Makalah Sejarah Indonesia
Makalah Sejarah Indonesia
Makalah Sejarah Indonesia
Para ilmuwan meyakini asal mula terbentuknya alam semesta (termasuk bumi) adalah terjadinya
peristiwa big bang (ledakakan dahsyat) sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu. Ledakan ini mengeluarkan
materi yang jumlahnya sangat banyak. Kemudian materi-materi ini mengisi alam semesta ini dalam
bentuk bintang, planet, debu kosmis, meteor, energi, dan partikel lainnya.
Menurut teori geologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bumi secara keseluruhan,
proses perkembangan bumi dibagi menjadi empat tahapan masa, yaitu :
a. Masa Arkaekum
Masa ini adalah masa tertua yang diperkirakan terjadi 2,5 miliar tahun yang lalu. Pada masa ini,
keadaan bumi masih labil, menyerupai gumpalan bola gas, dan kulit bumi masih dalam proses
pembentukan. Selain itu, belum ada tanda-tanda kehidupan. Hal ini karena temperatur bumi memang
masih sangat tinggi sehingga tidak memungkinkan adanya makhluk hidup.
b. Masa Paleozoikum
Masa ini berlangsung sekitar 500-245 juta tahun yang lalu. Kondisi bumi sudah lebih stabil, meski
belum secara menyeluruh. Secara berangsur, temperatur bumi mendingin dan mulai terlihat adanya
tanda-tanda kehidupan berupa makhluk bersel satu atau yang lebih dikenal dengan nama
mikroorganisme. Selanjutnya, muncul hewan sejenis ikan tak berahang (trilobita), hewan amfibi
(binatang yang dapat hidup di dua tempat, di darat dan di air), dan beberapa jenis tumbuhan ganggang.
Oleh karena itu, masa ini dinamakan pula dengan zaman primer (zaman kehidupan pertama).
c. Masa Mesozoikum
Masa yang disebut juga zaman sekunder (zaman kehidupan kedua) ini diperkirakan
berlangsung sekitar 245-65 juta tahun yang lalu. Bumi sudah semakin stabil. Mulai
muncul beragam hewan bertubuh besar, seperti berbagai jenis hewan reptil,
dinosaurus, dan gajah purba atau mamut. Menjelang berakhirnya masa ini, mulai
muncul berbagai jenis burung dan binatang menyusui.
Pada masa ini hewan berukuran besar sudah mulai jauh berkurang. Masa ini
dibedakan menjadi dua zaman, yaitu zaman tersier dan zaman kuarter.
1) Zaman tersier
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Hal terpenting pada ini
adalah munculnya jenis primata, seperti kera.
2) Zaman kuarter
Zaman ini dibagi ke dalam dua kala, yaitu kala Pleistosen/Diluvium, dan
Holosen/Aluvium. Pada kala Pleistosen, diperkirakan manusia purba mulai muncul.
Pada kala Holosen, manusia purba telah berkembang lebih sempurna lagi, yaitu
jenis Homo sapiens dengan ciri-ciri seperti manusia sekarang.
Hidup terjadi pertama kali di udara (atmosfer). Atmosfer terbentuk karna adanya
molekul-molekul, seperti CH4, NH3, H2, dan H2O dan karna adanya loncatan listrik
akibat halilintar dan sinar kosmik, terjadilah asam amino yang meyakinkan adanya
kehidupan.
Semua kehidupan memiliki leluhur yang sama, sejarah kehidupan di bumi mirip
sebuah pohon yang sangat besar, yang awalnya adalah batang tunggal berupa sel-
sel pertama yang sederhana. Spesies-spesies baru yang bercabang dari batang
tunggal dan terbagi menjadi dahan-dahan, atau famili tumbuhan dan binatang.
Salah satu spesies binatang yaitu kelompok mamalia, berevolusi menjadi
“binatang” yang berakal budi, yaitu manusia.
Proses evolusi, yaitu proses yang berlangsung dalam kurun waktu yang sangat
panjang, hingga jutaan tahun, yang disebut proses evolusi. Dalam proses itu, terjadi
apa yang disebut sistem seleksi alam (survival of the fittest), yaitu hanya makhluk
yang mampu beradaptasi dengan lingkunganlah yang bertahan hidup dan
berkembang.
Teori evolusi
manusia menurut Charles
Darwin.
Indonesia dibentuk oleh tiga Lempeng besar dunia, yakni Lempeng Indo-Australia,
Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Terdapat juga Lempeng Filipina yang lebih
kecil. Tiap-tiap lempeng ini memiliki arah gerakan yang berbeda.
Proses selama berpuluh juta tahun itulah yang membentuk Kepulauan Indonesia
hingga menjadi seperti sekarang ini.
b. Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga
eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga
endogen. Bukit atau tebing yang terbentuk karena proses gerakan endogen terkikis
oleh angin, dapat mengubah bentuk permukaan bumi.
Tenaga eksogen berasal dari tiga (i) atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin;
(ii) air, yaitu berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser,
dan sebagainya; (iii) organisme, yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan manusia.
c. Perubahan Iklim
Perubahan iklim berupa turunnya permukaan laut sekitar 60-70 meter di bawah
permukaan laut. Hal ini karena bagian terbesar air di dunia membeku (zaman
glasial), terutama di bagian bumi utara dan selatan. Laut-laut yang dangkal itu
kemudian berubah menjadi daratan.
Kondisi yang berlangsung pada kala Pleistosen antara 3.000.000 sampai 10.000
tahun yang lalu disebut zaman es atau zaman glasial. Dan pada saat itu,
temperatur bumi menjadi sangat rendah dan gletser yang mengakibatkan pecahan-
pecahan es tersebut menyebar ke daerah-daerah sekeliling benua tersebut.
Meluasnya permukaan es menyebabkan turunnya permukaan air laut hingga
mencapai kedalaman antara 100-150 meter di bawah permukaan laut.
Pada kala Pleistosen, bagian barat Kepulauan Indonesia yang sudah mulai stabil
pernah terhubung dengan daratan Asia Tenggara, sedangkan bagian timur seperti
Pulau Papua dan sekitarnya pernah terhubung dengan daratan Australia. Daratan
wilayah barat yang menghubungkan Indonesia dengan daratan Asia Tenggara
kemudian disebut Paparan Sunda (Sunda Shelf), sedangkan wilayah timur daratan
yang menghubungkan Pulau Papua dan pulau-pulau sekitarnya dengan Australia
disebut Paparan Sahul (Sahul Shelf).
Keadaan alam yang belum stabil tampak dari adanya letusan gunung api.
Lempeng tektonik berupa massa batuan yang sangat besar sehingga energinya
besar pula. Lempeng-lempeng yang terus bergerak ini pada suatu saat akan
mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras.
Secara khusus, kedatangan Eugene Dubois ke Indonesia berawal dari keyakinannya bahwa manusia
purba menyukai hidup di daerah tropis seperti Indonesia. Mula-mula, ia ke Sumatra lalu ke Jawa. Daerah
tropis diyakini sebagai daerah yang keadaan alamnya cukup stabil baik pada zaman glasial maupun
zaman pascaglasial.
Secara umum, asal usul manusia-manusia purba sampai sekarang masih menjadi kontroversi. Jawaban
atas asal usul manusia purba itu tidak pernah jelas dan tuntas. Para peneliti, seperti Moh. Yamin, J.
Crawford, K. Himly, dan Sutan Takdir Alisjahbana berpendapat bahwa manusia purba yang menghuni
wilayah Nusantara berasal dari wilayah Indonesia sendiri. Pandangan tersebut menentang pandangan
yang mengatakan bahwa manusia-manusia purba berasal dari luar wilayah Indonesia. Pandangan
mereka yang lazim disebut teori Nusantara, didasarkan pada alasan-alasan berikut.
• Bangsa Melayu dan bangsa Jawa mempunyai tingkat peradaban yang tinggi. Taraf ini hanya dapat
dicapai setelah perkembangan budaya yang lama. Hal ini menunjukkan orang Melayu berasal dari dan
berkembang di Nusantara.
• Terhadap pandangan yang mengatakan bahwa bahasa Melayu serumpun dengan bahasa Champa
(Kamboja) sehingga manusia-manusia praaksara tersebut berasal dari luar Nusantara, K. Himly
berpendapat bahwa kesamaan antara kedua bahasa tersebut bersifat kebetulan saja.
• Menurut Moh. Yamin, fakta banyaknya fosil dan artefak tertua yang ditemukan di Indonesia, seperti
fosil Homo soloensis dan Homo wajakensis, menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
(Melayu) berasal dari Indonesia sendiri (Jawa).
• Bahasa yang berkembang di Nusantara, yaitu rumpun bahasa Austronesia, sangat jauh bedanya
dengan bahasa yang berkembang di wilayah lain di Asia.
Ada juga pandangan lain, yaitu teori Yunan. Menurut teori ini, manusia purba yang menjadi nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan (Tiongkok). Mereka ke Indonesia setelah tinggal cukup
lama di daerah lain di Asia Tenggara, terutama Vietnam (Dong Son).
Namun, para ahli berpendapat bahwa teori ini bukan mengacu pada asal usul manusia purba yang
disebutkan sebelumnya, melainkan bangsa Melayu Austronesia dari ras Mongoloid yang datang ke
Nusantara dari Yunan (Tiongkok) ada dua gelombang, yaitu gelombang pertama sekitar tahun 1500 SM
dan gelombang kedua sekitar tahun 300 SM. Orang-orang Yunan inilah yang disebut sebagai nenek
moyang bangsa Indonesia. Ciri-ciri fisiknya menyerupai manusia modern atau Homo sapiens sapiens.
Teori yang populer namun dianggap kurang meyakinkan adalah teori Afrika. Menurut teori ini, manusia
purba yang pertama kali mendiami Nusantara datang dari Afrika. Manusia purba muncul dan
berkembang pertama kali di Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu. Mereka kemudian menyebar dengan
berbagai variasi dan karakteristik yang khas, sesuai kondisi lingkungan, kemampuan beradaptasi, dan
sebagainya.
Proses persebaran manusia berlangsung sangat lambat dan lama. Sejak tahun
200.000 SM hingga 60.000 SM, manusia menyebar ke seluruh wilayah di Afrika.
Tahun 60.000 SM, manusia mulai menyebar ke Timur Tengah, Asia Selatan, Asia
Tenggara, hingga Australia.
Faktor yang memungkinkan manusia purba sampai di Indonesia adalah suhu bumi
menurun hingga menyebabkan terbentuknya es di bagian utara bumi, di Eropa dan
Amerika Utara. Hal itu menyebabkan tinggi permukaan air laut menurun dan
membentuk banyak daratan baru sehingga mempermudah manusia berpindah-
pindah.
Manusia purba dan manusia modern seperti saat ini jelas memiliki banyak
perbedaan. Baik dari perilaku, bentuk, sifat dan kebiasaannya. Zaman dulu ada
beberapa jenis-jenis manusia purba yang pernah menjadi penghuni bumi ini.
Banyak jenis-jenis manusia purba yang bisa ditemui di Indonesia maupun yang ada
di seluruh negara di dunia.
Manusia purba atau manusia prasejarah adalah manusia yang hidup pada jutaan
tahun yang lalu. Secara umum, manusia purba merupakan manusia yang hidup
sebelum tulisan ditemukan. Jenis-jenis manusia purba yang ada di dunia juga
memiliki banyak suku dan ras.
Beberapa peneliti mengatakan bahwa manusia purba adalah nenek moyang dari
manusia modern saat ini. Karakteristik yang menonjol dari manusia purba adalah
mereka hidup secara nomaden atau hidup berpindah tempat. Hal itu karena mereka
masih hidup yang sangat bergantung dari sumber daya alam.
Saat sumber daya alam di kawasan sekitar mereka sudah habis atau sulit
ditemukan, maka mereka akan berpindah ke wilayah lain. Mereka hidup secara
berkelompok sehingga mereka akan mencari tempat yang baru secara bersama.
1. Meganthropus Palaeojavanicus
Jenis manusia purba ini ditemukan pada sekitar tahun 1936 di kawasan Sangiran.
Jenis manusia ini diperkirakan hidup sekitar satu hingga dua juta tahun yang lalu.
Fosil dari manusia Meganthropus ini adalah manusia yang memiliki tubuh tinggi
yang ditemukan oleh arkeolog asal Belanda, Van Koenigswald.
Ciri-ciri dari manusia purba ini memiliki tulang pipi yang tebal, otot rahang kuat,
bentuk tubuh yang tegap, tulang kening yang menonjol, tak memiliki dagu serta
memiliki bentuk kepala dengan tonjolan di belakang yang tajam.
2. Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus Erectus memiliki ciri – ciri tengkuk dan geraham (gigi) yang kuat,
tubuhnya belum tegap sempurna, hidungnya tebal, dahinya lebih menonjol dan
lebar, rata-rata tingginya 165 cm sampai 180 cm. Memiliki otak sekitar 750 cc
hingga 1350 cc.
3. Pithecanthropus Soloensis
Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Ngandong, Solo. Diberi nama
Pithecanthropus Soloensis karena ditemukan di Solo. Ciri-ciri manusia purba ini
yaitu memiliki tulang belakang menonjol, rahang bawah yang kuat, hidungnya lebar
dan tulang pipi yang kuat serta menonjol.
Pithecanthropus Soloeinsis memiliki perkiraan tinggi sekitar 165 hingga 180 cm. Ia
adalah pemakan tumbuhan dan kerap juga berburu hewan untuk dijadikan
santapan. Fosilnya ditemukan sekitar tahun 1931 hingga 1933 oleh Openorth dan
Van Koenigswald.
4. Pithecanthropus Mojokertensis
Tak hanya di Solo, di daerah Mojokerto juga ditemukan fosil manusia purba. Van
Koenigswald kembali menemukan fosil pada tahun 1939 di Mojokerto, Jawa Timur.
Pertama kali ia menemukan fosil manusia purba yang diperkirakan masih berusia 6
tahun. Lalu tahun 1936, Widenreich menemukan fosil lagi di kota yang sama.
5. Homo Floresiensi
Menggunakan sebutan ‘homo’ karena pada manusia purba ini telah memiliki
kebiasaan yang hampir mirip dengan manusia modern saat ini. Mereka telah
mengerti berbagai kegiatan dan disebut juga sebagai mahkluk ekonomi.
Homo Floresiensis ditemukan di Pulau Flores Nusa Tengara dan diperkirakan hidup
12 ribu tahun yang lalu. Jenis manusia purba ini telah mampu hidup berdampingan
dengan jenis-jenis manusia purba lainnya. Ciri-ciri manusia purba ini hanya memiliki
tinggi badan satu meter, bentuk dahinya sempit dan tak menonjol, tulang
rahangnya menonjol, volume otak 380 cc serta tengkorak kepalanya yang kecil.
6. Homo Wajakensis
Manusia purba Homo Wajakensis hidup di zaman yang lebih modern dari
sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan penemuan peralatan yang bersamaan
dengan fosil ini. Eugene Dubois menemukan fosil Homo Wajakensis di daerah
Campur Darat Tulungagung Jawa Timur.
Ciri-cirinya ia memiliki bentuk wajah dan hidung datar dan lebar, tulang pipinya
menonjol ke samping, letak hidung dan mulut sedikit jauh, tinggi 130 sampai 210
cm dan mampu berjalan tegap.
7. Homo Soloensis
Selain Pitecanthropus (manusia kera), di Solo juga ditemukan fosil Homo
Soloensis. Dikategorikan ‘homo’ karena manusia purba ini tergolong lebih cerdas.
Weidenrich dan Koenigswald menemukannya tahun 1931. Mereka diperkirakan
hidup sekitar 300.000 sampai 900.000 tahun yang lalu.
Ciri-ciri manusia purba ini memiliki volume otak 1000cc hingaa 1300 cc, tinggi
badannya mencapai 130 hingga 210 cm, tubuhnya tegap dan memiliki struktur
tulang wajah yang tidak mirip dengan manusia kera.
8. Homo Sapiens
Pasti kalian sudah tak asing dengan nama manusia purba satu ini. Jenis manusia
purba ini adalah jenis manusia purba yang usianya paling muda ditemukan dan
mendekati seperti manusia modern saat ini.
Ia telah mengenal kehidupan sosial dan berpikir cerdas. Bentuknya juga mirip
dengan manusia seperti bentuk tengkuk yang sudah kecil, tulang wajah tidak
menonjol, memiliki dagu dan tulang rahang yang tidak terlalu kuat dan volume otak
antara 1000 sampai 1200 cc.