Nenek Moyang
Nenek Moyang
Nenek Moyang
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
kehendak-Nyalah kami masih dapat berkereasi untuk menghasilkan sebuah karya
berupa sebua makalah yang berjudul Asal usul dan persebaran manusia di
kepulauan Indonesia.
Makalah ini di susun sebagai pengenalan kami khususnya di bab 1 ini. Selain
itu juga sebagai sarana untuk mengembangkan daya kreasi, ekspresi, dan
apresiasi terhadap sejarah bangsa indonesia.
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................... 4
C. TUJUAN.............................................................................................................................. 4
BAB II : PEMBAHASAN
A. SIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………………… 13
B. SARAN…………………………………………………………………………………………….………………………….. 14
C. KRITIK…………………………………………………………………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Adapun latar belakang yang mendasari saya untuk menyusun makalah ini adalah untuk
lebih mengetahui tentang asal usul datangnya nenek moyang bangsa indonesia ke kepulauan
nusantara.
B. rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang saya gunakan adalah :
· Darimana datangnya nenek moyang bangsa indonesia dan bagaimana cara mereka dapat
menyebar ke seluruh kawasan nusantara ?
· Bagaimana cara mereka datang menuju ke nusantara da apa budaya yang mereka ?
C. Tujuan
Adapun tujuan saya adalah untuk menegerjakan tugas sejarah yang di berikan oelh guru
sejarah saya, dan melengkapi syarat untuk mengikuti ujian semester genap.
PEMBAHASAN
a) Brandes
c) Mohamad yamin
Salah seorang sejarawan Indonesia berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari
daerah Indonesia itu sendiri. Pendapat ini ia kemukakan berdasarkan banyaknya fosil dan
artefak tertua di temukan di Indonesia. Misalnya pethecantropus erectus, meganthropus
paleojavanicus, homo soloensis, dan homo wajakensis.
d) H. kern
Menurut H. kern bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Kamboja. Berdasarkan
penelitiannya tentang perbandingan bahasa , ditemukan bahwa bahasa yang di pakai di daerah
tersebut sama dengan bahasa yan g di pakai di Nusantara
Nenek moyang bangsa Indonesia yang datang pertama kali ke Nusantara adalah bangsa
proto melayu yang membawa kebudayaan neolitikum menggunakan perahu bercadik satu.
Mereka datang dari Yunan ke Indonesia melalui jalur barat dan timur. Migrasi jalur barat di
lakukan dari Yunan ke semenanjung Malaysia, Kalimantan , menuju Jawa dan Nusa Tenggara
dengan membawa kebudayaan kapak persegi. Penyebaran jalur timur di mulai dari Teluk
Tonkin menyusuri pantai Asia timur menuju Taiwan , Filipina, Sulawesi, Maluku, hingga ke
Papua, sampai Australia dengan membawa kebudayaan kapak lonjong. Kebudayaan kapak
lonjong yang di sebut Neolitikum papua ini banyak di temukan di Minahasa, Seram, Kalimantan,
dan Papua. Gelombang ke dua kedatangan nenek moyang bnagsa Indonesia terjadi sekitar 500
SM yang di bawa oleh rumpun bangsa Deutro melayu menggunakan perahu bercadik dua.
kebudayaan Deutro melayu relative lebih maju daridi bandingkan dengan kebudayaan bangsa
Proto melayu karena sudah mengenal benda-benda dari perunggu seperti kapak corong ,
nekara, dan perhiasan perunggu. Bangsa Deutro melayu akhirnya dapat mendesak bangsa
Proto melayu yang lebih dulu menetap di Indonesia. Bangsa Deutro melayu memilih tinggal di
pesisir, muara, dan sungai karena letaknya strategis, subur, memiliki persediaan bahan
makanan yang melimpah, dan mudah dilalui. Selanjutnya ras Deutro melayu menjadi nenek
moyang sebagian besar bangsa Indonesia saat ini. Menurut Von heine geldren, nenek moyang
bangsa Indonesia merupakan campuran antara bangsa pendatang dari Yunan di Tiongkok
selatan dengan penduduk asli Indonesia.
1. Kedatangan Proto-Melayu
Sekitar 2000 SM, penduduk dan ras Melayu Austronesia dan Teluk Tonkin bermigrasi ke
Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut Proto melayu atau Melayu Tua. Kedatangan
mereka itu mendesak penduduk dan ras Austromelaneoid ke pedalaman, bahkan ke Indonesia
bagian timur. Penduduk ras itu menjadi nenek moyang menduduk Papua sekarang.
a. Jalur pertama menyebar ke Sulawesi, Maluku, dan Papua. Masyarakat Proto Melayu
yang menempuh jalur ini membawa kebudayaan Neolithikum berupa kapak lonjong. Itulah
sebabnya, di bagian timur Indonesia banyak ditem ukan artefak Neohithikum berupa kapak
lonjong. Keturunan Proto-Melayu yang menempuh jalur ini antara lain masyarakat Toraja.
b. Jalur kedua menyebar ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Masyarakat Proto-Melayu yang menempuh jalur ini membawa kebudayaan Neolithikum berupa
beliung persegi. Itulah sebabnya, di bagian barat Indonesia banyak ditemukan artefak
c. Neolithikum berupa beliung persegi. Keturunan Proto-Melayu yang menempuh jalur ini
antara lain masyarakat Nias, Batak, Dayak, dan Sasak.
2. Kedatangan Deutero-Melayu
Sekitar 500 SM, datang lagi gelombang migrasi penduduk dan ras Melayu Austronesia dan
Teluk Tonkin ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut Deutero-Melayu atau Melayu
Muda. Kedatangan mereka mendesak penduduk keturunan Proto-Melayu yang telah lebih
dahulu menetap.
Memasuki Kepulauan Indonesia, masyarakat Deuto-Melayu menyebar ke sepanjang
pesisir. Ada juga di antara mereka yang masuk ke pedalaman. Keturunan Deutero-Melayu
antara lain masyarakat Minang, Jawa, dan Bugis.
Bangsa Indonesia termasuk ras Mongoloid terutama Malayan Mongoloid. Ras Mongoloid
mempunyai 3 subras yaitu:
Sebelum bangsa Melayu Austronesia masuk ke Indonesia, wilayah Indonesia sudah ada
suku Weddid dan Negrito. Kedua suku tersebut berasal dari daerah Tonkin.
Dari Tonkin kemudian menyebar ke Hindia Belanda, Indonesia, hingga pulau-pulau di Samudera
Pasifik.
Suku Bangsa Melayu yang terdapat di Indonesia dalam proses menetapnya dibedakan menjadi
dua yaitu
- Melalui Teluk Tonkin menuju Taiwan (Formosa), Filipina, Sulawesi, dan Maluku dengan
membawa kebudayaan kapak lonjong.
Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) adalah rumpun bangsa Austronesia yang datang
di Indonesia pada gelombang kedua terjadi pada sekitar 500 tahun SM. Bangsa Melayu Muda
datang ke Indonesia melalui jalur barat, yakni berangkat dari Yunan, Teluk Tonkin, Vietnam,
Thailand, Semenanjung Malaka, dan kemudian menyeberangi Selat Malaka hingga sampai di
Kepulauan Indonesia.
Zaman perundagian
Terjadi perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu muda (deutero melayu)
dari daerah teluk tonkin, vietnam ke daerah daerah di sebelah selatan vietnam, termasuk
indonesia.
Bangsa ini merupakan pendukung kebudayaan perunggu, terutama kapak corong nekara
, moko, bejana perunggu, dan arca perunggu. Kebudayaannya sering disebut kebudayaan Don
son karena berasal dari donson teluk tonkin)
Bangsa Thailand Selatan, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Philipina Selatan memiliki
kesamaan terhadap bangsa cina di sebelah timur dan bangsa India di sebelah barat
Oleh karena itu ada kesamaan istilah ,bahasa,nama hewan dan tumbuhan,jadi bangsa
pendukung bahasa Austronesia itu berasal dari daerah campa.cochin china,dan kamboja dan
daerah di sekitar pantai , namun wilayah itu bukanlah penduduk asli.tempat asal mereka
berada di daerah yang jauh lebih tinggi.
Penyebar Pendukung Kapak Persegi
Menurut Kern dan Von Heine Geldern persebaran kapak persegi berasal dari daerah
Yunan di Cina Selatan , yaitu di daerah hulu sungai sungai terbesar di Asia Tenggara seperti di
sungai Brahmaputra, Irrawaddy, Salwin, Yang-tse-kiang, sungai Mekhong, dan sungai Menam.
Dengan melalui lembah sungai itu kebudayaan dan manusia pendukungnya menyebar menuju
hilir sungai sehingga sampai ke asia tenggara bagian utara. Disini kebudayaan itu mempunyai
cabang kebudayaan kapak bahu. Dalam perkembangnya masing-masing berdiri sendiri dan
mempunyai jalan penyebaran yang berbeda. Pendukung kebudayaa kapak persegi yaitu adalah
bangsa Austronesia,mempunyai pusat di daerah Tonkin. Karena mereka memiliki kepandaian
membuat perahu bercadik, mereka berlayar menggunakan perahu tersebut ke Malaysia barat
kemudian ke Sumatra, Jawa, Bali, dan terus ke timur. Sebagian menuju Kalimantan, dari
Kalimantan barat laut kebudayaan kapak persegi tersebar ke Philipina , Formosa, dan Jepang .
Dengan demikian,”penduduk asli Indonesia” adalah kaum negroid atau melanesoid atau
astroloid, yang berkulit hitam. Wilayah nusantara kemudian kedatangan bangsa melanesoid
yang berasal dari Tonkin, tepatnya dari bacson-hoabinh. Dari artefak-artefak yang ditemukan di
tempat asalnya menunjukan bahwa induk bangsa ini berkulit hitam, berbadan kecil dan
termasuk tipe veddoid-austrolaid. Sebelum didatangi bangsa-bangsa pengembara dari luar,
tanah dinusantara belum menjadi kepemilikan siapa pun. Hal ini berbeda dengan Manusia
Indonesia Purba yang tidak memerlukan tanah sebagai modal untuk hidup karena mereka
berpindah-pindah. Ketika sampai di satu tempat yang dilakukannya adalah mengumpulkan
makanan (food gathering). Biasanya mencari lembah-lembah atau wilayah yang terdapat aliran
sungai untuk mendapatkan ikan atau kerang (terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia
purba diwilayah nusantara di lembah-lembah sungai), walaupun tidak tertutup kemungkinan
ada pula yang memilih mencari di pedalaman. Ketika bangsa Melanesoid datang, mereka mulai
menetap, walaupun seminomaden. Jika sudah tidak mendapatkan lagi makanan mereka akan
pindah. Oleh karena itu, mereka memilih daerah yang banyak menghasilkan. Wilayah aliran
sungai pula yang akan menjadi targetnya. Alat-alat sederhana seperti: kapak genggam atau
choppers, alat-alat tulang dan tanduk rusa berhadapan dengan kapak genggam yang lebih halus
atau febble, kapak pendek dan sebagainya.
Kebudayaan bangsa Melanesoide ini adalah kebudayaan Mesolitikum yang sudah mulai
hidup menetap dalam kelompok, sudah mengenal api, meramu dan berburu binatang.
Teknologi pertanian juga sudah mereka miliki sekalipun mereka belum dapat menjaga agar satu
bidang tanah dapat ditanami berkali-kali. Cara bertani mereka masih dengan sistem
perladangan berpindah-pindah. Dengan demikian, mereka harus berpindah ketika lahan yang
lama tidak bisa ditanami lagi atau karena habisnya makanan ternak. Gaya hidup ini dinamakan
dengan seminomaden. Dalam setiap perpindahan manusia beserta kebudayaan yang datang ke
nusantara, selalu di lakukan oleh bangsa yang tingkat peradabannya lebih tinggi dari bangsa
yang dating sebelumnya. Dari semua gelombang pendatang dapat di lihat bahwa mereka
adalah bangsa-bangsa yang mulai bahkan telah menetap. Jika kehidupan mereka masih
berpindah, maka perpindahan bukanlah sesuatu hal yang aneh. Namun dalam kehidupan yang
telah menetap, pilihan untuk meninggalkan daerah asal bukan tanpa alasan yang kuat. Ketika
kehidupan mulai menetap, maka tanah yang mereka butuhkan adalah tanah sebagai media
untuk tetap hidup. Mereka sangat membutuhkan tanah yang luas karena teknologi
pertaniannya masih rendah.
Sekitar tahun 2000SM, bangsa melanesoid yang akhirnya menetap di nusantara kedatangan
pula bangsa dan kebudayaannya lebih tinggi yang berasal dari rumpun melayu austronosia
yakni bangsa melayu tua atau proto melayu, suatu ras mongoloid yang berasal dari daerah
yunan, dekat lembah sungai Yang Tze, Cina Selatan.
Orang-orang melayu tua, telah mengenal budaya bercocok tanam yang cukup maju dan
bahkan mereka sudah beternak. Dengan demikian mereka telah dapat menghasilkan makanan
sendiri (food producing). Kemampuan ini membuat mereka dapat menetap secara lebih
permanen. Pola menetap ini mengharuskan mereka untuk mengembangkan berbagai jenis
dasar-dasar kebudayaan.Mereka juga mulai membangun satu sistem politik dan
pengorganisasian untuk mengatur pemukimannya. Pengorganisasian ini membuatnya sanggup
belajar membuat peralatan rumah tangga dari tanah dan berbagai perlatan lain dengan lebih
baik. Mereka mengenal adanya sistem kepercayaan untuk membantu menjelaskan gejala alam
yang ada sehubungan dengan pertanian mereka. Arus pendatang tidak hanya datang dalam
sekali saja. Pihak-pihak yang kalah dalam perebutan tanah di daerah asalnya akan mencari
tanah-tanah di wilayah lain. Demikian juga, yang menimpa bangsa melayu tua yang sudah
mengenal bercocok tanam, berternak, dan menetap. Kembali lagi, daerah subur dengan aliran
sungai atau mata air yang menjadi incaran. Namun kedatangan bangsa melayu tua juga
memungkinkan terjadinya percampuran darah antara bangsa ini dengan bangsa Melanesia yang
telah terlebih dahulu datang di nusantara.
Pada tahun 200-300SM, datanglah orang-orang melayu tua yang telah bercampur
dengan bangsa aria di daratan yunan. Mereka disebut orang melayu muda atau deutero melayu
dengan kebudayaan perunggunya. Kebudayaan ini lebih tinggi lagi dari kebudayaan batu muda
yang telah ada karena telah mengenal logam sebagai alat perkakas hidup dan alat produksi.
Kedatangan bangsa melayu muda mengakibatkan bangsa melayu tua yang tadinya hidup
disekitar aliran sungai dan pantai terdesak pula ke pedalaman karena kebudayaannya tidak
banyak berubah. Dengan menguasai tanah, bangsa melayu muda dapat berkembang dengan
pesat kebudayaannya bahkan menjadi penyumbang terbesar untuk cikal bakal bangsa
indonesia sekarang.Dalam kedatangan-kedatangan tersebut penduduk yang lebih tua
menyerap bahasa dan adat para imigran. Jarang terjadi pemusnahan dan pengusiran bahkan
tidak ada penggantian penduduk secara besar-besaran. Percampuran-percampuran inilah yang
menjadi cikal bakal nusantara yang telah menjadi titik pertemuan dari ras kuning ( mongoloid )
yang bermigrasi ke selatan dari yunan, ras hitam yang di miliki oleh bangsa melanesoid.
Pada saat nenek moyang bangsa Indonesia datang secara bergelombang dari asia
daratan ke Nusantara sekitar 2500 tahun SM, keadaan geografis Indonesia yang luas telah
memaksa nenek moyang bagsa Indonesia untuk menetap di daerah yang terpisah satu sama
lain. Isolasi geografis tersebut mengakibatkan penduduk yang menempati setiap pulau di
Nusantara tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa yang hidup terisolasi dari suku bangsa
lainnya. Setiap suku bangsa tersebut tumbuh menjadi kelompok masyarakat yang di satukan
oleh ikatan-ikatan emosianal serta memandanmg diri mereka sebagai suatu kelompok
masyarakat tersendiri. Selanjutnya, kelompok suku bangsa tersebut mengembangkan
kepercayaan bahwa mereka memiliki asal-usul keturunan yang sama dengan didukung oleh
suatu kepercayaan yang berbentuk mitos-mitos yang hidup didalam masyarakat. Suku bangsa
di Indonesia seperti suku Jawa, Sunda, Batak, Minang, Timor, Bali, Sasak, Papua, dan Maluku
memiliki adat istiadat dan bahasa yang berbeda-beda. Setiap suku bangsa tersebut tumbuh dan
berkembang sesuai dengan alam lingkungannya. Keadaan geografis yang terisolir menyebabkan
penduduk setiap pulau mengembangkan pola hidup dan adat istiadat yang berbeda-beda.
Misalnya, perbedaan bahasa dan adat istiadat antara suku bangsa Gayo-Alas didaerah
pegunungan Gayo-Alas dengan penduduk suku bangsa Aceh yang tinggal di pesisir pantai Aceh.
Untuk mengetahui asal nenek moyang bangsa Indonesia, kita dapat menggunakan dua
cara, yakni persebaran rumpun bahasa dan persebaran kebudayaan bercocok tanam.
Para pakar sejarah berpendapat bahwa bahasa Melayu Austronesia berasal dari Taiwan.
Sekitar 5000 SM, masyarakat di Taiwan menggunakan bahasa yang disebut Proto Austronesia
(Austronesia kuno).
Masyarakat di tempat itu telah mengenal cocok tanam dan beternak. Masyarakat itu
kemudian menyebar ke sebelah selatan Cina, Vietnam, Semenanjung Malaya, lalu ke Indonesia.
Ada juga yang mengarungi laut menuju Filipina terus ke arah kepulauan di Indonesia dan
Samudera Pasifik.
Nenek moyang bangsa Indonesia ternyata berasal dan luar Indonesia, yaitu dan daerah
Yunan, di sebelah selatan Cina (sekarang RRC). Kesimpulan tersebut dibuktikan oleh kesamaan
artefak prasejarah yang ditemukan di wilayah itu dengan artefak prasejarah di Indonesia. Dari
artefak yang ditemukan di Yunan, tampak bahwa sekitar 3000 SM, masyarakat di wilayah itu
telah mengenal cocok tanam.
Kemudian, masyarakat Yunan melakukan migrasi ke daerah sekitar Teluk Tonkin, sebelah
utara Vietnam. Di tempat itu mereka mengembangkan kebudayaan bercocok tanam. Dari
tempat itu, mereka melakukan migrasi ke Kepulauan Indonesia. Migrasi dilakukan secara
bergelombang. Gelombang yang satu dengan yang berikut bejarak waktu lebih dan 1000 tahun.
Bangsa melayu tua memiliki kebudayaan yang lebih tinggi daripada Homo sapiens di
Indonesia. Kebudayaan bangsa melayu tua di sebut kebudayaan Neolitikum. Meskipun hampir
segala peralatan mereka terbuat dari batu, pembuatannya sudah di haluskan. Hasil budaya
zaman ini yang paling terkenal adalah kapak persegi yang banyak di temukan di wilayah
Indonesia bagian barat (Sumatra , Jawa, Kalimantan, dan Bali). Menurud penelitian H. kern di
kalumpang (Sulawesi utara) telah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dengan kapak
lonjong yang di bawa oleh orang-orang Austronesia yang datang mengunakan jalan barat
menuju ke Indonesia.
Suku bangsa Indonesia yang masuk keturunan bangsa ini adalah suku Dayak, Toraja,
Sasak, Nias, Batak, dan Kubu.
Pada kurun waktu tahun 400-300 SM terjadi gelombang nenek moyang bangsa
Indonesia datang ke Nusantara. Bangsa melayu muda berhasil mendesak dan berasimilasi
dengan pendahulunya, bangsa Proto melayu. Bangsa Deutro melayu datang ke Indonesia
melalui jalan barat.
Bangsa deutro melayu memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan bangsa Proto
melayu karena mereka telah dapat membuat barang-barang dari perunggu dan besi. Hasil
budayanya yang terkenal adalah kapak corong, dan nekara.
I. Bnagsa Melanesia
Bansa Melanesia atau Melanesia mongoloid memiliki cirri-ciri kulit kehitaman, badan
kekar, rambut keriting, mulut lebar, dan hidung mancung.bangsa ini sampai sekarang masih
memiliki sisa-sisa keturunannya seperti suku-suku di Riau, suku-suku bangsa Papua melanesoid
yang mendiami pulau Papua, dan pulau-pulau Melanesia.
Kehidupan manusia purba selalu berpindah tempat dengan kemampuan yang sangat
terbatas. Demikian pula kebudayaannya sehingga corak kehidupan manusia purba ini tidak
dapat diikuti kembali kecuali beberapa aspek saja. Misalnya teknologi yang masih sangat
sederhana ( Teknologi Paleolitikum)
Suku wedoid
Sisa-sisa suku Wedoid sampai sekarang masih ada, misalnya suku Sakai di Siak dan serta
suku Kubu di perbatasan Jambi dan Palembang. Mereka hidup dari meramu dan
berkebudayaan sedarhana. Mereka juga sulit sekali menyesuaikan diri dengan masyarakat
modern.
Suku negroid
Di Indonesia sudah tidak terdapat lagi sisa-sisa kehidupan suku Negroid. Akan tetapi, di
pedalaman Malaysia dan Filipina keturunan suku Negroid masih ada. Suku yang termasuk ras
negroid, misalnya suku semang di semenanjung Malaysia dan suku negroid di Filipina. Mereka
akhirnya terdesak oleh orang-orang melayu modern sehingga sehingga suku ini hanya
menempadi daerah pedalaman yang terisolasi.
PENUTUP
a. SIMPULAN
Nenek moyang bangsa Indonesia datang ke nusnatara melalui dua jalur yakni jalur barat
dan timur. Migrasi jalur barat di lakukan dari yunan ke semenanjung Malaysia, Kalimantan ,
menuju Jawa dan Nusa Tenggara. Penyebaran jalur timur di mulai dari Teluk Tonkin menyusuru
pantai asia timur menuju Taiwan , Filipina, Sulawesi, Maluku, papua, sampai australia . Mereka
datang secara bergelombang, gelombang pertama adalah bangsa prota melayu yang datang
membawa kebudayaan kapak persegi dan kapal bercadik satu. Gelombang kedua adalah bangsa
deutro melayu yang datang membawa kebudayaan kapak lonjong dan kapal bercadik dua.
Oleh karna itu saat bengsa melayu datang ke nusantara meraka melakukan proses
kawin mengawin dangan suku asli yang sudah mendiami nusantara terlebih dahulu. Karna itu
bangsa Indonesia sekarang adalah turunan dari bangsa deutro melayu, prota melau, bangsa
Melanesia dan bangsa primitive yang dulu mendiami nusantara.
Dan padasaat itu keadaan geografis Indonesia yang luas memaksa mereka untuk tinggal
terpencar di seluruh wilayah nusantara yang sangat luas. Sehingga mereka hidup sacara
terisolasi dari suku bangsa yang lain.
MAKALAH
SEJARAH INDONESIA
DI SUSUN OLEH :
1. Desak Radha Nityanandeshwari (01)
2. Gede Arif Danuarta (02)
3. Gede Eka Widia Utama (03)
4. Kadek Esa Pratiwi Ngurah Putri (08)
5. Komang Yoga Kharan Deva (16)
6. Luh Adelia Savitri (17)
7. Ni Kadek Diana Febriani Putri (25)
8. Putu Amelinda Geraldine (28)
9. Putu Rendi Wira Darma (34)