TEORI
TEORI
TEORI
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan social and environmental disclosure.
2. Untuk mengetahui teori yang melandasi perkembangan sosial dan lingkungan
prespektif teoritis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dinamakan “social condition” yang dapat mempengaruhi kehidupan
individu.
b Di berbagai area, informasi yang tersedia tidak lengkap dan sering tidak
akurat, biasanya tidak mengukur atau tidak mampu mengukur dengan baik
dampak social yang ditimbulkan.
c Informasi makin lengkap dan akurat ketika informasi tersebut diminta oleh
hokum, peraturan atau perjanjian kontaktual.
d Informasi kebanyakan berkaitan dengan karyawan, informasi tambahan
yang bermanfaat lainnya dapat berupa karakteristik produk, dampak
lingkungan dan bidang lain yang dipandang penting terutama karena adanya
peraturan pemerintah.
e Sebagian perusahaan telah menggunakan informasi social dalam
menentukan kebijakan, praktik, melakukan tindakan dan memonitor
hasilnya. Meskipun demikian, seberapa jauh hal ini dilakukan beravariasi
dengan persyaratan hukum dan dengan gaya serta tujuan manajemen.
f Meningkatnya jumlah perusahaan yang menyajikan laporan berkaitan
dengan aspek social cenderung untuk menarik perhatian publik, laporan ini
mungkin salah karena adanya usaha yang hanya menekankan pada fakta
yang menguntungkan, atau menggunakan bahasa berlebihan. Akan tetapi
beberapa usaha yag sungguh-sungguh dan bermanfaat memang telah
dilakukan. Meskipun tidak ada prinsip umum dalam penyajiaannya, ada
beberapa metode disclosure yang masuk akal.
g Perusahaan tidak meminta atau menerima laporan audit pihak ketiga atas
informasi yang disajikan, meskipun beberapa pendekatan ditemukan dalam
laporan tertentu. Misalnya pernyataan tentang dampak lingkungan,
terutama ketika ahli independen digunakan.
Tidak berapa lama setelah itu, Ernst and Ernst (1978) melakukan survey dan
menemukan bahwa pengungkapan dikatakan berkaitan dengan isu social (dan
lingkungan) jika pengungkapan tersebut berisi informasi yang dapat dikategorikan
kedalam berikut ini (p.22-28):
a. Lingkungan
b. Energi
3
c. Praktik bisnis yang wajar (fair)
d. Sumber daya manusia
e. Keterlibatan masyarakat
f. Produk yang dihasilkan
g. Pengungkapan lainnya
4
2. Alasan pengungkapan sosial dan lingkungan
Deegan (2002) mengungkapkan alasan mengapa manajer perusahaan secara
sukarela mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan:
a. Keingingan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam undang-undang.
Ini sebenarnya bukanlah alasan utama yang ditemukan di berbagai negara,
karena tidak banyak aturan yang meminta perusahaan mengungkapkan
informasi sosial dan lingkungan (Deegan 2000).
b. Pertimbangan rasionalitas ekonomi (economic rationaly). Ini memberi
keuntungan bisnis, karena perusahaan “melakukan hal yang benar”, dan
alasan ini dipandang sebagai motivasi utama. (Friedmann 1962).
c. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan. Manajer
berkeyakinan bahwa orang memiliki hak yang tidak dapat dihindari untuk
memperoleh informasi yang memuaskan (Hasan 1998; Donaldson dan
Preston 1995; Freeman dan Reed 1983) tidak peduli dengan cost yang
diperlukan untuk menyajikan informasi tersebut.
d. Keinginan untuk mematuhi keinginan peminjaman.
e. Untuk mematuhi harapan masyarakat, baragkali refleksi atas pandangan
bahwa kepatuhan terhadap “ijin yang diberikan masyarakat untuk
beroperasi” (atau “kontrak sosial”) tergantung pada penyediaan informasi
berkaitan dengan kinerja sosial dan lingkungan (Deegan 2002).
f. Sebagai konsekuensi dari ancaman terhadap legitimasi perusahaan (Deegan
et al, 2000; 2002; Patten 1992).
g. Untuk me-manage kelompok stakeholder tertentu yang powerfull (Ullman
1985; Roberts 1992; Evan dan Freeman 1988; Neu et al 1998)
h. Untuk menarik dana investasi.
i. Untuk mematuhi persyaratan industri, atau code of conduct tertentu (Deegan
dan Blomquist 2001).
j. Untuk memenangkan penghargaan pelaporan tertentu. Misalnya
penghargaan yang diberikan oleh the Association of Chartered Certified
Acountans (Deegan dan Carol 1993).
5
2.1 Teori Yang Melandasi
Berbagai prespektif teori telah digunakan untuk menjelaskan praktik PSL.
Pengelompokan teori yang bermanfaat yang dibuat oleh Gray, Kouhy dan Lavers
(1995b). Mereka mengklasifikasikan penggelompokan teoritis kedalam decision-
useful theory, ecconomic-based theory (positive accouting theory) dan political
economy theory.
1. Decision-Usefulness
Pendekatan ini berusaha menjelaskan praktik PSL dari sudut pandang
manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi sosial dan lingkungan. Ini
mempunyai dua aliran utama (Gray, Kouhy dan Lavers 1995b): Aliran pertama,
didasarkan pada studi yang berusaha menjelaskan praktik PSL dengan cara
meminta responden untuk merangking/mengurutkan item atau informasi dalam
PSL dari paling penting atau paling bermanfaat. Misalnya, studi yang meminta
investor untuk merangking tipe informasi yang mereka inginkan utuk dimasukan
dalam laporan keuangan tahunan ( Epsein dan Freedam 1994).
Aliran kedua, didasarkan pada studi yang berusaha untuk menentukan apakah
nformasi pertanggungjawaban sosial memiliki nilai informasi bagi pasar modal atau
pelaku pasar (Gray, Kouhy dan Lavers 1995b)
6
kemakmuran pribadi (wealth-maximisation) dianggap tidak tepat dan bertentangan
dengan logika sosial yang dikembangkan dalam praktik PSL.
7
4. Stakeholder Theory
Teori ini mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentinganya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi
stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah,
masyarakat, analis dan pihak lain). Jadi keberadaan suatu perusahaan sangat
dipengaruhi oleh dukungan dari stakeholder-nya.
Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi pemaikaian sumber- sumber ekonomi yang digunakan
perusahaan. Oleh karena itu power Stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya
power yang mereka miliki atas sumber tersebut. Power tersebut dapat berupa
kemempuan untuk membatasi pemaikaian sumber ekonoi yang terbatas ( modal dan
tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh, kemampua untuk mengatur
perusahaan, atau kemempuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa
yang dihasilkan perusahaan.
Stakeholder theory umumnya berkaitan dengan cara-cara yang digunakan
perusahaan untuk memanage stakeholder-nya (Gray et al 1997). Sedang cara-cara
untuk me-manage-nya tergantung strategi yang diadopsi perusahaan (Ullman
1985).
(Gray et al 1997) mengatakan: kelemahan stakeholder theory terletak pada
fokus teori tersebut yang hanya tertuju pada cara-cara yang digunakan perusahaan
diarahkan untuk mengidentifikasi stakeholder yang dianggap penting dan
beerpengaruh dan perhatian perusahaan akan diarahkan pada stakeholder yang
dianggap bermanfaat bagi perusahaan. Mereka yakin bahwa stakeholder theory
mengabaikan pengaruh masyarakat luas (society as a whole) terhadap penyediaan
informasi dalam pelaporan keuangan—termasuk keberadaan hukum dan regulasi
yang menghendaki adanya pengungkapan informasi tertentu.
5. Legitimacy Theory
Dowling dan Pfeffer (1975) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat
bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi. Mereka mengatakan (p. 131):
Karena legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yag
ditentukan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan-
8
batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan
memperhatikan lingkungan.
Yang melandasi teori legitimasi adalah “kontrak sosial” yang terjadi antara
perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan
sumber ekonomi.
Shocker dan Sethi (1974, p. 67) memberikan penjelasan tentang konsep
kontrak sosial sebagai berikut:
Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di masyarakat melalui
kontrak sosial—baik eksplisit maupun implisit—dimana kelangsungan hidup dan
pertumbuhannya didasarkan pada:
a. Hasil akhir (output) yang secara sosial dapat diberikan kepada masyarakat
luas.
b. Distribusi manfaat ekonommi, sosial atau politik kepada kelompok sesuai
denganpower yang dimiliki.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Ernst and Ernst, 1997, Social Responsibility Disclosure: 1997 Survey, Cleve; and:
Ernst & Ernst.
11