Bab 5 Perencanaan Suplesi Dan Tubuh Bendung
Bab 5 Perencanaan Suplesi Dan Tubuh Bendung
Bab 5 Perencanaan Suplesi Dan Tubuh Bendung
𝐼′𝐾.𝑏𝑜𝑑𝑟𝑖−𝐾.𝐵𝑙𝑜𝑟𝑖𝑛𝑔 = 0,00308
𝑃 = 2 + 2.0,6 √1 + 1,52
= 4.163 m
1.74
𝑅= 4,163
= 0,4179 m
Untuk menghitung besarnya debit kapasitas pengaliran menggunakan rumus
Manning sebagai berikut ;
2 1
1
Qkap = × 𝑅3 × 𝐼2 × 𝐴
𝑛
Dimana,
Qkap = Debit kapasitas pengaliran (m3/s)
n = Koefisien manning (diambil 0,015) karena kondisi saluran dengan
pelindung beton.
Tabel 5.2 Koefisien Kekasaran Dasar Saluran
Perhitungan Qkap (Debit Kapasitas Pengaliran) alur saluran suplesi diperoleh
dengan metode Trial and Error.
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan debit kapasitas pengaliran saluran suplesi
b h m A P R I Q
(m) (m) (m2) (m) (m) m^3/s
2 0.6 1.5 1.74 4.163 0.4179 0.00308 4.498
2 0.9 1.5 3.015 5.245 0.5748 0.00308 9.64
2 1.1 1.5 4.015 5.966 0.673 0.00308 14.26
2 1.3 1.5 5.135 6.687 0.7679 0.00308 19.91
2 1.5 1.5 6.375 7.408 0.8605 0.00308 26.67
Berdasarkan hasil diatas, besarnya Qkap suplesi dari Kali Bodri –Kali Blorong
lebih besar dari Qrencana suplesi dari sungai K.Bodri - K.Blorong, yaitu :
b=2m
h = 0,6 m
Fr (Tinggi Jagaan) = 0,6 m
A = 1,74 m2
P = 4,163 m
R = 0,4179 m
Maka dari itu besar debit yang digunakan dalam perenancaan saluran sebesar
4,498 m3/s.
b. Memasukan data debit rencana (steady flow data) dengan debit rencana
yaitu sebesar 4,498 m3/dt.
Keterangan:
= Elevasi
batas saluran Kanan
= Elevasi
batas saluran Kiri
= Elevasi
Muka Air
=Elevasi
Tinggi Energi
=Elevasi Dasar
Saluran
Tabel 5.5 Data Cross Section dari Perhitungan HEC-CRAS Lokasi Studi
Saluran Suplesi pada Kondisi Eksisting
Elevasi Elevasi Elevasi Luas Lebar
Q Kec.
STA Dasar Muka Garis Penampang Permukaan
No Outflow Saluran
Saluran Saluran Air Energi Saluran Saluran
(m3/s) (m) (m) (m) (m/s) 2
(m ) (m)
1 0+000 4.49 28.80 29.48 29.72 2.20 2.04 4.03
2 0+998 4.49 25.72 26.4 26.65 2.20 2.04 4.03
3 1+457 4.49 24.31 24.99 25.24 2.19 2.05 4.03
4 2+000 4.49 22.64 23.31 23.56 2.21 2.03 4.02
5 3+002 4.49 19.55 20.23 20.47 2.19 2.05 4.04
6 3+197 4.49 18.95 19.63 19.88 2.19 2.05 4.04
7 4+002 4.49 16.47 17.15 17.4 2.17 2.07 4.05
8 4+300 4.49 15.55 16.23 16.48 2.10 2.13 4.10
9 5+002 4.49 13.39 14.07 14.32 2.20 2.04 4.03
10 5+856 4.49 10.76 11.44 11.69 2.20 2.04 4.03
11 6+002 4.49 10.31 10.99 11.24 2.21 2.03 4.03
12 7+002 4.49 7.23 7.91 8.16 2.20 2.04 4.03
13 7+097 4.49 6.94 7.62 7.87 2.20 2.04 4.03
14 7+966 4.49 4.26 4.93 5.18 2.23 2.01 4.01
a. HASIL PENAMPANG MELINTANG RENCANA dengan Program HEC-CRAS
0+000
3+197
6+002
(Sumber: Laporan Hidrologi dan Hidrolika DED Bendung Karet Kali Blorong)
5.2.3 Kapasitas Tampungan Long Storage
Long storage adalah sistem tampungan yang memanfaatkan saluran
memanjang sungai itu sendiri sebagai tampungannya. Dalam pembangunan long
storage, dibutuhkan bangunann bendung sebagai bangunan utama karena bendung
berfungsi untuk meninggikan air sampai elevasi tertentu sehingga air dapat
tertampung di sungai.
Long storage pada perencanaan ini dimulai dari elevasi dasar sungai -0,50
yaitu di lokasi tubuh bendung yang terletak pada STA HI13 hingga ke elevasi
dasar sungai di +3,00 yang terletak di antara STA 34 dan STA 33, dikarenakan
tinggi bendung yang direncanakan adalah 3,5 meter.
Untuk menentukan volume tampungan long storage digunakan metode
pendekatan perhitungan volume yang biasa digunakan pada jalan raya. Data yang
digunakan adalah peta potongan melintang sungai Kali Blorong per STA.
Perhitungan kapasitas volume tampungan long storage dengan elevasi
bendung 3,5 meter dihitung per 100 meter (jarak antar STA) yang dimulai dari
lokasi bendung eksisting yaitu di STA HI-13 dengan dasar sungai di elevasi -0,5
hingga dasar sungai di elevasi +3,00 yaitu di STA PI-33. Berikut denah STA
yang dapat dilihat apda gambar 5.12
Gambar 5.12 Denah STA
Denah/potongan memanjang sungai dapat dilihat pada gambar 5.13 berikut ini:
= 3650 m3
Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut, hasil perhitungan volume
long storage dilakukan dengan tabel hubungan antara STA, luas penampang
melintang sungai, jarak antar STA dan hasil komulatif volume yang dapat dilihat
pada tabel 5.6 berikut ini :
TabelTabel
5.6 Perhitungan Volume
5.6 Perhitungan Kapasita
Volume Long Storage
Kapasitas (Lanjutan)
Long Storage
Luas Panjang Volume
STA
Penampang (m2) (m) (m3)
P33 32 100
P32 41 100 3650
P31 46 100 4350
P30 53 100 4950
P29 43 100 4800
P28 53 100 4800
P27 16 100 3450
P26 36 100 2600
P25 80 100 5800
P24 72 100 7600
P23 68 100 7000
P22 44 100 5600
P21 48 100 4600
P20 58 100 5300
P19 68 100 6300
Tabel 5.6 Perhitungan Volume Kapasita Long Storage (Lanjutan)
Luas Panjang Volume
STA
Penampang (m2) (m) (m3)
P18 51 100 5950
P17 60 100 5550
P16 59 100 5950
P15 64 100 6150
P14 81 100 7250
P13 45 100 6300
P12 76 100 6050
P11 53 100 6450
P10 66 100 5950
P9 63 100 6450
P8 57 100 6000
P7 59 100 5800
P6 85 100 7200
P5 66 100 7550
P4 82 100 7400
P3 68 100 7500
P2 82 100 7500
P1 80 100 8100
P0 53 100 6650
HU22 91 100 7200
HU21 85 100 8800
HU20 83 100 8400
HU19 88 100 8550
HU18 99 100 9350
HU17 96 100 9750
HU16 112 100 10400
HU15 102 100 10700
HU14 117 100 10950
Tabel 5.6 Perhitungan Volume Kapasita Long Storage (Lanjutan)
Luas Panjang Volume
STA
Penampang (m2) (m) (m3)
HU13 117 100 11700
HU12 125 100 12100
HU11 113 100 11900
HU10 108 100 11050
HU9 111 100 10950
HU8 121 100 11600
HU7 122 100 12150
HU6 122 100 12200
HU5 116 100 11900
HU4 130 100 12300
HU3 155 100 14250
HU2 168 100 16150
HU1 132 100 15000
HI0 370 100 25100
HI1 353 100 36150
HI2 307 100 33000
HI3 338 100 32250
HI4 328 100 33300
HI5 335 100 33150
HI6 347 100 34100
HI7 306 100 32650
HI8 346 100 32600
HI9 342 100 34400
HI10 340 100 34100
HI11 341 100 34050
HI12 353 100 34700
HI12+50 345 50 17450
HI12+60 345 10 3450
Tabel 5.6 Perhitungan Volume Kapasita Long Storage (Lanjutan)
Luas Panjang Volume
STA
Penampang (m2) (m) (m3)
HI12+70 357 10 3510
HI12+80 468 10 4125
HI12+90 468 10 4680
HI13 468 10 4680
Total 911345
14000000
12000000
10000000
8000000 tampungan
inflow
6000000
outflow
4000000
limpasan
2000000
0
Jan I Feb I Mar I Apr I Mei I Jun I Jul I Agus Sept Okt I Nov I Des I
I I
h1 0,3 H
0,7 1,167 (OK)
Dimana :
Q = debit banjir (322,102 m3/dt)
A = luas penampang basah (392,44 m2)
P = keliling penampang basah (93.57 m)
R = jari-jari hidrolis penampang = A/P = 4,194 m
n = koefisien manning (0,02)
I = kemiringan saluran (I = 0,00382)
m = 1.5
Perhitungan dilakukan dengan trial and error dan hasil perhitungan dapat
dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8 Hasil perhitungan tinggi muka air di Hilir
Q n A b m P R I h
(m3/dt) (m2) (m) (m) (m) (m)
142.164 0.015 104.500 103.000 1.500 105.000 0.995 0.00382 1.000
189.314 0.015 115.115 103.000 1.500 105.200 1.094 0.00382 1.100
245.904 0.015 125.760 103.000 1.500 105.400 1.193 0.00382 1.200
312.801 0.015 136.435 103.000 1.500 105.600 1.292 0.00382 1.300
322.301 0.015 137.825 103.000 1.500 105.626 1.305 0.00382 1.313
Gambar 5.18 Sketsa Gaya Akibat Berat Sendiri Kondisi Air Normal
Berdasarkan hasil sketsa distribusi gaya pada Gambar 5.18 perhitungan
momen yang terjadi akibat berat sendiri bendung pada kondisi muka air normal
dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut :
Tabel 5.10 Perhitungan Gaya dan Momen Akibat Berat Sendiri Kondisi Air
Normal
Massa jenis Gaya Lengan Momen thd X
Segmen Luas (m2)
(Ton/m3) (Ton) (m) (Ton m)
[1] [2] [3] [4] = [2] x [3] [5] [6] = [4] x [5]
G1 1 X 2.5 2.4 6.000 16.5 85.2
G2 3.621 X 2 2.4 17.381 14.2 212.046
G3 0.398 X 1.974 2.4 1.886 12.2 22.005
G4 1 X 0.243 X 0.5 2.4 0.292 11.67 3.403
G5 1 X 1.581 2.4 3.794 11.5 43.636
G6 1 X 0.549 X 0.5 2.4 0.659 10.67 7.029
G7 1 X 1.032 2.4 1.238 10.5 13.003
G8 0.5 X 0.412 X 0.5 2.4 0.494 9.67 4.781
G9 0.5 X 0.62 2.4 0.744 9.5 7.068
G10 0.5 X 0.303 X 0.5 2.4 0.364 9.17 3.334
G11 0.5 X 0.317 2.4 0.380 9 3.424
G12 0.5 X 0.192 X 0.5 2.4 0.115 8.67 0.999
G13 0.5 X 0.124 2.4 0.149 8.5 1.265
G14 0.792 X 0.124 X 0.5 2.4 0.118 8.23 0.970
G15 11 X 1 2.4 26.585 6.5 172.801
G16 1 X 0.1 2.4 0.240 0.95 0.228
G17 0.9 X 1 X 0.5 2.4 1.080 0.6 0.648
G18 1 X 1.5 2.4 3.600 0.5 1.800
GW1 1.22 X 2.4 1 2.928 16.4 48.019
GW2 2.07 X 2.4 X 0.5 1 2.484 15.1 37.508
Rv = 70.531 Mv = 669.166
Distribusi gaya-gaya akibat berat sendiri pada saat kondisi pembendungan maksimum dapat dilihat pada Gambar 5.19 dibawah ini.
Gambar 5.19 Sketsa Gaya Akibat Berat Sendiri Kondisi Pembendungan Maksimum
Berdasarkan hasil sketsa distribusi gaya pada Gambar 5.19 perhitungan
momen yang terjadi akibat berat sendiri bendung pada kondisi pembendungan
maksimum dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut :
Tabel 5.11 Perhitungan Gaya dan Momen Akibat Berat Sendiri Kondisi
Pembendungan Maksimum
Massa jenis Gaya Lengan Momen
Segmen Luas (m2)
(Ton/m3) (Ton) (m) (Ton m)
[1] [2] [3] [4] = [2] x [3] [5] [6] = [4] x [5]
G1 1 X 2.5 2.4 6.000 16.5 85.200
G2 3.621 X 2 2.4 17.381 14.2 212.046
G3 0.398 X 1.97 2.4 1.882 12.2 21.960
G4 1 X 0.243 X 0.5 2.4 0.292 11.67 3.403
G5 1 X 1.581 2.4 3.794 11.5 43.636
G6 1 X 0.549 X 0.5 2.4 0.659 10.67 7.029
G7 1 X 1.032 2.4 1.238 10.5 13.003
G8 0.5 X 0.412 X 0.5 2.4 0.494 9.67 4.781
G9 0.5 X 0.62 2.4 0.744 9.5 7.068
G10 0.5 X 0.303 X 0.5 2.4 0.364 9.17 3.334
G11 0.5 X 0.317 2.4 0.380 9 3.424
G12 0.5 X 0.192 X 0.5 2.4 0.115 8.67 0.999
G13 0.5 X 0.124 2.4 0.149 8.5 1.265
G14 0.792 X 0.124 X 0.5 2.4 0.118 8.23 0.970
G15 11 X 1 2.4 26.585 6.5 172.801
G16 1 X 0.1 2.4 0.240 0.95 0.228
G17 0.9 X 1 X 0.5 2.4 1.080 0.6 0.648
G18 1 X 1.5 2.4 3.600 0.5 1.800
GW1 1.22 X 2.4 1 2.928 16.4 48.019
GW2 2.07 X 2.4 X 0.5 1 2.484 15.1 37.508
GW3 3.36 X 1.05 X 1 3.528 15.34 54.120
Rv = 74.055 Mv = 723.241
E = Koefisien gempa.
= ad/g.
g = Percepatan gravitasi.
= 9,8 m/det2.
z = Faktor yang tergantung pada letak geografis(lihat Gambar 5.20 )
= 0,56.
Gambar 5.20 Zona Gempa Daerah Indonesia Barat
Perhitungan :
ad = 1,56 (85 * 0,56)0,89 = 48,55 cm/det2
E = 48,55/980 = 0,049 ≈ 0,05
Dari koefisien gempa di atas, maka dapat dicari besarnya gaya gempa dan
momen akibat gaya gempa dengan persamaan berikut :
K=E*G
Dimana :
K = Gaya akibat gempa (ton).
E = Koefisien gempa.
G = Berat bangunan (ton).
Distribusi gaya gempa dapat dilihat pada gambar 5. Dan pada tabel 5.14, tabel
5.16 dan tabel 5.17 di bawah ini disajikan gaya dan momen akibat pengaruh
gempa:
Distribusi gaya-gaya akibat gempa pada saat kondisi kosong dapat dilihat pada Gambar 5.21 dibawah ini.
Tabel 5.14 Perhitungan Gaya dan Momen Akibat Gempa Kondisi Kosong
Berat G Gaya Gempa Lengan Momen thd X
Gaya (TON) K= 0.05xG (m) (Ton m)
[1] [2] [3] = 0.05 x [2] [4] [5] = [3] x [4]
K1 6.000 0.300 2.340 0.702
K2 17.381 0.869 2.540 2.207
K3 1.886 0.094 2.524 0.238
K4 0.292 0.015 3.350 0.049
K5 3.794 0.190 2.480 0.471
K6 0.659 0.033 2.900 0.096
K7 1.238 0.062 2.200 0.136
K8 0.494 0.025 2.450 0.061
K9 0.744 0.037 2.000 0.074
K10 0.364 0.018 2.100 0.038
K11 0.380 0.019 1.850 0.035
K12 0.115 0.006 1.880 0.011
K13 0.149 0.007 1.750 0.013
K14 0.118 0.006 1.730 0.010
K15 26.585 1.329 1.190 1.582
K16 0.240 0.012 2.000 0.024
K17 1.080 0.054 1.833 0.099
K18 3.600 0.180 0.750 0.135
Rh = 3.256 Mh = 5.981
Distribusi gaya-gaya akibat gempa pada saat kondisi muka air normal dapat dilihat pada Gambar 5.21 dibawah ini.
Tabel 5.16 Perhitungan Gaya dan Momen Akibat Gempa Kondisi Air Normal
Berat G Gaya Gempa Lengan Momen thd X
Gaya (TON) K= 0.05xG (m) (Ton m)
[1] [2] [3] = 0.05 x [2] [4] [5] = [3] x [4]
K1 1.000 0.050 2.340 0.117
K2 3.621 0.181 2.540 0.460
K3 0.398 0.020 2.524 0.050
K4 1.000 0.050 3.350 0.168
K5 1.000 0.050 2.480 0.124
K6 1.000 0.050 2.900 0.145
K7 1.000 0.050 2.200 0.110
K8 0.500 0.025 2.450 0.061
K9 0.500 0.025 2.000 0.050
K10 0.500 0.025 2.100 0.053
K11 0.500 0.025 1.850 0.046
K12 0.500 0.025 1.880 0.047
K13 0.500 0.025 1.750 0.044
K14 0.792 0.040 1.730 0.069
K15 11.077 0.554 1.190 0.659
K16 1.000 0.050 2.000 0.100
K17 0.900 0.045 1.833 0.082
K18 1.000 0.050 0.750 0.038
KW1 2.928 0.146 4.900 0.717
KW2 2.484 0.124 5.240 0.651
Rh = 1.610 Mh = 3.790
Distribusi gaya-gaya akibat gempa pada saat kondisi pembendungan maksimum dapat dilihat pada Gambar 5.23 dibawah ini.
Tabel 5.17 Perhitungan Gaya dan Momen Akibat Gempa Kondisi Pembendungan
Maksimum
Berat G Gaya Gempa Lengan Momen thd X
Gaya (TON) K= 0.05xG (m) (Ton m)
[1] [2] [3] = 0.05 x [2] [4] [5] = [3] x [4]
K1 6.000 0.300 2.340 0.702
K2 17.381 0.869 2.540 2.207
K3 1.882 0.094 2.524 0.237
K4 0.292 0.015 3.350 0.049
K5 3.794 0.190 2.480 0.471
K6 0.659 0.033 2.900 0.096
K7 1.238 0.062 2.200 0.136
K8 0.494 0.025 2.450 0.061
K9 0.744 0.037 2.000 0.074
K10 0.364 0.018 2.100 0.038
K11 0.380 0.019 1.850 0.035
K12 0.115 0.006 1.880 0.011
K13 0.149 0.007 1.750 0.013
K14 0.118 0.006 1.730 0.010
K15 26.585 1.329 1.190 1.582
K16 0.240 0.012 2.000 0.024
K17 1.080 0.054 1.833 0.099
K18 3.600 0.180 0.750 0.135
KW1 2.928 0.146 4.900 0.717
KW2 2.484 0.124 5.240 0.651
kw3 3.528 0.176 6.560 1.157
Rh = 3.703 Mh = 8.505
3. Gaya Hidrostatis
Tekanan hidrostatis
𝑃ℎ1 = 𝐻 ∗ 𝛾𝑤
Gaya tekan hidrostatis
𝐹ℎ = 0,5 ∗ 𝑃ℎ ∗ 𝐻 ∗ 1
Hasil perhitungan gaya hidrostatis pada kondisi air normal dan
pembendungan maksimum dapat dilihat pada tabel 5.18 dan 5.9 dibawah ini,
dan sketsa distribusi tekanan gaya hidrostatis pada kondisi air normal dapat
dilihat pada gambar 5. dan pada kondisi pembendungan maksimum dapat
dlihat pada gambar 5..
Dimana :
Ux = Gaya angkat pada titik x (T/m2).
Hx = Tinggi titik yang ditinjau ke muka air atau tinggi energi di hulu
pelimpah.
Lx = Jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x (m).
∆H = Beda tinggi energi (m).
L = Panjang total bidang kontak bangunan dan bawah tanah
Berikut hasil perhitungan gaya uplift dapat dilihat pada tabel 5.20 dan tabel
5.22, dan uplift pressure dapat dilihat pada tabel 5.21 dan tabel 5.23
Distribusi gaya-gaya akibat uplift (tekanan keatas) pada saat kondisi muka air normal dapat dilihat pada Gambar 5.26 dibawah ini.
∑ 𝑀𝑅
𝑆𝑓 =
∑𝑀𝐺
Dimana :
Sf = Faktor keamanan.
∑ MR = Jumlah momen penahan (T m).
∑ MG = Jumlah momen guling (T m).
Sf ≥ 1,5
Kondisi Kosong
179,374
≥ 1,5
6,891
Kondisi Normal
264,901
≥ 1,5
10,773
Sf ≥ 1,5
Kondisi Kosong
24,209
. 0,3 ≥ 1,5
2,964
Kondisi Normal
29,621
. 0,3 ≥ 1,5
3,068
Kondisi Kosong
= 24,209/17 < 175
= 1,424 < 175 (aman)
Kondisi normal
= 29,621/17 < 175
= 1,742 < 175 (aman)
Kondisi Pembendungan Maksimum
= 15,615/17 < 175
= 0,919 < 175 (aman)
Kondisi Kosong
∑MH = Mv + Mh = 179,374+ (-6,891) = 172,483
(1/2 * b – e) ∑V =∑MH
17 172,483
− 𝑒=
2 24,209
𝑒 = 1,375
𝟏 𝟏𝟕
𝟏, 𝟑𝟕𝟓 < 𝟔 𝒙 𝒃 = = 𝟐, 𝟖𝟑𝟑 (aman)
𝟔
Kondisi Normal
∑MH = Mv + Mh = 264,901+ (-10,773) = 254,128
(1/2 * b – e) ∑V =∑MH
17 254,128
− 𝑒=
2 29,621
𝑒 = −0,079
𝟏 𝟏𝟕
−𝟎, 𝟎𝟕𝟗 < 𝟔 𝒙 𝒃 = = 𝟐, 𝟖𝟑𝟑 (aman)
𝟔
e = -1,563
𝟏 𝟏𝟕
−𝟏, 𝟓𝟔𝟑 < 𝟔 𝒙 𝒃 = = 𝟐, 𝟖𝟑𝟑 (aman)
𝟔