
digunakan, tetapi masing-masing teknik itu mempunyai keterbatasan tersendiri. Ini
berarti pula tidak semua teknik statistik dapat digunakan untuk semua data
yang dikumpulkan.

2. Faktor-faktor Penentu dalam Memilih Teknik Analisis


www.facebook.com/indonesiapustaka

Pengolahan dan analisis data suatu penelitian tidaklah dapat dipisahkan


dari kegiatan sebelumnya. Tetapi kerangka yang benar dengan teknik
pengumpulan data yang valid dan reliabel akan menjadi rusak apabila diolah dan
dianalisis secara tidak benar.

260 260
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Secara umum dapat dikatakan, bahwa kegiatan pengolahan dan analisis


data merupakan kegiatan memverifikasi, menggolongkan, memanipulasi,
memproses, menyusun urutan, menyimpulkan, dan mempelajari hubungan hasil
penelitian de-

261 261
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

ngan penemuan lain atau teori-teori yang sudah ada. Kegiatan itu akan
berlangsung dengan baik apabila beberapa faktor penentu yang memengaruhi
pemilihan teknik yang akan digunakan dipertimbangkan dengan baik. Di antara
faktor-faktor itu, an- tara lain:
a. Apakah masalah penelitian atau pertanyaan yang akan dijawab melalui
penelitian itu? Masalah penelitian atau pertanyaan yang perlu dijawab akan
membimbing peneliti untuk memilih jenis penelitian tertentu seperti
eksperimen, deskriptif, dan korelasional. Tiap jenis itu mempunyai beberapa
teknik tertentu pula, sesuai dengan batasannya masing-masing.
b. Jumlah variabel dan skala pengukuran.
Rumus statistik yang ada mempunyai karakteristik yang berbeda. Ada yang
da- pat digunakan untuk satu, dua, tiga, atau lebih variabel. Perbedaan itu
menuntut pula ketelitian peneliti dalam memilih alat yang tepat, sebab jumlah
variabel saja tidaklah cukup karena masih ada kriteria lain seperti skala
pengukuran atau jenis data yang digunakan. Apakah skala pengukuran
nominal, ordinal, interval, atau rasio. Walaupun variabel penelitian hanya
dua, namun karena data yang dihasilkan oleh skala pengukuran yang berbeda,
maka teknik analisis yang digu- nakan harus berbeda pula. Umpama: untuk
penelitian korelasional dengan dua variabel; yang satu menggunakan skala
pengukuran ordinal, sedangkan yang satu lagi skala rasio; maka peneliti harus
mencari teknik yang tepat dan berlaku untuk kedua jenis pengukuran itu.
Untuk ini, dapat digunakan rumus korelasi serial biasa.
c. Jenis hipotesis.
Seperti telah diutarakan pada waktu membicarakan hipotesis, bahwa
hipotesis dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu hipotesis nihil dan hipotesis
kerja. Hipote- sis nihil menyatakan: Tidak ada perbedaan antara X dan Y;
sedangkan hipotesis kerja menyatakan: Terdapat perbedaan yang berarti
antara X dan Y, atau makin tinggi X makin tinggi pula Y. Kedua jenis hipotesis
itu menuntut teknik pembuk- tian atau analisis yang berbeda, dengan selalu
www.facebook.com/indonesiapustaka

memperhatikan skala pengukuran yang digunakan dalam pengumpulan data


atau data yang dihasilkan penelitian itu.
d. Besarnya sampel penelitian.
Besarnya sampel penelitian dapat ditinjau deskripsi jumlah sampel pada
ma- sing-masing sampel, atau dapat pula dilihat dari segi kelompok sampel

262 262
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

peneli- tian. Apabila peneliti ingin membandingkan hasil penelitian seperti


rancangan Solomon dari suatu percobaan, dengan juga mengendalikan
variabel intrinsik dan ekstrinsik, maka sampel yang digunakan akan lebih
dari dua kelompok. Sebab validitas internal dapat dijangkau dengan membuat
dua kelompok perco-

263 263
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

baan yang satu dikenakan pretest, sedangkan kelompok percobaan kedua


tidak. Untuk kelompok kontrol satu dikenakan pretest, sedangkan kelompok
kontrol yang satu lagi tidak dikenakan pretest (agar lebih jelas: perhatikan
kembali “the Solomon four group design”). Untuk mengolah hasil eksperimen
tersebut, akan berbeda sekali analisis yang digunakan apabila dibandingkan
dengan penelitian yang hanya mempunyai dua kelompok sampel penelitian.
Di samping itu, jumlah N pada tiap sampel akan menentukan pula teknik analisis
yang dipakai. Apabila dalam penelitian korelasional N kurang dari 30 (N <
30), dan data ialah ordinal, maka sebaiknya menggunakan rank order
correlation, atau menggunakan chi-squares, dengan memperhatikan patokan
umum dalam mengguraikan rumus itu. Janganlah sekali-kali menggunakan
product moment correlation.
e. Sampel yang berhubungan atau bebas (independent).
Untuk dapat melihat pengaruh suatu perlakuan (treatment), maka peneliti
bi- asanya menggunakan sampel yang sama (sampel yang berhubungan).
Awal kegiatan dikenakan pretest, dan setelah diberikan perlakuan maka pada
akhir kegiatan dikenakan lagi posttest. Besarnya pengaruh perlakuan didapat
dengan jalan mencari selisih dari hasil posttest dan pretest. Sebaliknya,
kalau sampel yang digunakan bebas (independent) maka teknik analisis yang
dipakai antara lain the mann-whitney U-test.
f. Bentuk hubungan
Dalam penggunaan rumus tertentu, seperti melihat pengaruh atau hubungan
di antara dua variabel (bebas dan tergantung), maka peneliti sebelum
menentukan teknik mana yang akan dipakai perlu terlebih dahulu menguji bentuk
hubungan data itu. Apakah hubungannya linear, curva linear, atau bentuk
lain.
Seandainya hubungannya linear dan data yang ada dalam bentuk interval,
maka dapat digunakan product moment correlation atau analisis regressi, tetapi
apabila data itu bukan linear maka peneliti hendaklah menggunakan teknik yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

lain.
Semua pertimbangan itu hendaklah dipadu menjadi kesatuan utuh, sehingga
pada akhirnya akan digunakan teknik analisis yang sesuai dengan penelitian yang
di lakukan. Untuk jelasnya lagi semua pertimbangan itu disajikan dalam bagan
berikut:

264 264
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Pertanyaan Jawaban
Apa yang menjadi pertanyaan/ Menampilkan jenis penelitian yang akan dilakukan:
masalah yang akan dijawab eksperimen deskriptif, korelasional, dan sebagainya.
Jumlah variabel Satu, dua, tiga, atau lebih dari tiga.
Skala pengukuran Nominal, ordinal, interval, atau rasio.

265 265
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Lanjutan ...

Pertanyaan Jawaban
Jenis hipotesis Hipotesis nol
Hipotesis kerja
Besarnya sampel Jumlah kelompok sampel, satu, dua dan/atau lebih dari dua,
Jumlah masing-masing responden pada setiap sampel: kecil dari
30 atau besar dari 30.
Sampel berhubungan atau bebas Satu kelompok sampel berhubungan atau dua dan lebih
kelompok sampel bebas.

Selanjutnya perhatikan contoh berikut:


Jenis penelitian Korelasional Eksperimen
Jumlah variabel 4 variabel 2 variabel
3 prediktor 1 perlakuan
1 kriteria 1 kriteria
Jenis data Rasio Rasio
Jenis hipotesis Kerja Kerja
Besar sampel Satu Dua
Berhubungan Bebas
Teknik analisis yang dapat digunakan Anova Korelasi Ganda t-test

3. Analisis Data Menggunakan Ukuran Kecenderungan Sentral


Apabila diteliti secara acak, umur sekelompok orang dalam suatu desa
atau sejumlah murid sekolah dasar akan terdapat sejumlah penduduk yang
berusia tua, muda dan anak-anak. Secara keseluruhan data itu akan tersebar
menurut kurva nor- mal, yang berarti penduduk desa itu akan tersebar menurut
suatu klasifikasi tertentu dari yang berusia anak-anak hingga yang berusia lanjut.
Andai kata peneliti ingin menggambarkan dan menentukan distribusi frekuensi
penduduk tersebut menurut kelompok umur, pada usia berapa penduduk yang
terbanyak di desa itu, berapa usia rata-rata penduduk desa itu, maka peneliti
www.facebook.com/indonesiapustaka

dapat menggunakan ukuran kecende- rungan/tendensi sentral atau gejala pusat


seperti mean, median, dan mode.

266 266
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Contoh:

34,13 34,13
13,59 13,59

2,15 2,15

-3 SD -2 SD -1 SD Mean +1 SD +2 SD +3 SD
Median
Mode

Apabila ukuran itu diambil dari sampel (cuplikan) maka disebut dengan statis-
tik, sedangkan apabila diambil dari populasi disebut dengan parameter. Ketika
ukur- an dari populasi mempunyai ukuran berbeda dalam mendeskripsikan
sesuatu data.

a. Mean/Rata-rata Hitung
Kecenderungan sentral ini sering digunakan dan banyak dipakai dalam
kegiatan sehari-hari masing-masing. Sesuai dengan istilah yang dipakai
rata-rata (rerata) hitung, jelas menunjukkan rata-rata dari suatu kumpulan.
Umpama: rata-rata in- come, rata-rata tinggi badan orang Indonesia, rata-rata
jumlah kecelakaan tiap bu- lan, atau rata-rata nilai rapor.
Rata-rata suatu data yang bersifat kuantitatif dapat diketahui apabila tersedia
berapa jumlah datanya, dan beberapa pula jumlah respondennya. Rata-rata
hitung suatu penyebaran dapat pula dicari dengan jalan membagi jumlah nilai data
dengan banyak (N) data.

Contoh:

(10 12 16 18 28)
X 16,8
www.facebook.com/indonesiapustaka

x1 x 2 x 3 x 4 x 5
atau rata-rata hitung X
N
atau dengan formula:

267 267
Xn
X
N
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

268 268
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Arti lambang:
X = rata-rata hitung (X pakai garis di atasnya)
∑ = Sigma artinya jumlah
Apabila ada Xi ini berarti dari X pertama sampai ke nX .
Xn merupakan lambang untuk yang terakhir dalam N data
itu. N = Jumlah populasi dalam distribusi itu.
Apabila ada kelompok individu yang mempunyai nilai yang sama,
katakanlah kita ingin mencari rata-rata tinggi badan, maka cara yang ditempuh
yaitu dengan memasukkan data tersebut dalam distribusi frekuensi tunggal terlebih
dahulu. Con- toh: jumlah orang dalam suatu RT sebanyak 30 orang. Dua orang
mempunyai tinggi badan 120; 4 orang 125; 7 orang 135; 10 orang mempunyai
tinggi 132; dan 7 orang
135. Data itu selanjutnya masukkan ke dalam tabel seperti berikut:

TABEL 10.2 Distribusi Frekuensi Tinggi Badan.

Tinggi Badan (X1) Frekuensi f Xi


135 7 945
132 10 1320
130 7 910
125 4 500
120 2 240
Jumlah ∑ fXi = 3915

Rumus untuk menghitung rata-rata hitung dari distribusi yaitu:


fiXi
X
N
Keterangan: X = rata-rata
f1 = frekuensi data yang ke i
fi xi = perkalian frekuensi dengan nilai data ke i jumlah total
N = Jumlah individu kasus
www.facebook.com/indonesiapustaka

3915
∑ f x = 3915. f = 30.X = = 130,5
i i i
30
Apabila kita mempunyai N yang banyak dengan distribusi yang menyebar,
maka langkah yang dapat dilakukan mencari mean kelompok tersebut yaitu dengan

269 269
meng- gunakan distribusi frekuensi bergelombang, dengan menentukan terlebih
dahulu range dan jumlah kelas interval yang dibutuhkan. Langkah-langkah
selengkapnya sebagai berikut:
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
1) Tentukan nilai tinggi dan terendah terlebih dahulu.

270 270
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

2) Tentukan jumlah kelas interval yang dibutuhkan.


3) Buat kelas interval sebanyak yang dibutuhkan.
4) Masukkan data, cari f.
5) Ciptakan mid point dari tiap-tiap kelas interval dengan menjumlahkan exact
up- perlimit dan exact lower limit dan kemudian dibagi dua.
6) Kalikan untuk tiap-tiap kelas interval mid point dengan frekuensi
masing-ma-
singnya (fi Xi ).
7) Jumlahkan hasil pada poin 6.
8) Bagi jumlah pada langkah 7 dengan N atau f.
Contoh:
24 25 35 48 25 36 38 67 45 23 78 56 35
58 49 30 59 40 65 76 54 32 78 76 64 79
35 33 34 56

Nilai terendah = 23
Nilai tertinggi = 87
Range 79 – 23 = 56
Dengan cara sederhana jumlah kelas interval yang didapat ialah 5 atau 6
dengan interval = 10.
Dengan rumus 1 + (3,3) log. 30
1 + (3,3) 1,477 = 1 + 4,871 = 5,8741
6 (dibulatkan)
Dengan meneruskan langkah-langkah seperti yang telah dikemukakan
akan didapat distribusi kelas interval berkelompok sebagai berikut:

Kelas Interval F X1 F Xi
70 – 79 5 74,5 372,5
60 – 89 3 64,5 193,5
50 – 59 5 54,5 272,5
www.facebook.com/indonesiapustaka

40 – 49 5 44,5 222,5
30 – 39 5 34,5 276
f 20 – 29 4 24,5 98
N 30 1435

i
= 30

271 271
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

fiXi = 1435
1435
X (mean) 47,83
30

272 272
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Cara lain yang dapat dipakai untuk menentukan rata-rata (mean) skor
yaitu dengan rata-rata perkiraan (assumed mean). Ini berarti bahwa kita bukanlah
sema- ta-mata menerka, melainkan memperkirakan di mana kira-kira rata-rata
akan dida- pat, sebagai dasar untuk mendapatkan rata-rata yang sebenarnya.
Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1. Ambil salah satu kelas interval, yang diduga mean yang sebenarnya tidak
begitu jauh melesetnya dari angka-angka tersebut.
2. Letakkan nol (0) pada mean terkaan perkiraan itu.
3. Letakkan angka satu, dua, tiga, dan seterusnya di atas mean terkaan itu.
Jangan lupa untuk angka di atas mean itu tandanya positif.
4. Letakkan angka 1, 2, 3 dan seterusnya di bawah mean terkaan dengan
memberi tanda negatif di depan angka tersebut.
5. Mengalikan frekuensi masing-masing kelas interval dengan penyimpangan
(de-
viasi) tiap-tiap nilai.
6. Menjumlahkan deviasi yang sudah dikalikan dengan frekuensi tersebut.
7. Membagi hasil pada langkah 6 dan N.
8. Kalikan hasil langkah 7 dengan i.
9. Tambahkan hasil langkah 8 dengan MT.
Rumus untuk rata-rata hitung dengan mean terkaan adalah sebagai berikut:
fx1
M MT i
N
Keterangan:
M = Mean/rata.
MT = Mean terkaan.
fxi = Jumlah penyimpangan/deviasi dari mean terkaan setelah dikalikan
de-
ngan frekuensi.
xi = Deviasi dari mean terkaan/perkiraan.
N = Jumlah individu atau jumlah frekuensi.
i = Lebar interval.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Aplikasi dari rumus tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut:
Kelas Interval f xi fxi
70 – 79 5 3 15
60 – 89 3 2 8
50 – 59 5 1 5

273 273
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

40 – 49 5 0 0
30 – 39 8 -1 -8
20 – 29 4 -2 -8
N 30 ∑ fxi = 10

274 274
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

MT = 44,5
N = 30
fx i
= 10

i = 10
10
M = 44,5 + x 10 = 47,83
30

Apabila ada beberapa subkelompok data (beberapa subsampel). Dan


masing- masing subsampel itu mempunyai n yang berbeda, dan tiap-tiap
subsampel itu telah diketahui rata-ratanya. Maka untuk mendapatkan mean
(rata-rata) gabungan dapat digunakan rumus sebagai berikut:
n1 M1 n2 M2 n 3M3 .... nk Mk
Mean total:
n1  n2 n3 ....n k
(gabungan)

ni xi
Atau: X
ni
Di mana:
n1 = jumlah subsampel ke-1
n2 = jumlah subsampel ke-2
n3 = jumlah subsampel ke-3
nk = jumlah subsampel k
M1 = rata-rata subsampel ke 1
M2 = rata-rata subsampel ke 2
M3 = rata-rata subsampel ke 3
Mk = rata-rata subsampel k
Contoh: lima subsampel, masing-masing berukurannya (n) 6, 7, 11, dan 13
de-
ngan rata-ratanya masing-masing 70, 80, 120, 140, dan 100.
6 x 70 + 7 x 80 + 9 x 120 + 11 x 140 + 13 x 100
Rata-rata
6 7 11 13
420 560 1540 1300
46

275 275
4900
Rata-rata 106,52
46
Seandainya subgrup tiap bagian sama besarnya 1n =2 = n3 = n4 ..... nk , maka
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
n
mean gabungan dapat dicari dengan rumus:
www.facebook.com/indonesiapustaka

276 276
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

1 M M
2 M3 M 4.... M k
M Total k

Keterangan: k adalah jumlah subgrup.

b. Median
Merupakan suatu ukuran kecenderungan sentral yang menggambarkan
letak suatu nilai yang mempunyai frekuensi ke atas atau ke bawah adalah sama.
Dapat juga dikatakatan bahwa apabila data itu mempunyai jumlah (N)
yang ganjil, maka median ialah data yang paling tengah, setelah nilai-nilai itu
diurut lebih dahulu.

1. Median dalam Distribusi Frekuensi Genap


Apabila N genap, maka median rata-rata dua nilai yang di tengah-tengah
nilai diurutkan.

Contoh:
67 69 57 46 76 58 dan 70 78
N=8
Skor itu kemudian diatur menjadi:
46
57
59
dua skor yang di tengah ialah 67 dan 69
67
69 67 69
Mdn 68
70 2
76
78

2. Median dari Distribusi Berkelompok


Apabila data telah tersusun dalam bentuk distribusi frekuensi atau data
yang telah dikelompokkan, maka dapat digunakan rumus sebagai berikut.
www.facebook.com/indonesiapustaka

N
2 kfb

Mdn B b
fmdn

Di mana:

277 277
Mdn = Median.
Bb = Batas nyata dari kelas interval yang mengandung median.
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

278 278
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

kfb = Kumulatif frekuensi di bawah kelas interval yang mengandung


fmdn media
= Frekuensi kelas interval yang mengandung median
i = Lebar interval
N = Jumlah frekuensi dalam distribusi

Langkah-langkah yang dipakai dalam mencari median sebagai berikut:


1. Kelompok data dalam suatu distribusi frekuensi sebaiknya dimulai dari
kategori yang terendah.
2. Menentukan frekuensi kumulatif dengan jalan menjumlahkan frekuensi
dari kelas interval, terendah hingga kelas interval yang teratas.
3. Menentukan jumlah frekuensi dan kemudian menetapkan 50% dari
frekuensi itu (N/2). Frekuensi tersebut akan menunjukkan pada kelas interval
mana, me- dian itu mungkin akan didapati.
4. Tetapkan batas bawah nyata (B
b
), yaitu pada kelas interval yang
mengandung
median.
5. Tentukan kfb , yaitu kumulatif frekuensi yang terletak di bawah kelas
interval yang mengandung median.
n
6. dengan kfb .
Mengurangi 2

7. Mengalikan hasil langkah 6 dengan i (interval).


8. Hasil langkah 7 ditambah dengan bB .

Contoh:
Hasil ujian satu bidang studi yaitu:
60 45 56 35 46 48 67 56 54 65 54 63 65
47 56 76 54 52 51 64 63 45 76 62 43 42
40 44 78 79 85 67 86 76 75 74 73 62 64
65 74 67 55
www.facebook.com/indonesiapustaka

1. Cari nilai terendah dan tertinggi; tentukan range, jumlah kelas interval, serta interval,
sebagai berikut:
N = 44
Nilai terendah = 35
Nilai tertinggi = 86

279 279
Range 86 – 35 = 51
Jumlah kelas interval yang dibutuhkan 1 + 3,5 log 44
1 + 4,930358029
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
6
I = 51/6 = 10

280 280
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

2. Masukkan data ke dalam tabel distribusi frekuensi dan kemudian cari kumulatif fre-
kuensinya:

Nilai Ujian f kf
80 – 90 2 44
70 – 79 9 42
60 - 69 14 33
50 – 59 10 19
40 – 49 8 9
30 – 39 1 1
Jumlah 44

3. N/2 = 22 Median diperkirakan di dalam kelas interval 60–69, sebab kf pada kelas inter-
val itu 33, berarti kf 22 berarti berada di sana, sedangkan kelas interval di bawah, baru kf

= 19.
4. Batas bawah nyata 59,5
5. kfb = 19
6. 22 – 19 = 3
7. 3 x 10 = 30
30
8. = 2, 14
14
9. 2,14 + 59, 5 = 61, 64
Jadi, median yang dicari adalah 61, 64 dan terletak dalam kelas interval 60-69.

c. Mode
Merupakan salah satu ukuran kecenderungan sentral yang sering
digunakan apabila waktu yang tersedia untuk mencari kecenderungan sentral
sangat terbatas, dan kalau kita hanya ingin melihat kecenderungan responden
terhadap sesuatu. Mode dapat dicari dalam data yang tidak dikelompokkan maupun
dalam data yang dikelompokkan. Mode untuk distribusi tunggal atau data yang
tidak dikelompokkan ialah nilai yang paling banyak dicapai responden atau dapat
juga dikatakan nilai vari- abel yang mempunyai frekuensi tertinggi. Adapun untuk
www.facebook.com/indonesiapustaka

distribusi dikelompokkan/ bergolong adalah titik tengah dari kelas interval yang
mengandung frekeunsi paling banyak distribusi itu.

Contoh:
Kelas A: Inteligensi siswa = 100, 102, 102, 104, 105, 103 N =6
Kelas B: Inteligensi siswa = 120, 103, 105, 120, 123, 120 N =6

281 281
Untuk kelompok (kelas A) = Inteligensi yang sering muncul yaitu 102.
Dikatakan mode = 102

BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

282 282
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Untuk kelompok B, ternyata mode 120.

Contoh:
Untuk data yang dikelompokkan:
Nilai Ujian X Frekuensi
80 – 89 84,5 2
70 – 79 74,5 9
60 – 69 64,5 14
50 – 59 54,5 9
40 – 49 54,4 9
30 -39 34,5 1
Jumlah - 44

Dari contoh di atas dapat dilihat, bahwa frekuensi tertinggi 14; sedangkan kelas interval
yang mempunyai frekuensi itu 60 – 69. Dengan demikian, mode distribusi itu adalah
60 69
64,5. Cara yang digunakan seperti di atas disebut juga dengan metode skor
2
kasar, sedangkan mode yang harus dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Mode = 3 Mdn – 2 M
Dengan menggunakan data dalam tabel di atas, dapat dicari: M = 60,89, sedangkan me-
dian 61,81.

Mode = 3 x 61,81 – 2 x 60,89


= 185,63 – 121,78
= 63,65

d. Standar Deviasi/Simpangan Baku (SD)


Kelemahan yang terdapat pada deviasi rata-rata seperti peniadaan angka
nega- tif, untuk nilai lebih kecil dari rata-rata kelompokanya menjadi hilang
apabila kita menggunakan standar deviasi sebagai cara untuk menentukan
penyimpangan nilai dari kelompoknya/individualnya. Deviasi
standar/simpangan baku ini merupakan alat statistik yang lebih ampuh dan teliti
dibandingkan dengan rentang dan ukuran simpangan lainnya.
Langkah-langkah dalam mencari SD tersebut sebagai berikut:
1. Susun skor atau kelas menurut urutannya, baik dalam kelompok maupun
yang tidak dikelompokkan.
2. Hitung rata-ratanya (X).
3. Cari selisih masing-masing nilai atau kelompoknya (X – X).
1 2
4. Kuadratkan selisih tersebut (X

283 283
– X)2, (X – X)2 dan
seterusn
ya.
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
5. Jumlahkan kuadrat-kuadrat itu.
www.facebook.com/indonesiapustaka

284 284
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

6. Bagi jumlah kuadrat itu dengan N. Bagi distribusi yang mempunyai N


kecil, gunakan N – 1.
7. Cari skor dari hasil langkah ke enam.
Standar deviasi dapat dicari untuk data yang dikelompokkan dan untuk
data yang tidak dikelompokkan.

1. Data yang Tidak Dikelompokkan


Terhadap data yang tidak dikelompokkan dapat digunakan dua cara, yaitu
de- ngan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dapat dilaku-
kan dengan angka kasar dan tidak mencari mean terlebih dahulu.
Formula yang dapat digunakan yaitu:
2
X2 X
SD 
N N 

Contoh 1:

Nama Skor X X2
Ali 10 100
Umar 12 144
Idham 9 81
Ratna 13 169
Jumlah 44 494

Dengan menggunakan formula yang telah dikemukakan, maka SD untuk contoh I adalah:
2
X2 X
SD 
N N
44 
2
494
SD 
4 4
SD  123,50 121
SD 1,59

Metode tidak langsung ialah dengan mencari mean terlebih dahulu dan kemudian men-
cari penyimpangan. Untuk itu dapat digunakan formula sebagai berikut:
X
mean (X) N
X2
SD 
N

285 285
Dengan menggunakan data pada contoh satu, dapat dicari mean dan SD-nya sebagai
berikut:
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
www.facebook.com/indonesiapustaka

286 286
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Nama X x (X – X) x2
Ali 10 -1 1
Umar 12 +1 1
Idham 9 -2 4
Ratna 13 +2 4
Jumlah 44 0 10

44
X 11
4
10
SD 
4
SD  2,5

SD 1,581
Walaupun digunakan rumus yang berbeda terhadap data yang sama, namun hasil yang
didapat ternyata tidak berbeda secara berarti. Kalau terjadi perbedaan, terutama sekali
disebabkan pembulatan.

2. Data yang Dikelompokkan


Mencari standar deviasi untuk data yang dikelompokkan tidak jauh berbeda
dengan data yang tidak dikelompokkan. Nilai individual tidak muncul lagi, karena
telah dimasukkan ke dalam kelas interval atau penggolongan yang dibuat. Oleh ka-
rena itu nilai masing-masing kelas interval diwakili oleh titik tengah (mid point)
nya.
Seperti juga untuk data yang tidak dikelompokkan maka untuk data yang
dike- lompokkan ada dua cara yang dapat digunakan dalam, mencari standar
deviasi, yaitu metoda tidak langsung atau rumus deviasi berkode.

a. Metode Langsung Dari Skor Kasar


Apabila kita mengunakan metode ini, kadang-kadang kita akan menjumpai
ang-
ka yang besar-besar. Oleh karena itu perlu kehati-hatian dalam penyelesaiannya.
Formula yang dipakai sama dengan data yang tidak dikelompokkan, sebagai
www.facebook.com/indonesiapustaka

berikut:
2
fX 2 fX 
SD 
N N 

Contoh:

287 287
Skor Inteligensi Titik Tengah f fX fX2
150 – 159 154,5 1 154,5 23870,25
BAGIAN KEDUA: – 149 PENELITIAN
140METODE 144,5KUANTITATIF
6 867 10 • Teknik Analisis Data
125281,50
BAB
130 – 139 134,5 20 2690 361805,00

288 288
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Lanjutan ...
120 – 129 124,5 28 3486 434007,00
110 – 119 114,5 19 2175,5 248872,20
100 – 109 104,5 7 731,5 76441,75
90 – 99 94,5 7 661,5 62511,70
80 – 89 84,5 1 84,5 7140.25
89 10850.5 1339929,5

M 121,9
2
1339929,5 10850
SD 
89 89
15055,39 14864,49
190,90
SD 13,816 (13,82)

b. Metode tidak Langsung atau Deviasi Berkode


Apabila kita dengan menggunakan angka besar memakai angka besar dan
mung- kin timbul kesalahan-kesalahan atau kurang teliti menggunakannya maka
sebaiknya digunakan rumus yang lain sebagai berikut:

fx 
2
fx 2 1 1
SD i
N N
SD = i
Di mana: x1 = Deviasi berkode dari mean terkaan

i = interval
Skor Inteligensi f x1 fx1 fx1 2
150 – 159 1 3 3 9
140 – 149 6 2 12 24
130 – 139 20 1 20 20
120 – 139 28 0 0 0
110 - 129 19 -1 -19 +19
100 - 109 7 -2 -14 28
90 – 99 7 -3 -21 63
80 – 89 1 -4 -4 16
89 -23 179

23
M 124,5 x10
89
124,5 2,70

289 289
121,8
23
2
179
SD 10
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
89 89
www.facebook.com/indonesiapustaka

290 290
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Dari contoh di atas didapat bahwa mean = 121,8; sedangkan standar deviasi
adalah 13,9 (dibulatkan).

4. Teknik Analisis Data dalam Kelompok Non-Parametrik


a. Chi-Square (2)
Apabila data yang didapat yakni nominal dan mempunyai variabel dua
atau lebih, maka 2 dapat digunakan. Teknik ini menjadi berarti karena: (1) chi-
square merupakan tes perbedaan antara frekuensi yang 0diobservasi (f ) dan
frekuensi yang
h diharapkan (f ); (2) chi-square selalu digunakan dalam gejala

yang sekurang-ku- rangnya dikotomi.


Rumus chi-square berikut:
(fo f h)2
x2  fh
Di mana: fo = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang diharapkan
= Jumlah
Contoh:

Dalam suatu penelitian tentang pendidikan dan income didapat data sebagai berikut:

(f o )
Pendidikan
Income Rendah Tinggi Jumlah

Tinggi 10 30 40
Rendah 30 20 50
Kurang 40 20 60
Jumlah 80 70 150

Untuk dapat mengetahui frekuensi yang diharapkan (f )h pada masing-masing frekuen- si


menurut baris dan kolom, jumlah masing-masing subbagian dan jumlah keseluruhan.
Selanjutnya masukkan ke dalam rumus sebagai berikut:

(nfb )(nfk )
fn
N
Di mana: nf h fb fk

291 291
= jumlah frekuensi masing-masing baris
= frekuensi yang
diharapkan = jumlah frekuensi masing-masing kolom
Untuk
BAGIAN mencari
KEDUA: METODE fhPENELITIAN
dari contoh yang telah
KUANTITATIF diutarakan
BABdi10atas
•dapat
Teknik dilakukan
Analisis Data
pe-
nyelesaiannya sebagai berikut:
www.facebook.com/indonesiapustaka

292 292
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Fh untuk fo 10 (pendidikan rendah dan income tinggi) yaitu:


40 x 80
21,5
150
40 x 70
fh untuk fo 30 adalah 18,7
150
50 x 80
fh untuk fo 30 (baris kedua) 26,7
150
50 x 70
fh untuk fo 20 adalah 23,3
150

60 x 80
fh untuk fo 40 (baris ketiga) 32
150
60 x 70
f untuk f 20 adalah 28
h o
150
Selanjutnya masukan ke dalam tabel hf , sebagai berikut:

Pendidikan

Rendah Tinggi Jumlah


Tinggi 21,3 18,7 40
Income Sedang 26,7 23,3 50
Kurang 32 28 60
Jumlah 80 70 150
2
Dengan menggunakan kedua frekuensi o dan fh ), harga dapat dicari:
(f

(10 21, 3)2 (30 18,7)2 (30 26,7)2 (20 23, 3)2 (40 32)2 (20 28)2

21,3 18,7 26,7 23,3 32 28
= 0,85 + 0,85 + 0,07 + 0,07 + 0,43 + 0,43 = 2,7
www.facebook.com/indonesiapustaka

Untuk dapat mengetahui apa maksud angka tersebut, maka peneliti


hendaklah membandingkan angka yang didapat itu dengan tabel chi-square. Pada
tabel itu tidak dikemukakan jumlah responden penelitian, tetapi degree of freedom
(derajat kebebasan).

293 293
Derajat kebebasan (df) dapat dicari dengan:
◆ Banyak petak dalam kolom (k) – 1 dikalikan dengan banyak petak pada
baris
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
(b) – 1. Selanjutnya lihat pada kolom maupun baris, petak jumlah tidak
dihitung.
◆ Degree of freedom = (k – 1)(b – 1).

294 294
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Dengan memperhatikan contoh tersebut, jumlah petak baris adalah 3;


sedang- kan jumlah petak kolom juga 2, jadi df = (3 – 1) (2 – 1) = 2. Selanjutnya
lihat pada tabel chi-square dengan df, yaitu 2 (.05) = 5,99; sedangkan 2 (.01),
adalah 9,21. Apabila dibandingkan hasil yang didapat dengan tabel 2 (.05), maka
hasil yang di- amati lebih kecil dari 2 tabel pada signifikansi 5%. Ini berarti tidak
ada hubungan signifikan antara pendidikan seseorang dan income (pendapatan)
masing-masing.
Apabila tabel chi-square yang dibuat itu merupakan tabel 2 x 2, maka dapat
di-
cari secara langsung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

N[(ad bc)]2
2

(a b)(a c)(c d)(b d)

Data hasil penelitian setelah diolah sebagai berikut:


Pendidikan

Rendah Tinggi Jumlah


Tinggi 20 6 26
Income
Rendah 7 15 22
Jumlah 27 21 48

48[(20 x 15)-(6 x 7)] 2


X2 9,851
26 x 27 x 22 x 21
Apabila nilai x2 yang didapat dibandingkan dengan tabel chi-square, dengan
df
(2 – 1) (2 – 1), maka hasil didapat 2 = 9,851> xt 1% = 6,635. Ini berarti terdapat

hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan dan income. Seandainya


peneliti ingin mengetahui derajat hubungan (degree of relationship), maka dapat
diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

x2
C
www.facebook.com/indonesiapustaka

x2 N

Di mana: C = Coefficient contgency


2
= Nilai chi-square
Jadi:

295 295
9,851
C 0,412
9,851 48
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
Agar nilai C itu dapat dipakai untuk menentukan hubungan faktor-faktor
yang diteliti, maka hendaklah dibandingkan dengan coefficient contigency
maksimum.

296 296
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Untuk itu dapat digunakan rumus:


m1
Cmaks 
m

Di mana m adalah harga minimum antara banyak baris (b) dan banyak
kolom
(k). Dalam contoh di atas harga minimum untuk b dan k adalah 2, sehingga:
21
Cmaks  0,707
2

Dengan membandingkan hasil C yang dicari dengan C maksimum, yaitu


0,417 dengan 0,707, maka dapat dikatakan bahwa derajat hubungan cukup
besar.
Seandainya peneliti menggunakan tabel 2 x 2, salah satu sel mempunyai
freku-
ensi kurang dari 5, maka sebaiknya menggunakan koreksi YATES sebagai
berikut:
2
2 N[(ad bc) 2 N] 1
(koreksi)
(a b)(a c)(b d)(c d)

b. Gamma (G)

Teknik ini digunakan untuk mengetahui asosiasi dua variabel ordinal,


seandai- nya bentuk hubungan kedua variabel itu simetris. Tabulasi silang kedua
variabel itu akan menampilkan berbagai pasangan (pairs). Untuk teknik ini yang
digunakan ialah jumlah angka dari “untied pairs” yang sortir dari:
1. Concordant pairs, yaitu angka pasangan yang diurutkan dalam rank yang
sama pada kedua variabel
s (S ).
2. Discordant pairs, yaitu angka pasangan yang diurutkan dalam rank yang
berla-
wanan pada kedua variabel (Nd ).
Dengan menggunakan kedua pasangan yang tidak terikat (untied pairs),
www.facebook.com/indonesiapustaka

maka yang dapat digunakan yaitu:


N NG
s d
Ns Nd

Perhatikan contoh berikut:

297 297
Mobilitas Penduduk
Kurang Sedang Tinggi Jumlah
BAGIAN KEDUA: METODE
Tinggi PENELITIAN KUANTITATIF55
Nd 29 60 BAB 10 • Teknik Analisis Data
144
Sedang 59 52 48 159
Pendidikan
Kurang Ns 71 32 31 134
Jumlah 159 139 139 437
*= data iktif

298 298
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Ns a. 71 x (52 + 48 + 55 + 60) = 15265


b. 59 x (55 + 60) = 6785
c. 32 x (60 + 48) = 3456
Ns
d. 52 x 60 = 3120
= 28626

Nd a. 29 x (52 + 48 + 32 + 31) = 4727


b. 55 x (48 + 31) = 4345
c. 59 x (32 + 31) = 3717
d. 52 x 31 = 1612
= 14401
Nd
28626 14401 14225
G 0,33
28626 14401 43027

Apabila angka yang didapat dibandingkan dengan kriteria (-1,0 atau +


1,0), maka korelasi antara kedua variabal yang dicontohkan adalah “moderate”

c. Mann-Whitney U Test
Teknik ini wajar digunakan apabila peneliti ingin membandingkan
perbedaan dua kelompok sampel yang independen, dan data berbentuk ordinal.
Keterbatasan lain yang perlu diperhatikan bahwa N sampel tidak melebihi
dari
20 orang untuk masing-masing kelompok
Langkah-langkah kerja dalam mencari nilai U sebagai berikut:
1. Gabungkan data dari kedua kelompok itu, dan kemudian susunlah dari
yang tinggi kepada yang terendah.
2. Tentukan urutan (rank) masing-masing skor itu berdasarkan data yang
telah disusun.
3. Pisahkan kembali menurut kelompoknya dan jumlahkan urutan (rank)
masing-
masing kelompok, sehingga didapat: R dan R : N dan N .
1 2 1 2

4. Masukkan angka yang didapat ke dalam rumus.


N1 (N1 1)
U N1N2 R 1
2

299 299
2
1 N (N
2 1)
U N1N2 R 2
2
(N kecil)
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
5. Nilai yang lebih kecil dari kedua cara di atas itulah nilai U yang di cari.
www.facebook.com/indonesiapustaka

300 300
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Contoh:
Perhatikan skor sikap dan minat baca untuk nelayan dan petani. Data dikumpulkan de-
ngan instrumen skala Likert.

Kelompok Sangat Kecil:

Nelayan Petani Gabungan


Skor Ranking Skor Ranking Skor Ranking
3 1 4 2 3 1 Nelayan
8 5 6 3 4 2 Petani
9 6 7 4 6 3 Petani
∑R1 = 12 12 7 7 4 Petani
15 8 8 5 Nelayan
∑R2 = 24 9 6 Nelayan
12 7 Petani
15 8 Petani
∑R3 = 46
3x 4
U1 3 x 5 12 9
2
5x6
U2 3 x 5 12 18
2

Karena tidak ada probability untuk sembilan (9), ada kemungkinan salah
da-
lam menentukan U, maka gunakan rumus perbaikan dan jadikan1 jadi U1 sebagai
U
berikut:

U = N 1N2 – U1

Dengan menggunakan rumus tersebut dapat


dicari: U = 3 x 5 –

9= 6
Jadi, nilai U = 6 merupakan harga yang terkecil.

hipotesis nihil ditolak


U = > Uo

301 301
Dalam menentukan nilai kritisnya, lihat pada tabel U, dengan jumah1 dan N2 ,
N
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
pada signifikansi = 0,05 atau 0,01 dan kemudian bandingkan dengan nilai
terkecil yang didapat. Dengan U = 6, N = 3 dan N = 5, besar dari nilai tabel
= 1, maka 1 2
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap dan
minat baca keluarga nelayan dan petani.
www.facebook.com/indonesiapustaka

302 302
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Dalam Kelompok Moderat


No. terlalu
Sikap dan
(Tidak besar dan
Minat juga
Sikap dantidak
Minatterlalu kecil)
R R
Urut Baca Nelayan (X ) Baca Petani (X )
1. 40 20 31 15,52
1 2
2. 35 43 3,5 1,5
3. 22 30 14 9
4. 30 20 9 15,5
5. 30 35 9 5,5
6. 28 32 12 7,5
7. 43 39 1,5 4
8. 27 29 13 11
9. 19 17
∑R = 67 ∑R = 86,5

1 2

8(8 1)
U 8x9
1
67
2
72
72 67
2
72 36 67 108 67 41
9(9 1)
U 8x9
2
67
2
90
72 86,5 72 45 86,5 30,5
2
Jadi, harga U2 = 30,5 merupakan harga yang terkecil. Kalau digunakan
rumus
perbaikan:

U = 8 x 9 – 41 = 31
Nilai U tabel, dengan 1
= 8 dan N2 = 9, signifikansi () 5% = 18, sedangkan
N

signifikansi () 1% = 11. Apabila nilai U yang didapat (31) dibandingkan dengan


nilai U dalam tabel sebesar 18 dan 11, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
per- bedaan yang sangat signifikan antara sikap dan minat baca nelayan dengan
sikap dan minat baca petani pada tingkat signifikansi () = 0,01
Kalau sampelnya luas, dan 2 lebih dari 20, maka untuk
N menginterpretasikan

303 303
nilai U gunakan nilai z dalam kurva normal. Sehubungan dengan itu ikuti
formula berikut ini.
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF
n1n2 BAB 10 • Teknik Analisis Data
U
z 2
(n1)(n2)(n1 n2 1)
12
www.facebook.com/indonesiapustaka

304 304
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Penarikan Kesimpulan:
Apabila Zhitung> Ztabel atau Uhitung > Utabel Tolak Ho

Kalau Zhitung < Ztabel atau Uhitung< Utabel Terima Ho

d. Phi ()
Apabila kedua data penelitian yang dikumpulkan merupakan data nominal
dan hubungan bersifat simetris, maka teknik korelasi Phi dapat digunakan. Dalam
peng- klasifikasian/pengelompokan data itu hendaknya dijadikan tabel 2 x 2.
Seandainya bukan tabel 2 x 2, maka dianjurkan untuk menggunakan teknik lain
yang lebih tepat.
Rumus korelasi Phi sebagai berikut:
(bc ad)
(a b)(c d)(a c)(b d)

Contoh:
Variabel Y

Rendah Tinggi Jumlah


Lulus 15 30 45
Variabel X
Gagal 20 10 30
Jumlah 35 40 75

30 x 20 15 x 10

45 x 30 x 35 x 40
450
0,327
1374,742708

Setelah nilai diketahui dan untuk menemukan arti koeisien korelasi Phi tersebut, maka
peneliti hendaklah membandingkan nilai yang didapat dengan tabel kontingen- si yang
dicari, dari nilai chi-square. Dalam hal ini rumus yang dapat digunakan untuk me- nentukan
nilai chi-square itu yaitu:
www.facebook.com/indonesiapustaka

x2
atau X 2 2N
N

Dengan derajat kebebasan (db) = 1


Dengan menggunakan rumus tersebut dapat dicari:

305 305
2
= 0,3272 x 75
= 8,019
2
Selanjutnya
BAGIAN bandingkan
KEDUA: METODE yangKUANTITATIF
PENELITIAN di dapat dengan nilai ² pada
BAB tabel.
10 • Ternyata angka yang
Teknik Analisis Data
didapat (2 = 8,019) jauh lebih besar dari 2 tabel pada tingkat kepercayaan 99%

306 306
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

(X 2t .01 6,635). Dengan demikian dikatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat
signiikan antara variabel X dengan variabel Y.

e. Spearman Rho
Apabila data yang dikumpulkan data ordinal atau dapat diurutkan, dengan
N kecil (N < 30). Dan bentuk hubungan bersifat simetris, maka Spearman Rho
wajar digunakan. Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut:
6 D2
Rho 1
N(N2 1)
Di mana:

D = Deviasi atau perbedaan urutan antara 1 – R2 untuk individu yang sama


R N = Jumlah pasangan

Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:


1. Tentukan urutan tiap skor, sehingga didapat urutan untuk variabel pertama
dan variasi kedua.
2. Mencari perbedaan atau selisih antara 1
dan R2 sehingga didapat devisi (D)
R
untuk masing-masing responden.

3. Kuadratkan tiap deviasi, sehingga didapat D2.


4. Jumlahkan hasil kuadrat pada langkah ketiga, sehingga didapat ∑D2.
5. Masukan hasil tersebut ke dalam rumus yang telah ditentukan.
Contoh:

Responden Skor Var. 1 Skor Var. 2 R1 R2 D D2


A 40 20 1 6 -5 25
B 30 35 5 2 3 9
C 35 38 3 1 2 4
D 36 34 2 3,5 1,5 2,25
E 28 29 6 5 1 1
F 32 34 4 3,5 0,5 0,25
∑D2 = 41,50

6 x 41,50
Rho 1 
6(36 1)

307 307
249
1
210
0,186
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui arti korelasi tersebut, bandingkanlah Rho yang didapat dengan tabel
Rho, dengan N = 6, nilai Rho pada tabel dengan tingkat signiikansi 5% adalah 0,886, ini
www.facebook.com/indonesiapustaka

308 308
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

berarti hasil yang dapat lebih kecil dari dalam tabel. Dengan demikian dikatakan bahwa
tidak ada hubungan antara kedua variabel itu.

f. Uji Tanda (Sign Test)


Peneliti ingin mengetahui pengaruh dua perlakuan, seperti bagaimanakah
pe- ngaruh pupuk A dan pupuk B dalam meningkatkan hasil panen jagung? Apakah
pu- puk A lebih bagus atau sebaliknya. Percobaan dilakukan dalam lokasi/wilayah
yang terbatas. Ahli pembelajaran ingin mengetahui bagaimanakah pengaruh
penggunaan metode bermain peran (role playing) dan metode diskusi terhadap
peningkatan hasil belajar. Pilihan yang tepat yaitu menggunakan perlakuan
tersebut, yaitu Uji Tanda. Uji Tanda ini sesuai dengan namanya, menggunakan
tanda plus (+) dan tanda nega- tif (–) yang didapat dari hasil pengamatan selama
eksperimen. Apabila nilai X lebih besar dari Y diberi tanda positif, dan apabila
nilai x lebih kecil dari Y diberi tanda negatif. Apabila nilai X sama dengan Y,
SAMPEL ITU DIABAIKAN. Selanjutnya perhatikan contoh berikut.

No. Metode Ceramah (X) Bermain Peran (Y) Tanda (X-Y)


1. 6 7 +
2. 7 8 +
3. 7 7,5 +
4. 8 7 -
5. 7 7,5 +
6. 7 7,5 +
7. 8 7 -
8. 6 7 +
9. 7 7 0
10. 6 7 +

Kalau diperhatikan jumlah tanda di atas, ternyata jumlah tanda yang paling
sedikit 2 (negatif), sedangkan tanda positif (h) = 7. Jumlah tanda yang sedikit
terse- but dikonsultasikan dengan Tabel Nilai Kritis h untuk Uji Tanda.
H0 = Tidak terdapat perbedaan pengaruh kedua perlakuan. Hipotesis nol ditolak
apabila tanda yang paling sedikit(h) lebih kecil atau sama dengan nilai dalam
Tabel Kritis Uji Tanda.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Ha = Terdapat perbedaan pengaruh kedua perlakuan. Terimaa apabila tanda yang


H

paling sedikit lebih banyak dari nilai dalam Tabel Kritis Uji Tanda.

309 309
Berdasarkan perhitungan di atas, tanda yang lebih kecil (h) =2. Nilai Uji
Tan- da 2 dibandingkan dengan nilai dalam Tabel Nilai Kritis Uji Tanda, dengan
N =9, (satu diabaikan karena nilai X dan Y sama) adalah
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF
1 pada =0,05. Ini berarti
BAB 10 • Teknik Analisis Data
tanda yang paling sedikit dari perhitungan (2) lebih besar dari nilai kritis Uji
Tanda (1).

310 310
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis
alter- natif diterima. Uji Tanda dapat digunakan dalam mengolah hasil penelitian
apabila N minimal = 6, karena pada tabel nilai kritis Uji Tanda N paling rendah
adalah 6.
Andai kata N lebih dari 95, maka harga kritis Uji Tanda dapat dicari
dengan
menggunakan
rumus:
1
2 (N 1) k N 1
Dengan k = 1,2879 untuk = 0,01 dan k = 0,9800 untuk = 0,05.

Contoh:
Penelitian menggunakan n=150, maka untuk = 0,05 harga kritisnya adalah:
½ (150-1) – 0,9800 150 1
74, 5 – 0,9800x 12,28820573
74, 5 – 12,04244161
62,45755839
62 (dibulatkan)
Andai kata mendapatkan nilai tanda terkecil (h) =50, dan nilai kritis Uji Tanda (62), maka
hipotesis nihil ditolak dan hipotesis alternatif diterima.

g. Uji Wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank Test)


Penggunaan Wilcoxon merupakan perbaikan dari Uji Tanda. Kalau dalam
Uji Tanda semata-mata tanda yang diperhatikan, sedangkan pada uji Wilcoxon
juga diperhatikan nilai selisih (X-Y). Langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
1. Susun data X dan Y sesuai dengan sampel penelitian.
2. Cari beda data X dan Y menurut masing-masing responden.
3. Beri nomor urut setiap harga mutlak beda masing-masing data X dan Y.
Jika selisih harga mutlak atau bedanya sama, untuk nomor urutnya diambil
ra-
ta-ratanya.
4. Untuk tiap nomor urut berikan pula tanda yang didapat dari selisih X-Y.
5. Hitunglah jumlah nomor urut yang bertanda positif dan juga jumlah data
nomor urut yang bertanda negatif.

311 311
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

6. Berdasarkan data langkah 5, ambillah jumlah yang harga mutlaknya paling


kecil dan selanjutnyan gunakanlah untuk menguji hipotesis.
Jika jumlah harga mutlak yang paling kecil, lebih kecil atau sama dengan
harga
nilai kritis untuk uji Wilcoxon, maka o diterima dan Ha ditolak.
H

Dengan menggunakan data pada Uji Tanda, aplikasi langkah-langkah uji


Wli-
coxon dalam bentuk tabel seperti berikut ini.
www.facebook.com/indonesiapustaka

312 312
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Metode Bermain Beda Rank Tanda Rank


No.
Ceramah (X) Peran (Y) (X – Y) (X – Y) + –
1. 6 7 +1 6,5 +6,5
2. 7 8 +1 6,5 +6,5
3. 7 7, 5 +0,5 1,5 +2
4. 8 7 -1 6,5 -6,5
5. 7 7,5 +0,5 1,5 +2
6. 7 7,5 +0,5 1,5 +2
7. 8 7 -1 6,5 -6,5
8. 6 7 +1 6,5 +6,5
9. 7 7 0
10. 6 7 +1 6,5 +6,5
32 -13

Nilai harga mutlaknya yang paling kecil = 13. Dengan N = 9 (satu


responden
diabaikan karena nilainya sama) dan = 0,05, nilai kritis Wilcoxon = 8. Oleh
kare-
na nilai yang diperoleh = 13, lebih dari 8, maka H ditolak dan diterima.
H
o a

h. Uji Kruskal-Wallis (Kruskal-Wallis Test)


Analisis ini digunakan untuk menguji perbedaan beberapa kelompok yang
in- dependen, minimal tiga kelompok. Data yang diuji memiliki distribusi yang
bersifat kontinyu dan setidaknya berskala ordinal, atau ranking. Jumlah sampel
dalam ma- sing-masing kelompok tidak perlu sama. Rumus yang digunakan
sebagai berikut:
12 R2 R2 R2 Rk 2
1 2 3
H ... ... ... 3(N 1)
N(N 1) N1 N2 N3 Nk

Keterangan:

R₁ = Jumlah ranking kelompok 1


R₂ = Jumlah ranking kelompok 2
R3 = Jumlah ranking kelompok 3
Rk = Jumlah ranking kelompok k
N = Jumlah semua pengamatan

313 313
Langkah-langkah penggunaan rumus sebagai berikut:
Pertama : Semua data hasil perhitungan masing-masing kelompok disusun
BAGIAN KEDUA: METODEsatu
menjadi PENELITIAN KUANTITATIF
kelompok BAB 10 •sesudah
besar, sehingga N kelompok Teknik Analisis Data
digabungkan meru-
pakan penjumlahan + N + N + .... N .
N
1 2 3 k

Kedua : Mengubah data langkah pertama, menjadi data berbentuk ranking.


Ketiga : Pisahkan dan susun kembali data yang telah berbentuk ranking
sesuai
www.facebook.com/indonesiapustaka

314 314
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

dengan data kelompok sampel/awalnya dan selanjutnya jumlahkan


rank
tersebut menurut kelompok sampelnya.
Keempat : Kuadratkan jumlah data berbentuk rank, masing-masing kelompok
sam-
pel sesuai dengan hasil langkah ketiga.
Tabel yang digunakan untuk menguji nilai statistik H yaitu tabel chi-
squares, dengan ketentuan:
Tolak Ho , jikaH ≥ table
Terima Ho , H < tabel
Selanjutnya perhatikan contoh berikut:
a. Hasil ujian Metode Penelitian dari tiga program studi.
Prodi A Prodi B Prodi C
42 45 35
35 43 36
40 30 36
45 35 38
38 36 40
39 43
42
46
35
32

b. Gabungkan semua data dalam satu kelompok dan kemudian susun


ranking
masing-masing.
Data Gabungan Ranking
42 6,5
35 18
www.facebook.com/indonesiapustaka

40 8,5
45 2,5
38 11,5
45 2,5
43 4,5
30 21

315 315
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

35 18
36 14
39 10
35 18
36 14

316 316
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Lanjutan ...

Data Gabungan Ranking


36 14
38 11,5
40 8,5
43 4,5
42 6,5
46 1
35 16
32 20

c. Masukkan kembali ranking sesuai dengan data sampel, kemudian


jumlahkan
ranking masing-masing dan selanjutnya kuadratkan.

Prodi A Prodi B Prodi C


Skor R1 Skor R2 Skor R3
42 6,5 45 2,5 35 16
35 16 43 4,5 36 14
40 8,5 30 21 36 14
45 2,5 35 16 38 11,5
38 11,5 36 14 40 8,5
39 10 43 4,5
42 6,5
46 1
35 18
32 20
∑R1 = 45 ∑R2 = 68 ∑R1 = 114
2 2
R1 = 2025 R2 = 4624 R3 2 = 12996

d. Masukkan ke dalam rumus:


12 R2 R2 R2 Rk 2
1 2 3
H ... ... ... 3(N 1)
www.facebook.com/indonesiapustaka

N(N 1) N1 N 3
N 3 Nk

12 2025 4624 12996


H  3(21 1)
21(21 1) 5 6 10

317 317
= (0,028571428)(2475,27) – (3 x 22)
= 70,722 – 66 = 4,722
Melakukan
BAGIAN uji signifikansi
KEDUA: METODE dengan membandingkan
PENELITIAN KUANTITATIF harga
BAB 10 H (yang
• Teknik Analisis Data
diperoleh

318 318
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

dengan nilai tabel chi-squares, db 3-1 = 2. Nilai tabel chi-squares, db =2, = 0,05,
sebesar 5,99, sedangkan =0,01 sebesar = 9,21. Nilai H yang diperoleh 4,722
le- bih kecil 5,99. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pada tingkat
signifikansi =0,05, tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara nilai ketiga
kelompok mahasiswa dalam mata kuliah Metode Penelitian.

5. Uji Persyaratan Sebelum Menggunakan Rumus-rumus Kelompok


Parametrik
Sebelum peneliti mengolah data interval dan rasio dengan teknik analisis
dalam kelompok parametrik, peneliti terlebih dahulu perlu melakukan uji
persyaratan ter- tentu terhadap data yang telah dikumpulkan. Uji persyaratan
tersebut perlu dilaku- kan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan
berdistribusi normal (uji normalitas), homogen (uji homogenitas), dan linear (uji
linearitas). Hal itu penting dilakukan, karena penggunaan teknik dalam kelompok
parametrik menuntut per- syaratan tersebut di samping besarnya ukuran sampel
dan tujuan penelitian.
Seandainya “tidak”, peneliti harus memilih dari teknik-teknik dalam
kelom- pok nonparametrik. Apabila data yang dikumpulkan ialah data nominal
dan ordi- nal, maka teknik yang digunakan dipilih dari teknik dalam kelompok
nonparametrik yang sesuai dengan karakteristik data yang terkumpul.

a. Uji Normalitas
1. Kertas Peluang Normal
Salah satu cara yang sangat sederhana dalam uji normalitas yaitu dengan
meng-
gunakan kertas peluang normal. Cara-cara yang ditempuh sebagai
berikut:
a) Data yang dikumpulkan (data sampel) disusun dalam bentuk distribusi
frekuen- si dan kemudian dibentuk distribusi kumulatif persentase kurang
dari. Dalam hal ini yang diambil adalah batas nyata kelas interval.
www.facebook.com/indonesiapustaka

b) Selanjutnya persentase kumulatif/frekuensi kumulatif digambarkan pada


kertas grafik khusus atau kertas peluang normal.
Pada sumbu datar digambarkan batas-batas kelas, sedangkan pada sumbu
tegak dilukiskan persentase kumulatifnya.

319 319
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

c) Apabila titik teletak pada garis lurus atau mendekati garis lurus, maka
dapat dikatakan bahwa data yang dikumpulkan berdistribusi normal dan
populasi dari mana sampel itu diambil dapat pula dikatakan akan berdistribusi
normal. Seba- liknya, apabila titik tidak terletak seperti garis lurus atau hampir
pada garis lurus maka dikatakan distribusi sampel itu tidak normal.

320 320
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Perhatikan contoh berikut: Data Motivasi Berprestasi.


Data kf %
Kurang dari 29,5 4 11,76
Data f
Kurang dari 39,5 12 35,29
20 – 29 4 Kurang dari 49,5 22 64,29
30 – 39 8 Kurang dari 59,5 29 85,29
40 – 49 10 Kurang dari 69,5 34 100
50 – 59 7
60 – 69 5
Jumlah 34

Selanjutnya perhatikan gambar berikut ini:

29,5 39,5 49,5 59,5 69,5

Berhubung karena titik-titik pada kertas peluang itu setelah dihubungkan


me- rupakan/mendekati garis lurus, maka dapat dikatakan bahwa data yang
dicontohkan di atas berdistribusi normal. Selanjutnya baru dapat digunakan
teknik analisis yang berlaku untuk kurva normal.

2. Menggunakan Rumus Chi-Squares


Cara lain yang dapat digunakan dalam menentukan data distribusi normal atau
ti-
dak yaitu dengan menggunakan rumus chi-square. Langkah yang ditempuh yaitu:
1. Menentukan batas nyata kelas untuk tiap-tiap kelas interval.
2. Mencari mean dan standar deviasi dari data tersebut.
www.facebook.com/indonesiapustaka

3. Mencari harga z untuk tiap-tiap batas kelas dan kemudian menentukan


luas daerah di bawah kurva normal tiap-tiap kelas interval.
4. Mencari frekuensi yang diharapkan untuk kelas interval, dengan
mengalikan luas daerah masing-masing N.

321 321
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

5. Pada kolom terakhir masukan frekuensi yang diamati sesuai dengan


masing-
masing kelas interval.
6. Carilah nilai chi-square dengan menggunakan rumus:

322 322
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

2 o (fh f )2
fh
Di mana: f0 = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang diharapkan
Contoh:

Batas: Z untuk Batas Luas Tiap Kelas


fh fo
Nyata Kelas Interval
19,5 -2,22 0,0802
29,5 -1,32 0,2438 2,7 4
39,5 -0,42 0,3438 8,3 8
49,5 0,48 0,3472 11,8 10
59,5 1,37 0,2303 7,8 7
69,5 2,27 0,0737 2,5 5

Mean = 44,20 SD = 11,46

(4 2,7)2 (8 8,3)2 (10 11,8)2


X2 
2,7 8,3 11,8
= 0,6259 + 0,0108 + 0,2746 + 0,0820 + 2,5
² = 3,4933

Derajat kebebasan untuk uji normalitas dengan menggunakan chi-square


ini
adalah jumlah sel h dikurangi satu. Dalam hal ini adalah 5 – 1 = 4. Dengan db =
f 4,

dan batas penolakan adalah 5%, maka nilai chi-square tabel sebesar 9,49. Nilai
yang didapat = 3,4933 ternyata jauh lebih kecil dari nilai tabel batas penolakan
(9,49), sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi nilai yang didapat tidak
menyimpang dari kurva normal.
Teknik lain yang dapat digunakan dalam uji persyaratan normalitas yaitu:
Kol-
www.facebook.com/indonesiapustaka

mogorov-Smirnov dan
Lilliefors.

b. Uji Homogenitas

323 323
Uji homogenitas sangat diperlukan untuk membuktikan data dasar yang
akan diolah adalah homogen, sehingga segala bentuk pembuktian
menggambarkan yang sesungguhnya, bukan dipengaruhi
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 •oleh variansi
Teknik Analisis yang
Data
terdapat dalam data yang akan diolah. Beberapa teknik yang dapat digunakan
untuk uji homogenitas adalah uji Bartlett, uji Lavene dan uji Cochran.

324 324
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

c. Uji Linieritas
Di samping uji normalitas dan uji homogenitas, perlu pula dilakukan uji
linieritas terhadap data yang dikumpulkan, seandainya teknik analisis yang akan
digunakan menuntut hal itu. Umpama: peneliti melihat hubungan antara motivasi
berprestasi, inteligensi dan kebiasaan itu akan dilihat dengan menggunakan rumus
regresi ganda (multiple regression), sehingga dapat pula ditentukan kemampuan
menjelaskan ma- sing-masing variabel itu terhadap prestasi belajar.
Cara yang dapat digunakan untuk uji linearitas ini antara lain menggunakan
persamaan garis regresi/regresi ganda. Apabila nilai F yang dapat/diamati lebih be-
sar dari nilai F tabel pada taraf signifikasi () =0.05, maka dapat dikatakan linear.

6. Teknik Analisis Data dalam Kelompok Parametrik


a. Product Moment Correlation
Apabila peneliti ingin melihat hubungan dua variabel dan data yang
dikumpulkan bukan ordinal maupun nominal, maka teknik yang paling sesuai
adalah product mo- ment correlation. Rumus yang dapat digunakan
bermacam-macam, seperti berikut:
xy
rxy ( x 2 )( y2 )

Di mana:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
xy = Jumlah perkalian deviasi x dan y
x2 = Jumlah kuadrat deviasi masing-masing skor x dari rata-rata X (X)
y2 = Jumlah kuadrat deviasi masing-masing skor Y dari rata-rata Y (Y)

Rumus lain yang dapat digunakan yaitu:


xy
rxy N. SDx SDy

Di mana: SDx = Standar deviasi dari variabel x


SDy = Standar deviasi dari variabel y
N = Jumlah individual yang diselidiki

Seandainya penelitian ingin mencari kolerasi dua variabel dengan


menggunakan deviasi skor, yaitu sebagai berikut.

325 325
Rumus:
xy 2
rxy ( x 2
)( y )
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
www.facebook.com/indonesiapustaka

326 326
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Contoh:
Penggunaan rumus tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel persiapan
Tinggi Berat
No. x y x2 y2 xy
(X) (Y)
1. 160 64 -7,7 -2,9 59,29 8,41 22,23
2. 165 55 2,7 -11,7 7,29 141,61 32,13
3. 155 60 -12,7 6,9 161,29 47,61 87,63
4. 168 66 0,3 -0,9 0,09 0,81 -0,27
5. 175 76 7,3 9,1 53,29 82,81 64,43
6. 170 75 2,3 8,1 5,29 65,61 18,63
7. 173 63 5,3 -3,9 28,09 15,21 -20,67
8. 169 70 1,3 3,1 1,69 9,01 4,03
9. 174 72 6,3 5,1 39,69 26,01 32,13
10. 168 68 0,3 1,1 0,09 1,21 0,33
1677 669 356, 1 398, 9 240,7

Mx = 167,7 M y= 66,9
x2 = 356,1 y2 = 398, 9 xy = 240,7
240,7
rxy
356,1 x 398,9
240,7 240,7

14228,99 377,21
rxy 0,638
Untuk mengetahui arti dari koefisien korelasi itu, maka peneliti hendaknya
membandingkan hasil yang didapat dengan tabel Product Moment Correlation. De-
ngan N = 10, besarnya nilai r pada tabel adalah 0,32 untuk tingkat signifikansi
()
=0,05, dan 0,765 untuk tingkat signifikansi () = 0,01. Dengan demikian,
dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel
Y.

b. Student’ t
www.facebook.com/indonesiapustaka

Dalam penelitian sering pula peneliti menggunakan dua sampel yang diambil
dari dua kelompok populasi yang tersebar secara normal. Peneliti ingin
membukti- kan apakah terdapat perbedaan yang berarti. Apabila simpangan
bakunya populasi kedua kelompok sama dengan besarnya tidak diketahui, maka
dapat digunakan uji t (t test).

327 327
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Rumus t test sebagai berikut:


X1 X 2
t
( X 2 1X 2 12 1
N1 N2 2 N1 N2

328 328
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Di mana:
X1
X1
N2
X2
X2
N2
2
2 2 X1
X1 X1  
N1 

X2 
2

X2 2 X2 2

N2 

Contoh:
Pemberian dua jenis makanan ternak terhadap pertumbuhan/pertumbuhan berat
badan. Untuk jenis makanan A diberikan pada 15 ekor ternak, sedangkan B diberikan
kepada 12 ekor. Tambahan berat ternak itu sebagai berikut:

Makanan A Makanan B
5 6 7 5
4 7 5 4
2 3 4 5
5 4 6 7
6 7 7 6
4 6 6 8
5 4
2
Langkah-langkah yang ditempuh:
1. Cari jumlah masing-masing kelompok (n).
2. Jumlah skor masing-masing kelompok (X).
3. Cari rata-rata hitung tiap kelompok, dengan membagi jumlah pada
langkah kedua dengan n masing-masing kelompok.
4. Kuadratkan masing-masing skor pada tiap kelompok dan kemudian
jumlah kuadrat tersebut menurut kelompok masing-masing.
5. Masukkan ke dalam rumus yang telah disediakan.
Dari data di atas didapat:
n 1 = 15 n 2 = 12
702
∑X₁ = 70 ∑X₂ = 70 X 2 362 362 326,67 35,53

329 329
1
15

X 2 1 X 2 426 702
362 X 2 426
2 426 408,33 17,67
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN
2 KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
12
www.facebook.com/indonesiapustaka

330 330
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

X 1 4,67 X 2 5,83

5,83 4,67
t
17,67 35, 33 1 1
12 15 2 15 12
1,16

53
0,07 0,08
12
1,16

1,456 x 0,387
t = 2,06
Harga t0,975 db = 25 adalah 2,06

Pertambahan berat badan ternak tidak berbeda (H 0


) apabila ternyata:
-t 1() 0,025)< t < + t1 ()=0,025)

Karena harga t yang didapat o = 2,06 adalah dalam daerah penerimaan (t


t tabel)

= 2,060 (pembuktian satu ekor), maka dapat dikatakan tidak ada perbedaan
kedua jenis makanan (A dan B) terhadap pertambahan berat badan ternak.
Apabila harga t yang didapat lebih besar dari -1,708 atau +1,708
(pembuktian dua ekor), maka hipotesis nihil (null) harus ditolak.
Cara-cara lain yang dapat digunakan dengan uji t sebagai berikut:
1. Untuk hipotesis u1 < u 2

Rumusan hipotesis yaitu:


H 0 : u1 < u2 : Ha : u1 > u2
Besarnya sampel adalah 1 dan n2 .
n

Terima Ho dan tolak Ha , apabila:

t t ,a dengan df n 1 + n 2 – 2
Tolak Ho dan terima Ha , apabila:

t t ,a dengan df n + n – 2
Contoh:

331 331
1 2

Tabel persiapan
X1 X2 X12 X12
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
5 7 25 49
6 5 36 25
4 4 16 16
7 6 49 36
2 7 4 49
www.facebook.com/indonesiapustaka

332 332
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Lanjutan ...
X1 X2 X1
2
X12
3 6 9 36
5 8 25 64
4 5 16 25
6 4 36 16
7 5 49 25
49 57 265 341
X 49X 4,9 X 2 265
1 1 1

X 57 X 5,7 X 2 341
2 2 2
2
X1
X2  X2 
1 1
n1

492
265 
10
265 240,1
24,9
2
X2
X2  X2 
2 2
n
2
2
57
341 
10
341 324,9
16,1
5,7 4,9
t
16 24,9 1 1
x
10 10 2 10 10
1,16

0,8
41 2
x
8 10
0,8
1,75
0,458
t tabel (ta ) dengan df = 18, dan level significance 0,05 adalah 2,101. Karena
har-

333 333
ga t yang dicari (t=1,75)< dari t tabel (t ) dengan df = 18, tingkat
a
signifikansi ɑ
= 0,05, maka H diterima dan Ha ditolak. Dalam hal ini pembuktian
BAGIAN KEDUA: METODE oPENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
digunakan
uji satu ekor (one tailed test).
2. Untuk hipotesis u1 u 2
www.facebook.com/indonesiapustaka

334 334
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Seperti juga pada uraian sebelumnya, dalam pengunaan rumus ini


hendaknya ditetapkan terlebih dahulu hipotesis, yaitu:
Ho : u1 u 2: H a: u 1< u 2
Selanjutnya nyatakan besarnya sampel 1 dan n2 hipotesis Ho diterima apabila
n t < –a t , dengan df = n + n – 2.

Contoh:
Apakah ada beda pengaruh metode A dan metode B dalam peningkatan hasil belajar.
Hipotesis: Penggunaan metode A lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan
dari penggunaan metode B, pada tingkat signiikansi 0,05.
Penggunaan Metode A: 70 61 45 65 39 65 67 65
Penggunaan Metode B: 60 40 35 36 39 45 68

Tabel Persiapan kerja

X1 X2 X² 1 X² 2
70 60 4900 3600
61 40 3721 1600
45 35 2025 1225
65 36 4225 1296
39 39 1521 1521
65 45 4225 2025
67 68 4489 4624
65 - 4225 -
447 323 29331 15891

X 447
1 X 2 29331
1 X1 55,875
X 323 X2 15891 X2 46,143
2 2
n1 8 n2 7
x2 29331  4472
1
8
29331 24976,125 4354,875
3232
 x22 15891 
7
www.facebook.com/indonesiapustaka

15891 14904,142 986,858


55,875 46,143
t
4354,875 986,858 1 1
x
87 2 8 7
9,732
t
410,90253 x 0,26786

335 335
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

9,732

110,06435
9,732

10,491155
0,927639 t
0,928

Harga t tabel dengan df 13 dan tingkat signiikansi = 0,05 adalah 2,160 (Dalam hal ini
pembuktian digunakan uji satu ekor (one tailed test). Karena harga t yang didapat kecil
dari t tabel dengan df 13 pada taraf signiikansi 0,05, maka hipotesis H diterima.
o

Untuk dapat menguji beda dari dua sampel yang berpasangan, maka
rumus yang dipakai untuk uji t yaitu:

B
t
SR
Di mana: B adalah beda dari pasangan 1
= X1 – Y1 );
(B

B = (X – Y ); B = (X – Y
2 2 2 3 3 3)

B = Rata-rata hitung beda


SB = Standar eror dua mean
Untuk mencari SB (standar eror dua mean) dapat digunakan rumus:

d2
SB 
n(n 1)

Di mana :
d2 B2 B 2

n = Jumlah pasangan sampel


Dalam pembuktian hipotesis, df = n – 1, dan o diterima apabila t < tabel dengan
H t
www.facebook.com/indonesiapustaka

=0,025 atau terima H o apabila t >ttabel dengan = 0,025.


Contoh:

Data berikut merupakan berat badan anak laki-laki pertama dan berat badan ayah yang
dinyatakan dalam kg.

336 336
Berat Ayah Berat Anak Beda (B) B2
78 43 35 1225
64 METODE PENELITIAN
BAGIAN KEDUA: 32 KUANTITATIF32 102410 • Teknik Analisis Data
BAB
78 50 28 784
66 34 32 1024

337 337
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Lanjutan ...
Berat Ayah Berat Anak Beda (B) B2
76 34 42 1764
56 34 22 484
86 42 44 1936
48 32 16 256
64 42 22 484
70 44 26 676
∑B = 299 ∑B2 = 9567

 299 29,9
Mean B =
10
2992
 d2 9657 
10
9657 8940,1
716,9
716,9 716,9
SB 7,965
10(10 1) 90
B 29,9
t 10,60
SB 2,82
Pada tingkat signifikansi 0,05, df = 10 – 1, maka t tabel 0,025) adalah 2,202.
(t
a o

Karena t besar dari 0.025 = maka H0 ditolak dan H diterima sebab H daerah pene-
t
rimaan (-t0,025 < t < +t0,025). Ini berarti bahwa terdapat beda antara berat badan
ayah
dan berat badan anak laki-laki yang pertama.
c. Analisis Regresi Dua Prediktor
Untuk dapat meramalkan sesuatu diperlukan variabel peramal atau
prediktor dan variabel yang diramalkan disebut juga dengan kriteria. Variabel
perama yang merupakan variabel bebas bersama-sama menentukan
suhubungannya terhadap kri- teria. Umpama pengaruh gizi keluarga dan
kesehatan lingkungan terhadap kematian bayi. Gizi keluarga dan kesehatan
lingkungan merupakan prediktor (dua prediktor) sedangkan kematian bayi
merupakan kriteria.

338 338
Apabila hasil pengamatan menggunakan dua prediktor atau lebih, maka
peneliti dapat menggunakan analisis regresi ganda (multiple regression).
Persamaan regresi
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
untuk dua prediktor sebagai berikut:
Y = a1 x1 + a2 x2 + K
Di mana:

a , a = koefisien ditentukan dengan metode kuadrat terkecil


1 2

K = konstant.
www.facebook.com/indonesiapustaka

339 339
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Koefisien korelasi untuk dua prediktor yaitu:


a1 x1y a 2 x 2 y
R y (1,2) 
y2

Persamaan garis regresi di atas dapat dituliskan dalam skor deviasi:


y = a1 x1 + a2 x2

Harga koefisien prediktor 1 dan a2 dapat diselesaikan dengan persamaan


a simulasi.

(1) x y a x2 a xx
1 1 1 2 1 2

(2) x y a xx a x2
2 1 1 2 2 2

Contoh penggunaan rumus.


Misalkan penelitian ingin menentukan apakah prestasi mahasiswa dapat
dira-
malkan dari inteligensi dan motivasi berprestasi yang dimilikinya. Untuk itu
diambil
10 mahasiswa dan data yang dikumpulkan dari sampel itu sebagai berikut
(data hipotesis).

Responden Intelegensi (X1) Motivasi Berprestasi (X2) Prestasi Belajar (Y)

1 130 80 3,25
2 120 60 2,75
3 115 65 2,45
4 135 68 3,24
5 125 67 3,00
6 120 69 3,45
7 135 76 3,45
8 136 70 3,25
9 142 79 3,60
10 115 50 2,35

Dengan bantuan komputer atau kalkulator akan didapat:

x 1273 x 2 162885
1 1

x 684 x 2 47516
2 2

x1x 2 87658

340 340
y 30,79 y2 96,4751
x1 y 3949,85
x KEDUA:
BAGIAN y 2135,22
METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
2
2
(x ) 12732

x2 x2 1
162885 832,1
1 1
N 10
( x )2 6842
x2 x2 2
47516 730,4
2 2
N 10
www.facebook.com/indonesiapustaka

341 341
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

( y)2 30,792
2 2
y 96,4751 1,67269

y
N 10

x1x 2 x1 x 2 ( x1 )( x 2) 1273 x 684


87658 584,8
N 10
( x1 )( y) 1273 x 30,79
xy xy 3949,85 30,283
1 1
N 10
( x2 )( y) 684 x 30,79
x y x y 2135,22 29,184
2 2
N 10
Selanjutnya masuk ke dalam persamaan simultan untuk menentukan 1
harga2 a dan a :
1. ∑x1 y = a1 ∑x1 2 + a2 ∑x1 x2

2. ∑x y = a ∑x + a ∑x2
x
2 1 1 2 2 2

30,283 = 832,1 a1 + 584,8 2 (Dibagi 584,8)


a

29,184 = 584,8 a1 + 730,4 a (Dibagi 730,4)


2

0,051783515 = 1,142287961 1a + 2a
0,03995619 = 0,800657174 1a + 2a

0,011827325 = 0,341630787 1a
a1 = 0,0034620196
a2 = 0,051783515 – (0,034620196 x 1,42287961 = 0,012237281
y = a1 x1 + a2 x2

(Y – Y) = 0,034620196 – X ) + 0,012237281 (X – X )
(X
1 1 2 2

Y = 0,034620196 1
– 4.407150951 + 0,012237281 2 – 0,83703002
X X

+ 3,079 Y = 20196 X Y =
1

0,0346 0,034620196 X
1
(dibulatkan).

342 342
+ 0,012237281 X – 2,165180971 2

+BAGIAN
0,012237281 X PENELITIAN
KEDUA: METODE – 2,165181
KUANTITATIF 2
BAB 10 • Teknik Analisis Data

Adapun koefisien korelasi antara Y dan 1 dan X2 adalah:


X

0,034620196 x 30,283 0,012237281 x 29,184


R y (1,2) 
1,67269

1,408950225

0,840284932
1,67269

0,9166770
2
Jadi, Ry (1,2)= 0,92 (dibulatkan), dan Ry (1,2)= 0,840.
www.facebook.com/indonesiapustaka

343 343
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui apakah harga 0,92 itu signifikan atau tidak, kita harus
me-
lakukan analisis regresi dengan analisis varian garis regresi, dengan
menggunakan rumus:
R 2 (N m 1)
Freg 
m (1 R 2 )

Di mana: Freg =
Harga F regresi
N = Jumlah sampel
m = Jumlah prediktor
R = Koefisien korelasi antara kriteria dan
prediktor
Adapun derajat kebebasan (db) untuk menguji harga F ialah m (yakni
untuk pembilang) lawan N-m-1 (untuk penyebut).
Harga yang dicari yaitu:
0,840 (10 2 1)
Freg 
2 (1 0,840)
 5,88
0,32
18,375

Dengan db 2 lawan 7, nilai Ft , = 0,01 adalah 9,55. Apabila F yang


didapat
(11,417) dibandingkan dengan nilai tF , = 0,01 (9,55), maka nilai yang
didapat jauh lebih besar. Ini berarti terdapat hubungan yang sangat signifikan
antara variabel
X1 dan X2 dengan Y. Besarnya sumbangan kedua prediktor terhadap kriteria
yaitu
84% (dibulatkan).
Seandainya peneliti menggunakan tiga variabel bebas (tiga prediktor) dan
hanya satu variabel terikat, maka rumus yang dapat digunakan sebagai berikut:
a x y a2 x 2 y a3 x 3y
R y(1,2,3)  1 1
y2
www.facebook.com/indonesiapustaka

Apabila penelitian menggunakan variabel bebas lebih banyak dari tiga, maka
ru-
mus umum yang dapat digunakan sebagai berikut:

344 344
R y(1,2,3...m )  a1x1y a 2 x 2 y a 3 x 3 y ...a m x m y
y2
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

345 345
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Di mana:
R (1,2,3, ...m) = Korelasi ganda X , X , ... dan X dengan y
X
y 1 2 3 m
a , a , a , ...a = Koefisien dari X , X , ... dan X
X
1 2 3 m 1 2 3 m

Dalam menentukan apakah harga R yang didapat signifikan atau tidak,


dapat digunakan rumus F seperti yang telah dikemukakan pada analisis regresi dua
prediky- tor dan satu variabel terikat. Apabila peneliti ingin mengungkap variabel
terikat yang lebih dari satu sebagai suatu, demikian juga dengan variabel bebasnya,
maka peneliti dapat menggunakan “Canonical Analysis”.

d. Korelasi Parsial
Dalam uraian terdahulu telah dibicarakan bagaimana mencari hubungan
antara dua variabel bebas atau dua prediktor terhadap kriteria. Apabila peneliti
menggu- nakan lebih dari satu variabel peramal, sedangkan hubungan itu dicari
antara satu variabel terhadap variabel lainnya; maka peneliti tidak dapat mengetahui
seberapa jauh pengaruh variabel yang lain, karena peneliti tidak mengontrol
pengaruh variabel lain itu terhadap kriteria.
Sehubungan dengan itu, maka sebaiknya peneliti melanjutkan analisis
dengan analisis korelasi parsial. Dalam analisis ini pengaruh variabel lain telah
dikontrol, baik satu variabel atau dua maupun tiga. Dengan demikian, peneliti
dapat menemu- kan harga korelasi yang murni tanpa dipengaruhi variabel lain.
Apabila yang dikon- trol adalah satu variabel maka disebut korelasi parsial jenjang
pertama, apabila dua variabel yang dikontrol disebut dengan korelasi parsial
jenjang dua dan seterusnya. Apabila tidak ada yang dikontrol disebut dengan
korelasi jenjang nihil.
Dengan menggunakan data yang telah dicari pada analisis regresi dengan
dua
prediktor, maka korelasi antara X , terhadap Y dengan mengontrol salah
X satu
1 2
variabel prediktor dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Variabel X1 yang
dikontrol
ry2 ry1 r12

2
2. Variabel X

346 346
ry2.1 
(1 r2 y1 12
)(1 r 2
yang dikontrol
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN )
KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

ry2 ry1 r12


ry2.1 
(1 r2 y2)(1 r2 )12

Korelasi X terhadap Y (r ) = 0,81


1 y1
Korelasi X terhadap Y (r ) = 0,83
2 y2

Korelasi X1 terhadap X2 (r12) = 0,75


www.facebook.com/indonesiapustaka

347 347
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Maka:
0,83 0,81 x 0,75
ry2.1 
(1 0,6561)(1 0,5625)
0,2225

0,38788903
0,57362081
0,574 (dibulatkan)

0,83 0,83 x 0,75


ry2.2 
(1 0,6889)(1 0,5625)
0,1875

0,13610625
0,1875

0,368925805
0,508232271
0,508 (dibulatkan)
Dengan demikian, korelasi antara 1
dan Y maupun antara 2
dan Y menjadi
X X

berkurang, setelah salah satu variabel dikontrol. Hubungan di antara1 dan Y dan
X

X2 dan Y setelah dilakukan analisis regresi parsial menjadi murni tanpa


dipengaruhi
oleh variabel lain.

e. Anova (Analysis of Variance) Satu Arah


Apabila sampel atau kelompok yang akan diuji lebih dari dua kelompok,
maka uji t tidak tepat lagi digunakan karena dibutuhkan waktu yang banyak dalam
penye- lesaiannya, dan kekeliruan yang terjadi mungkin lebih banyak. Untuk
menguji tiga sampel atau sekaligus dapat digunakan Anova.
Dalam analisis varians ini, karena kelompok lebih dari dua, maka ada tiga
varia- bilitas yang dipahami, yaitu dalam kelompok, antarkelompok, dan total.
Variabilitas dalam kelompok adalah variabilitas yang terjadi dalam kelompok
masing-masing, sedangkan variabilitas antarkelompok adalah variabilitas yang
terbentuk antarma- sing-masing kelompok, sedangkan variabilitas total adalah
variabilitas yang tersusun dalam kelompok dan variabilitas antarkelompok.
Beberapa rumus yang perlu mendapat perhatian yaitu:

348 348
( x t)2
JK  x2  x2
t t
BAGIAN KEDUA: METODE N
PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
Jumlah kuadrat total (sum square)
www.facebook.com/indonesiapustaka

349 349
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

T
( x )2 ( x )2 )2 ( x )2
( x Aa
JK  A1  A2
... ... ... 
A
N N N N
A1 A2 Aa

Di mana: a = Cacah klasifikasi kelompok A


JKA = Jumlah kuadrat antar-perlakuan.
JKd = JKt – JKA atau jumlah kuadrat masing-masing kelompok
di
jumlahkan.
A12 ( xA1 )2
JK A1 X
N
A1

A2
2 ( xA 2 )2
JK A 2 X
N
A2

A3
2 ( xA 3 )2
JK A 3 X
N
A3

Jadi:
( x )2 ( x )2 ( x )2
JKd JK t  A1  A2 A3


N A1 NA 2 NA 3 
VA RJK a
F
VD RJK d

Di mana: V = Varians
a =
Antarkelompok d
= Dalam
JK = Jumlah kuadrat (sum square)
www.facebook.com/indonesiapustaka

RJK = Rata-rata jumlah kuadrat (mean square)


Contoh:

350 350
X1 (N = 8) X2 (N = 8) X3 (N = 8)
2,5 2,6 1,8 2,0 3,1 2,9
2,8 2,8 1,7 1,9 3,1 3,2
2,4 2,7 2,1 1,7
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF 3,2 3,5BAB 10 • Teknik Analisis Data
2,3 2,6 1,6 2,0 3,0 3,1

Carilah dengan menggunakan komputer atau secara manual dan kemudian hasilnya
masukkan ke dalam format tabel statistik sebagai berikut:
Format tabel Statistik sebagai berikut:

351 351
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Statistik A A A Total
n
∑x 1 2 a

∑x2
x

Hasilnya sebagai berikut:


Daftar Statistik:

Statistik A1 A2 A3 Total
n 8 8 8 24
∑x 20,7 14,8 25,4 60,9
∑x2 53,79 27,6 80,92 162,31
x 2,59 1,85 3,18 2,54

Format tabel ringkasan analisis Anova-A sebagai berikut:


Jumlah
Sumber Derajat Kebebasan Rata-rata JK Nilai F
Kuadrat Peluang
Variasi (degree of freedom) (mean square) (Fisher)
(sum-square)
SV JK db RJK F P
Antar (A) JKa a–1 JKa RJKa
Dalam (D) a–1 RJKa
JKd N–a JKa
N-a
Tatal (t) JK t N-1

Keterangan: a = cacah klasiikasi kelompok A /jumlah perlakuan.


20,72 14,82 25,42 60,92
JKA = 
8 8 8 24
= 53,56125 + 27,38 + 80,645 – 154,53375
161, 58625 – 154, 53375
JKa = 7, 0525
2 2
20,7 14,82 25,4

JK = 162, 31 – 
www.facebook.com/indonesiapustaka

d
8 8 8 
= 162, 31 – 161,58625
0, 72375
JKt = 7, 0525 + 0, 72375 = 7, 77626

352 352
db A = a–1 RJK = JK : db
db = N–a F = KR :
KRKEDUA:
BAGIAN d METODE PENELITIAN KUANTITATIF a d 10 • Teknik Analisis Data
BAB
db t = N–1

353 353
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Selanjutnya masukkan ke dalam tabel ringkasan analisis

SV JK db RJK F P
Antar 7, 0525 2 3, 52625 107, 18923 P < 0, 01
(A)
Dalam 0, 72375 22 0, 03289 - -
(D)
Total 7, 776625 24 - - -

Nilai F tabel: db (2; 22), dan tingkat signiikansi p < 0,01, sebesar 5,72. Ini berarti nilai F
yang didapat (F =107,18923) lebih besar dari nilai F tabel. Dengan demikian, dapat dika-
takan bahwa ada perbedaan hasil belajar bagi siswa yang diajar dengan metode diskusi,
ceramah serta demonstrasi dan diskusi.
Dapat juga dicari dengan cara:
1. Hitung Faktor Koreksi (Correction
Factor)

( xt )2
FK
N
Di mana: FK = Faktor koreksi
Xt = Total nilai pengamatan
N = Total anggota sampel
2. Hitung JK
t

2
JKt (x
1j )
Di mana: JKt = Jumlah kuadrat total
X1j = Nilai pengamatan 1 dari sampel j

FK = Faktor Koreksi
3. Hitung JK
A

( x )2 ( x )2 ( x )2

FK N1
Aj
JK d A1 A2

N2 Nj

4. Hitung JK = JK – JK
d t A
5. Tentukan df
df Ad = a – 1 A
df = N – a (df df = N – 1

354 354
– df A)
t
JK A
6. Hitung RJKA =
df
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
A
JK d
7. Hitung RJKd =
dfd
www.facebook.com/indonesiapustaka

355 355
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

RJK A
8. F =
RJK A

Contoh: dengan menggunakan data sebelumnya (halaman 304).


60,92
FK = = 154, 53375
24
JKt = 2,52 + 2,62 + 2,82 + ... ... + 3,12 – 154,53375 = 7,77625
20,72 14,82 25,42
JKA = 154,53375
8 8 B
= 161,58625 – 154,53315
7,72375
JKd = 7,77625 – 7,0525
0,72375

RJKA =
7, 0525
= 3, 52625
2
0, 772375
RJKd = = 0, 0328977
2
3, 52625
F = = 107,18925
0, 328977

Uji Anova hanya digunakan untuk menentukan ada tidaknya beda di


antara mean populasi. Andai kata peneliti ingin mengetahui tinggi/V rendahnya
beda terse- but maka peneliti harus melanjutkan dengan formula yang lain setelah
diketahui ter- dapat beda yang signifikan di antara mean populasi tersebut.
Cara yang dapat digunakan yaitu dengan:
1. uji dengan Highly Significance Difference (rentang perbedaan terbesar); atau
2. uji dengan Least Signifikance Difference (rentang perbedaan terkecil).
Untuk Highly Signifikance Difference dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
www.facebook.com/indonesiapustaka

RJK d RJK d
(q 0,05 )
n1 n2

Dalam mana:

n d
RJK 1

356 356
n2 = Kuadrat rata-rata dalam (mean square dalamt/eror)
q0, 05 = Besar sampel satu
= Besar
BAGIAN KEDUA: METODE sampelKUANTITATIF
PENELITIAN dua BAB 10 • Teknik Analisis Data
= Lihat pada tabel Q dengan df = jumlah perlakuan atau cacah

357 357
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Beda mean dikatakan signifikan apabila:


[ (x - x )] > HDS
1 2 0, 05

Untuk LSD0,05 untuk x1 dan x2, dapat digunakan rumus:

RJK d RJK d
LSD0,05 t df n a
0 ,05
n1 n2

Apabila x1 dan x2 LSD0, 05 beda signifikan, tetapi apabila kecil dari 0, 05 maka
LSD

beda kedua mean tidak signifikan.


Contoh 1:
HSD antar x dan x , df = df = 22 dan jumlah perlakuan = 3 adalah:
0, 05 1 2 d

0,3535 0,3535
3,58 
8 8
= 1,06
0,3535 0,3535
x1 dan x3 HSD0, 05
3,58 
8 8
= 1,06

3,58 0,3535 0,3535


x dan x HSD
2 3 0, 05
8 8
= 1, 06

(Terdapatnya beda yang sama antara x , x ,1 dan


2 x , karena
3 contoh yang dikemukakan n ke-
tiga kelompok adalah sama (sama-sama delapan). Apabila digunakan pada n sampel yang
berbeda, maka hasil yang didapatkan akan berbeda pula).

Selanjutnya bandingkan harga HSD dengan beda mean.


Beda antara Beda HSD
0, 05 Kesimpulan

x dan x 0,74 1,06 Tidak signiikan


1 2

x da x 0,59 1,06 Tidak signiikan


1 3

x dan x 1,33 1,06 Signiikan


2 3

358 358
Contoh 2:
RJK d RJK d
x dan x HSD t ; df 24 3
BAGIAN1KEDUA: 3METODE0,05
PENELITIAN
0,05
KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
n2 n
0, 3535 0, 3535
2,08 
8 8
0,62
www.facebook.com/indonesiapustaka

359 359
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

0, 3535 0, 3535
x1 dan x 3 HSD0,05 
8 8
2,08

0,62
0, 3535 0, 3535
x 2 dan x 3 HSD0,05 2,08 
8 8
0,62

Selanjutnya bandingkan nilai LSD 0, 05 dengan beda mean masing-masing kelompok:

Beda antara Beda LSD Kesimpulan


x1 dan x 2 0,74 0,62 Beda signiikan
x1 dan x 3 0,59 0,62 Beda tidak signiikan
x2 dan x 3 1,33 0,62 Beda Signiikan

Di samping cara di atas, masih ada cara lain yang dapat digunakan, yaitu
uji
Scheffe. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menggunakan uji Scheffe
(Sudjana,
1980):
1. Susunlah kontras p yang diinginkan dan lalu hitung harganya.
C

2. Dengan mengambil taraf signifikan, derajat kebesaran1 = (k – 1) dan V2 =


V

(n 1 – k), untuk Anova supaya dihitung nilai kritis aF 1


– V2 ).
(V

3. Hitung A = (k 1)F dengan F yang didapat dari langkah kedua di atas.

4. Hitung kekeliruan baku tiap kontras yang akan diuji, dengan rumus:
s(Cp )  RJK (kekeliruan) x n1 c1p2

5. Jika harga kontras p P


C Contoh:
nyatakan signifikan.

360 360
lebih besar daripada A x s (C ), maka hasil pengujian
di-
Peneliti ingin membandingkan rata-rata perlakuan pertama dan rata-rata perlakuan
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
kedua (metode diskusi dan metode ceramah).
C1 = J1 – J2
C1 = 20,7 – 14,8 = 5,9
Derajat kebebasan V 1= 3 – 1 = 2; sedangkan V =2 24 – 3 = 21 nilai F adalah 3,07
Harga A adalah (3 – 1) 3,07 = 6,14

s(Cp )  0,3535 x 8 (1) 2 8 (1) 2

0,3535 x (8 8)
5,656
www.facebook.com/indonesiapustaka

361 361
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Harga A xsC p = 6,14 x 5, 656 = 34,728


1
Nilai C1 = 5,9
Karena nilai kontras C 1 (5,9) < (kecil dari) nilai A x s(Cp), maka nilai C tidak berbeda se-

cara berarti. Ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang berarti tentang hasil
belajar siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan metode ceramah.

f. Anova untuk Rancangan Blok Acak Sempurna


Dalam Anova yang telah dikemukakan pada uraian terdahulu, rancangan
pene- litian yang digunakan adalah rancangan (desain) acak sempurna (lengkap).
Teknik itu tidak dapat digunakan untuk rancangan Blok Acak Sempurna,
karena tidak diketahui variance antarblok.
Bebarapa hal yang perlu dicari dalam rancangan ini yaitu:
1. Jumlah kuadrat total (JKt ).
2. Jumlah kuadrat antarperlakuan (JK
p
).
3. Jumlah kuadrat antarblok (JKb ).
4. Jumlah kuadrat kekeliruan (JK e
).
5. Derajat kebebasan JKp , JK
b
, JK
e
, dan JK
t

Beberapa rumus/cara yang dapat digunakan sebagai berikut:


(T)2
1. Faktor koreksi (FK)
= rxt

Di mana:
T = Jumlah
total

r = Jumlah perlakuan
t = Jumlah blok/replikasi
N = Jumlah pengamatan
2. Jumlah kuadrat total (JKt )
JKt = (Xij )2 – FK
3. Jumlah kuadrat antar-perlakuan (JK
p
)
2
(P
1 )
JK p FK
t
4. Jumlah kuadrat antarblok (JK
b)

362 362
(P )2
ij
JK b FK
t
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
Di mana: B adalah jumlah nilai B masing-masing blok t adalah jumlah blok.
5. JK = JK – JK – JK
e t p b
www.facebook.com/indonesiapustaka

363 363
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

6. dft = N – 1
dfp = p – 1
dfb = t – 1
df e = (r – 1) (t – 1)
7. Jumlah Kuadrat
JK p
RJK p 
dfp
JK p
RJK b
fdf p

JKE
RJK b
fdfE
8. Langkah terakhir mencari nilai F
JK p
Fp
RJK E
RJKb
Fb
RJK E
Selanjutnya membandingkan nilai F yang didapat dengan nilai F tabel.
Apa- bila nilai yang didapat lebih kecil dari nilai F tabel, maka dikatakan tidak
terdapat perbedaan rata-rata perlakuan terhadap produksi. Apabilab nilai F besar
dari bila F tabel, maka katakan terdapat perbedaan produksi antarblok sebagai
akibat pengaruh perlakuan.

Contoh:
Seorang petani ingin melihat pengaruh lima macam pupuk, (A, B, C, D dan E) terhadap
hasil panen jagung, dengan menggunakan rancangan blok acak sempurna, dengan em- pat
blok, sebagai indikator digunakan hasil produksi per plot percobaan dengan unit
pengukuran kg per hektar.
Hasil percobaan sebagai berikut:
www.facebook.com/indonesiapustaka

Jenis Pupuk Blok 1 Blok 2 Blok 3 Blok 4


A 35 60 45 60
B 40 50 70 50
C 50 40 60 65
D 70 30 55 70
E 60 70 65 60

364 364
Apakah ada perbedaan pengaruh kelima jenis pupuk itu terhadap produksi jagung?
Langkah yang ditempuh dalam penyelesaian soal di atas yaitu:

BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

365 365
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

1. Masukkan data di atas ke dalam tabel kerja dan kemudian total perlakuan dan ra- ta-
rata tiap perlakuan.

Jenis Blok Total


Rata-rata
Pupuk 1 2 3 4 Perlakuan
A 35 60 45 60 200 50
B 40 50 70 50 215 53,75
C 50 40 60 65 215 53,75
D 70 30 55 70 240 58
E 60 70 65 65 260 65
Total 255 256 295 315 1130 -

2. Cari Faktor Koreksi


(1130)2
FK 63845
4x5
3. Cari jumlah kuadrat total
JKt = 352 + 402+ 502 + 702 + 602 + 602 + 502 + 402 + 452 + ...
702 + 652 – 63845 = 2355
4. Cari jumlah kuadrat blok
2252 2652 2952 3152
JK b  63845 455
5
5. Cari Jumlah kuadrat perlakuan
2002 2152 2152 2402 2602
JK b  63845 467,5
6
6. Cari jumlah kuadrat kekeliruan
JKe = 2355 – 455 = 1900
7. Cari derajat kebebasan
df p = 5 – 1 = 4
df b = 3 – 1 = 2
df t = 20 – 1= 19
df e = (5 – 1) (4 – 1) = 12
www.facebook.com/indonesiapustaka

8. Cari rata-rata jumlah kuadrat

RJK p RJK E

RJK b

366 366
5
6
7
,
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
5
141,875
4
4
5
5
151,666
3
1
9
0
0
158,333
1
2

367 367
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

9. Cari nilai F
141,875
Fp 0,895
158,333
151,666
Fb 0,957
158,333
Rangkuman tabel analisis

S. V df JK RJK F P
Antar p 4 567,5 141,875 0,896 ,05
Antar b Kekeliruan (e) 3 455 151,666 0,957 ,05
12 1900 158,333

Cari nilai F tabel: perlakuan dengan tingkat signiikansi = 0,05, db 4: 12, yaitu sebesar
3,26. Karena nilai F perlakuan (0,896) kecil dari F tabel, maka dikatakan bahwa tidak ada
perbedaan pengaruh jenis pupuk (A, B, C, D, dan E) terhadap produksi panen jagung.
Selanjutnya dari nilai F tabel untuk blok dengan tingkat signiikansi 0,5, db 3; 12, dengan
melihat pada daftar tabel F akan didapat nilai F tabel blok, yaitu 3,49. Apabila nilai F
blok yang didapat (0,957) dibandingkan dengan nilai F tabel, db 3: 12, maka nilai F yang
didapat jauh lebih kecil. Ini berarti tidak terdapat perbedaan produksi antarblok.

g. Anova untuk Rancangan Bujur Sangkar Latin


Penggunaan teknik Anova untuk rancangan Bujur Sangkar ini berada dari
ran- cangan blok Acak Sempurna, karena dalam rancangan ini pemblokan
dilakukan se- cara ganda dan tiap perlakuan terdapat satu dan hanya satu kali dalam
tiap baris, dan satu dan hanya satu kali dalam setiap kolom.

Contoh:
Seorang penelitian ingin mengetahui/menyelidiki apakah ada perbedaan yang berarti
pengaruh tiga jenis mesin terhadap produksi.
Kita menyadari bahwa produksi juga ditentukan oleh waktu kerja dan individu yang
menjalankan mesin itu. Dalam hal ini disusun rancangan penelitian dengan mengguna- kan
tiga orang petugas yang menggunakan mesin, dan waktu kerja adalah pagi, siang, dan sore.
Hasil percobaan sebagai berikut:
Rancangan Bujur Sangkar 3 x 3
www.facebook.com/indonesiapustaka

Pelaksanaan Jumlah
Waktu Kerja
I II II Baris
Pagi 50 (C) 60 (B) 80 (A) 190
Siang 55 (B) 65 (A) 45 (C) 165
Sore 65 (A) 55 (C) 60 (B) 180

368 368
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Jumlah Kolom 170 180 185 535

369 369
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Keterangan: A, B, dan C adalah jenis mesin yang digunakan.


I, II, dan III adalah operator mesin
Angka-angka di depan huruf adalah hasil produksi
Seperti juga untuk rancangan blok Acak Sempurna, maka untuk rancangan ini yang per- lu
dicari adalah: jumlah kuadrat perlakuan (KK ), jumlahp
kuadrat kolom (JK ), jumlah
k
kuadrat baris (JK b), jumlah kuadrat total (JK ),t jumlah kuadrat kekeliruan (JK ),e dan ra-
ta-rata jumlah kuadrat kekeliruan (RJK ),e yang terakhir cari nilai F untuk kolom F baris
dan nilai F perlakuan.
Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1. Cari faktor koreksi
(r)2 5352
Fk 31802,778 n
9
2 2 2 2 2 2 2
2. Jumlah kuadrat total (JK )=
t 50 + 55 + 65 + 60 + 65 + 55 + 80 +

452 + 602 – 31802, 778 = 822,222


3. Jumlah kuadrat baris
190 2 1652 180 2
(JKb ) 31802,778 105,555
3
4. Jumlah kuadrat kolom
170 2 180 2 1852
(JK t ) 31802,778 38,887
3
5. Jumlah kuadrat perlakuan (JK )p
Perlakuan A = 65 + 65 + 80 = 210
B = 55 + 60 + 60 = 175
C = 50 + 55 + 45 = 150
210 2 1752 150 2
(JKp ) 31802,778 605,555
3
6. Jumlah kuadrat kekeliruan
(JKe )+ 822, 222 – 105,555 – 38,887 – 605,555 = 72,225
7. db t = 32 – 1 = 8

db e= (r – 1)(r - 2)
www.facebook.com/indonesiapustaka

db p = 3 – 1 = 2
db k = 3 – 1 = 2
db b = 3 – 1 = 2
8. Cari rata-rata jumlah kuadrat
RJKp

370 370
38,887
19,4435.
RJKb 2
105,555
52,7775.
BAGIAN KEDUA: METODE
2 PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

371 371
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

605,555
RJKp 302,7775.
2
72,225
RJK e 12,0375.
2

9. Cari harga F
RJKb 52,7775
Fbaris 4,384.
RJKe 12,0375
RJK
b 38,887
F untuk kolom 3,260.
RJK e 12,0375

RJK
b 302,7775
F untuk baris perlakuan 25,1528.
RJK e 12,0375

10. Cari F tabel


Untuk kolom, F0.0 5 db: 6 = 5,14
Untuk baris, F0.0 5 db: 6 = 5,14
Untuk perlakuan F0.0 5 db: 6 = 5,14

Masukkan ke dalam tabel Anova


Sumber Variasi db JK RJK F P
Baris Kolom 2 105,555 52,7775 1,461 > 0,05
2 38,887 19,4435 0,5383 > 0,05
Perlakuan 2 605,555 302,7775 8,3843 0,05*
Kekeliruan 2 72,225 36,1185 - -
Total 8 822,222

*
signiikan
11. Kesimpulan:
Nilai F yang didapat untuk baris = 1,461, sedangkan nilai F tabel 0.05= 5,14. Ini berarti

tidak terdapat perbedaan produksi antarwaktu. Nilai F untuk kolom juga lebih kecil
dari nilai F tabel 0,05 . Dengan demikian dapat pula disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan produksi antarkolom, sehingga siapa pun yang menggunakan mesin itu,
hasil yang didapatnya tidak berbeda secara berarti. Nilai F untuk perlakuan 8,3843,
www.facebook.com/indonesiapustaka

sedangkan nilai F tabel , sebesar 5,14. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan hasil
0.05
produksi yang dikerjakan dengan mesin A, B, dan C.

h. Anova untuk Rancangan Faktorial

372 372
Berbeda dengan rancangan eksperimen yang lain, pada rancangan faktorial
pe- nelitian dapat mengetahui pengaruh beberapa faktor/perlakuan yang terdiri
dari be- berapa taraf secara bersamaan. Dengan kata lain,
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF
dapat
BAB 10 •dikatakan melalui
Teknik Analisis Data
rancangan eksperimen faktorial, semua taraf perlakuan dapat dikombinasikan
dengan hampir semua taraf pada faktor yang lain, yang terdapat dalam eksperimen
itu.
Sehubungan dengan itu Anova dapat digunakan, baik untuk rancangan
faktorial

373 373
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

AB maupun rancangan ABC. Berikut ini adalah penggunaan Anova untuk


rancangan faktorial AB.
Contoh:
Peneliti ingin mengetahui pengaruh metode mengajar (1. ceramah; 2. diskusi) dan prak-
tikum terhadap indeks prestasi (hasil belajar) siswa.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimen faktorial AB de-
ngan model acak sempurna/lengkap.
Hasil percobaan sebagai berikut:
A1 A2
B1 B2 B3 B1 B2 B3
1,7 1,8 2,4 2,1 2,0 2,8
2,0 1,9 2,1 2,5 2,4 2,9
1,8 2,4 2,5 2,3 2,6 3,4
2,4 2,1 2,3 2,6 2,8 3,6
2,0 2,3 2,5 2,5 3,4 3,5
2,1 2,4 2,6 2,8 3,2 3,0
Keterangan: A1 = Metode ceramah
A2 = Metode diskusi
B = Praktikum langka
B1
2
= Praktikum sedang
B3 = Praktikum padat

Format daftar statistik:

A1 A2
Stat Total
B B B B B B
1 2 3 1 2 3

n 6 6 6 6 6 6 36
X 12 12,9 14,4 14,8 16,4 19,2 89,7
X2 24,3 28,07 34,72 36,8 46,16 62,02 232,07
x 2 2,15 2,4 2,47 2,73 2,7 2,49

SV - A SV - B
Stat Total
A1 A2 Total B1 B2 B3
www.facebook.com/indonesiapustaka

n 18 18 36 12 12 12 36
X 39,3 50,4 89,7 26,8 29,3 33,6 89,7
x 2.18 2.8 - 2.23 2.44 2,8

Setelah data tersusun seperti dalam daftar di atas, maka langkah berikutnya yaitu:
1. Cari Faktor koreksi

374 374
89,7 2
FK 223,502
36

BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

375 375
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

39,32 50,4 2
2. JK A   223,502
18 18

85,805141,12 223,503
3,423
26,82 29,32 33,62
3. JKB 223,502
12 12 12
= 59,853 + 71,540 + 94,04 –223,502
= 225,473 – 223,502
= 1,971
122 12,92 14,82 16,4 2 19,22
4. JK AB      FK JK A JKB
6 6 6 6 6

= 24 + 27,736 + 36,507 + 44,827 + 61,44 – 223,502 – 3,423 – 1,971


= 229,069 – 223,502 – 3,423 – 1,971
= 0,173
5. JKe = 232,07 – (24 + 27,735 + 34,56 + 36,507 + 44,827 + 61,44)
= 232,07 – 228,896
= 3,174
6. JKT = 232,07 – 223,502
= 8,568
7. Selanjutnya masukkan ke dalam tabel analisis.
SV JK db RJK F P
A 3,423 1 3,423 32,3535 P < 0,01
B 1,971 2 0,9855 9,3147 P < 0,01
AB 0,173 2 0,0865 0,8176 P < 0,05
e 3,174 30 0,1058
T 8,568 55

8. Cari nilai F tabel sesuai dengan db yang telah ada dan 0,01 maupun 0,05
Dengan db 1: 30, nilai F t 1% adalah 7,56 dan nilai F sebesar 4,17.
t 5%

Dengan membandingkan nilai F yang didapat dengan nilai F tabel, dengan kebe-
basan 1: 30, ternyata nilai F yang dicari jauh lebih besar. Ini berarti terdapat pe- ngaruh
yang sangat berarti metode mengajar terhadap indeks prestasi. Pratikum yang dilakukan
juga berpengaruh terhadap indeks prestasi. Makin padat pratikum
yang dilakukan makin baik indeks prestasi. Hal ini disimpulkan nilai F t 1% dengan db

= 2: 30, lebih kecil dari nilai F hasil observasi. Tetapi efek interaksi faktor perlakuan

376 376
berpengaruh secara berarti terhadap indeks prestasi, sebab nilai F lebih besar
t 5%

dari nilai F observasi pada tingkat signiikansi = 0,05.


BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
i. ANALISIS KOVARIAN
Teknik analisis kovarian merupakan teknik uji beda multivariate yang
merupa-
www.facebook.com/indonesiapustaka

377 377
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

kan perpaduan teknik analisis regresi (Anareg) dan analisis varian (Anova).
Secara khusus analisis kovarian sering ditekankan pada analisis residu pada garis
regresi, yaitu dengan membandingkan varian residu antarkelompok dengan
varian residu dalam kelompok.
Dalam melaksanakan suatu penelitian, peneliti sering menggunakan tiga
atau empat variabel bebas dan satu variabel terikat. Di samping itu ada variabel
di luar ketiga variabel tersebut yang mungkin cukup kuat memengaruhi variabel
bebas, teri- kat. Umpama: penelitian tentang pengaruh motivasi belajar, minat
belajar, kebiasaan belajar terhadap hasil belajar. Apakah cukup kuat ketiga
variabel bebas itu meme- ngaruhi hasil belajar. Tidakkah mungkin perbedaan
kemampuan intelektual cukup kuat memengaruhinya? Oleh karena itu, perlu
variabel lain untuk mengendalikan/ mengontrolnya. Itulah yang dimaksud
dengan kovariabel.
Bohrnstedt dan Knoke (1982: 411) menyatakan: Covariance–joint
variation, or association, between a pairs of variabel. Hal itu dapat saja terjadi
dalam asosiasi
linear maupun nonlinear. Rancangan penelitiannya sebagai
berikut:

A B C
X Y X Y X Y

Keterangan:
A, B, C = variabel bebas/variabel eksperimen.
X = kovarian/variabel kendali.
Y = kriteria/variabel terikat.
Langkah-langkah analisis kovarian sebagai berikut:
a. Menghitung jumlah kuadrat total (JKt) pada kovariabel, kriteria, dan
produk.
1) Kovariabel (X):
2
(X
1 )
JKt x = X 2 t
2) Kriteria (Y):

378 378
N
( X )2
2 t
JKt y = X t
N
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
3) Produk (XY):
( X t )( Yt)
JKt XY =
xy t t
N
www.facebook.com/indonesiapustaka

379 379
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

b. Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok (JKd).


1) Kovariabel (X):
( X )2 ( X )2 ( X )2
JKd x X 2
t
1 2 3

N N N
 1 2 3

2) Kriteria (Y):

( Y )2 ( Y )2 ( Y )2
JKd y X 2
t
1 2 3

N N N
 1 2 3

3) Produk (XY):

( X )2 ( Y )2 ( X )2 ( Y )2 ( X )2( Y )2
JKd dxy X t Yt 1 1 2 2 3 3

N N N
1 2 3 
c. Menghitung jumlah kuadrat residu total, antar, dan dalam kelompok.
1) Total (JKrest ):
(JKty)2
JKrest JKt yt 
JKtx
2) Dalam Kelompok (JKresa ):
(JKdxy)2
JKt y JKd y 
JKdx
3) Antarkelompok (Jkresd ):
JKtres = JKres – JKres
a t d

d. Menghitung derajat kebebasan (db) total, antar, dan dalam kelompok.


1) dbt = N – 2
2) dba = K – 1
3) dbd = N – K – 1
e. Menemukanvarian residu dengan menghitung rata-rata kuadrat residu
antar-
kelompok dan (RKres )dan dalam kelompok (RKres ).
RKres Kres
J db

380 380
a d

J
RKresd K
r
e
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
s
d
d
b
d

f. Menghitung rasio F residu (F)


RKresa
F
RKresd
g. Melakukan uji signifikansi dengan jalan membandingkan harga yang
diperoleh dengan nilai F tabel. Apabila F yang diperoleh ≥ dari nilai F tabel,
dapat disim- pulkan terdapat perbedaan yang signifikan di antara variabel
yang diteliti, tetapi kalau F hitung kecil dari nilai F tabel maka dapat
disimpulkan tidak terdapat
www.facebook.com/indonesiapustaka

381 381
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

perbedaan yang signifikan di antara variabel yang diteliti.


Langkah-langkah yang telah dikemukakan di atas diaplikasikan dalam
uraian berikut ini.

Contoh:
Skor Hasil Belajar dalam mata kuliah Metode Penelitian dengan pengendalian variabel
dari luar (IQ).
Metode A (Diskusi) Metode B (Ceramah) Metode C (Bermain Peran)
X1 Y1(N1= 8) X2 Y2 (N2=8) X3 Y3(N3=8)
105 2,5 100 1,8 100 3,1
120 2,8 105 2,0 105 3,1
105 2,4 95 1,7 110 3,2
100 2,3 104 1,9 110 3,0
105 2,6 102 2,1 108 2,9
100 2,8 95 1,6 110 3,2
98 2,7 98 1,7 105 3,5
102 2,6 106 2,0 102 3,1

Metode A (Diskusi) Metode B (Ceramah) Metode C (Bermain Peran)

X1 Y1 X12 Y12 X1Y1 X2 Y2 X22 Y22 X2Y2 X3 Y3 X32 Y32 X3Y3


105 2,5 11025 6,25 262,5 100 1,8 10000 3,24 180 100 3,1 10000 3,24 310
120 2,8 14400 7,84 336 105 2,0 11025 4,00 210 105 3,1 11025 4,00 325,5
105 2,4 11025 5,76 252 95 1,7 9025 2,89 161,5 110 3,2 12100 2,89 352
100 2,3 10000 5,29 230 104 1,9 10816 3,61 197,6 110 3,0 12100 3,61 330
105 2,6 11025 6,76 273 102 2,1 10404 4,41 214,2 108 2,9 11664 4,41 313,2
100 2,8 10000 7,84 280 95 1,6 9025 2,56 152 110 3,2 12100 2,56 352
98 2,7 9604 7,29 264,6 98 1,7 9604 2,89 166,6 105 3,5 11025 2,89 367,5
102 2,6 10404 6,76 265,2 106 2,0 11236 4,0 212 102 3,1 10404 4,0 316,2
835 20,7 87483 53,79 2163,3 805 14,8 81135 27,6 1493,9 850 25,1 90418 27,6 2666,4

Dari data di atas dapat dicari:


N = 24, ∑ Xt = 2490 t ∑ Y = 60,6 t t ∑X Y = 6323,6
∑ Xt 2 = 259036 t ∑ Y 2 = 160,36
a. Jumlah kuadrat total:
1) Kovariabel (X):
2 (Xt)2 2490 2
JKt X 259036 259036 258337,5 698,5
x t
N 24
2) Kriteria (Y):

2 ( Xt)2 60,62
JKt X 160,36 160,36 153,015 7,345

382 382
y t
N 24
3) Produk (XY):

BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data


www.facebook.com/indonesiapustaka

383 383
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

(Xt)(Xt)2 2490 x 60,6


JKt XY 6323,6 6323,6 6287,25 36,35
xy t t
N N
b. Jumlah kuadrat dalam kelompok (JKd)
1) Kovariabel (X):
( X )2 ( X )2 (X )2
2 1 2 3
JKdx xt
N1 N2 N3

= 259036 – (8352/8 + 8052/8 + 8502/8


= 259036 – (87153.125 + 81003.125 + 90312.5) =
= 259036 – 258468.75 =
= 567.25
2) Kriteria (Y):
( Y )2 ( Y )2 ( Y )2
2 1 2 3
JKd Y
y t
N2 N2 N3

(20,7)2 (14,8)2 (25,1)2


160,36
8 8 8

160,36 (53,56 27,38 78,75
160,36 159,69
0,67
3) Produk (XY):
( X )(Y ) (X )(Y ) (X )(Y )
JKd X Y 1 1  2 2 3 3
xy t t

N1 N2 N3

(835)(20,7) (805)(14,8) (850)(25,1) 


6323,6 
8 8 8 
6323,6 (2160,56 1489,25 2666,875)
6323,6 6316,685
6,915
c. Menghitung jumlah kuadrat residu total, antar, dan dalam kelompok:
1) Total (JKres t):
(JKtxy)2 JKtx
JKrest JKt yt 

384 384
7,345 538,14
(36,35)2
7,345 2,455
4,89
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
2) Dalam Kelompok (Jkres d):
(JKdxy)2 (6,915)2
JKrest JKt y  0,67 
JKdx 567,25

0,67 0,0843
0,5857
www.facebook.com/indonesiapustaka

385 385
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

3) Antarkelompok (JKres d):


JKtres = JKres – JKres
a t d
= 4,89 – 0,5857
= 4,3043
d. Rata-rata kuadrat residu antarkelompok dan (RKres ) adan dalam kelompok
(RKres d ).
JKres
a 4,3043
RKres a 2,15215
dba 2
JKres
a 0,5857
RKresd 0,0293
dba 20

e. F residu (F)
JKresa 2,15215
F 73,452
RKresd 0,0293

Nilai F tabel dengan db 2: 24, pada = 0,01 sebesar 5,85, sedangkan =0,05 sebesar
3,49. Oleh karena nilai F yang diperoleh = 73,452 lebih besar dari nilai F tabel pada =
0,01, dapat disimpulkan terdapat perbedaan pengaruh yang sangat signiikan di antara
ketiga metode pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar.

6. Pengujian Hipotesis
Walaupun tidak semua penelitian menggunakan hipotesis, namun sebagian be-
sar penelitian kuantitatif akan memerlukan hipotesis untuk menentukan dalam
pene- litian. Hipotesis yang disusun itu merupakan hipotesis statistik yang perlu
dibuktikan kebenarannya.
Pengujian hipotesis pada prinsipnya untuk menentukan apakah hipotesis
yang diajukan oleh penelitian di terima atau ditolak sesuai dengan keadaan
data yang sebenarnya, dan bukan untuk membenarkan hipotesis yang telah
disusun.

a. Dua Macam Kekeliruan


Dalam pengujian hipotesis, nilai-nilai statistik yang didapat hendaknya diban-
www.facebook.com/indonesiapustaka

dingkan dengan kriteria tertentu sesuai dengan polanya masing-masing. Apabila


pe- neliti menggunakan analisis hubungan dengan rumus product moment
correlation, maka peneliti hendaknya membandingkan nilai statistik yang didapat
dengan tabel product moment correlatioan.
Dalam pengujian hipotesis ada dua macam kekeliruan yang dapat terjadi:

386 386
1. Kekeliruan tipe I, yaitu menolak hipotesis yang seharusnya diterima.
2. Kekeliruan tipe II, yaitu menerima hipotesis yang seharusnya ditolak.
Peluang
BAGIAN untuk membuat
KEDUA: METODE PENELITIAN kekeliruan
KUANTITATIF tipe BAB 10 •dengan
I, dilambangkan (alpa),
Teknik Analisis Data
se-
dangkan untuk kekeliruan tipe II dengan (beta). Kekeliruan disebut juga
dengan

387 387
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

taraf signifikansi. Makin besar (alpa) atau taraf signifikansi yang dipakai peneliti
dalam pembuktian hipotesis, makin besar pula tingkat kekeliruan hipotesis,
makin besar pula tingkat kekeliruan tipe I yang diambilnya. Sebaliknya, makin kecil
(beta) yang diambil makin besar pula kekeliruan tipe I. Umpama: Peneliti
mengambil =
0.05 atau 0.01. Dengan = 0.01 atau taraf signifikansi 1% berarti kira-kira satu
dari tiap 100 kesimpulan, kita akan menolak satu hipotesis yang seharusnya
dite- rima. Atau dapat juga dikatakan mungkin kira-kira 99% kita membuat
kesimpulan yang benar dan mungkin salah hanya 1%, dengan peluang 0,01.
Setiap kali penelitian menentukan taraf pembuktian dapat dihitung. Peluang
terjadinya kekeliruan tipe I (1 – ) disebut dengan uji atau kuasa uji. Untuk lebih
jelasnya kedua tipe kekeliruan itu, perhatikanlah tabel berikut:

Tabel 10.3
Dua Bentuk Kekeliruan dalam Membuat Kesimpulan tentang Hipotesis.

Hipotesis Kesimpulan Kekeliruan


Hipotesis Benar Terima Hipotesis Tidak ada kekeliruan
Tolak Hipotesis Kekeliruan Tipe I
Hipotesis Salah Tolak Hipotesis Tidak ada kekeliruan
Terima Hipotesis Kekeliruan Tipe II

Peneliti hendaklah menghindari kesalahan dalam mengambil kesimpulan.


Oleh karena itu, peneliti selalu berusaha menekan kedua tipe kekeliruan pada
sampai yang sekecil-kecilnya. Untuk mencapai maksud tersebut bukanlah
pekerjaan yang mudah karena dengan menekan kekeliruan tipe I, yaitu
mengurangi menolak hipotesis yang benar, sebenarnya pula peneliti menambah
besar kemungkinan menerima hipotesis yang salah. Oleh karena itu, seorang
peneliti harus pandai dan mampu menggu- nakan pertimbangan teoretis dan
dituntut pula untuk menggunakan pertimbangan praktis sesuai dengan situasi
pada umumnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

b. Langkah-langkah Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis bukanlah dimaksudkan untuk menentukan apakah
hipotesis yang disusun itu benar atau tidak (kebenaran hipotesis), melainkan hanya
menerima atau menolak hipotesis. Oleh karena itu, perlu ditentukan terlebih dahulu
apakah hi- potesis yang akan diuji itu hipotesis nihil atau hipotesis kerja/alternatif.

388 388
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Selanjutnya baru ditentukan kriteria pengujian yang merupakan daerah penolakan


(daerah kritik) dan daerah penerima, dengan menentukan taraf signifikansi atau
taraf kepercayaan.
Bentuk hipotesis yang disusun akan menentukan tenik analisis yang dipakai
dan pada bagian berikutnya akan menentukan pula bentuk pengujiannya.
Umpama:

389 389
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

Hipotesis: Tidak ada perbedaan kemampuan mahasiswa yang diajar dengan metode dis- kusi
dan metode ceramah.
Hipotesis ini adalah hipotesis nihil dan dapat diolah dengan test . Dengan
rumus t
menentukan tingkat signifikansi ( = 0,05), maka hasil ot (yang diobservasi)
diban-
dingkan dengan ttabel sesuai dengan daerah kritik yang telah ditetapkan.
Seandainya
hasil yang dapat (to ) lebih kecil dari harga t pada daerah kritik, maka hipotesis
terse-
but diterima. Apabila lebih besar, maka hipotesis harus ditolak.
Perhatikan beberapa contoh daerah penerimaan dan daerah penolakan
suatu hipotesis, baik satu ekor (onetile) maupun dua ekor (twotiles).

Daerah Kritis Ho Daerah Kritis

Daerah Penerimaan

GAMBAR: 10.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Dua Ekor (Tile).

Daerah Daerah
Penolakan Daerah Daerah Penolakan
Penerimaan Penerimaan
Ho Ho

Gambar 10.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Satu Ekor (Tile).

Contoh:
www.facebook.com/indonesiapustaka

Uji dua pihak


Dua jenis makanan diberikan kepada ternak secara terpisah dalam jangka waktu terten- tu,
ingin diketahui makanan mana yang lebih baik bagi ternak tersebut. Jenis makanan I
diberikan pada 10 ekor ternak dengan tambahan berat badannya sebagai berikut: 14,0;

390 390
13,3; 14,2; 13,6; 13,7; 13,7; 13,4; 13,9; 14,1; 13,8; sedangkan untuk makanan (II) diberi- kan
kepada sembilan ekor ternak yang diambil secara random. Tambah berat badannya itu
sebagai berikut: 13,3; 13,2; 13,4; 13,7; 13,9; 14,2; 12,6; 13,9; 14,11.
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data
Pada taraf signiikan 5% atau (=0, 05), sama saja baiknya kedua jenis makanan ternak itu
dalam menambah berat ternak.
Untuk ini digunakan rumus:

391 391
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF BAB 10 • Teknik Analisis Data

2
(n 1)s (n2 1)s22
s2 1 1
n1 n2 2
X 13,77 s 0,2647 s2 0,07
1 1 1

X 13,59 s 0,4886 s2 0,2387


2 2 2

29 x 0, 07 8 x 0,2387
s 0,1494
17
13,77 13,59
t 2,62
1 1
0,1494
10 9

Harga t 0, ... = 0,05 dengan dk 17 dalam tabel t adalah 2,11. Terima H , jika
o
harga t ter-

letak antara -2,11 dan 2,11. Dari hasil di atas t = 2,62. Ini berarti di luar daerah pen-
erimaan H o. Kesimpulan kedua jenis makanan itu memberikan tambahan berat badan yang
berbeda terhadap ternak itu.
Apabila hipotesis disajikan dalam bentuk lain. Umpama: makin tinggi pendidikan se-
seorang, makin tinggi pendapatannya (H a ). Hipotesis ini diterima, jika nilai/harga r yang
didapat lebih besar dari harga r tabel ,05. (kalau yang digunakan rumus product moment
correlation). Ini berarti pula H ditolak. o
Dalam melakukan analisis data peneliti dapat menggunakan komputer sebagai alat ban- tu
pengolah data. Berbagai rumus dan penyajian data seperti yang telah dikemukakan dapat
diolah dengan menggunakan program SPSS for Windows (Statiscal Product and Ser- vice
Solutions). Hanya perlu disikapi dengan hati-hati bahwa pemilihan rumus yang tepat sesuai
dengan keadaan data yang sesungguhnya, selalu menjadi tanggung jawab pe- neliti. Di
samping itu, penggambaran, pemaknaan hasil pengolahan; dari mana datang- nya hasil atau
nilai tersebut, harus dipahami secara tuntas dan tetap menjadi tanggung jawab peneliti.
www.facebook.com/indonesiapustaka

392 392
BAGIAN KEDUA: METODE PENELITIAN KUANTITATIF

Diskusikan dan kerjakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Andai kata Anda ragu-ragu,


baca kembali uraian pada Bab 10.

Berikut ini adalah data hasil penelitian tentang minat belajar, motivasi dan indeks prestasi:

Y (Indeks
Responden X1 (Minat) X2 (Motivasi)
Prestasi)
A 60 45 3,5
B 68 55 2,8
C 48 66 3,1
D 65 45 3,2
E 65 50 3,4
F 56 76 28
G 70 70 2,9
H 67 62 2,8
I 60 72 3,2
J 80 54 3,4
K 45 80 3,5
L 55 56 3,5
M 66 63 3,5
N 45 75 3,2
O 50 65 3,1
P 76 60 2,75
Q 70 68 2,5
R 62 48 2,75
S 72 65 3, 0
T 54 65 3,2
U 78 56 3,3
V 67 70 3,4
W 45 67 3,0
X 56 60 2,75
www.facebook.com/indonesiapustaka

Y 64 80 3,6
Z 75 45 3,2
AB 64 55 3,0
AC 66 66 3,1
AD 63 45 3,0
AE 56 62 2,6

324 324
BAB 10 • Teknik Analisis Data
1. Cobalah Saudara cari berapakah mean, median, mode, dan standar deviasi skor X , X 1 2,
dan

Y.
2. Sajikanlah data X 1dalam bentuk diagram batang.
3. Sajikanlah data X 2dalam bentuk poligon.
4. Bagaimanakah hubungan variabel X dengan
1
Y?
5. Bagaimanakah korelasi variabel X dengan
2
Y?
6. Berapakah besar pengaruh variabel X dan1 X terhadap
2 Y?
7. Berapakah besar sumbangan variabel X terhadap
1 Y setelah variabel X dikontrol?
2

8. Berapakah besar sumbangan variabel X terhadap


2 Y setelah variabel X dikontrol?
1

Berikut ini adalah data berat ternak yang diberi makanan berbeda. Kelompok I diberi makan tiga kali
sehari dengan jenis makanan A, sedangkan kelompok II diberi juga makan tiga kali se- hari dengan jenis
makanan B.

Ternak Berat badan ternak Ternak Berat badan ternak


Kelompok I dengan jenis makanan A Kelompok II dengan jenis makanan B
No. Urut 1 50 No. Urut 50 80
No. Urut 2 76 No. Urut 51 45
No. Urut 3 70 No. Urut 52 55
No. Urut 4 62 No. Urut 53 66
No. Urut 5 72 No. Urut 54 45
No. Urut 6 54 No. Urut 55 50
No. Urut 7 78 No. Urut 56 76
No. Urut 8 67 No. Urut 57 45
No. Urut 9 45 No. Urut 58 55
No. Urut 10 56 No. Urut 59 66
No. Urut 11 64 No. Urut 60 45
No. Urut 12 65
No. Urut 13 56
No. Urut 14 70
No. Urut 15 67
No. Urut 16 60

1. Apakah terdapat perbedaan berat badan ternak kelompok I dan kelompok II?
2. Manakah makanan yang lebih baik, A atau B?
www.facebook.com/indonesiapustaka

325 325
www.facebook.com/indonesiapustaka
Bagian Ketiga
METODE PENELITIAN
KUALITATIF

Pada Bagian Ketiga ini, khusus membicarakan penelitian kualitatif, yang


terdiri dari enam bab. Bab 11 berkenaan dengan Pengertian, Karakteristik
dan Tujuan Penelitian Kualitatif; Bab 12 tentang Bebe- rapa Tipe dan
Strategi Penemuan dalam Penelitian Kualitatif; Bab 13 berkenaan dengan
Masalah, Fokus,Teori dan Subjek Penelitian; Bab
14 tentang Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data; Bab 15 berke- naan
dengan Validitas, Reliabilitas, dan Objektivitas dalam Penelitian Kualitatif;
serta Bab 16 tentang Teknik Analisis Data.
www.facebook.com/indonesiapustaka
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Bab 11
PENGERTIAN, KARAKTERISTIK, DAN
TUJUAN PENELITIAN KUALITATIF

A. PENGERTIAN PENELITIAN KUALITATIF


Berbeda dengan penelitian kuantitatif, para peneliti kualitatif mencari
makna, pemahaman, pengertian, verstehen tentang suatu fenomena, kejadian,
maupun ke- hidupan manusia dengan terlibat langsung dan/atau tidak langsung
dalam setting yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh. Peneliti bukan
mengumpulkan data se- kali jadi atau sekaligus dan kemudian mengolahnya,
melainkan tahap demi tahap dan makna disimpulkan selama proses berlangsung
dari awal sampai akhir kegiatan, bersifat naratif, dan holistik.
Peneliti dalam penelitian kualitatif mencoba mangerti makna suatu kejadian
atau peristiwa dengan mencoba berinteraksi dengan orang-orang dalam
situasi/fenomena tersebut. Pendekatan fenomenologi seperti di atas, tumbuh dan
berkembang dalam penelitian sosiologi yang dipengaruhi oleh Edmund Husserl
dan Alfred Schutz. Ada- pun Weber menekankan pada verstehen, namun ada pula
ahli seperti Douglas (1976) mengemukakan bahwa ahli fenomenologi tidak
mengasumsikan mereka mengetahui apa makna suatu fenomena orang, mereka
sedang belajar; bahkan ada penemuan secara fenomenologi yang dimulai dengan
“diam” (Psathas,1973). “Diam” dalam pernyataan ini diartikan sebagai mencoba
menggenggam apa yang sedang dipela- jari/diteliti. Dengan kata lain, peneliti
mencoba masuk aspek subjektif tingkah laku orang untuk lebih mengerti
bagaimana dan apa makna yang mereka konstruks di sekitar kejadian dalam
www.facebook.com/indonesiapustaka

kehidupan keseharian mereka.


Sejalan dengan pendekatan fenomenologi, interaksi simbolik (simbolic
interac- tion) sisi lain yang digunakan dalam memahami fenomena tingkah laku
orang dalam. George Herbart Mead (1934) memformulasikan interaksi simbolik
dalam konstruk: mind, self, dan society. Interaksi tidaklah suatu tindakan yang

328 328
mandiri atau otonomi, tidak ditentukan kekuatan tenaga, manusia, atau
sebaliknya. Seseorang menginter- pretasikan dengan pertolongan yang lain: orang
dengan pengalaman masa lampau,

329 329
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

keluarga, penulis, dan orang-orang yang pernah terlibat dalam setting seperti itu,
di tempat kerja dan bermain mereka (Biklen dan Bogdan, 1982). Melalui interaksi
itu- lah, individu mengkonstruk makna. Interaksi sosial lebih dari dorongan dari
dalam, dan bukan pula mekanisme kontrol sosial atau lingkungan fisik.
Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi inquiry yang menekankan
pen- carian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun
deskripsi tentang suatu fenomena; fokus dan multimetode, bersifat alami dan
holistik; meng- utamakan kualitas, menggunakan beberapa cara, serta disajikan
secara narratif. Dari sisi lain dan secara sederhana dapat dikatakan bahwa tujuan
penelitian kualitatif ada- lah untuk menemukan jawaban terhadap suatu
fenomena atau pertanyaan melalui aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis
dengan menggunakan pendekatan kulita- tif. Pendapat di atas sejalan dengan
pendapat para ahli berikut ini.
Denzin dan Lincoln (1994)
mengemukakan:
Qualitative research is multi-method in focus, involving an interpretative, naturalistic approach
to its subject matter. This means that qualitative researchers study things in their natural set-
tings, attempting to make sense of or interpret phenomenon in terms of the meanings people bring
to them. Qualitative research involves the studied use and collection of a variety of emper- ical
materials case study, personal experience, introspective, life story interview, observational,
historical, interactional, and visual tests that describe routine and problematic moments and
meaning in individuals lives.

Lebih jauh, Denzin and Lincoln (2000) menekankan bahwa dalam


penelitian kualitatif menggunakan dua pendekatan, yaitu interpretatif dan
naturalistik. Ini ber- arti mempelajari sesuatu dalam setting alami mereka, dan
mencoba membuat pe- ngertian atau interpretasi fenomena dalam konteks makna
mereka.
Adapun Cresswell (1994)
menyatakan:
Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological
www.facebook.com/indonesiapustaka

traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex,
holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in
a natural setting.

Hampir senada dengan itu, Parahoo,(1997)


mengemukakan:

330 330
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

“Qualitative research, with its focus on the experiences of people, stresses the uniqueness of
individuals ... qualitative researchers collect data from their informant resources, often in their
natural environments, taking into account how cultural, social and other factors inluence their
experiences and behaviour”

Shank (2002: 5) merumuskan bahwa penelitian kualitatif sebagai: “a form


of systematic empirical inquiry into meaning”.
Sistematic dalam konteks ini diartikan sebagai direncanakan, tertib (ordered) dan umum

331 331
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

(public), serta sesuai dengan aturan-aturan yang disetujui oleh anggota komunitas pene- litian
kualitatif, sedangkan empirical dimaknai sebagai suatu tipe inquiry grounded yang berakar dalam
dunia pengalaman. Inquiry into meaning diartikan sebagai peneliti mencoba memahami dan
menghayati bagaimana orang lain membuat pemahaman mengenai peng- alaman mereka.

Pemahaman makna tentang sesuatu dengan menggunakan penelitian


kualita- tif selalu manempatkan subjek penelitian dalam posisi yang sama dengan
peneliti, membangun kesamaan untuk menciptakan interaksi yang menyenangkan,
sehingga subjek penelitian seakan-akan merasakan peneliti sudah bagian dari
kehidupannya. Pencarian makna yang merupakan salah satu ciri utama
penelitian kualitatif, di- upayakan dari bermacam sudut pandang, pemotretan
yang bervariasi, multimetode, dan melalui interaksi simbolik yang merupakan
konsep dasar pencarian makna yang sesungguhnya serta mampu memayungi
segala bentuk orientasi, menuntun dan tidak melebar secara tidak menentu,
terfokus walaupun multimethod dan multifo- kus, terarah dan terkendali, sehingga
waktu dimanfaatkan dalam konteks menelusuri pencarian makna tersebut.
Pendekatan interaksi simbolik sebagai teori telah populer sejak John Dewey; dan
sebagai penemu teori simbolic interaction (interaksi simbolik) telah pula disepakati,
yaitu Blumer.
Pada awal perkembangan penelitian kualitatif, banyak label nama yang
disino-
nimkan dengan penelitian kualitatif, seperti:
◆ Thorne (1997) menggunakan istilah “noncategorical qualitative research”.
◆ Sandelowski (2000) menyebutnya dengan “fundamental qualitative
method”.
◆ Merriam (1998) menyebut penelitian kualitatif dengan istilah “generic
qualita- tive method”; “basic interpretative qualitative study (2002).” Generic
qualitative method adalah suatu cara untuk menemukan sesuatu dan
memahami fenomena, melalui suatu proses atau perspektif dan pandangan
orang yang terlibat di da- lamnya. Tidak mempunyai suatu set asumsi filosofis
dasar dalam menetapkan metodologi kualitatif.
www.facebook.com/indonesiapustaka

◆ Ada pula yang memberi label “pure qualitative research”, dengan ciri-ciri:
data kualitatif, analisis kualitatif dan tidak didahului teori dan hipotesis,
dan juga tidak membangun teori.

332 332
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

Oleh karena itu, dalam berbagai literatur ilmiah akan ditemukan berbagai
“label” untuk penelitian kualitatif, dengan berbagai jenis/tipenya pula. Walaupun
demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif yang mana
pun label- nya, merupakan suatu proses penemuan dan pengumpulan, analisis, dan
interpretasi data visual dan naratif yang komprehensif untuk mendapatkan
pemahaman tentang suatu fenomena atau masalah yang menarik perhatian.

333 333
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

B. KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF


Penelitian kualitatif pada permulaannya banyak digunakan dalam bidang
sosio- logi, antropologi, dan kemudian memasuki bidang psikologi, pendidikan,
bahasa, dan cabang-cabang ilmu sosial lainnya. Penelitian kualitatif, dalam analisis
datanya tidak menggunakan analisis statistik, tetapi lebih banyak secara naratif;
sedangkan dalam penelitian kuantitatif sejak awal proposal dirumuskan, data yang
akan dikum- pulkan hendaklah data kuantitatif atau dapat dikuantitatifkan.
Sebaliknya, dalam penelitian kualitatif sejak awal ingin mengungkapkan data
secara kualitatif dan disa- jikan secara naratif. Data kualitatif ini mencakup antara
lain:
1. Deskripsi yang mendetail tentang situasi, kegiatan, atau peristiwa maupun
fe- nomena tertentu, baik menyangkut manusianya maupun hubungannya
dengan manusia lainnya.
2. Pendapat langsung dari orang-orang yang telah berpengalaman,
pandangannya, sikapnya, kepercayaan serta jalan pikirannya.
3. Cuplikan dari dokumen, dokumen laporan, arsip dan sejarahnya.
4. Deskripsi yang mendetail tentang sikap dan tingkah laku seseorang.
Oleh karena itu, untuk dapat mengumpulkan data kualitatif dengan baik,
pe- neliti harus tahu apa yang dicari, asal mulanya, dan hubungannya dengan
yang lain, yang tidak terlepas dari konteksnya. Justru karena itu, peneliti kualitatif
hendaklah:
1. Upayakan mempelajari fenomena yang belum dipelajari sebelumnya.
2. Dapat menambah dan memperkaya ilustrasi dengan dokumen lain, antara
lain dokumen tertulis.
3. Memahami dengan baik topik yang diteliti dengan mempelajari secara
simul- tan, melakukan triangulasi atau melakukan penelitian dengan metode
gabungan (menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif) tipe
concurrent.
www.facebook.com/indonesiapustaka

4. Mencoba memahami fenomena sosial dari perspektif keterlibatan aktor


daripada menerangkan dari luar.
Semua itu harus dijangkau secara tuntas dan tepat, walaupun akan
mengguna-

334 334
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

kan waktu yang relatif lebih lama.


Beberapa ciri umum penelitian kualitatif sebagai
berikut:
1. Menggunakan “naturals setting” (keadaan/latar alami, lingkungan, dan
sosial budaya) sebagai sumber data penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus terjun ke dalam situasi yang
sebenar- nya, melihat situasinya dan berbaur dalam konteks yang
sebenarnya. Peneliti harus mampu menghayati dan merasakan sebagaimana
orang yang bersangkut-

335 335
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

an berbuat atau bertindak. Peneliti hendaklah memahami bahwa data yang


di- kumpulkan itu baru berarti dalam konteksnya, dan memberi arti sesuai
dengan konteksnya itu. Walaupun peneliti datang ke tempat kejadian yang
sedang diteli- ti dengan perlengkapan video tape, kamera/foto yang dapat
merekam semua informasi itu, ia juga harus melengkapi diri dengan catatan
tersendiri dalam buku catatan yang telah disediakan terlebih dahulu, sehingga
dapat menempat- kan semua informasi yang ada dalam konteksnya, bukan
merupakan informasi lepas, karena pada akhirnya penelitilah yang akan
menentukan sangkut paut dan interaksi dari informasi itu dalam analisis lebih
lanjut.
Seandainya kita akan meneliti tentang “pemanfaatan perpustakaan pada
suatu lembaga pendidikan tinggi,” maka peneliti pergi ke tempat pustaka itu,
meng- ikuti mahasiswa meminjam buku, melihat bagaimana mahasiswa
memanfaat- kan ruang baca yang tersedia, bagaimana mereka berdiskusi di
ruangan yang telah disediakan, bagaimana mahasiswa menggunakan fasilitas
yang tersedia, bagaimana interaksi antara mahasiswa dan petugas dalam
peminjaman buku.
2. Peneliti sebagai instrumen penelitian.
Peneliti adalah insrumen kunci (key-instrumen) dalam penelitian. Dialah
yang melakukan observasi, dialah yang membuat catatan, dia pulalah yang
melaku- kan wawancara. Alat-alat yang lain seperti angket/kuesioner, tes,
skala penilaian tidak lazim digunakan. Alat bantu yang digunakan terkait
dengan objek peneli- tian, antara lain: alat rekam seperti video, tustel, tape,
kamera, dan sebagainya, sedangkan peneliti merupakan instrumen kuncinya.
Oleh karena itu, keberhasil- an dalam penelitian kualitatif sangat ditentukan
oleh kemampuan peneliti di la- pangan dalam menghimpun data yang
diperlukan, memaknai data yang ada yang tidak terlepas dari konteks yang
sebenarnya. Peneliti merupakan subjek multibudaya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

3. Teknik yang sering digunakan peneliti dalam mengumpulkan data di lapangan


yaitu pengamatan (observasi), interviu, dan analisis dokumen atau analisis
isi/ wacana.
Reymond Gold (Fraenkel dan Wallen, 1993) menyatakan ada empat tingkat
teknik pengamatan (observasi) yaitu: (1) pengamatan lengkap; (2) pengamat

336 336
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

sebagai partisipan; (3) partisipan sebagai pengamat; dan (4) partisipan terlibat
langsung dalam suatu kelompok. Di samping itu ia mengemukakan pula
bahwa teknik interviu dapat pula dibedakan atas interviu terstruktur, semi
terstruktur, interviu informal, dan interviu retrospektif. Oleh karena itu,
peneliti kualitatif sebaiknya menggunakan banyak cara (multimethods) dalam
pengumpulan data di lapangan.

337 337
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

4. Data kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan merupakan data
kualitatif. Bentuk data yang dikumpulkan berupa gambar, kata-kata, dan
bukannya dalam bentuk angka.
5. Sangat deskriptif.
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang sarat dengan rumus dan
pembuktian statistik, serta disajikan dalam bentuk tabel, gambar, diagram,
maupun bagan, dalam penelitian kualitatif data disajikan dalam bentuk
deskriptif atau naratif. Apa yang disajikan sebagai hasil dari penelitian
hendaklah bersumber dari data yang dikumpulkan. Hasil rekaman, interviu,
foto, dokumen pribadi tentang sua- tu objek penelitian dilaporkan sesuai
dengan makna yang sebenarnya dan dalam
konteks yang
benar.
6. Proses dan produk.
Seperti telah disinggung pada ciri sebelumnya, penelitian kualitatif lebih
ber- orientasi pada “natural setting” bukan kepada keadaan momentum
yang di- buat oleh peneliti. Untuk dapat menjelaskan suatu kejadian, peneliti
harus tahu bagaimana proses terjadinya kejadian itu, bukan pada kejadian saja.
Jadi, setiap peneliti hendaklah menempatkan suatu kejadian atau tindakan
dalam konteks yang sebenarnya; bagaimana proses terjadinya bukan hanya
hasil yang didapat. Menurut Rosenthal dan Jacobsin, seperti yang
dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen, “Ekspektasi guru terhadap siswa akan
memengaruhi penampilan siswa (1982), atau seperti yang dinyatakan oleh
Bowles dan Gintis: When intelligence is controlled in multivariate tables
sosioeconomic status is positively, menotoni- cally and significanly related to
planning in college ... (Lehman-1979).
Kesimpulan seperti di atas lebih menekankan pada hasil, tetapi tidak didekati
dari sisi prosesnya. Apakah kedua ubahan itu betul-betul berpengaruh secara
www.facebook.com/indonesiapustaka

berarti terhadap perencanaan maupun penampilan siswa baru. Tidakkah


mung- kin proses pembelajaran sebagai variabel antara (intervening
variabel) lebih menentukan daripada status sosial ekonomi individu, karena
di dalam hal itu, tergambar adanya pengharapan (ekspektasi) guru terhadap

338 338
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

siswanya. Justru ka- rena itu sebaiknya dijajaki juga dari prosesnya, bukan
hasilnya saja.
7. Cenderung menganalisis data secara induktif.
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif tidak mencari data
un- tuk membuktikan hipotesis yang disusun sebelumnya. Mereka
mengumpulkan bukti-bukti di lapangan, kemudian menyusun/mengabstraksi
berdasarkan sum- ber-sumber khusus yang terdapat di lapangan. Jadi, semua
data yang dikumpul-

339 339
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

kan selama di lapangan secara bertahap dan sejak awal dianalisis, sedikit
demi sedikit, dan kemudian dikembangkan dan dikembangkan lagi, dimaknai
secara khusus; diklasifikasikan, kelompok demi kelompok dan kemudian
dianalisis se- cara lebih mendalam sehingga didapatkanlah kesimpulan
dan/atau teori. Jadi, analisis data berangkat dari hal yang bersifat khusus dan
secara induktif akhir- nya mendapatkan teori; atau bergerak dari cukilan bukti
di lapangan kemudian dirumuskan berdasarkan keadaan bukti-bukti khusus
yang ada di lapangan dan bukan sebaliknya. Penemuan teori seperti ini disebut
oleh Glasser dan Strauss (1967) dengan istilah Grounded Theory
Methodology. Ini bukan pula berarti seorang peneliti kualitatif turun ke
lapangan tanpa kerangka sama sekali. Mere- ka turun dengan
mengkonstruksikan suatu kerangka dan akan mendapatkan bentuknya selagi
peneliti mengumpulkan data di lapangan. Penyempurnaan dan
pengembangan konsep atau rancangan akan terjadi selama di lapangan.
8. Makna (meaning) adalah sesuatu yang esensial dalam penelitian kualitatif.
Sesuatu berarti menurut proses dan peranannya dalam kejadian itu. Latar
yang bersifat alami akan memberi arti pada subjek yang sesuai dengan
pandangan subjek, kalau peneliti itu dapat menangkap perspektif dari subjek
itu sendiri. Makna yang terjadi menurut perspektif partisipan (participant
perspective), ka- lau peneliti telah melakukan penelitian yang akurat menurut
konteksnya dan peneliti dapat memberi makna sesuai dengan makna yang
diberikan oleh parti- sipan itu. Bahkan beberapa peneliti yang menggunakan
video tape menunjukkan pita rekaman yang sudah dilengkapkan kepada
partisipan untuk mengecek kem- bali interpretasi mereka.
9. Mengutamakan perincian kontekstual.
Seperti telah dikemukakan pada ciri-ciri yang lain, ketepatan dan
keakuratan data terpaut rapat dengan kondisi pada saat sesuatu hal
dipersoalkan. Data tidak dapat dipisahkan dan dimaknai di luar
www.facebook.com/indonesiapustaka

kontekstualnya. Oleh karena itu, catatan perinci tentang sesuatu yang diteliti
sangat diperlukan; termasuk di dalam ini hubungan antara satu dan yang
lain, bagaimana pengaruhnya, atau bagaimana dan mengapa hal itu terjadi.
10. Sebagian besar penelitian kualitatif menggunakan data langsung dari
tangan pertama.

340 340
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

Peneliti harus terjun langsung ke lapangan (field research) untuk


menemukan dan melakukan observasi, sehingga dapat menghayati langsung
keadaan yang sebenarnya sehingga dapat pula memberi makna dalam konteks
yang sebenar- nya. Khusus penelitian kepustakaan (library research), sumber
buku, karya,

341 341
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

tulisan, yang ada di perpustakaan, atau pada sumber-sumber resmi lainnya,


atau mungkin juga pada pemilik karya yang akan diteliti, namun tetap
terjamin ke- murniannya, keabsahannya, dan keautentikannya.
11. Melakukan triangulasi.
Data yang dihimpun tentang suatu objek penelitian dan dikumpulkan dari
se- orang subjek penelitian belum tentu akurat sesuai dengan yang
sebenarnya. Untuk itu peneliti perlu melakukan triangulasi, yaitu
memperoleh data yang sama dari subjek/sumber yang lain menggunakan
metode yang berbeda dengan sumber yang pertama. Melakukan triangulasi
dimaksudkan untuk meningkat- kan ketepatan dan kebenaran data
penelitian, sehingga menggiring pula pada keakuratan hasil penelitian. Cara
ini pun sekaligus dapat mencegah subjektivitas dalam penelitian.
12. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti.
Kesejajaran posisi peneliti dan sumber atau subjek penelitian memberi
peluang kepada subjek penelitian untuk dapat mengungkapkan sesuatu
sebagaimana adanya. Ia tidak perlu merasa takut atau merasa tertekan akibat
informasi yang diberikannya.
13. Analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan dilanjutkan sepanjang
peneli-
tian.
Dalam setiap penelitian kualitatif, rancangan yang disusun masih bersifat
umum dan fleksibel. Keadaan di lapangan memungkinkan penyempurnaan
dan pe- ngembangan rancangan penelitian. Sehubungan dengan itu, apa yang
dikum- pulkan hari pertama setelah dianalisis akan memberikan
masukan-masukan dan penyempurnaan pada hari berikutnya. Demikian juga
dengan hari-hari be- rikutnya di lapangan. Dengan melakukan analisis
berkelanjutan sampai akhir, memungkinkan sesuatu “terbaca” dalam
konteksnya dan pemaknaan yang di- berikan tetap dalam konteksnya pula. Hal
itu dimaksudkan pula untuk men- dapatkan kesimpulan yang tepat melalui
www.facebook.com/indonesiapustaka

pemaknaan yang benar.


14. Dalam penelitian kualitatif, verifikasi perlu dilakukan.
Kalau dalam penelitian kuantitatif, untuk memperoleh hasil yang
terpercaya dapat dilakukan dengan melakukan validasi instrumen penelitian,

342 342
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

maka dalam penelitian kualitatif dilakukan verifikasi, baik terhadap kasus


yang bertentang- an maupun dalam konteks yang lebih luas. Dengan cara
demikian, aspek-aspek yang semulanya berlawanan atau tidak sesuai dapat
diantisipasi dan diketahui kedudukan yang sebenarnya.
15. Penelitian kualitatif dipengaruhi pandangan dan keunikan peneliti.

343 343
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

Peneliti tidak mendesak-desakan apa yang diharapkannya, namun


pandang- an dan keunikan peneliti selama penelitian tetap akan
memengaruhi kualitas dan hasil penelitian. Pada waktu terjun ke lapangan
peneliti belum mempunyai gambaran tentang masalah yang ditelitinya.
Sebagai instrumen utama selama penelitian, pandangan dan keunikan
peneliti ikut memengaruhi interaksi sosial dalam setting penelitian.
Pengumpulan dan analisis data serta pemberian makna dilakukan peneliti
selama penelitian, namun perlu dipahami bahwa keterlibatan itu bukan untuk
merusak makna yang sesungguhnya, melainkan menemukan jawaban ilmiah
yang sesunguhnya tentang fenomena/masalah yang diteliti.
16. Peneliti memandang fenomena sosial secara holistik.
Satu fenomena berkaitan dengan fenomena lain; dan satu fenomena
mungkin disebabkan oleh berbagai fenomena lain. Oleh karena itu, satu
fenomena akan terungkap dengan baik kalau dilihat secara holistik. Apakah
penyebab anak malas belajar? Jangan tanya pada anak saja. Banyak faktor
di sekeliling anak yang menjadi penyebabnya. Lihatlah anak yang malas belajar
itu secara holistik; dari dia, keluarga, dan lingkungannya secara utuh dan
menyeluruh.
17. Rancangan bersifat umum dan fleksibel.
Rancangan yang disusun tidak selengkap seperti pada penelitian
kuantitatif. Walaupun aspek-aspek tertentu perlu ada dalam proposal
penelitian, namun kontekstual lapangan tidak seperti yang digambarkan
semula, maka arah peneli- tian dapat saja diubah dan berubah sesuai dengan
fenomena lapangan yang se- sungguhnya.
Bogdan dan Biklen (1982) menambahkan beberapa ciri penelitian kualitatif
yang lain, yaitu (1) sampel yang digunakan kecil dan tidak representatif; (2) usul
peneli- tian pendek dan spekulatif; (3) teknik dan metoda yang digunakan dalam
pengum- pulan data: observasi, dokumen dan artefak yang berbeda, participant
www.facebook.com/indonesiapustaka

observation, interviu terbuka; (4) rancangan bersifat umum dan fleksibel. Adapun
Michael Quinn Patton (1990) mengemukakan, bahwa karakteristik utama
penelitian kualitatif yaitu: (1) penyelidikan yang bersifat naturalistik; (2) analisis
bersifat induktif; (3) holistik (4) data bersifat kualitatif; (5) menekankan
pemahaman dan kontak personal; (6) dinamis; (7) tiap kasus unik dan spesifik;

344 344
BAB 11 •
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian, Karakteristik, dan Tujuan Penelitian Kualitatif

(8) dalam konteksnya, netral dan bersifat sensitif; serta (9) rancangan bersifat
fleksibel.

338 338
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Andai kata kurang paham baca kembali
uraian pada Bab 11.

1. Coba Jelaskan apakah yang dimaksud dengan penelitian kualitatif merupakan suatu strategi
inquiry yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, ge- jala, simbol
maupun deskripsi tentang suatu fenomena, bersifat alami dan holistik, dengan mengutamakan
kualitas, dapat menggunakan beberapa cara, dan disajikan secara naratif.
2. Cobalah jelaskan dengan contoh apakah perbedaan penelitian kualitatif dan penelitian
kuantitatif.
3. Para ahli penelitian kualitatif menyatakan bahwa sesuatu informasi dan data bermakna dalam
konteksnya. Coba jelaskan maksud pernyataan itu.
4. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen penelitian. Apakah yang dimaksud dengan
pernyataan itu.
5. Dalam penelitian kualitatif, kebenaran dan ketepatan hasil penelitian ditentukan pula oleh
kemampuan peneliti dalam memveriikasi dan melakukan triangulasi data. Benarkah de- mikian?
Coba jelaskan.
6. Natural setting dan induktif, dua karakteristik penelitian kualitatif yang jauh berbeda dari
penelitian kuantitatif. Apakah yang dimaksud dengan natural setting dan induktif dalam pe- nelitian
kualitatif itu?
7. Cobalah jelaskan dengan contoh apakah yang dimaksud dengan pernyataan: “hasil peneli- tian
kualitatif dipengaruhi oleh keunikan peneliti.”
8. Dalam penelitian kualitatif rancangan atau proposal penelitian yang telah disusun sebelum turun ke
lapangan dapat berubah pada waktu di lapangan. Apakah yang dimaksud dengan pernyataan itu?
9. Dalam penelitian kualitatif, posisi peneliti setara dengan sumber informasi/aktor. Apakah yan
dimaksud dengan pernyataan itu?
www.facebook.com/indonesiapustaka

10. Penelitian kualitatif menekankan proses dan produk. Apakah yang dimaksud dengan per- nyataan
itu?

337 337
Bab 12
BEBERAPA TIPE DAN STRATEGI
PENEMUAN DALAM PENELITIAN
KUALITATIF

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, pada prinsipnya


ingin memerikan, menerangkan, mendeskripsikan secara kritis, atau
menggambarkan suatu fenomena, suatu kejadian, atau suatu peristiwa interaksi
sosial dalam masya- rakat untuk mencari dan menemukan makna (meaning) dalam
konteks yang sesung- guhnya (natural setting). Oleh karena itu, semua jenis
penelitian kualitatif bersifat deskriptif, dengan mengumpulkan data lunak (soft
data), bukan hard data yang akan diolah dengan statistik. Seperti juga dalam
penelitian dengan pendekatan kuantitatif, pengumpulan data dengan pendekatan
kualitatif ada yang berupa penelitian lapang- an (field research) dan ada pula
penelitian kepustakaan (library research). Perbedaan utama yang lain, antara tipe
satu dan tipe yang lain adalah dalam tujuan dan strategi penemuannya.
Banyak tipe dan strategi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif,
an- tara lain: Case Study Research, Historical Research, Grounded Theory
Methodology, Phenomenology, Ethnomethodology, dan Ethnography, namun
kadang-kadang hanya memberi label dengan kualitatif, tetapi menggunakan
teknik analisis yang berbeda seperti analisis isi (content analysis)), analisis wacana,
seperti dalam penelitian baha- sa yang meneliti hasil karya (buku) seseorang) dan
www.facebook.com/indonesiapustaka

surat kabar yang meneliti tajuk rencana surat kabar.


Studi kasus dapat juga dilakukan dalam bentuk penelitian kuantitatif, apabi-
la data yang dikumpulkan dalam laporan penelitiannya lebih didominasi oleh
data kuantiatif; seperti angka, tabel, dan persentase. Di samping itu, studi kasus
dapat juga dilakukan dalam penelitian gabungan (mixed research).

338 338
Pada bagian ini hanya dikemukakan beberapa di antara jenis dan strategi
yang digunakan dalam penelitian kualitatif.

340 340
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

A. STUDI KASUS (CASE STUDIES)


1. Pengertian
Apabila seseorang ingin memahami latar belakang suatu persoalan, atau
in- teraksi individu di dalam suatu unit sosial atau mengenai suatu kelompok
individu secara mendalam, utuh, holistik, intensif, dan naturalistik; maka
penelitian kasus merupakan pilihan utama dibandingkan dengan jenis penelitian
kualitatif yang lain. Penelitian kasus adalah suatu proses pengumpulan data dan
informasi secara men- dalam, mendetail, intensif, holistik, dan sistematis tentang
orang, kejadian, social set- ting (latar sosial), atau kelompok dengan menggunakan
berbagai metode dan teknik serta banyak sumber informasi untuk memahami
secara efektif bagaimana orang, kejadian, latar alami (social setting) itu beroperasi
atau berfungsi sesuai dengan kon- teksnya.
Penelitian kasus memperhatikan semua aspek yang penting dari suatu
kasus yang diteliti. Dengan menggunakan tipe penelitian ini akan dapat
diungkapkan gambaran yang mendalam dan mendetail tentang suatu situasi
atau objek. Kasus yang akan diteliti dapat berupa satu orang, keluarga, satu
peristiwa, kelompok lain yang cukup terbatas, sehingga peneliti dapat menghayati,
memahami, dan mengerti bagaimana objek itu beroperasi atau berfungsi dalam
latar alami yang sebenarnya. Beberapa pendapat yang sejalan dengan batasan di
atas sebagai berikut:
a. Berg (2001: 225) menegaskan bahwa: case study methods involve systematically gather- ing
enough information about particular person, social setting, event, or group to permit the
researcher effectively understand how it operates of fuctions ....
b. Hagen (1993) dan Jin (1994)) mengemukakan bahwa case studies may focus on indi- vidual,
a group, or an entire community and may utilize a number of data technologies such as life
histories, documents, oral histories, indepth interviews, and participant observation (Berg,
2001).
c. Cresswell (1999: 61) menyatakan: … a case study is an exploration of a ‘bounded system’
… over time through detailed, indepth data collection involving multiple sources of informa-
tion rich in context. This bounded system is bounded by time and place, and it is the case
www.facebook.com/indonesiapustaka

being studied—a program, an event, an activity, or individuals.


d. Merriam (1988,21) deines ‘a qualitative case study as an intensive, holistic description,
and analysis of a single instance, phenomenon, or social unit.
e. Miles & Huberman (1994) menggambarkan bahwa: a case study an investigation of a
phenomenon that occurs within a speciic context.

339 339
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Dalam penelitian kasus, setiap peneliti mempunyai tujuan yang berbeda


dalam mempelajari kasus yang ingin diungkapkannya. Sehubungan dengan itu,
Stake (da- lam Denzin, 1994) mengemukakan tiga tipe penelitian kasus, yaitu:
(1) studi kasus

340 340
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

intrinsik (intrinsic case studies); (2) studi kasus intrumental (instrumenal case
stud- ies); dan (3) studi kasus kolektif (collective case studies).
Studi kasus intrinsik dilaksanakan apabila peneliti ingin memahami lebih
baik tentang suatu kasus biasa, seperti sifat, karakteristik, atau masalah individu.
Peran- an peneliti tidak untuk mengerti atau menguji abstrak teori atau
mengembangkan penjelasan baru secara teoretis. Ini berarti juga bahwa perhatian
peneliti terfokus dan ditujukan untuk mengerti lebih baik aspek-aspek intrinsik
dari suatu kasus, seperti anak-anak, kriminal, dan pasien.
Studi kasus instrumental digunakan apabila peneliti ingin memahami atau
me- nekankan pada pemahaman tentang suatu isu atau merumuskan kembali
(redefine) suatu penjelasan secara teoretis. Studi kasus tipe ini sebagai instrumen,
sebagai pe- nolong untuk menjelaskan kembali suatu konsep, kejadian, atau
peristiwa secara teoretis, dan kejadian aktual bukan sesuatu yang sangat esensial.
Studi kasus ini le- bih mendalam, dan mencakup semua aspek serta kejadian secara
terperinci. Namun perlu disadari bahwa tidak mudah mengelaborasi perkasus
secara perinci.
Studi kasus kolektif merupakan studi beberapa kasus instrumental (bukan
me- lalui sampling) dan menggunakan beberapa instrumen serta sejumlah
peneliti se- bagai suatu tim. Hal itu dimaksudkan untuk lebih mengerti tentang
suatu isu atau memperkaya kemampuan teori tentang sesuatu, dalam konteks
yang lebih luas.
Kalau ditinjau dari segi rancangan penelitian, penelitian kasus dapat pula
dibe- dakan dalam empat klasifikasi, yaitu: (1) studi kasus
eksploratori/penjajakan; (2) studi kasus deskriptif; (3) studi kasus yang bersifat
menginterpretasikan, meng- uji atau menerangkan; dan (4)) studi kasus yang
bersifat evaluatif; sedangkan Yin (1994) membagi desain penelitian kasus atas
dua klasifikasi, yaitu: (1) desain kasus tunggal (single case design); dan (2) desain
multikasus (multy case design).
www.facebook.com/indonesiapustaka

Oleh karena itu, tipe mana yang akan dipilih tidaklah dapat dipisahkan dari
kon- struk penelitian kasus selalu mempelajari satu fenomena, fokus pada satu
unit studi, atau dalam suatu sistem yang terbatas; mempertahankan keutuhan
fenomena dalam suatu unit objek studi yang representatif sehingga memberikan

341 341
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

gambaran unik, utuh, dan holistik. Bahkan cukup banyak yang melakukan dalam
bentuk “longitudinal”.
Beberapa ciri utama yang terdapat dalam penelitian kasus:
a) Penelitian kasus merupakan suatu tipe penelitian yang mengkaji secara
menda- lam mengenai suatu unit (particularistic) seperti unit sosial, keadaan
individu, keadaan masyarakat, interaksi individu dalam kelompok, keadaan
lingkungan, keadaan gejolak masyarakat, serta memperhatikan semua aspek
penting dalam unit itu sehingga menghasilkan hasil yang lengkap dan
mendetail.

342 342
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

b) Penelitian kasus membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan


dari penelitian historis.
Hal itu diperlukan karena untuk dapat mengungkapkan suatu kasus secara
utuh dan lengkap dibutuhkan waktu yang relatif lama dan kemampuan serta
keteram- pilan yang cukup.
c) Penelitian kasus bersifat deskriptif.
d) Penelitian kasus bersifat heuristik artinya dengan menggunakan penelitian
kasus dapat menjelaskan alasan untuk suatu masalah atau isu (apa yang
terjadi, me- ngapa terjadi, dan bagaimana kejadiannya).
e) Penelitian kasus berorientasi pada disiplin ilmu.
Dua orang peneliti yang berbeda melakukan penelitian kasus terhadap
fenome- na yang sama. Perbedaan latar belakang peneliti akan membawa
dampak bahwa tujuan penelitian yang dirumuskan oleh kedua peneliti itu akan
berbeda pula.
Dengan melakukan penelitian kasus akan didapat dan terungkap informasi
yang mendalam, perinci dan utuh tentang suatu kejadian (apa, mengapa, dan
bagaimana), serta dapat pula digunakan sebagai latar belakang untuk penelitian
yang lebih besar dan kompleks.

2. Langkah-langkah dalam Penelitian Kasus


Tak jauh berbeda dari jenis penelitian yang lain, dalam melakukan penelitian
kasus ada beberapa langkah utama yang perlu mendapat perhatian:
a. Tentukan masalah yang akan diteliti dan rumuskan tujuan yang akan dicapai
secara jelas. Untuk menentukan tujuan itu dapat dibantu dengan
pertanyaan, antara lain:
Apakah unit
penelitiannya?
Bagaimanakah sifat-sifat, saling hubungan, dan proses manakah yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

akan menuntun penelitian ini?


b. Rumuskan kasus yang akan dipelajari.
Dalam konteks ini, kasus yang akan diteliti hendaklah diperinci dengan
se- baik-baiknya, sehingga jelas tampak sub-subkasus dan
ketersinggungannya de- ngan aspek-aspek yang lain.

343 343
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Bagaimanakah sifat-sifat kasus, saling hubungan, dan proses manakah


yang akan menuntun penelitian ini?
c. Tetapkan peran teori dalam pemilihan kasus.
d. Tentukan kerangka penelitian kasus secara konseptual dan teoretis.

344 344
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

e. Tetapkan secara jelas bentuk/tipe penelitian kasus yang akan dilakukan.


Apakah penelitian kasus tunggal atau penelitian kasus multiple ataukah
penelitian kasus kolektif?
f. Tetapkanlah cara pendekatan yang akan digunakan.
Bagaimanakah unit-unit itu akan dipilih?
Sumber-sumber data manakah yang
tersedia?
Tetapkan metode pengumpulan data manakah yang akan digunakan?
g. Persiapan pengumpulan data.
h. Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan rancangan menurut unit
kegiatan yang telah ditetapkan.
i. Data-data yang telah dikumpulkan dievaluasi dan diorganisasikan menjadi
re-
konstruksi unit studi yang koheren, serta dianalisis sejak awal kegiatan.
f. Susunlah laporan penelitian dengan menghindarkan “bias” dari pribadi
peneliti.
Langkah-langkah di atas merupakan langkah pokok, karena itu perlu dikaji
dan disempurnakan lebih lanjut selagi masih mungkin. Pada saat akan memilih
meto- dologi yang akan digunakan, peneliti perlu memperhatikan: (1) Pertanyaan
pene- litian; (2) Tujuan penelitian; (3) Kepercayaan dan nilai-nilai (Beliefs dan
values) peneliti; (4) Ketrampilan peneliti; serta (5) Waktu dan biaya.

B. GROUNDED THEORY METHODOLOGY


1. Pengertian
Banyak kritik yang diarahkan pada penelitian kualitatif oleh kelompok
tertentu, karena mereka kurang yakin apakah akan sampai pada teori seperti
yang diharap- kan. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan menggunakan “soft
data” dalam ben- tuk kata-kata, gambar, maupun foto atau dokumen lainnya yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

tampil dalam lapor- an hanya sekadar kumpulan cerita atau rekaman cerita
(narrative) tentang suatu masalah yang diselidiki, sedangkan yang diharapkan
jauh lebih spesifik dan mengacu pada makna dan/atau dalil maupun teori. Mana
mungkin suatu teori akan dihasilkan kalau data atau informasi yang digunakan

345 345
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

“soft data” dan tidak valid (canggih) serta prosedur yang dipakai tidak baku serta
kurang terwakili?
Penelitian kualitatif pada awalnya cenderung mengumpulkan data yang
ba- nyak, tetapi jarang yang mampu sampai menghasilkan teori, kata sebagian
orang. Di samping itu, penelitian kuantitatif juga mendapatkan sorotan. Mana
mungkin melahirkan teori baru, kalau yang dinilai hanya produk saja yang bersifat
momentum dan dianalisis dengan menggunakan statistik? Mana tahu kelemahan
yang terjadi

346 346
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

selama pencapaian produk tersebut; yang terjadi hanyalah verifikasi dari


teori-teori atau hipotesis yang disusun diterima dan mungkin juga ditolak. Di
samping itu, pe- nelitian yang menggunakan hipotesis, berangkat dari konsep
atau teori yang sudah mempunyai kekuatan atau telah mantap. Meskipun
demikian, belum tentu teori yang digunakan sesuai dengan keadaan dan tempat
penelitian.
Sebagai reaksi dari berbagai kelemahan penelitian kualitatif, Glasser
dan Strauss (1967) mengemukakan pendekatan baru dalam penelitian kualitatif
yang dikenal dengan istilah “grounded theory methodology”. Sejak awal memegang
prinsip bahwa data merupakan sumber teori dan teori berdasarkan data.
Grounded theory methodology adalah suatu metodologi umum untuk
mengembangkan teori melalui penelitian kualitatif yang dilakukan secara
sistematis dan mendasar. Teori dibangun berdasarkan data yang dikumpulkan
tentang suatu fenomena yang menjadi fokus pe- nelitian. Para ahli/peneliti
membangun teori secara induktif dari penelitian fenomena yang tampak di
lapangan.
Pendapat lain tentang grounded theory sebagai
berikut:
Grounded theory: A research method in which the theory is developed from the data, rather than
the other way around. That makes this an inductive approach, meaning that it moves from the
speciic to the more general.

.................................................................................................................
.....
The method of study is essentially based on three elements: concepts, categories and proposi-
tions, .... However, concepts are the key elements of analysis since the theory is developed from
the conceptualization of data, rather than the actual data.

Selanjutnya perhatikan gambar


berikut:

◆ Sumber
www.facebook.com/indonesiapustaka

◆ Membangun

Data
Teori

347 347
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

◆ Memperjelas
◆ Menerangkan

GAMBAR 12.1 Hubungan Data dan Teori.

Tidak ada para peneliti yang turun ke lapangan tanpa mempunyai teori,
kon- sep, atau proposisi tentang apa yang akan diamatinya. Dalam penelitian
kuantitatif, peneliti digiring dan dituntun oleh teori/grand theory yang telah
dijadikan pegangan

348 348
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

seperti dituangkan dalam proposal, sedangkan dalam penelitian kualitatif


(grounded theory metodology) peneliti akan menemukan teori, konsep, proposisi,
dan teori juga dikembangkan di lapangan oleh peneliti. Masalah yang semula
penting dan wajar untuk diteliti, setelah turun ke lapangan, mungkin saja
berubah, disempurnakan, atau dapat dipersempit fokus persoalannya. Fleksibilitas
merupakan warna lain dari tipe penelitian kualitatif
Glasser dan Strauss (1980: 15)
menyatakan:
Qualitative research was to provide quantitative research with a few substantive categories and
hypothesis. Then, of course, quantitative research would take over, explore further, discover facts
and test current theory.

Dengan demikian jelaslah bahwa grounded theory methodology juga


mengguna- kan teori di lapangan, dengan jalan mengembangkan konsep,
mengumpulkan data, memverifikasi konsep/proposisi, menguji lagi,
mengembangkan lagi, mengumpulkan data lagi dan seterusnya, tetapi bukan
menuntun peneliti secara kaku. Grounded theory methodology merupakan strategi
baru dalam penelitian kualitatif, sosok yang lebih mendasar dan berakar di
lapangan dengan merancang secara lebih terorgani- sasi bentuk penelitian yang
dilakukan. Teori dibangun berdasarkan data empiris, dari berbagai area yang
lebih substantif. Dalam penelitian ini peneliti mulai dari suatu teori yang bersumber
dari berbagai pedoman yang telah ada. Teori perlu disusun berdasarkan logika
yang konsisten, jelas masalah dan rumusannya, serta mengikuti pola dan proses
yang benar, dan bukan hasil berpikir deduktif. Lebih jauh Glasser dan Strauss
(1980) mengemukakan ada dua cara dalam menemukan teori berdasar- kan data,
yaitu teori formal dan teori substantif. Teori formal dibentuk untuk kate- gori
kawasan konseptual teoretik, sedangkan teori substantif dibentuk untuk daerah
substantif tertentu. Namun perlu juga dipahami bahwa teori yang disusun itu
masih bersifat terbuka dan dapat diubah oleh peneliti kalau ada perubahan baru
di lapang- an. Sebagai contoh:
www.facebook.com/indonesiapustaka

Suatu penelitian etnograi tentang anak-anak dari lingkungan kebudayaan minoritas di Amerika
Serikat yang berhasil di sekolah, dapat mengembangkan grounded theory me- ngenai
penyelenggaraan sekolah. Studi semacam itu mengungkapkan bahwa anak-anak bukannya
mengalami ketercerabutan budaya, melainkan justru sebaliknya, mereka meng- alami banjir budaya
(culturally overwhelmed), keberhasilan mereka di sekolah disebabkan oleh adanya kemampuan

349 349
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

dua kebudayaan (bicultural) sekaligus. (Spradley, 1979, alih baha- sa: Misbah Zulfa Elizabeth:
Metode Etnograi, edisi kedua, 2006. hlm. 17)

Dengan menggunakan grounded theory methodology, peneliti akan dapat


men- jawab pertanyaan: Bagaimanakah orang membangun teori secara induktif
tentang suatu fenomena yang tampak dan data yang didapat dari lapangan
dalam setting

350 350
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

sehari-hari? Dengan kata lain, kerangka dasar yang ada jangan menggiring dan
me- matok peneliti, sehingga itulah yang benar. Kalau demikian, bukan grounded
theory methodology.

2. Langkah-langkah Grounded Theory Methodology


Langkah-langkah model penelitian grounded theory methodology,
mengikuti pola kualitatif pada umumnya. Selama penelitian, konsep teori yang
disusun diuji kembali di mana perlu direvisi atau disempurnakan kembali melalui
berbagai revisi dan perbaikan atau penyempurnaan, dengan menggunakan data
yang akurat melalui analisis komparatif dan situasi, serta kelompok yang tepat
untuk menguji atau me- nemukan teori. Secara sederhana langkah-langkah
pengembangan sebagai berikut:

Perumusan Masalah
1

Mendeteksi Fenomena
Rekonstruksi Teori
Lapangan
5
2

Penurunan/penyusunan
Pengembangan teori Konsep Teori
4 3

GAMBAR 12.2 Langkah-langkah Grounded Theory Methodology.


www.facebook.com/indonesiapustaka

Analisis komparatif adalah salah satu cara yang strategis dan sering diguna-
kan para ahli berbagai cabang ilmu sosial untuk menemukan sesuatu maupun
teori, melalui verifikasi dan pengkategorian secara konseptual sehingga dapat
menghasil- kan bukti-bukti yang akurat. Di samping itu perlu juga mendapat

351 351
perhatian bahwa dalam analisis komparatif perlu menetapkan keadaan umum
suatu fakta, sehingga jelas batasannya. Selanjutnya adalah menspesifikasi analisis
per kasus.
BAGIAN Dengan
KETIGA: cara
METODE demikian,
PENELITIAN akan
BAB disediakan
KUALITATIF bukti-bukti
12 • Beberapa yang Penemuan
Tipe dan Strategi akurat dan
...
benar dengan latar alami

352 352
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

dan dapat dipercayai, sehingga pengujian atau penemuan teori baru telah
melewati prosedur yang dapat diterima akal sehat.
Dalam grounded theory methodology, pertanyaan penelitian merupakan
sua- tu pernyataan ilmiah yang akan terus dikembangkan, dimodifikasi, atau
dipertajam selama di lapangan sedangkan; sampel dimaksudkan untuk
mengembangkan dan mempertajam rumusan teori. Oleh karena itu, pemilihan
sampel bukan dimaksudkan untuk mengadakan generalisasi, tetapi adalah untuk
memperkaya dan memantapkan penemuan teori berdasarkan data yang tepat
dan benar. Karena itu, perlu diupa- yakan seminimal mungkin perbedaan
kelompok sehingga secara maksimal dapat menggiring kepada:
(1) pembuktian kegunaan
ketegori; (2) menghasilkan
sifat-sifat dasar;
(3) menetapkan kategori/kondisi-kondisi tingkatan (degree category).
Semuanya itu sangat bermanfaat untuk memprediksi dan menghasilkan
kesa- maan untuk memperkukuh konsep penemuan. Namun sebaliknya
perbedaan yang besar/maksimal dari kelompok akan melahirkan bintik-bintik
perbedaan yang fun- damental di antara kelompok dalam penemuan yang bersifat
formal dan universal. Karena itu, perbedaan yang maksimal di antara ciri-ciri
kelompok juga sangat diper- lukan. Ini berarti pula dengan melakukan “grounded
theory methodology”, peneliti bukan hanya mengetes teori yang ada melainkan juga
menemukan teori baru.

C. PENELITIAN HISTORIS (HISTORICAL RESEARCH)


1. Pengertian
Penelitian historis merupakan salah satu tipe dan pendekatan dalam
penelitian kualitatif yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali secara
www.facebook.com/indonesiapustaka

sistematis, akurat, dan objektif kejadian atau peristiwa yang pernah terjadi
dimasa lampau dengan menggunakan pendekatan normatif dan interpretatif.
Melalui tipe penelitian historis, peneliti membuat rekonstruksi masa lampau
dengan mengumpulkan, memverifikasi, dan menganalisis serta menyintesiskan
bukti atau fakta yang ada dengan teliti, se- hingga memungkinkan gambaran

353 353
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

yang tepat pada masa lampau, memberikan latar masa sekarang, dan perspektif
masa datang.
Cohen (1980) menyatakan: “Historical research has been defined as the
syste- matic and objective locations, evaluations and synthesis of evidence in
order to es- tablish facts and draw conclusions about past event.” Kutipan ini
menunjukkan bahwa apabila seseorang menggunakan tipe penelitian historis,
berarti ia melaku-

354 354
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

kan penyelidikan, penilaian, menyintesiskan bukti, dan menetapkan lokasi secara


sistematik dan objektif untuk mendapatkan atau menetapkan fakta dan mengambil
kesimpulan yang tepat tentang objek yang telah terjadi di masa lampau.
Tujuan menggunakan tipe penelitian historis dimaksudkan
agar:
a) Seseorang menyadari apa yang terjadi di masa lampau, sehingga seseorang
da-
pat belajar dari kegagalan dan keberhasilan masa
lampaunya.
b) Belajar bagaimana sesuatu dikerjakan di masa lampau dan melihat
kemungkin- an apakah hal itu masih merupakan suatu kepedulian dan dapat
digunakan de- wasa ini.
c) Membantu seseorang dalam membuat
prediksi.
d) Menguji hipotesis hubungan atau
kecenderungan.
Penelitian historis jauh berbeda dari penelitian yang lain. Beberapa ciri
khusus penelitian historis sebagai berikut:
a) Penelitian historis lebih banyak tergantung pada data yang ditulis, dicatat
atau diobservasi oleh orang lain daripada yang diobservasi oleh peneliti sendiri.
Data yang baik hasil kerja yang teliti dengan menganalisis keautentikan,
kete-
patan, dan kebermaknaan
sumber-sumbernya.
b) Berlainan dengan anggapan populer, peneliti historis haruslah tertib, ketat,
sis- tematis, dan tuntas. Sering kali penelitian dikatakan sebagai penelitian
historis, hanyalah koleksi informasi yang tidak layak atau tidak dipercayai
atau tidak re- liabel atau informasi yang berat sebelah. Pandangan itu keliru
dan merusak citra penelitian historis.
www.facebook.com/indonesiapustaka

c) Penelitian historis tergantung pada dua macam data; primer dan sekunder.
Da- ta primer di mana peneliti langsung melakukan observasi atau dari
sumber pri- mer, sedangkan data sekunder apabila peneliti mengumpulkan
data dari orang lain, bukan dari sumber pertamanya.

355 355
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

d) Untuk menentukan nilai data, biasanya dilakukan dua macam kritik, yaitu
kri-
tik eksternal dan
internal.
Kritik eksternal dilakukan dengan menanyakan “apakah dokumen itu
auten- tik?” Adpun untuk kritik internal adalah “jika autentik, apakah data
itu akurat dan relevan? Kritik internal mengacu pada menguji motif,
keberatsebelahan, dan keterbatasan pengarang yang memungkinkan peneliti
mengabaikan sesuatu atau memberikan informasi yang salah atau palsu.
Evaluasi kritis inilah yang menyebabkan penelitian historis sangat ketat.
Dalam beberapa hal lebih banyak menuntut dari penelitian eksperimental.

356 356
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

e) Meskipun penelitian historis mirip dengan penelaahan kepustakaan,


mendahu-
lui rancangan penelitian yang lain, namun pendekatan historis lebih tuntas
men-
cari informasi dari sumber yang lebih luas.
(Isaac dan Michael (1980)

Borg (1963) menunjukkan perbedaan penelitian historis dari penelitian


lainnya sebagai berikut:
In historical research, it is especially important that the student carefully deined his problem
and appraises its approprietness before committing himself too fully. Many problems are not
adaptable to historical research method and cannot be adequately treated using this approach.
Others problems have little or no chance of producing signiicant result either because of the lack
of partinent data or bacause the problem is a trivial one.

Oleh karena itu, tidak semua masalah dapat diteliti dengan menggunakan
pen- dekatan penelitian historis. Sehubungan dengan itu, sebelum ditetapkan
untuk me- neruskan suatu topik dengan menggunakan penelitian historis perlu
topik itu dikaji lagi:
1. Di mana kejadian itu berlangsung.
2. Siapa yang terlibat dalam kejadian itu.
3. Kapan kejadian itu terjadi.
4. Jenis kegiatan/kejadian kemanusiaan yang bagaimanakah yang dilibatkan.
Kekurangtepatan dalam pemilihan topik yang akan diteliti akan membawa
dam- pak pada perumusan pertanyaan dan instrumen yang diajukan dan kritik
internal maupun eksternal.
Beberapa kelemahan penelitian historis yang selalu menjadi sorotan sebagai
berikut:
a. Problem/masalah dinyatakan terlalu luas.
b. Kecenderungan menggunakan cara yang mudah, dengan mengambil data
www.facebook.com/indonesiapustaka

dari sumber kedua. Keadaan ini akan membawa hasil yang kurang tepat,
sebab ke- tetapan dan keautentikan data akan menentukan bentuk analisis
yang akan di- lakukan.
c. Kritik internal maupun eksternal kurang dilakukan secara tajam dan tepat
ter-

357 357
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

hadap data yang


ditemukan.
d. Kegagalan dalam menginterpretasikan kata-kata dan ekspresi dalam konteks
yang diterima sesuai dengan keadaan semula (periode terdahulu pada saat
ber- langsungnya kejadian itu).
e. Kegagalan dalam membedakan fakta yang berarti dalam satu situasi itu,
sehing-

358 358
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

ga kadang-kadang menjadi fakta yang tidak relevan dan tidak penting.


f. Pelaksanaan penelitian dipengaruhi oleh “bias” pribadi peneliti tersebut,
sehing-
ga menumpulkan interpretasi dari yang seharusnya.
g. Karena banyaknya fakta yang dikumpulkan, maka laporan yang disusun
hanya merupakan kumpulan fakta yang banyak dan bukan menampilkan
sintesis ke dalam generalisasi yang berarti.
h. Sering juga terjadi analisis yang terlalu berlebihan yang kurang didukung
oleh bukti-bukti yang cukup atau terjadinya analogi yang salah atau konklusi
yang dibuat.
Di samping kelemahan tersebut, penelitian historis mempunyai pula
beberapa keuntungan:
a. Topik yang ingin diteliti tidak dapat diungkapkan melalui tipe penelitian
yang lain.
b. Penelitian historis memungkinkan untuk penggunaan cara yang
berbeda-beda dan menunjukkan bukti yang lebih bervariasi.
c. Dapat menyadarkan seseorang atau sekurang-kurangnya membuat
seseorang mengetahui tentang kejadian apa yang terjadi di masa lampau, serta
memungkin- kan seseorang dapat belajar dari keberhasilan dan kegagalan masa
lampau itu.
d. Dapat membantu dalam memprediksi untuk masa datang.
e. Dapat lebih memahami dan mengerti tentang kebijaksanaan dan praktik
kehi- dupan yang sedang terjadi dengan memperhatikan akar kehidupan dan
keadaan masa lampau.

2. Langkah-langkah Penelitian Historis


Dalam penelitian historis ada beberapa langkah yang perlu diikuti.
Langkah-
www.facebook.com/indonesiapustaka

langkah itu sebagai berikut:


a. Definisikan dan rumuskan masalah yang akan diteliti secara tepat.
b. Pada kegiatan berikutnya, pertimbangkanlah apakah penelitian historis
merupa- kan cara terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam
memberikan per- timbangan hendaklah diperhatikan apakah data yang

359 359
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

penting yang diperlukan akan didapat. Di samping itu, perlu pula dipikirkan
apakah hasil penelitian ini nanti cukup berguna dan berarti bagi individu dan
masyarakat atau lingkungan.
c. Rumuskan tujuan penelitian, dan jika mungkin dirumuskan pula pertanyaan
pe-
nelitian yang akan membimbing atau memberi arah penelitian itu.
d. Tetapkan sumber informasi yang relevan dan sahih. Sumber informasi itu
dapat berupa dokumen yang ditulis maupun yang dicetak, catatan numerikal,
pernya-

360 360
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

taan oral/lisan, dan objek fisik maupun karakteristik visual yang dapat
menye-
diakan informasi masa
lampau.
e. Kumpulkan data dengan selalu mengingat sumber data primer dan
sekunder.
Dalam pengumpulan data gunakanlah sistem kartu dan/atau sistem
lembaran. f. Evaluasi data yang diperoleh dengan melakukan kritik internal
dan eksternal.
g. Tuliskan laporan yang mencakup pernyataan masalah, reviu sumber
materiel, pernyataan asumsi, hipotesis, cara mengetes hipotesis, penemuan
yang ada, in- terpretasi, dan kesimpulan serta bibliografi.
Di samping penelitian historis ada pula historiography, yang bukan hanya
seka- dar menceritakan kembali fakta dari masa lampau, melainkan
merekonstruksi masa lampau secara naratif, benar, dan teliti dari beberapa sumber
informasi atau data, dan melakukan analisis data secara baik dan benar sehingga
menemukan bukti empiris yang representatif serta penggambaran masa lampau
dalam konteks sosiologis yang sesungguhnya. Dalam kaitan itu ada empat cara
menemukan bukti-bukti historis:
1. sumber primer (primary resources);
2. sumber sekunder (secondary resources);
3. catatan yang sedang berjalan (running record);
4. pengumpulan kembali (recollection).
Sumber pertama berupa data yang sudah diarsipkan, seperti di museum,
pus- taka, koleksi pribadi. Sumber sekunder seperti pekerjaan pekerja historis
yang telah ditulis dengan tangan; sedangkan yang ketiga catatan yang sedang
berjalan adalah pengumpulan data pada saat penelitian sedang berlangsung.
Adapun pengumpulan data kembali perlu dilakukan apabila informasi dan data
www.facebook.com/indonesiapustaka

yang sudah terkumpul be- lum mampu menggambarkan fenomena yang menjadi
tujuan dan fokus penelitian.

D. FENOMENOLOGI (PHENOMENOLOGY)

361 361
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

1. Pengertian
Phenomenology (Inggris) berasal dari “phainomenon” dan
“logos”(Yunani). Phainomenon berasal dari kata “phaenoo”, yang berarti
membuat kelihatan atau membuat tampak. Secara umum phaenomenon berarti
tampak atau memperlihat- kan. Logos adalah ilmu atau ucapan. Dengan
demikian, fenomenologi dapat diar- tikan ilmu ilmu tentang fenomena yang
menampakkan diri dari kesadaran peneliti. Dalam arti luas, fenomenologi adalah
ilmu tentang gejala atau hal-hal apa saja yang tampak. Namun perlu dipahami
dengan sungguh-sungguh bahwa suatu fenomena pada hakikinya suatu
kesadaran dan interaksi: apa yang diamati sebagai sesuatu set

362 362
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

terpisah dari pengamat (observer). Dengan demikian, pengamat betul-betul


yakin hasil pengamatan dan analisis interaktif itu, itulah sikap yang
sesungguhnya dan alami (natural attitude).
Fenomenologi sebagai salah satu bentuk penelitian kualitatif tumbuh dan
ber- kembang dalam bidang sosiologi, menjadikan pokok kajiannya fenomena
yang tam- pak sebagai subjek penelitian, namun bebas dari unsur syak wasangka
atau subjek- tivitas peneliti. Peneliti berupaya seoptimal mungkin mereduksi dan
memurnikan sehingga itulah gambaran makna fenomena yang sesungguhnya.
Alfred Schultz, dkk. mencoba mengembangkan fenomenologi sosial sebagai
menjembatani Edmund Husserl yang lebih fenomenologi filsafat. Namun sebagai
bapak aliran ini disepakati Edmund Husserl (1859-1936).
Dalam konteks penelitian kualitatif, fenomena merupakan sesuatu yang
hadir dan muncul dalam kesadaran peneliti dengan menggunakan cara tertentu,
sesua- tu menjadi tampak dan nyata. Peneliti mendeskripsikan sesuatu seperti
penampilan fenomena, seperti barangnya sendiri tanpa mengandalkan
praduga-praduga kon- septual. Penelitian fenomenologi selalu difokuskan pada
menggali, memahami, dan menafsirkan arti fenomena, peristiwa, dan
hubungannya dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu, sedangkan Bogdan
dan Biklen (1982) mengemukakan bahwa fenomenologi merupakan suatu
tipe/jenis penelitian kualitatif yang berusaha mema- hami makna dari suatu
peristiwa dan interaksi orang dalam situasi tertentu. Beber- apa karakteristik
penelitian fenomenologi sebagai berikut:
1. Tidak berasumsi mengetahui apa makna sesuatu bagi manusia yang akan
diteli-
ti, mereka mempelajari sesuatu itu (Douglas, 1976).
2. Memulai penelitian dengan “keheningan/diam”, untuk menangkap makna
yang sesungguhnya dari apa yang diteliti (Psathas, 1973).
3. Menekankan aspek-aspek subjektif dari tingkah laku manusia; peneliti
menco- ba masuk di dalam dunia konseptual subjek agar mengerti bagaimana
www.facebook.com/indonesiapustaka

dan apa makna yang mereka konstruk di sekitar peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari mereka (Geertz, 1973).
4. Ahli fenomenologi memercayai bahwa dalam kehidupan manusia banyak
cara yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman manusia,

363 363
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

melalui interaksi seseorang dengan orang lain dan ini merupakan makna
pengalaman realitas (Greene,1978). Sebagai konsekuensinya, realitas
dikonstruksi secara sosial.
5. Semua cabang penelitian kualitatif meyakini bahwa untuk memahami subjek
adalah dengan melihatnya dari sudut pandang mereka sendiri. Walaupun
de-

364 364
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

mikian, fenomenologi tidak seradikal itu. Mereka menekankan subjektif,


tetapi mereka tidak menyangkal bahwa realitas “di luar sana” ada yang
mendesak dan menolak manusia, mampu menolak tindakan ke arah itu
(Blumer,1980)(Dalam Bogdan dan Biklen, 1982).
Peneliti fenomenologi melakukan: (1) Reduksi fenomenologis. Di sini
peneli- ti melakukan pengamatan faktual yang sesungguhnya; (2) Reduksi
eidetis. Dalam konteks ini peneliti melakukan penghayatan ideal. Dan; (3) reduksi
transendental, untuk mendapatkan subjek yang murni. Semuanya itu
dimaksudkan agar peneli- ti yang menggunakan strategi fenomenologi harus
membebaskan diri dari: (1) un- sur-unsur subjektivitas peneliti; (2) keterikatan
pada teori, proposisi, dan hipotesis; (3) bebas dari doktrin tradisional; sehingga
peneliti berupaya membebaskan diri dari prasangka, berupaya memurnikan
fenomena sehingga terjauh dari kesalahan dalam mendeskripsikan fenomena.
Dengan menggunakan fenomenologi peneliti ingin me- neliti apa yang tampak
(phenomenon), namun dengan teliti; fenomena yang murni berkat adanya
reduksi. Justru karena itu, dengan tipe fenomenologi, peneliti akan dapat
menjawab pertanyaan: Apakah pengalaman individu mengenai suatu aktivitas/
atau dalam suatu fenomena dari perspektif partisipan?
Penelitian fenomenologi menggunakan interaksi simbolik (simbolic
interaction) sebagai pilar utama dalam kerja penelitiannya. Diawali dari kerja
John Dewey yang mulai mengembangkan perspektif ini, dan dilanjutkan oleh
George Herbart Smith yang memformulasikan dalam konstruk: mind, self, dan
society. Beberapa konsep dan bentuk kerja yang perlu menjadi perhatian dalam
menggunakan interaksi sim- bolik dalam penelitian fenomenologi sebagai berikut:
1. Interaksi simbolik berasumsi bahwa pengalaman manusia dimediasi oleh
inter-
pretasi
(Blumer,1969).
2. Objek manusia dan situasi tidak memiliki makna mereka sendiri lebih dari
www.facebook.com/indonesiapustaka

mak-
na yang dianugerahkan oleh manusia, objek, dan peristiwa itu
sendiri.
3. Interpretasi bukan suatu tindakan otonomi, tidak ditentukan oleh tenaga
atau manusia atau sebaliknya, namun seseorang dapat menginterpretasikan

365 365
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

sesuatu melalui interaksi dengan pertolongan orang lain. Seperti orang dari
masa lam- pau mereka, penulis, famili, maupun orang-orang yang ditemui
dalam setting di mana mereka bekerja dan bermain.
4. Dalam fenomenologi, interaksi adalah sesuatu yang esensial. Interaksi simbo-
lik menjadi paradigma konseptual, lebih dari dorongan dari dalam, sifat-sifat
kepribadian, motivasi yang tidak disadari, kebutuhan, status sosial
ekonomi, budaya, maupun lingkungan fisik. Faktor-faktor tersebut
merupakan konstruk

366 366
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

bagi ahli ilmu sosial dalam mencoba memahami dan meramalkan tingkah
laku objek, manusia, dan peristiwa yang terjadi.
5. Teori bukan aturan dan regulasi, norma dan sistem kepercayaan dalam
ma- syarakat. Bagaimanapun juga, teori penting dalam memahami tingkah
laku dan dipakai dalam situasi khusus.
6. Hal lain yang perlu menjadi perhatian dalam teori interaksi simbolik adalah
kon- struk “diri” (self). Self tidak dapat dilihat, self berada di dalam personal
individu, seperti ego, diorganisasikan dalam kebutuhan, motif, dan
terinternalisasi dalam norma atau value. Dalam konstruksi self, self
didefinisikan sebagai orang men- coba melihat diri mereka sendiri sebagai
orang lain melihat dirinya dan mengin- terpretasikan gerak isyarat dan
tindakan diarahkan ke arah dia/mereka dan me- nempatkan dia/mereka dalam
peran bersama yang lain/orang lain (Bogdan dan Biklen, 1982).
Banyak tipe penelitian kualitatif, seperti juga dalam penelitian yang
mengguna- kan pendekatan kuantitatif. Tiap tipe mempunyai sasaran yang
berbeda, walaupun sama-sama mencari makna dan mendeskripsikan sesuatu.
Khusus tipe fenomenologi dapat menjadi pilihan apabila dipenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Ingin memerikan, menggambarkan, atau mendeskripsikan interaksi
manusia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok yang menggunakan
alat, tanda, atau simbol dalam berkomunikasi.
2. Tujuan penelitian yang akan diungkapkan bersifat mikrosubjektif. Mikro
da- lam konteks ini adalah spesifik, mendetail, dan mendalam; sedangkan
subjektif merujuk pada diri pribadi peneliti sebagai instrumen penelitian yang
dalam ke- beradaannya dan pemberian makna yang dilakukannya, berbeda
antara individu yang satu dengan yang lain.
3. Fokus pada hubungan historis, fungsional, teleologis, dialektis, dan religius.
4. Peneliti mampu menggunakan strategi fenomenologi secara tepat dan benar
www.facebook.com/indonesiapustaka

un-
tuk mendeskripsikan fenomena yang dijadikan fokus penelitian.
5. Masalah yang ingin diungkapkan berkaitan dengan hubungan manusia,
dalam strata psikis, biotis, dan human bersifat asli dan berguna serta

367 367
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

bermanfaat untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan dan masyarakat


ilmiah (Dielaborasi dari Ritzer dan Mohammad Dimyati-2000).
Kejelian dan kemampuan peneliti memilih tipe dan strategi penemuan yang
se- suai antara karateristik fenomena, tanda dan simbol dengan tujuan penelitian
akan sangat membantu peneliti dalam mendeskripsikan fenomena, tanda, atau
simbol tersebut.

368 368
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

2. Langkah- langkah Penelitian Fenomenologi


Desain penelitian fenomenologi, seperti juga penelitian kualitatif yang lain
tidak- lah sekaku penelitian kuantitatif. Desain lebih fleksibel dan mungkin juga
berubah pada waktu di lapangan seandainya ditemukan hal-hal baru dan prinsipiel.
Di antara langkah-langkah yang perlu mendapat perhatian sebagai berikut:
a. Temukan fenomena penelitian yang wajar diteliti melalui penelitian
kualitatif. b. Analisis fenomena tersebut apakah cocok diungkap melalui
fenomenologi.
Apakah fenomena tersebut berkaitan dengan interaksi manusia, baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok yang menggunakan alat, tanda,
atau simbol dalam berkomunikasi? Andai kata jawaban “ya” dan tujuan
penelitian adalah untuk memerikan dan menggambarkan interaksi tersebut,
maka fenomenologi wajar digunakan.
c. Tentukan subjek yang diteliti dan konteks yang
sesungguhnya. d. Pengumpulan data ke lapangan.
e. Pembuatan catatan, termasuk
foto. f. Analisis data.
g. Penulisan laporan.
Analisis data telah berlangsung sejak awal penelitian, reduksi data dan
triangu- lasi data (termasuk di dalam reduksi fenomenologis, reduksi eidetis,
dan reduksi transendental), sehingga penggambaran fenomena yang
sesungguhnya dilakukan secara teliti dan hati-hati.

E . ETNOMETODOLOGI (ETHNOMETHODOLOGY)
1. Pengertian
Peristiwa sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari individu
merupakan manifestasi tindakan individu dalam interaksinya dengan/dan bersama
www.facebook.com/indonesiapustaka

individu lain. Etnometodologi merupakan salah satu strategi penemuan dalam


penelitian kualitatif dalam bidang sosiologi pada awalnya, yang mecoba
mempelajari bagaimana perilaku sosial dapat digambarkan sebagaimana adanya.
Anne Rawls (editor of Garfinkel’s Nachlass), menyatakan bahwa kata

369 369
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

etnometodologi dapat diperinci menjadi: Ethno, dan method serta ology. “Ethno”
menunjuk kepada anggota kelompok sosial atau bu- daya, sedangkan “method”
dapat diartikan sebagai cara atau metode yang digunakan untuk memahami
tindakan sosial dan praktik sosial sehingga dapat dikenali. Adapun “ology”, sebagai
bagian dari kata sosiologi, yang dapat dimaknai dengan “studi me- ngenai”. Oleh
karena itu, etnometodologi dapat diartikan sebagai studi mengenai

370 370
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

cara-cara anggota masyarakat (kumunitas) memahami kegiatan sosial mereka


se- hari-hari. Etnometodologi dalam strategi penemuan didasarkan pada
keadaan se- hari-hari, atau aktivitas dan interaksi sosial yang bersifat rutin dengan
menggunakan akal sehat. Etnometodologi merupakan suatu studi mengenai
bagaimana seorang individu dalam masyarakat berbuat, bertindak, berkreasi,
serta memahami hidup keseharian mereka.
Beberapa pengertian lain tentang etnometodologi sebagai berikut:
■ Etnometodology is the study of the methods or practices that people use to accomplish their
everyday lives.
■ Etnometodology is a perspective within sociology which focuses on the way people make
sense of their everyday world. People are seen as rational actors, but employ practical reason-
ing rather than formal logic to make sense of and function in society.

Oleh karena itu, etnometodologi, sebagai salah tipe penelitian dalam cabang
so- cial sciences lebih menekankan kepeduliannya pada mengeksplorasi dan
menerang- kan bagaimana orang berinteraksi dengan dunia dan
memahami/mengerti realitas, bukan untuk membuat keputusan/judgement
tentang tingkah laku atau penyebab- nya. Hal itu diwujudkan melalui percakapan
atau interaksi dengan orang lain. Di samping itu ahli etnometodologi dalam
penyelidikannya menggunakan metode ana- lisis percakapan sebagai alat ungkap
dan strategi penemuannya, karena metode ini diyakini mampu menampakkan hal-hal
yang perlu dipahami dalam kehidupan sosial individu dan keterampilan yang
bersifat praktik yang digunakan orang dalam mem- buat pemahaman berkenaan
dengan realitas hidup dan kehidupan sosial. Dengan menggunakan
etnometodologi dapat diungkapkan bagaimana masyarakat meman- dang,
menjelaskan, dan mendeskripsikan tata kehidupan mereka sendiri dalam stra- ta
sosial kemasyarakatan. Banyak orangtua secara kecil-kecilan telah melaksanakan
konsep etnometodologi tanpa disadarinya. Orangtua menjelaskan suatu konsep
pada anaknya dengan memikirkan terlebih dahulu bagaimana cara anaknya
memahami dunianya, sehingga konsep yang disampaikan dapat dimengerti oleh
www.facebook.com/indonesiapustaka

anak. Pendi- ri dari pendekatan ini ialah Harold Garfinkel. Ia berusaha


menggabungkan teori Parsons dan pada saat sama ia juga mempelajari teori
Schutz, sehingga ia mencoba menggabungkan teori tindakan sosial dan
organisasi sosial. Ia menyatakan: I use term “ethnomethodology” to refer to the
investigation of the rational properties of indexial expressions and others practical

371 371
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

actions as contingent ongoing accomplish- ments of organized artful practices life”


(Garfinkel,1967: 11).
Hampir senada dengan itu, Bailey (1978: 49) menyatakan: A chief goal of
eth- nomotodology to study how members of society, in the course of ongoing social
inter- action, make sense of “indexical” expressions. Indexial are terms whose
meaning is not

372 372
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

universal but is dependent upon the context (e.g. he, she, they).
Para ahli sepakat bahwa istilah ethnometodology pertama kali
dikemukakan oleh Harold Garfinkel (Garfinkel, 1967; Garfinkel dan Sack,
1970). Tokoh ini ba- nyak memberi inspirasi kepada penulis yang lain.
Kompleksitas kehidupan manusia menampakkan diri dalam interaksi mereka
dengan orang lain.
Menurut George Psathas (Psathas, 1995: 139-155) ada lima tipe studi
et-
nometodologi yang dapat diidentifikasi, yaitu:
a. Pengorganisasian tindakan praktik maupun penalaran praktik.
b. Pengorganisasian percakapan dalam interaksi, seperti analisis
percakapan. c. Interaksi dan percakapan dalam setting lembaga atau
organisasi.
d. Studi mengenai kegiatan sosial dalam bekerja.
e. Studi tentang apa yang membuat suatu aktivitas/kerja, bekerja, seperti suatu
tes, mengetes.
Dalam perkembangannya dewasa ini, etnometodologi tetap fokus tentang
inter-
aksi sosial dalam dua area utama, yaitu:
(1) Analisis percakapan (conversation
analysis). (2) Latar kelembagaan (institutional
settings).
Tujuan analisis percakapan adalah untuk mengetahui bagaimana cara
percakap- an itu diorganisasikan, sedangkan unit analisisnya adalah relasi di
antara ucapan atau ungkapan bukan relasi di antara pembicara dan
pendengar.Tipe percakapan berbeda-beda, termasuk juga percakapan melalui
telepon, tertawa, applaus, ejekan, dan komunikasi nonverbal.
Analisis percakapan dan interaksi sosial dalam latar kelembagaan dapat
www.facebook.com/indonesiapustaka

dilaku- kan dalam penelitian tenaga kerja; dapat dilakukan melalui strategi yang
berbeda-be- da, seperti bagaimanakah pola relasi antara interviewer dan
interviewee yang dilaku- kan. Apakah interviewer mencegah atau menghalangi
interviewee membetulkan atau memperbaiki sesuatu yang telah disampaikannya?

373 373
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Beberapa keuntungan etnomethologi sebagai


berikut:
a. Longitudinal.
Tipe penelitian ini dapat di desain secara longitudinal, sehingga
memungkinkan untuk menemukan hasil penelitian yang lebih dipercaya.
Dengan menggunakan observasi, peneliti etnometodologi dapat mencatat
secara teliti semua perubah- an yang berlangsung atau sebagaimana yang
mereka lakukan dan tidak harus mempercayakan pada daya ingat partisipan.
Dengan observasi yang andal dan menggunakan waktu yang agak lama serta
analisis data yang benar dan teliti,

374 374
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

hasil temuan penelitian menjadi lebih


baik.
b. Mempelajari tingkah laku nonverbal sama baiknya dengan verbal.
Etnometodologi lebih menekankan pada analisis percakapan (verbal dan
non- verbal) sehingga betul-betul dapat dipahami bagaimana sumber
informasi mem- buat pengertian tentang suatu pertanyaan dan mengapa
mereka berbuat seperti cara yang mereka lakukan.
c. Etnometodologi menyediakan suatu pemahaman bahwa konsistensi yang
lebih baik dicapai dengan mengikuti akal sehat.
Di samping keuntungan yang telah dikemukakan, etnometodologi
mempunyai pula beberapa kekurangan, yaitu:
a. Produk.
Etnometodologi tidak baik dipilih dan digunakan kalau seseorang tertarik
untuk mempelajari beberapa produk sosial sekaligus.
Etnometodologi lebih menekankan pada proses interaksi sosial. Oleh karena
itu, tidaklah mungkin dilakukan terhadap beberapa produk interaksi sosial
se- kaligus. Satu bentuk gejala sosial yang sama pada kelompok individu yang
ber- beda dan waktu yang berlainan belum tentu disebabkan oleh latar belakang
dan penyebab yang sama maupun interaksi sosial yang sama.
b. Kurang cocok digunakan untuk mempelajari skala yang lebih
luas.
Berhubung karena etnometodologi menekankan penemuan makna melalui
pro- ses interaksi yang sesungguhnya, maka penelitian etnometodologi tidak
dapat dilakukan dalam skala yang luas, seperti penarikan sampel dan populasi
dalam penelitian kuantitatif.

2. Langkah-langkah Penelitian Etnometodologi


Secara sederhana langkah-langkah penelitian etnometodologi lihat
Gambar
www.facebook.com/indonesiapustaka

12.3. Pada saat individu ada masalah berkenaan dengan fenomena interaksi
sosial dalam kehidupan sehari-hari yang menyimpang dari kebiasaan yang
sesungguhnya, maka penelitian etnometodologi wajar digunakan. Peneliti
memverifikasi masalah tersebut dengan masuk setting alami yang sesungguhnya,

375 375
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

dan menemukan subjek/ aktor yang terlibat langsung dalam interaksi tersebut.
Verifikasi yang dilakukan akan membantu peneliti dalam mengambil keputusan,
apakah penelitian etnometodologi akan dilanjutkan atau akan dipilih aktor atau
fokus penelitian yang lain. Andai kata jawaban “Ya”(dilanjutkan), maka peneliti
melakukan pengumpulan data yang se- sungguhnya.
Berbarengan dengan pelaksanaan pengumpulan data, analisis data terus
pula

376 376
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Masalah/Fenomena
Interaksi Sosial

Penyusunan Veriikasi dan


4 2
Laporan Pengumpulan Data

Analisis Data

GAMBAR 12.3 Langkah-langkah Penelitian Etnometodologi.

dilanjutkan. Ini berarti pemberian makna sesuai dengan pandangan subjek


yang diteliti/aktor, terus dilakukan. Dengan demikian, peneliti selalu berupaya
seoptimal dan semaksimal mungkin memerikan, mendeskripsikan, atau
menggambarkan suatu fenomena interaksi sosial dari sudut pandang orang yang
diteliti, bukan kesimpulan peneliti. Bagian akhir kegiatan penelitian adalah
menyusun laporan hasil penelitian.

F. ETNOGRAFI (ETHNOGRAPHY)
1. Pengertian
Bentuk lain pengembangan penelitian kualitatif, ialah model etnografi. Etno-
grafi menyadari betul bahwa tingkah laku manusia berlangsung dalam konteks
sosial budayanya. Hal itu menunjukkan pada kita bahwa adalah kurang akurat
memberi arti sesuatu kalau terlepas dari konteksnya. Air mata seseorang dapat
www.facebook.com/indonesiapustaka

mengalir ka- rena sedih, tetapi dapat juga karena gembira. Oleh karena itu,
memberi makna air mata tidak dapat dipisahkan dari kapan, di mana, dan
bagaimana air mata itu terjadi.
Ethnography merupakan gabungan dari dua kata, yaitu ethno dan graphic.
Ethno berarti orang atau anggota kelompok sosial atau budaya, sedangkan graphic

377 377
berarti tulisan atau catatan. Jadi, secara literer ethnography berarti menulis/catatan
tentang orang atau anggota kelompok sosial dan budaya. Dalam arti luas
merupakan
BAGIAN KETIGA:suatu studi
METODE tentang sekelompok
PENELITIAN BAB 12 orang
KUALITATIF untuk menggambarkan
• Beberapa kegiatan
Tipe dan Strategi Penemuan ...
dan pola sosiobu-

378 378
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

daya mereka. Etnografi bukan deskripsi tentang kehidupan masyarakat dalam


ke- beragaman situasinya, melainkan menyajikan pandangan hidup subjek, cara
mereka memandang kehidupannya, cara mereka memandang perilakunya dalam
keseharian, cara mereka berinteraksi dan sebagainya. Etnografi merupakan suatu
bentuk peneli- tian yang terfokus pada makna sosiologis diri individu dan konteks
sosial–budayanya yang dihimpun melalui observasi lapangan sesuai dengan fokus
penelitian. Pendapat tersebut didukung oleh pendapat di bawah ini:
a. Ethnography is art and science on describing a group or culture. The description maybe be
small tribal group in an exotic land or a classroom in middle-class suburbia. (David M. Fet-
terman, 1998 dalam Genzuk, 2005, 1).
b. Ethnography usually refers to forms of social research having a substansial number of fol-
lowing features:
◆ a strong emphasis on exploring the nature of particular social phenomena, rather than
setting out to test hipotheses about them.
◆ a tendency to work primarily with ”unstructured” data, that is, data that have not been
coded at the point of data collection in terms of a closed set of analytic categories.
◆ investigation of a small number of cases, perhap just one cases, its detail.
◆ analysis of data that involves explicit interpretation of the meanings and functions of
human actions, the product of which mainly takes the form of verbal descriptions and
explanations, with quantiication and statistical analysis playing as subordinate role
at most (Paul Atkinson & Martyn Hammersley, dalam Norman K. Denzin &Yvonna S.
Lincoln, 1994).
c. Ethnography literally means ” a portrait of a people. An ethno-graphy is a written descrip-
tion of particular culture—their customs, beliefs and behavior—based on information col-
lected through ieldwork” (Marvin arris Orna Johnson, 2000).
d. Ethnography: studies cultural patterns and perspectives of partici-pants in their natural set-
ting.
e. An ethnography is a description and interpretation of a cultural or social group or system.
The research examines the group’s observable and learned patterns of behaviour, customs,
and ways of life (C., 1998 , p. 58).
Oleh karena itu, penelitian etnografi merupakan penelitian ilmu sosial dan
co-
cok
www.facebook.com/indonesiapustaka

digunakan:
(a) Mengetahui bagaimana, apabila, dan mengapa orang berkelakuan seperti
itu pada saat mereka berinteraksi dengan yang lain dalam suatu setting/situasi
ter- tentu, umpama interaksi sosial.

379 379
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

(b) Memahami suatu fenomena yang terjadi dalam setting kejadian yang
alami.
(c) Mengetahui “mengapa” orang berbuat seperti itu pada periode waktu yang
telah berlalu itu.
(d) Mengetahui informasi/data yang mendukung pemahaman orang sehingga
me-

380 380
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

ngerti tentang masyarakat lebih kompleks.


(e) Mengungkap masalah dengan fokus natural/alami atau kejadian
sesungguhnya dalam natural setting, sehingga dapat memahami lebih baik
tingkah laku yang tersembunyi (hidden) atau latent daripada orang, sikap,
maupun perasaannya.
(f) Menggunakan cara-cara pengumpulan data yang lebih banyak dan
bervariasi
(multimethod).
Oleh karena itu, penelitian etnografi mencoba memahami, mempelajari,
dan menguji suatu fenomena dalam situasi sesungguhnya (reality testing),
mempunyai akses ke kelompok dan sebaliknya, kaya dengan data, tidak mahal,
dan dapat di- gunakan sebagai dasar informasi yang diperlukan dalam penyusunan
hipotesis bagi jenis penelitian yang lain. Namun perlu pula disadari, bahwa
penelitian etnografi mempunyai beberapa kelemahan dalam validitas dan
realibilitas, sangat menekan- kan pada proses, membutuhkan waktu yang agak
lama, dan ada kemungkinan “bias subjektif” dari peneliti selama pelaksanaan
penelitian, terutama sekali pada waktu pengumpulan data.

2. Langkah-langkah Penelitian Etnograi


Seperti juga jenis penelitian kualitatif yang lain, langkah-langkah penelitian
et-
nografi secara umum seperti Gambar 12.4.
Peneliti pada awal kegiatannya perlu terlebih dahulu melakukan identifikasi
dan pemilihan masalah serta fakus penelitian yang dapat diungkap melalui
penelitian etnografi. Dalam pemilihan masalah perlu dipertimbangkan dengan
matang bahwa peneliti akan mendeskripsikan orang atau sekelompok orang serta
interaksi mereka dalam budayanya. Pendeskripsian bukanlah penggambaran dari
jauh, melainkan dari dekat; menyajikan pandangan hidup informan/subjek, cara
mereka memandang ke- hidupannya, cara mereka memandang perilakunya dalam
www.facebook.com/indonesiapustaka

keseharian, atau cara mere- ka berinteraksi antara satu dengan yang lain dalam
budayanya. Dilanjutkan dengan mendesain setting, kegiatan dan pertanyaan
etnografi, yang akan berkembang selama di lapangan. Baru kemudian
mengumpulkan data, dan membuat catatan lengkap et- nografi, menganalisis data

381 381
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

dan model interaksi serta pada akhirnya menulis laporan etnografi. Oleh karena itu,
prosedur penelitian etnografi hendaklah menampilkan deskripsi yang mendetail
tentang tema atau perspektif yang bersumber dari fenome- na dan interaksi
individu atau kelompok dalam budayanya. Demikian juga dengan intepretasinya.
Oleh karena itu, baik tema maupun interpretasi dideskripsikan secara mendalam
dan mendetail, dalam konteks yang sesungguhnya, terfokus pada makna sosiologis
dan antropologis diri individu dan sosial-budayanya. Sampel yang digu-

382 382
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Identiikasi dan Pemilihan Suatu


Masalah Serta Penentuan Fokus
Etnograi

1
Mendesain Setting
Menulis
2 dan Kegiatan
Etnograi 6
Etnograi

Analisis
dan Model 5
interaksi Pengumpulan
3
Data

Membuat Catatan Mendetail

GAMBAR 12.4 Langkah-langkah Umum Penelitian Etnograi.

nakan kecil, dan didapat dengan menggunakan teknik convinience sampling


atau snowball sampling. Pertanyaan penelitian disiapkan terlebih dahulu atau
berupa ide besar dalam kepala peneliti, mungkin juga tidak ada sama sekali; yang
sering terjadi, pertayaan yang telah disiapkan atau ide yang sudah ada berubah
dan dimodifika- si serta disesuaikan dengan setting lapangan. Peranan peneliti
berbeda-beda, sesuai dengan kondisi lapangan.
Secara spesifik Sekuen Penelitian Maju Bertahap (Developmental Research
Se- quence) etnografi yang dikembangkan Spradley (1979) sebagai berikut:
a. Menetapkan informan.
Banyak orang yang dapat jadi informan, namun tidak semuanya dapat menjadi
informan yang baik. Oleh karena itu, peneliti perlu menentukan informan
www.facebook.com/indonesiapustaka

kunci terlebih dahulu sesuai fokus penelitian yang telah direncanakan, yaitu
individu yang mampu memberikan informasi yang tepat dan benar serta
produktif. Suatu hal yang perlu diingat, bahwa hubungan yang harmonis,

383 383
supel, dan setara de- ngan informan akan membantu kegiatan pada langkah
selanjutnya.
b. Melakukan
BAGIAN KETIGA: wawancara
METODE PENELITIAN terhadap
KUALITATIF
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
informan.
Dalam hal melakukan wawancara terhadap informan ini perlu disikapi
dengan

384 384
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

baik, sebab pola wawancara akan menentukan keterungkapan informasi


yang khas sesuai dengan kondisi masing-masing informan, tempat, dan
kegiatan. Semua peristiwa percakapan mempunyai aturan budaya sejak
memulai, selama percakapan, maupun dalam mengakhiri
percakapan/wawancara.
c. Membuat catatan etnografis.
Sebelum melakukan kontak dengan informan, peneliti telah mempunyai
kesan pengamatan tentang informan. Catatlah informasi itu dengan baik
yang akan memberikan makna penting pada penulisan etnografis. Hal itu
akan diwarnai oleh bahasa yang digunakan peneliti dan bahasa informan
sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan membuat catatan secara harfiah apa
yang dikatakan infor- man dan masyarakat. Sebaiknya gunakan alat perekam,
namun perlu kehati-ha- tian dalam penggunaannya sehingga tidak
mengganggu percakapan/wawancara.
d. Mengajukan pertanyaan deskriptif.
Tujuan melakukan wawancara etnografis dengan mengajukan berbagai
perta- nyaan deskriptif untuk memperoleh informasi, sejalan dengan itu
juga untuk mengembang hubungan antara peneliti dan informan. Oleh karena
itu, bangun- lah hubungan yang harmonis dengan informan dan pada
saatnya informasi akan menggelinding pula secara bebas. Dengan kata lain,
pengajuan pertanyaan deskriptif hendaklah berawal dari diri informan
sendiri. Sebagai pijakan awal, peneliti dapat membuat pertanyaan dari
jawaban informan, pada saat informan berbicara sesama mereka.
e. Melakukan analisis wawancara etnografis.
Seperti disinggung sebelumnya, dalam penelitian kualitatif tidak ada yang
final sejak awalnya, walaupun data itu dikumpulkan pada waktu akan turun
ke la- pangan. Data yang sudah terkumpul sebelumnya melalui wawancara,
dianalisis dengan baik. Berdasarkan hasil analisis awal itu dilanjutkan dengan
www.facebook.com/indonesiapustaka

wawancara berikutnya, dan seterusnya.


f. Membuat analisis domain.
Domain merupakan unit analisis pertama dan terpenting dalam penelitian
et- nografi. Andai kata unit analisis pertama (analisis domain) kurang tepat,
maka hasil tersebut akan memberi dampak yang kurang baik pula terhadap

385 385
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

kegiatan yang diambil pada langkah-langkah berikutnya. Analisis domain


merupakan penyelidikan terhadap unit-unit pengetahuan budaya yang lebih
besar dan ditu- jukan untuk mendapatkan gambaran umum dan menyeluruh
dari objek peneli- tian etnografi. Analisis domain merupakan pencarian makna
budaya, sedangkan makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol
(termasuk bahasa se-

386 386
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

bagai simbol), dan simbol digunakan dalam wawancara informan dengan


pe-
neliti.
g. Mengajukan pertanyaan struktural.
Alur kegiatan selanjutnya dalam penelitian etnografi adalah mengajukan
perta- nyaan struktural. Hal ini dimaksudkan untuk menguji kategori
domain serta menemukan istilah-istilah tercakup (included term) yang lain.
h. Membuat analisis taksonomi.
Membuat analisis taksonomi dilakukan dengan menjabarkan domain yang
di- pilih menjadi lebih perinci, untuk mengetahui struktur internal yang
terdapat dari domain itu. Analisis taksonomi mendorong penemuan subset dan
hubungan di antara subset tersebut.
i. Mengajukan pertanyaan kontras.
Pertanyaan kontras dalam penelitian etnografis dimaksudkan untuk
memper- oleh perbedaan di antara berbagai istilah asli dari orang yang
diteliti dan juga untuk mendapatkan berbagai hubungan yang tersembunyi
di antara berbagai istilah asli dari orang diteliti yang telah dikumpulkan.
Pertanyaan kontras ini banyak bentuknya, antara lain pertanyaan kontras
pembuktian perbedaan, per- tanyaan perbedaan langsung, pertanyaan
perbedaan diadik, pertanyaan perbe- daan triadik, pertanyaan yang memilih
rangkaian kontras, permainan dua puluh pertanyaan, dan pertanyaan rating.
j. Membuat analisis komponensial.
Analisis komponensial merupakan pencarian sistematis berbagai atribut
kom- ponensial, budaya yang berhubungan dengan simbol budaya, atau dapat
juga di- maknai sebagai suatu cara mencari ciri-ciri spesifik pada setiap
struktur internal dengan cara mengontraskan antar-elemen.
k. Menemukan tema budaya.
Menemukan tema budaya tidaklah dapat dipisahkan dari kegiatan yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

dilaku- kan peneliti sebelumnya. Morris Opler merumuskan tema budaya


sebagai suatu postulat atau proposisi yang dinyatakan secara langsung atau
tidak langsung, dan biasanya mengontrol tingkah laku atau menstimulasi
aktivitas yang disetujui secara diam-diam atau didukung secara terbuka dalam
suatu masyarakat (da- lam Spradley, 1979), sedangkan Spradley

387 387
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

menggunakan batasan konsep terha- dap tema budaya adalah prinsip-prinsip


kognitif yang bersifat tersirat maupun tersurat, berulang dalam sejumlah
domain dan berperan sebagai suatu hubung- an di antara berbagai subsistem
makna budaya. Oleh karena itu, tema budaya merupakan unsur dalam peta
kognitif yang menghubungkan berbagai subsistem

388 388
BAB 12 • Beberapa Tipe dan Strategi Penemuan ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

dan membentuk suatu


kebudayaan.
Menemukan tema budaya dilakukan dengan melebur diri (peneliti)
berjam-jam mendengarkan informan sampai selesai dan membuat
inventarisasi daftar do- main budaya yang terindentifikasi maupun yang
tidak teridentifikasikan, me- lakukan analisis komponensial, mencari
kemiripan di antara berbagai kontras, mencari dan mengidentifikasi domain
yang mengatur serta mencari tema-tema universal.
l. Menulis etnografi.
Penulisan etnografi sebagai produk suatu penelitian pada prinsipnya adalah
mengomunikasikan makna temuan kepada pembaca. Untuk itu penulisan ha-
rus menarik perhatian pembaca dengan tidak mengabaikan makna temuan
yang terdapat dalam keseluruhan struktur suatu kebudayaan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

389 389
Diskusikanlah pertanyaan –pertanyaan berikut ini. Kalau masih ragu kembali baca dan
pahami Bab 12.

1. Apakah yang dimaksud dengan penelitian kasus dalam penelitian kualitatif. Jelaskan de- ngan
contoh?
2. Jelaskan dengan contoh langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kasus.
3. Apakah yang dimaksud dengan strategi Grounded Theory Methodology dalam penelitian
kualitatif. Jelaskan dengan contoh.
4. Jelaskan dengan contoh langkah-langkah dan yang dilakukan dalam Grounded Theory
Methodology.
5. Apakah yang dimaksud dengan penelitian Etnometodologi?
6. Jelaskan langkah-langkah yang ditempuh kalau seseorang ingin melakukan penelitian et-
nometodologi.
7. Jelaskan beberapa contoh situasi sosial yang dapat diteliti dengan menggunakan peneli- tian
etnometodologi.
8. Apakah yang dimaksud dengan penelitian Etnograi?
9. Jelaskan langkah-langkah yang ditempuh kalau seseorang ingin melakukan penelitian et-
nograi.
10. Jelaskan beberapa contoh, situasi sosial yang dapat diteliti dengan menggunakan strategi
penelitian etnograi.
www.facebook.com/indonesiapustaka

365 365
Bab 13
MASALAH, FOKUS, TEORI, DAN
SUBJEK PENELITIAN

A. MASALAH DAN FOKUS PENELITIAN


Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, seperti telah
diuta- rakan pada bagian terdahulu selalu diawali dengan masalah penelitian.
Masalah ter- sebut wajar diteliti sesuai dengan jenis atau tipe penelitian yang
digunakan. Apa itu masalah tidak diungkap lagi pada bagian ini, karena telah
banyak disinggung pada masalah dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif;
yang berbeda ialah dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dirumuskan bersifat
rigid/kaku dan diikuti se- cara sistematis dalam perumusan desain berikutnya,
maupun dalam pelaksanaan penelitian serta analisis data, sedangkan dalam
penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan dapat berubah setelah turun ke lapangan.
Masalah dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif mudah berubah
dan dapat diubah, apabila kenyataan dan kondisi lapangan menghendakinya.
Secara se- derhana dapat dikatakan bahwa ada tiga kemungkinan yang akan
terjadi berkena- an dengan masalah penelitian dalam penelitian kualitatif.
Pertama, masalah yang dirumuskan sebelumnya terus dilanjutkan dalam
penelitian lapangan sebagaimana adanya.
Contoh:
Pola interaksi sosial anak-anak korban gempa dan tsunami tahun 2004 di pulau Simelue
Barat.
Kemungkinan kedua, masalah yang telah dirumuskan direvisi sesuai dengan
www.facebook.com/indonesiapustaka

ke-
butuhan di lapangan.

Contoh:
Peneliti ingin mengungkap masalah-masalah yang terdapat pada keluarga korban tsunami

366 366
2004 di Aceh. Masalah ini terlalu luas, baik ditinjau dari aktor yang mungkin dihubungi,
tempat yang mungkin dikunjungi, maupun kegiatan yang mungkin dilakukan.

Setelah dilakukan pengamatan mendalam di daerah Aceh, ternyata yang


menjadi

368 368
BAB 13 • Masalah, Fokus, Teori, dan Subjek Penelitian
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

prioritas dalam rangka pemulihan dampak gempa dan tsunami 2004 adalah
hubung- an antarwarga yang tidak tertata dengan baik. Untuk itu fokus
penelitian diubah menjadi pola hubungan dan kerja sama warga masyarakat di
Sinabang.
Kemungkinan ketiga, masalah yang telah dirumuskan, dirombak total,
diubah dengan masalah lain, karena ada kebutuhan lain yang lebih mendesak setelah
menga- mati kondisi lapangan secara lebih intensif.
Contoh:
Gempa tahun 2009 di Padang, membawa kerusakan yang tidak sedikit, serta memorakpo- randakan
hubungan antarwarga masyarakat. Tahun 2012, peneliti ingin melakukan pene- litian tentang
dampak gempa terhadap perubahan interaksi sosial dalam masyarakat kota Padang. Namun
terjadinya gempa 11 April 2012 di Simelue, dengan kekuatan 8,5 SR, dan sebagian besar jalur
evakuasi macet, maka peneliti mengganti dengan melakukan anali- sis masalah lagi dan fokus
penelitian diarahkan kepada kesiapan masyarakat Kota Padang menghadapi gempa.

Oleh karena itu, dan sangat perlu diperhatikan bahwa masalah yang sejak
awal telah ditetapkan oleh peneliti, pada hakikinya hanya bersifat sementara. Hal
itu akan dirasakan apabila peneliti turun ke lapangan dan mengamati kondisi
riil yang se- sungguhnya.
Berpijak dari masalah yang ingin diteliti, seperti: “Kesiapan masyarakat Kota
Pa- dang mengadapi gempa,” muncul pertanyaan dalam diri peneliti: Mampukah
peneliti melaksanakannya? Hal itu perlu dipertanyakan kembali kepada diri
peneliti meng- ingat semua tipe penelitian dengan pendekatan kualitatif bercirikan
holistik, kontek- stual, natural settings, peneliti sebagai instrumen penelitian,
dan mendeskripsikan apa adanya. Ini dimaksudkan agar peneliti tidak terjebak
oleh luas bidang, banyak perlakuan dan tempat namun dangkal hasilnya. Spradley
menyatakan: A focused re- fer to a single cultural domain or a view related domains.
Ini berarti fokus itu meru- pakan domain tunggal atau beberapa domain yang
berhubungan dalam situasi sosial.
Dalam kaitan contoh di atas, peneliti masih mugkin memilih area penelitian
www.facebook.com/indonesiapustaka

yang lebih kecil, baik ditinjau dari zona gempa (mungkin zona merah saja) dan
juga area penelitian (salah satu kecamatan, seperti kecamatan Barat saja),
maupun dari sisi kemampuan peneliti sendiri. Inilah yang dimaksud dengan
mempersempit masa- lah menjadi fokus penelitian sehingga penelitian kualitatif
mampu mengungkap se- cara mendalam suatu fokus penelitian, dikaji dari

367 367
BAB 13 • Masalah, Fokus, Teori, dan Subjek Penelitian
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

berbagai sudut pandang yang me- ngitari fokus tersebut (holistik dan spesifik) serta
dalam konteks yang sesungguhnya. Berangkat dari kondisi riil peneliti dan kondisi
lapangan akhirnya peneliti melakukan penelitian hanya kesiapan masyarakat zona
merah Air Tawar dalam kecamatan Pa- dang Barat menghadapi gempa.

368 368
BAB 13 • Masalah, Fokus, Teori, dan Subjek Penelitian
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

B. TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF


Kalau dalam penelitian kuantitatif, teori akan “menggiring dan
mengarahkan” peneliti sampai akhir penelitiannya, dalam arti kata teori selalu
diperhatikan dalam perumusan hipotesis, penyusunan kerangka berpikir,
penyusunan instrumen, penen- tuan populasi, dan sampel serta teknik analisis
yang digunakan; sedangkan dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif tidak
demikian halnya. Namun jangan pula dimaknai bahwa peneliti kualitatif tidak
kaya dengan teori sesuai aspek yang dite- litinya.
Peneliti kualitatif ingin mendeskripsikan atau memerikan suatu fenomena
apa adanya atau menggambarkan simbol atau tanda yang ditelitinya sesuai dengan
yang sesungguhnya dan dalam konteksnya. Ia tidak boleh digiring oleh ilmu
atau teori yang dimilikinya dalam fenomena tersebut. Andai kata itu terjadi,
berarti peneliti mencari tafsiran/makna menurut dirinya sendiri sesuai ilmu yang
dimilikinya bu- kan dari pandangan subjek yang diteliti sesuai dengan fenomena
yang diteliti. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif peneliti tidak boleh
memengaruhi situasi dan interaksi sosial antara peneliti dan subjek/informan yang
diteliti maupun di antara subjek yang diteliti sekalipun. Interaksi di antara
individu yang diteliti hendaklah terjadi sebagaimana yang sesungguhnya dalam
konteksnya, bukan rekayasa peneliti.

C. SUMBER INFORMASI/SUBJEK PENELITIAN


Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, tidak dikenal
po- pulasi dan sampel seperti dalam penelitian kuantitatif. Pada penelitian dengan
pen- dekatan kuantitatif, populasi merupakan wilayah generalisasi hasil
penelitian; se- dangkan dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
tidak menggu- nakan populasi, karena penelitian berangkat (starting point) dari
kasus keberadaan individu atau kelompok dalam situasi sosial tertentu dan
hasilnya hanya berlaku pada situasi sosial itu. Spradley menggunakan istilah
www.facebook.com/indonesiapustaka

“social situation”(situasi so- sial) untuk menggambarkan keberadaan kelompok


yang diteliti. Situasi sosial itu mencakup tiga unsur utama, yaitu: (1) pelaku
(actors), yang merupakan pelaku/ aktor kegiatan tersebut; (2) tempat (place),
yaitu tempat kejadian di mana kegiatan tersebut dilakukan; dan (3) aktivitas
(activities), merupakan segala aktivitas yang dilakukan aktor di tempat tersebut

369 369
BAB 13 • Masalah, Fokus, Teori, dan Subjek Penelitian
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

dalam konteks yang sesungguhnya. Situasi sosial itu dapat dinyatakan sebagai
objek penelitian yang ingin diungkap dan dideskripsi- kan secara mendalam “apa
yang terjadi di dalamnya” Dalam situasi sosial tersebut peneliti menginterviu
pelaku yang melakukan dan dapat juga mengamati kegiatan atau aktivitas yang
mereka lakukan di tempat tersebut atau mengambil foto peristi-

370 370
BAB 13 • Masalah, Fokus, Teori, dan Subjek Penelitian
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

wa, kejadian, atau momen yang terjadi. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif
mustahil untuk melakukan generalisasi. Yang dapat dilakukan yaitu ditransfer
ke tempat lain yang memiliki situasi sosial yang sama atau ada kesamaan dengan
situasi sosial pada kasus yang diteliti. Hal ini pun sangat menuntut kehatinan
dalam mem- pelajari dan menetapkan kesamaan situasi sosial tersebut.
Sebelum memasuki situasi sosial, peneliti menentukan sumber data yang
akan dijadikan subjek yang diteliti dalam konteks sosial-budayanya. Untuk itu
peneliti dapat menggunakan bermacam cara dalam menemu-kenali jumlah dan
aktor dalam situasi sosialnya, antara lain sebagai berikut:
1. Purposive sampling.
2. Snowball sampling.
Kedua bentuk penentuan sumber informasi dalam penelitian kualitatif itu
akan dibicarakan pada uraian lebih lanjut.

1. Purposive Sampling
Berbeda dengan cara-cara penentuan sampel yang lain, penentuan sumber
in- formasi secara purposive dilandasi tujuan atau pertimbangan tertentu terlebih
da- hulu. Oleh karena itu, pengambilan sumber informasi (informan) didasarkan
pada maksud yang telah ditetapkan sebelumnya. Purposive dapat diartikan sebagai
mak- sud, tujuan, atau kegunaan.
Umpama:
Peneliti ingin mengetahui tentang karakteristik tokoh potensial dan kreatif. Untuk itu pe- neliti
mengambil beberapa orang tokoh yang kreatif dan potensial.

Contoh lain:
Peneliti lain ingin mengungkapkan karakteristik penduduk di daerah aliran sungai. Untuk itu
peneliti mengambil beberapa penduduk di daerah aliran sungai itu sebagai sumber in- formasinya.

2. Snowball Sampling
Snowball dapat diartikan sebagai bola atau gumpalan salju yang bergulir
www.facebook.com/indonesiapustaka

dari puncak gunung es yang makin lama makin cepat dan bertambah banyak.
Dalam konteks ini snowball sampling diartikan sebagai memilih sumber
informasi mulai dari sedikit kemudian makin lama makin besar jumlah sumber
informasinya, sampai pada akhirnya benar-benar dapat diketahui sesuatu yang

371 371
BAB 13 • Masalah, Fokus, Teori, dan Subjek Penelitian
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

ingin diketahui dalam kon- teksnya. Oleh karena itu, para tahap pertama peneliti
cukup mengambil satu orang informan saja dahulu. Kemudian kepada orang
pertama ini, tanya lagi orang lain

372 372
BAB 13 • Masalah, Fokus, Teori, dan Subjek Penelitian
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

yang mengetahui dan memahami kasus sehubungan dengan informasi yang


dijadi- kan fokus penelitian dalam situasi sosial di daerah/tempat penelitian.
Selanjutnya, pada tahap ketiga, dengan menggunakan sumber informasi tahap
kedua, tanya dan cari lagi sumber informasi lain yang memahami tentang data
dan informasi yang dikumpulkan. Demikian seterusnya, sampai peneliti yakin
bahwa data dan informasi yang terkumpul sudah cukup dan data yang didapat
setelah diolah di lapangan sejak awal penelitian telah menunjukkan hasil yang sama
dan tidak berubah lagi.
Secara sederhana sketsa penentuan sumber informasi dengan
menggunakan
model snowball sampling sebagai
berikut:

Informan 1

Informan 2 Informan 3

Informan 4 Informan 5 Informan 6 Informan 7

GAMBAR 13.1 Tata Alir Penentuan Sumber Informasi dengan Cara Snowball Sampling.
www.facebook.com/indonesiapustaka

373 373
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Andai kata Saudara belum mengerti,
baca kembali Bab 13.

1. Coba Saudara jelaskangan dengan contoh apakah perbedaan masalah dalam penelitian
kualitatif dan kuantitatif?
2. Jelaskan dengan contoh apakah ada kemungkinan dalam penelitian masalah yang telah
ditetapkan dalam proposal berubah setelah dan selama di lapangan?
3. Masalah dalam penelitian kualitatif merupakan suatu kasus dalam situasi sosial. Mung- kinkah
hasil penelitian dalam situasi sosial tertentu digeneralisasi ke daerah lain?
4. Dalam penelitian kualitatif, banyak orang menyatakan bahwa: “Teori tidak diperlukan.”
Bagaimana pendapat Saudara tentang pernyataan itu?
5. Coba Saudara jelaskan dengan contoh, bagaimanakah menentukan sumber informasi de- ngan
menggunakan model snowball sampling?
6. Bagaimanakah caranya menentukan informan dengan menggunakan teknik purpose sam- pling?
Jelaskan dengan contoh!
www.facebook.com/indonesiapustaka

371 371
Bab 14
INSTRUMEN DAN TEKNIK
PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif peneliti ialah


instru- men penelitian. Keberhasilan dalam pengumpulan data banyak ditentukan
oleh ke- mampuan peneliti menghayati situasi sosial yang dijadikan fokus
penelitian. Ia dapat melakukan wawancara dengan subjek yang diteliti, ia harus
mampu mengamati situ- asi sosial, yang terjadi dalam konteks yang sesungguhnya,
ia dapat memfoto fenome- na, simbol dan tanda yang terjadi, ia mungkin pula
merekam dialog yang terjadi. Peneliti tidak akan mengakhiri fase pengumpulan
data, sebelum ia yakin bahwa data yang terkumpul dari berbagai sumber yang
berbeda dan terfokus pada situasi sosial yang diteliti telah mampu menjawab
tujuan penelitian. Dalam konteks ini validitas, reliabilitas, dan triangulasi
(triangulation) telah dilakukan dengan benar, sehingga ketepatan (accuracy) dan
kredibilitas (credibility) tidak diragukan lagi oleh siapa pun.
Beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sebagai
berikut.

A. WAWANCARA (INTERVIEW)
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengum- pulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara (inter- view) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara
pewawancara (in- terviewer) dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai
www.facebook.com/indonesiapustaka

(interviewee) me- lalui komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan bahwa


wawancara merupakan percakapan tatap muka (face to face) antara pewawancara
dengan sumber informasi, di mana pewawancara bertanya langsung tentang
sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.

372 372
1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Wawancara
Ada empat faktor (Warwick-Lininger, 1975), yang menentukan
keberhasilan dalam percakapan tatap muka maupun percakapan melalui media.
Lebih-lebih lagi

374 374
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

kalau percakapan itu menyangkut moral dan nilai-nilai. Keempat faktor sebagai
beri-
kut:

a. Pewawancara
Beberapa karakteristik yang perlu dimiliki pewawancara:
1) Kemampuan dan keterampilan mewawancarai sumber informasi.
2) Kemampuan memahami dan menerima serta merekam hasil wawancara
yang telah dilakukan.
3) Karakteristik sosial pewawancara.
4) Rasa percaya diri dan motivasi yang tinggi.
5) Rasa aman yang dimiliki.
Kondisi di atas akan dapat memacu pewawancara untuk mengendalikan
diri serta mampu untuk menyampaikan pertanyaan dengan baik dan memahami
jawaban yang diberikan oleh sumber informasi.

b. Sumber Informasi
Beberapa hal yang perlu dan diperlukan dari sumber informasi yaitu:
1) Kemampuan memahami/menangkap pertanyaan dan mengolah jawaban
dari pertanyaan yang diajukan pewawancara.
2) Karakteristik sosial (sikap, penampilan, relasi/hubungan) sumber informasi.
3) Kemampuan untuk menyatakan pendapat.
4) Rasa aman dan percaya diri.
Dengan keadaan dan patokan di atas, setiap sumber informasi akan dapat
mem-
berikan jawaban yang tepat dan bermanfaat.

c. Materi Pertanyaan
Keterlaksanaan wawancara dengan baik adalah harapan dari setiap
www.facebook.com/indonesiapustaka

pewawan- cara. Karena itu, pewawancara perlu menghayati berbagai faktor yang
terdapat di dalam materi pertanyaan sehingga memungkinkan wawancara berjalan
dengan baik. Di antara faktor-faktor yang penting dipahami dalam isi/materi
pertanyaan, yaitu:
1) Tingkat kesukaran materi yang ditanyakan.

373 373
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Materi pertanyaan hendaklah dalam ruang lingkup kemampuan sumber


infor-
masi. Jangan terlalu sukar dan jangan pula terlalu mudah.
2) Kesensitifan materi pertanyaan.
Peneliti hendaklah menyadari sejak dini, hal-hal yang menyangkut moral,
aga-
ma, ras, atau kedirian tiap sumber informasi yang selalu mengundang
subjek-

374 374
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

tivitas, keengganan, atau kepenolakan untuk memberi jawaban. Dalam kaitan


itulah jati diri, kemampuan, dan keterampilan peneliti diuji dan sangat
diperlu- kan. Usahakan materi yang sensitif dijadikan normatif dan tidak
menyinggung kedirian seseorang maupun orang lain.

d. Situasi Wawancara
Dalam situasi wawancara, sekurang-kurangnya ada empat kondisi yang
perlu mendapat perhatian.
1) Waktu pelaksanaan.
2) Tempat pelaksanaan.
3) Keadaan lingkungan pada waktu wawancara.
4) Sikap masyarakat.
Keempat komponensial tersebut (pewawancara, sumber informasi, materi, dan
situasi wawancara) saling berpengaruh dan berinteraksi, sehingga menunjang
dan mungkin juga menghambat pencapaian tujuan wawancara. Apabila semua
kompo- nensial berfungsi dengan baik sesuai dengan fungsinya masing-masing,
maka tujuan wawancara akan tercapai dengan baik. Sebaliknya apabila banyak
komponensial yang tidak berfungsi, maka wawancara yang dilakukan akan
mengalami kelambanan dan mungkin juga tidak berhasil. Namun perlu pula
digarisbawahi bahwa secara ter- perinci keberhasilan dalam pengumpulan data
dari sumber informasi sangat diten- tukan oleh kemampuan pewawancara untuk
memancing, menggali, dan mengikut- sertakan sumber informasi sehingga ia
tertarik dan terlibat secara aktif serta mampu menyampaikan informasi yang
sebenarnya.
Dalam kaitan itu, pewawancara hendaklah mampu menjawab pertanyaan
beri-
kut:
a) Dapatkah pewawancara menciptakan hubungan yang akurat dan
menyenang-
www.facebook.com/indonesiapustaka

kan dengan sumber


informasi?
Apabila pewawancara mampu menciptakan situasi dan hubungan yang
akrab, maka sumber informasi akan percaya dan akan siap merespons dengan
baik.

375 375
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

b) Mampukah pewawancara menyampaikan pertanyaan dengan baik, tepat,


dan sesuai dengan kemampuan serta tingkat pemahaman sumber
informasi?
Andai kata pewawancara mampu bertanya dengan baik, maka ia akan
mendapat nilai tambah dibandingkan pewawancara lain yang kurang mampu.
Lebih-lebih lagi kalau pewawancaranya kaku dan kurang menarik.
c) Dapatkah pewawancara menggali semua data yang diinginkan dan menata
atau merekamnya dengan baik dalam konteks yang sebenarnya?

376 376
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Andai kata ada pertanyaan yang tertinggal apakah informasi itu mudah
dapat kembali?
Seandainya pewancara tidak dapat menguasai kondisi tersebut, maka situasi
wawancara menjadi tidak tertarik dan tidak hidup sehingga informasi yang didapat
tidak lengkap dan kurang berarti untuk penelitian yang sedang dilakukan. Banyak
informasi yang seharusnya dapat dilacak dan diambil, namun karena
kekurangmam- puan pewawancara melacak dengan baik atau karena
kekurangpercayaan sumber informasi sebagai sumber informasi, maka informasi
tersebut tidak dapat direkam atau tidak tercatat dengan baik.
Di samping itu, beberapa faktor lain yang menyebabkan kesalahan
data/infor- masi adalah informan/sampel yang diambil kurang tepat atau mungkin
juga disebab- kan daftar pertanyaan yang kurang mewakili objek penelitian.
Kesalahan itu terjadi pada sumber informasi yang kurang tepat, antara lain
disebabkan oleh: (a) kesalah- an sengaja karena sumber informasi tidak
mengetahui jawabannya atau pertanyaan yang diajukan terlalu sensitif atau karena
ia tidak mau memberi jawaban karena ja- waban itu tak diinginkan di dalam
masyarakat; (b) kesalahan yang tidak disengaja, umpamanya menyangkut
ketelitian dalam menjawab pertanyaan; dan (c) kesalahan kebetulan, seperti
sumber informasi lelah dalam menginterpretasikan pertanyaan, kegagalan dalam
mengingat jawaban.
Di samping itu masih mungkin terjadi beberapa kesalahan, ditinjau dari
segi pewawancara, yaitu:
a) Kesalahan dalam bertanya, antara lain mengubah kata dalam
pertanyaan. b) Kesalahan dalam memproses pertanyaan.
Dalam hal ini kesalahan terjadi karena menggunakan cara yang tidak tepat
atau karena tidak dalamnya penggalian informasi oleh pewawancara.
c) Kesalahan dalam mencatat hasil wawancara.
d) Peniruan yang mencolok atau dengan sadar mencatat informasi yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

sebenar- nya tanpa menanyakan pertanyaan atau mencatat hasil, walaupun


responden gagal untuk menjawab pertanyaan itu.
e) Kesalahan dalam memelihara motivasi sumber informasi.

377 377
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Hasil wawancara yang baik ditentukan juga oleh kemampuan pewawancara


menjaga dan memelihara motivasi yang relevan dalam diri sumber informasi.
Apabila pewawancara tidak dapat menciptakan motivasi yang tepat, maka hasil
wawancara akan berubah sehingga menimbulkan kecondongan (bias), baik
da- lam bentuk pengaruh maupun dalam wadah pengembangan.

378 378
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

f) Kesalahan dalam bersikap dan bertingkah laku.


Sikap dan tingkah laku yang sering memojokkan sumber informasi sebagai
pe- sakitan, bukan sebagai pemberi informasi yang harus dihargai dan
dihormati, sering merusak citra wawancara. Kondisi itu menyebabkan harkat
dan martabat sumber informasi sebagai manusia dirusak oleh pewawancara
sendiri. Keadaan yang demikian menyebabkan pula rasa acuh tidak acuh dari
sumber informasi dalam memberikan jawaban.
Seandainya pewawancara bersikap positif dan menghargai martabat sumber
in- formasi sebagai manusia sumber informasi, wawancara akan berjalan dengan
baik sesuai dengan harapan pewawancara.

2. Jenis Wawancara
Walaupun wawancara merupakan percakapan tatap muka atau
wawanmuka, namun kalau ditinjau dari bentuk pertanyaan yang diajukan maka
wawancara dapat dikategorikan atas tiga bentuk, yaitu:
a. Wawancara terencana-terstruktur.
b. Wawancara terencana-tidak
terstruktur. c. Wawancara bebas.
Wawancara terencana-terstruktur adalah suatu bentuk wawancara di mana
pe- wawancara dalam hal ini peneliti menyusun secara terperinci dan sistematis
rencana atau pedoman pertanyaan menurut pola tertentu dengan menggunakan
format yang baku. Dalam hal ini pewawancara hanya membacakan pertanyaan
yang telah disusun dan kemudian mencatat jawaban sumber informasi secara
tepat.
Contoh:
Penjelasan pewawancara terhadap sumber informasi.

Kita sama-sama tertarik terhadap kenakalan remaja yang selalu bertambah dan kalau di- biarkan
www.facebook.com/indonesiapustaka

akan merusak citra remaja untuk masa datang. Betapa banyak para remaja yang konlik dengan
orangtua atau tetangganya, hanya karena keisengan yang merusak diri de- ngan mengisap ganja,
meminum minuman keras, atau jenis kejahatan lainnya.
Kita ingin mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan para remaja terlibat narko- tika dan
obat psikotropika lainnya. Apakah hal itu bersumber dari diri mereka atau disebab- kan faktor lain di
luar dirinya.

379 379
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Lanjutan ...

Berikut ini sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan itu. Kami harapkan Saudara dapat
menjawab pertanyaan yang akan kami ajukan berikut ini menurut keadaan yang sebenar- nya.
Andai kata selalu terjadi katakanlah “selalu”, kami akan mengecek pada alternatif “se- lalu”, sesuai
dengan kolom pertanyaan. Andai kata “jarang”, katakanlah “jarang” dan akan diberi tanda cek pada
“jarang”. Demikian juga untuk “seringkali”.

No. Pertanyaan Selalu Sering Kali Jarang


1 Mengisap ganja dalam Sabtu Minggu
2 Dan seterusnya

Wawancara terencana-tidak terstruktur adalah apabila


peneliti/pewawancara menyusun rencana (schedule) wawancara yang mantap,
tetapi tidak menggunakan format dan urutan yang baku. Untuk memahami
lebih lanjut perhatikan contoh berikut:
Contoh:

Petunjuk Kepada Pewawancara


Tugas pewawancara adalah menemukan sebanyak mungkin jenis-jenis kenakalan remaja, faktor-
faktor penyebab maupun kegiatan terselubung lainnya, yang mendorong bertambah meningkatnya
kenakalan remaja. Makin konkret dan mendetail jawaban setiap pertanyaan makin baik. Usahakan
“mengejar” dan mendalami setiap pertanyaan dengan menggunakan pertanyaan yang bersifat
membantu. Jangan lupa menciptakan situasi yang menyenangkan dengan sumber informasi.

1) Jenis-jenis kenakalan remaja apa sajakah yang dilakukan bersama dengan


te-
man-temanmu?
Pertanyaan penjaring/pembantu (probing)
Apakah Anda mempunyai masalah dalam keluargamu?
Apakah orangtuamu setuju, kamu meninggalkan
rumah?
www.facebook.com/indonesiapustaka

2) Bagaimana caramu mengikutsertakan temanmu dalam mendapatkan ganja?


3) Dan seterusnya.
Adapun wawancara bebas berlangsung secara alami, tidak diikat atau diatur
oleh suatu pedoman atau oleh suatu format yang baku, seperti contoh berikut.

380 380
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Contoh:

Petunjuk untuk Pewawancara


Temukanlah sebanyak mungkin jenis-jenis kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu bersum- ber dari
berbagai sebab, baik secara langsung menyangkut diri remaja atau faktor-faktor di sekitarnya.
Usahakan mendalami setiap aspek secara runtut dan terarah. Jangan lupa menciptakan hubungan
yang menyenangkan dengan sumber informasi.

3. Aturan Umum Wawancara


Pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara akan
berlangsung dengan baik dan benar, apabila ada situasi yang menyenangkan dan
saling percaya antara pewawancara dan sumber informasi. Pewawancara
hendaklah berupaya se- maksimal mungkin untuk menciptakan situasi yang
menyenangkan (rapport) sehing- ga sumber informasi percaya dan yakin terhadap
pewawancara.
Bebarapa aturan umum yang perlu diperhatikan pewawancara sebagai
berikut:
1) Penampilan dan sikap.
Pakaian yang digunakan pewawancara janganlah mencolok atau terlalu
berlebih- an dibandingkan dengan keadaan sumber informasi, tetapi
jangan pula terlalu buruk dan lusuh. Kesederhanaan, kebersihan, dan
kerapian dalam penampilan akan memancing dan mendorong kerja sama
yang baik dari sumber informasi. Di samping itu, sikap pewawancara
terhadap situasi dan sumber informasi akan sangat menentukan dalam
menggali informasi yang sebenarnya. Sikap yang
menyenangkan, rendah hati, hormat terhadap sumber informasi, lebih
terbuka,
ramah tamah, penuh perhatian, netral, mampu berbahasa yang baik dan
be- nar, serta mau dan dapat mendengarkan pernyataan sumber informasi
www.facebook.com/indonesiapustaka

dengan baik akan memungkinkan pewawancara mendapatkan informasi yang


tepat dan cukup. Sikap yang sombong, bersifat memata-matai, akan
mengakibatkan ko- munikasi tidak lancar dan informasi yang didapat menjadi
terbatas.

381 381
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

2) Pewawancara hendaklah terbiasa dengan model pertanyaan yang akan


disam-
paikan.
Untuk ini diperlukan latihan penyampaian informasi lebih dini sesuai
dengan model yang akan disampaikan di lapangan. Pewawancara, secara
bertahap dan teratur dibiasakan dengan model-model tersebut. Namun
perlu pula diingat bahwa pewawancara jangan sekali-kali menghafal
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.

382 382
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

3) Ikuti kata-kata dalam pertanyaan dengan tepat.


Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan perubahan pada isi
pertanyaan. Apabila Anda menggunakan bahasa sendiri, hayati dalam
konteksnya sehingga tidak keluar dari fokus pertanyaan. Di samping itu
dimaksudkan pula untuk memberikan keterangan lebih lanjut atau untuk
menjelaskan tentang sesuatu.
4) Catat jawaban pertanyaan secara tepat dan benar.
Apabila pertanyaan yang diajukan berbentuk terbuka, maka pewawancara
hen- daklah mencatat data sesuai dengan jawaban yang diberikan sumber
informasi secara tepat dan dalam konteks yang sebenarnya. Pewawancara
janganlah se- kali-kali membuat kesimpulan dan ringkasan tentang apa
yang dikemukakan sumber informasi, atau membetulkan gramatika yang
salah, dan sebagainya. Hal itu akan menyebabkan kesalahan dari konteks yang
sebenarnya.
5) Bila jawaban belum jelas, gunakan teknik menjaring/probing, yaitu menggali
in- formasi lebih dalam sehingga terdapat jawaban yang lebih spesifik, tepat,
dan makna lebih jelas.

4. Penyusunan Pedoman Wawancara


Seperti juga dalam penyusunan kuesioner, maka wawancara sebagai salah
satu teknik dalam pengumpulan data akan lebih efektif apabila sebelum
melakukan wa- wancara terlebih dahulu disusun secara sistematis materi yang
akan ditanyakan. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
a. Melakukan studi literatur untuk memahami dan menjernihkan masalah secara
tuntas.
1) Menentukan “domain” yang mewakili masalah yang
sebenarnya.
2) Mengidentifikasi sampel secara lebih terperinci, termasuk dalam hal ini
ala-
www.facebook.com/indonesiapustaka

mat sumber informasi serta identitas lainnya.


3) Menentukan tipe wawancara yang akan
digunakan. b. Menentukan bentuk pertanyaan
wawancara.

383 383
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

1) Apakah mengunakan bentuk langsung atau tidak


langsung.
2) Apakah khusus atau tidak khusus.
Untuk pertanyaan terstruktur dan semi terstruktur lebih baik
menggunakan bentuk khusus; untuk yang lain dapat juga digunakan
yang tidak khusus.
3) Apakah yang ditanyakan fakta atau pendapat.
Pilihlah yang tepat sesuai dengan data yang diinginkan.
4) Apakah berupa pertanyaan atau
pernyataan.

384 384
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Yang berupa pernyataan lebih mudah dikontrol, sedangkan untuk yang


ter-
buka lebih baik digunakan
pertanyaan. c. Menentukan isi pertanyaan
wawancara.
1) Nyatakan pertanyaan dalam urutan yang
jelas.
2) Mulai dari pertanyaan fakta dan sederhana.
3) Pertanyaan yang kompleks, tunda sampai kegiatan
akhir.
4) Setelah urutan ditentukan gunakan bahan yang tidak meragukan
dalam bentuk yang khusus sehingga dapat dipahami sumber informasi.
5) Pewawancara jangan mencoba berkomunikasi sebagai responden,
karena akan mengurangi hormat dari sumber informasi.
6) Hindari pertanyaan yang membimbing, yang menyarankan sumber
infor-
masi memberikan jawaban sesuai dengan yang diharapkan
pewawancara.

5. Prosedur Wawancara
Wawancara dapat dilakukan di rumah, di kantor, atau di tempat lain,
yang memungkinkan wawancara aman, tertib, dan teratur. Wawancara
merupakan suatu proses tatap muka antara dua orang. Di samping itu, juga
merupakan suatu interaksi sosial dan hubungan fungsional serta tujuan tunggal.
Beberapa pedoman yang perlu diperhatikan dalam wawancara.
a. Harus diingat bahwa wawancara itu bukanlah percakapan biasa.
Pewawancara hendaklah menciptakan situasi yang menyenangkan dan sadar
akan fungsinya.
b. Memilih waktu yang tepat.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Pewawancara hendaklah membuat persetujuan dengan responden tentang


ke- sediaannya atau datang ke rumahnya dalam waktu sumber informasi tidak
sibuk dengan tugas-tugas lain.

385 385
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

c. Andai kata pewawancara tidak dapat melaksanakan hari pertama


kunjungannya terhadap sumber informasi, bicarakanlah dengan baik, kapan
waktu sumber in- formasi yang tersedia lagi.
d. Pada waktu wawancara:
1) Ikuti tata aturan yang telah ditetapkan dalam petunjuk.
Perkenalkanlah tujuan penelitian secara jelas dan tepat. Janganlah
mene-
rangkan sesuatu yang akan menambah atau menyimpang dari tujuan.
2) Tanyakan pertanyaan dengan hati-hati dan berusahalah agar bersifat
infor-
mal sehingga hubungan tanya jawab menjadi lebih komunikatif.
3) Janganlah menyarankan jawaban atau membuat persetujuan atau
menolak suatu jawaban yang diberikan sumber informasi.

386 386
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

4) Janganlah menginterpretasikan suatu pertanyaan.


Jika sumber informasi tidak mengerti, ulang pertanyaan itu secara
lambat.
5) Jangan menambah kata dari pertanyaan yang ada. Bacalah apa yang
ditulis-
kan (terutama bagi pemula).
6) Ikutilah urutan pertanyaan yang ada dalam pedoman pertanyaan. Jangan
sekali-kali melompati pertanyaan.
7) Jangan bertanya berdasarkan pertanyaan yang telah dihafal, tetapi bacalah
pedoman yang telah dibuat sebelumnya.
8) Jangan bersikap reaktif terhadap jawaban sumber informasi, seperti
terta-
wa, marah, dan sebagainya.
9) Tugas wawancara mengambil dan mengumpulkan informasi, bukan
mem-
beri informasi.
10) Usahakan merekam atau mencatat dengan baik, semua jawaban dari
sum- ber informasi. Jangan berusaha mengubah semua jawaban yang
diberikan sumber informasi.
11) Usahakan untuk tidak menceritakan pertanyaan berikutnya, sebelum
per-
tanyaan yang diberikan dijawab sumber informasi.
12) Usahakan selama wawancara tidak ada orang lain yang mengganggu
wa-
wancara.
13) Usahakan datang sendirian kepada sumber informasi, kecuali kalau
meru-
pakan suatu tim.
14) Selalulah melakukan konsultasi dengan pembimbing, kalau
pewawancara mengalami kesulitan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

15) Usahakan selalu bersikap sabar dan terjauh dari perbuatan emosional.
16) Usahakan untuk selalu “wajar” dalam tindakan.
17) Usahakan selama wawancara untuk selalu memusatkan perhatian
sumber informasi pada pertanyaan.

387 387
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

18) Pada akhir wawancara, jangan lupa mengucapkan terima kasih kepada
sumber informasi atas bantuannya. Bersamaan dengan itu, perlu diminta
kesediaan sumber informasi untuk diwawancarai lagi kalau ada data
yang kurang lengkap.

6. Keuntungan dan Kelemahan Wawancara


Seperti juga teknik pengumpul data yang lain, wawancara merupakan salah
satu cara yang baik dan tepat apabila peneliti menginginkan informasi yang
dalam dan mendetail tentang suatu objek penelitian. Di samping itu, informasi
yang didapat

388 388
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

lebih banyak. Beberapa keuntungan penggunaan teknik wawancara dalam


pengum-
pulan data penelitian sebagai berikut.
a. Berhubung karena pewawancara langsung menemui responden, maka response
rate juga lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan kuesioner. Apabila ada
sumber informasi yang tidak berada di tempat, dapat diulangi kembali
pada waktu berikutnya.
b. Sampel penelitian lebih sesuai dengan rencana karena semua sumber
informasi akan dapat ditemui, kalau peneliti dapat menunggu kapan sumber
informasi mau dan siap memberikan informasi.
c. Dapat mengumpulkan informasi pelengkap yang akan digunakan untuk
mem-
perkuat pembuktian atau analisis pada penyusunan laporan hasil
penelitian.
d. Visualisasi informasi dapat disajikan dan pewawancara dapat memberikan
res-
pons dan meminta informasi lebih terperinci dan terarah pada fokus
persoalan. e. Dapat melengkapi dan memperbaiki kembali informasi yang kurang
atau salah. f. Dapat menangkap situasi, apakah informasi yang diberikan itu
informasi spon-
tan atau sengaja diatur khusus untuk tujuan penelitian
itu.
g. Dapat mengontrol jawaban masing-masing pertanyaan.
h. Pertanyaan-pertanyaan yang sensitif dapat ditanyakan dengan hati-hati
kepada sumber informasi atau dimanipulasi sedemikian rupa sehingga sumber
informa- si merasa tidak tersinggung oleh pertanyaan itu.
i. Mudah diubah.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik, pewawancara dapat
meng- ubah situasi dengan mendorong dan memancing sumber informasi
www.facebook.com/indonesiapustaka

untuk men- jawab yang lebih spesifik atau mengajukan pertanyaan tambahan
yang lebih se- suai dengan tujuan.
k. Lebih lengkap.
Pewawancara dapat menjamin bahwa semua pertanyaan dijawab oleh
sumber informasi. Pertanyaan tertentu yang semula belum dapat dijawab

389 389
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

secara ekspli- sit dapat dilacak kembali, bahkan hal-hal yang berkaitan
dengan aspek-aspek terselubung dapat diungkapkan kembali dengan
menggunakan pertanyaan pe- mancing.
Walaupun wawancara merupakan teknik yang tepat sebagai alat
pengumpul data untuk jenis penelitian tertentu, namun banyak pula kelemahan
yang perlu diper- hatikan sebelum menggunakan teknik ini. Di antara
kelemahan itu sebagai berikut: a. Biaya yang diperlukan lebih tinggi.

390 390
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Kebenaran dan keautentikan data yang dikumpulkan banyak ditentukan


oleh pewawancara. Namun keseriusan dan kebenaran tindakan
pewawancara perlu pula diamati oleh individu lain. Oleh karena itu,
pengumpulan data yang baik bukan hanya membutuhkan pewawancara tetapi
perlu pula pengawas di lapang- an. Di samping itu diperlukan pula latihan
intensif untuk pewawancara dan pengawas lapangan sebelum turun ke
lapangan.
Berhubung karena pewawancara harus berhadapan dengan sumber
informasi secara tatap muka dan satu demi satu, maka diperlukan sejumlah
pewawancara sebagai pengumpul data. Di samping itu, tiap pewawancara
membutuhkan se- jumlah hari kerja. Makin banyak sumber informasi makin
banyak pula tenaga yang dibutuhkan (man/days). Demikian juga untuk
analisis data, terutama se- kali dalam verifikasi data menurut jenisnya.
Keadaan itu menjadi lebih kompleks kalau banyak informasi tambahan
yang dikumpulkan, yang berbeda antara pewawancara yang satu dan
pewawancara yang lain. Semuanya itu akan menyebabkan biaya penelitian
menadi lebih tinggi dibandingkan dengan apabila peneliti menggunakan teknik
yang lain.
b. Waktu yang dibutuhkan lebih banyak.
Di samping membutuhkan tenaga yang banyak, wawancara membutuhkan
pula waktu yang lebih lama dalam mengumpulkan data penelitian. Hal itu
terjadi ka- rena pewawancara harus menghadapi masing-masing sumber
informasi sampai selesai, sedangkan apabila peneliti menggunakan kuesioner
ia dapat mengum- pulkan sumber informasi dalam suatu tempat/ruangan dan
kemudian membagi- kan instrumen kepada mereka. Oleh karena itu, waktu
yang dibutuhkan peneli- ti dalam pengumpulan dan pengolahan data, jauh
lebih lama daripada peneliti yang menggunakan teknik yang lain.
c. Kecondongan (bias) pewawancara.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Wawancara yang baik akan tercipta apabila pewawancara dapat mengerti


apa yang disampaikan oleh sumber informasi. Seandainya pewawancara
kurang ter- latih dan tidak dapat menangkap atau memahami apa yang
disampaikan oleh sumber informasi, maka akan terjadi kesalahan (error)
tentang bahan yang dica- tatnya. Pewawancara mencatat tidak sesuai dengan

391 391
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

apa yang disampaikan oleh sumber informasi. Hal yang demikian menjadi
sumber kesalahan atau memberi- kan/mencatat informasi tidak sesuai dengan
yang sebenarnya disampaikan oleh sumber informasi.
d. Kurang anonim.
Nama sumber informasi, alamat, telepon, dan identitas lainnya dari sumber
in-

392 392
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

formasi dicatat dan tercatat secara lengkap. Hal itu akan memengaruhi
kesahih-
an data yang diberikan.
e. Tidak ada kesempatan berkonsultasi.
Apabila peneliti menggunakan kuesioner, seorang sumber informasi dapat ber-
konsultasi dengan keluarga atau familinya, seandainya ada data yang dibutuh-
kan yang berhubungan dengan kehidupan keluarga seperti pengeluaran untuk
biaya hidup dalam satu minggu; namun dalam wawancara, hal yang demikian
tidak dimungkinkan. Sumber informasi terpaksa menjawab dengan
menduga- duga apa adanya.

B. OBSERVASI
Apabila diperhatikan kedua teknik pengumpul data yang telah dibicarakan,
jelas bahwa kedua jenis teknik tersebut hanya dapat mengungkapkan tingkah
laku ver- bal (verbal behavior), tetapi kurang mampu mengungkap tingkah laku
nonverbal. Di samping itu kedua teknik tersebut lebih mengarah pada penelitian
survei dan kurang dapat digunakan untuk penelitian nonsurvei. Salah satu teknik
yang dapat digunakan untuk mengetahui atau menyelidiki tingkah laku nonverbal
yakni dengan menggunakan teknik observasi.
Apabila kita mengacu pada fungsi pengamat dalam kelompok kegiatan,
maka observasi dapat dibedakan lagi dalam dua bentuk yaitu:
1) Participant observer, yaitu suatu bentuk observasi di mana pengamat (observer)
secara teratur berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan yang diamati. Dalam
hal ini pengamat mempunyai fungsi ganda, sebagai peneliti yang tidak
diketahui dan dirasakan oleh anggota yang lain, dan kedua sebagai anggota
kelompok, peneliti berperan aktif sesuai dengan tugas yang dipercayakan
kepadanya.
2) Non-participation observer, yaitu suatu bentuk observasi di mana pengamat
www.facebook.com/indonesiapustaka

(atau peneliti) tidak terlibat langsung dalam kegiatan kelompok, atau dapat
juga dikatakan pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang diamatinya.
Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik pengumpulan data sangat
banyak ditentukan pengamat sendiri, sebab pengamat melihat, mendengar,
mencium, atau mendengarkan suatu objek penelitian dan kemudian ia

393 393
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

menyimpulkan dari apa yang diamati itu. Pengamat adalah kunci keberhasilan dan
ketepatan hasil penelitian. Ialah yang memberi makna tentang apa yang
diamatinya dalam realitas dan dalam kon- teks yang alami (natural setting); dialah
yang bertanya, dan dia pulalah yang melihat bagaimana hubungan antara satu
aspek dengan aspek yang lain pada objek yang diamatinya.

394 394
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

1. Beberapa Pertimbangan dalam Melakukan Observasi


Apabila peneliti telah menetapkan bahwa observasi merupakan teknik
pengum- pulan data yang tepat untuk mencapai tujuan penelitian yang
dirumuskan, maka se- kurang-kurangnya ada tiga hal yang perlu mendapat
perhatian oleh pengamat dalam pengumpulan data. Ketiga hal tersebut sebagai
berikut.
a. Apa yang diamati.
b. Apabila diamati dan bagaimana mencatatnya.
c. Berapa banyak kesimpulan (inference) pengamat dilibatkan.
Apabila yang diamati itu ialah tingkah laku individu, maka perlu
dipertimbang- kan manakah yang menjadi fokus observasi. Simon dan Bayer
mengemukakan kelas tingkah laku sebagai berikut:
1) Afektif.
Terutama sekali yang berkaitan dengan aspek emosional dalam
berkomunikasi; menerima atau menolak keseluruhan tingkah laku individu;
serta dalam mene- rima dan mempertimbangkan ide seseorang.
2) Kognitif.
Terutama sekali berkenaan dengan komponensial, intelektual dalam berko-
munikasi. Salah satu kategori utama tingkah laku kognitif yaitu memberi
data, meminta data, menjelaskan, merumuskan, dan memberikan pendapat.
Kategori lain yang perlu diperhatikan dalam domain ini yaitu struktur analisis
mengenai proses berpikir individu.
3) Psikomotor.
Kategori ini difokuskan pada tingkah laku orang yang berkomunikasi, bukan
pada kata-kata yang digunakan. Observasi diarahkan pada posture tubuh,
posisi, ekspresi muka, gerak tangan, dan sebagainya.
4) Prosedur, rutinitas, dan kontrol.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Kategori ini difokuskan pada “apa yang dibicarakan” atau “orang sedang
mem- bicarakan apa.” Apakah individu itu siap bekerja, siap ikut serta, dan
bagaimana dengan isi yang dibicarakan.
5) Lingkungan fisik observasi.

395 395
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Dalam hal ini berkaitan dengan ruangan di mana observasi itu berlangsung
serta tempat mencatat material spesifik yang digunakan.
6) Struktur sosiologis.
Kategori ini difokuskan pada “siapa sedang bicara kepada siapa,” peranan
yang diamati, umur, jenis kelamin, ras, kepada siapa ia tertarik, dan
sebagainya.

396 396
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

7) Aktivitas.
Dalam kategori ini difokuskan pada aktivitas di mana orang tertarik atau
terikat, seperti membaca, melihat film, dan sebagainya.
8) Sistem khusus lainnya.
Tetapi kalau dilihat dari pola umum tingkah laku individu, maka apa yang
di-
amati itu akan menyangkut:
(a) Tingkah laku nonverbal mencakup gerakan tubuh dan ekspresi dari
individu sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.
(b) Tingkah laku linguistik yang berkaitan dengan pernyataan isi yang
dibicarakan dan struktur percakapan.
(c) Tingkah laku khusus dalam hubungan dengan keadaan di sekitar individu.
(d) Tingkah laku ekstra linguistik seperti kecepatan percakapan, kerasnya
perca-
kapan, atau ejaan yang digunakan.
Mengingat observasi secara utuh membutuhkan waktu, tenaga yang cukup
ba- nyak, dan fasilitas yang memadai, maka untuk kondisi tertentu tidak semuanya
perlu dilakukan secara utuh, kecuali kalau tujuan penelitian ingin menjaring suatu
proses dan kaitannya dengan produk atau karena kondisi tertentu yang tidak
memungkin- kan, seperti pada malam hari ataupun pada waktu istirahat. Karena
itu pengamat ha- rus jeli melihat kapan dan kondisi yang bagaimana ia perlu
melakukan pengamatan secara utuh, dan kapan ia perlu menggunakan momentum
tertentu dengan hasil yang tidak berbeda dengan kondisi yang sebenarnya, namun
lebih efisien.
Suatu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menyusun “time
sam- pling schedule”. Sampling waktu menunjuk pada pemilihan unit observasi
yang ber- beda pada suatu waktu. Ini berarti bahwa pengamat harus membuat
daftar sede- mikian rupa sehingga unit observasi dipilih secara sistematis yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

mewakili tingkah laku populasi dan sesuai dengan periode waktu yang telah
ditetapkan. Umpama: pengamat melakukan observasi lima belas menit untuk
setiap satu jam yang diambil secara acak dan yang telah distratifikasi: hari untuk
minggu dan jam untuk hari. Tetapi cara ini adalah kurang tepat apabila digunakan
untuk kejadian atau tingkah laku yang tidak berulang. Seandainya

397 397
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

peneliti/pengamat melakukan waktu peng- amatan yang tidak terkendali sama


sekali, maka hasil observasi itu akan kurang dapat dipercaya, kurang tuntas, dan
kurang tepat. Di samping itu, cara pencatatan yang digunakan oleh pengamat
akan memengaruhi pula hasil observasinya.
Dalam observasi ada dua pendekatan yang dapat
digunakan: (1) pendekatan deduktif;

398 398
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

(2) pendekatan induktif.


Pada pendekatan deduktif, peneliti/pengamat mulai dengan konsep dan
kemu- dian dispesifikasi sehingga menghasilkan bagian tertentu yang ingin
diungkapkan. Oleh karena itu, pendekatan deduktif dilaksanakan apabila peneliti
langsung me- nerapkan apa yang diamati itu ke dalam kategori tertentu,
sedangkan pendekatan induktif dimulai dari yang khusus, dengan menggunakan
indikator dan berakhir dengan konsep. Pendekataan ini menunda definisi atau
konsep sampai beberapa as- pek dapat diidentifikasi dengan baik. Kesulitan
pendekatan ini adalah kesukaran da- lam menginterpretasikan apa yang
diobservasi sebelumnya, sebab indikator itu tidak langsung diterapkan ke dalam
konsep atau kategori yang telah ditetapkan.
Karl Weick (Nachmias, 1981) menyatakan bahwa untuk mengatasi risiko
yang lebih buruk dari kedua pendekatan itu, ia menyarankan: “In the ideal
sequence, the observer would start with the emperical approach, obtain extensive
records of natural events, induce some concepts from the records, and then collect
a second set of re- cords which are more spesific and pointed more directly at the
induced concept.” Ini berarti bahwa dalam urutan yang ideal, pengamat sebaiknya
mulai dengan pendekat- an induktif dan mencatat berbagai kejadian yang bersifat
alami, kemudian menarik berbagai dari catatan itu. Selanjutnya mengumpulkan
suatu set catatan yang lebih spesifik dan kemudian menarik lagi berbagai konsep
yang terdapat dari catatan itu. Pada bagian lain Donald Madley dan Harold
Mitzel menyarankan sistem kategori (category system), sebab kategori itu lebih
eksplisit, saling lepas dan tuntas sehingga memudahkan dalam mengategorikan
kejadian yang sedang berlangsung.
Faktor ketiga yang perlu diperhatikan adalah seberapa jauh keterlibatan
pengamat dalam mengambil suatu keputusan. Tidak dapat dibantah bahwa
keberhasilan observa- si akan ditentukan oleh pengamat. Ketepatan hasil
pengamatan tentang suatu kejadian berkaitan erat pula dengan seberapa jauh
keterlibatan pengamat dalam mengambil ke- simpulan (inference) tentang suatu
www.facebook.com/indonesiapustaka

kejadian. Apabila pertimbangan pengamat terlalu banyak masuk, maka akan tercatat
sesuatu, yang keluar dari yang sebenarnya; sebalik- nya apabila tidak ada bantuan
hasil obervasi juga tidak sempurna sebab akan terlepas dari konteksnya dan sulit
memasukkan ke dalam kategori yang sebenarnya.

399 399
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Observasi dengan sedikit kesimpulan (inference) pengamat yang masuk


jarang terjadi. Pada umumnya kesimpulan pengamat banyak yang masuk dalam
setiap observasi. Karena itu pengamat yang terlatih sangat diperlukan, sehingga
ia dapat membuat kesimpulan yang reliabel.
Cara-cara untuk menambah reliabilitas inference pengamat yaitu dengan
jalan latihan program dalam situasi yang berbeda-beda; antara lain menggunakan
perta- nyaan, mencoba memasukkan k edalam kategori, dan sebagainya.

400 400
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

2. Tipe-tipe Observasi
Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu, bahwa tipe observasi dilihat
dari segi keterlibatan pengamat dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu: (1)
participant observer dan (2) non-participant observer. Tetapi kalau dilihat dari
segi terkontrol tidaknya observasi itu, maka dapat pula dibedakan atas: (1)
observasi terkontrol (controlled observation); dan (2) observasi tidak terkontrol
(non-controlled observa- tion), atau dapat juga disebut dengan: (1) observasi
terstruktur (structured observa- tion); dan (2) observasi tidak terstruktur
(unstructured observation).
Dalam observasi terkontrol, peneliti/pengamat menentukan dengan jelas
dan secara eksplisit apa yang diamati. Apa yang diamati itu diperinci dengan jelas
sampai pada bagian-bagian yang sekecil-kecilnya, dengan alokasi dan penentuan
waktu yang tepat dan rigid serta pendekatan mana yang sesuai dengan
masing-masing bagian yang diamati. Observasi tidak terkontrol memberikan
fleksibilitas lebih besar kepada pengamat dalam melakukan observasi. Fleksibilitas
itu antara lain dalam pengaturan waktu ataupun keadaan di lingkungan observasi
itu.

3. Observasi Partisipatif (Participant Observation)


Dalam penelitian kualitatif, naturalistik, grounded research methodology
mau- pun dalam penelitian sosiologi dan antropologi yang mengutamakan studi
tentang keseluruhan sistem manusia dalam kondisi alami yang sebenarnya
(natural setting), diperlukan suatu pendekatan tersendiri dalam pengumpulan
datanya, sehingga as- pek-aspek yang teliti tidak terlepas dari konteks yang
sebenarnya. Oleh karena itu, peneliti sebaiknya berpartisipasi dalam
situasi/objek/kegiatan yang ditelitinya, baik melibatkan diri secara langsung
dalam situasi sosial kegiatan penelitian maupun sebagai pengamat (observer)
kegiatan, sehingga peneliti berbaur secara akrab de- ngan sumber informasi
www.facebook.com/indonesiapustaka

penelitian. Peneliti terlibat dan melibatkan diri bersama-sama sumber informasi


penelitian. Peneliti betul-betul dapat menghayati keadaan, tingkah laku, interaksi,
atau perbuatan sumber informasi yang ditelitinya. Cara pengumpulan data seperti
itu sering disebut “observasi partisipatif” (Udinsky, cs., 1981). Keikut- sertaan
atau keterlibatan peneliti bersama responden/informan penelitian akan mam- pu

401 401
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

mengungkapkan objek penelitian secara lebih lengkap dan bermakna serta akan
memberikan gambaran yang lebih komprehensif dan menunjukkan pula
keterkaitan antara satu aspek dan aspek yang lain.
Secara sederhana dapat dikemukakan, bahwa participant observation adalah
suatu proses atau suatu cara pengumpulan data di mana peneliti berpengalaman
dalam suatu program secara mendalam mengamati tingkah laku sebagai sesuatu

402 402
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

yang berlangsung secara alami. Peneliti mencoba mengerti setiap situasi


bersama informan/sumber informasi. Data dikumpulkan melalui kontak
langsung dengan situasi atau realitas yang sebenarnya. Ini berarti juga peneliti
secara bertahap telah melakukan check dan recheck terhadap informasi yang
disampaikan dan pada apa yang diamatinya dalam interaksinya bersama
informan. Suatu hal yang perlu diper- hatikan, yaitu peneliti betul-betul harus
mampu mengamati kondisi riil situasi yang alami dan sesungguhnya atau berbaur
dan menyatu dalam kegiatan yang ditelitinya, terlibat di dalam kegiatan sebagai
bagian dari kelompok informan atau situasi sosial yang alami, sehingga peneliti
menghayati kondisi riil kegiatan yang sesungguhnya.

a. Jenis-jenis Participant Observer


Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan kelompok sesuai dengan aspek
yang diteliti, tergantung pada teknik mana yang dipilih oleh peneliti tersebut.
Menurut Udinsky, cs. (1981), participant observer dapat dibedakan atas empat
jenis, yaitu:
1) Observer berpartisipasi secara utuh (complete
participation).
Jenis ini menekankan bahwa peneliti secara resmi merupakan anggota
dari kelompok/program yang dijadikan objek penelitian. Ia ikut secara aktif
dalam setiap kegiatan dari awal sampai program berakhir. Ia mengikuti
seluruh ak- tivitas sesuai dengan tata aturan yang terdapat dalam kelompok
itu. Ia adalah bagian dari kelompok dan program secara utuh.
Fungsi penelitinya dilakukan secara tidak kentara, namun semua data dan
in- formasi yang dibutuhkan terekam dengan baik. Dengan cara demikian
peneli- ti dapat menghindari kecemasan dari anggota kelompok, sehingga
data yang dihimpun dan dicatat lebih baik, lebih lengkap, terhindar dari
syak wasangka, jujur, bebas, dan bersifat alami dan tidak terlepas dari konteks
yang sebenarnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

2) Berpartisipasi sebagai pengamat (participant as


observer).
Tipe ini menekankan bahwa peneliti hanya berfungsi dalam kelompok sebagai
pengamat (observer). Dia hanya sebagai subordinat dari kelompok sesuai de-

403 403
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

ngan fungsi formalnya. Ia diterima oleh kelompok selama waktu mengamati


kegiatan kelompok.
3) Pengamat sebagai partisipan (observer as
participant).
Dalam tipe ketiga ini, peneliti adalah pengamat (observer) dan juga sebagai
par- ticipant. Ia tahu bahwa fungsinya yaitu: (1) berpartisipasi secara kreatif
dalam kelompok, namun ia tetap sebagai orang di luar kelompok; (2)
mengumpulkan informasi/data tentang program atau aspek yang ditelitinya.
Ia adalah pengamat yang berpartisipasi dalam kelompok. Karena itu ia dapat
berpartisipasi secara

404 404
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

kreatif dalam kegiatan kelompok, namun ia tetap orang di luar anggota


kelom-
pok
(outsider).
4) Pengamat (complete observer)
Dalam tipe ini peneliti/pengumpul data tidak mempunyai peran untuk
berpar- tisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Ia lebih merupakan pengamat
yang secara diam-diam mengamati atau menghayati program yang sedang
dilaksanakan, walaupun hanya sebagai pengamat lengkap. Ia masih mungkin
melakukan ob- servasi secara lebih mendalam, namun untuk memberikan
umpan balik kepada anggota kelompok sangat terbatas.

b. Kelemahan Teknik Observasi Partisipasitif


Beberapa kelemahan teknik ini sebagai
berikut.
1) Pencatatan tingkah laku dan kejadian dilakukan susudah peristiwa
berlangsung, karena itu peneliti memikirkan kembali, menciptakan kembali
apa yang sebe- narnya terjadi pada waktu kegiatan itu berlangsung. Hal
seperti itu kadang ka- dang menyebabkan terjadinya kekurangtepatan atau
terjadi distorsi dari data/ informasi yang dikumpulkan.
2) Berhubung karena data yang dikumpulkan adalah persepsi dan reaksi
sese- orang, maka akan mengalami kesulitan dalam menyusun kesimpulan
yang ber- sifat kuantitatif.
3) Berhubung karena peneliti hidup dalam periode waktu tertentu bersama
sum- ber informasi, maka ada kecenderungan hilangnya sifat objektif dari
peneliti dan munculnya sifat kebersamaan sebagai anggota kelompok sehingga
mengganggu kemurnian data yang dikumpulkan.
4) Teknik ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang relatif tinggi,
baik untuk keperluan latihan petugas pengumpul data maupun
www.facebook.com/indonesiapustaka

pengumpulan data yang sebenarnya.


5) Sebagai suatu teknik yang teridentifikasi oleh sumber informasi tentang adanya
pengamat yang terlibat langsung akan menyebabkan anggota sumber
informasi tidak bersifat seadanya lagi.

405 405
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

6) Sebagai suatu teknik yang tidak teridentifikasi adanya pengamat yang berpar-
tispasi, ada kemungkinan apa yang dilakukan sumber informasi/anggota
staf kelompok tidak dalam posisi peran formalnya.

4. Pencatatan Observasi
Keberhasilan pencatatan semua kejadian dan tingkah laku yang diamati
sangat banyak ditentukan oleh kemampuan pengamat sendiri. Apabila tidak
ada ganggu-

406 406
BAB 14 • Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

an, rintangan atau hambatan antara pengamat dan yang diamati, maka
pencatatan secara spontan adalah sesuatu yang tepat untuk digunakan.
Pencatatan terhadap sesuatu objek yang diamati hendaklah dilakukan secepat
mungkin sesudah observasi dilakukan, selagi apa yang diamati masih segar dalam
pikiran pengamat dan disem- purnakan kembali pada waktu berikutnya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan lagi adalah objek, individu, atau kejadian
yang diamati tidak tahu bahwa pencatatan sedang dilakukan. Hal itu dimaksudkan
supaya objek tersebut tidak bersikap reaktif. Alat bantu yang dapat digunakan
dalam observasi ialah daftar cek (checklist). Daftar cek merupakan sejumlah
pertanyaan dengan alternatif “ya” atau “tidak”. Butir pertanyaan itu disusun sesuai
dengan apa yang akan diamati.

C. DOKUMEN
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang
sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau
kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian
adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif.
Dokumen itu dapat ber- bentuk teks tertulis, artefacts, gambar, maupun foto.
Dokumen tertulis dapat pula berupa sejarah kehidupan (life histories), biografi,
karya tulis, dan cerita. Di samping itu ada pula material budaya, atau hasil karya
seni yang merupakan sumber informasi dalam penelitian kualitatif. Dalam
penelitian antropologi dokumen material budaya atau artefact sangat bermakna,
karena pada dokumen atau material budaya maupun artefact itu tersimpan
nilai-nilai yang tinggi sesuai dengan waktu, zaman dan kon- teksnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

407 407
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Andai kata Saudara belum mengerti,
baca kembali Bab 14.

1. Cobalah Saudara jelaskan apakah yang dimaksud wawancara?


2. Apakah perbedaan antara wawancara dan angket?
3. Jelaskan dengan contoh beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan peneliti dalam
melakukan wawancara!
4. Cobalah Saudara jelaskan apakah perbedaan antara wawancara terencana terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur?
5. Cobalah Saudara jelaskan apakah yang dimaksud wawancara?
6. Jelaskan beberapa faktor penting yang diperlukan peneliti dalam melakukan observasi pada
saat mengumpulkan data penelitian!
7. Cobalah Saudara jelaskan apakah yang dimaksud dengan observasi/pengamatan sebagai
instrumen pengumpul data?
8. Cobalah Saudara jelaskan apakah perbedaan antara observasi terkontrol dan observasi tidak
terkontrol?
9. Coba Saudara jelaskan apa maksudnya: “Peneliti sebagai pengamat tidak terlibat langsung dalam
kegiatan kelompok.”
10. Coba Saudara jelaskan dengan contoh benarkah material budaya merupakan sumber in- formasi
dalam penelitian antropologi?
www.facebook.com/indonesiapustaka

392 392
Bab 15
VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN
OBJEKTIVITAS DALAM PENELITIAN
KUALITATIF

Dalam penelitian kuantitatif validitas, reliabilitas dan objektivitas data telah


mu- lai dibangun sejak awal penelitian dengan merumuskan proposal penelitian
kuanti- tatif secara jelas, terarah, dan tuntas. Diawali dengan masalah,
pembatasan masa- lah penelitian, tujuan penelitian, didukung oleh grand theory
pada landasan teore- tis, yang secara langsung mengarahkan dan menggiring
metodologi penelitian yang digunakan. Instrumen yang digunakan harus valid dan
reliabel; populasi penelitian harus mewakili wilayah orang, maupun kejadian
yang sesuai dengan karakteristik penelitian; sedangkan sampelnya harus mewakili
populasi, kepada siapa hasil peneli- tian akan digeneraliasasikan. Demikian juga
dengan teknik analisis yang digunakan. Secara konseptual harus sesuai dengan
karakteristik data dan tujuan penelitian serta telah dipolakan sejak dini dalam
proposal penelitian. Sebelum data diolah, harus terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis, yaitu uji normalitas, homogenitas, dan uji linearitas.
Berbeda dengan penelitian kualitatif, sejak awal rancangan penelitiannya
tidak sekaku (rigid) penelitian kuantitatif. Masalah yang sudah ditetapkan
berkemung- kinan dapat berubah setelah turun ke lapangan, karena ada yang
lebih penting serta mendesak dari yang sudah ditetapkan atau mungkin juga
www.facebook.com/indonesiapustaka

membatasi hanya pada sebagian kecil saja dari yang sudah dirumuskan
sebelumnya. Demikian juga dalam melakukan wawancara maupun obervasi.
Karena situasi sosial yang mempunyai karakteristik khusus; aktor, tempat, dan
kegiatan memungkinkan pula penghayatan peneliti sebagai instrumen penelitian

393 393
terhadap kejadian dalam konteksnya mungkin berbeda, atau mungkin juga dalam
pemberian maknanya. Dalam kaitan itu secara berkelanjutan selalu dilakukan
pemeriksaan keabsahan data yang dikumpulkan se- hingga tidak terjadi informasi
yang salah atau tidak sesuai dengan konteksnya. Un-

395 395
BAB 15 • Validitas, Reliabilitas, dan Objektivitas ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

tuk itu peneliti perlu melakukan pemeriksaan keabsahan data melalui uji
kredibilitas (credibility). Untuk menentukan mungkinkah hasil penelitian dapat
ditransfer ke wilayah lain, maka perlu dilakukan uji transferabilitas (tranferability).
Adapun untuk mengetahui reliabilitas dapat dilakukan melalui uji dependibilitas
(dependability) dan untuk mengetahui apakah hasil penelitian (produk) benar
dapat pula dikaji ulang kesesuaian antara proses dan produk melalui uji
komformitas (comformity). Masing- masing cara ini akan dibicarakan pada uraian
lebih lanjut.

A. UJI KREDIBILITAS (CREDIBILITY)


Keakuratan, keabsahan, dan kebenaran data yang dikumpulkan dan
dianalisis sejak awal penelitian akan menentukan kebenaran dan ketepatan hasil
penelitian se- suai dengan masalah dan fokus penelitian. Agar penelitian yang
dilakukan membawa hasil yang tepat dan benar sesuai konteksnya dan latar budaya
sesungguhnya, maka peneliti dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan
berbagai cara, antara lain:
a. Memperpanjang waktu keikutsertaan peneliti di
lapangan. b. Meningkatkan ketekunan pengamatan.
c. Melakukan triangulasi sesuai
aturan.
d. Melakukan cek dengan anggota lain dalam
kelompok. e. Menganalisis kasus negatif.
f. Menggunakan refference yang tepat.

1. Memperpanjang Waktu Keikutsertaan Peneliti di Lapangan


Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrumen penelitian.
Kesahih- an dan keabsahan data sangat ditentukan oleh komitmen,
keikutsertaan, dan ke- terlibatan peneliti secara intens dan bermakna dalam
www.facebook.com/indonesiapustaka

penelitian yang dilakukannya. Peneliti memang harus tahu dan menyadari kapan
suatu penelitian kualitatif dapat dihentikan. Justru karena itu, peneliti harus yakin
selagi data yang dikumpulkan be- lum meyakinkan, belum dapat dipercaya, maka
peneliti perlu memperpanjang waktu tinggal di lapangan dan terus melanjutkan

394 394
BAB 15 • Validitas, Reliabilitas, dan Objektivitas ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

pengumpulan data sesuai dengan data yang dibutuhkan sambil mengkaji ulang,
menelisik, dan menganalisis data yang su- dah terkumpul.

2. Meningkatkan Ketekunan Pengamatan


Ketekunan peneliti dalam melakukan pengamatan atau dalam
menggunakan teknik lain dalam pengumpulan data di lapangan akan menentukan
pula keabsahan dan kesahihan data yang terkumpul. Situasi sosial di lapangan
yang bervariasi dan

395 395
BAB 15 • Validitas, Reliabilitas, dan Objektivitas ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

kadang-kadang kurang bersahabat untuk penelitian kualitatif memengaruhi


pro- ses dan aktivitas pengumpulan data. Peneliti tidak boleh terpaku oleh keadaan
yang “tampak atau ditampakkan”, karena di belakang itu tersembunyi kondisi lain
yang sesungguhnya. Dalam kaitan itu peneliti hendaklah mau, mampu, dan
selalu me- ningkatkan ketekunan dalam menelusuri suatu fenomena sosial secara
holistik, se- hingga terkumpul data dan informasi yang sesungguhnya, dan dalam
konteks situasi sosial yang sebenarnya.
Di sampang itu, peneliti selalu mawas diri dan menyadari bahwa subjektivi-
tas peneliti akan memengaruhi objektivitas hasil penelitian. Selalulah meningkatkan
ketekunan dan hindarilah subjektivitas peneliti pada dirinya serta pahamilah
bu- daya, bahasa, dan cara hidup tiap informan (individu sumber informasi).
Ingatlah selalu posisi peneliti dalam penelitian kualitatif sebagai instrumen
penelitian, serta kedudukan yang setara antara peneliti dan individu/kelompok
yang diteliti.

3. Melakukan Triangulasi (Triangulation) Sesuai Aturan


Triangulasi merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data untuk
men- dapatkan temuan dan interpretasi data yang lebih akurat dan kredibel.
Beberapa cara yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan sumber yang
banyak dan menggunakan metode yang berbeda. Penggunaan sumber yang
banyak untuk tri- angulasi dapat dilakukan dengan mencari sumber yang lebih
banyak dan berbeda dalam informasi yang sama. Lebih banyak dalam sumber
(multiple resources) dapat diartikan pula dalam dua hal, yaitu jumlah
eksemplarnya dan berbeda sumbernya dalam informasi yang sama. Umpama:
memverifikasi hasil interviu kepada sumber lain, tentang informasi yang sudah
ada. Andai kata hasil verifikasi berbeda, berarti ada yang tidak benar. Apakah hasil
interviu pertama atau yang kedua? Lanjutkan lagi interviu dengan sumber ketiga
tentang informasi yang sama, dan seterusnya sampai hasil interviu meyakinkan
peneliti. Itulah informasi yang sesungguhnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Penggunaan metode yang berbeda dapat diartikan bahwa kalau pada tahap
pertama informasi dikumpulkan dengan observasi tentang suatu aspek, maka
beri- kutnya gunakan lagi metode lain seperti wawancara untuk mengumpulkan
informasi yang sama. Andai kata belum yakin, cari dan temukan lagi informasi di

396 396
BAB 15 • Validitas, Reliabilitas, dan Objektivitas ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

dalam doku- mentasi tentang aspek yang sama dengan aspek yang dikumpulkan
datanya melalui observasi dan interviu.

397 397
BAB 15 • Validitas, Reliabilitas, dan Objektivitas ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

Wawancara B

GAMBAR 15.1 Triangulasi dengan Sumber yang Banyak (Multiple Sources).

Wawancara

Observasi Sumber Data

Dokumentasi

GAMBAR 15.2 Triangulasi dengan Teknik yang Banyak (Multiple Methods).

4. Cek Teman Sekelompok (Member Checks)


Kredibilitas data yang telah dikumpulkan, dianalisis, dilakukan
pengkategori- an, dan ketepatan kesimpulan, dapat duji kembali dengan
menggunakan anggota lain kelompok, dari mana data dan informasi original
dikumpulkan. Member check dilakukan secara formal dan informal serta
berkelanjutan.

5. Analisis Kasus Negatif (Negatively Case Analysis)


Kredibilitas data penelitian dapat dipercaya apabila tidak ditemukan lagi
hal- hal yang negatif dalam data, baik selama dikumpulkan maupun pada saat
www.facebook.com/indonesiapustaka

analisis dan pemaknaan hasil penelitian. Hal itu dapat dilakukan dengan
melakukan analisis kasus negatif sampai saat tertentu. Mengapa demikian?
Apabila awal kasus negatif dianalisis secara mendalam, berarti peneliti
mencari, menemukan, dan menilai kembali data kasus negatif tersebut. Apakah

398 398
BAB 15 • Validitas, Reliabilitas, dan Objektivitas ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

telah terjadi pengumpulan data yang keliru; baik ditinjau dari teknik dan metode
yang digunakan maupun sumber informasi yang keliru. Andai kata ditemukan
sesuatu yang keliru, kumpulkan kembali data dari sumber yang lain, namun tetap
dalam koridor situasi

399 399
BAB 15 • Validitas, Reliabilitas, dan Objektivitas ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

sosial yang diteliti sejak awalnya. Sumber informasi yang diperbanyak ataukah
teknik dan metode pengumpulan data digunakan yang diperbanyak, sampai tidak
ditemu- kan lagi kasus negatif.

6. Menggunakan Bahan Referensi yang Tepat


Kredibilitas data dan informasi yang dikumpulkan dan ditulis lebih dipercaya
apabila dilengkapi dengan bahan-bahan referensi yang tepat. Eisner (Lincoln
& Guba,1985) sebagai ahli yang pertama kali pada 1975 mengusulkan
penggunaan referensi yang tepat untuk meningkatkan kredibilitas data yang telah
dikumpulkan secara tertulis, menyarankan: as a means for establishing the adequate
of critiques written for evalution purposes under the connois-seurship model. Ini
berarti peneliti mengumpulkan refresensi yang tepat dan ditulis oleh ahli dalam
bidang yang se- suai dengan fokus dan data yang dikumpulkan. Data yang ditulis
di lapangan atau rekaman percakapan melalui video tape dapat dibandingkan
ketepatannya dengan pendapat para ahli dalam referensi-referensi yang
dikumpulkan.

B. UJI TRANSFERABILITAS (TRANSFERABILITY)


Kalau dalam penelitian kuantitatif selalu muncul istilah generalisasi, maka
da- lam penelitian kualitatif timbul pertanyaan: Mungkinkah hasil penelitian
kualitatif diberlakukan pula di tempat lain? Walaupun mungkin, namun sangat
perlu dan dibu- tuhkan kehati-hatian. Dalam bahasa penelitian kualitatif memang
digunakan istilah transferabilitas, yang memiliki makna konsep yang sama dengan
validitas eksternal. Mungkinkah situasi sosial yang diteliti A mewakili beberapa
wilayah atau tempat dan pelaku yang kira-kira hampir sama dengan wilayah lain?
Suatu penelitian kualitatif bersifat kontekstual, dan tidak mungkin
menggeneralisasi hasil penelitian satu tem- pat ke wilayah populasi lain, karena
situasi sosial yang diambil bukanlah mewakili beberapa daerah, seperti dalam
penelitian kuantitatif. Hasil penelitian kualitatif di tempat tertentu hanya
www.facebook.com/indonesiapustaka

mungkin dapat ditransfer ke daerah lain kalau di tempat ter- tentu yang baru
benar-benar memiliki karakteristik yang sama dengan tempat/situ- asi sosial yang
telah diteliti. Ini berarti pula hanya mungkin di transfer kalau situasi sosial yang
mencakup aktor (actor), tempat (place), dan aktivitas (activity), serta konteksnya
sama pula di antara kedua tempat itu.

400 400
BAB 15 • Validitas, Reliabilitas, dan Objektivitas ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

C. UJI DEPENDIBILITAS (DEPENDABILITY)


Dalam penelitian kuantitatif, ketepatan hasil penelitian ditentukan berbagai
fak- tor, antara lain reliabilitas instrumen sebagai alat pengumpul data. Kalau
instrumen yang digunakan menggunakan reliabilitas yang tinggi diperkirakan
hasil juga akan

401 401
BAB 15 • Validitas, Reliabilitas, dan Objektivitas ...
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

baik, kalau komponensial yang lain berfungsi sesuai dengan perannya. Dalam
pe- nelitian kualitatif, dependibilitas sejalan dengan konsep reliabilitas dalam
penelitian kualitatif. Sehubungan dengan itu, dalam menentukan dependibilitas
dapat dilaku- kan dengan audit terhadap keseluruhan proses penelitian yang
dilakukan. Ini berarti langkah demi langkah, tahap dengan tahap yang dilalui
pada waktu melaksanakan penelitian kualitatif yang sudah selesai, dikaji ulang
kembali sesuai dengan lang- kah-langkah yang sesungguhnya. Di samping itu,
betulkah pada setiap langkah yang telah dilakukan sudah dilaksanakan secara
benar? Untuk itu peneliti harus mampu menunjukkan bukti kerja yang dilakukan
sejak menentukan masalah dan fokus pene- litian, memasuki lapangan,
menentukan informan/sumber data penelitian, melaku- kan analisis data, menguji
keabsahan data, dan membuat kesimpulan oleh peneliti. Semuanya itu harus dapat
diperlihatkan, baik berupa bukti catatan tertulis maupun rekaman video tape, foto,
dan dokumen-dokumen lainnya.
Setelah melakukan audit proses, uji dependibilitas dapat juga dilakukan
de- ngan audit produk. Berdasarkan hasil audit proses, ternyata penelitian sudah
dilaku- kan dengan benar, maka dilanjutkan dengan melakukan audit produk
terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Bagaimanakah hasil penelitiannya?
Seandainya hasil audit proses benar, dan hasil audit produk benar, maka
dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan tidak diragukan lagi
dependibilitasnya.

D. UJI KONFORMITAS (CONFORMITY)


Dalam uji konformitas ini sebenarnya yang dilakukan adalah melihat
keterkaitan hasil uji produk dengan hasil audit proses. Apabila hasil audit produk
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut
telah meme- nuhi standar konformitas.
www.facebook.com/indonesiapustaka

402 402
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Andai kata belum paham, kembali pelajari
Bab 15.

1. Apakah yang dimaksud dengan kredibilitas dalam penelitian kualitatif?


2. Jelaskanlah lima cara untuk menentukan kredibilitas.
3. Coba Saudara jelaskan apakah perbedaan triangulasi (triangulation) dengan melakukan cek dengan
anggota lain dalam satu kelompok (member checking).
4. Coba Saudara jelaskan dengan contoh apakah yang dimaksud dengan “menganalisis kasus
negatif” dalam upaya untuk meningkatkan kualitas kredibilitas data penelitian kualitatif?
5. Seorang peneliti kualitatif dapat memperpanjang waktu keikutsertaannya di lapangan.
Apakah tujuan memperpanjang waktu tersebut?
6. Apakah yang dimaksud dengan uji transferabilitas (tranferability)?
7. Coba Saudara jelaskan dengan contoh: ”apakah yang dimaksud dengan uji dependebilitas
(dependibility) dalam penelitian kualitatif”!
8. Apakah yang dimaksud dengan uji konformitas (conformity) dalam penelitian kualitatif?
Beri contoh!
www.facebook.com/indonesiapustaka

399 399
Bab 16
TEKNIK ANALISIS
DATA

Berbeda dengan analisis data penelitian kuantitatif yang dilakukan pada


akhir kegiatan setelah data terkumpul semuanya; dalam penelitian kualitatif
analisis data yang terbaik dilakukan sejak awal penelitian (ongoing). Peneliti tidak
boleh menung- gu data lengkap terkumpul dan kemudian menganalisisnya. Peneliti
sejak awal mem- baca dan menganalisis data yang terkumpul, baik berupa
transkrip interviu, catatan lapangan, dokumen atau material lainnya secara kritis
analitis sembari melakukan uji kredibilitas maupun pemeriksaan keabsahan data
secara kontinu. Peneliti kualitatif jangan sekali-kali membiarkan data
penelitiannya “menumpuk” dan kemudian baru dilakukan analisis data.
Fossey, cs.,(2002: 728) mengemukakan batasan tentang analisis data dalam
penelitian kualitatif sebagai berikut: Qualitative analysis is a process of reviewing,
synthesizing and interpreting data to describe and explain the phenomena or
social worlds being studied. Ia menegaskan bahwa analisis data kualitatif merupakan
pro- ses mereviu dan memeriksa data, menyintesis dan menginterpretasikan data
yang terkumpul sehingga dapat menggambarkan dan menerangkan fenomena atau
situasi sosial yang diteliti. Proses bergulir dan peninjauan kembali selama proses
penelitian sesuai dengan fenomena dan strategi penelitian yang dipilih peneliti
memberi warna analisis data yang dilakukan, namun tidak akan terlepas dari
kerangka pengumpulan data, reduksi data, penyajian (display) data, dan
kesimpulan/verifikasi.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Selanjutnya, Bogdan dan Biklen (1982: 145) menyatakan: Data analysis is


the process of systematically searching and arranging the interview transcripts,
fieldnotes, and others materials that you accumulate to increase your own
understanding of them and to enable you to present what you have discovered to
others. Dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa analisis data merupakan suatu

400 400
proses sistematis pencarian dan pengaturan transkrip wawancara, observasi,
catatan lapangan, dokumen, foto, dan material lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang data yang telah dikumpulkan, sehingga
memungkinkan temuan penelitian dapat disajikan dan

401 401
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

diinformasikan kepada orang lain. Analisis data diawali dengan penelusuran


dan pencarian catatan pengumpulan data, dilanjutkan dengan
mengorganisasikan dan menata data tersebut ke dalam unit-unit, melakukan
sintesis, menyusun pola, dan memilih yang penting dan esensial sesuai dengan
aspek yang dipelajari dan diakhiri dengan membuat kesimpulan dan laporan.
Adapun Spradley (1980) mengemukakan: Analysis of any kind involve a way
of thinking. It refers to the systematic examination of something to determine its
parts, the relation among parts, and the relationship to the whole. Analysis is a search
for patterns. Spradley secara lugas menyatakan, bahwa analisis adalah cara berpikir.
Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis mengenai sesuatu untuk
menen- tukan bagian, hubungan antarbagian, dan hubungannya dengan
keseluruhan. Pada prinsipnya analisis adalah untuk mencari pola tentang sesuatu
yang diteliti.
Ketepatan dan keakuratan data yang terkumpul sangat diperlukan, namun
tidak dapat pula dimungkiri bahwa aktor/sumber informasi yang berbeda akan
memberi- kan informasi yang berbeda pula. Di samping itu, aktivitas dan tempat
yang berlain- an akan ikut mewarnai data yang terkumpul. Lebih rusak lagi kalau
peneliti sebagai instrumen pengumpul data kurang tanggap dan membatasi diri
dalam melakukan uji kredibilitas/keabsahan data pada waktu di lapangan. Oleh
karena itu, bagaima- napun juga reduksi dan display data sangat penting
dilakukan dalam analisis data, sehingga betul-betul tampak bagaimana kondisi
fenomena yang sesungguhnya da- lam konteksnya dan holistik.

A. ANALISIS SEBELUM KE LAPANGAN


Sebelum ke lapangan analisis data telah dilakukan. Hasil studi pendahuluan
maupun data sekunder baik berupa dokumentasi, buku, karya, foto, maupun
ma- terial lainnya yang diduga berkaitan dengan masalah yang akan diteliti sangat
me- nentukan, terutama sekali dalam menentukan fokus penelitian. Walaupun
www.facebook.com/indonesiapustaka

demikian, bukan berarti dalam penelitian kualitatif tidak boleh mengubah,


memperbaiki, atau menyempurnakan fokus penelitian. Fakta dan data yang
dianalisis sebelum turun ke lapangan tidak boleh “menggiring” dan
“mengendalikan” peneliti selama di lapang- an, seperti teori yang digunakan dalam

401 401
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

penelitian kuantitatif. Fokus penelitian dapat berubah sesuai dengan kondisi di


lapangan, baik dilihat dari esensinya maupun ke- bermaknaannya, seperti:
Pada 2012, kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan (masih) merupakan salah satu masalah
sosial bangsa Indonesia, walaupun GDP (Gross Domestic Product) dan APK (Angka Partisipasi
Kasar) penduduk usia sekolah terus meningkat.

402 402
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

Apakah kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan itu?


Mengapa terjadi kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan itu?
Bagaimanakah kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan itu?
Berdasarkan studi pendahuluan dari berbagai dokumen yang tersedia, disimpulkan masa- lah
kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan memang merupakan masalah yang up- todate, dan
krusial dewasa ini. Namun mungkinkah masalah itu dapat diselesaikan melalui penelitian kualitatif
sekali gus? Apakah yang menjadi focus penelitiannya dan dimanakah lokasi penelitiannya.
Studi dokumentasi dan membaca berbagai hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa
penelitian kualitatif: bersifat spesiik, holistik, induktif, dan kontekstual. Akhirnya peneliti
menetapkan bahwa yang menjadi fokus penelitian yaitu Masalah kebodohan warga pribu- mi di
Kampung Jawa Kotamadya Padang. Berdasarkan fokus penelitian tersebut, peneli- ti menyusun
proposal penelitian, dengan tujuan ingin mendapatkan gambaran informasi (apa, mengapa, dan
bagaimana) tentang kebodohan warga pribumi Kampung Jawa Padang.
Setelah turun ke lapangan dan berinteraksi dengan warga pribumi Kampung Jawa Padang, ternyata
warga pribumi di tempat tersebut tidak mengalami masalah kebodohan. Mere- ka sebagian besar
berdagang di pasar Kampung Jawa tersebut. Lama pendidikan mereka rata-rata tujuh tahun,
bahkan banyak anak mereka yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, peneliti
tidak perlu melanjutkan penelitiannya dengan fokus ke- bodohan. Peneliti perlu mengganti fokus
penelitian berdasarkan hasil observasi selama di lapangan. Masalah apa yang lebih mendesak dan
lebih penting bagi mereka: Hubungan kekerabatan dan interaksi sosial warga masyarakat pedagang
pribumi di pasar raya Kam- pung Jawa kota madya Padang.

Fokus penelitian dapat berubah kembali, walaupun peneliti telah turun ke


la- pangan, dan akan melakukan pengumpulan data. Namun dalam interaksi
dengan aktor (sumber informasi), aktivitas yang dilakukan dan tempat kejadian
yang telah direncanakan, fokus yang sejak semula diduga masalah yang esensial
dan penting untuk diteliti, ternyata masih terdapat lagi situasi lain yang mendesak
dan penting untuk diteliti. Dalam hal yang demikian, perlu lebih berhati-hati dan
teliti lagi dalam memperbaiki atau mengubah fokus atau topik penelitian sehingga
tidak terjadi pen- gulangan karena kekurang hati-hatian peneliti dalam mencari
fokus penelitian yang uptodate, esensial, sangat mendesak, dan lebih bermakna
bagi kehidupan individu dan masyarakat.

B. ANALISIS SELAMA DI LAPANGAN


www.facebook.com/indonesiapustaka

Seperti telah diutarakan pada analisis sebelum ke lapangan, sebenarnya


pada tahap awal dan dalam priode waktu tertentu sebelum turun ke lapangan telah
dilaku- kan analisis, dengan tujuan untuk mengantisipasi apakah fokus atau
topik peneli- tian akan terus dilanjutkan atau akan diperbaiki karena berbagai

403 403
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

pertimbangan yang esensial, sangat bermakna, dan fenomena yang mendesak


untuk dicarikan solusinya.

404 404
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

Banyak model analisis data yang dapat digunakan sesuai dengan tipe dan
strate-
gi penemuan yang digunakan. Beberapa di antara model ini sebagai berikut:
a. Model Bogdan dan Biklen
b. Model Miles dan
Huberman c. Model Spradley
Tiap model akan dibicarakan pada uraian lebih
lanjut.

1. Model Bogdan dan Biklen


Seperti telah disinggung pada uraian sebelum ini, analisis data penelitian
kua- litatif, bersifat deskriptif, induktif, naratif dan kontinyu. Ini berarti bahwa
sejak awal turun ke lapangan analisis data telah dilakukan. Bahkan telah
diantisipasi sebelum turun ke lapangan pada saat menyusun proposal penelitian.
Sehubungan dengan itu Bogdan dan Biklen (1984) menyarankan beberapa
langkah yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
a. Paksa dan motivasi dirimu untuk membuat keputusan mempersempit studi
(for- ce youself to make decisions that narrow the study).
Sejak proposal disiapkan, pada prinsipnya peneliti telah menetapkan fokus
pe- nelitian melalui pertimbangan yang matang dan menyeluruh. Namun pada
wak- tu ke lapangan, lingkungan dan situasi sosial akan ikut menentukan.
Seakan- akan semua data akan dikumpulkan, bahkan kadang-kadang jauh
melebar dari aspek-aspek yang telah digariskan, termasuk di dalamnya aktor,
situasi, dan aktivitas dalam situasi sosial tidak terbatas lagi. Pada tahap awal
sebenarnya me- rupakan tahap eksplorasi tentang masalah dan fokus
penelitian. Data yang luas dan terarah pada permasalahan sangat diharapkan,
namun makin lama makin menyempit. Dalam konteks inilah peneliti kualitatif
harus mampu, sadar, dan selalu berusaha mempersempit studinya, sehingga
banyak data dan informasi yang terkumpul dalam fokus yang terbatas,
www.facebook.com/indonesiapustaka

menarik, dan penuh arti. Dengan cara demikian peneliti betul-betul mampu
mengungkap yang sesungguhnya se- cara bermakna, dalam, kontekstual, dan
holistik.

405 405
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

b. Paksa dan dorong dirimu untuk membuat keputusan agar memusatkan


studi pada jenis studi yang kamu kerjakan. (Forced yourself to make decisions
con- cerning the type of study you want to accomplish).
Penelitian kualitatif seperti juga penelitian kuantitatif, mempunyai tipe dan
jenis penelitian yang beragam, tergantung pilihan peneliti berdasarkan dan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal itu telah diawali dengan penulisan
pro- posal penelitian. Walaupun dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian
dapat

406 406
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

dan mungkin berubah, namun selalulah berupaya agar tetap pada tipe/jenis
pe- nelitian yang telah Saudara kerjakan. Tiap tipe/jenis penelitian
mempunyai ka- rakteristik masing-masing. Penelitian etnografi berbeda dari
penelitian grounded methodology theory. Kalau sejak awal peneliti mau
menghasilkan teori, maka jenis studi yang dilakukan adalah grounded
methodology research. Namun kalau menggambarkan fenomena budaya, maka
pilihan jenis studinya yakni etnografi. Kalau ingin mendeskripsikan kasus,
maka penelitian kasus yang paling tepat. Oleh karena itu, paksalah diri peneliti
untuk tetap pada jenis studi yang dikerja- kan, lebih-lebih lagi untuk peneliti
pemula.
c. Kembangkan pertanyaan yang bersifat analitis serta terarah pada studi
yang telah ditetapkan (develop analytic questions).
Fungsi pertanyaan adalah untuk membantu peneliti dalam mengungkap
data dan informasi sebagai bagian integral dalam upaya mencapai tujuan
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus tahu akan fungsinya
sebagai instru- men penelitian, dan “siap” mengumpulkan data dari berbagai
sumber informasi serta selalu pula dalam konteksnya. Untuk itu selalulah
berupaya mengajukan pertanyaan yang bersifat analitis sejak masuk ke
lapangan, bukan pertanyaan yang bersifat kognitif “rendahan”. Dengan
mengajukan pertanyaan yang ber- sifat analitis, peneliti mengajak dan
mengembangkan suatu kerangka berpikir sumber informasi/aktor secara
halus dan pada giliran berikutnya aktor siap pula mengemukakan jawaban yang
bersifat analitis. Dengan cara demikian informasi yang diharapkan terungkap
dan terkumpul dengan benar.
Perlu pula diperhatikan bahwa banyak pula peneliti yang secara tidak
sadar terbius oleh pertanyaan-pertanyaan pola penelitian kuantitatif,
sehingga pada akhirnya informasi yang diharapkan tidak terkumpul dengan
baik sesuai dengan konteksnya. Contoh yang salah:
www.facebook.com/indonesiapustaka

Siapakah orang yang pertama kali mendarat di bulan?


Manakah yang lebih dahulu mendarat di bulan, Soyuz atau Apollo?
Pertanyaan tersebut dapat diubah menjadi pertanyaan analitis:
Mengapa pendaratan manusia pertama kali di bulan tertunda beberapa kali?
Mengapa pesawat ruang angkasa Apollo XII gagal mendarat di bulan untuk yang pertama kali?

407 407
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

d. Rencanakan sesi pengumpulan data dengan mengingat apa yang ditemukan


pa- da observasi pendahuluan (plan data collection sessions in light of what
you find in previus observation).
Pengumpulan data suatu proses berkelanjutan, sembari mereduksi data,
men-
display data sehingga menemukan sesuatu yang bermakna secara bertahap
dan

408 408
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

berkelanjutan sesuai dengan fokus dan arah penelitian. Sekaitan dengan


itu, materi yang terkumpul pada suatu sesi pengumpulan sesi sebelumnya
akan memberikan arah pada sesi berikutnya. Untuk itu rencanakan sesi
dengan baik; analisis/reduksi/display data yang didapat, beri makna secara
jelas dan pertim- bangkan kembali mana data yang sudah ada dan terarah
pada tujuan spesifik yang telah ditetapkan sebelumnya, mana data yang belum
lengkap, mana yang kurang tepat; sehingga tiap sesi pengumpulan selalu
berlandaskan analisis data observasi sebelumnya.
e. Tulis banyak “komentar pengamat” tentang ide Anda hasilkan. (Write
many
“observer comments” about ideas you
generat)
Apa yang Anda catat ialah apa yang Anda lihat, Anda dengar, dan Anda
pikirkan. Sesuatu yang Anda lihat, Anda catat berdasarkan apa adanya serta
tidak terlepas dari bagaimana Anda melihat interaksinya antara satu dengan
yang lain dalam konteksnya. Upayakan meminimalkan bias subjektif peneliti
dengan melakukan uji kredibilitas terhadap data dalam catatan maupun dalam
rekaman. Komentar pengamat tentang ide yang dihasilkan perlu diupayakan
sebanyak mungkin dan dari sumber yang benar dan meyakinkan. Dengan
kata lain komentar peng- amat terhadap apa yang Anda amati maupun
kesimpulan sementara peneliti ter- dapat hasil wawancara akan mempertajam
temuan yang dihasilkan. Di samping itu, jangan lupa mencoba
membandingkan apa yang Anda amati dengan sum- ber-sumber yang terdapat
dalam kepustakaan, sesuai topik kajian yang menjadi fokus penelitian.
f. Tulis memo kepada dirimu sendiri tentang apa yang Anda pelajar. (Write
memos to yourself about what you are learning.)
Kali pertama, kali kedua hingga kali keempat di lapangan peneliti masih
sibuk menjelajah dan mengumpulkan data awal, sembari memperkuat pijakan,
fokus, dan arah penelitian. Namun jangan terlena, data sudah banyak
www.facebook.com/indonesiapustaka

terkumpul. Ja- ngan biarkan data tersebut menjadi rongsokan atau onggokan
yang tidak punya makna. Tulislah memo kepada dirimu sendiri (peneliti),
apa arti dan makna sesuatu yang sudah dipelajari sehubungan dengan data
yang sudah terkum- pul. Kegiatan menulis memo seperti ini akan terus

409 409
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

berlanjut dan sekaligus akan memberikan refleksi apa yang telah dipelajari,
bagaimana hubungan antara yang satu dengan lain, maupun ketepatan
metodologi, dan sumber-sumber yang di- gunakan.
g. Uji cobakan ide dan tema tentang subjek kepada informan (try out ideas
and themes on subjects).

410 410
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

Informan kunci pandangannya jelas, demikian dengan tutur bahasanya.


Oleh karena itu, ia dapat dijadikan sumber dalam analisis pendahuluan. Ide
atau tema yang menjadi kepedulian utama dalam studi dapat ditanyakan
kepada infor- man kunci tersebut. Hanya dibutuhkan kehati-hatian agar
fungsi uji coba terse- but jangan berubah menguji informan (dalam kacamata
yang bersangkutan), sehingga mengakibatkan hal-hal yang tidak
menguntungkan bagi peneliti.
h. Mulai menjajaki kepustakaan sementara Saudara masih di lapangan. (Begin
ex- ploring literature while you are in the field.)
Pada saat peneliti mulai menyusul proposal penelitian kualitatif, walaupun
tidak mendalam peneliti telah mulai bersentuhan dengan dokumen maupun
kepusta- kaan untuk menemukan masalah dan fokus penelitian. Kalau dalam
penelitian kuantitatif teori menggiring peneliti dari awal sampai penelitian,
sedangkan da- lam penelitian kualitatif tidak demikian halnya. Peneliti sebagai
instrumen pene- litian tidak dikendalikan oleh ilmu yang dikuasainya selama
pengumpulan data maupun pada penyusunan laporan penelitian. Namun pada
waktu mengajukan pertanyaan analitik atau display data maupun penarikan
kesimpulan, atau me- lakukan Analisis Domain, Analisis Taksonomi, Analisis
Komponensial, dan Ana- lisis Tema kultural, teori yang dimiliki peneliti akan
sangat membantu, namun bukan menggiring seperti teori yang dimilikinya.
Oleh karena itu, sejak awal peneliti sudah mulai menjajaki kepustakaan
untuk membantu keterlaksanaan kegiatan penelitian yang dilakukannya.
i. Bermainlah dengan metafora, analogi, dan konsep. (Play with metaphors,
anal- ogies, and concepts.)
Penelitian kualitatif bersifat naratif dan kualitatif. Penelitian kualitatif meng-
utamakan proses dan produk. Mengungkap sesuatu, melihat keterkaitan, dan
menangkap makna interaksi sosial membutuhkan cara pengungkapan yang
me- narik, lentur, hidup, dan penuh variasi. Bermainlah dengan metafora,
www.facebook.com/indonesiapustaka

analogi, dan konsep yang membuka keceriaan sambil menangkap makna.


Belum ten- tu terungkap suatu fenomena, kalau peneliti menggunakan bahasa
yang lugas, kaku, dan sulit dipahami oleh sumber informasi. Perlu disadari bahwa
karakte- ristik aktor berbeda antara satu dan yang lain, baik dilihat dari
kepribadian, sikap, sifat, maupun tingkat pemahamannya tentang sesuatu.

411 411
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

Oleh karena itu, untuk dapat mengungkap dan menangkap yang


“tersembunyi” dari sumber informasi/aktor, peneliti harus paham siapa
sumber informasi dengan segala karakteristiknya, selanjutnya masuklah
setelah sumber informasi yakin siapa peneliti yang sessungguhnya.
Pandai-pandailah bermetafora dengan benar, ja- ngan sakiti diri pribadi
sumber informasi, gunakan analogi yang halus dan tidak

412 412
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

mematahkan serta menggurui. Jalin hubungan interpersonal yang saling


meng-
hargai serta berbagi suka dan duka dalam posisi yang setara.
Cara lain yang dapat digunakan yaitu mencoba
memunculkan/meningkatkan hubungan konkret dalam latar tertentu dan kejadian
yang teramati dalam setting bia- sa kepada abstraksi yang lebih tinggi, seperti
perubahan kata dalam suatu pernyataan atau menggunakan kalimat pendek untuk
menangkap jiwa kebersamaan yang bersi- fat general. Jangan takut berspekulasi
selagi menguntungkan sumber informasi atau aktor.

2. Model Miles dan Huberman


Miles dan Huberman menegaskan, bahwa dalam penelitian kualitatif data
yang terkumpul melalui berbagai teknik pengumpulan data yang berbeda-beda,
seperti interviu, observasi, kutipan, dan sari dari dokumen, catatan-catatan melalui
tape; terlihat lebih banyak berupa kata-kata daripada angka. Oleh karena itu, data
terse- but harus “diproses” dan dianalisis sebelum dapat digunakan. Miles dan
Huberman menawarkan pola umum analisis dengan mengikuti model alir sebagai
berikut:
Periode Pengumpulan Data

Reduksi Data
Antisipatori Selama Sesudah

Display Data
Selama Sesudah

Penarikan Kesimpulan/Veriikasi
Selama Sesudah

GAMBAR 16.1 Komponensial Analisis Data Model Alir.


www.facebook.com/indonesiapustaka

Dalam kerangka model alir tersebut, peneliti melakukan tiga kegiatan analisis
data secara serempak, yaitu: (1) reduksi data (data reduction); (2) data display
(dis- play data); dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi. Kalau dilihat
komponensial, kegiatan analisis data secara menyeluruh, seperti Gambar 16.2.

413 413
Lebih jauh Miles dan Hubberman (1984: 21-23) mengemukakan tentang
ketiga kegiatan tersebut di atas sebagai berikut.
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data
a. Reduksi Data
Reduksi data menunjuk kepada proses pemilihan, pemokusan,
penyederhanaan,

414 414
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

GAMBAR 16.2 Komponensial Analis Model Interaktif.

pemisahan, dan pentransformasian data “mentah” yang terlihat dalam catatan


ter- tulis lapangan (written-up field notes). Oleh karena itu reduksi data
berlangsung selama kegiatan penelitian dilaksanakan (lihat kembali Gambar
15.2). Ini berarti pula reduksi data telah dilakukan sebelum pengumpulan data di
lapangan, yaitu pada waktu penyusunan proposal, pada saat menentukan
kerangka konseptual, tempat, perumusan pertanyaan penelitian, dan pemilihan
pendekatan dalam pengumpulan data. Juga dilakukan pada waktu pengumpulan
data, seperti membuat kesimpulan, pengkodean, membuat tema, membuat cluster,
membuat pemisahan dan menulis memo. Reduksi data dilanjutkan sesudah kerja
lapangan, sampai laporan akhir pe- nelitian lengkap dan selesai disusun.
Reduksi data adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dari analisis data. Peneliti
memilih data mana akan diberi kode, mana yang ditarik keluar, dan pola rangkuman
sejumlah potongan atau apa pengembangan ceritanya merupakan pilihan analitis.
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokus-
kan, membuang, dan mengorganisasikan data dalam satu cara, di mana
kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

b. Data Display
Kegiatan utama kedua dalam tata alir kegiatan analisis data adalah data
dis- play. Display dalam konteks ini adalah kumpulan informasi yang telah tersusun
yang membolehkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data

415 415
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

display da- lam kehidupan sehari-hari atau dalam interaksi sosial masyarakat
terasing, maupun lingkungan belajar di sekolah atau data display surat kabar
sangat berbeda antara satu dengan yang lain. Namun dengan melihat tayangan
atau data display dari suatu

416 416
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

fenomena akan membantu seseorang memahami apa yang terjadi atau


mengerjakan sesuatu. Kondisi yang demikian akan membantu pula dalam
melakukan analisis lebih lanjut berdasarkan pemahaman yang bersangkutan.
Bentuk display data dalam penelitian kualitatif yang paling sering yaitu
teks naratif dan kejadian atau peristiwa itu terjadi di masa lampau.

c. Kesimpulan/Veriikasi
Kegiatan utama ketiga dalam analisis data yaitu penarikan kesimpulan/veri-
fikasi. Sejak awal pengumpulan data, peneliti telah mencatat dan memberi makna
sesuatu yang dilihat atau diwawancarainya. Memo dan memo telah ditulis, namun
kesimpulan akhir masih jauh. Peneliti harus jujur dan menghindari bias
subjektivitas dirinya.
Luasnya dan lengkapnya catatan lapangan, jenis metodologi yang
digunakan dalam pengesahan dan pengolahan data, serta pengalaman peneliti dalam
penelitian kualitatif, akan memberi warna kesimpulan penelitian. Mengapa
demikan? Keempat komponensial, analisis data model interaktif (Gambar 16.1),
menempatkan posisi peneliti sebagai titik sentral. Sejak awal peneliti harus
mengambil inisiatif, bukan membiarkan data menjadi rongsokan yang tidak
bermakna. Reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi harus
dimulai sejak awal; inisiatif berada di tangan peneliti; tahap demi tahap kesimpulan
telah dimulai sejak awal. Ini berarti apabila proses sudah benar dan data yang
dianalisis telah memenuhi standar kela- yakan dan konformitas, maka kesimpulan
awal yang diambil akan dapat dipercayai.
Di samping itu perlu pula diingat antara reduksi data—display data dan
pe- narikan kesimpulan merupakan segitiga yang saling berhubungan. Antara
reduksi data dan display data saling berhubungan timbal balik. Demikian juga
antara reduksi data dan penarikan kesimpulan/verifikasi; serta antara display
data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Dengan kata lain, pada waktu
melakukan reduksi data pada hakikinya sudah penarikan kesimpulan, dan pada
www.facebook.com/indonesiapustaka

waktu penarikan kesimpulan selalu bersumber dari reduksi data atau data yang
sudah direduksi dan juga dari display data. Kesimpulan yang dibuat bukan sekali
jadi. Kesimpulan menuntut verifikasi oleh orang lain yang ahli dalam bidang yang
diteliti, atau mungkin juga mengecek de- ngan data lain, namun perlu diingat

417 417
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

bahwa seandainya menambah data, berarti perlu dilakukan lagi reduksi data display
data dan penarikan kesimpulan berikutnya.

3. Model Spradley
Seperti telah disinggung dalam uraian pada Bab 13, rangkaian kegiatan
pene-
litian etnografis Spradley mencakup sekuen penelitian maju bertahap
(developmen-

418 418
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

tal research sequence) sebagai berikut: (1) menetapkan informan; (2)


melakukan wawancara terhadap informan; (3) membuat catatan etnografis; (4)
mengajukan pertanyaan deskriptif; (5) melakukan analisis wawancara etnografis;
(6) membuat analisis domain; (7) mengajukan pertanyaan struktural; (8)
membuat analisis tak- sonomi; (9) mengajukan pertanyaan kontras; (10)
membuat analisis komponensial; (11) menemukan tema budaya; dan (12) menulis
etnografi.
Berpijak pada sekuen penelitian etnografis tersebut, kalau ditarik keluar
dari sekuen itu, ada lima tahap analisis data penelitian etnografi,yaitu:
■ Tahap 1 (Langkah 5): Analisis wawancara etnografis.
■ Tahap 2 (Langkah 6): Analisis domain.
■ Tahap 3 (Langkah 8): Analisis taksonomi.
■ Tahap 4 (Langkah 10): Analisis komponensial.
■ Tahap 5 (Langkah 11): Analisis tema.
Analisis wawancara etnografis merupakan penyelidikan terhadap berbagai
hal yang telah dikonseptualisasikan oleh informan sebelumnya (langkah 2 sampai
de- ngan 4). Hal ini dimaksudkan untuk menemukan berbagai masalah untuk
ditanya- kan pada wawancara selanjutnya.
Analisis domain adalah memperoleh gambaran umum dan menyeluruh
dari objek penelitian atau situasi sosial. Hal itu didapat setelah melalui pertanyaan
umum dan perinci sebagai kelanjutan analisis wawancara etnografis, sehingga
peneliti me- nemukan dan menetapkan berbagai domain atau kategori tertentu
sebagai pijakan penelitian selanjutnya. Makin banyak domain yang dipilih makin
banyak pula waktu yang diperlukan untuk penelitian.
Analisis taksonomi adalah menjabarkan domain yang dipilih menjadi lebih
pe- rinci untuk mengetahui struktur internalnya, setelah melakukan kegiatan
tahap 7, yaitu mengajukan pertanyaan struktural. Hal ini dilakukan melalui
observasi dan wawancara terseleksi.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Analisis komponensial, yaitu mencari ciri-ciri spesifik pada setiap srtuktur


in- ternal dengan mengontraskan antar-elemen. Hal ini dilakukan setelah
melaksanakan tahap 9, yaitu dengan mengajukan pertanyaan kontras
antar-elemen.

419 419
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

Analisis (menemukan) tema budaya, yaitu mencari hubungan di antara


domain secara keseluruhan serta dikaitkan dengan tema-tema budaya secara
keseluruhan yang menjadi fokus penelitian (Spradley, 1980). Tema budaya dalam
hal ini meru- pakan prinsip-prinsip kognitif yang bersifat tersirat maupun tersurat,
berulang dalam sejumlah domain dan berperan sebagai suatu hubungan di antara
berbagai subsistem dalam makna budaya (Spradley dan McCurdy, 1975).

420 420
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

a. Analisis Wawancara Etnograis


Sejak penentuan informan melakukan wawancara dan membuat catatan
etno- grafis serta mengajukan pertanyaan deskriptif, pada hakikinya informan
telah mem- pelajari budaya mereka, yang kesemuanya itu berhubungan dengan
kebudayaan secara keseluruhan. Analisis wawancara etnografis mencoba
menyelidiki berbagai informasi dan catatan yang dikonseptualisasikan informan.
Etnografer hendaklah mempunyai cara tertentu untuk mampu menggali dan
menemukan pengetahuan bu- daya yang masih terselubung dan tersimpan oleh
informan itu.

Teori relasional sangat membantu etnografer dalam mengungkap makna yang masih ter-
simpan/terpendam itu.
Seorang kawan yang menyeberang jalan dan melambaikan tangannya ke arah kita, itu ber- arti dia
menyapa kita.
Orang yang secara konstan menukar kata-kata, kadang-kadang dengan kecepatan yang sangat
tinggi dan selama berjam-jam, itu menunjukkan berbagai makna yang perinci.

Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol. Dalam hal


ini simbol adalah objek atau peristiwa apa pun yang menunjuk pada sesuatu.
Setiap masyarakat mempunyai cadangan bahan yang sangat banyak untuk
menciptakan simbol, dan kadang-kadang antara satu masyarakat yang lain
terdapat perbedaan makna tentang suatu simbol. Bahasa merupakan sistem
simbol utama yang me- nyandikan makna budaya dalam setiap masyarakat.
Oleh karena itu, dalam anali- sis wawancara etnografis dibutuhkan rujukan yang
jelas sesuai dengan konteksnya. Hubungan antara simbol dan rujukan merupakan
unsur ketiga dalam makna. Suatu rujukan adalah benda yang menjadi rujukan
simbol. Rujukan dapat berupa apa pun yang dipikirkan dalam pengalaman
manusia. Hubungan antara rujukan dan sim- bol merupakan hubungan yang
berubah-ubah. Apabila hubungan ini di dalamnya rujukan disandikan oleh simbol
dan penyandian itu terjadi, maka peneliti berhenti memikirkan simbol itu sendiri dan
memfokuskan perhatian pada apa yang ditunjuk oleh simbol itu.
www.facebook.com/indonesiapustaka

b. Analisis Domain
Analisis jenis apa pun yang dilakukan dalam penelitian kualitatif membutuh-
kan dan melibatkan kemampuan berpikir serta pola berpikir. Situasi sosial

421 421
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

merujuk kepada aktivitas (activity) perilaku yang dilakukan seseorang (actor)


dalam lokasi tertentu (place). Situasi sosial merupakan sesuatu yang dapat
diamati, dan peneliti etnografi dapat berpartisipasi serta terlibat di dalamnya.
Budaya merujuk kepada pola perilaku, artefak, maupun pengetahuan yang telah
dipelajari dan diciptakan

422 422
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

orang. Budaya adalah suatu organisasi/tatanan tentang sesuatu, makna yang


telah diberikan orang terhadap objek, tempat, dan aktivitas. Semua orang adalah
bagian dari budayanya.

(1) Makna Budaya


Pada waktu etnografer turun ke lapangan, ia melakukan observasi situasi
so- sial, ia berdialog, serta melakukan wawancara partisipan dan mendengarkan
apa yang disampaikan informan. Di samping itu, ia mengamati artefak di sekitar
situasi tersebut. Pemberian makna (makna budaya) pada situasi sosial yang
dimaksud bu- kan terjadi di akhir kegiatan, melainkan telah dimulai sejak awal
pengumpulan data. Makna budaya suatu aktivitas selalu dalam konteksnya.
Oleh karena itu, analisis yang dilakukan merupakan suatu upaya pencarian pola
budaya.
Pada waktu peneliti ingin memberi makna catatan lapangan itu, peneliti
per- lu menghayati bahwa antara catatan yang satu dan yang lain mungkin
mempunyai makna ketersinggungan tersendiri. Oleh karena itu, dalam
menghayati situasi sosial hendaklah dilihat pula dalam konteks budaya atau makna
budaya yang tersimpan di dalamnya.

(2) Unsur-unsur Domain Budaya


Dalam satu situasi sosial akan terdapat sejumlah dan beraneka ragam
kategori. A category is an array of different objects that are treated as if they were
equivalent (Spradley, 1984). Suatu domain merupakan kategori budaya yang
mencakup: (a) cover (cover term); (b) istilah tercakup (included term); dan (c)
hubungan semantik (semantic relationship), serta batas (boundary).
Istilah cover merupakan istilah atau nama untuk suatu domain budaya,
sedang- kan istilah tercakup (included term) merupakan istilah yang lebih perinci
atau semua kategori lebih kecil yang tercakup dalam domain budaya tersebut.
Hubungan se- mantik (semantic relationship) merupakan hubungan dalam satu
www.facebook.com/indonesiapustaka

kategori tunggal, dan hubungan satu dengan yang lain dalam dua kategori dalam
upaya menemukan domain budaya. Hubungan semantik kategori tunggal dapat
dibedakan lagi atas: (1) hubungan semantik universal; dan (2) hubungan semantik
yang diekpresikan informan. Hubungan semantik universal merupakan semua tipe
umum yang terda- pat pada semua budaya manusia, seperti burung bangau adalah

423 423
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

sejenis burung. Jika terdapat ambiguitas hubungan yang mendasarinya, maka


peneliti etnografi dapat memulai dengan menggunakan salah satu hubungan berikut
ini.

424 424
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

TABEL 16.1 Contoh Kertas Kerja Analisis Domain.

Hubungan Bentuk
1. Inklusi terbatas X adalah jenis dari Y
2. Tempat X adalah suatu tempat dalam Y
X adalah bagian dari Y
3. Sebab akibat X adalah akibat dari Y
X adalah suatu penyebab dari Y
4. Alasan/rasional X adalah sebuah alasan untuk melakukan Y
5. Lokasi untuk tindakan X digunakan untuk Y
6. Fungsi X digunakan untuk n Y
7. Cara X adalah salah satu cara untuk melakukan Y
8. Urutan X adalah suatu langkah dalam Y
9. Atribut X adalah salah satu atribut/karakteristik dari Y

Jika peneliti mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi suatu hubungan


se- mantik universal yang digunakan maka peneliti sebaiknya meneliti secara
langsung beberapa hubungan semantik yang diekspresikan informan
(Spradley,1980).

(3) Langkah-langkah Analisis Domain


Secara sederhana, Spradley (1980) mengemukakan enam langkah analisis
do-
main, yaitu:
Langkah Pertama: Memilih satu hubungan semantik tunggal.
Pada tahap awal, sebaiknya peneliti etnografi (etnografer) memulai dengan
hubungan semantik universal dan kemudian setelah mendapatkan sejumlah
domain, peneliti melanjutkan dengan hubungan semantik yang diekspresikan
informan.
Langkah Kedua: Menyiapkan satu lembar kerja analisis.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Dalam memahami, memaknai, atau mencari ensensi dari bahan-bahan


catatan lapangan dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan
kemampuan dan ke- biasaan peneliti. Ada yang menggaris catatan penting dan
menuliskan kembali di pinggir catatan tersebut. Kesukarannya adalah kalau
lembaran catatan lapangan te- bal sehingga susah membalik-baliknya. Untuk

425 425
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

mengurangi yang demikian, sebaiknya disiapkan satu lembar kerja analisis,


sehingga sangat membantu Anda dalam mene- mukan domain yang melekat dalam
kalimat yang diucapkan informan.
Setiap lembaran kertas kerja analisis domain menuntut Anda memasukkan
in-
formasi tertentu, sebelum memulai pencarian,
yaitu: (1) Hubungan semantik yang dipilih.

426 426
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

(2) Statement dalam bentuk yang diekspresikan.


(3) Contoh kalimat dari budaya yang memiliki istilah tercakup, hubungan
semantik, dan satu istilah pencakup.
Selanjutnya, istilah tercakup dan pencakup segera ditulis setelah Anda
mengiden- tifikasinya dari wawancara dan catatan lapangan (lihat Gambar 16.2).
Penggunaan lembaran kerja analisis domain secara sistematis akan membantu
Anda dalam meng- ungkap domain yang belum terungkap dan melekat dalam
kalimat yang diucapkan oleh responen Anda maupun catatan lapangan yang Anda
tulis sebelumnya.

1. Hubungan Semantik :
..............................................................................................................................................
2. Bentuk :
..............................................................................................................................................
3. Contoh :
..............................................................................................................................................
Istilah Tercakup Hubungan Semantik Istilah Pencakup
............................................. ..........................................................
....... Adalah jenis dari .........
............................................. ..........................................................
....... .........
.............................................
.......
.............................................
.......

Pertanyaan Struktural :
...........................................................................................................................................
Istilah Tercakup Hubungan Semantik Istilah Pencakup
............................................. ...............................................................
....... ....
............................................. ...............................................................
....... ....
.............................................
.......
.............................................
www.facebook.com/indonesiapustaka

.......

Pertanyaan Struktural :
...........................................................................................................................................

427 427
Langkah Ketiga: Memilih sampel dari sebuah entri lapangan atau
pernyataan
(statement) informan.
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data
Dalam hal ini peneliti dapat memilih beberapa cuplikan pembicaraan yang
sudah ditranskripsikan dan pragmen-pragmen pembicaraan dengan informan.
Telusuri dengan saksama sehingga menemukan domain yang tepat.
Langkah Keempat: Cari istilah cover dan istilah tercakup yang mungkin
meleng-
kapi hubungan semantik.
Pencarian ini bukan membaca makna kalimat yang disampaikan seseorang,
tetapi peneliti membaca dengan matanya (dengan suatu pertanyaan dalam
hatinya” Istilah mana yang bisa menjadi salah satu jenis dari sesuatu) untuk mencari
istilah-is- tilah yang sesuai dengan hubungan semantiknya.

428 428
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

Langkah Kelima: Ulangi pencarian domain-domain menggunakan


hubungan semantik yang berbeda.
Langkah Keenam: Buat sebuah daftar semua domain yang sudah
terindentifikasi. Peneliti dapat memilah-milah dalam satu kategori dengan
mengisolasi kategori tersebut dari kategori yang lain dan juga melihat hubungan
dalam konteks kategori yang lain. Setiap domain mempunyai batas (boundary)
namun unsur ini sering kali tidak diketahui informan, sampai ia mengatakan
sesuatu, seperti “bukan”; itu bukan
pohon, tetapi semak.
Catatan lapangan wawancara dengan informan pelayan wanita di Brady’s Bar
Suatu meja yang berisikan tujuh laki-laki menjadikan saya sangat sedih. Masing-masing dari
mereka memberikan pesanan secara terpisah, tidak bersama-sama seperti umumnya dilakukan
oleh kaun laki-laki. Mereka pun semuanya ingin membayar dengan rekening yang besar. Saya
memesankan empat Buda dan memberi gelas. Mereka akhirnya memutuskan untuk tidak meng-
gunakan gelas. Saya pusing, tetapi saya tetap tersenyum dan mengatakan “Maaf”. (Spradley,
1980, alih bahasa Misbah Zulfa Elizabeth, 2006, hlm. 142).

Dari catatan lapangan tersebut, dapat dilakukan analisis awal unsur-unsur


do-
main sebagai berikut.
DOMAIN

Cover term
(istilah pencakup) Menyusahkan pelayan

Semantic relationship
Cara yang membuat
(Hubungan semantik)

Included term Mem esan


(Istilah tercakup) secara t erpisah

Boundary
(Batas)
www.facebook.com/indonesiapustaka

GAMBAR 16.4 Unsur-unsur Dasar dalam Suatu Domain.

Contoh catatan data yang


lain:

429 429
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

Sore hari di bulan Desember 1957, seorang kakek tua berjalan dengan tertatih-tatih membawa
suatu bungkusan dan seorang anak kecil umur 10 tahun mengikutinya di belakang. Setiba di dekat
persimpangn jalan, lima orang pemuda tanggung usia 17-an, dengan mata melotot meng-
hampirinya serta merampas barang bawaannya. Tarik-menarik terjadi, namun pak tua tidak
berdaya di hadapan mereka. Anak kecil tadi menangis melihat penderitaan pak tua memperta-

430 430
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

hankan barang bawaannya serta memanggil orang di seklilingnya. Masyarakat datang berbon-
dong-bondong membantu pak tua, namun maling telah pergi. Beberapa waktu kemudian pak tua
menghampiri anak kecil tadi, dengan senyum sambil berkata: mereka itu teman kita nak, biarkan
mereka pergi.

Istilah pencakup
Kehidupan
(Cover)

Hubungan semantik
(Semantic relationship) Adalah B gian Dari

Istilah tercakup
(Included term) Kekerasan, Kesedihan

Hasil analisis domain dilanjutkan dengan langkah berikutnya dalam


penelitian etnografi yaitu mengajukan pertanyaan struktural. Namun kalau hasil
analisis do- main belum memuaskan, peneliti kembali pada langkah sebelumnya
untuk meleng- kapi informasinya.

c. Analisis Taksonomi
Dalam sekuen penelitian maju berkelanjutan Spradley, setelah melakukan
ana- lisis domain, peneliti melakukan langkah penelitian ketujuh; yaitu
mengajukan per- tanyaan struktural dan kemudian diikuti analisis taksonomi.
Dalam penelitian ini taksonomi diartikan sebagai serangkaian kategori yang
tersusun pada basis suatu hubungan semantik tunggal. Bedanya dengan domain,
taksonomi menampilkan le- bih banyak hubungan di antara sesuatu di dalam
domain budaya. Dalam langkah sebelumnya sampai dengan analisis domain
peneliti telah menemukan banyak simbol dan berbagai hubungan di antara simbol
tersebut secara keseluruhan. Di antara do- main yang banyak sebagai hasil
www.facebook.com/indonesiapustaka

sementara setelah mengikuti alur penelitian sebelum- nya dan melangkah pada
kegiatan mengajukan pertanyaan struktural; pilihlah, apa yag telah merupakan
temuan/fokus sementara dan kemudian “dikejar” lagi dalam upaya menggali
domain-domain lain yang tersimpan dan terpendam dalam pikiran informan.

431 431
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

Bebarapa pertimbangan yang digunakan untuk memilih fokus sementara,


yaitu:
1) Domain yang dominan dan mengatur.
2) Saran dari informan.

432 432
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

(3) Strategi etnografi.


(4) Kepentingan teoretis.
Sesuai dengan fokus sementara yang telah ditetapkan peneliti dan
dilengkapi dengan langkah (7) mengajukan pertanyaan struktural, peneliti
mengkaji ulang dan teknik khusus untuk menampilkan ke permukaan hal-hal yang
masih tersimpan pada informan secara holistik melalui analisis yang mendalam.
Untuk ini peneliti hiduplah dalam lingkungan hidup informan yang sesungguhnya.

1) Langkah-langkah Analisis Taksonomi


Dalam melakukan analisis taksonomi, ada beberapa langkah yang
dipedomani sebagai berikut:
a) Pilihlah satu domain untuk analisis taksonomi.
Dalam konteks ini pilihlah salah satu domain yang istilah tercakupnya
terbanyak dikumpulkan sesuai dengan situasi yang menjadi fokus penelitian
etnografi. Pe- lajari informan, di mana waktu paling banyak digunakannya
dalam kehidupan- nya sesuai dengan fokus sementara yang dijadikan objek
dan sasaran penelitian. Di samping itu informan lainnya mempunyai
pengetahuan yang melekat dengan fokus dan lokasi penelitian. Dengan
demikian, domain pertama yang dijadikan fokus adalah struktur penjara.
Peneliti memeriksa kembali catatan lapangan dan mulai mengajukan
pertanyaan struktural mengenai jenis-jenis penghuni dalam penjara dan
seterusnya. Kemudian rangkum dan sajikan data tersebut.
b) Melihat kesamaan berdasarkan hubungan semantik yang sama.
Pada langkah kedua ini, peneliti kembali mengidentifikasi tiga hubungan di
an- tara istilah pencakup dan istilah tercakup berdasarkan data yang
dikumpulkan langkah pertama. Dalam hal ini, yang dilakukan mencari
kesamaan berdasarkan hubungan yang sama.
c) Mencari subbagian yang memungkinkan didapat beberapa istilah tercakup
www.facebook.com/indonesiapustaka

tam-
bahan.
Peneliti mengingat kembali istilah tercakup yang telah ditemukan dalam
suatu domain, dan kemudian mengajukan pertanyaan struktural dengan
mengguna- kan istilah cover. Umpama dalam penelitian jenis saksi:

433 433
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

Apakah semua perbedaan jenis saksi?


Untuk menemukan istilah tercakup tambahan itu, peneliti perlu mengajukan pertanyaan struktural
pada setiap istilah tercakup. Dalam penelitian Hanson (1978) (Emzir, 2010) ten- tang: “Orang Tua
dan Anak-anak dalam Museum”. Dalam mengidentiikasi orang tua:

434 434
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

Apakah semua jenis dari orang tua?

ORANG TUA
Adalah jenis dari
Dosen direktur rekresi pemotong rambut
Guru pekerja penjaga anak
Pemandu pemotong rumput tutor

Apakah semua jenis dari guru?

GURU Adalah
jenis dari Dosen
Tutor
Penjawab pertanyaan
Pemimpin diskusi

d) Mencari domain yang lebih luas, lebih inklusif, yang dapat masuk ke dalam
sub-
bagian dari domain yang sedang Anda analisis.
Setelah tahap tiga dan mendapatkan beberapa istilah tercakup tambahan
pe- neliti mencari domain yag lebih luas dan masuk ke dalam domain yang
dianalis, dengan meminta informan mengidentifikasikan, dengan menunjuk
pada sesuatu yang lebih besar.
Itu evergreen
Peneliti memformulasikannya dalam pertanyaan struktural yang tepat.
Apa saja jenis pohon evegreen?
Informan akan menjawab dengan suatu daftar yang panjang istilah orang-orang yang diteliti.
Selanjutnya peneliti melanjutkan pertanyaan istilah tercakup:
Apakah evergreen merupakan salah satu jenis dari sesuatu?
Menemukan evergreen merupakan salah satu bagian dari domain yang lebih besar, yaitu
pepohonan.

e) Buatlah suatu taksonomi sementara.


www.facebook.com/indonesiapustaka

Suatu taksonomi dapat disajikan dalam beberapa bentuk, yaitu diagram


kotak, rangkaian garis atau dalam bentuk garis besar. Berikut ini salah satu
kerangka diagram garis:

435 435
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

Istilah Pencakup

A B C D

1 2 3 1 2

a b a b

f) Formulasikan pertanyaan struktural untuk membuktikan berbagai


hubungan taksonomik dan memperoleh berbagai istilah baru dalam analisis
Anda. Beberapa contoh untuk domain yang ada di dalam penjara:
Apa saja jenis polisi yang ada di penjara?
Apakah petugas pencatat adalah salah satu jenis polisi?
Apakah tukang kue adalah salah satu jenis petugas dapur?

g) Lakukan wawancara struktural tambahan.


Analisis dan informasi taksnomi sementara itu harus peneliti periksakan
kem- bali kepada informan. Untuk itu peneliti perlu menyiapkan sejumlah
pertanyaan struktural agar lebih banyak yang dapat dikembangkan selama
wawancara. Cara mengecek kebenaran analisis bukan dengan menunjukkan
taksonomi sementara kepada informan, melainkan dengan jalan meminta
informan untuk menunjuk- kan cara mereka menggunakan istilah orang yang
sedang diteliti.
h) Buatlah satu taksonomi yang lengkap.
Pada saat tertentu peneliti dapat menghentikan pengumpulan data dan
mem-
buat taksonomi yang relatif dianggap
lengkap.

d. Analisis Komponensial
www.facebook.com/indonesiapustaka

Setelah melakukan analisis taksonomi, alur kegiatan selanjutnya yaitu meng-


ajukan pertanyaan kontras (langkah 9). Pertanyaan kontras itu dapat dilakukan da-
lam beberapa bentuk, antara lain: (a) pertanyaan untuk membuktikan
perbedaan; (b) pertanyaan perbedaan lansung; (c) pertanyaan perbedaan diadik;

436 436
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

(d) pertanyaan perbedaan triadik; (e) pertanyaan yang memilih rangkaian


kontras; dan (f) perta- nyaan bertingkat (rating). Semuanya itu dimaksudkan
untuk melengkapi dan me- nemukan makna budaya lebih mendalam, terperinci
dan holistik sekaitan dengan makna budaya dan data serta informasi yang
dikumpulkan melalui langkah-langkah sebelumnya. Peneliti terus
menyempurnakan (kalau peneliti merasa belum lengkap

437 437
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

datanya), namun langkah kesepuluh dapat dilanjutkan, yaitu analisis


komponensial.
Analisis komponensial merupakan mencari ciri-ciri spesifik pada setiap
srtuktur internal dengan mengontraskan antar-elemen atau dapat juga dikatakan
pencarian secara sistematis atribut (komponensial, budaya) yang berhubungan
dengan sim- bol budaya. Dengan demikian, analisis komponensial mencakup
keseluruhan pro- ses pencarian berbagai kontras, pemilihan berbagai kontras,
pengelompokan sebagai dimensi kontras, dan memasukkan semua informasi ini
ke dalam suatu paradigma. Analisis komponensial mencakup pula pembuktian
informasi ini pada informan dan juga mengisi informasi yang kurang.
Agar analisis komponensial dilakukan dengan benar, ikuti langkah-langkah
se-
bagai berikut:
Langkah pertama : Pilihlah suatu rangkaian kontras untuk dianalisis.
Langkah kedua : Temukan semua kontras yang telah ditemukan
sebelumnya.
Langkah ketiga : Siapkan suatu kertas kerja paradigma.
Langkah keempat : Identifikasi dimensi kontras yang mempunyai nilai kembar.
Langkah kelima : Gabungkan dimensi-dimensi kontras yang sangat terkait
men-
jadi dimensi kontras yang mempunyai nilai ganda.
Langkah keenam : Siapkan pertanyaan kontras untuk memperoleh atribut
yang hilang serta dimensi kontras yang baru.
Langkah ketujuh : Lakukanlah observasi dan wawancara selektif untuk
memper-
oleh informasi yang diperlukan.
Langkah kedelapan : Siapkan suatu paradigm yang lengkap.
Dengan mengikuti langkah di atas, perbedaan yang muncul dari pertanyaan
kon- tras akan memungkinkan peneliti untuk mengambil perbedaan yang telah
www.facebook.com/indonesiapustaka

ditemu- kan, mengorganisasikan secara sistematis, serta mengidentifikasi


butir-butir yang hilang dan menyajikan sejumlah komponensial, dan makna dari
sejumlah perbedaan.

e. Analisis Tema Budaya

438 438
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

Analisis tema-tema budaya merupakan kegiatan analisis bagian akhir


sebelum peneliti menulis etnografi sebagai produk akhir penelitiannya. Spradley
merumuskan tema budaya sebagai prinsip kognitif yang bersifat tersirat maupun
tersurat, berulang dalam sejumlah domain dan berperan sebagai suatu hubungan
di antara berbagai subsistem makna budaya. Dengan demikian, tema budaya
merupakan unsur-unsur dalam peta kognitif yang membentuk suatu kebudayaan.
Tema terdiri dari sejumlah simbol yang tersambung melalui hubungan yang
mempunyai makna. Prinsip kognitif adalah sesuatu yang dipercaya masyarakat
dan diterima sebagai suatu yang sah dan

439 439
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

benar. Oleh karena itu, suatu prinsip kognitif selalu dalam bentuk penegasan,
suatu asumsi umum berdasarkan pengalaman mereka. Tema-tema budaya itu
mungkin tertulis dan dapat juga tidak tertulis (dalam hal tersirat), berupa
perkataan rakyat, ungkapan yang berulang, moto, dan pepatah. Di samping itu
jangan dilupakan bah- wa tema adalah pernyataan yang memiliki tingkat
generalisasi yang tinggi.
Tema sebagai suatu hubungan berarti menghubungkan sub-subbagian dari
sua- tu budaya, yang memenuhi hubungan semantik umum di antara
domain-domain. Pencarian tema dapat pula diartikan sebagai suatu cara untuk
menemukan hubung- an atau pencarian hubungan di antara domain dan
hubungan di antara semua variasi bagian-bagian latar budaya keseluruhan.
Beberapa cara yang dapat digunakan etnografer dalam menemukan
tema-tema budaya berikut:

1) Melebur dalam Kehidupan Masyarakat


Tema-tema budaya memang luluh dalam kehidupan masyarakat
masing-ma- sing, kadang-kadang tidak selamanya muncul kepermukaan sehingga
sulit diamati kalau peneliti datang hanya dalam waktu seketika. Oleh karena itu,
strategi yang tepat adalah peneliti etnografer melebur dalam kehidupan
masyarakat yang diteliti. Peneliti hidup dalam kehidupan masyarakat baru, dan
membiarkan kehidupan pe- neliti dialihkan oleh kebudayaan baru itu. Peneliti
berinteraksi dalam budaya baru, mengamati dan mendengarkan informan. Dalam
konteks yang demikian tema-tema budaya sering kali muncul. Suatu hal perlu
diingat analisis tema-tema budaya dapat saja berlangsung terus tanpa memutus
waktu untuk kegiatan lain. Jangan diartikan suatu langkah selesai tidak akan
kembali pada waktu berikutnya, sebab mungkin masih banyak yang terpendam
dan belum terjangkau yang perlu dijemput kembali sebelum menulis etnografi.

2) Membuat Inventarisasi Budaya


www.facebook.com/indonesiapustaka

Sampai dengan langkah analisis tema budaya ini (walaupun masih bergulir
ke- giatan penyempurnaan dan pengungkapan data/informasi yang masih
tersimpan), data dan informasi yang terkumpul sudah sangat banyak dan juga
sudah dilakukan berbagai analisis sebelumnya. Pada analisis tema ini dapat
dilakukan dengan mem- buat inventarisasi budaya berdasarkan data dan

440 440
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 16 • Teknik Analisis Data

informasi yang sudah terkumpul, antara lain: (1) membuat daftar berbagai
domain budaya; (2) membuat daftar ber- bagai domain yang mungkin tidak
teridentifikasi; (3) kumpulkan salinan sket semua peta yang dikemukakan
informan; (4) buatlah daftar contoh verbal dari pengalaman konkret; dan (5)
inventarisasi data yang beraneka ragam.

441 441
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

3) Mencari Kemiripan di Antara Berbagai Dimensi Kontras


Strategi lain untuk menemukan tema-tema budaya yaitu mempelajari secara
intensif dan mendalam berbagai dimensi kontras dari semua domain yang telah
di- analisis secara detail. Berbagai dimensi kontras itu akan menunjukkan konsep
yang lebih umum.

4) Mengidentiikasi Domain yang Mengatur


Seperti juga dalam analisis domain untuk fokus sementara, dalam
menemukan tema budaya dapat pula dilakukan dengan mengidentifikasi domain
yang mengatur dalam suasana budaya. Domain-domain yang didasarkan pada
hubungan “Y” meru- pakan salah satu tahapan “Y. Oleh karena itu salah satu cara
yang ampuh digunakan dalam menemukan tema budaya adalah dengan memilih
satu domain yang mengor- ganisasi untuk analisis internal, seperti serangkaian
peristiwa yang terkait.

5) Membuat Diagram Skematis tentang Latar Budaya


Strategi lain yang dapat digunakan dalam menemukan tema budaya adalah
memvisualisasikan hubungn di antara berbagai domain. Dapat dimulai dengan
mem- buat diagram skematis. Bebarapa diagram yang dibuat dapat pula
mempermudah dan memperjelas hubungan dalam menulis etnografis.
www.facebook.com/indonesiapustaka

442 442
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Andai kata belum paham kembali pelajari
Bab 16.

1. Coba Saudara jelaskan, apakah yang dimaksud dengan analisis data kualitatif dalam
konteksnya dan holistik?
2. Dalam penelitian kuantitatif, data dianalisis kalau data sudah terkumpul seluruhnya se- dangkan
dalam penelitian kualitatif data dianalisis bersamaan dengan proses pengumpulan data. Coba
jelaskan apakah perbedaan kedua cara tersebut.
3. Coba Saudara kemukakan beberapa saran dari Bogdan dan Biklen dalam menganalisis data
kualitatif.
4. Miles dan Huberman mengemukakan pola umum pengolahan mengikuti model alir. Coba jelaskan
apa yang dimaksudkannya model alir tersebut.
5. Coba Saudara jelaskan lowchart di bawah ini:

6. Coba Saudara jelaskan langkah-langkah Sekuens Penelitian Maju Bertahap seperti yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

disarankan Spradley.
7. Coba Saudara jelaskan bagaimana hubungan antara istilah pencakup (cover), hubungan se- mantik,
dan istilah tercakup.
8. Bagaimanakah caranya Saudara melakukan analisis domain?

443 443
BAGIAN KETIGA: METODE PENELITIAN KUALITATIF

9. Bagaimanakah caranya kalau Saudara melakukan analisis komponensial model Spradley?


10. Coba Saudara jelaskan bagaimanakah cara sebaiknya dalam menemukan tema-tema bu- daya?
www.facebook.com/indonesiapustaka

424
Bagian Keempat
PENELITIAN GABUNGAN
(MIXED RESEARCH)

Pada Bagian Keempat ini dibicarakan tentang penelitian gabung- an


(mixed research), sehingga peneliti dapat menggunakan peneli- tian
kuantitatif dan kualitatif secara sinergis, baik secara bersamaan maupun
sekuensial. Pada Bab 17 dibicarakan tentang: Pengertian dan Perkembangan
Penelitian Gabungan, sedangkan pada Bab 18 dikemukakan: Beberapa
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Re- search).
www.facebook.com/indonesiapustaka
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)

Bab 17
PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN
PENELITIAN GABUNGAN

A. PENGERTIAN PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)


Beberapa dasar pemikiran yang melatarbelakangi mengapa penelitian
gabungan kuantitatif dan kualitatif (mixed research) dikembangkan, berawal dari
ketidakpuas- an para peneliti, setelah mencermati secara mendalam kelemahan
yang dihasilkan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Perdebatan pada
1970-1980-an, memberi wa- hana baru dan kebermaknaan penelitian gabungan
bagi penelitian sosial. Sebagai ilustrasi cermati contoh berikut:
Fenomena sosial dalam
masyarakat:
Strata sosial ekonomi warga masyarakat dalam wilayah X sangat bervariasi. Ada yang
berpendapatan tinggi, namun banyak yang menengah. Tidak sedikit pula yang berada di lapis
bawah. Di antara orang tua yang kelas ekonominya tergolong tinggi dan menengah, pola
pengasuhan anaknya di rumah tidak semuanya baik dan berhasil, sebaliknya banyak pula orang
dari keluarga berpenghasilan rendah dan tidak mempunyai posisi dalam ma- syarakat, pola
pengasuhan anaknya baik serta berhasil mendidik anaknya ke tingkat yang lebih tinggi. Bahkan
banyak pula orangtua yang mampu ekonominya, yang menyerahkan pengasuhan anaknya kepada
pengasuh (baby sister), dan mereka sibuk dengan tugas di luar rumah; pergi pagi hari dan pulang
malam hari. Sebaliknya, ada juga warga masyarakat dari kelas ekonomi rendah, karena derita
kehidupan pola pengasuhan anaknya tidak mendapat perhatian sama sekali.

Fenomena di atas membuka peluang untuk diteliti, karena adanya


kesenjangan (gap), baik dilihat secara teoretis maupun tuntutan praktis di
lapangan. Penelitian manakah yang baik digunakan?
www.facebook.com/indonesiapustaka

Kedua penelitian dapat digunakan, yaitu penelitian kuantitatif dan


penelitian kualitatif; tergantung apa tujuan penelitian yang diharapkan. Peneliti yang
“beralir­ an” kuantitatif lebih cenderung menggunakan pendekatan kuantitatif
karena kata “keterkaitan” status sosial ekonomi dan pola pengasuhan anak. Kedua

426 426
variabel da- pat menggiring pada jenis penelitian korelasional; data dapat
dikumpulkan dengan

427 427
BAB 17 •
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Pengertian dan Perkembangan Penelitian Gabungan

menggunakan instrumen angket dan waktu penelitian lebih pendek. Secara


spesifik peneliti kuantitatif (korelasional) hanya mendeskripsikan hubungan antara
status so- sial ekonomi masyarakat dengan pola asuh orangtua warga masyarakat
Kecamatan X tahun 2011, judul penelitian: Hubungan Strata Sosial Warga
Masyarakat dengan Pola Asuh Orangtua dalam Keluarga pada Kecamatan X
Tahun 2011, atau studi tentang Strata Sosial Warga Masyarakat dan Pola Asuh
Orangtua dalam Keluarga serta Hubungan Timbal Balik antara Strata Sosial dan
Pola Asuh Orangtua (Suatu Studi Deskriptif Korelasional pada Warga Masyarakat
Kecamatan X Tahun 2011).
Kalau penelitian ini dilakukan dengan baik, dengan mengikuti dan
melaksana- kan kaidah-kaidah penelitian korelasional, maka hasilnya akan dapat
disusun dengan baik: deskripsi strata sosial dan pola asuh orangtua, serta dapat
diketahui besaran korelasi antara strata sosial dan pola asuh orangtua. Kelemahan
yang menonjol yaitu data yang dikumpulkan adalah data yang sudah berlalu, karena
instrumen yang digu- nakan adalah angket. Data yang didapat terlepas dari
keadaan yang sesungguhnya; artificial, bukan alami dan bukan kontekstual. Di
samping itu, peneliti kuantitatif yang menggunakan jenis penelitian korelasional
hanya akan menampilkan hasil pe- nelitian: hubungan satu variabel dengan variabel
lain, tetapi tidak membicarakan apa, mengapa, dan bagaimana hubungan itu. Hal
itu terjadi karena sejak awal rancangan penelitian telah “digiring” ke arah itu
dan instrumen yang digunakan hanya satu jenis, bukan multimethod, sehingga
banyak data yang seharusnya dapat dikumpul- kan kalau menggunakan penelitian
gabungan, namun tidak dilakukan.
Peneliti lain yang beraliran kualitatif, menggunakan penelitian kualitatif
dengan mempersempit wilayah penelitian pada suatu desa dalam Kecamatan X tahun
2011, dengan judul: Strata Sosial dan Pola Asuh Orangtua Warga Desa A
Kecamatan X Tahun 2011.
Instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri, dengan melakukan
observasi dan interviu serta metode lain terhadap informan penelitian. Teknik
www.facebook.com/indonesiapustaka

sampling yang digunakan adalah snowball sampling. Seandainya peneliti


melakukan penelitian de- ngan benar; kontekstual, alami (natural setting),
induktif, holistik, dan melakukan triangulasi dengan baik dan benar; serta
menghentikan kegiatan setelah makna dida- pat dengan baik, maka penelitian

428 428
BAB 17 •
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Pengertian dan Perkembangan Penelitian Gabungan

kualitatif sudah benar dilaksanakan. Walaupun telah dilakukan dengan benar,


hasilnya tidak dapat digeneralisasikan pada daerah yang lebih luas atau wilayah
lain, karena bersifat kontekstual. Di samping itu, waktu penelitian yang digunakan
lebih lama.
Ketidakpuasan terhadap kelemahan penelitian kuantitatif maupun
kualita-
tif, maka pada awal 1990-an peneliti mencoba menggunakan penelitian
gabungan

429 429
BAB 17 •
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Pengertian dan Perkembangan Penelitian Gabungan

(mixed research), yaitu menggabungkan penelitian kuantitatif dan kualitatif


dalam meneliti satu masalah. Tashakkori dan Teddlie (2003) menyatakan:
Mixed research is a general type of research (it’s one of the three paradigms) in which quanti-
tative and qualitative methods, techniques, or other paradigm characteristics are mixed in one
overall study (2003).

Adapun Lofgreen (2006) mengemukakan bahwa penggabungan dilakukan


pada fase yang berbeda dalam proses penelitian. Ia mengemukakan:
“Combined the qualitative and quantitative approaches in different phases of the research pro-
cess.”

Dalam mixed method research peneliti menggunakan metode atau teknik


pene- litian kualitatif pada satu fase dan menggunakan metode dan teknik
penelitian kuan- titatif pada fase yang lain atau sebaliknya, sedangkan mixed model
research di mana peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam
satu proses peneli- tian. Oleh karena itu, mixed research dapat dilakukan secara
serempak (concurrent) dan dapat pula secara sekuensial (sequential), dalam satu
masalah atau aspek yang ingin diteliti sehingga didapat hasil yang lebih utuh dan
komprehensif terhadap suatu fenomena atau masalah yang diteliti.

B. PERKEMBANGAN PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)


Sebenarnya penelitian gabungan, muncul secara konseptual pada saat
Tashak- kori dan Teddlie (1998) menampilkan overviu penelitian gabungan
dalam bukunya Mixed Methodology: Combining Qualitative and Quantitative
Approachs, namun ka- lau dilihat ke belakang masih banyak ahli lainnya yang
menampilkan karya sebagai dampak ketidakpuasan kalau hanya menggunakan
penelitian kualitatif atau kuanti- tatif. Di antaranya:
1. Fase formative: Campbell dan Fiske (1959) dalam penelitian tentang sifat-si-
fat psikologis manusia telah menggunakan berbagai metode dan teknik
(mul- ti-methods and multitraits) pada saat pengumpulan data tentang
www.facebook.com/indonesiapustaka

sifat-sifat individu. Mereka mengembangkan multitrait, dan matriks


multimethod untuk mengetahui variasi atribut dalam kepribadian seseorang.
Dilanjutkan oleh Sie- ber (1973) dan Jick (1978).
2. Fase Debat: Pada 1970-an-1980-an diwarnai oleh masa debat antara pro
dan kontra tentang apakah penelitian kuantitatif ataukah kualitatif yang lebih

430 430
BAB 17 •
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Pengertian dan Perkembangan Penelitian Gabungan

tepat dan benar untuk memecahkan suatu masalah penelitian, karena


penelitian kuali- tatif berbeda asumsi dasarnya kalau dibandingkan dengan
kuantitatif. Penelitian kuantitatif dengan filosofi dasarnya positivism,
sedangkan penelitian kualitatif

431 431
BAB 17 •
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Pengertian dan Perkembangan Penelitian Gabungan

berpijak pada constructism. Rosman dan Wilson (1985) mencoba


mendiskusi- kan ke arah penggabungan penelitian kualitatif dan kuantitatif,
sedangkan Bry- man (1988) mencoba mereviu perdebatan dan menetapkan
hubungan di antara penelitian kualitatif dan kuantitatif.
3. Fase priode pengembangan prosedur. Pada tahun 1989, Greece, Cara-celli,
dan Graham merupakan tiga ahli dalam bidang evaluasi, menulis artikel dengan
men- coba mengidentifikasi dan mengklasifikasikan tipe proses penelitian
gabungan kuantitatif dan kualitatif, sedangkan Cresswell (1994)
mengidentifikasi tiga tipe rancangan penelitian gabungan. Selanjutnya 1998,
Tashakkori dan Teddlie me- nerbitkan overviu mengenai metode penelitian
gabungan kualitatif dan kuanti- tatif, dan berikutnya pada tahun 2000
Bamberger menerbitkan tulisan dengan judul International Policy Mixed
Methods Research.
4. Fase Pembelaan (Advocacy) Penelitian Gabungan
Fase ini ditandai dengan pesatnya minat terhadap penelitian gabungan,
dengan munculnya berbagai terbitan yang berhubungan dengan penelitian
gabungan (mixed research), seperti: Hanbook of Mixed Research in Social
an Behavioral Research Tashakkori & Teddlie, 2003a), J.H. Cresswell;
Research Design: Qual- itative, Quantitative and Mixed Research Design,
2003; serta berbagai artikel dalam mixed research lainnya.
Empat tahap di atas merupakan pilar penyangga perkembangan penelitian
ga- bungan yang belakangan ini mulai populer digunakan, dengan model-model
yang lebih variatif.

C. KEKUATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN GABUNGAN


Setelah para peneliti melakukan analisis kritis terhadap kekurangan dan
ke- kuatan penelitian kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan filosofi yang dianut
oleh masing-masing aliran/penelitian dalam memecahkan masalah yang diteliti,
www.facebook.com/indonesiapustaka

seperti telah disinggung di atas, para peneliti mencoba mencari orientasi baru
dengan men- coba menggabungkan penelitian kuantitatif dan kualitatif sehingga
menggunakan istilah penelitian gabungan (mixed research atau mixed method).
Secara eksplisit dasar-dasar pertimbangan yang digunakan sebagai berikut:

432 432
BAB 17 •
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Pengertian dan Perkembangan Penelitian Gabungan

1. Penelitian gabungan membantu peneliti menjawab pertanyaan yang tidak


dapat dijawab kalau hanya menggunakan salah satu pendekatan penelitian.
Peneliti kuantitatif tidak mungkin menyediakan jawaban “apa”,
“mengapa”, “bagaimana” secara lebih mendalam dan kontekstual, kalau
peneliti tersebut ha- nya menggunakan instrumen kuesioner, tes, atau skala.

433 433
BAB 17 •
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Pengertian dan Perkembangan Penelitian Gabungan

Umpamanya:
Para peneliti di bidang pendidikan, tidak dapat menjawab pertanyaan:
Mengapa mutu pendidikan di Indonesia seakan-akan jalan di tempat dewasa ini?
Bagaimanakah pola dasar perencanaan pendidikan yang mampu meningkatkan
kreativitas siswa?

Peneliti kualitatif tidak mungkin menjawab pertanyaan:


Ke manakah hasil penelitan ini dapat digeneralisasikan?
Berapakah sumbangan/kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat?

Apabila dilakukan penelitian gabungan, baik secara sekuensial maupun


konkuren, pertanyaan seperti di atas akan dapat dijawab dengan baik. Dari
sisi lain dapat juga dikemukakan bahwa berhubung karena penelitian
gabungan menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif, maka hasil
penelitian dengan menggunakan penelitian kuantitatif dapat dibuktikan atau
dicek lagi melalui penelitian kuali- tatif atau sebaliknya, sehingga triangulasi
menjadi lebih mantap, bermakna, dan logis.
2. Penelitian gabungan menyediakan kekuatan dan lebih sedikit kelemahan
diban- dingkan kalau peneliti hanya menggunakan penelitian kuantitatif atau
kualitatif. Berhubung karena penelitian gabungan memadukan penelitian
kuantitatif dan kualitatif, kelemahan penelitian kuantitatif dapat
diminimalkan oleh penelitian kualitatif, sebaliknya kelemahan penelitian
kualitatif dapat pula diminimalkan oleh penelitian kuantitatif. Kelemahan
penelitian gabungan menjadi lebih sedi-
kit, antara lain waktu penelitian menjadi lebih lama dan juga dibutuhkan
ke-
mampuan peneliti yang lebih
luas.
3. Penelitian gabungan menyediakan bukti-bukti lebih
komprehensif.
Berhubung karena penelitian gabungan menggunakan kedua bentuk peneli-
tian, maka data kuantitatif dapat dikumpulkan dengan menggunakan
www.facebook.com/indonesiapustaka

penelitian kuantitatif. Berbarengan dengan itu, data kualitatif juga


dikumpulkan dengan menggunakan penelitian kualitatif. Dengan tersedianya
data kualitatif dan kuan- titatif sesuai dengan masalah dan fenomena yang
diteliti, data yang terkumpul jauh lebih lengkap, komprehensif, dan

434 434
BAB 17 •
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Pengertian dan Perkembangan Penelitian Gabungan

menyeluruh. Data tersebut menyediakan bukti-bukti terpadu dan utuh tentang


masalah/aspek yang diteliti.
4. Menggabungkan penelitian kuantitatif dan kualitatif secara kritis dan kreatif,
lebih memungkinkan peneliti menyingkap dan mengatasi masalah yang
diteliti secara lebih tajam dan komprehensif. Penelitian gabungan menyediakan
pema- haman yang lebih mendalam tentang suatu masalah yang diteliti,
dibandingkan dari kalau hanya digunakan penelitian kuantitatif atau penelitian
kualitatif.

435 435
BAB 17 •
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Pengertian dan Perkembangan Penelitian Gabungan

5. Penelitian gabungan memberanikan peneliti menggunakan berbagai


paradigma/
pandangan dalam memecahkan suatu masalah yang
diteliti.
Tidak dapat dimungkiri, peneliti yang memilih penelitian gabungan sejak
dini sadar bahwa ia tidak lagi terikat hanya pada paradima positivism dan
post pos- itivism atau hanya pada paradigma constructism. Peneliti telah
menggabung- kan paradigma tersebut, termasuk juga pragmatisme dalam
penelitiannya, dan dilakukan secara benar dan konseptual.
6. Penelitian gabungan memungkinkan peneliti bebas menggunakan berbagai
cara
(methods) sesuai dengan masalah yang
diteliti.
Apabila peneliti memilih penelitian gabungan, berarti peneliti dapat memilih
dan menggunakan berbagai metode dan instrumen pengumpulan data yang
sesuai dengan masalah yang diteliti. Peneliti dapat menggunakan kuesioner
serta me- lakukan wawancara maupun observasi atau teknik pengumpulan data
yang lain serta lebih sesuai dengan jenis data yang akan dikumpulkan.
7. Penelitian gabungan menyediakan gambaran umum dan komprehensif.
Apabila peneliti menggunakan penelitian kuantitatif pada tahap pertama
kegiat- an, peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian yang bersifat artifisial,
deduktif dan luas serta terbatas dalam kedalamannya. Gambaran yang lebih
luas dan terbatas itu akan menjadi gambaran lebih umum, apabila secara
bersamaan atau pada tahap berikutnya diikuti dengan penelitian kualitatif;
yang lebih konteks- tual, induktif, dan idealis. Melalui penggunaan pendekatan
kualitatif tahap dua atau berbarengan, peneliti akan lebih mampu memberikan
gambaran umum se- hingga dapat meminimalkan kekurangan-kekurangan.
8. Terstruktur, serta mengutamakan proses dan produk.
Mengingat penelitian gabungan berangkat dari konsep menggabungkan,
www.facebook.com/indonesiapustaka

me- madukan, atau mencampurkan penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam


pelak- sanaannya sesuai dengan alur masing-masing, baik konkuren maupun
sekuen- sial, maka rancangannya harus terstruktur sejak awal mulai pada saat
menyusun proposal penelitian, dan menghasilkan produk yang jelas dan
bermakna. Di samping itu, penggunaan penelitian kualitatif menuntut

436 436
BAB 17 •
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Pengertian dan Perkembangan Penelitian Gabungan

“proses” pelaksanaan penelitian harus dilakukan dengan baik dan benar,


sehingga hasil penelitian ter- padu dengan baik dan benar. Oleh karena itu,
penelitian gabungan terstruktur dengan jelas dan benar sejak awal
dilaksanakan sesuai dengan proses yang se- sungguhnya, sesuai dengan
rancangan yang dipilih dan menghasilkan produk/ hasil penelitian sesuai
dengan kondisi riil di lapangan.
Di samping beberapa kekuatan penelitian gabungan seperti yang
diutarakan

437 437
BAB 17 •
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Pengertian dan Perkembangan Penelitian Gabungan

tersebut, beberapa kelemahan dan hambatan dalam melakukan penelitian


gabungan sebagai berikut:
1. Membutuhkan sumber biaya yang lebih besar kalau dibandingkan dengan
hanya menggunakan salah satu penelitian.
2. Keterampilan peneliti.
Penelitian gabungan membutuhkan keterampilan yang lebih luas dan
kompleks. Peneliti gabungan harus mampu dan menguasai keterampilan
melaksanakan penelitian kualitatif, di samping ia juga menguasai dan
mampu melaksanakan penelitian kuantitatif dengan baik. Apabila ia hanya
menggunakan salah satu pe- nelitian dengan baik, maka ia akan mengalami
kesukaran dalam melaksanakan penelitian gabungan.
3. Organisasi tim penelitian.
Tugas yang akan dilaksanakan lebih luas dan kompleks, dibandingkan
kalau hanya memilih salah penelitian, maka organisasi tim penelitian menjadi
lebih banyak, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

438 438
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Andai kata kurang paham baca kembali
uraian pada Bab 17.

1. Apakah yang dimaksud dengan penelitian gabungan (mixed research)?


2. Apakah perbedaan antara penelitian gabungan dan metode gabungan?
3. Coba Saudara jelaskan tahap perkembangan penelitian gabungan!
4. Benarkah penelitian gabungan lebih banyak nilai positif daripada nilai negatifnya? Coba
jelaskan mengapa demikian?
5. Penelitian gabungan menghasilkan temuan yang lebih komprehensif. Benarkah demikian?
6. Benarkah penelitian gabungan menekankan proses dan produk dalam pelaksanaan peneli- tian di
lapangan? Apakah itu mungkin dilakukan dengan baik?
7. Jelaskan dengan contoh mengapa penelitian gabungan banyak digunakan oleh perusa- haan!
8. Benarkah penelitian gabungan sulit dilaksanakan? Kemukakan alasan Saudara.
www.facebook.com/indonesiapustaka

433 433
Bab 18
BEBERAPA BENTUK PENELITIAN
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)

A. BENTUK PENELITIAN GABUNGAN


Pada bagian awal telah disinggung bahwa penelitian gabungan dapat
dibedakan dalam dua bentuk, yaitu:
1. Konkuren gabungan.
2. Sekuensial gabungan.
Penelitian gabungan dalam bentuk konkuren, di mana peneliti secara
serempak menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif terhadap masalah yang
diteliti. Bo- bot masing masing penelitian digunakan secara seimbang dan
terintegrasi. Peneliti sejak awal telah menyusun desain penelitian dengan
rancangan terpadu.
Model strategi konkuren dapat pula
dibedakan: (a) Strategi Triangulasi Konkuren.
(b) Strategi Embedded Konkuren.
(c) Strategi Tranformatif
Konkuren.
Strategi triangulasi konkuren yaitu melakukan pengumpulan dan analisis
data sesuai dengan masing-masing penelitian, dan kemudian hasil dibandingkan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Kuantitatif Kualitatif

Pengumpulan Data Pengumpulan Data

Analisis Data Analisis Data

434 434
Hasil Analisis Data Dibandingkan

GAMBAR 18.1 Model Triangulasi Konkuren.

436 436
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

Adapun strategi embedded konkuren, penelitian kuantitatif menginduk/di


da- lam/melekat dalam penelitian kualitatif, atau sebaliknya penelitian kualitatif
di da- lam/menginduk/melekat pada penelitian kuantitatif. Dalam hal ini
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan. Analisis temuan
dilakukan secara
bertahap dan pada akhirnya integrasi temuan.

Kual Kuan
ATAU

KUAN KUAL

Analsis Temuan Analsis Temuan Analsis Temuan Analsis Temuan

Integrasi Temuan Integrasi Temuan

GAMBAR 18.2 Model Embedded Konkuren.

Mungkin juga dalam bentuk lain, strategi embedded dapat juga disusun
sebagai berikut:

KUAN: KUAN:
Intervensi Interpretasi
Data dan Data dan
Hasil Pretest Posttest

KUALITATI
FProses
www.facebook.com/indonesiapustaka

Pada strategi transformatif konkuren, pengumpulan data kuantitatif dan


kua- litatif dilakukan secara bersamaan. Prioritas kuantitatif atau kualitatif atau
keduanya. Integrasi hasil dilakukan pada tahap analisis, ketika peneliti
meleburkan (merging), menghubungkan (connecting), dan melekatkan

435 435
(embedded) dua kata yang berbeda, namun dapat juga sepanjang tahap
interpretasi.Teori pasti ada pada saat kerangka konseptual dan advokasi.
Selanjutnya perhatikan
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIANGambar
18 •18.3.
GABUNGAN
BAB (MIXED RESEARCH)
Beberapa Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

436 436
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

KUAN & atau KUAL


KUAL &
KUAN

Analisis Data dan Analisis data dan


Integrasi Temuan Sekaligus Integrasi Temuan Sekaligus

GAMBAR 18.3 Model Transformatif Konkuren.

Penelitian gabungan dalam bentuk sekuensial, di mana peneliti


menggunakan kedua penelitian secara berurutan. Pada tahap pertama peneliti
dapat menggunakan penelitian kuantitatif, kemudian dilanjutkan dengan
penelitian kualitatif. Sebaliknya dapat juga dilakukan, peneliti mulai dengan
penelitian kualitatif dan kemudian pada tahap berikutnya dilanjutkan dengan
penelitian kuantitatif. Beberapa model strategi penelitian gabungan sekuensial
sebagai berikut:
(a) Strategi Eksplanatoris Sekuensial.
(b) Strategi Eksploratoris Sekuensial.
(c) Strategi Transformatif
Sekuensial.
Strategi eksplanatoris sekuensial merupakan salah satu strategi penelitian
ga- bungan yang cukup popular, karena strategi ini pada prinsipnya dibangun
oleh kelompok yang condong menggunakan penelitian kuantitatif, dan untuk
mendapat- kan informasi lebih lanjut dan mendalam tentang hasil temuan yang
mengejutkan dilanjutkan dengan menggunakan penelitian kualitatif. Dengan
kata lain peneliti gabungan setelah melakukan analisis data kuantitatif
menemukan hasil yang menge- jutkan, maka hasil tersebut ditelusuri lebih lanjut
dengan penelitian kualitatif. Proses pengabungan dilakukan setelah proses awal
www.facebook.com/indonesiapustaka

kuantitatif menginformasikan hasil per- lunya pengumpulan data kualitatif.


Kuantitatif Kualitatif

437 437
Pengumpulan Data Analisis Pengumpulan Data Analisis

BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN


BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)
Kesimpulan

GAMBAR 18.4 Model Eksplanatoris Sekuensial.

438 438
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

Kelemahan rancangan ini adalah waktu yang terlalu lama dalam penelitian
dan tidak seimbang antara kuantitatif dan kualitatif, karena prioritas diberikan
pada kuantitatif.
Penelitian gabungan dengan menggunakan strategi eksploratoris
sekuensial, diawali dengan pengumpulan dan analisia data dengan penelitian
kualitatif sebagai tahap pertama, dan kemudian dilanjutkan dengan menggunakan
penelitian kuantita- tif berdasarkan hasil tahap pertama. Oleh karena itu prioritas
utama menggunakan penelitian kualitatif untuk mengeksplorasi/menjelajahi
masalah yang diteliti. Proses pengabungan diawali pada saat menghubungkan
hasil analisis data kualitatif dan
pengumpulan data kuantitatif.
Kualitatif Kuantitatif

Pengumpulan Data Analisis Pengumpulan Data Analisis

Kesimpulan

GAMBAR 18.5 Model Eksploratoris Sekuensial.

Strategi transformatif sekuensial ini terdiri dari dua tahap pengumpulan


data, yaitu pengumpulan data kuantitatif dan diikuti dengan pengumpulan data
kualitatif atau sebaliknya. Proses penggabungan data terjadi ketika peneliti
menggabungkan antardua data penelitian (kualitatif dan kuantitatif).
KUANTITATIF KUALITATIF

Pengumpulan data Pengumpulan data

Data Kuantitatif Digabungkan dengan Data Kualitatif


www.facebook.com/indonesiapustaka

Analisis

Kesimpulan

GAMBAR 18.6 Model Transformatif Sekuensial.

439 439
Peneliti yang melakukan penelitian gabungan tidak ubahnya ia melakukan
dua penelitian dalam memecahkan satu masalah yang ingin dikaji secara lebih
teliti,
BAGIANwa- laupun
KEEMPAT: tidak BAB
persis
PENELITIAN 18 sama
GABUNGAN betul.RESEARCH)
• Beberapa
(MIXED Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

440 440
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

B. LANGKAH-LANGKAH UMUM RANCANGAN PENELITIAN


GABUNGAN
Sebelum melangkah menggunakan penelitian gabungan, pahami dahulu
kekuat- an peneliti, dan jangan lupa memahami keterbatasan penelitian
gabungan. Setelah semuanya terjawab dengan tuntas dan positif, barulah
mempertimbangkan masalah yang akan diteliti dan tujuan penelitian: apakah cocok
kalau menggunakan penelitian gabungan (mixed research).
Secara konseptual rancangan penelitian gabungan tidaklah dapat
dipisahkan dari bentuk penelitian gabungan mana yang dipilih: sekuensial ataukah
paralel/kon- kuren-ekuivalen; ataukah lebih dominan-kurang dominan; ataukah
multilevel. Se- lanjutnya perlu pula diketahui apakah tujuan penelitian pada
masing-masing bentuk tersebut. Hal itu dimaksudkan untuk memilih tipe
penelitian manakah yang cocok dengan masing-masing tersebut, baik pada
kelompok penelitian kuantitatif maupun dalam kelompok penelitian kualitatif.
Secara sederhana langkah-langkah penelitian
gabungan sebagai berikut:
Apakah desain mixed research
cocok dan tepat digunakan
terhadap masalah
1
Susun laporan
8 2
Tentukan dasar rasional
penelitian
penggunaan mixed research

Interpretasi
7 3 Pilih mixed method atau
data mixed research

Validasi data 6 4 Kumpulkan data


5
Anasis data
www.facebook.com/indonesiapustaka

GAMBAR 18.7 Langkah-langkah Umum Penelitian Gabungan.

Sebelum peneliti melangkah pada langkah keempat, dan seandainya memilih


bentuk rancangan kuantitatif dan kualitatif sekuensial, maka peneliti harus

441 441
mulai dengan identifikasi masalah; studi literatur; merumuskan tujuan;
penyusunan instru- men; validasi instrumen; penentuan populasi dan sampel;
baru
BAGIANpengumpulan data,BAB
KEEMPAT: PENELITIAN sampai
18 •selesai.
GABUNGAN (MIXEDSelanjutnya
RESEARCH)
Beberapa memasuki
Bentuk Penelitian urutan
Gabungan (Mixedpenelitian
Research)
kualitatif, ikuti pula lang-

442 442
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

kah-langkah penelitian kualitatif sesuai dengan jenis penelitian kualitatif yang


dipilih
(grounded theory methodology, ataukah ethnography ataukah studi kasus).
Kalau yang dipilih rancangan triangulasi konkuren, berarti secara
berbareng- an penelitian kuantitatif dan kualitatif dilaksanakan. Oleh karena
itu, ikuti lang- kah-langkah penelitian kuantitatif sesuai dengan jenis penelitian
yang dipilih, sedang- kan untuk penelitian kualitatif juga demikian. Secara umum
rancangan triangulasi konkuren berikut:

KUANTITATIF KUALITATIF
Masalah Studi Masalah Identiikasi
Literatur Identiikasi Masalah Fokus
Masalah Batasan & Penelitian
Rumusan Masalah

Hipotesis Pertanyaan Penelitian

Populasi & Sampel


Subjek Penelitian

Penyusunan Instrumen Pemilihan Teknik


(Angket, Skala, Pengumpul Data (Interviu,
dan lain-lain) Observasi, Dokumen)

Pengumpulan Data Pengumpulan Data

Jenis Data (Nominal, Data Teks, Rekaman,


Ordinal, Interval, dan Kumpulan Dokumen,
lain-lain) dan lain-lain

Analisis Data Kuantitatif


Analisis Data Kuantitatif (Coding, Analisis Tema,
(Analisis Statistik) Analisis Konten dan
sebagainya)
www.facebook.com/indonesiapustaka

HASIL AKHIR
Bandingkan hasil analisis data kuantitatif
dan hasil analisis data kualitatif

443 443
DIAGRAM 18.1 Rancangan Penelitian Gabungan Triangulasi Konkuren.

BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN


BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

444 444
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

C. BEBERAPA TIPE PENELITIAN GABUNGAN


(MIXED RESEARCH) YANG SERING DILAKUKAN
Masalah yang dihadapi dan akan diteliti serta tujuan yang ingin dicapai
merupa- kan kata kunci dalam menentukan pilihan, sambil menujuk ke dalam diri
mampukah saya? Peristiwa yang sering terjadi dewasa ini: tawuran antarpelajar,
timbul bebe- rapa pertanyaan:
■ Apakah tawuran merupakah kebiasaan siswa sekolah menengah dewasa
ini?
■ Mengapa siswa banyak yang tawuran tahun 2011?
■ Faktor-faktor apakah yang menyebabkan siswa tawuran?
■ Bagaimana proses terjadinya tawuran?
■ Apakah terdapat hubungan antara tawuran pelajar dan waktu belajar
yang kurang efektif?
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti dapat melaksanakan penelitian
gabung-
an, kombinasi beberapa tipe/bentuk penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Umpama:
Faktor-faktor determinan siswa sekolah menengah tawuran dan “model” pencegahannya.
1. Menemukan faktor-faktor penyebab siswa tawuran dapat dilakukan dengan peneli- tian
kuantitatif tipe kausal komparatif (causal comparative) atau tipe deskriptif. Data yang
terkumpul dengan menggunakan angket adalah persepsi semua siswa tentang tawuran,
karena sangat sulit untuk menemukan yang sesungguhnya, karena terlepas dari konteksnya.
Berikutnya (sekuensial) atau mungkin berbarengan (paralel), ambil subjek penelitian yang
sering tawuran, dan dekati mereka melalui studi kasus (cases studies). Bagian ini merupakan
penelitian kualitatif. Selanjutnya bandingkan hasil pe- nelitian dengan tipe kausal komparatif
dan hasil penelitian studi kasus. Cari dan temu- kan benang merah penyebab siswa menengah
tawuran.
2. Berdasarkan hasil temuan pada 1 (faktor-faktor penyebab), baru disusun “model”
pencegahannya dengan mengikuti langkah-langkah:
a. Susun draf model dengan mengikuti acuan model pengembangan yang dipilih. b.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Draf model divalidasi oleh pakar dalam bidang model yang dikembangkan.
c. Revisi model berdasarkan saran pada butir “b”.
d. Model yang telah diperbaiki, validasi lagi melalui kelompok diskusi terfokus (focus
group discussion). Kegiatan dapat dilakukan berulang kali sampai peneliti yakin bahwa
model secara konseptual dan bahasa digunakan, betul-betul sudah memenuhi

445 445
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

persyaratan construct validaty, content validaty, face validity, serta ke- tepatan
penggunaan bahasa.
e. Sebelum model tersebut beredar di masyarakat, peneliti perlu lagi melakukan uji

446 446
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

coba terbatas, kemudian disempurnakan lagi berdasarkan saran uji coba kelom- pok
terbatas. Selanjutnya lanjutkan dengan uji coba sampel yang luas. Periksa dengan teliti
dan sempurnakan lagi berdasarkan saran yang diberikan kalau ada kesalahan. Lakukan
secara berulang, sampai peneliti yakin model yang disusun sudah benar dan siap
dipasarkan .
3. Produk hasil penelitian berupa model pencegahan siswa tawuran siap di dipasarkan.

Masalah pada contoh tersebut dapat pula dikembangkan dengan mengikuti


bentuk penelitian gabungan yang lain, seperti rancangan dominan–kurang
dominan atau rancangan multilevel. Beberapa tipe metode gabungan (mixed
method) akan dikemukakan pada uraian selanjutnya.

1. Analisis Isi (Content Analysis)


a. Pengertian
Analisis isi sudah sangat lama dikembangkan. Lebih dari 60 tahun yang
lalu. The Webster’s Dictionary of the English Language mendaftarkan sejak
1961, de- ngan sasaran utama anilisis surat kabar di USA. Pada fase pertama
ini disebut de- ngan tema utama Quantitative Newspaper Analysis. Munculnya
Quantitative Content Analysis. Pada fase berikutnya Quantiative Content Analysis
banyak digunakan da- lam psikologi untuk menilai sikap (attitudes), dan di bidang
politik, Lasswell (1938) memandang komunikasi publik dalam konteks teori
psikoanalisis politik. Muncul- nya Quantitative Content Analysis karena tututan
untuk menilai pasar/massa su- rat kabar dan minat dalam opini publik, sehingga
pendekatan kuantitatif jauh lebih menguntungkan, tepat sasaran, dan waktu
digunakan relatif lebih pendek apabila di- bandingkan dengan apabila
menggunakan kualitatif. Oleh karena itu, untuk menilai volume cetak koran dan
pendapat publik maka analisis isi kuantitatif sangat tepat dan bermakna. Namun
sebaliknya, kalau diarahkan untuk mengungkap mengapa itu terjadi, kualitatif lebih
dominan.
Bernard Berelson mendefinisikan: Content analysis as defined as “a
www.facebook.com/indonesiapustaka

research technique for the objective, systematic, and quanlitative description of


manifest con- tent of communications” (Berelson,1952: 18). Analisis isi (content
analysis) dapat diartikan sebagai menganalisis dokumen atau transkrip yang
telah ditulis dengan rekaman komunikasi verbal, seperti surat kabar, buku, bab
dalam buku, tajuk surat kabar, esai, hasil interviu, artikel, dan dokumen yang

447 447
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

bersifat historis dan sejenisnya. Pada bagian lain, Bernard Berelson


mendefinisikan: Content analysis as “a research technique for the objective,
systematic, and qualitative description of manifest content of communications”
(Berelson,1952: 74).Berelson dalam perumusan yang kedua ini menekankan
bahwa analisis isi merupakan teknik penelitian untuk mendapat-

448 448
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

kan gambaran objektif, sistematis, dan kualitatif mengenai isi komunikasi,


walaupun masih tetap dimungkinkan counting dalam penyajian datanya.
Krippendorff mengemukakan: Content Analysis is a research techniques
for making replicable and inferences from data their context (Krippendorff, 1980:
21). Dengan demikian, analisis isi dalam arti luas merupakan suatu teknik analisis
un- tuk membuat suatu kesimpulan/keputusan dari berbagai dokumen tertulis
maupun rekaman, dengan cara mengidentifikasi secara sistematis dan objektif
suatu pesan/ message atau data/informasi dalam konteksnya. Dengan kata lain,
dalam perspek- tif ini, foto videotape, dapat dibuat dan diberi makna dalam teks;
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis isi; dengan terlebih dahulu
mendudukkan kriteria se- leksi dan analisis. Holti (1968:598) menjelaskan bahwa
prosedur analisis isi adalah:
The inclusion or exclusions of content is done according to consistently applied criteria of selec-
tion; this requirement eliminates analysis in which only material supporting the investigator’s
hypothesis are examined.

Secara tipikal analisis isi (content analysis) dalam media surat kabar adalah
tipe penelitian yang memfokuskan pada isi aktual dan internal tajuk media. Hal
itu di- gunakan untuk menentukan “kehadiran” kata-kata tertentu, konsep,
tema, frase, karakter, dan kalimat dalam teks atau suatu set teks. Dengan
demikian, analisis isi dilakukan dengan menghitung jumlah kata, dengan asumsi
bahwa kata-kata (words) lebih sering diperhatikan sehingga merefleksikan
kepedulian yang jauh lebih besar. Seandainya peneliti menggunakan analisis isi
(content analysis), hendaklah sejak dini menetapkan kriteria seleksi dan konsisten
mengaplikasikannya, sehingga peneli- ti tidak terjebak oleh berbagai pertimbangan
subjektif dan personal. Lebih buruk lagi kalau peneliti hanya mencari data untuk
menjawab pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.
Analisis isi dimaksudkan untuk menguji artikel yang ditulis atau rekaman
ko- munikasi yang sudah berlangsung, atau digunakan juga untuk aspek yang lebih
www.facebook.com/indonesiapustaka

luas, seperti pemasaran, literatur dan retorik, etnografi dan studi budaya, gender,
sosiolo- gi dan ilmu politik, maupun psikologi dan pendidikan. Analisis isi
merefleksikan pula relasi sosio dan psikolinguistik. Analisis isi dimungkinkan pula
untuk: (1) menentu- kan keadaan emosional dan psikologis seseorang atau
kelompok;(2) menggambar- kan sikap dan respons psikologis seseorang dalam

449 449
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

berkomunikasi; (3) mendeteksi keberadaan propaganda; dan (4)


mengidentifikasi perhatian, fokus atau arah komu- nikasi seseorang atau
kelompok. Dalam arti luas, melalui penelitian kualitatif tipe analisis isi (content
analysis), peneliti dapat menguji benda, barang hasil kecerdasan manusia
(artefact) yang merupakan produk komunikasi sosial.

450 450
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

b. Tipe Analisis Isi (Content Analysis)


Analisis Isi dapat dibedakan atas dua kategori, yaitu: (1) analisis konseptual
dan
(2) analisis hubungan. Tiap kategori akan dibicarakan pada uraian berikut.

1) Analisis Konseptual
Tipe ini sering digunakan untuk menetapkan eksistensi dan jumlah konsep
da- lam suatu teks yang dicatat, karena konsep secara implisit dan eksplisit dianggap
baik sebelum memulai suatu proses. Hal itu dilakukan dengan mengidentifikasi
perta- nyaan penelitian dan memilih subjek. Teks yang dipilih harus diberi kode dan
digu- nakan sebagai salah satu cara untuk mereduksi pilihan, yang merupakan
ide sentral analisis isi. Dengan memecah isi materi menjadi bermakna dan
berhubungan dalam unit informasi, barulah karakteristik pesan dianalisis dan
diintepretasikan. Umpa- ma: dalam menguji suatu teks, jumlah kata-kata positif
mewakili argumen setuju; sedangkan jumlah kata-kata negatif melambangkan
argumen menantang. Dalam contoh ini, peneliti hanya menekankan jumlah kata,
sedangkan soal bagaimananya dilanjutkan analisis hubungan.

2) Analisis Hubungan (Relational Analysis)


Analisis hubungan dibangun untuk menguji hubungan di antara konsep
dalam suatu teks. Hal yang pertama dilakukan adalah menetapkan kemungkinan tipe
kon- sep yang akan dieksplorasi dan dianalisis. Jangan terlalu banyak kategori
yang dipi- lih, karena akan membawa pada kesimpulan yang kurang dapat
dipercaya.

c. Keuntungan dan Kelemahan Analisis Isi


Beberapa keuntungan analisis isi sebagai berikut:
1) Melihat wajah secara langsung melalui/via komunikasi teks atau manuskrip.
Hal itu merupakan aspek sentral dalam interaksi sosial.
www.facebook.com/indonesiapustaka

2) Dapat menyediakan nilai historis/pemahaman kultural sepanjang waktu


melalui analisis teks.
3) Suatu cara tidak langsung dalam menganalisis interaksi.
4) Menyediakan pemahaman ke arah model berpikir manusia yang kompleks
dan juga dalam penggunaan bahasa.

451 451
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

5) Memadukan metode kuantitatif dan kualitatif (mixing method).


Adapun beberapa kelemahan analisis isi sebagai berikut:
1) Cenderung menyederhanakan dengan hanya menghitung jumlah kata-kata.
2) Dapat menggunakan waktu yang banyak dalam menghitung dan mencari
rela-

452 452
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

sional konsep dalam suatu teks.


3) Terjadi kesalahan apabila analisis relasional digunakan untuk level
interpretasi yang lebih tinggi.
4) Terjadi reduksi dalam teks yang kompleks.
Walaupun analisis isi telah digunakan cukup lama, dan telah memadukan
ber- bagai metode kuantitatif dan kualitatif dalam memecahkan masalah
penelitian, pe- neliti harus berhati-hati dalam menggunakannya. Lakukan
pertimbangan yang ma- tang. Beberapa pertanyaan pembantu:
■ Apakah masalah yang akan saya teliti cocok diteliti dengan jenis penelitian
analisis isi?
■ Mampukah saya?
■ Pertimbangan yang matang sangat diperlukan agar dapat
meminimalkan pemborosan waktu dan biaya serta kesalahan
pengukuran (error of meas- urement) dan kekurangtepatan temuan
penelitian.

2. Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)


a. Pengertian
Penelitian dan pengembangan (Research and Development = R&D) pada
uraian ini merupakan mixed research atau mixed method maupun multimethod.
Hal itu sa- ngat ditentukan oleh pilihan peneliti, kemampuan peneliti, dan tujuan
pengembang- an yang dirumuskan.Perhatikan beberapa cuplikan berikut ini:
Pada umumnya, kegiatan R&D dilaksanakan oleh unit khusus atau pusat
pe- ngembangan perusahaan, universitas, atau agen lembaga negara. Dalam
kon- teks perdagangan, penelitian dan pengembangan berorientasi ke masa
datang, dan kegiatan yang berlangsung lama. Dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi menggunakan pendekatan ilmiah (scientific research) tanpa
menetapkan hasil (outcomes) pengembangan terlebih dahulu
www.facebook.com/indonesiapustaka

(predetermined) dan dengan pera- malan hasil perdagangan yang lebih luas.
R&D merupakan kegiatan penyelidikan dalam upaya memilih upaya untuk
me- ngembangkan produk atau prosedur atau memperbaiki produk atau
prosedur yang sudah ada. R & D merupakan salah satu cara oleh

453 453
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

pengusaha/bisnis untuk dapat bertumbuh dengan cepat, dengan


mengembangkan produk atau proses dan mungkin memperbaiki proses yang
ada.
Dalam dunia bisnis, R & D adalah fase dalam kehidupan (keberlanjutan)
produk yang dipertimbangkan dalam fase konsep produk (product’s
‘conception’). Jika

454 454
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

hasil penelitian ilmu dasar dan terapan lemah, kurang dapat dipercayai
validitas dan reliabilitasnya, maka perlu dilaksanakan fase penelitian
(research phase). Jika temuan hasil penelitian tentang model, produk yang
akan dikembangkan dapat dipercaya, maka peneliti dapat langsung pada
fase pengembangan (de- velopment phase), dengan hanya melakukan analisis
lebih mendalam serta cross check terhadap data dan informasi yang sudah
ada, sambil mencari informasi tambahan yang masih diperlukan.
Penelitian dan pengembangan telah menempati posisi yang sangat
bermakna; baik di dalam dunia bisnis maupun di bidang sains dan teknologi
serta ilmu sosial dan humaniora. Kegiatan penelitian dan pengembangan
dilakukan dengan mak- sud: (1) mengembangkan produk baru; dan (2)
menemukan dan menciptakan ilmu pengetahuan baru tentang model dan hal-hal
yang ramai dibicarakan secara ilmiah dan teknologis, dengan tujuan membuka dan
memungkinkan pengembangan pro- duk baru menjadi barang berharga, proses
lebih efisien, serta layanan lebih optimal dan menyenangkan.
Dewasa ini, banyak dunia usaha/bisnis menggunakan R &D sebagai salah
satu upaya penyangga utama dalam memajukan dan meningkatkan dunia
usahanya, demikian juga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pada pusat pengembangan universitas, walaupun masing-masing unit
menggunakan pola dasar yang berbeda. Penelitian dan pengembangan (R & D)
memadukan dua fase, yaitu penelitian (research) dan pengembangan
(development), namun bukan dimaksudkan untuk memperlama atau
memperpanjang waktu dalam menghasilkan produk baru bahkan sebaliknya.
R&D satu kesatuan kegiatan yang mencakup dua fase.
Penelitian untuk menghasilkan teori, mungkin membutuhkan waktu uji
sampai lima tahun dan kemudian pengembangan produk baru pada kesempatan
lain lagi. Untuk pengembangan produk dibutuhkan lagi 5-10 tahun. Memadukan
kedua ke- giatan itu dalam satu kesatuan, dengan pendekatan terpadu akan mampu
www.facebook.com/indonesiapustaka

mempendek waktu yang digunakan untuk menghasilkan produk baru. Oleh karena
itu, penelitian dan pengembangan (R & D) jauh lebih luas dari penelitian
pengembangan (research development), namun mampu memperpendek waktu
menghasilkan produk baru.

455 455
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara sistematis, objektif, dan
logis dengan mengendalikan atau tanpa mengendalikan berbagai aspek /variabel, tentang suatu
fenomena, produk, model, maupun fakta yang diteliti, termasuk di dalamnya tuntutan permin- taan
dan kebutuhan pasar masa datang, baik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan
kualiatif, maupun gabungan keduanya. Adapun pengembangan merupakan proses meng-
aplikasikan pengetahuan (hasil penelitian) untuk menciptakan produk, proses, model, jasa, atau
perlengkapan baru yang lebih baik yang memenuhi kebutuhan dan tuntutan pasar.

456 456
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan merupakan usaha


sistematis, objektif, logis, dan terkendali dalam menemu kenali masalah dan
memilih upaya pengembangan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan
teknologi (model dan desain), dan/atau produk baru, sehingga mampu
meningkatkan daya saing dan me- menuhi permintaan pasar yang berubah dengan
cepat sekali. Dalam kaitan itu, pe- nelitian dasar (basic research) dan penelitian
terapan (applied research) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
penelitian pengembangan.

b. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan


Secara harfiah pada penelitian dan pengembangan terdiri dari dua kata,
yai- tu (1) penelitian dan (2) pengembangan, namun jangan dimaknai terjadi
pemisah- an di antara kedua kata dalam wujud pelaksanaan penelitian. Hasil
penelitian yang baik, benar dan tepat guna merupakan dasar dan fondasi dalam
pengembangan mo- del, desain atau produk yang akan dihasilkan. Selama fase
pengembangan sampai menghasilkan produk, selalu mengikuti pola tertentu atau
langkah-langkah tertentu diawali dengan rancangan desain, pemantapan desain,
atau model atau produk. Se- lanjutnya uji coba empiris terbatas dan uji coba
empiris dengan subjek uji coba yang jauh lebih luas. Semuanya itu dilakukan
dengan mengikuti kaidah-kaidah penelitian yang baik dan benar.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan sebagai berikut:

1) Melakukan Penelitian Pendahuluan


Melakukan penelitian pendahuluan untuk menemukan pijakan awal aspek
yang akan diteliti andai kata peneliti belum meyakini validitas data hasil temuan
atau anali- sis yang sudah ada atau keautentikan dan keakuratan data kualitatif
yang sudah ada. Untuk itu lakukanlah analisis kebutuhan dan analisis silang
terhadap data (kuanti- tatif dan kualitatif) yang tersedia, dan kemudian posisikan
data tersebut (langkah pertama) dalam konstruk dan teori yang sudah ada.
www.facebook.com/indonesiapustaka

2) Pilih Salah Satu Aspek yang Akan Diteliti


Berdasarkan kondisi tersebut, batasi dan pilih salah satu aspek/fokus yang
esen- sial dan berdaya guna, mendesak dan perlu ditanggulangi, serta kuatnya
tuntutan masyarakat yang ingin berubah.

457 457
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

3) Susun Rancangan Penelitian dan Pengembangan


Pilih dan susun rancangan penelitian (penelitian gabungan) sesuai dengan
fo-
kus/aspek yang telah ditetapkan.

458 458
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

4) Pengumpulan Data
Lakukan penelitian secara mendalam (sesuai dengan rancangan yang telah
disu- sun, sehingga ditemukan esensi masalah, dapat berupa produk, proses,
program, maupun karakteristik yang sesungguhnya tentang fokus yang
dipermasalahkan, dari berbagai sudut pandang dan kondisi atau aspek-aspek
yang melatar belakanginya, termasuk permintaan, perbaikan, dan perubahan
tuntutan pasar yang bergerak de- ngan sangat cepat sekali. Untuk itu, penelitian
yang dilakukan diarahkan untuk men- cari dan menemukan manakah
ketimpangan yang sangat esensial dan perlu dianti- sipasi dengan tindakan
pengembangan model, desain, atau produk. Dalam tahap ini, peneliti harus
mampu meramalkan ke depan (forecasting) apa yang akan terjadi, tidak hanya
memercayai semata-mata hasil angket atau informasi yang disampaikan informan
penelitian. Oleh karena itu, pertanyaan seperti: apa yang terjadi, mengapa terjadi
dan bagaimana bisa terjadi, jangan diabaikan sehingga tindakan yang akan
disusun (model, desain, produk) mempunyai pijakan dasar yang kuat,
bermakna, dan berdaya guna, serta mampu memenuhi permintaan dan tuntutan
pasar yang berubah dengan cepat.

5) Susun Draf Tindakan Pengembangan


Susun draf desain tindakan pengembangan setelah melakukan analisis
menda- lam terhadap hasil langkah-langkah sebelumnya. Apakah akan muncul
draf model pengembangan atau desain pengembangan atau pengembangan
produk, sangat di- tentukan oleh bidang yang diteliti, kemampuan peneliti, dan
nilai manfaat serta tun- tutan pasar.

6) Validasi Ahli/Pakar
Draf model pengembangan atau draf desain pengembagan atau
pengembangan produk yang sudah siap, divalidasi oleh beberapa pakar/ahli
dalam program atau model atau produk yang akan dikembangkan. Validasi ini
www.facebook.com/indonesiapustaka

sangat penting sebelum melangkah pada kegiatan berikutnya. Ikuti pola validasi
yang benar dan sung- guh-sungguh, dan kemudian diolah secara kuantitatif atau
kualitatif sesuai dengan saran para pakar tersebut.

7) Revisi Draf Model Pengembangan

459 459
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

Merevisi draf model, atau draf desain atau draf program atau produk pengem-
bangan. Andai kata saran yang dikemukakan pakar cukup banyak yang berkaitan
va- liditas konstruk (construct validity) maupun validitas isi (content validity),
sebaiknya kembali mengikuti langkah keenam (uji coba pakar), dengan
menyerahkan kembali

460 460
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

draf yang sudah diperbaiki kepada pakar untuk ditimbang lagi. Dapat
menggunakan pakar yang lama atau meminta bantuan pakar lain dalam bidang
yang sama.

8) Uji Coba Terbatas


Untuk ini pilih responden dalam jumlah yang lebih banyak, dari berbagai
bidang keahlian yang terkait dengan model yang dikembangkan. Uji coba
terbatas untuk mendapatkan masukan tentang konstruk dan isi/konten draf
model yang dikem- bangkan, bukan untuk mencari validitas empiris atau uji
coba bahasa. Salah satu bentuk uji coba terbatas dapat dilakukan dalam bentuk
diskusi kelompok terfokus (focus group discussion).

9) Revisi Draf Model


Susun dan sempurnakan kembali draf model berdasarkan saran dalam diskusi
kelompok terfokus. Andai kata saran dalam diskusi kelompok terfokus banyak
yang perlu ditambahkan, lebih-lebih lagi kalau menyangkut konsep, sebaiknya
jangan melangkah dahulu pada langkah kesepuluh. Setelah direvisi, ikuti kembali
langkah kedelapan.

10) Uji Coba Empiris Terbatas


Uji coba model empiris dalam jumlah pengguna/pemakai secara terbatas.
Draf model pengembangan yang telah diyakini benar, berdasarkan pengujian
pada lang- kah-langkah sebelumnya, maka langkah kesepuluh melakukan uji
coba model/de- sain/produk secara empiris dalam jumlah terbatas. Dalam
langkah uji coba empiris ini, sudah harus didudukkan bentuk/pola uji cobanya,
sebab draf model yang di- ujicobakan pada sejumlah subjek dikatakan baik,
efektif, dan efisien dinyatakan da- lam bentuk apa. Apakah dalam bentuk
pengaruh antara sebelum mengikuti model dengan sesudah mengikuti model?
Ataukah akan melakukan tes di awal dan di akhir penggunaan model. Andai kata
akan dibuktikan dalam bentuk pengaruh, berarti uji coba empiris dilakukan melalui
www.facebook.com/indonesiapustaka

model penelitian eksperimen sungguhan (true ex- periment). Adapun kalau dengan
di awal atau di akhir saja, dapat dilakukan dengan eksperimen semu (quasi–
eksperiment).

461 461
BAGIAN KEEMPAT: PENELITIAN
BAB 18 • Beberapa
GABUNGAN (MIXED RESEARCH)
Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

Langkah ini sangat bermakna dalam menentukan ketepatan, kesesuaian,


keter- pakaian, keakuratan, dan kebergunaan model yang dikembangkan secara
empiris bagi pengguna model nantinya. Langkah kesepuluh ini dan beberapa
langkah beri- kutnya akan menentukan besaran (magnitude) validitas empiris
(empirical validity) model yang dikembangkan.

462 462
BAB 18 • Beberapa Bentuk Penelitian Gabungan (Mixed Research)

11) Revisi Draf Model


Berdasarkan semua masukan, saran, dan kritikan pada langkah kesepuluh,
pe- ngembang model melakukan penyempurnaan model, termasuk di dalamnya
perang- kat yang menyertainya dan juga perbaikan bahasa yang digunakan.

12) Uji Coba Empiris dengan Subjek Lebih Luas dan Banyak
Pola pelaksanaan uji coba ini mengikuti langkah kesebelas, namun subjek
uji coba lebih luas dan lebih banyak. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian dalam
pelak- sanaannya dan mencatat semua masukan, saran, dan kritikan dengan
hati-hati dan teliti.

13) Revisi Model


Berdasarkan semua masukan, saran, dan kritikan pada langkah keduabelas,
de- ngan subjek yang memberi masukan yang lebih banyak dan area lebih luas,
pengem- bang model melakukan penyempurnaan model, dan termasuk di dalamnya
perangkat yang menyertainya. Andai kata kritikan dan masukan masih banyak,
peneliti melaku- kan uji coba seperti langkah keduabelas dan kemudian
menganalisis masukan dan menyempurnakan model. Kegiatan ini dilakukan
sampai peneliti/pengembang yakin model sudah baik dan siap dipasarkan.

14) Pemassalan
Andai kata hasil revisi model yang terakhir sudah baik dan tidak ada lagi
sa- ran-saran perbaikan, maka langkah terakhir adalah pemassalan
model/desain/pro- duk yang sudah dihasilkan.
Model rancangan penelitian dan pengembangan banyak ditentukan oleh
keter- sediaan informasi terkait dengan model, desain, atau produk yang akan
dihasil- kan, serta hasil pengembangan apakah berupa model atau desain tentang
sesuatu ataukah akan menghasilkan sesuatu produk (barang) yang memenuhi
“selera”, layak jual, berdaya saing tinggi. Dalam kaitan dengan terakhir,
perusahaan atau lembaga mengembangkan tahapan pola yang lebih lengkap, yaitu:
(1) pra-R &D; (2) R &D; dan (3) post R & D, sehingga produk yang dihasilkan
www.facebook.com/indonesiapustaka

dan dipasarkan benar-benar efektif dan efisien serta menguntungkan.

463 463
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut. Andai kata kurang paham baca kembali
uraian pada Bab 18.

1. Jelaskan dengan contoh apakah perbedaan penelitian konkuren gabungan dan penelitian
sekuensial?
2. Jelaskan dengan contoh apakah yang dimaksud dengan strategi triangulasi konkuren da- lam
penelitian konkuren gabungan?
3. Jelaskan dengan contoh apakah yang dimaksud dengan strategi embedded konkuren dalam
penelitian konkuren gabungan
4. Jelaskan dengan contoh apakah yang dimaksud dengan strategi tranformatif konkuren da- lam
penelitian konkuren gabungan?
5. Jelaskan dengan contoh apakah yang dimaksud dengan strategi eksplanatoris sekuensial dalam
penelitian sekuensial gabungan?
6. Jelaskan dengan contoh apakah yang dimaksud dengan strategi eksploratoris sekuensial dalam
penelitian sekuensial gabungan?
7. Jelaskan dengan contoh apakah yang dimaksud dengan strategi transformatif sekuensial dalam
penelitian sekuensial gabungan?
8. Coba jelaskan dengan contoh, dua cara yang dapat dilakukan dalam analisis isi.
9. Coba jelaskan apakah yang dimaksud dengan penelitian dan pengembangan?
10. Pilih salah satu masalah yang dapat ditindaklanjuti melalui penelitian dan pengembangan.
Selanjutnya susun suatu rancangan penelitian dan pengembangan sesuai dengan pandang- an
Saudara.
www.facebook.com/indonesiapustaka

464 464
DAFTAR PUSTAKA

American Psychological Association. 1983. Publication Manual of the American


Psy- chological Association, (Edisi Revisi). Washington DC: Author.
Bailey, K.D. 1978. Methods of Social Research. New York: The Free Press.
Babbie, E. 1978. Survey Research Methods. California: Wadsworth Publishing
Com-
pany.
Backstrom, Ch,H. dan Cesar, H. 1982. Survey Research. USA: John Wiley &
Son. Berelson, Bernard. 1952. Content Analysis in Communication Research.
New York:
Free Press.
Berg, B.L. 2001. Qualitative Research Methods for the Social Sciences. Boston:
Allyn and Bacon.
Best, J.W. 1979. Research in Education. New Yersey: Allyn Bacon, Inc.
Bogdan, Robert C. and Biklen, Sari Knopp. 1982. Qualitative Research for
Educa- tion: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and
Bacon.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Bohnstedt, G.W., Knoke, D. 1982. Statistics for Social Data Analysis. Illinois:
F.E.
Peacock Publisher, Inc.
Borg, W.R. dan Gall, M.D. 1983. Educational Research: An Introduction. New
York: Longman.
Brannen, Julia. 1992. Mixing Methods: Qualitative and Quantuitative Research.
Ave-
bury: Ashagate Publishing Company.
Bogdan, R.C., & Biklen S.K. 1982. Qualitative Research for Education: An
Introduc- tion to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Daftar Pustaka

Brannen. Yulia (Ed.). 1995. Mixing Methods: Qualitatives and Quantitatives


Re- search. Aldershot: Avebury.
Budd, Richard.1967. Content Analysis of Communications. New York:
Macmillan
Company.
Bungin, Burhan. (Ed). 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
RajaGra-
findo Persada.
Burns, R.B. 1995. Introduction to Research Methods. Australia. Canberra:
Longman. Busha, Charles H. and Stephen P. Harter. 1980. Research Methods in
Librarianship:
Techniques and Interpretation. New York: Academic Press.
Campbell, D.T. & Stanley, J.C. 1966. Experimental and Quasi Experimental
Design for Research. Chicago: Rand McNally.
Cochran, W.G. 1959. Sampling Techniques. New York: John Wiley & Sons,
Inc. Cohen, L. dan Manion, L. 1980. Research Methods in Education. London:
Croom
Holm.
Conant, J.B. 1961. Science and Commonsence. New Haven: Yale University
Press. Creswell,J.W. 2009. Research Design; Qualitative, Quantitaive, and
Mixed Methods
Approaches. (3rd Ed.). Thousands Oaks. CA Sage Publication.
Creswell, J.W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and
Evaluating Quabtitative and Qualitative Reseach. Upper Saddle River. Nj,
Peardson Edu- cation, Inc.
-------------. 1999. Mixed Methods Research: Introduction and Application in
G.
Cizek (ed) Handbook of Educational Policy. San Diego: CA. Academic
www.facebook.com/indonesiapustaka

Press. Davis, James A. 1971. Elementary Survey Analysis. New Jersey:


Prentice-Hall, Inc. Denzin, Norman K., dan Lincoln Yvonna S. (Eds.). 1994.
Handbook of Qualitatives
Research. Thousand Oak. London: SAGE Publications.

452 452
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Daftar Pustaka

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2002. Panduan Pelaksanaan Penelitian


dan
Pengabdian kepada Masyarakat. (Edisi VI). Jakarta: Depdiknas.
Drever, J. Kamus Psikologi. Terjemahan oleh Nancy Simanjuntak 1986. Jakarta:
PT Bina Aksara.
Driyarkara ,N. 1980. Driyarkara tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Edward, A.L. 1957. Technique of Atttudes Scale Construction. New York:
Apple-
ton-Century-Crofts.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali
Pers, Devisi Buku Perguruan Tinggi, PT Raja Grafindo Persada.
Fisher, R.W. 1975. Science, Man & Society. Philadelphia: W.B. Sounders
Company.

453 453
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Daftar Pustaka

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. 1993. How to Design and Evaluate Research in
Edu- cation (2nd Ed ). New York: McGraw Hill-Inc.
Gay, L.R. dan Airasian, Peter. 2000. Educational Research. (6th, Ed). New
Jersey: Prentice-Hill, Inc.
Gay, L.R., Mills, G.E., Airasian, P. 2009. Educational Research, Competencies
for
Analysis and Applications. (Ninth Edition). New Yersey: Upper Saddle
River. Glaser, B.G., dan Strauss, A.L. 1980. The Discovery of Grounded
Theory: Strategy
for Qualitatives Research. New York: Aldine Publishing Company.
Grundy,S. Three Modes of Actions Research, dalam Kemmis, S., dan McTaggert,
R. (Eds). 1996. The Action Research Reader. (3rd Ed.). Geelong, Victoria:
Deakin University Press.
Hadi, Sutrisno. 1982. Statistik. Yogyakarta: Andi.
Heppner, P. Paul, Wampold Bruce R., and Kivlighan, Dennis M. Jr. 2008.
Research
Design in Counseling. (3th Ed). USA: Thomson, Brooks/Cole.
Hopkins, K.D., dan Stanley, J.C. 1981. Educational and Psychological
Measurement and Evaluation. New Jersey: Prentice Hill Inc. Englewood
Cliffs.
Hopkins, David. 2008. A Teacher’s Guide to Classroom Research. (Fourth Ed).
Eng-
land: McGraw Hill. Open University Press.
Isaac, S., dan Michael, W.B. 1980. Handbook of Research and Evaluation. San
Die-
go. California: Edits Publishers.
Johnson, Andrew P. 2005. A Short Guide to Action Research. Boston: Pearson
Edu-
cation.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Krathwohl, D.R. 1977. How to Prepare a Research Proposal, 2nd Ed. Syracuse.
NY: Syracuse University Bookstore.
Kemany, J.G. 1959. A Philosophers Looks at Science. New Jersey: D.Van
Nortrand
Co. Princeton.

454 454
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Daftar Pustaka

Kemmis, S. dan Mc Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. (3rd Ed.).
Aus-
tralia: Deakin University Press.
Kerlinger, F.N. 1973. Foundation of Rehavioral Research. New York: Holt,
Rinehart and Winston, Inc.
Krippendorff, Klaus.1980. Contents Analysis: An Introduction to Its
Methodology.
Biverly Hills, London: SAGE Publications, Inc.
Kuhn, Th. 1970. The Structure of Scientific Revolutions. Chicago: University of
Chi-
cago Press.
Lewin, K. 1946. Action Research and Minority Problems. Journal of Social Issues
2,
34-36.

455 455
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Daftar Pustaka

Leedy, P.D. 1980. Practical Research. New York: Macmillan Publishing Co, Inc.
Lincoln,Y.S. dan Guba, E.G. 1985. Naturalistic Inquiry. Baverly Hills, CA:
Sage. Loether, Herman J., Mc Tavish, Donald G. 1980. Descriptive and
Inferential Statis-
tics, An Instroduction. Second Edition, Boston: Allyn and Bacon, Inc.
McTaggart, R. 1991. Action Research: A Short Modern History. Geelong,
Victoria: Deakin University.
Merriam, Sharan B., and Associates. 2002. Qualitatives Research in Practice.
San
Fransisco: Jossey-Bass.
Merriam, Sharan B. 1998. Qualitative Research and Case Study, Application in
Ed- ucation. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers
Miller, D.C. 1977. Handbook of Research Design and Social Measurement.
New
York: Longman.
Mills, G.E. 2000. Action Research, A Guide for the Teacher Researcher. New
Jersey: Merrill an imprint of Prentice Hall.
Miles, Matthew B. Huberman A. Michael. 1984. Qualitatives Data Analysis, A
Sour- cebook of New Methods. London: Sage Publications.
Mouly, G.J. 1963. The Science of Educational Research. New York: American
Book
Company.
Nachmias, D. dan Nachmias, Ch. 1981. Research Methods in Social Sciences.
New
York: S. Martin Press.
Oppenheim, A.N. 1966. Questionnaire Design and Attitude Measurement. New
York: Basic Books.
Patton, Michael Quinn. 2002. How to Use Qualitative Research in Evaluation.
Lon-
www.facebook.com/indonesiapustaka

don: Sage Publication.


Popper, K.R. 1983. Realism and The Aim of Science. New Jersey: Rowman
and
Littlefiled.

456 456
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Daftar Pustaka

Popham, W., James, Sirotnik, Kenneth, A.1973. Educational Statistics: Use and
In- terpretation. New York: Harper & Row Publishers.
Putra, Nusa. 2011. Research & Development, Penelitian dan Pengembangan:
Suatu
Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rosenberg, M.J. 1968. The Logic of Survey Analysis. New York: Basic Books.
Rosenthal R., & Jackson, L. 1968. Pygmalion in the Classroom. New York:
Holt,
Rinehart and Winston.
Sax, G. 1979. Foundation of Educational Research. New Jersey: Prentice Hill
Inc.
Englewood.

457 457
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Daftar Pustaka

Scott, Ch. 1961. “Research on Mail Survey”, Journal of the Royal Statistical
Society
124, Series A, 149-95.
Selltiz, C., cs. 1959. Research Methods in Social Relations. New York: Holt,
Rinehart and Winston.
Shaw, M.E., dan Wright, J.W. 1967. Scales for the Measurement Attitudes. New
York: McGraw-Hill Book Company.
Solomon, R.L. 1949. “Extension of Control Group Design”. Psychological
Bulletin
46,137-150.
Spradley, James. P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart
& Winston.
-------------. 1979. The Ethnographic Interview. Alih bahasa: Misbah Zulfa
Eliza- beth, 2006: Metode Etnografi, Edisi Kedua. Yogyakarta: PT Tiara
Wacana. Shuttleworth, Martyn. 2008. “Definition of Research”. Experiment
Resources. Exper-
iment Researdh. com. Retrieved 14 August 2011.
Stake, R.E. 1995. Art of Case Study Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Stringer, E.T. 1999. Action Research. (2nd Ed.). Thousands Oaks, CA:
Sage. Sudman, S. 1976. Applied Sampling. New York: Academic Press.
Sudjana. 1982. Metode Statistika. Edisi Kedua. Bandung: Tarsito.
Tashakkori, A., & Teddlie .Ch. 1998. Mixed Metodology: Combining Qualitative
and
Quantitative Approahes. Thousand Oaks, CA. Sage.
-------------. 2003. (Ed). Handbook of Mixed Methods in Social and
Behavioral
Research. Thousand Oaks, California: SAGE Publications, Inc.
Tuckman, B.W. 1978. Conducting Educational Research. New York: Harcourt
Brace
www.facebook.com/indonesiapustaka

Jovanovich, Inc.
Taylor, Steven J. & Bogdan, Robert. 1984. Introduction to Qualitative Methods:
The
Search for Meanings. New York: John Wiley and Sons.

458 458
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Daftar Pustaka

Udinsky, B.F. cs. 1981. Evalution Resource Handbook: Gathering, Analysis,


Report- ing Data. California: Edits Publishing.
Waisberg, H.F. dan Broen, B.D. 1977. An Introduction to Survey Research and
Data
Analysis. San Fransisco: W.H. Freeman Book Campany.
Walpole, Ronald E. 1982. Introduction to Statistic. 3rd Ed. New York:
Macmillan
Publishing Co., Inc.
Warwick, D.P., dan Linenger, Ch.A. 1975. The Sample Survey: Theory and
Practice.
New York: McGraw Hill Book Company.
Wiersma, William. 1991. Research Methods in Education. Boston: Allyn and
Bacon.

459 459
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Daftar Pustaka

Yin, R. 1989. Case Study Research: Design and Methods. London: Sage.
Yusuf, A. Muri. 1984. “Pengaruh Karakteristik Psikologik Mahasiswa dan Nilai
Tes Masuk Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program S-1 Fakultas Ilmu
Pen- didikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Padang,” Tesis tidak
diterbit- kan. Yogyakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP Yogyakarta.
-------------. 1997. “Penelitian Tindakan (Action Research)”. FIP-IKIP Padang.
-------------. 1997. “Teknik Analisis Data”. Padang. FIP: IKIP Padang.
-------------. 2007. “Metodologi Penelitian” Padang. UNP Press.
-------------. 2011. “Asesmen dan Evaluasi Pendidikan”. Padang: UNP Padang.
Winter, Richard. 1989. Learning from Experience: Principle and Practice in
Action
Research. Philadelphia. PA: The Falmer Press.
Zuber-Skerritt, O. 1996. New Directions in Action Research. USA: Palmer Press.
www.facebook.com/indonesiapustaka

460 460
www.facebook.com/indonesiapustaka

L A M P I R A N
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

Tabel A Luas di Bawah Kurva Normal dari 0 Sampai z

z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,0 0000 0040 0080 0120 0160 0199 0239 0279 0319 0359
0,1 0398 0438 0478 0517 0557 0598 0636 0675 0714 0754
0,2 0793 0832 0871 0910 0948 0987 1026 1064 1103 1141
0,3 1179 1217 1255 1293 1331 1368 1406 1443 1480 1517
0,4 1554 1591 1628 1664 1700 1736 1772 1808 1844 1879
0,5 1915 1950 1985 2019 2054 2088 2123 2157 2190 2224
0,6 2258 2291 2324 2357 2369 2472 2454 2488 2518 2549
0,7 2580 2612 2642 2673 2704 2734 2764 2794 2823 2852
0,8 2881 2910 2939 2967 2996 3023 3051 3078 3106 3133
0,9 3159 3186 3212 3238 3264 3289 3315 3340 3365 3389
1,0 3413 3438 3461 3485 3508 3531 3554 3577 3599 3621
1,1 3643 3665 3686 3708 3729 3749 3770 3790 3810 3830
1,2 3849 3869 3888 3907 3925 3944 3962 3980 3997 4015
1,3 4032 4049 4066 4082 4099 4115 4131 4147 4162 4177
1,4 4192 4207 4222 4236 4251 4265 4279 4292 4306 4319
1,5 4332 4345 4357 4370 4382 4394 4406 4418 4429 4441
1,6 4452 4463 4474 4484 4495 4505 4515 4525 4535 4545
1,7 4554 4564 4573 5482 4591 4599 4608 4616 4625 4633
1,8 4541 4649 4656 4664 4671 4678 4686 4693 4699 4706
1,9 4713 4719 4726 4732 4738 4744 4750 4758 4761 4767
2,0 4772 4778 4783 4788 4793 4798 4803 4808 4812 4817
2,1 4821 4826 4830 4834 4838 4842 4846 4850 4854 4857
2,2 4861 4864 4868 4871 4875 4878 4881 4884 4887 4890
2,3 4893 4896 4898 4901 4904 4906 4909 4911 4913 4916
2,4 4918 4920 4922 4925 4927 4929 4931 4932 4934 4936
2,5 4938 4940 4941 4943 4945 4946 4948 4949 4951 4952
2,6 4953 4955 4956 4957 4959 4960 4961 4962 4963 4964
www.facebook.com/indonesiapustaka

2,7 4965 4966 4967 4968 4969 4970 4971 4972 4973 4974
2,8 4974 4975 4976 4977 4977 4978 4979 4979 4980 4981
2,9 4981 4982 4982 4983 4984 4984 4985 4985 4986 4986
3,0 4987 4987 4987 4988 4988 4989 4989 4989 4990 4990
3,1 4990 4991 4991 4991 4992 4992 4992 4992 4993 4993
3,2 4993 4993 4994 4994 4994 4994 4994 4995 4995 4995

458 458
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

3,3 4995 4995 4995 4996 4996 4996 4996 4996 4996 4997
3,4 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4998

459 459
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

Lanjutan ...
z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3,5 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998
3,6 4998 4998 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3,7 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3,8 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3,9 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000
Sumber: Sudjana (1989).
www.facebook.com/indonesiapustaka

460 460
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

Tabel B Koeisien Korelasi (r) Spearman


N = 0,05 = 0,01 N = 0,05 = 0,01
5 1,000 18 0,474 0,600
6 886 1,000 19 0,460 0,565
7 0,786 0,929 20 0,447 0,570
8 0,715 0,881 21 0,437 0,556
9 0,700 0,834 22 0,426 0,544
10 0,649 0,794 73 0,417 0,532
11 0,619 0,764 24 0,407 0,521
12 0,588 0,735 25 0,399 0,511
13 0,561 0,704 26 0,391 0,501
14 0,539 0,680 27 0,383 0,493
15 0,522 0,658 28 0,376 0,484
16 0,503 0,336 29 0,369 0,475
17 0,488 0,618 30 0,363 0,467
www.facebook.com/indonesiapustaka

461 461
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

Tabel C Koeisien Korelasi (r) Pearson


df = 0,05 = 0,01 df = 0,05 = 0,01
1 0,997 0,9999 21 0,413 0,526
2 0,950 0,990 22 0,404 0,515
3 0,878 0,959 23 0,396 0,505
4 0,811 0,917 24 0,388 0,496
5 0,754 0,874 25 0,381 0,487
6 0,707 0,834 26 0,374 0,479
7 0,666 0,798 27 0,467 0,471
8 0,632 0,765 28 0,361 0,463
9 0,602 0,735 29 0,355 0,463
10 0,576 0,708 30 0,349 0,456
11 0,553 0,684 35 0,325 0,449
12 0,532 0,661 40 0,304 0,418
13 0,514 0,641 45 0,288 0,393
14 0,497 0,623 50 0,273 0,372
15 0,482 0,606 60 0,250 0,354
16 0,468 0,590 70 0,232 0,302
17 0,456 0,575 80 0,217 0,283
18 0,444 0,561 90 0,205 0,267
19 0,433 0,549 100 0,195 0,254
20 0,423 0,537
www.facebook.com/indonesiapustaka

462 462
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

TABEL D Nilai Kritis Chi-Squares (Khi-Kuadrat)

v 
0.3 0.25 0.20 0.10 0.05 0.025 0.02 0.01 0.005 0.001
1 1,074 1,323 1,642 2,706 3,841 5,024 5412 6,635 7,879 10,827
2 2,408 2,773 3,219 4,605 5,991 7,378 7,824 9,210 10,597 13,815
3 3,665 4,108 4,642 6,251 7,815 9,348 9,837 11,345 12,838 16,268
4 4,878 5,385 5,989 7,779 9,488 11,143 11,668 13,277 14,860 18,465
5 6,064 6,626 7,289 9,289 11,070 12,832 13,388 15,086 16,750 20,517
6 7,231 7,841 8,558 10,645 12,592 14,449 15,033 16,812 18,548 22,457
7 8,383 9,037 9,803 12,017 14,067 16,013 16,622 18,475 20,278 24,322
8 9,524 10,219 11,030 13,362 15,507 17,535 18,168 20,090 21,955 26,125
9 10,656 11,389 12,242 14,684 16,919 19,023 19,679 21,666 23,589 27,877
10 11,781 12,549 13,442 15,987 18,307 20,483 21,161 23,209 25,188 29,588
11 12,899 13,701 17,275 17,275 19,675 21,920 22,618 24,725 26,757 31,264
12 14,011 14,845 18,549 18,549 21,026 23,337 24,054 26,217 28,300 32,909
13 15,119 15,984 19,812 19,812 22,362 24,736 25,472 27,688 29,819 34,528
14 16,222 17,117 21,064 21,064 23,685 26,119 26,873 29,141 31,319 36,123
15 17,322 18,245 22,307 22,307 24,996 27,488 28,259 30,578 32,801 37,697
16 18,418 19,369 20,465 23,542 26,296 28,845 29,633 32,000 34,267 39,252
17 19,511 20,489 21,615 24,769 27,587 30,191 30,995 33,409 35,718 40,790
18 20,601 21,605 22,760 25,989 28,869 31,526 32,346 34,805 37,156 42,312
19 21,689 22,718 23,900 27,204 30,144 32,852 33,687 36,191 38,582 43,820
20 22,775 23,828 25,038 28,412 31,410 34,170 35,020 37,566 39,997 45,315
21 23,858 24,935 26,171 29,615 32,671 35,479 36,343 38,932 41,401 46,797
22 24,939 26,039 27,301 30,813 33,924 36,781 37,659 40,289 42,796 48,268,
23 26,018 27,141 28,429 32,007 35,172 38,076 38,968 41,638 44,181 49,728
24 27,096 28,241 29,553 33,196 36,415 39,364 40,270 42,980 45,558 51,179
25 28,172 29,339 30,675 34,382 37,652 40,646 41,566 44,314 46,928 52,620
26 29,246 30,434 31,795 35,563 38,885 41,923 42,865 45,642 48,290 54,052
www.facebook.com/indonesiapustaka

27 30,319 31,528 32,912 36,741 40,113 43,194 44,140 46,963 49,645 55,476
28 31,391 32,620 34,027 37,916 41,337 44,461 45,419 48,278 50.993 56,893
29 32,461 33,711 35,139 39,087 42,557 45,722 46,690 49,588 52,336 58,302
30 33,530 34,800 36,250 40,256 43,773 46,979 47,962 50,892 53,672 59,703
Sumber: Walpole, R.E & Myers, R.H (1995),

463 463
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

TABEL D Nilai Kritis Chi-Squares (Khi-Kuadrat)


(Lanjutan)


v
0,995 0,99 0,98 0,975 0,95 0,90 0,80 0,75 0,70 0,50
1 0,04393 0,03628 0,03628 0,03982 0,00393 0,0158 0,0642 0,102 0,148 0,455
2 0,0100 0,0201 0,0404 0,0506 0.103 0,211 0,446 0,575 0,713 1,386
3 0,0717 0,1115 0,185 0,216 0,352 0,584 1,005 1,213 1,242 2,366
4 0,207 0,297 0,429 0,484 0,711 1,064 1,649 1,923 2,195 3,357
5 0,412 0,554 0,831 0,831 0,145 1,610 2,343 2,675 3,000 4,351
6 0,676 0,872 1,134 1,237 1,635 2.204 3.070 3,455 3,828 5,348
7 0,989 1,239 1,564 1,690 2,367 2.933 3.822 4.255 4,671 6,346
8 1,344 1,646 2,032 2,180 2,733 3,490 4.594 5.071 5,527 7,344
9 1,735 2,088 2,532 2,700 3,315 4,168 5.380 5,899 93.00 8,343
10 7,136 2,558 3,059 3,247 3,949 4.865 6,179 6.737 7,267 9.342
11 0,203 3,053 3,816 3,816 4.575 5.578 6,989 7,584 8,148 10,341
12 3,074 3,571 4,404 4,404 5,226 6,304 7,807 9,438 9,034 11,340
13 3,365 4,107 5,009 5,039 5,892 7,842 8,634 9,299 9,926 12,340
14 4,075 4,660 5,629 5,629 6,571 7,790 9,467 10,165 10,821 13,339
15 4,601 5,229 6,262 6,262 7,261 8,547 10,307 11,036 11,721 14,339
16 5,147 5,812 6,614 6.908 7,962 9.312 11,152 11,912 13,624 15,338
17 5,697 6,408 7,255 7,564 8,672 10,085 12,002 12.792 13.531 16,338
18 6,265 7,015 7,906 8,231 9,390 10,863 12,857 13.675 14.440 17.338
19 6,844 7,633 8,567 8,907 10,117 11.651 13,716 14.562 15,352 19,338
www.facebook.com/indonesiapustaka

20 7,434 8,260 9,237 9,591 10,851 12,443 14,578 15,457 16,366 19,337
21 9,034 8,897 9,925 10,283 11,591 13,249 15,445 16,344 17,182 20.337
22 8,643 9,542 10,600 10,982 12,338 14,041 16,314 17,240 18,101 21,337
23 9,266 10,196 11,293 11,688 13,091 14,848 17.187 18.137 19,021 21.337
24 9,886 10,856 11,992 12.401 13,848 15,659 11,062 19,037 19.943 23,337

464 464
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

25 10,520 11,524 12,697 13,120 14,611 16,473 18.940 19,939 20,867 24.337
26 11,160 12,198 13,409 13,844 15,379 17,292 19.830 20,143 21,797 15,336

465 465
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

Lanjutan ...


v
0,995 0,99 0,98 0,975 0,95 0,90 0,80 0,75 0,70 0,50
27 11,803 12,879 14,125 14,573 16,151 18,114 20,703 21,749 22,719 26,336
28 12,461 13,565 14,847 15,308 16,928 18,939 21,388 22,657 23,647 27,336
29 13,121 14,256 15,574 16,047 17,709 19,769 27,475 23,567 24,577 29,336
30 13,797 14,953 16,306 16,791 18,493 20,599 23,364 24,478 25-508 29,336
www.facebook.com/indonesiapustaka

466 466
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

TABEL E Nilai Kritis Distribusi Student-t


v
0,10 0,05 0,025 0,01 0,005
1 3,078 6.314 12,706 31,821 63,657
2 1,886 2.920 4.303 6,965 9,925
3 1,638 2,333 3.182 4,541 5,841
4 1,533 2,132 2,776 3,747 4.604
5 1,476 7,015 2.571 3,365 4,032
6 1.440 1.943 2,447 3.143 3,707
7 1,415 L895 2,365 2,998 3,499
8 1,397 1.860 2,306 2,896 3,355
9 1,383 1.833 2,262 2.821 3,250
10 1,372 1.812 2.228 2,764 3.169
11 1,363 1.796 2,201 2,718 3.106
12 1,356 1.782 2,179 2,681 3,055
13 1,350 1.771 7,160 2.650 3,012
14 1,345 1.761 2,145 2,624 2,977
15 1,341 1.753 2,131 2,603 2,947
16 1,337 1,746 2,120 2.593 2,921
17 1,333 1,749 2,074 2.567 2898
18 1.330 1.734 2,101 2,500 2,878
19 1,328 1,729 2,093 2,492 2,861
20 1,325 1.725 2.086 2,485 2.945
www.facebook.com/indonesiapustaka

21 1,323 1.721 2,080 2,518 2.831


22 1,321 1.717 2.074 2,508 2.919
23 1.319 1.714 2.069 2.500 2,807
24 1,318 1.711 2,064 2.492 2.797
25 1,316 1,708 2,060 2.485 2,797

467 467
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

26 1,315 1.706 2,056 2,479 2.779


27 1.314 1,703 2,052 2,473 2,771

468 468
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

Lanjutan ...


v
0,10 0,05 0,025 0,01 0,005
28 1,313 1.701 2,048 2,267 2,763
29 1.311 1.699 2,045 2.462 2,756
inf 1,282 1.645 1.960 2.326 2.576
Sumber: Walpole, R.E & Myers, R.H (1995)
www.facebook.com/indonesiapustaka

469 469
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

Tabel F Harga Kritis untuk Mann = Whitney U


= 0,01
Untuk uji satu ekor = 0,01 tercetak pada baris atas
Untuk uji dua ekor = 0,01 tercetak pada baris bawah

nA/nB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - 0 0 0 0 0 0 1 1

- - - - - - 0 0

3 - - - - - - 0 0 1 1 1 2 2 2 3 3 4 4 4 5

- - 0 0 0 1 1 1 2 2 2 2 3 3

4 - - - - 0 1 1 2 3 3 4 5 5 6 7 7 8 9 9 10

- 0 0 1 1 2 2 3 3 4 5 5 6 6 7 8

5 - - - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

- 0 1 1 2 3 4 5 6 7 7 8 9 10 11 12 13

6 - - - 1 2 3 4 6 7 8 9 11 12 13 15 16 18 19 20 22

0 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 15 16 17 18

7 - - 0 1 3 4 6 7 9 11 12 14 16 17 19 21 23 24 26 28

- 0 1 3 4 6 7 9 10 12 13 15 16 18 19 21 22 24

8 - - 0 2 4 6 7 9 11 13 15 17 20 22 24 26 28 30 32 34

- 1 3 4 6 7 9 11 13 15 17 18 20 22 24 26 28 30

9 - - 1 3 5 7 9 11 14 16 18 21 23 26 28 31 33 36 38 40
www.facebook.com/indonesiapustaka

0 1 3 5 7 9 11 13 16 18 20 22 24 27 29 31 33 36

10 - - 1 3 6 8 11 13 16 19 22 24 27 30 33 36 38 41 44 47

0 2 5 7 10 13 16 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48

470 470
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

11 - - 1 4 7 9 12 15 18 22 25 28 31 34 37 41 44 47 50 53

0 2 5 7 10 13 16 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48

471 471
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

Lanjutan ...

nA/nB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

12 - - 2 5 8 11 14 17 21 24 28 31 35 38 42 46 49 53 56 60

1 3 6 9 12 15 18 21 24 27 31 3 37 41 44 47 51 54

13 - 0 2 5 9 12 16 20 23 27 31 35 39 43 47 51 55 59 63 67

- 1 3 7 10 13 17 20 24 27 31 34 38 42 45 49 53 56 60

14 - 0 2 6 10 13 17 22 26 30 34 38 43 47 51 56 60 65 69 73

- 1 4 7 11 15 18 22 26 30 34 38 42 46 50 54 58 63 67
www.facebook.com/indonesiapustaka

472 472
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

TABEL F Harga Kritis untuk Mann = Whitney U


= 0,01
Untuk uji satu ekor = 0,01 tercetak pada baris atas
Untuk uji dua ekor = 0,01 tercetak pada baris bawah

nA/nB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
15 - 0 3 7 11 15 19 24 28 33 37 42 47 41 56 61 66 70 75 80
- 2 5 8 12 16 20 24 29 33 37 42 46 51 55 60 64 69 73

16 - 0 3 7 12 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 82 87
- 2 5 9 13 18 22 27 31 36 41 45 50 55 60 65 70 74 79

17 - 0 4 8 13 18 23 28 33 38 44 49 55 60 66 71 77 82 88 93
- 2 6 10 15 19 24 29 34 39 44 49 54 60 65 70 75 81 86

18 - 0 4 9 14 19 24 30 36 41 47 53 59 65 70 76 82 88 94 100
2 6 11 16 21 26 31 37 42 47 53 58 64 70 75 81 87 92

19 - 1 4 9 15 20 26 32 38 44 50 56 63 69 75 82 88 94 101 107
0 3 7 12 17 22 28 33 39 45 51 56 63 69 74 81 93 93 99

20 - 1 5 # 16 22 28 34 40 47 53 60 67 73 80 87 93 100 107 114


0 3 8 13 18 24 30 36 42 48 54 60 67 73 79 86 92 99 105
www.facebook.com/indonesiapustaka

473 473
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

TABEL G Harga Kritis untuk Mann-Whitney U


= 0,05
Untuk uji satu ekor = 0.05 tercetak pada baris atas
Untuk uji dua ekor = 0.05 tercetak pada baris bawah

nA/nB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0

2 - - - - 0 0 0 1 1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4
- - - 0 0 0 0 1 1 1 1 1 2 2 2

3 - - 0 0 1 2 2 3 3 4 5 5 6 7 7 8 9 9 10
- - 0 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7

4 - - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
- 0 1 2 3 4 4 5 6 7 8 9 10 11 11 12 13

5 - 0 1 2 4 5 6 8 9 11 12 13 15 16 18 19 20 22 23
- 0 1 2 3 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 17 18 19

6 - 0 2 3 5 7 8 10 12 14 16 17 19 21 23 25 26 28 30
- 1 2 3 5 6 8 10 11 13 14 16 17 19 21 22 24 25

7 - 0 2 4 6 8 11 13 15 17 19 21 24 26 28 30 33 35 37
- 1 3 5 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32

8 - 1 3 5 8 10 13 15 18 20 23 26 28 31 33 36 39 41 44
0 2 4 6 8 10 13 15 17 19 22 24 26 29 31 34 36 38

9 - 1 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51
www.facebook.com/indonesiapustaka

0 2 4 7 10 12 15 17 20 23 26 28 31 34 37 39 42 45

10 - 1 4 7 11 14 17 20 24 27 31 34 37 41 44 48 51 55 58
0 3 5 8 11 14 17 20 23 26 29 33 36 39 42 45 48 52

474 474
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

11 - 1 5 8 12 16 19 23 27 31 34 38 42 46 50 54 57 61 65

475 475
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

Lanjutan ...

nA/nB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
0 3 6 9 13 16 19 23 26 30 33 37 40 44 47 51 55 58

12 - 2 5 9 13 17 21 26 30 34 38 42 47 51 55 60 64 68 72
1 4 7 11 14 18 22 26 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65

13 - 2 6 10 15 19 24 28 32 37 42 47 51 56 61 65 70 75 80
1 4 8 12 16 20 24 28 33 37 41 45 50 54 59 63 67 72

14 - 2 7 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 77 82 87
1 5 9 13 17 22 26 31 36 40 45 50 55 59 64 67 74 78
www.facebook.com/indonesiapustaka

476 476
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

TABEL G Harga Kritis untuk Mann-Whitney U


= 0,05
Untuk uji satu ekor = 0,05 tercetak pada baris atas
Untuk uji dua ekor = 0,05 tercetak pada baris bawah

nA/nB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
15 3 7 12 18 23 28 33 39 44 50 55 61 66 72 77 83 88 94 100
1 5 10 14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64 70 75 80 85 90

16 3 8 14 19 25 30 36 42 48 54 60 65 71 77 83 89 95 101 107
1 6 11 15 21 26 31 37 42 47 53 59 64 70 75 81 86 92 98

17 3 9 15 20 26 33 39 45 51 57 64 70 77 83 89 96 102 109 115


2 6 11 17 22 28 34 39 45 51 57 63 67 75 81 87 93 99 105

18 4 9 16 22 28 35 41 48 55 61 68 75 82 88 95 102 109 116 123


2 7 12 18 24 30 36 42 48 55 61 67 74 80 86 93 99 106 112

19 4 10 17 23 30 37 44 51 58 65 72 80 87 94 101 109 116 123 130


2 7 13 19 25 32 38 45 52 58 65 72 78 85 92 99 106 113 119

20 4 11 19 25 32 39 47 54 62 69 77 84 92 100 107 115 123 130 138


2 8 13 20 27 34 41 48 55 62 69 76 83 90 98 105 112 119 177
www.facebook.com/indonesiapustaka

477 477
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

TABEL H Nilai Kritis Distribusi F (f0,01(v2,v2))

V1
V2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 4052 4999,5 5403 5625 5764 5959 5928 5981 6022
2 98,50 99,00 99417 99,25 99,30 99,33 99,4 99,37 99,39
3 34,12 30,82 29,46 28,71 28,24 27,91 27,67 27,49 27,33
4 21,20 13,00 16,69 15,98 15,52 15,21 14,98 14,96 14,66
5 16:26 13,21 1106 1139 10,97 10,67 10,46 10,29 10,16
6 13,75 10,92 9,78 915 8,75 3,47 9,26 8,10 7,98
7 12,25 9,55 9,45 7,85 7,46 7,19 6,99 6,84 6,72
8 11,26 9,65 7,59 7,01 6,63 6,37 6,18 16,03 5,91
9 10,56 8,02 6,99 6,42 6,06 5,90 5,61 5,47 5,35
10 10,04 7,56 6,51 5,99 5,64 5,39 5,20 5,06 4,94
11 9,65 1,21 6,22 5,67 5,32 5,07 4,39 4,74 4,63
12 9,33 6,93 3,95 5,41 5,06 4,82 4,64 4,50 4,39
13 9,07 6,70 5,74 5,21 4,86 4,62 4,44 4,30 4,19
14 8,86 6,51 5,56 5,04 4,69 4,46 4,28 4,14 4,03
15 8,68 6,36 5,42 4,89 4,56 4,32 4,14 4,00 3,99
16 8,53 6,23 5,29 4,77 4,44 4,20 4,03 3,29 3,78
17 8,40 6,11 5,18 4,67 4,34 4,10 3,93 3,79 3,68
18 8,29 6,01 3,09 4;58 4,25 4,01 3,54 3,71 3,60
19 8,18 5,93 5,01 4,50 4,17 3,94 3,77 3,63 3,52
20 9,10 5,85 4:94 4,43 4,10 3,87 3,70 3,56 3,46
21 8,02 5,74 4,87 4,37 4,04 3,91 3,64 3,51 3;40
22 7,95 5,72 4,82 4,31 3,99 3,76 3,59 3,45 3,35
23 7,88 5,66 4,76 4,26 1,94 3,71 3,54 3,41 3,30
24 7,82 5,61 4,72 4,23 3,90 3,67 3,50 3,36 3,26
25 7,77 5,57 4,68 4,19 3,95 3,63 3,46 3,32 3,22
26 7,72 5,53 4,64 4,14 3,82 3,59 1,42 3,29 3,18
27 7,68 5,49 4,60 4,11 3,78 3,56 3,39 3,26 1,15
28 7,64 5,45 4,57 4,07 3,75 3,53 3,36 3,23 3,12
www.facebook.com/indonesiapustaka

29 7,60 5,42 4,54 4,04 3,73 3,50 3,33 3,20 3,09


30 7,56 5,34 4,51 4,02 3,70 3,47 3,12 1,17 3,07
40 7,31 5,19 4,11 3,83 3,51 3,29 3,12 2,99 2,89
60 7,09 4,98 4,13 1,65 3,34 3,12 2,95 2,82 2,72
120 6,25 4,79 3:95 3,49 3,17 7,96 2,79 2,66 2,56
∞ 6,63 4,61 3,73 3,32 3,02 2,20 7,64 7,51 2,41

478 478
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

Tabel H. Nilai Kritis Distribusi F (f0,01(v2,v2)

(Lanjutan)

V1
V2
10 12 15 20 24 30 40 60 120 ∞
1 6056 6106 6157 6209 6325 6261 6287 6313 6339 6366
2 99,40 99,24 99,43 99,45 99,46 99-47 99,47 99,48 99,49 99,50
3 27,23 27,05 26,87 26,69 26,60 26,50 26,41 26,32 26,22 26,13
4 14,55 14,37 14,20 14,02 13,93 13,84 13;75 13,65 13,56 13,46
5 10,05 9,89 9,72 9,55 9,47 9,38 9,29 9,20 9,11 9,02
6 7,87 7,72 7,56 7,40 7,31 7,23 7,14 7,06 6,97 6,88
7 6,62 6,47 6,31 6,16 6,07 5,99 5,91 5,91 5,74 5,65
8 5,81 5,67 5,52 5,36 5,28 5,20 5,12 5,03 4,95 4,86
9 5,26 5,11 4,96 4,81 4,73 4,65 4,57 4,42 4,40 4,31
10 4,84 4,71 4,56 4,41 4,33 4,25 4,17 4,09 4,00 3,91
11 4,54 4,40 4,25 4,10 4,02 3,94 3,86 3,78 3,69 3,46
12 4,30 4,16 4,01 3,86 3,78 3,70 3,62 3,54 3,45 3,36
13 4,10 3,96 3,82 3,66 3,59 3,59 3,43 3,34 3,25 3,17
14 3,94 3,80 3,66 3,51 3,43 3,35 3,27 3,11 3,09 3,00
15 3,80 3,67 3,52 3,37 3,29 3,21 3,13 3,05 2,96 2,87
16 3,69 3,55 3,41 3,26 3,18 3,10 3,02 2,93 2,34 2,75
17 3,59 3,46 3,31 3,16 3,08 3,00 2,92 2,33 2,75 2,65
18 3,51 3,37 3,23 3,08 3,00 2,92 2,94 2,75 2,66 2,57
19 3,43 3,30 3,15 3,00 2,92 2,84 2,76 2,67 2,58 2,49
20 3,37 3,23 3,09 2,94 2,36 2,79 2,69 2,61 2,52 2,42
21 3,31 3,17 3,03 2,88 2,80 2,72 2,64 2,55 2,46 2,36
22 3,26 3,12 2,98 2,83 2,75 2,67 2,58 2,50 2,40 2,31
23 3,21 3,07 2,93 2,78 2,70 2,62 2,54 2,45 2,35 2,26
24 3,17 3,03 2,89 2,74 2,66 2,58 2,49 2,40 2,31 2,21
25 3,13 2,99 2,85 2,70 2,62 2,54 2,45 2,36 2,27 2,17
26 3,09 2,96 2,81 2,66 2,58 2,50 2,42 2,30 2,23 2,13
27 3,06 2,93 1,78 2,63 2,55 7,47 2,38 2,79 2,20 2,10
28 3,03 2,90 2,75 2,60 2,52 2,44 2,35 2,26 2,17 2,06
www.facebook.com/indonesiapustaka

29 3,00 2,87 2,73 2,57 2,49 2,41 2,33 2,23 2,14 2,03
30 2,98 2,84 2,70 2,55 2,47 2,39 2,30 2,21 2,11 2,01
40 2,80 2,66 2,52 2,37 2,29 2,20 2,11 2,03 1,92 1,80
60 2,63 2,50 2,35 2,20 2,12 7-03 1,94 1,84 1,73 1,60
120 2,47 2,34 2,19 2,03 1,95 1,86 1,76 1,66 2,53 1,38

479 479
∞ 2,32 2,18 2,04 1,88 1,79 1,70 1,59 1,47 1,12 1,00

Sumber : Walpole, R.E & Myers, R.H. (1995)


METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

480 480
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

TABEL I Nilai Kritis Distribusi F (f0,05(v2,v2)

V1
V2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 161,4 199,5 215,7 224,6 230,2 234 236,8 230,9 240,5
2 18,51 19,00 19,16 19,25 19,30 19,33 19,35 19,37 19,32
3 10,13 9,55 9,28 9,12 9,01 8,94 2,29 8,85 8,81
4 7,71 6,94 6,59 6,39 6,26 6,16 6,09 6,04 6,00
5 6,61 5,79 5,41 5,19 5,05 4,95 4,28 4,82 4,77
6 5,09 5,14 4,76 4,53 4,39 4,28 4,21 4,15 4,10
7 5,59 4,74 4,35 4,12 3,97 3,87 3,79 3,73 3,62
8 5,32 4,46 4,07 3,84 3,69 3,58 3,50 3,44 3,39
9 5,12 4,26 3,86 1,63 3,49 3,37 3,29 3,23 3,19
10 4,96 4,10 3,71 3,48 3,33 3,22 3,14 3,67 3,02
11 4,84 3,98 3,59 3,36 3,20 3,09 3,01 2,95 2,90
12 4,75 3,89 3,49 3,26 3,11 3,00 2,91 2,85 2,80
13 4,67 3,81 3,41 3,18 3,03 2,92 2,83 2,77 2,71
14 4,60 3,74 3,34 3,11 2,96 2,85 2,76 2,70 2,65
15 4,54 3,68 3,29 3,06 2,90 2,79 2,71 2,64 2,59
16 4,49 3,63 3,24 3,01 2,85 2,74 2,66 2,59 2,54
17 4,45 3,59 3,20 2,96 2,81 2,70 2,61 2,35 2,49
18 4,41 3,55 3,16 2,93 2,17 2,66 2,59 2,51 2,46
19 4,38 3,52 3,13 2,90 2,74 2,63 2,54 2,48 2,42
20 4,35 3,49 3,10 2,97 2,71 2,60 2,51 2,45 2,39
21 4,32 3,47 3,07 2,84 2,69 2,57 2,49 2,42 2,37
www.facebook.com/indonesiapustaka

22 4,30 3,44 3,05 2,82 2,66 2,55 2,46 2,40 2,34


23 4,28 3,42 3,03 2,80 2,64 2,53 2,44 2,37 2,32
24 4,26 3,40 3,01 2,79 2,62 2,51 2,42 2,36 2,30
25 4,24 3,39 2,99 2,76 2,60 2,49 2,40 2,34 2,29

481 481
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

TABEL I Nilai Kritis Distribusi F (f0,05(v2,v2)


Lanjutan ...

V1
V2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
26 4,23 3,37 2,92 2,74 2,59 2,47 2,39 2,32 2,27
27 4,21 3,35 2,96 2,73 2,57 2,46 2,37 2,31 2,25
28 4,20 3,34 2,95 2,71 2,56 2,45 2,36 2,29 2,24
29 4,18 3,33 2,93 2,70 2,55 2,43 2,35 2,28 2,22
30 4,17 3,32 2,92 2,69 2,53 2,42 2,33 2,27 2,21
40 4,08 3,23 2,94 2,61 2,45 2,34 2,25 2,18 2,12
60 4,00 3,15 2,76 2,53 2,37 2,25 2,17 2,10 2,04
120 3,92 3,07 2,68 2,45 2,29 2,17 2,09 2,02 1,96
∞ 3,84 3,00 2,60 2,37 2,21 2,10 2,01 1,94 1,88
www.facebook.com/indonesiapustaka

482 482
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ... • Lampiran

TABEL I Nilai Kritis Distribusi F (f0,05(v2,v2)


(Lanjutan)
V1
V2
10 12 15 20 24 30 40 60 120 ∞
1 241,90 243,90 245,90 248,00 249,10 250,10 251,10 252,20 253,30 254,30
2 19,40 19,41 19,43 19,45 19,45 19,46 19,47 19,48 19,49 19,50
3 8,79 8,74 8,70 8,66 8,64 8,62 8,59 8,57 8,55 8,53
4 5,96 5,91 5,26 5,80 5,77 5,75 5,72 5,69 5,66 5,63
5 4,74 4,68 4,42 4,56 4,53 4,50 4,46 4,43 4,40 4,36
6 4,06 4,00 3,94 3,87 3,84 3,81 3,77 3,74 3,70 3,67
7 3,64 3,57 3,51 3,44 3,41 3,38 3,34 3,30 3,27 3,23
8 3,35 3,28 3,22 3,15 3,12 3,08 3,04 3,01 2,97 2,93
9 3,14 3,07 3,01 2,94 2,90 2,86 2,83 2,79 2,75 2,71
10 2,98 2,91 2,95 2,77 2,74 2,70 2,66 2,62 2,58 2,54
11 2,85 2,79 2,72 2,65 2,61 2,57 2,53 2,49 2,45 2,40
12 2,75 2,69 2,62 2,54 2,51 2,47 2,43 2,38 2,34 2,30
13 2,67 2,60 2,53 2,46 2,42 2,38 2,34 2,30 2,25 2,21
14 2,60 2,53 2,46 2,39 2,35 2,31 2,27 2,22 2,18 2,13
15 2,54 2,48 2,40 2,33 2,29 2,25 2,20 2,16 2,11 2,07
16 2,49 2,42 2,35 2,28 2,24 2,19 2,15 2,11 2,06 2,01
17 2,45 2,38 2,31 2,23 2,19 2,15 2,10 2,06 2,01 1,96
18 2,41 2,34 2,27 2,19 2,15 2,11 2,06 2,02 1,97 1,92
19 2,38 2,31 2,23 2,16 2,11 2,07 2,03 1,98 1,93 1,88
20 2,35 2,28 2,20 2,12 2,08 2,04 1,99 1,95 1,90 1,84
21 2,32 2,25 2,18 2,10 2,05 2,01 1,96 1,92 1,87 1,81
22 2,30 2,23 2,15 2,07 2,03 1,98 1,94 1,89 1,84 1,78
23 2,27 2,20 2,13 2,05 2,01 1,96 1,91 1,86 1,81 1,76
24 2,25 2,18 2,11 2,03 1,98 1,94 1,89 1,84 1,79 1,73
25 2,24 2,16 2,09 2,01 1,96 1,92 1,87 1,82 1,77 1,71
26 2,22 2,15 2,07 1,99 1,95 1,90 1,85 1,80 1,75 1,69
27 2,20 2,13 2,06 1,97 1,93 1,88 1,84 1,79 1,73 1,67
28 2,19 2,12 2,04 1,96 1,91 1,87 1,82 1,77 1,71 1,65
www.facebook.com/indonesiapustaka

29 2,18 2,10 2,03 1,94 1,90 1,85 1,81 1,75 1,70 1,64
30 2,16 2,09 2,01 1,93 1,89 1,84 1,79 1,74 1,68 1,62
40 2,08 2,00 1,92 1,84 1,79 1,74 1,69 1,64 1,58 1,51
60 1,99 1,92 1,84 1,75 1,70 1,65 1,59 1,53 1,47 1,39
120 1,91 1,83 1,75 1,66 1,61 1,55 1,50 1,43 1,35 1,25
∞ 1,83 1,75 1,67 1,57 1,52 1,46 1,39 1,32 1,22 1,00

483 483
www.facebook.com/indonesiapustaka
TENTANG PENULIS

Prof. Dr. H.A. Muri Yusuf, M.Pd. lahir di Bonjol, 16 September 1942. Menye-
lesaikan pendidikan dasar (Sekolah Rakyat) hingga sarjana (S-1) di Sumatera
Barat. Kemudian melanjutkan program studi master (S-2/Penelitian dan Evaluasi
Pendidik- an) di Yogyakarta (1983-1984) dan doktoral (S-3/Bimbingan dan
Penyuluhan) di Bandung (1990-1995).
Memulai karier di dunia pendidikan, di antaranya sebagai Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan FIP-IKIP Padang (1968-1971); Pembantu Dekan
III FIP-IKIP Padang (1968-1973); Asisten Direktur Proyek Perintis Sekolah
Pem- bangunan (1971-1973); Staf Ahli pada Proyek Perintis Perencanaan Integral
Pen- didikan Daerah (PROPPIPDA) Sumatera Barat (1973-1977); Dekan
FIP-IKIP Padang (1977-1983); Direktur Program Diploma IKIP Padang
(1987-1990); Ke- pala UPT-UPPL/PSB IKIP Padang (1987-1990); Dekan
FIP-IKIP Padang (1996-
1999); Rektor Universitas Negeri Padang (1999-2003); Tim Asesor BAN PT
untuk D-III, S-1 dan S-3 pada beberapa jurusan dan program studi (2004-2010);
Ketua BAS Kota Padang (2004-2008); Ketua Badan Penjamin Mutu Internal
www.facebook.com/indonesiapustaka

Universi- tas Negeri Padang (2004-2012); Ketua Program Studi S-2 jurusan
Bimbingan dan Konseling PPs-UNP Padang (2005-2013); dan Tim Ahli Standar
Penilaian BSNP (2013).
Profesor Muri Yusuf produktif menulis berbagai artikel ilmiah dan buku.
Karya bukunya yang telah dipublikasikan, antara lain: Penuntun dalam Mengajar
(1972), PERT dan CPM: Suatu Pengantar (1980), Pengantar Pendidikan (1982),
Statistik Pendidikan (1987), Kapita Selekta Kegiatan Belajar-Mengajar (1989),
Teori Belajar
METODE PENELITIAN: KUANTITATIF, KUALITATIF ...

(1988), Manajemen Kegiatan Belajar-Mengajar (1988), Kapita Selekta


Administra- si Pendidikan (1988), Teknik Analisis Data (1996), Metodologi
Penelitian (2007), Kiat Sukses dalam Karier (2002, 2005), dan Evaluasi
Pendidikan (2005).
Penerima penghargaan Satyalencana Karya Satya XXX Tahun (2003) Ia
juga aktif mengikuti berbagai konferensi ilmiah, seminar, dan lokakarya serta
melakukan penelitian ilmiah.
www.facebook.com/indonesiapustaka

480

Anda mungkin juga menyukai