Gerakan Sekolah Sehat
Gerakan Sekolah Sehat
Gerakan Sekolah Sehat
A. Sekolah Sehat
1. Pengertian Sekolah Sehat
Sehat adalah keadaan badan dan jiwa yang baik. Artinya, sesuatu
dikatakan sehat jika secara lahiriah, batiniah, dan sosial berjalan secara
normal dan baik, sehingga memungkinkan sesuatu dapat produktif, baik
secara sosial maupun ekonomis. Jika hal ini dikaitkan dengan lembaga
pendidikan, maka sekolah sehat dapat dimaknai sebagai adalah lembaga
pendidikan yang memiliki unsur-unsur yang baik (normal) secara lahiriah
(jasmani) dan batiniah (rohani).
==============================================
==============================================
B. Sekolah Aman
1. Pengertian Sekolah Aman
Aman adalah situasi dimana seseorang bebas dari bahaya dan rasa takut.
Dengan demikian, sekolah aman adalah lembaga pendidikan yang
warganya bebas dari bahaya baik secara internal maupun eksternal.
Pada prinsipinya sekolah aman dapat dibedakan menjadi dua hal, yakni
aman secara jasmani (fisik) dan rohani (mental). Prinsip-prinsip sekolah
aman dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti warganya bebas rasa
takut dari segala ancaman keamanan sekolah, memiliki komitmen
terhadap budaya aman, suasana kondusif untuk belajar, hubungan antar
warga sekolah positif, sadar terhadap resiko bencana, lingkungan fisik
(gedung, halaman dan ruang, ruang kelas) dibangun dengan
mempertimbangkan faktor keamanan warganya, memiliki rencana yang
matang dan mampu sebelum, saat, dan sesudah bencana dan selalu siap
untuk merespon pada saat darurat dan bencana terjadi, dan sebagainya.
D. Sekolah Menyenangkan
1. Pengertian Sekolah Menyenangkan
Senang berarti perasaan puas, lega, tidak kecewa ataupun susah. Dengan
demikian, sekolah menyenangkan dapat diartikan sebagai sekolah yang
mampu membuat semua warga sekolah senang, puas, lega akan situasi
sekolah. Sekolah menyenangkan tidak hanya tertuju pada upaya
bagaimana membuat peserta didik betah ke sekolah, namun juga
menyenangkan bagi guru, tenaga kependidikan, bahkan orang tua peserta
didik.
Pada prinsipnya konsep sekolah menyenangkan merupakan perpaduan
dari konsep sekolah sehat, amat, dan ramah anak. Mengapa demikian?
Karena ketika prinsip-prinsip sekolah sehat, aman, dan ramah anak
sudah terpenuhi, maka secara otomatis sekolah tersebut menjadi
menyenangkan bagi peserta didik, guru, tenaga kependidikan, orang tua,
dan warga sekitar sekolah.
KABUPATEN SEMARANG
Oleh
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) peran serta guru (2)
peran orang tua,masyarakat dan komite dalam perencanaan sekolah ramah
anak). (3) Menciptakan sebuah perencanaan sekolah ramah anak yang
partisipatif di SD Negeri Gebugan 01.
Hasil penelitian ini adalah (1) Peran serta guru dalam perencanaan sekolah
ramah anak (SRA) antara lain dalam memilih dan merencanakan metode
pembelajaran yang menyenangkan dan berorientasi kepada siswa,penuh
kasih sayang dalam melayani siswa serta berpartisipasi dalam menentukan
langkah-langkah prencanaan yang ramah anak. (2) Peran serta orang
tua, masyarakat dalam perencanaan sekolah ramah anak
antara kepedulian dalam pengembangan sekolah, dan keikutsertaan dalam
pembuatan rencana kerja sekolah (RKS). (3) Meghasilkan sebuah
perencanaan sekolah ramah anak yang terdiri atas 12 indikator yang
divalidasi dan diuji keefektifannya sampai menjadi sebuah perencanaan
yang siap dilaksanakan di sekolah.
PENDAHULUAN
Penelitian yang dilakukan oleh UNICEF pada tahun 2006 di Jawa Tengah,
Sulawesi Selatan dan Sumatra Utara mengungkapkan bahwa hampir 80%
guru pernah memberikan sangsi berupa hukuman
termasuk hukuman verbal. Selain itu juga menunjukkan bahwa sebagian
besar tindakan kekerasan pada anak dilakukan oleh orang-orang di sekitar
anak diantaranya orang tua, guru dan teman-temannya (Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah, 2013: 4).
Ada beberapa ciri-ciri Sekolah Ramah Anak yang ditinjau dari beberapa
aspek antara lain (a) Sikap terhadap murid, (b) Metode Pembelajaran, (c)
Penataan Kelas, dan (d) Lingkungan Kelas (Umy, 2010: 7-8). Selain itu
sekolah harus menciptakan suasan kondusif agar anak merasa nyaman
dan dapat bebas berekspresi sesuai potensinya. Agar suasana kondusif
tersebut tercipta, maka ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan sesuai
dengan panduan dari Dinas Pendidikan Jawa Tengah (2013: 11-12)
sebagai berikut (a) Program sekolah yang sesuai, (b) Lingkungan sekolah
yang mendukung, dan (c) Aspek sarana prasarana yang memadai.
Sekolah ramah anak adalah model sekolah yang lebih banyak memberikan
prasangka baik kepada anak, guru menyadari tentang potensi yang
berbeda dari semua peserta didiknya sehingga dalam memberikan
kesempatan kepada siswanya dalam memilih kegiatan dan aktivitas
bermain yang sesuai dengan minat dan bakatnya, Aqib (2008:55).
Dunia pendidikan kita masih banyak kekerasan terhadap anak yang terjadi
di Indonesia dimana kebanyakan kekerasan itu oleh orang terdekat si anak
tersebut. Berdasarkan data dari BPS tahun 2006, guru menyumbang angka
3 % untuk kekerasan anak yang dilakukan di sekolah. Bentuk kekerasan di
sekolah beragam, seperti kekerasan fisik, psikis, kekerasan verbal, dan
kekerasan seksual (Bapedda) Surakarta, 2013.Oleh karena itu, lingkungan
yang nyaman dan ramah bagi tumbuh kembang anak tidak hanya terbatas
pada lingkungan keluarga saja, tetapi lebih luas lagi dalam lingkungan
masyarakat. Sebuah penelitian tentang pelaksanaan sekolah ramah anak
yang dilakukan oleh Balgia (2013) yang berjudul “Child Friendly School
Initiative At Three Primary Health Centers Of Belgaum District, Karnataka”
menyatakan bahwa untuk menjadi sekolah ramah anak setidaknya ada 10
komitmen yang harus di penuhi oleh sekolah yaitu (1) Tidak ada hukuman
fisik, (2) jumlah ruang kelas yang memadai, (3) lingkungan yang aman dan
tepat untuk sekolah, (4) air minum yang higienis, (5) ruang kantin yang
bersih, (6) sekolah melakukan kegitan refresing bagi siswa, (7) ruang kelas
yang terang dan nyaman, (8) check-up kesehatan secara berkala setelah
sekolah, (9) Fasilitas untuk pertolongan pertama dalam keadaan darurat,
dan (10) jumlah toilet yang memadai.
4. Sarana prasaran belum memadai (hanya 6 ruang kelas dan 1 rung guru)
METODE PENELITIAN
Potensi
Dan masalah
Pengum-
pulan Data
Desain Produk
Validasi Desain
Revisi Desain
Revisi Produk
Revisi Produk
Produksi Masal
Gambar.1
Penelitian pengembangan ini hanya sampai pada tahap hasil revisi produk
tidak sampai pada uji coba pemakaian dan produksi massal karena
penelitian ini hanya menghasilkan sebuah perencanaan tanpa
implementasi. Berikut ini adalah langkah-langkah penelitian pengembangan
dalam penelitian sampai dengan menghasilkan produk perencanaan.
Tahap Pendahuluan
(Pengumpulan Data)
A. EDS
C. Analsis SWOT
D. Renstra
E. Strategi
Gambar 3
Peran serta guru dalam perencanaan sekolah ramah anak dapat dilihat dari
keikutsertaan guru dalam menentukan tujuan dari program sekolah
tersebut.Tujuan dibentuknya sekolah ramah anak di SD Negeri Gebugan 01
adalah untuk agar siswa merasa aman dan nyaman ketika mengikuti
kegiatan belajar mengajar di kelas. Apabila siswa sudah merasa aman dan
nyaman, maka diharapkan mereka dapat menggali potensi yang
dimilikinya.Oleh karena itu guru sebagai tenaga pendidik dilibatkan dalam
kegiatan perencanaan sekolah ramah anak.
Orang tua siswa yang tergabung dalam komite sekolah yang merupakan
badan independen di sekolah/madrasah memegang peranan penting dalam
manajemen berbasis sekolah/madrasah. Orangtua/wali, keluarga,
masyarakat, dan dunia usaha seyogyanya bekerjasama mendorong
partisipasi anak dalam perencanaan, desain, pelaksanaan, pemantauan,
dan evaluasi SRA dalam koordinasi antara komite dengan
sekolah/madrasah.
Peran serta masyarakat seperti yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003
Pasal 8 menyatakan: “Masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan”, dan Pasal 9 menyatakan: “Masyarakat berkewajiban
memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan”. Peningkatan efektivitas peran serta masyarakat terutama
dunia usaha seyogyanya diatur oleh pemerintah kabupaten/kota guna
mendukung penerapan SRA.
Hasil analisis SWOT yang diperoleh peneliti di lapangan menunjukkan
bahwa orang tua siswa dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah
berperan serta aktif dalam perencanaan sekolah ramah anak. Bentuk
kepedulian para orang tua dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah
antara lain tercipta hubungan yang harmonis antara warga sekolah, para
orang tua dan alumni juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
kemajuan sekolah.
Bentuk peran serta orang tua siswa dan masyarakat terhadap sekolah yang
lainnya adalah dengan menciptakan lingkungan inklusif dan ramah bagi
pembelajaran anak di rumah.Hal itu merupakan salah satu aspek
pengembangan sekolah ramah anak dimana suasana lingkungan rumah
menjadi tempat yang aman bagi anak untuk belajar. Karena dengan adanya
lingkungan yang aman anak menjadi lebih berkonsentarsi dalam belajar
sehingga prestasi yang diperoleh juga akan semakin meningkat.
a. EDS
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah suatu proses evaluasi yang bersifat
internal dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk melihat kinerja
sekolah berdasarkan Standar Nasional Pendidikn (SNP) yang digunakan
sebagai dasar penyusunan RKS dan RKAS dalam meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah secara konsisten dan berkelanjutan, serta sebagai
masukan bagi perencanaan investasi pendidikan tingkat kab/kota (Sudrajat,
2012:1).
b. Visi, Misi
Visi adalah pernyataan yang diucapkan atau ditulis hari ini, yang
merupakan proses manajemen saat ini yang menjangkau masa yang
akan datang. Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai
organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang (Akdon,
2006: 94-97).
c. Analisis SWOT
Hasil analisis SWOT yang dilakukan sekolah dijadikan acuan bagi sekolah
dalam membuat program sekolah seperti sekolah ramah anak.
d. Rencana Setrategi
Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi
untuk menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk
mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber daya
manusia) untuk mencapai strategi ini.
e. Strategi
Penelitian ini hanya sampai pada revisi produk setelah diuji keefektifannya
tanpa uji coba pelaksanaan dan produksi massala karenaa produk yang
dihasilkan adalah perencanaaan tanpa implementasi dan diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu rekomendasi bagi sekolah
dalam melaksanakan program sekolah ramah anak di SD Negeri Gebugan
01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
Simpulan
Peran serta orang tua dan masyarakat dalam perencanaan sekolah ramah
anak antara lain dengan menciptakan lingkungan inklusif dan ramah bagi
pembelajaran anak di rumah. Kepedulian orang tua dan alumni dalam
membantu pengembangan sekolah, dan keikutsertaan orang
tua, masyarakat dan komite dalam pembuatan rencana kerja sekolah
(RKS).
Saran
1. Kepala sekolah
2. Guru
3. Komite sekolah
DAFTAR PUSTAKA
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah
sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas
hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa
mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola
website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga
penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Negara Indonesia merupakan negara yang besar dan kaya. Kaya akan Sumber Daya Alam
(SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Kekayaan ini, tentu dapat menjadi modal berharga
untuk bersaing dan bersanding dengan negara-negara maju di dunia. Namun kenyataannya,
negara kita masih belum mampu menjadi negara maju. Hal Ini karena masyarakat Indonesia
belum mempunyai budaya literasi yang baik. Budaya literasi, terutama minat baca dan
tingkat buta aksara sangat mempengaruhi posisi Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)/ Human Development Index (HDI) Indonesia. HDI diukur dari usia harapan hidup
(tingkat kesehatan), pertumbuhan ekonomi, dan kualitas pendidikan. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, pada tahun 2013 nilai IPM Indonesia hanya
mengalami sedikit kenaikan, yaitu dari 68,40 menjadi 68,90. Sementara itu, data dari
Badan Program Pembangunan PBB/ United Nations Development Program (UNDP), IPM
Indonesia pada tahun 2013 berada pada peringkat 108 dari 187 negara. Angka IPM ini
menunjukkan bahwa Indonesia berada jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya.
Survei lain tentang literasi yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada
tahun 2016 di New Britain, Conn, Amerika Serikat, menempatkan Indonesia pada urutan
ke-60 dari 61 negara. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi
sebagai syarat kecakapan hidup abab ke-21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai
dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat. Terdapat enam literasi dasar yang harus
dikuasai oleh peserta didik, orang tua, dan masyarakat Indonesia. Keenam literasi
tersebut yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi
finansial, serta literasi budaya dan kewargaan.
Literasi baca tulis merupakan pintu gerbang penguasaan literasi dasar yang lain, karena
dengan mempunyai kemampuan baca dan tulis maka akan mempermudah penguasaan
literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan
kewargaan. Untuk itu, sangat diperlukan berbagai upaya untuk mengembangkan budaya
literasi baca tulis di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak, mempunyai peran sentral dalam
menumbuhkan budaya literasi baca tulis. Setiap keluarga hendaknya mampu
mengupayakan cara-cara dalam mengembangkan budaya literasi ini.
Adapun beberapa cara untuk mengembangkan budaya literasi baca tulis dalam keluarga,
diantaranya:
Perpustakaan Keluarga dapat dibuat dengan memanfaatkan ruang kosong atau ruang
sempit yang ada di rumah. Jika tidak ada ruang yang tersisa, kita dapat menyediakan rak
buku atau rak kaca sebagai tempat untuk menyimpan dan menata koleksi buku bacaan
keluarga. Buku bacaan dapat diperoleh dari buku koleksi anggota keluarga aatau dengan
cara membelinya. Agar perpustakaan menjadi tempat yang nyaman untuk membaca,
maka kita dapat menambahkan meja baca atau karpet pada lantai.
Majalah dinding keluarga merupakan bentuk media komunikasi tulis yang paling
sederhana dalam sebuah keluarga. Seperti namanya, maka media ini dapat dipasang
pada dinding rumah. Setiap anggota keluarga dapat memajang berbagai bentuk tulisan,
gambar, atau kombinasi keduanya tentang kegiatan sehari-hari anggota keluarga.
Media dinding keluarga dapat dibuat secara sederhana. Bisa menggunakan papan yang
terbuat dari sty rofoam atau dengan papan kayu. Ukurannya pun dapat disesuaikan
dengan kondisi rumah masing-masing.
Demikianlah beberapa cara untuk mengembangkan budaya literasi baca tulis dalam
lingkungan keluarga. Sahabat bisa memilih salah satu atau lebih untuk memulainya.
Salam Literasi Keluarga.
Daftar Pustaka:
Panduan Gerakan Literasi Nasional Tahun 2017: Kemdikbud
4 Manfaat mengejutkan Baca Buku Sebelum Tidur:
https://www.duniaperpustakaan.com/2017/03/4-manfaat-mengejutkan-baca-buku-sebelum.html
6 Manfaat Mendongengkan Anak Sebelum Tidur: https://health.detik.com/ibu-dan-anak/d-
1433674/6-manfaat-mendongengkan-anak-sebelum-tidur
Sekolah Ramah Anak (SRA) merupakan satuan pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu
menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan,
diskriminasi dan perlakuan salah lainya, serta mendukung partisipasi anak terutama
dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawaasan dan mekanisme pengaduan
terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di satuan pendidikan.
Sekolah Ramah Anak (SRA) merupakan upaya mewujudkan pemenuhan hak dan
perlindungan anak selama 8 jam anak berada di sekolah, melalui upaya sekolah untuk
menjadikan sekolah:
B ersih
A man
R amah
I ndah
I nklusif
S ehat
A sri
N yaman
Komponen SRA, yaitu:
Kebijakan SRA (komitment tertulis, SK Tim SRA, dan program yang mendukung
SRA)
Pelaksanaan proses belajar yang ramah anak (Penerapan Disiplin Positif)
Pendidik dan Tenaga Kependidikan terlatih tentang Hak-hak Anak dan SRA
Sarana dan Prasarana yang ramah anak (tidak membahayakan anak dan mencegah
anak agar tidak celaka)
Partisipasi anak
Partisipasi Orang Tua, Lembaga Masyarakat, Dunia Usaha, Stakeholder lainnya, dan
Alumni
Tujuan SRA, yaitu:
Mencegah kekerasan terhadap anak dan warga sekolah lainnya
Mencegah anak mendapatkan kesakitan karena keracunan makanan dan lingkungan
yang tidak sehat
Mencegah kecelakaan di sekolah yang disebabkan prasarana maupun bencana
alam
Mencegah anak menjadi perokok dan pengguna Napza
Menciptakan hubungan antar warga sekolah yang lebih baik, akrab, dan berkualitas
Memudahkan pemantauan kondisi anak selama anak berada di sekolah
Memudahkan mencapai tujuan pendidikan
Menciptakan lingkungan yang hijau dan tertata
Membuat anak menjadi lebih betah di sekolah
Membiasakan anak dengan pembiasaan- pembiasaan yang positif
Tahap Pembentukan SRA dimulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaa,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
Sebelum mengisi formulir Guru ataupun siswa, terlebih dahulu harus menyiapkan
dokumen tentang: