Bab 5 Perencanaan Suplesi Dan Tubuh Bendung

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 88

BAB V

PERENCANAAN SUPLESI DAN TUBUH BENDUNG

5.1 PERENCANAAN SUPLESI


5.1.1 Uraian Umum
Air merupakan sumber daya alam yang terbaharui melalui daur hidrologi.
Keberadaan air sangat bervariasi tergantung lokasi dan musim. Namun,
ketersediaan air di daerah tropis (dekat dengan katulistiwa) sangat besar
dibandingkan dengan daerah lain. Rekayasa manusia untuk lebih mengoptimalkan
pemanfaatan SDA adalah dengan merubah distribusi air secara buatan diantaranya
dengan membangun bendung/bendungan. Analisis kebutuhan air irigasi pada tiap
daerah akan diatur melalui bendung tersebut. Dengan perencanaan saluran dan
pintu air sepanjang wilayah pernyaluran, air kemudian disalurkan. Saluran Suplesi
sendiri merupakan bangunan yang berfungsi mengalirkan air dari saluran suplesi
ke saluran pembawa atau ke sungai. Saluran suplesi (pemberian air) sangat
diperlukan untuk keperluan pemenuhan kebutuhan air di daerah tersebut. Dalam
suatu perencanaan, terlebih dahulu harus dilakukan survei dan investigasi dari
daerah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan
dengan perencanaan yang lengkap dan teliti. Untuk mengatur pelaksanaan
perencanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar, karena metodologi
merupakan acuan untuk menentukan langkah-langkah kegiatan yang perlu diambil
dalam perencanaan. Perencanaan suplesi sendiri guna meningkatkan ketersediaan
air untuk memenuhi kebutuhan air yang diperlukan untuk industri di Kawasan
Industri Kaliwungu. Lokasi Kawasan Industri terletak di dataran rendah utara
Kabupaten Kendal, dimana pada daerah tersebut ketersediaan air baku sangat
sedikit. Oleh karena itu, solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
membuat saluran penyuplai yang diambil dari sungai terdekat didaerah tersebut.
Salah satu alternatif tersebut adalah sungai Bodri yang terletak di Kecamatan
Cepiring kota Kendal.
5.1.2 Metode Pelaksanaan
Secara umum proses perencanaan suplesi ini dimulai dari pengambilan
data. Data yang diperlukan terdiri atas data primer yaitu survey lapangan pada
daerah aliran sungai, dan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat
dengan perencanaan Bendung Karet Kali Blorong. Dan data sekunder diperoleh
dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah, Balai Besar
Wilayah Sungai Pamali-Juwana Kota Semarang, dan Pusat Studi Bencana Undip.
Data – data yang diperlukan dalam perencanaan suplesi ini adalah peta yang
terdiri dari peta topografi, peta kontur, dan peta potongan memanjang dan
melintang sungai.
Perencanaan suplesi diawali dengan penentuan debit yang akan dialirkan
ke kali Blorong. Debit yang digunakan adalah debit kekurangan air dari hasil
perhitungan neraca air yang dilakukan pada pengolahan data. Kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan trase saluran dengan mempertimbangkan kontur
dan lahan yang tidak menggangu aktivitas yang sudah ada seperti rumah-rumah
penduduk, area pertanian dan persawahan dsb. Setelah trase ditentukan, kemudian
dilanjutkan dengan perhitungan saluran dan kemudian dilakukan simulasi
tampungan dengan menggunakan software HEC-RAS.

5.1.3 Kondisi Eksisting Sungai


Untuk kebutuhan air baku , biasanya saat musim kemarau Kali Blorong
mengalami kekurangan sebesar 3,003 m3/s. Berdasarkan sumber dari Dinas Bina
Marga, Sumber Daya Air dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Kendal pada
tahun 2015, sungai dengan debit air terbesar di Kabupaten Kendal Tahun 2014
salah satunya yaitu Kali Bodri. Debit air Kali Bodri yaitu 98,0 m3/dt saat musim
kemarau dan 315,0 m3/dt saat musim penghujan dengan panjang sungai 87 Km.
Sehingga kondisi sungai dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 5.1 Panjang Sungai dan Banyaknya Debit Air Kabupaten Kendal
Tahun 2014
Debit Air
Panjang Sungai
No Nama Sungai Musim Kemarau Musim Hujan
(Km)
(m3/det) (m3/det)
1 Kali Blorong 51,0 61,2 498,7
2 Kali Bodri 87,0 98,0 315,0
(Sumber: Dinas Bina Marga, Sumber Daya Air dan Sumber Daya Mineral Kab. Kendal, 2015)
Maka dari itu trase saluran suplesi dari Kali Bodri ke Kali Blorong
direncanakan sedapat mungkin memiliki jarak yang pendek. Dan perencanaan
trase untuk saluran suplesi dari Kali Bodri ke Kali Blorong kurang lebih
sepanjang 7,9 Km dari data Auto Cad. Elevasi muka air di hulu saluran suplesi
rencana harus lebih tinggi dibandingkan dengan elevasi muka air hilir saluran
suplesi rencana. Dengan demikian terbentuk perencanaan jalur trase dari Kali
Bodri ke Kali Blorong, seperti pada Gambar 5.1 berikut :

Gambar 5.1 Perencanaan Trase Suplesi


Keterangan Gambar Perencanaan Trase Suplesi :
Kali Bodri
Kali Blorong
Trase Perencanaan Suplesi
Setelah perencanaan trase selesai, dilakukan rekapitulasi dari salah satu sta
saluran untuk mengetahui detail kontur/elevasi dari Saluran Suplesi dan Kali
Blorong tersebut. Dari gambar 5.2 akan diperoleh data kontur as saluran di ujung
saluran suplesi yang berada di Kali Blorong yaitu +4.26 m.

Gambar 5.2 Detail Kontur Saluran di Kali Blorong

5.1.4 Debit Rencana Saluran


Berdasarkan hasil perhitungan neraca air yang dilakukan pada bab
pengolahan data diperoleh debit defisit/kekurangan air terbesar yaitu pada bulan
Desember sebanyak 1,312 m3/dt. Untuk mengantisipasi berbagai faktor
kehilangan air pada saluran suplesi, seperti evaporasi, perkolasi, rembesan dan
juga faktor eksternal seperti pengambilan air oleh warga sekitar maka debit
rencana yang digunakan untuk desain saluran suplesi adalah 150% dari debit
defisit terbanyak.
Sehingga :
Qdef = 1,312 m3/dt
Qren = (150/100) x 1,312
= 1,968 m3/dt
Jadi, debit rencana saluran suplesi adalah 1,968 m3/dt  Q rencana.
5.1.5 Perencanaan Dimensi Saluran
Untuk pengaliran air, saluran berpenampang trapesium adalah saluran
pembawa yang paling umum dipakai dan ekonomis. Dalam perencanaan ini
direncanakan saluran terbuka berbentuk trapesium dengan m = 1,5. Dalam
perhitungan dimensi saluran suplesi digunakan Rumus Manning.
1. Menentukan Kemiringan Dasar Saluran
∆ℎ
𝐼=
𝑙
Keterangan:
I = kemiringan dasar saluran
∆h = beda tinggi (m)
l = panjang saluran (m)
Data atau parameter yang digunakan adalah sebagai berikut:
ESaluran dikali bodri = 28.80 m
EK.Blorong = 4.26 m
l = 7966,40 m
28.80−4.26
𝐼′𝐾.𝑏𝑜𝑑𝑟𝑖−𝐾.𝐵𝑙𝑜𝑟𝑜𝑛𝑔 = 7966.40

𝐼′𝐾.𝑏𝑜𝑑𝑟𝑖−𝐾.𝐵𝑙𝑜𝑟𝑖𝑛𝑔 = 0,00308

2. Desain Penampang Trapesium untuk Saluran Suplesi


Debit yang dialirkan =
Kemiringan Saluran (I) = 0,00308
Lebar alur saluran ditentukan dengan nilai (b) = 2 m
Bentuk penampang alur saluran ditentukan berbentuk trapesium dengan m = 1.5,
maka :
𝐴 = (𝑏 + 𝑚ℎ)ℎ
𝑃 = 𝑏 + 2ℎ √1 + 𝑚2
𝐴
𝑅= 𝑃
Dimana,
A = Luas penampang saluran (m2)
P = Keliling basah penampang (m)
R = Jari-jari hidrolis (m)
b = Lebar alur saluran (m)
h = Tinggi Muka Air (m)
m = Kemiringan talud (m=1.5)
Perhitungan :
𝐴 = (2 + 1,5.0,6)0,6
= 1,74 m2

𝑃 = 2 + 2.0,6 √1 + 1,52
= 4.163 m
1.74
𝑅= 4,163

= 0,4179 m
Untuk menghitung besarnya debit kapasitas pengaliran menggunakan rumus
Manning sebagai berikut ;
2 1
1
Qkap = × 𝑅3 × 𝐼2 × 𝐴
𝑛

Dimana,
Qkap = Debit kapasitas pengaliran (m3/s)
n = Koefisien manning (diambil 0,015) karena kondisi saluran dengan
pelindung beton.
Tabel 5.2 Koefisien Kekasaran Dasar Saluran
Perhitungan Qkap (Debit Kapasitas Pengaliran) alur saluran suplesi diperoleh
dengan metode Trial and Error.
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan debit kapasitas pengaliran saluran suplesi

b h m A P R I Q
(m) (m) (m2) (m) (m) m^3/s
2 0.6 1.5 1.74 4.163 0.4179 0.00308 4.498
2 0.9 1.5 3.015 5.245 0.5748 0.00308 9.64
2 1.1 1.5 4.015 5.966 0.673 0.00308 14.26
2 1.3 1.5 5.135 6.687 0.7679 0.00308 19.91
2 1.5 1.5 6.375 7.408 0.8605 0.00308 26.67
Berdasarkan hasil diatas, besarnya Qkap suplesi dari Kali Bodri –Kali Blorong
lebih besar dari Qrencana suplesi dari sungai K.Bodri - K.Blorong, yaitu :
b=2m
h = 0,6 m
Fr (Tinggi Jagaan) = 0,6 m
A = 1,74 m2
P = 4,163 m
R = 0,4179 m
Maka dari itu besar debit yang digunakan dalam perenancaan saluran sebesar
4,498 m3/s.

Gambar 5.3 Skema Saluran Suplesi


Tabel 5.4 Hubungan antara Debit Rencana dengan Tinggi Jagaan

Sumber : (Kriteria Perencanaan Bagian Saluran – KP 03, 2010)

i. Analisis Penampang Sungai Eksisting


Analisis penampang eksisting bertujuan untuk mengetahui kemampuan
Saluran Suplesi dalam menampung debit rencana setelah dibangunnya. Analisa
penampang akan dihitung dengan menggunakan program HEC-RAS. Dengan
menggunakan HEC-RAS dapat diketahui profil dari muka air saat mengalir
melewati saluran. HEC-RAS akan menampilkan model dari Lokasi Studi Saluran
Suplesi sesuai dengan input data yang diberikan.
Pemodelan HEC-RAS dibuat dalam 1 kondisi yaitu debit rencana pada
penampang saluran eksisting. Untuk membuat model aliran Lokasi Studi Saluran
Suplesi, input data yang digunakan adalah :
1. Data Geometri
Data geometri berupa skema Saluran Suplesi. Skema didapat dengan
meng-export data dengan format berupa Auto Cad Civil 3D. Dalam skema
tersebut terdapat elevasi serta cross section Saluran Suplesi.
2. Data Hidrolika
Yaitu koefisien manning (n) merupakan parameter yang menunjukan
kekasaran dasar saluran dan tebing.
3. Data debit Lokasi Studi Saluran Suplesi
Pada analisa penampang eksisting dengan menggunakan Steady Flow
Simulation hanya menggunakan satu debit sebagai input yaitu debit
rencana pada saluran suplesi.
ii.Langkah-langkah Pengoperasian Program HEC-RAS
1. Input
a. Geometri data
 Membuat gambar alur suplesi (supply reach)
Gambar alur Lokasi Studi Saluran Suplesi yang akan di input hanya
meliputi saluran bagian hulu. Jarak antara cross section di setiap Sta berbeda-
beda. Cross section dengan jarak lebih renggang terdapat pada alur saluran yang
lurus, sedangkan cross section dengan jarak lebih rapat berada pada alur saluran
yang berkelak-kelok.

Gambar 5.4 Alur Lokasi Studi Saluran Suplesi


 Memasukan data masing-masing cross section
- Nomor stasiun / Supply station = 8010,72 – 44,41
- Stasiun dan elevasi = Data penampang memanjang saluran
- Nilai koefisien manning = 0,015 pada bagian tepi dan bagian tengah
saluran.
- Profil saluran utama = 1 Saluran Utama
- Nilai koefisien kontraksi dan ekspansi = 0,1 dan 0,3 (aliran sub kritis)

Gambar 5.5 Tabel Input Data Cross Section

b. Memasukan data debit rencana (steady flow data) dengan debit rencana
yaitu sebesar 4,498 m3/dt.

Gambar 5.6 Tabel Input Data Debit Rencana


2. Running (eksekusi data)

Gambar 5.7 Running Program


iii. Hasil Output Program HEC-CRAS
a. Penampang memanjang (Saluran Suplesi)

Keterangan:

= Elevasi
batas saluran Kanan

= Elevasi
batas saluran Kiri

= Elevasi
Muka Air
=Elevasi
Tinggi Energi
=Elevasi Dasar
Saluran

Gambar 5.8 Profil Memanjang Eksisting Lokasi Studi Saluran Suples


b. Tabel data Cross Section
Berikut merupakan hasil Output dari perhitungan program HEC-RAS :

Tabel 5.5 Data Cross Section dari Perhitungan HEC-CRAS Lokasi Studi
Saluran Suplesi pada Kondisi Eksisting
Elevasi Elevasi Elevasi Luas Lebar
Q Kec.
STA Dasar Muka Garis Penampang Permukaan
No Outflow Saluran
Saluran Saluran Air Energi Saluran Saluran
(m3/s) (m) (m) (m) (m/s) 2
(m ) (m)
1 0+000 4.49 28.80 29.48 29.72 2.20 2.04 4.03
2 0+998 4.49 25.72 26.4 26.65 2.20 2.04 4.03
3 1+457 4.49 24.31 24.99 25.24 2.19 2.05 4.03
4 2+000 4.49 22.64 23.31 23.56 2.21 2.03 4.02
5 3+002 4.49 19.55 20.23 20.47 2.19 2.05 4.04
6 3+197 4.49 18.95 19.63 19.88 2.19 2.05 4.04
7 4+002 4.49 16.47 17.15 17.4 2.17 2.07 4.05
8 4+300 4.49 15.55 16.23 16.48 2.10 2.13 4.10
9 5+002 4.49 13.39 14.07 14.32 2.20 2.04 4.03
10 5+856 4.49 10.76 11.44 11.69 2.20 2.04 4.03
11 6+002 4.49 10.31 10.99 11.24 2.21 2.03 4.03
12 7+002 4.49 7.23 7.91 8.16 2.20 2.04 4.03
13 7+097 4.49 6.94 7.62 7.87 2.20 2.04 4.03
14 7+966 4.49 4.26 4.93 5.18 2.23 2.01 4.01
a. HASIL PENAMPANG MELINTANG RENCANA dengan Program HEC-CRAS

Tabel 5.6 Penampang Melintang Saluran dengan HEC-RAS


STA Penampang Melintang

0+000

Elv. Muka air = +29.48


Elv. Dasar Saluran = +28.80
Elv. Tebing Kiri = +30
Elv. Tebing kanan = +30
0+998

Elv. Muka Air = +26.4


Elv. Dasar Saluran = +25.724
Elv. Tebing Kiri = +26.924
Elv. Tebing kanan = +26.924
1+457

Elv. Muka Air = +24.99


Elv. Dasar Saluran = +24.311
Elv. Tebing Kiri = +25.511
Elv. Tebing kanan = +25.511
2+000

Elv. Muka Air = +23.31


Elv. Dasar Saluran = +22.639
Elv. Tebing Kiri = +23.839
Elv. Tebing kanan = +23.839
3+002

Elv. Muka Air = +20.23


Elv. Dasar Saluran = +19.55
Elv. Tebing Kiri = +20.75
Elv. Tebing kanan = +20.75
STA Penampang Melintang

3+197

Elv. Muka Air = +19.63


Elv. Dasar Saluran = +18.951
Elv. Tebing Kiri = +20.151
Elv. Tebing kanan = +20.151
4+002

Elv. Muka Air = +17.15


Elv. Dasar Saluran = +16.472
Elv. Tebing Kiri = +17.672
Elv. Tebing kanan = +17.672
4+300

Elv. Muka Air = +16.23


Elv. Dasar Saluran = +15.55
Elv. Tebing Kiri = +16.75
Elv. Tebing kanan = +16.75
5+002

Elv. Muka Air = +14.07


Elv. Dasar Saluran = +13.393
Elv. Tebing Kiri = +14.593
Elv. Tebing kanan = +14.593
5+856

Elv. Muka Air = +11.44


Elv. Dasar Saluran = +10.762
Elv. Tebing Kiri = +11.962
Elv. Tebing kanan = +11.962
STA Penampang Melintang

6+002

Elv. Muka Air = +10.99


Elv. Dasar Saluran = +10.313
Elv. Tebing Kiri = +11.513
Elv. Tebing kanan = +11.513
7+002

Elv. Muka Air = +7.91


Elv. Dasar Saluran = +7.233
Elv. Tebing Kiri = +8.433
Elv. Tebing kanan = +8.433
7+097

Elv. Muka Air = +7.62


Elv. Dasar Saluran = +6.941
Elv. Tebing Kiri = +8.141
Elv. Tebing kanan = +8.141
7+966

Elv. Muka Air = +4.93


Elv. Dasar Saluran = +4.26
Elv. Tebing Kiri = +5.46
Elv. Tebing kanan = +5.46
5.2 PERENCANAAN ULANG TUBUH BENDUNG
5.2.1 Uraian Umum
Menurut Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :
360/KTPS/M/2004 Tentang Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan
Bendung Karet Isi Udara terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
1. Tubuh bendung, yang berupa tabung karet yang dikembangkan, sebagai
bangunan utama yang berfungsi untuk membendung air.
2. Bangunan dasar, yang berupa fondasi untuk perletakan tubuh bendung yang
dirangkaikan dengan lantai hilir sebagai dasar kolam peredam energi dan
lantai hulu yang direncanakan untuk pengamanan terhadap erosi dasar
fondasi.
3. Pilar dan tembok tepi, yang berfungsi sebagai batas tepi panel bendung dan
penahan tanah tebing sungai.
4. Saluran dan pintu pembilas, yang berfungsi untuk pembilas sedimen di
sekitar mulut bangunan pengambilan dan untuk fasilitas dewatering pada
pekerjaan perbaikan tubuh bendung.
5. Instalasi pemompaan udara, yang terdiri dari generator atau jaringan suplai
listrik, pompa blower, pipa penghubung, dan instalasi pipa dalam tubuh
bendung serta peralatan kontrol tekanan tubuh bendung
6. Sistem otomatisasi pengempisan bendung, yang berupa sensor muka air dan
alat pembuka tutup lubang pengeluaran udara.
7. Rumah operasi, yang berfungsi sebagai tempat peralatan pemompaan udara
dan otomatisasi pengempisan be ndung serta ruangan bagi operator.
8. Jembatan penyeberangan, yang berfungsi untuk jalan penyeberangan
orang/kendaraan antarkedua sisi sungai sekaligus untuk menghindari orang
melintas pada tubuh bendung dan untuk melindungi tubuh bendung dari
sengatan sinar matahari. Pagar pengaman, yang menutup jalan masuk ke
tubuh bendung.
Pada perencanaan ulang bendung karet ini, yang dilakukan desain ulang
adalah pada bangunan dasar bendung yang sekaligus menjadi tubuh bendung.
Hasil perencanaan bendung karet Kali Blorong sebelumnya yang dilakukan oleh
konsultan perencana pada tahun 2015 dengan tinggi tubuh bendung 2,5 meter
tampungan pada bulan Juli (tengah bulanan ke-1), September (1 bulan) dan
Oktober (tengah bulanan ke-2) tidak terpenuhi.
Setelah dilakukan perencanaan saluran suplesi dari Sungai Bodri dapat
diketahui bahwa tambahan debit ke sungai/kali Blorong adalah sebanyak 4.498
m3/detik. Agar kebutuhan air dapat terpenuhi secara kontinyu, maka diperlukan
tampungan yang lebih besar. Oleh karena itu dilakukan peninggian terhadap tubuh
bendung menjadi 3,5 meter, dimana 2,5 meter bagian atas tubuh bendung masih
menggunakan bahan karet dan 1 meter bagian bawah menggunakan bahan beton
yang menyatu dengan lantai bendung. Untuk mengetahui kesetimbangan air
(water balance) tampungan yang direncanakan dapat dilakukan dengan simulasi
tampungan.

5.2.2 Kondisi Eksisting Bendung


1. Lokasi
Lokasi rencana bendung karet terletak pada STA HI13 dapat dilihat pada
peta situasi pada Gambar 5.9
(Sumber :Peta Situasi Konsultan Perencana)
Gambar 5.9 Lokasi Tubuh Bendung pada Peta Situasi

2. Tubuh Bendung Eksisting


Tubuh bendung pada perencanaan sebelumnya mempunyai tinggi 2,5
meter yang terbuat dari secara keseluruhan
(Sumber :Desain Detail Bendung Konsultan Perencana)

Gambar 5.10 Potongan Memanjang Bendung Karet


Dari gambar 5.10 bagian yang dilingkari dengan garis putus-putus
merupakan bagian yang didesain ulang pada Tugas Akhir ini, dimana pada bagian
tersebut dilakukan peninggian elevasi.
Perbandingan desain eksisting bendung dan desain baru bendung dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 5.11 Potongan Memanjang Bendung Karet


3. Kondisi Tampungan Eksisting
Hasil simulasi tampungan pada rencana bendungan eksisting terjadi
tampungan air pada bendung tidak penuh pada bulan Juli, September dan Oktober
yang dapat dilihat pada tabel 5.6
Tabel 5.6 Simulasi Tampungan Bendung Karet dengan H = 2,5 m
PERIODE INFLOW OUTFLOW LONG STORAGE ELEVASI LIMPASAN KONDISI PEMENUHAN
3 3 3 3 3
Bulan Hari det m /det m m /det m m m m3 m3/det TAMPUNGAN KEBUTUHAN (%)
457.000,00 2,50
Mar 1 15 1.296.000 11,15 14.454.881,40 2,66 3.449.722,50 457.000,00 2,50 11.005.158,90 8,49 surplus/penuh 100
Mar 2 16 1.382.400 11,15 15.418.540,16 2,47 3.417.048,00 457.000,00 2,50 12.001.492,16 8,68 surplus/penuh 100
Apr 1 15 1.296.000 8,94 11.582.224,00 2,60 3.365.275,40 457.000,00 2,50 8.216.948,60 6,34 surplus/penuh 100
Apr 2 15 1.296.000 8,94 11.582.224,00 2,98 3.857.755,40 457.000,00 2,50 7.724.468,60 5,96 surplus/penuh 100
Mei 1 15 1.296.000 5,08 6.585.298,07 2,99 3.873.437,66 457.000,00 2,50 2.711.860,41 2,09 surplus/penuh 100
Mei 2 16 1.382.400 5,08 7.024.317,94 3,02 4.173.138,84 457.000,00 2,50 2.851.179,11 2,06 surplus/penuh 100
Jun 1 15 1.296.000 3,44 4.455.649,84 3,03 3.931.550,56 457.000,00 2,50 524.099,28 0,40 surplus/penuh 100
Jun 2 15 1.296.000 3,44 4.455.649,84 2,94 3.814.910,56 457.000,00 2,50 640.739,28 0,49 surplus/penuh 100
Jul 1 15 1.296.000 2,44 3.157.527,29 2,74 3.545.887,02 68.640,27 0,80 0,00 0,00 menyusut/tidak penuh 100
Jul 2 16 1.382.400 2,44 3.368.029,11 2,38 3.284.615,48 152.053,90 1,31 0,00 0,00 bertambah/tidak penuh 100
Agt 1 15 1.296.000 2,01 2.604.061,83 1,92 2.489.439,92 266.675,80 1,83 0,00 0,00 bertambah/tidak penuh 100
Agt 2 16 1.382.400 2,01 2.777.665,95 1,62 2.240.682,58 457.000,00 2,50 346.659,17 0,25 surplus/penuh 100
Sep 1 15 1.296.000 1,51 1.951.537,26 1,62 2.100.639,92 307.897,34 2,00 0,00 0,00 menyusut/tidak penuh 100
Sep 2 15 1.296.000 1,51 1.951.537,26 1,62 2.100.639,92 158.794,67 1,34 0,00 0,00 menyusut/tidak penuh 100
Okt 1 15 1.296.000 1,19 1.539.413,61 1,02 1.317.181,21 381.027,07 2,25 0,00 0,00 bertambah/tidak penuh 100
Okt 2 16 1.382.400 1,19 1.642.041,18 1,35 1.861.185,29 161.882,97 1,36 0,00 0,00 menyusut/tidak penuh 100
Nov 1 15 1.296.000 2,96 3.834.300,60 1,80 2.331.197,66 457.000,00 2,50 1.207.985,90 0,93 surplus/penuh 100
Nov 2 15 1.296.000 2,96 3.834.300,60 2,65 3.432.797,66 457.000,00 2,50 401.502,94 0,31 surplus/penuh 100
Des 1 15 1.296.000 8,26 10.699.520,63 3,34 4.323.487,02 457.000,00 2,50 6.376.033,61 4,92 surplus/penuh 100
Des 2 16 1.382.400 8,26 11.412.822,00 3,44 4.749.959,48 457.000,00 2,50 6.662.862,52 4,82 surplus/penuh 100
Jan 1 15 1.296.000 13,15 17.040.175,06 3,45 4.472.319,92 457.000,00 2,50 12.567.855,14 9,70 surplus/penuh 100
Jan 2 16 1.382.400 13,15 18.176.186,73 3,25 4.493.994,58 457.000,00 2,50 13.682.192,15 9,90 surplus/penuh 100
Feb 1 15 1.296.000 10,88 14.103.522,95 3,17 4.109.439,92 457.000,00 2,50 9.994.083,04 7,71 surplus/penuh 100
Feb 2 13 1.123.200 10,88 12.223.053,23 3,00 3.370.570,60 457.000,00 2,50 8.852.482,63 7,88 surplus/penuh 100

(Sumber: Laporan Hidrologi dan Hidrolika DED Bendung Karet Kali Blorong)
5.2.3 Kapasitas Tampungan Long Storage
Long storage adalah sistem tampungan yang memanfaatkan saluran
memanjang sungai itu sendiri sebagai tampungannya. Dalam pembangunan long
storage, dibutuhkan bangunann bendung sebagai bangunan utama karena bendung
berfungsi untuk meninggikan air sampai elevasi tertentu sehingga air dapat
tertampung di sungai.
Long storage pada perencanaan ini dimulai dari elevasi dasar sungai -0,50
yaitu di lokasi tubuh bendung yang terletak pada STA HI13 hingga ke elevasi
dasar sungai di +3,00 yang terletak di antara STA 34 dan STA 33, dikarenakan
tinggi bendung yang direncanakan adalah 3,5 meter.
Untuk menentukan volume tampungan long storage digunakan metode
pendekatan perhitungan volume yang biasa digunakan pada jalan raya. Data yang
digunakan adalah peta potongan melintang sungai Kali Blorong per STA.
Perhitungan kapasitas volume tampungan long storage dengan elevasi
bendung 3,5 meter dihitung per 100 meter (jarak antar STA) yang dimulai dari
lokasi bendung eksisting yaitu di STA HI-13 dengan dasar sungai di elevasi -0,5
hingga dasar sungai di elevasi +3,00 yaitu di STA PI-33. Berikut denah STA
yang dapat dilihat apda gambar 5.12
Gambar 5.12 Denah STA
Denah/potongan memanjang sungai dapat dilihat pada gambar 5.13 berikut ini:

Gambar 5.14 Potongan memanjang sungai (P32-P23)


Rumus yang digunakan dalam menghitung volume adalah :
𝐴𝑥 + 𝐴𝑦
𝑉𝑥 = ×𝐿
2
Dimana :
Vx = Volume tampungan (m3)
Ax = Luas penampang sungai pada STA X (m2)
Ay = Luas penampang sungai pada STA Y (m2)
L = Jarak antara STA (m)
Contoh perhitungan volume tampungan long storage :

Gambar 5.13 Penampang Melintang Sungai pada STA P33


Ax = luas penampang sungai pada STA 33 (bagian yang diarsir)
= 32 m2

Gambar 5.14 Penampang Melintang Sungai pada STA P32


Ay = luas penampang sungai pada STA 32 (bagian yang diarsir)
= 41 m2
L = jarak antar STA = 100 meter
maka,
𝐴𝑥+𝐴𝑦
𝑉𝑥 = ×𝐿
2
32+41
= × 100
2

= 3650 m3
Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut, hasil perhitungan volume
long storage dilakukan dengan tabel hubungan antara STA, luas penampang
melintang sungai, jarak antar STA dan hasil komulatif volume yang dapat dilihat
pada tabel 5.6 berikut ini :

TabelTabel
5.6 Perhitungan Volume
5.6 Perhitungan Kapasita
Volume Long Storage
Kapasitas (Lanjutan)
Long Storage
Luas Panjang Volume
STA
Penampang (m2) (m) (m3)
P33 32 100
P32 41 100 3650
P31 46 100 4350
P30 53 100 4950
P29 43 100 4800
P28 53 100 4800
P27 16 100 3450
P26 36 100 2600
P25 80 100 5800
P24 72 100 7600
P23 68 100 7000
P22 44 100 5600
P21 48 100 4600
P20 58 100 5300
P19 68 100 6300
Tabel 5.6 Perhitungan Volume Kapasita Long Storage (Lanjutan)
Luas Panjang Volume
STA
Penampang (m2) (m) (m3)
P18 51 100 5950
P17 60 100 5550
P16 59 100 5950
P15 64 100 6150
P14 81 100 7250
P13 45 100 6300
P12 76 100 6050
P11 53 100 6450
P10 66 100 5950
P9 63 100 6450
P8 57 100 6000
P7 59 100 5800
P6 85 100 7200
P5 66 100 7550
P4 82 100 7400
P3 68 100 7500
P2 82 100 7500
P1 80 100 8100
P0 53 100 6650
HU22 91 100 7200
HU21 85 100 8800
HU20 83 100 8400
HU19 88 100 8550
HU18 99 100 9350
HU17 96 100 9750
HU16 112 100 10400
HU15 102 100 10700
HU14 117 100 10950
Tabel 5.6 Perhitungan Volume Kapasita Long Storage (Lanjutan)
Luas Panjang Volume
STA
Penampang (m2) (m) (m3)
HU13 117 100 11700
HU12 125 100 12100
HU11 113 100 11900
HU10 108 100 11050
HU9 111 100 10950
HU8 121 100 11600
HU7 122 100 12150
HU6 122 100 12200
HU5 116 100 11900
HU4 130 100 12300
HU3 155 100 14250
HU2 168 100 16150
HU1 132 100 15000
HI0 370 100 25100
HI1 353 100 36150
HI2 307 100 33000
HI3 338 100 32250
HI4 328 100 33300
HI5 335 100 33150
HI6 347 100 34100
HI7 306 100 32650
HI8 346 100 32600
HI9 342 100 34400
HI10 340 100 34100
HI11 341 100 34050
HI12 353 100 34700
HI12+50 345 50 17450
HI12+60 345 10 3450
Tabel 5.6 Perhitungan Volume Kapasita Long Storage (Lanjutan)
Luas Panjang Volume
STA
Penampang (m2) (m) (m3)
HI12+70 357 10 3510
HI12+80 468 10 4125
HI12+90 468 10 4680
HI13 468 10 4680
Total 911345

Volume tampungan Long Storage yang digunakan adalah 910000 m3.

5.2.4 Simulasi Tampungan


Prinsip dasar simulasi tampungan air di BKB dengan tampungan
memanjangnya (long storage) adalah kesetimbangan air di tampungan dengan
komponen debit masuk (Inflow) berupa debit sungai dengan keandalan 80% dan
komponen debit keluar (outflow) yang berupa debit kebutuhan air untuk irigasi,
KIK dan sebagainya

Prinsip dasar dalam simulasi kapasitas tampungan adalah untuk


mengoptimalkan ketersediaan air. Debit inflow pada simulasi kapasitas
tampungan efektif menggunakan debit andalan Q80. Sedangkan debit outflow
adalah debit untuk berbagai kebutuhan.

Persamaan umum untuk kapasitas tampungan efektif adalah sebagai


berikut :
St = S(t-1) + It – Ot
0  St-1  C
Dimana :
C = kapasitas tampungan efektif
St = kapasitas tampungan pada periode waktu t
S(t-1) = kapasitas tampungan pada periode waktu t-1
It = debit masuk (inflow) pada waktu ke t
Ot = debit kebutuhan pada periode waktu ke t
Komponen kesetimbangan air yang terdiri dari debit masuk (inflow) dan
debit keluar (outflow) dapat diuraikan sebagai berikut :
- Debit masuk (inflow) :
I = IDAS
dimana :
I = total debit masuk (inflow) pada sistem BKB
- Debit keluar (outflow) :
O = OT
dimana :
O = total debit keluar (outflow)/debit pengambilan dari S. Blorong
OT = debit kebutuhan untuk air irigasi, air baku untuk PDAM dan industri,
kolam tambak dan penggelontoran/maintenance flow
Dengan menggunakan ketentuan diatas maka hasil simulasi tampungan
dengan tinggi bendung 3 meter dapat dilihat pada tabel 5.7
Tabel. 5.7 Simulasi Tampungan Bendung Karet dengan H = 3,5 m (Lanjutan)
Long
Periode Inflow Outflow storage Elevasi Limpasan Kondisi Pemenuhan
Kebutuhan
Bulan Hari Detik m3/dt m3 m3/dt m3 m3 m m3 m3/dt Tampungan (%)
910000
Jan I 15 1296000 9.388 12167349 3.350 4341600 910000 3.5 7825749 6.038387 surplus/penuh 100
Jan II 16 1382400 9.388 12978505 3.350 4631040 910000 3.5 8347465 6.038387 surplus/penuh 100
Feb I 15 1296000 5.486 7110119 3.085 3998160 910000 3.5 3111959 2.401203 surplus/penuh 100
Feb II 13 1123200 5.486 6162104 3.085 3465072 910000 3.5 2697032 2.401203 surplus/penuh 100
Mar I 15 1296000 8.503 11020331 2.565 3324240 910000 3.5 7696091 5.938341 surplus/penuh 100
Mar II 16 1382400 8.503 11755019 2.565 3545856 910000 3.5 8209163 5.938341 surplus/penuh 100
Apr I 15 1296000 4.802 6223920 2.780 3602880 910000 3.5 2621040 2.022407 surplus/penuh 100
Apr II 15 1296000 4.802 6223920 2.780 3602880 910000 3.5 2621040 2.022407 surplus/penuh 100
Mei I 15 1296000 7.391 9579165 3.005 3894480 910000 3.5 5684685 4.386331 surplus/penuh 100
Mei II 16 1382400 7.391 10217776 3.005 4154112 910000 3.5 6063664 4.386331 surplus/penuh 100
Jun I 15 1296000 4.569 5922010 2.985 3868560 910000 3.5 2053450 1.584452 surplus/penuh 100
Tabel. 5.7 Simulasi Tampungan Bendung Karet dengan H = 3,5 m (Lanjutan)
Long
Periode Inflow Outflow storage Elevasi Limpasan Kondisi Pemenuhan
Kebutuhan
Bulan Hari Detik m3/dt m3 m3/dt m3 m3 m m3 m3/dt Tampungan (%)
Jun II 15 1296000 4.569 5922010 2.985 3868560 910000 3.5 2053450 1.584452 surplus/penuh 100
Jul I 15 1296000 7.468 9678621 2.550 3304800 910000 3.5 6373821 4.918072 surplus/penuh 100
Jul II 16 1382400 7.468 10323863 2.550 3525120 910000 3.5 6798743 4.918072 surplus/penuh 100
Agus I 15 1296000 4.430 5741342 1.770 2293920 910000 3.5 3447422 2.660048 surplus/penuh 100
Agus II 16 1382400 4.430 6124098 1.770 2446848 910000 3.5 3677250 2.660048 surplus/penuh 100
Sept I 15 1296000 6.766 8769301 1.620 2099520 910000 3.5 6669781 5.146436 surplus/penuh 100
Sept II 15 1296000 6.766 8769301 1.620 2099520 910000 3.5 6669781 5.146436 surplus/penuh 100
Okt I 15 1296000 4.093 5305031 1.175 1522800 910000 3.5 3782231 2.918388 surplus/penuh 100
Okt II 16 1382400 4.093 5658700 1.175 1624320 910000 3.5 4034380 2.918388 surplus/penuh 100
Nov I 15 1296000 5.450 7063411 2.225 2883600 910000 3.5 4179811 3.225163 surplus/penuh 100
Nov II 15 1296000 5.450 7063411 2.225 2883600 910000 3.5 4179811 3.225163 surplus/penuh 100
Des I 15 1296000 3.900 5054869 3.380 4380480 910000 3.5 674389.5 0.520362 surplus/penuh 100
Des II 16 1382400 3.900 5391861 3.380 4672512 910000 3.5 719348.8 0.520362 surplus/penuh 100
Dari hasil perhitungan volume kapasitas long storage dan simulasi tampungan Bendung Karet dengan tinggi (H) bendung 3,5
meter diperoleh besaran tampungan, inflow, outflow dan limpasan yang perbandingannya dapat dilihat pada Gambar 5.15

14000000
12000000
10000000
8000000 tampungan
inflow
6000000
outflow
4000000
limpasan
2000000
0
Jan I Feb I Mar I Apr I Mei I Jun I Jul I Agus Sept Okt I Nov I Des I
I I

Gambar 5.15 Grafik Perbandingan Tampungan-Inflow-Outflow-Limpasan


1. Perencanaan Hidrolis
a. Tinggi Muka Air di Atas Mercu
Level air di atas mercu bendung adalah 1,1 – 1,2 H
- Tinggi mercu bendung (H) = 3,5 m
- Tinggi air di atas mercu bendung (h1)
h1 = (1,1H-H) s/d (1,2H-H)
h1 = (1,1 x 3,5 – 3,5) s/d (1,2 x 3,5 – 3,5)
h1 = 0,35 s/d 0,7 m
Direncanakan tinggi air di atas mercu bendung adalah 0,7 m
Berdasarkan Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor : 360/KTPS/M/2004 (Pd T-09-2004-A) pembendungan
maksimum ditetapkan tidak melebihi 0,3 H. Pembendungan maksimum
merupakan batas muka air tertinggi karena bendung karet harus sudah
dikempiskan.
Tinggi pembendungan maksimum (h1)
H = 3,5 m
Maka,
h1 = 0,3 H
= 0,3 x 3,5
= 1,05 m

h1  0,3 H
0,7  1,167 (OK)

b. Debit limpasan pada pembendungan maksimum


Total debit limpasan pada pembendungan maksimum dihitung dengan
rumus :
Qw = Cw x L x h13/2
Dimana :
Qw = debit pada pembendungan maksimum (m³/det)
L = panjang bentang bendung (m)
h1 = tinggi air diatas bendung karet (m)
= tinggi pembendungan maskimum (m)
Cw = koefisien limpasan (m1/2/dt)
Untuk menentukan koefisien limpasan dengan menggunakan rumus :
Cw = 1,77 (h1/H) + 1,05 (untuk 0 < h1/H < 0,3)
h1/H = 0,7/3,5
= 0,2
0 < h1/H < 0,3
0 < 0,2 < 0,3 (OK)
Maka :
Cw = 1,77 x h/H + 1,05
= 1,77 x 0,2 + 1,05
= 1,404 m1/2/dt
L = Panjang bentang bendung
= 103 m
Sehingga :
Qw = 1,404 x 103 x 0,73/2
= 84,69 m3/dt
Elevasi tinggi air diatas mercu = elevasi mercu + tinggi air diatas mercu
= + 3 + 0,7
= + 3,7 m
c. Tinggi Muka Air di Hilir
Dari penampang profil sungai dapat dihitung luas basah dan keliling
basah, kemudian dapat ditentukan ketinggian muka air banjir berdasarkan
Q20 dengan menggunakan rumus manning :
2 1
1
Q= × 𝑅3 × 𝐼2 × 𝐴
𝑛

Dimana :
Q = debit banjir (322,102 m3/dt)
A = luas penampang basah (392,44 m2)
P = keliling penampang basah (93.57 m)
R = jari-jari hidrolis penampang = A/P = 4,194 m
n = koefisien manning (0,02)
I = kemiringan saluran (I = 0,00382)
m = 1.5
Perhitungan dilakukan dengan trial and error dan hasil perhitungan dapat
dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8 Hasil perhitungan tinggi muka air di Hilir
Q n A b m P R I h
(m3/dt) (m2) (m) (m) (m) (m)
142.164 0.015 104.500 103.000 1.500 105.000 0.995 0.00382 1.000
189.314 0.015 115.115 103.000 1.500 105.200 1.094 0.00382 1.100
245.904 0.015 125.760 103.000 1.500 105.400 1.193 0.00382 1.200
312.801 0.015 136.435 103.000 1.500 105.600 1.292 0.00382 1.300
322.301 0.015 137.825 103.000 1.500 105.626 1.305 0.00382 1.313

5.2.5 Stabilitas Tubuh Bendung


Stabilitas bendung merupakan perhitungan konstruksi untuk menentukan
ukuran bendung agar mampu menahan muatan-muatan dan gaya-gaya yang
bekerja pada bendung. Pada perencanaan ini stabilitas bendung ditinjau pada tiga
kondisi, yaitu kondisi kosong, muka air normal (tinggi air sejajar tinggi bendung)
dan kondisi pembendungan maksimum (batas muka air tertinggi). Sketsa
distribusi gaya-gaya yang terjadi pada bendung dapat dilihat pada gambar 5.16

Gambar 5.16 Sketsa Gaya-gaya yang Terjadi pada Tubuh Bendung


1. Gaya Akibat Berat Sendiri
G = V x 𝛾pas
Dimana :
G = gaya akibat berat sendiri.
V = volume per meter (m3).
𝛾pas = 2,4 ton/m2.
Contoh perhitungan gaya dan momen :
G1 = V x 𝛾pas
= 1 x 2,6 x 2,4
= 6,24 ton
Lengan momen ditinjau sampai titik guling. Berikut merupakan sketsa
disribusi gaya hasil perhitungan gaya akibat berat sendiri yang dapat dilihat
pada gambar 5. dan tabel 5.9, tabel 5.10 dan tabel 5.11 :
Distribusi gaya-gaya akibat berat sendiri pada saat kondisi kosong dapat dilihat pada Gambar 5.17 dibawah ini.
Gambar 5.17 Sketsa Gaya Akibat Berat Sendiri Kondisi Kosong
Berdasarkan hasil sketsa distribusi gaya pada Gambar 5.17 perhitungan
momen yang terjadi akibat berat sendiri bendung pada kondisi kosong dapat
dilihat pada tabel 5.9 berikut :
Tabel 5.9 Perhitungan Gaya dan Momen Akibat Berat Sendiri Kondisi Kosong
Massa jenis Gaya Lengan Momen thd X
Segmen Luas (m2)
(Ton/m3) (Ton) (m) (Ton m)
[1] [2] [3] [4] = [2] x [3] [5] [6] = [4] x [5]
G1 1 X 2.5 2.4 6.000 16.5 85.200
G2 3.621 X 2 2.4 17.381 14.2 212.046
G3 0.398 X 1.974 2.4 1.886 12.2 22.005
G4 1 X 0.243 X 0.5 2.4 0.292 11.67 3.403
G5 1 X 1.581 2.4 3.794 11.5 43.636
G6 1 X 0.549 X 0.5 2.4 0.659 10.67 7.029
G7 1 X 1.032 2.4 1.238 10.5 13.003
G8 0.5 X 0.412 X 0.5 2.4 0.494 9.67 4.781
G9 0.5 X 0.62 2.4 0.744 9.5 7.068
G10 0.5 X 0.303 X 0.5 2.4 0.364 9.17 3.334
G11 0.5 X 0.317 2.4 0.380 9 3.424
G12 0.5 X 0.192 X 0.5 2.4 0.115 8.67 0.999
G13 0.5 X 0.124 2.4 0.149 8.5 1.265
G14 0.792 X 0.124 X 0.5 2.4 0.118 8.23 0.970
G15 11 X 1 2.4 26.585 6.5 172.801
G16 1 X 0.1 2.4 0.240 0.95 0.228
G17 0.9 X 1 X 0.5 2.4 1.080 0.6 0.648
G18 1 X 1.5 2.4 3.600 0.5 1.800
Rv = 65.119 Mv = 583.639
Distribusi gaya-gaya akibat berat sendiri pada saat kondisi muka air normal dapat dilihat pada Gambar 5.18 dibawah ini.

Gambar 5.18 Sketsa Gaya Akibat Berat Sendiri Kondisi Air Normal
Berdasarkan hasil sketsa distribusi gaya pada Gambar 5.18 perhitungan
momen yang terjadi akibat berat sendiri bendung pada kondisi muka air normal
dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut :

Tabel 5.10 Perhitungan Gaya dan Momen Akibat Berat Sendiri Kondisi Air
Normal
Massa jenis Gaya Lengan Momen thd X
Segmen Luas (m2)
(Ton/m3) (Ton) (m) (Ton m)
[1] [2] [3] [4] = [2] x [3] [5] [6] = [4] x [5]
G1 1 X 2.5 2.4 6.000 16.5 85.2
G2 3.621 X 2 2.4 17.381 14.2 212.046
G3 0.398 X 1.974 2.4 1.886 12.2 22.005
G4 1 X 0.243 X 0.5 2.4 0.292 11.67 3.403
G5 1 X 1.581 2.4 3.794 11.5 43.636
G6 1 X 0.549 X 0.5 2.4 0.659 10.67 7.029
G7 1 X 1.032 2.4 1.238 10.5 13.003
G8 0.5 X 0.412 X 0.5 2.4 0.494 9.67 4.781
G9 0.5 X 0.62 2.4 0.744 9.5 7.068
G10 0.5 X 0.303 X 0.5 2.4 0.364 9.17 3.334
G11 0.5 X 0.317 2.4 0.380 9 3.424
G12 0.5 X 0.192 X 0.5 2.4 0.115 8.67 0.999
G13 0.5 X 0.124 2.4 0.149 8.5 1.265
G14 0.792 X 0.124 X 0.5 2.4 0.118 8.23 0.970
G15 11 X 1 2.4 26.585 6.5 172.801
G16 1 X 0.1 2.4 0.240 0.95 0.228
G17 0.9 X 1 X 0.5 2.4 1.080 0.6 0.648
G18 1 X 1.5 2.4 3.600 0.5 1.800
GW1 1.22 X 2.4 1 2.928 16.4 48.019
GW2 2.07 X 2.4 X 0.5 1 2.484 15.1 37.508
Rv = 70.531 Mv = 669.166
Distribusi gaya-gaya akibat berat sendiri pada saat kondisi pembendungan maksimum dapat dilihat pada Gambar 5.19 dibawah ini.

Gambar 5.19 Sketsa Gaya Akibat Berat Sendiri Kondisi Pembendungan Maksimum
Berdasarkan hasil sketsa distribusi gaya pada Gambar 5.19 perhitungan
momen yang terjadi akibat berat sendiri bendung pada kondisi pembendungan
maksimum dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut :

Tabel 5.11 Perhitungan Gaya dan Momen Akibat Berat Sendiri Kondisi
Pembendungan Maksimum
Massa jenis Gaya Lengan Momen
Segmen Luas (m2)
(Ton/m3) (Ton) (m) (Ton m)
[1] [2] [3] [4] = [2] x [3] [5] [6] = [4] x [5]
G1 1 X 2.5 2.4 6.000 16.5 85.200
G2 3.621 X 2 2.4 17.381 14.2 212.046
G3 0.398 X 1.97 2.4 1.882 12.2 21.960
G4 1 X 0.243 X 0.5 2.4 0.292 11.67 3.403
G5 1 X 1.581 2.4 3.794 11.5 43.636
G6 1 X 0.549 X 0.5 2.4 0.659 10.67 7.029
G7 1 X 1.032 2.4 1.238 10.5 13.003
G8 0.5 X 0.412 X 0.5 2.4 0.494 9.67 4.781
G9 0.5 X 0.62 2.4 0.744 9.5 7.068
G10 0.5 X 0.303 X 0.5 2.4 0.364 9.17 3.334
G11 0.5 X 0.317 2.4 0.380 9 3.424
G12 0.5 X 0.192 X 0.5 2.4 0.115 8.67 0.999
G13 0.5 X 0.124 2.4 0.149 8.5 1.265
G14 0.792 X 0.124 X 0.5 2.4 0.118 8.23 0.970
G15 11 X 1 2.4 26.585 6.5 172.801
G16 1 X 0.1 2.4 0.240 0.95 0.228
G17 0.9 X 1 X 0.5 2.4 1.080 0.6 0.648
G18 1 X 1.5 2.4 3.600 0.5 1.800
GW1 1.22 X 2.4 1 2.928 16.4 48.019
GW2 2.07 X 2.4 X 0.5 1 2.484 15.1 37.508
GW3 3.36 X 1.05 X 1 3.528 15.34 54.120
Rv = 74.055 Mv = 723.241

2. Gaya akibat Gempa


Gaya Gempa
ad = n (ac*z)
E = ad/g
Dimana : ad = percepatan gempa rencana (cm/det).
n,m = koefisien jenis tanah Aluvium (Tabel 5.)
Tabel 5.12 Koefisien Jenis Tanah
Jenis Tanah n m
Batu 2.76 0.71
Diluvium 0.87 1.05
Aluvium 1.56 0.89
Aluvium Lunak 0.29 1.32

ac = percepatan gempa dasar (lihat


Tabel 5.13)
= 85 cm/det2 karena periode ulangnya adalah 100 tahun.

Tabel 5.13 Tabel Periode Ulang Dasar Gempa (AC)


AC
Periode Ulang
(gal = cm/det2)
20 85
50 113
100 160
500 225
1000 275

E = Koefisien gempa.
= ad/g.
g = Percepatan gravitasi.
= 9,8 m/det2.
z = Faktor yang tergantung pada letak geografis(lihat Gambar 5.20 )
= 0,56.
Gambar 5.20 Zona Gempa Daerah Indonesia Barat
Perhitungan :
ad = 1,56 (85 * 0,56)0,89 = 48,55 cm/det2
E = 48,55/980 = 0,049 ≈ 0,05
Dari koefisien gempa di atas, maka dapat dicari besarnya gaya gempa dan
momen akibat gaya gempa dengan persamaan berikut :
K=E*G
Dimana :
K = Gaya akibat gempa (ton).
E = Koefisien gempa.
G = Berat bangunan (ton).
Distribusi gaya gempa dapat dilihat pada gambar 5. Dan pada tabel 5.14, tabel
5.16 dan tabel 5.17 di bawah ini disajikan gaya dan momen akibat pengaruh
gempa:
Distribusi gaya-gaya akibat gempa pada saat kondisi kosong dapat dilihat pada Gambar 5.21 dibawah ini.

Gambar 5.21 Sketsa Gaya Akibat Gempa Kondisi Kosong


Berdasarkan hasil sketsa distribusi gaya pada Gambar 5.21 perhitungan
momen yang terjadi akibat gempa bendung pada kondisi kosong dapat dilihat
pada tabel 5.14 berikut :

Tabel 5.14 Perhitungan Gaya dan Momen Akibat Gempa Kondisi Kosong
Berat G Gaya Gempa Lengan Momen thd X
Gaya (TON) K= 0.05xG (m) (Ton m)
[1] [2] [3] = 0.05 x [2] [4] [5] = [3] x [4]
K1 6.000 0.300 2.340 0.702
K2 17.381 0.869 2.540 2.207
K3 1.886 0.094 2.524 0.238
K4 0.292 0.015 3.350 0.049
K5 3.794 0.190 2.480 0.471
K6 0.659 0.033 2.900 0.096
K7 1.238 0.062 2.200 0.136
K8 0.494 0.025 2.450 0.061
K9 0.744 0.037 2.000 0.074
K10 0.364 0.018 2.100 0.038
K11 0.380 0.019 1.850 0.035
K12 0.115 0.006 1.880 0.011
K13 0.149 0.007 1.750 0.013
K14 0.118 0.006 1.730 0.010
K15 26.585 1.329 1.190 1.582
K16 0.240 0.012 2.000 0.024
K17 1.080 0.054 1.833 0.099
K18 3.600 0.180 0.750 0.135
Rh = 3.256 Mh = 5.981
Distribusi gaya-gaya akibat gempa pada saat kondisi muka air normal dapat dilihat pada Gambar 5.21 dibawah ini.

Gambar 5.22 Sketsa Gaya Akibat Gempa Kondisi Air Normal


Berdasarkan hasil sketsa distribusi gaya pada Gambar 5.21 perhitungan
momen yang terjadi akibat gempa bendung pada kondisi muka air normal dapat
dilihat pada tabel 5.14 berikut :

Tabel 5.16 Perhitungan Gaya dan Momen Akibat Gempa Kondisi Air Normal
Berat G Gaya Gempa Lengan Momen thd X
Gaya (TON) K= 0.05xG (m) (Ton m)
[1] [2] [3] = 0.05 x [2] [4] [5] = [3] x [4]
K1 1.000 0.050 2.340 0.117
K2 3.621 0.181 2.540 0.460
K3 0.398 0.020 2.524 0.050
K4 1.000 0.050 3.350 0.168
K5 1.000 0.050 2.480 0.124
K6 1.000 0.050 2.900 0.145
K7 1.000 0.050 2.200 0.110
K8 0.500 0.025 2.450 0.061
K9 0.500 0.025 2.000 0.050
K10 0.500 0.025 2.100 0.053
K11 0.500 0.025 1.850 0.046
K12 0.500 0.025 1.880 0.047
K13 0.500 0.025 1.750 0.044
K14 0.792 0.040 1.730 0.069
K15 11.077 0.554 1.190 0.659
K16 1.000 0.050 2.000 0.100
K17 0.900 0.045 1.833 0.082
K18 1.000 0.050 0.750 0.038
KW1 2.928 0.146 4.900 0.717
KW2 2.484 0.124 5.240 0.651
Rh = 1.610 Mh = 3.790
Distribusi gaya-gaya akibat gempa pada saat kondisi pembendungan maksimum dapat dilihat pada Gambar 5.23 dibawah ini.

Gambar 5.23 Sketsa Gaya Akibat Gempa Kondisi Pembendungan Maksimum


Berdasarkan hasil sketsa distribusi gaya pada Gambar 5.21 perhitungan
momen yang terjadi akibat gempa bendung pada kondisi pembendungan
maksimum dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut :

Tabel 5.17 Perhitungan Gaya dan Momen Akibat Gempa Kondisi Pembendungan
Maksimum
Berat G Gaya Gempa Lengan Momen thd X
Gaya (TON) K= 0.05xG (m) (Ton m)
[1] [2] [3] = 0.05 x [2] [4] [5] = [3] x [4]
K1 6.000 0.300 2.340 0.702
K2 17.381 0.869 2.540 2.207
K3 1.882 0.094 2.524 0.237
K4 0.292 0.015 3.350 0.049
K5 3.794 0.190 2.480 0.471
K6 0.659 0.033 2.900 0.096
K7 1.238 0.062 2.200 0.136
K8 0.494 0.025 2.450 0.061
K9 0.744 0.037 2.000 0.074
K10 0.364 0.018 2.100 0.038
K11 0.380 0.019 1.850 0.035
K12 0.115 0.006 1.880 0.011
K13 0.149 0.007 1.750 0.013
K14 0.118 0.006 1.730 0.010
K15 26.585 1.329 1.190 1.582
K16 0.240 0.012 2.000 0.024
K17 1.080 0.054 1.833 0.099
K18 3.600 0.180 0.750 0.135
KW1 2.928 0.146 4.900 0.717
KW2 2.484 0.124 5.240 0.651
kw3 3.528 0.176 6.560 1.157
Rh = 3.703 Mh = 8.505
3. Gaya Hidrostatis
Tekanan hidrostatis
𝑃ℎ1 = 𝐻 ∗ 𝛾𝑤
Gaya tekan hidrostatis
𝐹ℎ = 0,5 ∗ 𝑃ℎ ∗ 𝐻 ∗ 1
Hasil perhitungan gaya hidrostatis pada kondisi air normal dan
pembendungan maksimum dapat dilihat pada tabel 5.18 dan 5.9 dibawah ini,
dan sketsa distribusi tekanan gaya hidrostatis pada kondisi air normal dapat
dilihat pada gambar 5. dan pada kondisi pembendungan maksimum dapat
dlihat pada gambar 5..

Tabel 5.18 Gaya Hidrostatis Kondisi Air Normal


H  Gaya H Lengan Momen
Gaya
(m) (t/m3) (t/m) (m) (ton)
[1] [2]  [4] = 0.5x[2]x[3] [5] [6] = [4]x[5]
Ph1 3.5 1 1.75 3.47 6.0725

Tabel5.19 Gaya Hidrostatis Kondisi Pembendungan Maksimum


H  Gaya H Lengan Momen
Gaya
(m) (t/m3) (t/m) (m) (ton)
[1] [2]  [4] = 0.5x[2]x[3] [5] [6] = [4]x[5]
Ph2 4.05 1 2.025 3.99 8.080
Ph3 1.66 1 0.830 2.25 1.868
Distribusi gaya-gaya akibat tekanan hidrostatis pada saat kondisi muka air normal dapat dilihat pada Gambar 5.24 dibawah ini.

Gambar 5.24 Sketsa Gaya Akibat Hidrostatis Kondisi Air Normal


Distribusi gaya-gaya akibat tekanan hidrostatis pada saat kondisi pembendungan maksimum dapat dilihat pada Gambar 5.25 dibawah
ini.
Gambar 5.25 Sketsa Gaya Akibat Hidrostatis Kondisi Pembendungan Maksimum
4. Gaya Uplift Pressure
Perhitungan uplift pressure menggunakan rumus :
𝐿𝑥
𝑈𝑥 = (𝐻𝑥 − ( ∗ ∆𝐻)) ∗ 𝛾𝑤 (T/m2)
𝐿

Dimana :
Ux = Gaya angkat pada titik x (T/m2).
Hx = Tinggi titik yang ditinjau ke muka air atau tinggi energi di hulu
pelimpah.
Lx = Jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x (m).
∆H = Beda tinggi energi (m).
L = Panjang total bidang kontak bangunan dan bawah tanah
Berikut hasil perhitungan gaya uplift dapat dilihat pada tabel 5.20 dan tabel
5.22, dan uplift pressure dapat dilihat pada tabel 5.21 dan tabel 5.23
Distribusi gaya-gaya akibat uplift (tekanan keatas) pada saat kondisi muka air normal dapat dilihat pada Gambar 5.26 dibawah ini.

Gambar 5.26 Sketsa Gaya Uplift Kondisi Air Normal


Tabel 5.20 Hasil Perhitungan Gaya Uplift Kondisi Air Normal
Panjang Rembesan
Titik Ruas Lw L  HX UX
LV LH 1/3LH
m m m m m m m m
[1] [2] [3] [4] [5] = [4]/3 [6] [7] [8] [9] [10] = [9]-[6]/[7]x[8]
H' 0.00 9.22 4.5 5.1 5.100
H-I - 3.0 1.00
I 1.00 9.22 4.5 5.1 4.612
I-J 0.4 - -
J 1.40 9.22 4.5 4.8 4.117
J-K - 4.0 1.33
K 2.73 9.22 4.5 4.8 3.466
K-L 0.85 - -
L 3.58 9.22 4.5 5.4 3.651
L-M - 11 3.67
M 7.25 9.22 4.5 5.4 1.861
M-N 0.7 - -
N 7.95 9.22 4.5 6 2.120
N-O - 1.0 0.33
O 8.28 9.22 4.5 6 1.957
O-P 1.0 - -
P 9.28 9.22 4.5 4.4 -0.131
JUMLAH 3.0 19.0 6.3 41.5 83.0 40.5 47.0 26.753
Distribusi gaya-gaya akibat uplift (tekanan keatas) pada saat kondisi pembendungan maksimum dapat dilihat pada Gambar 5.27 dibawah
ini.

Gambar 5.27 Sketsa Gaya Uplift Kondisi Pembendungan Maksimum


Tabel 5.22 Hasil Perhitungan Gaya Uplift Kondisi Pembendungan Maksimum
Panjang Rembesan
Titik Ruas Lw L  HX UX
LV LH 1/3LH
m m m m m m m m
[1] [2] [3] [4] [5] = [4]/3 [6] [7] [8] [9] [10] = [9]-[6]/[7]x[8]
H' 0.00 9.22 4.5 6.05 6.050
H-I - 3.0 1.00
I 1.00 9.22 4.5 6.05 5.562
I-J 0.4 - -
J 1.40 9.22 4.5 5.65 4.967
J-K - 4.0 1.33
K 2.73 9.22 4.5 5.65 4.316
K-L 0.85 - -
L 3.58 9.22 4.5 6.5 4.751
L-M - 11 3.67
M 7.25 9.22 4.5 6.5 2.961
M-N 0.7 - -
N 7.95 9.22 4.5 7.08 3.200
N-O - 1.0 0.33
O 8.28 9.22 4.5 7.08 3.037
O-P 1.0 - -
P 9.28 9.22 4.5 5.59 1.059
JUMLAH 3.0 19.0 6.3 41.5 83.0 40.5 56.2 35.903
Setelah gaya-gaya uplift diperoleh, kemudian dilanjutkan dengan
perhitungan momen yang terjadi akibat gaya uplift yang dikalikan dengan panjang
lengan gaya. Hail perhitungan momen pada kondisi air normal dapat dilihat pada
tabel 5.21 dan pada kondisi pembendungan maksimum pada tabel 5.22

Tabel 5.21 Hasil Perhitungan Uplift Pressure Kondisi AirNormal


Perhitungan Gaya Lengan Momen thd O
Segmen
UX H (ton) (m) (tonm)
[11] [12] = [10] [13] [14] = [12]x[13] [15] [16] = [14]x[15]
U H'-I 4.612 1 4.612 16.500 76.097
U J-K 3.466 4 13.864 14.000 194.093
U L-M 1.861 11 20.476 6.500 133.097
U N-O 1.957 1 1.957 0.500 0.979
Total 40.909 404.265

Tabel 5.23 Hasil Perhitungan Uplift Pressure Kondisi Pembendungan


Maksimum
Perhitungan Gaya Lengan Momen thd O
Segmen
UX H (ton) (m) (tonm)
[11] [12] = [10] [13] [14] = [12]x[13] [15] [16] = [14]x[15]
U H'-I 5.562 1 5.562 16.500 91.772
U J-K 4.316 4 17.264 14.000 241.693
U L-M 2.961 11 32.576 6.500 211.747
U N-O 3.037 1 3.037 0.500 1.519
Total 58.439 546.730

5. Gaya Tekanan Tanah


Untuk menghitung tekanan tanah, perlu diketahui terlebih dahulu jenis
lapisan tanah yang berada di bawahnya. Dari hasil penyelidikan tanah dari
dilakukan tim konsultan perencana, diketahui:
γs = 1,429 ton/m3 Ф = 19,36o
Karena distribusi tekanan tanah berbentuk segitiga, maka gaya tekanan tanah
dihitung menggunakan rumus tekanan tanah yang terdapat pada buku
Mekanika Tanah Jilid 2 Braja M. Das, yaitu :
P = γs . K . H . 0,5H
Dimana :
P = tekanan tanah
K = koefisien tekanan tanah dalam diam
H = tinggi distribusi tekanan (m)
 Tekanan tanah aktfi dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Pa = γs . Ka . H . 0,5H
Dimana :
Ka = tan2 (45º - Ф/2)
= tan2 (45º - 19,36°/2)
= 0,502
Ha = 1,6 m
𝛾s = 1,429 ton/m3
 Tekanan tanah pasif dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Pp = γs . Kp . H . 0,5H
Dimana :
Kp = tan2 (45º + Ф/2)
= tan2 (45º + 19,36°/2)
= 1,992
Hp = 1.7 m
𝛾s = 1,429 ton/m3

Tabel 5.24 Hasil Perhitungan Tekanan Tanah


No Gaya H Lengan Momen
Gaya (t/m) (m) (ton)
[1] [2] [3] [4] = [2]x[3]
Pa 0.918 1.65 1.5151
Pp 1.210 0.5 0.6049
Distribusi gaya-gaya akibat tekanan tanah (aktif dan pasif) dapat dilihat pada Gambar 5.28 dibawah ini.

Gambar 5.28 Sketsa Tekanan Tanah Aktif dan Pasif


6. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Gaya dan Momen
Rekapitulasi gaya dan momen adalah untuk mengelompokkan gaya-gaya dan
momen-momen yang berlawanan dan kemudian dijumlahkan. Pada gaya
Horizontal gaya yang bernilai positif adalah gaya akibat gempa dan tekanan
tanah aktif, sedangkan tekanan tanah pasif bernilai negative karena
berlawanan arah. Pada gaya Vertikal, gaya yang bernilai positif adalah gaya
akibat berat sendiri, dan nilai yang berlwanan (negative) adalah gaya akibat
uplift. Pada Momen, momen guling merupakan momen yang bernilai
negative dan momen tahan yang bernilai positif. Berikut rekapitulasi gaya
dan momen yang terjadi pada tubuh bendung pada saat kondisi kosong, muka
air normal dan kondisi pembendungan maksimum yang dapat dilihat pada
tabel 5.25, tabel 5.26 dan tabel 5.27 dan sketsa distribusi gaya dan tekanan
dapat dilihat pada gambar 5.
a. Kondisi Kosong
Tabel. 5.25 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Gaya dan Momen Kondisi
Kosong
Gaya Momen
No Faktor Gaya
H (t/m) V (t/m) Guling (tonm) Tahan (tonm)
1 Berat Sendiri 65.119 583.639
2 Gempa 3.256 5.981
3 Hidrostatis
4 Tekanan Tanah Aktif 0.918 1.515
5 Tekanan Tanah Pasif 1.210 0.605
6 Uplift 40.909 404.265
Jumlah 2.964 24.209 6.891 179.374
b. Kondisi Muka Air Normal
Tabel 5.26 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Gaya dan Momen Kondisi
Muka Air Normal
Gaya Momen
No Faktor Gaya
H (t/m) V (t/m) Guling (tonm) Tahan (tonm)
1 Berat Sendiri 70.531 669.166
2 Gempa 1.610 3.790
3 Hidrostatis 1.750 6.073
4 Tekanan Tanah Aktif 0.918 1.515
5 Tekanan Tanah Pasif 1.210 0.605
6 Uplift 40.909 404.265
Jumlah 3.068 29.621 10.773 264.901

c. Kondisi Muka Air Pembendungan Maksimum


Tabel 5.27 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Gaya dan Momen Kondisi
Pembendungan Maksimum
Gaya Momen
No Faktor Gaya
H (t/m) V (t/m) Guling (tonm) Penahan (tonm)
1 Berat Sendiri 74.055 723.241
2 Gempa 3.703 8.505
3 Hidrostatis 2.855 9.947
4 Tekanan Tanah Aktif 0.918 1.515
5 Tekanan Tanah Pasif 1.210 0.605
6 Uplift 58.439 546.730
Jumlah 6.266 15.615 19.363 176.511

Setelah dihitung gaya-gaya yang bekerja pada bendung maka dilakukan


kontrol stabilitas yaitu :

a. Kontrol terhadap Guling


Untuk mengetahui nilai Sf (faktor keamanan) bendung terhadap guling, maka
rumus yang dipakai dalah sebagai berikut :

∑ 𝑀𝑅
𝑆𝑓 =
∑𝑀𝐺
Dimana :
Sf = Faktor keamanan.
∑ MR = Jumlah momen penahan (T m).
∑ MG = Jumlah momen guling (T m).
Sf ≥ 1,5
Kondisi Kosong
179,374
≥ 1,5
6,891

26,031 ≥ 1,5 (aman)

Kondisi Normal
264,901
≥ 1,5
10,773

24,589 ≥ 1,5 (aman)


Kondisi Pembendungan Maksimum
176,551
≥ 1,5
19,363

9,116 ≥ 1,5 (aman)


Dengan didapatkannya nilai SF melebihi syarat yg telah ditentukan maka
bangunan yang ada dinyatakan aman terhadap bahaya guling.

b. Kontrol terhadap Geser


Guna mengetahui stabilitas bendung terhadap bahaya geser, maka ditinjau
dengan menggunakan rumus :
𝑓 ∑(𝑉 − 𝑈)
𝑆𝑓 =
∑𝐻
Dimana :
Sf = Faktor keamanan.
∑(V-U) = Jumlah gaya vertikal dikurangi uplift pressure (t).
∑H = Jumlah gaya horisontal yang bekerja pada bendung (t).
f = Koefisien geser antara konstruksi dengan tanah dasar
(lihat uk perencanaan ini diambil 0,3
Tabel 5.28) untuk perencanaan ini diambil 0,3

Tabel 5.28 Nilai Koefisien Geser


Bahan f
Pasangan batu pada:
0.6 - 0.75
pasangan batu
Batu keras berkualitas baik 0.75
Kerikil 0.5
Pasir 0.4
Lempung 0.3

Sf ≥ 1,5

Kondisi Kosong
24,209
. 0,3 ≥ 1,5
2,964

2,45 ≥ 1,5 (aman)

Kondisi Normal
29,621
. 0,3 ≥ 1,5
3,068

2,896 ≥ 1,5 (aman)

Kondisi Pembendungan Maksimum


15,615
. 0,3 ≥ 1,5
6,266

2,492 ≥ 1,5 (aman)

c. Kontrol terhadap Pecahnya Konstruksi


Untuk mengetahui adanya bahaya pecah konstruksi pada tubuh bendung.
σπ= P/A < σijin
Dimana :
σπ = tegangan yang timbul
σijin = tegangan ijin beton = 175 ton/m2
P = gaya yang bekerja pada tubuh bendung
A = luas penampang yang ditinjau per 1 meter

Kondisi Kosong
= 24,209/17 < 175
= 1,424 < 175 (aman)
Kondisi normal
= 29,621/17 < 175
= 1,742 < 175 (aman)
Kondisi Pembendungan Maksimum
= 15,615/17 < 175
= 0,919 < 175 (aman)

d. Kontrol terhadap Daya Dukung Tanah


Besarnya daya dukung tanah dipengaruhi oleh dalamnya pondasi, lebarnya
pondasi, berat isi tanah, sudut geser dalam, dan kohesi dari tanah. Untuk
menghitung tekanan tanah, perlu diketahui terlebih dahulu jenis lapisan tanah
yang berada di bawahnya.
Berdasarkan hasil analisis hasil penyelidikan tanah dari Laboratorium Mekanika
Tanah Universitas Diponegoro diketahui bahwa jenis tanah adalah lanau
kepasiran dengan konsistensi lunak sampai teguh. Sehingga didapat nilai :
γ = 1,429 ton/m3 Ф = 19,36o c = 0,064
Berikut perhitungan daya dukung tanah :
qultimate = c. Nc + q. Nq + 0,5. γ. B. Nγ
σ’ = qultimate / SF ; dalam tugas akhir ini diambil nilai SF = 3,79
(berdasarkan nilai SF yang terbesar)
Nilai Nc, Nq, dan Nγ didapatkan dari

Tabel 5. untuk daya dukung tanah berdasarkan Persamaan Terzaghi.


Nc = 17,124
Nq = 7,202
Nγ = 3,524
q = γ . Df = 1,429 . 2,5 = 3,5725 ton/m2
qultimate = 0,064. 17,124 + 3,5725. 7,202 + 0,5. 1,429. 1,1. 3,524
= 29,595 ton/m2
29,595
σ’ = = 26,9 ton/m2
1,1

Tabel 5.29 Tabel Terzaghi

Kondisi Kosong
∑MH = Mv + Mh = 179,374+ (-6,891) = 172,483
(1/2 * b – e) ∑V =∑MH
17 172,483
− 𝑒=
2 24,209
𝑒 = 1,375
𝟏 𝟏𝟕
𝟏, 𝟑𝟕𝟓 < 𝟔 𝒙 𝒃 = = 𝟐, 𝟖𝟑𝟑 (aman)
𝟔

Kondisi Normal
∑MH = Mv + Mh = 264,901+ (-10,773) = 254,128
(1/2 * b – e) ∑V =∑MH
17 254,128
− 𝑒=
2 29,621
𝑒 = −0,079
𝟏 𝟏𝟕
−𝟎, 𝟎𝟕𝟗 < 𝟔 𝒙 𝒃 = = 𝟐, 𝟖𝟑𝟑 (aman)
𝟔

Kondisi Pembendungan Maksimum


∑MH = Mv + Mh = 176,551 + (-19,363) = 157,148
(1/2 * b – e) ∑V =∑MH
17 157,148
− 𝑒=
2 15,615

e = -1,563
𝟏 𝟏𝟕
−𝟏, 𝟓𝟔𝟑 < 𝟔 𝒙 𝒃 = = 𝟐, 𝟖𝟑𝟑 (aman)
𝟔

5.2.6 Stabilitas Terhadap Rembesan


Stabilitas terhadap rembesan dihitung mulai dari lantai lindung
hulu hingga lantai lindung hilir. Berikut ini rekapitulasi panjang jalur
rembesan berdasarkan panjang vertikal dan horizontal yang dapat dilihat
pada tabel 5.30
TabelTabel 5.30 Rekapitulasi
5.30 Rekapitulasi Panjang
Panjang Jalur Jalur Rembesan
Rembesan (Lanjutan)
Panjang Rembesan
Titik Ruas Lw
LV LH 1/3LH
m m m m
A 0
A-B 0.5 - -
B 1.0
B-C - 15 5.00
C 6.00
C-D 0.5 - -
D 6.50
D-E - 12.0 4.00
E 10.50
E-F 1.5 - -
F 12.00
Tabel 5.30 Rekapitulasi Panjang Jalur Rembesan (Lanjutan)
Panjang Rembesan
Titik Ruas Lw
LV LH 1/3LH
m m m m
F-G - 1 0.33
G 12.33
G-H 1.5 - -
H 13.83
H-I - 3.0 1.00
I 14.83
I-J 0.4 - -
J 15.23
J-K - 4.0 1.33
K 16.57
K-L 0.85 - -
L 17.42
L-M - 11 3.67
M 21.08
M-N 0.7 - -
N 21.78
N-O - 1.0 0.33
O 22.12
O-P 1.2 - -
P 23.32
P-Q - 15.0 5.00
Q 28.32
Q-R 0.5 - -
R 28.82
JUMLAH 7.7 62 20.67

a. Kondisi Pembendungan Maksimum


∆ 𝐻 = +4,05 – (- 0,16) = 4,21 m
Elevasi muka air banjir = +4,21
Elevasi hilir bendung = - 0,16
1
𝐿𝑤𝐵 = 𝐿𝑉 + 𝐿𝐻 = = 0,5 + 0 = 0,5
3
1
∑𝐿𝑉 + ∑ 3 𝐿𝐻 7,7 + 20,67
𝐶𝐿 = = = 6,728
∆𝐻 4,21
CL untuk jenis tanah Clay = 2
CL > 2 (aman)
b. Kondisi Debit Normal
∆ 𝐻 = +3 – (-1,50) = 4,5 m
Elevasi mercu = +3,00
Elevasi hilir bendung = -1,50
1
∑𝐿𝑉 + ∑ 3 𝐿𝐻 7,7 + 20,67
𝐶𝐿 = = = 6,304
∆𝐻 4,5
CL untuk jenis tanah Clay = 2
CL > 2 (aman)
Panjang jalur rembesan bendung secara vertikal dan horizontal dapat dilihat dapat dilihat pada Gambar 5.25 berikut ini

Gambar 5.25 Sketsa Panjang Jalur Rembesan

Anda mungkin juga menyukai