Bagian Nana

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Nana Apriana Nur Hidayah_23070170117

Macam-macam keterampilan dasar koseling yang digunakan dalam sesi konseling menurut
Sofyan Willis, yaitu : 1) Attending(perhatian); (2) Empati; (3)Refleksi; (4) Eksplorasi; (5)
Menangkap Pesan; (6) Bertanya untuk membuka percakapan (Open Question); (7) Bertanya
Tertutp (Closed Question); (8) Dorongan Minimal (Minimal Encouragement); (9) Interpretasi;
(10) Mengarahkan; (11) Menyimpulkan Sementara (Summarizing); (12) Memimpin; (13) Fokus;
(14) Konfrontasi; (15) Menjernihkan (Clarifyng); (16) Memudahkan (Facilitating); (17) Diam;
(18) Mengambil inisiatif; (19) Memberi Nasihat; (20) Pemberian Infomasi; (21) Merencanakan;
(22) Menyimpulkan. Sofyan Willis (2013: 160), membagi keterampilan dasar konseling ke
dalam 3 tahapan dalam proses konseling, dapat dilihat dalam tabel berikut :

TAHAP AWAL (DEFINISI TAHAP PERTENGAHAN TAHAP AKHIR (ACTION)


MASALAH ) (TAHAP KERJA)
- Attending - Menyimpulkan - Menyimpulkan
- Mendengarkan sementara - Merencanakan
- Empati - Memimpin - Menilai
- Refleksi - Memfokuskan - Mengakhiri konseling
- Eksplorasi - Konfrontasi
- Bertanya - Menjernihkan
- Menangkap pesan - Memudahkan
utama - Mengarahkan
- Mendorong dan - Dorongan minimal
dorongan minimal - Diam
- Mengambil inisiatif
- Memberi nasehat
- Memberi informasi
- Menafsirkan

Referensi : Willis, S. 2013. Konseling individual teori dan praktek. Bandung : Alfabeta
7. Keterampilan Mengarahkan (Directing)

Directing adalah kemampuan konselor mengajak dan mengarahkan klien


untuk berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling. Melalui keterampilan ini,
konselor mengajak klien agar membuatu sesuatu atau mengarahkannya agar berbuat
sesuatu.

Suatu keterampilan konseling yang mengatakan kepada klien agar ia berbuat


sesuatu. Sering klien kurang mampu melakukan sesuatu tanpa petunjuk orang lain.
Hal ini karena faktor emosional, kurang konsentrasi, atau terlalu bantak ngawur
sehingga menyimpang dari pokok pembicaraan. Mengarahkan (directing) merupakan
teknik konseling yang akan membuat klien terarah kepata tujuan konseling.

Tujuan latihan :

a. Melatih calon konselor agar bisa mengajak/mengarahkan klien dengan sikap


attending untuk mampu berbuat sesuatu.
b. Agar calon konselor mampu menyusun kalimat-kalimat yang bernada mengajak
atau mengarahkan dengan halus sehingga klien terasa tersugesti untuk berbuat
sesuai arahan konselor itu.

Materi latihan :

a. Latihan sikap attending sambil mengajak.


Contoh :
- “Dapatkan saudara bersikap lebi jelasn dan terasah dalam tugas sekolah yang
sedang anda lalui?”
- “Bagaimana konkritnya sikap tak bersahabat yang anda alami dengan dia?”
- “Apakah saudara tahu apa yang anda inginkan dengan pembicaraan ini?”
b. Latihan menysun kalimat mengarahkan. Dapat dalam bentuk bertanya seperti
:dapatkan anda ...., atau dalam bentuk pernyataan seperti barangkali saudara
dapat..., dan sebagainya.

Prosedur latihannya :
- Buat pasangan-pasangn peserta yang terdiri dari konselor dan klien untuk bermain
peran dalam proses konseling. Tambahkan dengan tiga pengamat

- Adakan latihan dialog konseling dengan materi yang telah disediakan oleh
pembimbing atau disusun sendiri oleh peserta

- Setelah latihan adakan diskusi da penilaian setelah banyak masukan dari


pengamat dan peserta lain

8. Keterampilan Diam (sailing)

Dalam proses konseling, diam atau tidak bersuar bisa menjadi teknik
konseling. Oleh sebab itu, konselor dapat memanfaatkan situasi ini. Keadaan diam
akan membantu konselor: (a) untuk mendorong klien untuk berbicara, (b) membantu
klien untuk memahami dirinya, (c) setelah diam, klien dapat mengikuti ekspresi yang
membawanya berpikir dan bangkit dengan tilikan yang mendalam, (d) mengurangi
kecepatan wawancara.

Diam bukan berarti tidak ada komunikasi, akan tetapi melakuka komunikasi
non verbal. Diam yang paling ideal antara 5 – 10 detik dan selebihnya diganti dengan
dorongan minimal.

Tujuan :

a. Menunggu konseli berpikir


b. Proses jika koneli bicara berputar-putar atau berbelit-belit
c. Menunjang perilaku attending dan empati sehingga konseli bebas berbicara.

Contoh :

Ki: “ Saya tidak senang dengan perilaku dosen itu... dan saya... (berpikir)

Ko: “.........Diam

Ki: “Saya harus bagaimana.......saya tidak tahu........”

Ko:”..........Diam
9. Keterampilan Memberi Nasihat

Nasihat bisa diberikan oleh konselor kepada klien apabila ia meminta.


Meskipun demikian pemberian nasihat tetap perlu harus dipertimbangkan. Hal yang
harus dijaga untuk memberi nasihat adalah tujuan konseling, yakni kemandirian
klien.

10. Keterampilan Memberi Informasi

Informasi diberikan oleh konselor kepada klien harus hal-hal yang diketahui
konselor. Apabila konselor tidak mengetahui informasi apa yang dikehendaki klien,
konselor secara jujur harus mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui informasi
tersebut.

Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan pemberian
nasihat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan
bahwa tidak mengetahui hal itu. Akan tetapi, jika konselor mengetahui informasi,
sebaiknya upayakan agar klien tetap mengusahakannya. Misalnya klien menanyakan
memasuki sekolah pelayaran. Karena konselor kurang menguasai informasi itu,
sebaiknya klien langsung saja mencari informasi tersebut ke sumbernya seperti
Sekolah Perairan/Pelayaran.

Tujuan latihan :

a. Melatih calon konselor agar mampu mempertimbangkan untuk memberikan


informasi berdasarkan kemampuannya, kualitas intelektual dan emosional klien,
pendidikan klien, dan sebagainya.
b. Melatih calon konselor agar mampu membuat kalimat pernyataan pemberian
informasi dengan berbagai pertimbangan. Atau melatih agar calon konselor
mampu menolak secara halus permintaan klien karena dianggap klien mampu
mencari senidiri informasi yang dibutuhkannya.

Materi latihan :
a. Latihan mengamati keaadaan klien apakah pantas untuk diberi informasi atau
tidak. Latihan bagaimana menolak permintaan informasi dari klien secara halus
tanpa menyinggung perasaannya.
b. Latihan menyusun kalimat pernyataaan menolak secara halus permintaan
informasi karena konselor tidak mengetahui, padahal klien mempunyai
kemampuan untuk mencarinya. Atau agar klien mencari sendiri informasi yang
dibutuhkannya dengan alasan dia tentu bisa melakukannya.
C. Tahap Akhir
1. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan merupakan kemampuan konselor mengambil inti pokok
pembicaraan selama proses konseling berlangsung. Kesimpulan pembicaraan atau
wawancara konseling bisa dilakukan konselor bersama klien.
2. Keterampilan Merencanakan
Menjelang sesi akhir wawancara konseling, konselor harus dapat membantu klien
untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk action, yaitu rencana
perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan klien. Rencana yang baik harus
merupakan hasil kerja sama antara konselor dan klien.
3. Keterampilan Menilai
Keterampilan menilai atau mengevaluasi berarti kemampuan konselor menetapkan
batas-batas atau ukuran-ukuran keberhasilan proses konseling yang telah
dilaksanakan. Melalui keterampilan ini, koselor menetapkan sisi mana dari proses
konseling yang telah dicapai dan sisi mana yang belum. Selain itu juga busa
ditetapkan kendala apa yang menjadi penghambat proses konseling. Selanjutnya
berdasarkan hasil evaluasi ditentukan apa tindak lanjutnya (follow up-nya).
4. Keterampilan Mengakhiri Konseling
Keterampilan mengakhiri konseling merupakan suatu kemampuan konselor menutup
sesi konseling. Berbagai cara bisa dilakukan oeh konselor untuk menutup sesi
konseling. Penutupan sesi konseling tidak harus dilakuakn secara seragam oleh semua
konselor.
DAFTAR PUSTAKA

Tohirin.(2007).Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).Jakarta:


PT Rajagrafindo Persada

Suhaeri, HN dan Edi Purwanta. 1996. Bimbingan Konseling Anak Luar Biasa. Jakarta:
Departemen P dan K Direktoriat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Tenaga Guru.

Willis, Sofyan S. 2007. Konseling Individu Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta.

Winkel, WS. 1985. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Menengah. Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai