REFERAT Obsos
REFERAT Obsos
REFERAT Obsos
Pembimbing:
Dr. dr. Raditya Wratsangka, Sp. OG(K)
Penyusun:
Raka Suantadina (030.10.230)
Harry Julians (030.11.123)
Fajar Ridwan Nulloh (030.12.097)
Flora Ratu Putribunda (030.12.110)
Sundari Lovea Nuranti (030.12.264)
Dwi Meutia Julyta (030.13.063)
Fera Astari (030.13.077)
Lino Kurniawan (030.13.114)
Herlina (030.14.086)
Puji syukur kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul “Peran Keluarga Berencana Dalam Upaya
Menurunkan Angka Kematian Maternal di Indonesia”dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Selain itu, penyusunan referat ini juga bertujuan agar kami
lebih memahami Pelayanan Obstetrik Esensial.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Raditya W Sp.OG selaku pembimbing yang telah membimbing
kami sehingga kami dapat menyelesaikan referat ini.
Kami menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, baik dari pemikiran,
pengetahuan, penyusunan bahasa, maupun sistematika. Oleh karena itu, kami membutuhkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca referat ini guna
menjadi pelajaran bagi kami dalam menyusun referat yang lebih baik lagi. Dan semoga referat
ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Keluarga Berencana (KB) sangat berkaitan dengan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI). Saat ini rata-rata cakupan KB nasional masih di angka 60 persen. AKI adalah kematian
ibu selama hamil, melahirkan dan masa nifas. Dari peta global, AKI di Indonesia masih tinggi,
setara dengan negara-negara miskin seperti Bangladesh, India, Pakistan dan lainnya.Tahun 2017,
AKI masih sekitar 259-305 per 100.000 kelahiran, jauh dari target 102 per 100.000 kelahiran.
Perilaku reproduksi menjadi penyumbang AKI dalam hal ini 4T: hamil terlalu banyak, terlalu
rapat, terlalu muda, dan terlalu tua. Survei Demografi dan Kependudukan 2012 menunjukkan,
sekitar 32,5 persen AKI terjadi akibat melahirkan terlalu tua dan terlalu muda, dan sekitar 34
persen akibat kehamilan karena terlalu banyak (lebih dari 3 anak).
Data dari RSCM menunjukkan sebagian besar kematian AKI akibat melahirkan terlalu
muda. Oleh karena itu, diperlukan strategi mengubah perilaku reproduksi untuk menekan AKI,
yaitu dengan perencanaan kehamilan atau Keluarga Berencana (KB).
Survei BKKBN tahun 2015, 51 peran remaja putri di perkotaan sudah melakukan hubungan
seksual dan di pedesaan sekitar 40 persen. Ketika terjadi kehamilan tidak diinginkan, mereka
tidak memiliki kesempatan menjadi remaja, tetapi langsung berperan sebagai ibu dengan segala
kompleksitasnya.
Saat ini ada pilihan berbagai alat KB yang modern, mulai dari pil, suntik, susuk (implan),
kondom hingga sterilisasi yang aman dan nyaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan
keberhasilan KB. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti IUD, implan, dan
sterilisasi (vasektomi dan tubektomi) adalah metode paling efektif menjarangkan kehamilan.
Sayangnya pengguna MKJP di Indonesia kalah jauh dari metode KB dan suntik.Grafik
penggunaan KB suntik terus naik dalam 3 tahun terakhir. Dalam rangka menaikkan pengguna
MKJP BKKBN membuat program 1 kabupaten 1 ahli kandungan kebidanan yang bisa melayani
tubektomi, dan 1 dokter umum yang dapat melayani vasektomi, yang mulai dicanangkan tahun
depan.
BKKBN juga berupaya menurunkan KB suntik dan mendorong MKJP dengan IUD,
implant dan sterilisasi dengan bekerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan provider
1
yang melayani KB untuk meningkatkan MKJP. Sudah 48.000 bidan dan 11.000 dokter umum
dilatih cara insersi IUD dan implan.
Saat ini capaian akseptor KB atau CPR (Contraceptive Participant Rate) adalah 57,9 persen
dengan alat dan 65 persen tanpa alat. Targetnya 5 tahun ke depan 63,5 persen dengan alat,
sedangkan Total Fertility Rate (TFR) adalah 2,3 persen.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Family planning atau Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation)
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1) menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) mengatur
interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami dan istri, (5) menetukan jumlah anak dalam keluarga.1
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan.
Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah
ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga.2
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk mendapatkan objektif-objketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktusaat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga. Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur
(PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta
dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan
KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan
bidan desa.1
Jenis alat/obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, AKDR, implant,
vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung
dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa. Pelayanan kontrasepsi suntik KB
sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan pelayanan AKDR, implant dan
vasektomi/tubektomi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.1
3
2.1.1 Tujuan Keluarga berencana
Tujuan gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang
menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pertumbuhan penduduk Indonesia.3
1. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga dan
bangsa pada umumnya.
2. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran
sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan untuk meningkatkan
reproduksi.
Berdasarkan tujuan BKKBN 2012 dapat disimpulkan bahwa Kerja keras yang dilaksanakan
BKKBN secara nasional di tahun 2012 sudah berhasil namun belum maksimal. Karena
berdasarkan hasil sementara Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
mengisyaratkan bahwa indikator pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana yang
menjadi tanggungjawab BKKBN seperti TFR, ASFR, CPR dan Unmet need belum tercapai.
Target indikator TFR (Total Fertility Rate - Rata-rata wanita usia subur yang melahirkan anak)
sebesar 2,1 di tahun 2014 baru tercapai 2,6 tahun 2012. Indikator ASFR 15-19 tahun sebesar
30/1000 wanita di tahun 2014, baru tercapai 48/1000 wanita. CPR atau angka pemakaian
kontrasepsi sebesar 65 persen di tahun 2014, baru tercapai 57,9 persen. Demikian juga target
unmet need (pasangan usia subur ingin KB tetapi belum terlayani) akan ditekan hingga 5 persen
tahun 2014 namun kini masih 8,5 persen.3
1. Mewujudkan keserasian
2. Keluarga dengan anak ideal
3. Keluarga sehat
4. Keluarga berpendidikan
5. Keluarga sejahtera
6. Keluarga berketahanan
7. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
4
8. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
2.1.2 Visi dan Misi KB
2.2 Kontrasepsi
Kontrasepsi (Contraception) adalah alat, obat, efek atau tindakan yang dimaksudkan untuk
mencegah kehamilan. Secara halus, kontrasepsi diistilahkan juga sebagai Keluarga Berencana
atau KB.
5
Menurut cara pelaksanaannya, kontrasepsi dibagi dua, yaitu :
Pil KB laktasi dapat digunakan bila ibu memberikan ASI secara ekslusif, pil KB laktasi dapat
digunakan 6 minggu setelah melahirkan, apabila belum menstruasi pil KB laktasi dapat dimulai
dalam interval 6 minggu sampai 6 bulan setelah melahirkan. Bila sudah menstruasi, pil KB
laktasi dapat dimulai pada hari pertama menstruasi.
Untuk menjaga efektifitasnya, pil KB laktasi hendaknya dikonsumsi pada waktu yang sama
setiap hari. Minum pil KB laktasi sesuai petunjuk hari di bagian belakang blister.
6
Efek samping umum
1. Perempuan menyusui biasanya tidak akan menstruasi dalam waktu beberapa bulan
setelah melahirkan. Penggunaan pil KB laktasi dapat memperpanjang periode ini.
2. Spotting pada bulan-bulan pertama penggunaan
3. Sakit kepala, mual, payudara terasa lembek.
Yang harus diperhatikan adalah bila sudah tidak menyusui, pil KB laktasi tidak akan seefektif
metode hormonal lainnya. Akseptor dapat beralih ke pil KB kombinasi.
B. Pil KB kombinasi
Mengandung 2 hormon Levonogestrel 0,15mg dan Ethynilestradiol 0,03mg (estrogen), dalam
1 blister terdapat 28 pil mengandung hormone dan 7 pil pengingat.4
Efektifitas
Efektifitas tergantung akseptor. Risiko terjadinya kehamilan akan meningkat apabila jadwal
minum terlewati.
Akseptor akan kembali kepada kesuburan begitu berhenti mengkonsumsi. Pil KB kombinasi
tidak mempengaruhi siklus menstruasi akseptor.
7
Yang dapat menggunakan Pil KB Yang tidak dianjurkan menggunakan
kombinasi Pil KB kombinasi
1. Hari pertama menstruasi sesuai dengan tanda yang ada pada kemasan, dan lanjutkan sesuai
petunjuk arah panah
2. Hari ke 21 sampai dengan hari ke 28 setelah melahirkan apabila tidak menyusui.
3. Untuk menjaga efektifitasnya pil KB hendaknya diminum pada waktu yang sama setiap hari.
Manfaat lain
8
Sakit kepala, mual, payudara terasa lembek
Yang harus dilakukan bila terjadi efek samping:
Apabila lupa 3 pil atau lebih,buanglah seluruh pil KB yang tersisa, gunakan kondom atau tidak
melakukan hubungan seksual hingga periode menstruasi berikutnya. Kembali minum pil KB
setelah periode menstruasi berikutnya.
1. Kondom bocor
2. Lupa minum pil KB
3. Terlewat jadwal suntik
9
4. Tidak menggunakan kontrasepsi
Efektifitas
Kemungkinan terjadinya kehamilan adalah 1 dari 100 perempuan yang melakukan hubungan
seksual.
Minum pil pertama paling lambat 72 jam setelah hubungan seks. Pil kedua diminum setelah
12jam setelah pil pertama
Semakin cepat pil kontrasepsi darurat diminum setelah hubungan seks, semakin tinggi
efektifitasnya.
Efek samping umum
Efektifitas
Efektifitas tergantung akseptor. Risiko terjadinya kehamilan akan meningkat apabila jadwal
minum terlewati.
Akseptor akan kembali kepada kesuburan begitu berhenti mengkonsumsi. Pil KB kombinasi
tidak mempengaruhi siklus menstruasi akseptor.
10
Zat besi
11
Yang harus dilakukan bila terjadi efek samping:
Apabila lupa 3 pil atau lebih,buanglah seluruh pil KB yang tersisa, gunakan kondom atau tidak
melakukan hubungan seksual hingga periode menstruasi berikutnya. Kembali minum pil KB
setelah periode menstruasi berikutnya.
Efektifitas
Efektifitas tergantung dari kepatuhan dalam mengikuti jadwal suntik ulang. Risiko terjadinya
kehamilan akan meningkat apabila jadwal suntikan terlewati.
12
Dengan penggunaan yang tipikal, 97 orang dari 100 perempuan tidak akan hamil (tingkat
efektifitas 97%). Apabila jadwal suntikan ulang dipenuhi dengan baik, kemungkinan terjadinya
kehamilan adalah kurang dari 1 per 100 perempuan (99%).6
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk kembali subur adalah 1 bulan setelah penghentian
metode.
13
mengandung hormone estrogen sehingga dapat digunakan oleh ibu menyusui. Mencegah
terjadinya ovulasi dan mengentalkan lendir rahim hingga tidak dapat ditembus oleh sperma.7
Efektifitas
Efektifitas tergantung dari kepatuhan dalam mengikuti jadwal suntik ulang. Risiko terjadinya
kehamilan akan meningkat apabila jadwal suntikan terlewati. Dengan penggunaan yang tipikal,
97 dari 100 orang perempuan tidak akan hamil (tingkat efektifitas 97%). Apabila jadwal suntikan
ulang dipenuhi dengan baik, kemungkinan terjadinya kehamilan adalah kurang dari 1 per 100
perempuan (tingkat efektifitas 99%).7
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk kembali subur adalah 4 bulan setelah penghentian
metode.
Manfaat lain
14
G. Implant
Implant adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis
karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas. Implant adalah Alat kontrasepsi
yang berbentuk kapsul kosong silastic (karet silikon) yang di isi dengan hormon dan ujung-
ujungnya kapsul yang ditutup dengan silastic adhesive. Kontrasepsi implant adalah alat
kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang
dipasang dibawah kulit.8
Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian subdermal,
yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah dan reversibel
untuk wanita.8
1. Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon
2. Nyaman
3. Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia Reproduksi
4. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
5. Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut
6. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea
7. Aman dipakai pada masa laktasi
Menurut Handayani (2010:116) terdapat 2 macam implant ada 2 yaitu:
a. Norplant
15
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 “ kapsul” kosong silastic (karet silicon) yang diisi
dengan hormon Levonogrestel dan ujung – ujung kapsul ditutup dengan silastic adhesive.
Tiap “ kapsul” mempunyai panjang 34 mm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg levonorgestrel,
serta mempunyai ciri sangat efektif dalam mencegah kehamilan untuk lima tahun. Saat ini
Norplant banyak dipakai.
b. Norplant -2
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari dua batang silactic yang padat, dengan panjang tiap
batang 44 mm. Dengan masing – masing batang diisi 70 mg Levonorgestrel di dalam matriks
batangnya. Ciri norplan- 2 adalah sangat efektif untuk mencegah kehamilan 3 tahun.
2. Biodegrodable Implant
Macam implant biodegradable dibagi menjadi 2 macam :
a. Carpronor
suatu “ kapsul” polymer yang berisi levonorgestrel, pada awal penelitian dan
pengembangannya, carpronor berupa suatu “kapsul” biodegradable yang mengandung
levonorgestrel yang dilarutkan dalam minyak ethyl-aleate dengan diameter “ kapsul”< 0,24
cm dan panjang “ kapsul” yang teliti terdiri dari 2 ukuran, yaitu :
16
Lebih dari 50% akseptor pellets mengalami pola haid regular. Perdarahan inter menstrual
atau perdarahan bercak merupakan problin utama.
Terjadi rasa sakit payudara pada 4 % akseptor
Jumlah kecil dari kolesterol dalam masing – masing pellets kurang dari 2% kolesterol
dalam satu butir telur ayam tidak mempunyai efek pada kadar kolesterol darah akseptor.
Insersi pellets dilakukan pada bagian dalam lengan atas prosedur insersi seperti pada
capronor dan dapat dipakai dengan inserter yang sama.
Daerah insersi disuntikkan dengan anestesi lokal lalu dibuat insisi 3 mm. Pellets
diletakkan kira – kira 3 cm dibawah kulit. Tidak diperlukam penjahitan luka insisi, cukup
ditutup dengan verband saja.
Cara Kerja
1. Efektivitas tinggi, angka kegagalan norplant < 1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun
pertama.
2. Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 6 kira – kira 2,5 -
3% akseptor menjadi hamil.
3. Norplant – 2 sama efektifnya seperti Norplant, untuk waktu 3 tahun pertama. Semula
diharapkan norplant – 2 juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3
tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-
6%. Penyebab belum jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.
Keuntungan Kerugian
17
a. Daya guna tinggi. terhadap penyakit Menular
b. Perlindungan jangka panjang Seksual, termasuk AIDS.
(sampai 5 tahun). b. Membutuhkan tindak pembedahan
c. Pengembalian tingkat kesuburan minor untuk insersi dan
yang cepat setelah pencabutan. pencabutan.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan c. Akseptor tidak dapat menghentikan
dalam. sendiri pemakaian kontrasepsi ini
e. Bebas dari pengaruh estrogen. sesuai keinginan, akan tetapi harus
f. Tidak mengganggu kegiatan pergi ke klinik untuk pencabutan.
senggama. d. Dapat mempengaruhi baik
g. Tidak mengganggu ASI. penurunan maupun kenaikan berat
h. Klien hanya perlu kembali ke badan
klinik bila ada keluhan. e. Memiliki semua risiko sebagai
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai layaknya setiap tindak bedah minor
dengan kebutuhan. (infeksi, hematoma dan
Keuntungan menurut Non kontrasepsi perdarahan).
f. Secara kosmetik susuk Norplant
a. Mengurangi nyeri haid.
dapat terlihat dari luar
b. Mengurangi jumlah darah haid.
g. Pada kebanyakan klien dapat
c. Mengurangi/ memperbaiki anemia.
menyebabkan terjadinya perubahan
d. Melindungi terjadinya kanker
pola daur haid
endomentrium.
e. Menurunkan angka kejadian
kelainan jinak payudara.
f. Melindungi diri dari beberapa
penyebab penyakit radang panggul.
g. Menurunkan angka kejadian
endometriosis.
18
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Kontraindikasi
19
tidak menginginkan strelisasi).
Efek samping
Amenore
Spotting
Infeksi pada daerah insersi
Berat badan tidak stabil
H. IUD/AKDR
IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat
kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang
dililit tembaga, dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang umum dan mungkin banyak
dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral.9
Dari berbagai jenis IUD, saat ini yang umum beredar dipakai di Indonesia ada 3 macam jenis
yaitu:
IUD Copper T, terbentuk dari rangka plastik yang lentur dan tembaga yang berada pada
kedua lengan IUD dan batang IUD.
IUD Nova T, terbentuk dari rangka plastik dan tembaga. Pada ujung lengan IUD
bentuknya agak melengkung tanpa ada tembaga, tembaga hanya ada pada batang IUD.
IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastik yang dikelilingi oleh silinder pelepas hormon
Levonolgestrel (hormon progesteron) sehingga IUD ini dapat dipakai oleh ibu menyusui
karena tidak menghambat ASI.
Efektifitas
Sebagai kontrasepsi, AKDR tipe T efektifitasnya sangat tinggi yaitu berkisar antara 0,6-0,8
kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
Sedangkan AKDR dengan progesteron antara 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan pada tahun
pertama penggunaan.
20
Cara kerja
21
Membantu mencegah kehamilan ektopik
Efek samping
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3
bulan)
Haid lebih lama dan banyak
Perdarahan (spotting) antara menstruasi
Saat haid lebih sakit
Komplikasi
22
Gambar IUD
Intrauterine Contraceptive Device (IUD) adalah alat kontrasepsi nonHormonal yang dipasang
di dalam rahim. IUD TCu 380 Safe Load berbentuk huruf “T” dan terbuat dari rangka plastik
polyethylene dengan lilitan tembaga. Bekerja untuk mencegah pertemuan sperma dengan sel
telur. Ion yang dilepaskan oleh tembaga juga membuat kondisi rahim tidak siap untuk
pembuahan.9
Efektifitas
IUD merupakan salah satu metode kontrasepsi jangkapanjang yang paling efektif. IUD TCu
380A Safe Load adalah kontrasepsi yang paling direkomendasikan oleh WHO.
Kemungkinan terjadinya kehamilan adalah kurang dari 1 per 100 perempuan yang
menggunakan IUD, atausekitar 6-8 per 1.000 perempuan (efektifitas 99,2%-99,4%)
23
IUD TCu 380A Safe Load efektif mencegah kehamilan untuk 10 tahun.kemungkinan
terjadinya kehamilan setelah 10 tahun penggunaan adalah 2 per 100 perempuan (efektifitas
98%).
Dapat langsung kembali subur begitu IUD dilepas. IUD juga tidak membuat haid terhenti.
IUD dapat dipasang kapan saja selama dapat dipastikanbahwa akseptor tidak sedang
hamil.
IUD juga dapat dipasang 48 jam setelah melahirkan (memerlukan penyedia layanan yang
terlatih untuk tekhnik postpartum insertion)
Apabila melebihi 48 jam post partum, tunda pemasangan hingga minggu ke-4.
Yang perlu diperhatikan
24
Disarankan kontrol 3-6 minggu setelah pemasangan
Manfaat lain
Alat kontrasepsi non hormonal yang terbuat dari bahan polyethylene. Sangat praktis dengan
ukuran plastic vertical hanya 2.8 cm. jenis lain dari IUD berbentuk seperti tapal kuda. Bekerja
untuk mencegah pertemuan sperma dengan sel telur, ion yang dilepaskan oleh tembaga juga
membuat kondisi rahim tidak siap untuk pembuahan. Memiliki struktur anatomi mini, jauh lebih
kecil dari IUD TCu 380A safe load.9
Aman
Lebih steril karena lengan IUD tidak perlu ditekuk sehingga mencegah kemungkinan
infeksi
Tidak ada pengaruh hormone dalam tubuh
Sekali pasang efektif selama 5 tahun
Efektifitas
Kemungkinan terjadinya kehamilan adalah kurang dari 1 per 100 perempuan yang
menggunakan IUD, atausekitar 6-8 per 1.000 perempuan (efektifitas 99,2%-99,4%)
Dapat langsung kembali subur begitu IUD dilepas. IUD juga tidak membuat haid terhenti.
25
I. Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP)
Metode operatif wanita (MOW), dan Metode Operatif Pria (MOP), termasuk ke dalam
golongan kontrasepsi mantap. Metode operatif wanita (MOW) disebut juga dengan tubektomi
merupakan salah satu metode kontrasepsi yang bersifat permanen bagi seorang wanita bila tidak
ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba falopii. Oklusi tuba dilakukan dengan cara
mengikat, memotong, atau memasang cincin di tuba falopii, sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum.1
Metode Operatif Pria (MOP) adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi
pria dengan cara mengoklusi vas defferens, sehingga jalur transportasi spermatozoa terhambat,
dan proses fertilisasi tidak terjadi. Kedua metode ini dilakukan dengan prosedur operasi.1
1. Efektif
MOW sangat efektif dengan angka kegagalan yang sangat rendah, yaitu hanya 0,5 kehamilan per
100 perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan.
1. Efektif : MOP memiliki efektifitas yang tinggi, dengan angka kegagalan 1 banding 1000
2. Efek samping jarang terjadi
3. Tidak memerlukan kepatuhan akseptor
4. Tidak mengganggu fungsi seksual(Hartanto,2004).
Kerugian Metode operatif wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP)
Pada umumnya kerugian Metode operatif wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP)
adalah metode kontrasepsi ini bersifat permanen, dalam artian kesuburan sangat sulit untuk
dikembalikan apabila suatu saat akseptor ingin memiliki anak kembali. Oleh karena itu, metode
26
ini hanya dilakukan terutama pada pasangan yang telah memiliki anak, dan tidak menginginkan
anak lagi. Kerugian lainnya metode ini perlu dilakukan dengan tindakan operatif, dan harus
dilakukan di tempat yang memiliki fasilitas yang lengkap dan tenaga kerja yang terlatih. Selain
itu biaya untuk metode ini cenderung lebih mahal dari metode lainnya. Pada perempuan yang
melakukan prosedur MOW efek samping lainnya yaitu nyeri bekas luka operasi, infeksi pada
luka oprasi, dan apabila terjadi kehamilan maka kehamilan yang terjadi berupa kehamilan
ektopik. Pada pria dapat terjadi komplikasi akibat prosedur operatif. Akseptor MOP harus
menggunakan kontraepsi tambahan selama 3 bulan setelah prosedur atau kurang lebih 20 kali
ejakulasi.1
KontraindikasiMOW:
1. Kehamilan
2. PID
3. Penyakit jantung
4. Hipertensi
5. DM
6. Tumor pelvis
7. Penyakit perdarahan
8. Anemia berat/ pasien dengan anemia
9. Tidak dianjurkan untuk orang yang tidak stabil secara perkawinan, psikologis dan
seksual1
Kontraindikasi MOP
27
2.4 Program KB
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program
KB Nasional.
1. Strategi dasar
2. Strategi operasional
28
1. Strategi dasar
2. Strategi operasional
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka kematian ibu
dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan kesejahteraan keluarga;
Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KB-KR; Peningkatan sistem
pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.12
2.5.1 Pengertian
29
World Health Organization (WHO) memiliki beberapa istilah berbeda terkait dengan
AKI. Istilah pertama adalah maternal death – atau kematian ibu, yang didefinisikan sebagai
“kematian yang terjadi saat kehamilan, atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan, tanpa
memperhitungkan durasi dan tempat kehamilan, yang disebabkan atau diperparah oleh
kehamilan atau pengelolaan kehamilan tersebut, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau
kebetulan”.2 Konsep maternal death ini berbeda dengan konsep maternal mortality ratio, atau
yang lebih dikenal sebagai Angka Kematian Ibu (AKI), jika mengacu pada definisi Badan Pusat
Statistik (BPS). Baik BPS maupun WHO mendefinisikan maternal mortality ratio/AKI sebagai
angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.14
Menurut laporan dari WHO, kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat, dan
pasca kehamilan. Adapun jenis-jenis komplikasi yang menyebabkan mayoritas kasus kematian
ibu – sekitar 75% dari total kasus kematian ibu – adalah pendarahan, infeksi, tekanan darah
tinggi saat kehamilan, komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak aman.15 Untuk kasus
Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Pusat Kesehatan dan Informasi Kemenkes (2014)
penyebab utama kematian ibu dari tahun 2010-2013 adalah pendarahan (30.3% pada tahun 2013)
dan hipertensi (27.1% pada tahun 2013). Hal ini sangat ironis, mengingat berbagai penyebab
kematian ibu di atas sebenarnya dapat dicegah, jika sang ibu mendapatkan perawatan medis yang
tepat.13
Tingginya angka kasus kematian ibu sebenarnya bukanlah masalah yang terbilang baru.
Upaya penanganan kasus kematian ibu merupakan diskursus level global yang telah
diperbincangkan sejak abad ke 17. Dalam penelitiannya yang berjudul “Death in Childbed from
the Eighteent Century to 1935,” Loudon menjelaskan bahwa catatan-catatan terkait kasus
kematian ibu mulai muncul pada awal abad ke-17, seiring dengan berkembangnya praktik
kebidanan di masyarakat Inggris.16 Akan tetapi, komitmen masyarakat global terkait penanganan
kasus kematian ibu agaknya baru hadir di akhir abad ke-20. Pada tahun 1987, kekhawatiran
terkait dampak dari tingginya kasus kematian ibu mendorong WHO dan organisasi-organisasi
internasional lain untuk melahirkan The Safe Motherhood Initiative.17
Konsep safe motherhood sendiri mencakup serangkaian upaya, praktik, protokol, dan
panduan pemberian pelayanan yang didesain untuk memastikan perempuan menerima layanan
30
ginekologis, layanan keluarga berencana, serta layanan prenatal, delivery, dan postpartum yang
berkualitas, dengan tujuan untuk menjamin kondisi kesehatan sang ibu, janin, dan anak agar
tetap optimal pada saat kehamilan, persalinan, dan pasca-melahirkan. Mengacu pada modul yang
disusun oleh The Health Policy Project (2003), konsep safe motherhood sendiri memiliki enam
pilar utama, yaitu:18
1. Keluarga Berencana – Memastikan bahwa baik individu maupun pasangan memiliki akses
terhadap informasi, dan layanan keluarga berencana untuk merencanakan waktu, jumlah,
dan jarak kehamilan.
2. Perawatan Antenatal – Menyediakan vitamin, imunisasi, dan memantau faktor-faktor
risiko yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan; serta memastikan bahwa segala
bentuk komplikasi dapat terdeteksi secara dini, dan ditangani dengan baik.
3. Perawatan Persalinan – Memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat dalam proses
persalinan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan alat-alat kesehatan untuk mendukung
persalinan yang aman; serta menjamin ketersediaan perawatan darurat bagi perempuan yang
membutuhkan, terkait kasus-kasus kehamilan berisiko dan komplikasi kehamilan.
4. Perawatan Postnatal – Memastikan bahwa perawatan pasca-persalinan diberikan kepada
ibu dan bayi, seperti bantuan terkait cara menyusui, layanan keluarga berencana, serta
mengamati tanda-tanda bahaya yang terlihat pada ibu dan anak.
5. Perawatan Post-aborsi – Mencegah terjadinya komplikasi, memastikan bahwa komplikasi
aborsi terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, membahas tentang permasalahan
kesehatan reproduksi lain yang dialami oleh pasien, serta memberikan layanan keluarga
berencana jika dibutuhkan.
6. Kontrol Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS – mendeteksi, mencegah, dan
mengendalikan penularan IMS, HIV dan AIDS kepada bayi; menghitung risiko infeksi di
masa yang akan datang; menyediakan fasilitas konseling dan tes IMS, HIV dan AIDS untuk
mendorong upaya pencegahan; dan – jika memungkinkan – memperluas upaya kontrol pada
kasus-kasus transmisi IMS, HIV dan AIDS dari ibu ke bayinya.
The Safe Motherhood Initiative inilah yang kemudian digunakan sebagai basis Program
Gerakan Sayang Ibu, atau yang biasa disebut sebagai Program GSI. Program Gerakan Sayang
31
Ibu merupakan sebuah “gerakan” untuk mengembangkan kualitas perempuan – utamanya
melalui percepatan penurunan angka kematian ibu – yang dilaksanakan bersama-sama oleh
pemerintah dan masyarakat.19 Tujuan utama dari Program GSI adalah peningkatan kesadaran
masyarakat, yang kemudian berdampak pada keterlibatan mereka secara aktif dalam program-
program penurunan AKI; seperti menghimpun dana bantuan persalinan melalui Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), pemetaan ibu hamil dan penugasan donor darah pendamping, serta
penyediaan ambulan desa.19 Berbeda dengan The Safe Motherhood Initiative yang terkesan
sangat struktural, program GSI justru menekankan keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya-
upaya untuk menurunkan AKI.
32
BAB III
KELUARGA BERENCANA
No Jumlah
c. PUS 4T BerKB 29
g. Akseptor KB (MOP) 62
a. Akseptor KB (kondom) 0
33
b. Akseptor KB (Pil) 0
c. Akseptor KB (Suntik) 26
d. Akseptor KB (AKDR) 10
e. Akseptor KB (Implan) 0
f. Akseptor KB (MOW) 0
g. Akseptor KB (MOP) 0
KELUARGA BERENCANA
No Jumlah
c. PUS 4T BerKB 12
34
g. Akseptor KB (MOP) 62
a. Akseptor KB (kondom) 2
b. Akseptor KB (Pil) 12
c. Akseptor KB (Suntik) 30
d. Akseptor KB (AKDR) 20
e. Akseptor KB (Implan) 2
f. Akseptor KB (MOW) 0
g. Akseptor KB (MOP) 0
KELUARGA BERENCANA
No Jumlah
c. PUS 4T BerKB 17
35
c. Akseptor KB (Suntik) 22610
g. Akseptor KB (MOP) 13
a. Akseptor KB (kondom) 0
b. Akseptor KB (Pil) 17
c. Akseptor KB (Suntik) 33
d. Akseptor KB (AKDR) 13
e. Akseptor KB (Implan) 0
f. Akseptor KB (MOW) 0
g. Akseptor KB (MOP) 0
36
Pemantauan wilayah setempat keluarga berencana puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
37
Bulan Februari 2019
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Pencapaian yang didapat dari program yang sudah berjalan pada tahun 2018 adalah
90,1% pada Kecamatan Pesanggrahan dan Kelurahan Petukangan Utara, 109% pada Kelurahan
Petukangan Selatan, 96,7% pada Kelurahan Ulujami 98,1% pada Kelurahan Pesanggrahan,
71,4% pada Kelurahan Bintaro. Sedangkan pada tahun 2019 pencapaian hingga bulan Maret
mencapai 90.2% yang sedang aktif mengikuti pelayanan keluarga berencana.
Target sasaran untuk program KB di wilayah kerja Kecamatan Pesanggrahan adalah 100%.
Kesenjangan antara pencapaian dan target yang sudah di tentukan adalah 9,8%. Ini disebabkan
oleh:
1. Kurangnya minat dari pasangan usia subur untuk konseling keluarga berencana.
2. Masih ada persepsi yang kurang tepat dari pasangan usia subur mengenai penggunaan
kontrasepsi.
3. Kurangnya pengetahuan kader tentang keluarga berencana
4. Sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan kontrasepsi kurang.
5. Belum dilakukan home visit untuk meningkatkan pengetahuan keluarga berencana.
39
BAB V
KESIMPULAN
Family planning atau Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation)
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1) menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) mengatur
interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami dan istri, (5) menetukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan.
Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah
ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga.
3. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga dan
bangsa pada umumnya.
4. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran
sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan untuk meningkatkan
reproduksi.
40
Macam – macam Alat Kontrasepsi
41
DAFTAR PUSTAKA
42
12. NRC-POGI, 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.
Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
www. bkkbn.go.id
13. PKBI. Kematian Ibu dan Upaya – upaya Penanggulangannya. Diakses pada tanggal
24 April 2019 di https://pkbi.or.id/kematian-ibu-dan-upaya-upaya-
penanggulangannya/.
14. WHO. (2004). Maternal Mortality Ratio. Diakses pada tanggal 24 April 2019 di
http://www.who.int/healthinfo/statistics/indmaternalmortality/en/.
15. WHO. (2014). Maternal Mortality. Diakses pada tanggal 24 April 2019 di
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/.
16. Loudon. (1986). Death in Childbed from the Eighteent Century to 1935. Medical
History, 30(1), 1-41.
17. Women & Children First. (2015). What is the Safe Motherhood Initiative. Diakses
pada tanggal 24 April 2019 di https://www.womenandchildrenfirst.org.uk/our-
work/how-we-do-it/34-maternal-mortality/264-what-is-the-safe-motherhood-
initiative.
18. Policy Project. (2003). The Six Pillars of Safe Motherhood. Diakses pada tanggal 24
April 2019 di
http://www.policyproject.com/pubs/advocacy/MaternalHealth/AM_MH_16Sec3-
2.pdf.
19. Priyadi dkk. (2013). Pengaktifan Gerakan Sayang Ibu (GSI). Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan, 2(1), 5-8.
43