Pengembangan Pribadi Konselor

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

1. Pribadi konselor harus menunjukkan identitas landasan relegius.

Jawaban
a. Jelaskan mengapa hakekat identitas nilai kepribadian konselor harus
berdasar religius?
Karena konselor adalah sebagai pemberi bantuan dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling haruslah berlandaskan nilai-nilai religius
karena ketika konselor memiliki nilai-nilai religius dalam dirinya maka
konselor akan memiliki komitmen yang kuat untuk mengamalkan nilai-nilai
religius dan konselor akan membantu konseli berlandaskan nilai-nilai
religius. Tidaklah mungkin konselor memberikan bantuan kepada konseli
tanpa adanya berlandaskan nilai-nilai religi. Landasan religius dalam
bimbingan dan konseling mengimplikasikan bahwa konselor sebagai
“helper”, pemberian bantuan yang dituntut untuk memiliki pemahaman akan
nilai-nilai agama, dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada klien atau peserta didik. Konselor
semestinya menyadari bahwa memberikan layanan bimbingan dan
konseling kepada klien merupakan salah satu kegiatan yang bernilai ibadah,
karena didalam proses bantuanya terkandung nilai “amar ma’ruh nahyi
munkar” (mengembangkan kebaikan dan mencegah keburukan). Agar
bantuan layanan yang diberikan itu bernilai ibadah, maka kegiatan tersebut
harus didasarkan kepada keikhlasan dan kesabaran. Konselor hendaklah
orang yang beragama dan mengamalkan dengan baik keimanan dan
ketakwaannya sesuai dengan agama yang dianutnya. Konselor sedapat-
dapatnya mampu mentransfer kaidah-kaidah agama secara garis besar yang
relevan dengan masalah klien. Konselor harus benar-benar memperhatikan
dan menghormati agama klien.

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 1


b. Gambarkan perbedaan perilaku membantu yang berdasarkan keimanan dan
dan yang tidak berdasar keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berilah
contoh keduanya.
Jawaban
Perilaku membantu yang berdasarkan keimanan seorang konselor
yakni yaitu dalam membantu orang lain terutama dalam memberikan
layanan konseling konselor harus meniatkan dalam membantunya karena
Allah SWT dan untuk mencari keridhoan Allah. Seorang konselor yang
memiliki nilai religi atau nilai-nilai keimanan maka akan membantu konseli
dengan tetap berlandaskan norma dan ajaran dalam agama nya. Konselor
tidak akan hanya memberikan solusi kepada konseli yang
menjerumuskannya dalam jurang kemaksiatan dunia. Contoh konselor yang
membantu seorang anak yang kesulitan dalam keuangan karena hidup
sebatang kara maka konselor akan membantu nya tanpa harus memberitahu
kepada orang lain karena ia tak ingin nantinya akan ria.
Perilaku membantu yang tidak berdasarkan keimananan adalah ketika
membantu orang lain tapi memiliki niat lain dalam membantu orang lain
seperti materi, pengakuan, atau karena ingin di pandang baik dan dianggap
sebagai pahlawan oleh orang lain. Mereka yang membantu orang lain bukan
berdasarkan keimanan tidak mengharapkan ridho Allah. Contoh bentuk
perilakunya adalah dalam membantu memberikan sumbangan tapi
menyebutkan nama pemberi nya.

2. Konselor perlu mengembangkan empati dalam membantu.


a. Bagaimana konsep empati dalam membantu konseli? (cantumkan teori dan
sumbernya)
Jawaban
Empati dari Bahasa Yunani (εμπάθεια yang berarti “ketertarikan fisik”
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali,
mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain. Karena pikiran,
kepercayaan, dan keinginan seseorang berhubungan dengan perasaannya,

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 2


seseorang yang berempati akan mampu mengetahui pikiran dan mood orang
lain. Empati sering dianggap sebagai semacam resonansi perasaan.
Empati adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana merasakan
perasaan orang lain. Empati berperan penting dalam berbagai bidang
kehidupan, mulai dari pengasuhan, pendidikan, manajemen, hingga tindakan
bela rasa dan percintaan. Empati dibangun pada lingkup self-awareness
(kesadaran diri). Makin terbuka terhadap emosi kita sendiri, makin terampil
kita dalam memahami perasaan orang lain. Emosi tidak banyak
diekspresikan dalam kata-kata, justru ia lebih banyak diekspresikan dalam
isyarat-isyarat nonverbal, seperti intonasi suara, gerakan bagian tubuh,
ekspresi wajah. Maka kemampuan empati terutama melibatkan kemampuan
seseorang untuk membaca perasaan lewat pemahaman terhadap isyarat-
isyarat nonverbal orang lain. Istilah empati digunakan paling tidak dalam
dua pengertian :
a) Sebuah respons kognitif utama untuk memahami bagaimana orang lain
merasa
b) Kebersamaan afektif yang setara dengan orang lain.
Dengan demikian, empati juga dapat dipahami sebagai pemahaman
yang intim bahwa perasaan-perasaan, pikiran-pikiran dan motif-motif
seseorang dimengerti secara menyeluruh oleh orang lain, disertai ungkapan
penerimaan terhadap keadaan orang lain.

b. Sebutkan berbagai contoh sikap empati dan dan yang bukan sikap empati
konselor.
Jawaban
1) Contoh Sikap Empati
a. Saya mengerti keinginan anda
b. Saya dapat memahami apa yang anda pikirkan
c. Saya memahami apa yang anda rasakan
d. Saya ikut terluka dengan penderitaan anda, tetapi saya juga bangga
dengan kemampuan anda untuk bertahan.

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 3


2) Contoh Sikap Bukan Empati
a. Bersikap acuh apa yang dirasakan klien
b. Tidak memahami apa yang dialami oleh klien ketika proses
konseling.
c. Tidak memahami kondisi klien ketika bercerita kepada konselor

3. Konselor perlu memiliki konsep dasar integritas dan stabilitas kepribadian serta
kontrol diri yang baik.
Jawaban
a. Jelaskan pernyataan diatas dan berilah contoh. (cantumkan sumbernya)
Kata “integritas” berasal dari kata sifat latin integrer (langkap). Dalam
konteks ini integritas adalah rasa batin “keutuhan“ yang berasal dari kualitas
seperti kejujuran dan konsistensi karakter. Dengan demikian, seorang dapat
menghakimi bahwa orang lain “memiliki integrita “ sejauh bahwa mereka
bertindak sesuai dengan, nilai dan prinsip keyakinan mereka mengklaim
memegang. Integritas (Integrity) adalah bertindak konsisten sesuai dengan
nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam
keadaan yang sulit untuk melakukan ini.
Stabilitas adalah kemantapan; kestabilan; keseimbangan: menciptakan
suatu yang dinamis. Stabilitas kepribadian adalah kemantapan atau
kekokohan pribadi yang positif dimana pribadi tersebut dapat
mengendalikan emosi, percaya pada kemampuan diri, mampu bersosialisasi
dan beradaptasi dengan baik serta mampu memecahkan konflik dengan
bijak dan bersikap fleksibel.
Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun,
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang akan
membawa kearah positif bagi individu tersebut. Kontrol diri mengandung
arti mengatur sendiri tingkah laku yang dimiliki. Menurut Bandura dan

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 4


Mishel serta Carlson, kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam
merespon situasi. Kontrol diri bisa diartikan sebagai proses yang terjadi
ketika dalam situasi tanpa batasan dari lingkungan eksternal, anak
melakukan suatu jenis perilaku yang sebelumnya sedikit tidak mungkin
muncul dibandingkan prilaku alternatif lainnya. Kontrol diri juga dapat
diartikan sebgai kemampuan untuk membimbing tingkah laku impulsive.
Seseorang yang menjalankan kontrol diri memperlihatkan bahwa kebutuhan
akhir telah disosialisasikan dan nilai-nilai budaya lebih penting dari hasrat
manapun.
Faktor-faktor pendorong integrasi adalah faktor internal meliputi
(Kesadaran diri konselor sebagai makhluk soial, Tuntutan kebutuhan, Jiwa
dan semangat membantu) dan faktor eksternal meliputi (persamaan visi,
misi dan tujuan, sikap toleransi, terbukanya kesempatan berpartisipasi
dalam kehidupan bersama, persamaan kebudayaan, persamaan visi, misi dan
tujuan, sikap toleransi, terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam
kehidupan bersama). Konselor yang memiliki ketabilan pribadi maka
konselor itu mampu control diri. kontrol diri diartikan sebagai kemampuan
untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku
yang akan membawa kearah positif bagi individu tersebut. Suatu perilaku
kadang kala menghasilkan konsekuensi yang positive akan tetapi juga
dimungkinkan menghasilkan konsekuensi yang negative. Oleh karenanya
kontrol diri selain berupa kemampuan untuk mendapatkan konsekuensi
positif juga merupakan kemampuan untuk mengatasi konsekuensi negative.
Bentuk-bentuk integritas dan stabilitas pribadi konselor meliputi;
kualitas pribadi konselor yang ditandai karakteristik pemahaman diri,
kompeten, memiliki kesehatan psikologis, dapat percaya, jujur, kuat, hangat,
responsif, sabar, sensitif dan memiliki kesadaran yang holistik. Ciri-ciri
kepribadian yang harus dimiliki oleh konselor yang efektif, sekurang-
kurangnya seorang konselor hendaknya memiliki sifat-sifat kepribadian
konselor yang diinginkan konselor sebagai model, melakukan hubungan
konseling, dan keberanian konselor melakukan konseling.

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 5


b. Jabarkan karakteristik yang menunjukan integritas dan stabilitas kepribadian
serta kontrol diri yang baik itu ?
Jawaban
1) Karakteristik Integritas menurut Antonius (2006: 20)
a) Menyadari bahwa Hal Kecil Itu Penting
Jarang sekali orang kehilangan integritas secara mendadak.
Biasanya dimulai dengan menurunnya standar integritas secara
perlahan hingga sulit disadari dan sukar dihentikan sampai akhirnya
mencapai akhir yang mematikan. Seperti seorang anak, orang
memulainya dengan mencuri permen dan bukan mobil. Dalam kaitan
dengan integritas, hal kecil itu penting. Oleh karena itu, untuk
memiliki keunggulan integritas, orang tidak boleh mengabaikan hal
kecil, seperti berbohong untuk hal sederhana atau mengambil sesuatu
milik orang lain tanpa izin (mencuri), sekecil apa pun itu. Membangun
integritas diri berarti memulainya dan memperlihatkannya dari hal
kecil.
b) Menemukan yang Benar (Saat Orang Lain Hanya Melihat Warna Abu-
Abu)
Di sini yang dibutuhkan bukanlah kemampuan super untuk
mengetahui dengan pasti yang mana yang benar dan yang mana yang
salah.
c) Bertanggung Jawab
Kita dapat dianggap juga bertanggungjawab apabila pekerjaan
tidak selesai namun kita dapat memberi penjelasan yang masuk akal
dan dapat diterima mengapa sebenarnya pekerjaan itu tidak selesai.
Salah satu bentuk pertanggungjawaban atas kegagalan memenuhi
tanggung jawab adalah mengundurkan diri dari jabatan. Orang yang
memiliki integritas diri tidak pernah lari dari tanggung jawabnya.

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 6


d) Membudayakan Kepercayaan
Suatu hal tertentu hanya dapat bertahan apabila telah
dibudayakan. Kepercayaan merupakan tali pengikat dalam kehidupan
bersama, baik dalam komunitas kecil seperti keluarga dan teman
dekat, maupun dalam komunitas besar seperti organisasi bisnis dan
kelompok masyarakat lainnya. Orang yang dapat memperlihatkan
dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya, itulah yang memiliki
integritas diri.
e) Menepati Janji
Janji atau perjanjian dapat terjadi antara satu individu dengan
individu lain, antara individu dengan kelompok, atau sebaliknya
antara satu kelompok dengan individu, dan juga antara satu kelompok
dengan kelompok lain. Ungkapan “Janji harus ditepati” memang
merupakan suatu sikap moral karena janji merupakan sebuah
kewajiban moral yang mengikat batin setiap orang yang
mengucapkannya. Janji menuntut pemenuhan, entah kepada siapa pun
janji itu diberikan. Janji memiliki lingkup yang sangat luas.
f) Peduli pada Kebaikan yang Lebih Besar
Orang kadang bahkan sering dihadapkan pada situasi ketika dia
harus mengambil keputusan dan tindakan yang akan membawa
konsekuensi tertetu dalam kehidupan. Masing-masing keputusan dan
tindakan yang dilakukuan membawa konsekuensi, entah konsekuensi
baik ataupun konsekuensi buruk, dengan dampak yang tidak sama
besar. Sering muncul konflik antara kepentingan pribadi dan
kelompok, antara kepentingan kelompok, dan kepentingan orang
banyak.

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 7


2) Karakteristik Stabilitas menurut Awalya (2013:38-39)
a) Mampu mengendalikan emosi
Salah satu tolak ukur kepribadian yang stabil adalah kematangan
emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula
kepribadiannya. Pengendalian emosi merupakan kunci kestabilan
pribadi. Ketidak mampuan seseorang mengendalikan emosi, terutama
emosi negatif seperti marah, bisa menghambat interaksi seseorang
dengan lingkungannya.
b) Mampu memupuk kepercayaan diri
Kepercayaan diri menentukan kualitas hidup seseorang, dan ini
juga merupakan salah satu tolak ukur kepribadian. Kepercayaan diri
yang tinggi, dapat dipastikan seseorang bisa mengarungi hidupnya
dengan baik. Setidaknya bila menerima tantangan dan mengemban
tanggungjwabanya tanpa dikuasai stress dan kecemasan. Dalam
berguaul, tidak agresif tapi juga tidak pasif, sehingga, seseorang
mampu memposisikan diri diantara kedua sifat tadi. Individu dengan
kepribadian yang stabil relatif mudah diterima lingkungan karena
sifatnya yang mudah bergaul terutama dalam berkomunikasi.
c) Mampu bersosialisasi dan beradaptasi.
Kemampuan bersosialisasi seseorang merupakan langkah awal
dalam meniti kesuksesan yang ditentukan oleh banyaknya relasi yang
sudah dijalin, banyaknya teman dan relasi serta mudah melakukan
penyesuain diri yang berbeda peristiwa dan sesuai dengan norma
lingkungannya.
d) Mampu mengatasi masalah atau konflik
Masalah atau konflik dalam kehidupan itu sulit dihindari.
Kemampuan seseorang memecahkan konflik merupakan modal yang
bagi seseorang. Semakin baik kemampuannya memecahkan konflik,
maka kepribadiannya akan semakin seseorang stabil dan mengatasi
konflik pada umumnya akan mudah mengatasinya baik masalah di
sekolah, di rumah, ataupun kelak ditempat kerja.
e) Mampu bersifat fleksibel
Seseorang yang berkepribadian stabil maka perlu memiliki sifat
fleksibel, tidak boleh memiliki sifat kaku. Jika ada rencana yang

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 8


gagal, ia harus mampu mengantisipasi dengan rencana-rencana lain.
Sikap kaku hanya akan meningkatkan kecemasan dalam diri. Kontrol
Diri

3) Karakteristik Kontrol Diri


a) Tekun dan tetap bertahan dengan tugas yang harus dikerjakan,
walaupun menghadapi banyak hambatan
b) Dapat mengubah perilaku menyesuaikan dengan aturan dan norma
yang berlaku dimana ia berada
c) Tidak menunjukkan perilaku yang emosional atau meledak-ledak
d) Bersifat toleran atau dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang
tidak dikehendaki.

4. Pribadi konselor harus memiliki toleransi terhadap stres dan frustrasi.


a. Konsep dasar, dan karakteristik toleransi stres dan frustrasi tersebut.
Jawaban
Toleransi stres adalah kemampuan seseorang untuk bertahan dari
stresor-stresor yang mengancam motif-motif dasar dan mengganggu
kemampuan beradaptasi dengan stresor, sehingga tidak terjadi gangguan-
gangguan pada pola respons fisiologis dan psikologis. Karakteristik
toleransi stres menurut Surato (2001) bahwa individu yang memiliki
toleransi stres yang rendah, memiliki pembawaan emosional yang peka,
cepat bersedih atau menangis, mengalami sakit hati yang mendalam, dan
mudah mengeluh. Apapun yang memiliki toleransi stres yang tinggi tidak
akan mudah terbawa ke dalam pola emosi yang negatif, tidak mudah
mengeluh maupun berlarut-larut dalam kesedihan.
Frustasi, dari bahasa Latin frustratio, adalah perasaan kecewa
jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Semakin penting
tujuannya, semakin besar frustrasi dirasakan. Rasa frustrasi bisa menjurus
ke stress. Frustasi dapat berasal dari dalam (internal) atau dari luar diri
(eksternal) seseorang yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 9


termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau
ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan.
Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari frustrasi saat seseorang
mempunyai beberapa tujuan yang saling berinterferensi satu sama lain.
Frustasi adalah sebagai keadaan dimana seseorang sedang kalut, terlalu
banyaknya masalah, tekanan ataupun lainnya, sehingga tidak dapat
menyelesaikannya, yang hampir sama dengans tress, akan tetapi
tidak bias disamakan oleh pengertian putus asa (Awalya, 2013:56-57)
Karakteristik Frustasi dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya
adalah berupa respon keluar seperti mudah marah, kesal, iri, sedangkan
respon kedalam seperti merasa malu, kecewa, menangis, mudah menyerah,
pesimis, dan menghindar dari tanggung jawab, ketidakberdayaan, seperti
cemas, pusing dan gelisah. Seperti kenyataannya, apabila terjadi suatu
masalah tentu pasti ada sebab yang menjadi latar belakang terjadi masalah
itu. Begitu frustasi, tidak timbul dengan sendirinya tanpa ada sebab
awalnya. Penyebab frustasi itu timbul bukan hanya dari dalam dirinya saja
(internal), tetapi bisa timbul dari luar dirinya (eksternal) yang berinteraksi
dengan dirinya. Konflik dapat menjadi sumber internal dari frustasi saat
seseorang 8 mempunyai tujuan yang saling terkait satu sama lain.
Sedangkan penyebab eksternalnya mencangkup kondisi-kondisi di luar
dirinya, seperti kecewa, dijauhi orang yang dicintai, dll.

b. Tingkatan stres dan frustrasi yang dapat dialami konseli


Jawaban
1. Tingkatan Stres yang dapat dialami konseli (Sri Rumini, 2006:56)
a) Stres tingkat pertama, mempunyai sitat: Semangat besar, penglihatan
tajam, energi, dan gugup berlebihan,penyandangstres tahap pertama
biasanya bertambah semangat, Jebih aktif, Jebih sigap dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
b) Stres tingkat kedua, mempunyai keluhansebagai berikut a. Merasa
letih dan lelah sepanjanghari b. Kadang-kadangterjadigangguan

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 10


dalam system pencemaan dan jantung c. Mengalami ketegangan pada
otot-ototpunggung dan tengkuk d. Tldak dapat merasa santai
Penyandang stres tingkat ke dua harus segera mengurangi beban stres
supaya tingkatan stres lebih rendah, atau malah menjadi tidak stress
c) Stres tingkat ke tiga, mempunyai gejala sebagai berikut a. Gangguan
system pencemaan lebih terasa dan sebelumnya, demikian pula
ketegangan otototot di punggung dan tengkuk b. Mengalami
gangguan tidur, misalnya susah tidur, sering terbangun di malam hari,
sukar tidur kembali setelah terbangun, bahkan kadang-kadang tidak
dapat tidursepanjang malam. c. Badan terasa akan pingsan, tetapi
tidak sampai pingsan Kalau penyandang stres sudah mencapal tarat
ke tiga, harus segera konsultasi ke psikiater, kalau tidak dapat
menyelesaikan permasalahannya sandin. penyandang stres harus
menyisihkan waktu untuk relaksasi guna memulihkansuplai energi.
d) Stres tingkat ke ernpat, ditandai dengan ciri-cirisebagai berikut a.
Untuk bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit Kegiatan-
kegiatanyang semula menyenagkan, menjadi terasa sulit c.
Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan social,
maupun kegiatan rutin yang lain. d. Tidur semakin sukar, dan setelah
dapat tidur, mengalami mimpi-mimpi yang menegangkan e.
Mempunyai perasaan negatif f. Kemampuan berkonsentrasi turun
sangat tajam g. Mempunyai perasaan takut yang tidak dapat
dijelaskan Penyandang stres pada tingkat keempat, kondisinya sudah
sangat parah, sehingga tidak mungin menolong dirinya sendiri.
Mereka harus segera mendapat pertolongan dari psikiater maupun
psikolog.
e) Stres pada tingkat kelima, keadaannya lebih mendalam dari pada
tingkat keempat. Keadaannya sebagai berikut: a. Keletihan yang
mendalam (Physical and psychological exhaustion) b. Kurang
mampu melaksanakan pekerjaan yang sederhana c. Gangguan system

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 11


pencemaan lebih parah dari sebelumnya d. Perasaan takut yang
makin kuat mirip panic.
f) Stres pada tingkat keenam merupakan tahap puncak dan
kemungkinan besar penderita harus masuk ICCU. Adapun gejala
gejalanya sebagai berikut: a. Debaran jantung sangat keras b. Nafas
sasak, megap-megap c. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat
bercucuran d. Dapat kehabisan tenaga sehingga pingsan atau coIleps.
Kalau diperhatikan gejala-gejala stres pada tiap-tiap tahap maka
nampakpenyandangstresjuga merasa cernasdan dapresi.

2. Tingkatan frustasi yang dapat dialami konseli


Frustasi akan timbul apabila terdapat sebuah aral melintang antara
seseorang dan maksud/tujuannya. Sebagai contoh: Saat seseorang ingin
segera menghadiri rapat penting di kantor, maka tiba-tiba kena macet
total saat menuju ke kantor sehingga tidak dapat menghadiri rapat; atau
saat seseorang ingin menikahi seorang gadis pujaannya, maka tiba-tiba
ditolak oleh calon mertua. Secara garis besar frustrasi dikelompokkan
menjadi dua kategori:
1) Frustrasi yang datangnya dari luar diri kita.
Contoh frustrasi yang datang dari luar antara lain: kecelakaan,
divonis penyakit, bencana alam;, kematian seseorang yang dicintai,
norma-norma, adat istiadat, peperangan, kegoncangan ekonomi,
diskriminasi rasial atau agama, persaingan yang berlebihan, perubahan
yang terlalu cepat, pengangguran dan ketidakpastian sosial.
2) Frustrasi yang berasal dari dalam diri kita, contoh frustrasi yang
datang dari dalam antara lain; Cacat badaniah, kegagalan dalam
berbisnis, Hal-hal yang dapat menurunkan harga diri, Setiap hal yang
dapat merendahkan diri sendiri.

5. Konselor harus memiliki pribadi berfikir positif.


a. Konsep dasar berfikir positif dalam membantu konseli ?(cantumkan
sumbernya)

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 12


Jawaban
Berpikir positif adalah cara menghadapi suatu masalah dengan
mengambil hikmah dibalik masalah yang dihadapi sehingga tidak
menimbulkan konflik/pertentangan, dan masih banyak lagi definisi atau
pengertian tentang berpikir positif yang jika dicermati semuanya mengarah
kepada suatu keadaan atau kesediaan untuk menerima masalah yang
dihadapi agar tidak terjadi perselisihan yang lebih mendalam. Individu yang
bersikap positif (positif thinking) bukan berarti telah menjamin tercapainya
suatu keberhasilan. Sikap individu yang positif, setidak-tidaknya sudah
berada di jalan menuju keberhasilan. Berpikir positif (positive
thinking) melibatkan proses memasukan pikiran-pikiran, kata-kata, dan
gambaran-gambaran yang konstruktif (membangun) bagi perkembangan
pikiran seseorang. Pikiran positif menghadirkan kebahagiaan, suka cita,
kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan anda. Berpikir
Positif diawali dengan sebuah keyakinan pada diri sendiri. Keyakinan
bahwa dirinya mampu. Keyakinan yang mengatakan bahwa diri beliau
“bisa”. Jika seseorang melihat dirinya “bisa”, maka akan “bisa”. Jika
seseorang melihat dirinya akan menghasilkan, maka akan mampu
menghasilkan. Jika seseorang tidak bisa melakukan hal seperti ini, maka diri
seseorang masih dikuasai oleh pikiran negative. Berpikir positif merupakan
suatu kesatuan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu muatan pikiran,
penggunaan pikiran, dan pengawasan pikiran (Awalya, 2013).

b. Beri contoh sikap pribadi konselor yang menunjukkan pada pengembangan


berfikir positif itu ?
Jawaban
Dalam konseling berpikir positif ditumbuhkan oleh dua pihak yaitu
konselor dan konselo. Di dalam konseling konselor harus menerima konseli

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 13


dalam keadaan apapun tanpa menaruh rasa curiga. Jika rasa curiga terjadi
sebelumnya makan layanan menjadi tidak akan berjalan lancar dan tidak
akan ada suasana nyaman dalam konseling. oleh karena itu konselor
hendaknya harus mengembangkan sikap pribadi berpikir positif seperti :
1) Membangun hubungan yang penuh keakraban dengan konseli. Karena,
membangun hubungan yang penuh keakraban adalah sebagai awal dari
membangun kepercayaan konseli kepada konselor.
2) Memahami konseli sebagaimana adanya tanpa memiliki prasangka yng
buruk pada konseli.
3) Menghargai konseli sebagai individu yan memiliki harga diri.
Menghargai konseli sama dengan menghargai diri sendiri wujud dari
perhargaan itu antara lain, tidak mengeluarkan pernyataan bahwa
konseli bersalah atau pernyataan yang akan mneyinggung konseli.

6. Konselor harus meyakini bahwa nilai-nilai pribadi konselor itu dapat


mempengaruhi respon-respon konselor terhadap konseli.
a. konsep dasar nilai-nilai pribadi konselor itu ? (cantumkan sumbernya)
Jawaban
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang
penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada
sikap/perilaku. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah tentang nilai-nilai
yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal. Nilai-
nilai kehidupan dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan karena mempunyai kaitan erat. Nilai atau value di dini diartikan
sebagai suatu ukuran pada diri seseorang tentang sesuatu sikap, kata, situasi,
dan lain lain, yang dapat dan selalu atau sering kali mempengaruhi
perilakunya. Nilai selalu mempunyai kaitan dengan norma atau petunjuk-
petunjuk agar mempunyai hidup serta berperilaku yang baik. Yang termasuk
nilai-nilai hidup antara lain : Agama atau ajaran-ajaran agama, Norma
ataupun kebiasaan yang berlaku dalam komunitas, Pendidikan formal dan
informal, disiplin, latihan, bimbingan orang tua maupun guru, Interaksi

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 14


sosial, Pengalaman serta wawasan. Nilai-nilai hidup dan kehidupan pada
pribadi seseorang berbeda dengan yang berlaku dalam masyarakat. Nilai-
nilai hidup dan kehidupan dalam masyarakat pun mempunyai aneka
perbedaan tertentu karena berbagai latar belakang anggotanya. Masukan-
masukan (ajaran) keagamaan yang dominan pada seseorang sangat
mempengaruhi nilai-nilai hidup dan kehidupannya (Awalya, 2013: 79).

b. Apa batasan etis nilai-nilai pribadi konselor dalam berkomunikasi dengan


konseli ?
Jawaban
Dalam konteks bimbingan dan konseling kualitas pribadi konselor
dalam hal sikap dan perilaku sehari-hari akan menjadi modal utama dan
pertama dalam menjalankan bimbingan dan konseling yang efektif. Hal itu
terjadi karena hanya dengan kualitas pribadi yang tinggilah tujuan konseling
akan tercapai, yang lainnya ditentukan oleh teknik yang digunakan. Hal ini
menunjukkan bahwa betapa pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki
oleh konselor. Cavanagh (dalam Amallia Putri, 2016) merekomendasikan 12
kualitas pribadi seorang konselor, yaitu :
1. Pemahaman tentang diri sendiri ; karakteristik yang ditunjukkan adalah
menyadari kebutuhannya, menyadari perasaannya, menyadari faktor
yang membuat kecemasan dalam konseling dan cara yang dilakukan
untuk mengurangi kecemasan, dan menyadari akan kelebihan dan
kekurangan diri.
2. Kompetensi, upaya mendapatkan kualitas secara fisik, intelektual,
emosional, sosial dan kualitas moral yang harus dimiliki oleh konselor.
3. Keadaan psikologis konselor yang baik, konselor yang memiliki
kesehatan psikologis yang baik memiliki karakteristik, mencapai
kepuasan akan kebutuhannya, proses konseling tidak dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu dan pengalaman pribadi di luar proses konseling
yang tidak memilliki implikasi penting dalam konseling.
4. Dapat dipercaya, konselor dituntut untuk konsisten dalam ucapan dan
perbuatan, memakai ungkapan verbal dan non verbal untuk menyatakan

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 15


jaminan kerahasiaan, tidak pernah membuat seseorang menyesal telah
membuka rahasianya.
5. Kejujuran, konseor bersifat terbuka, otentik dan penuh keihklasan.
6. Memiliki kekuatan untuk mengayomi klien, kemampuan untuk
membuat klien merasa aman yang ditunjukkan dalam hal memiliki
batasan yang kebekuan suasana, berbagi pengalaman emosional dan
memungkinkan klien menjadi peduliberalasan dalam berpikir, dapat
mengatakan sesuatu yang sulit dan membuat keputusan yang tidak
populer, fleksibel dan menjaga jarak dengan klien (tidak terbawa emosi
klien).
7. Kehangatan, merupakan pada dirinya sendiri.
8. Pendengar yang aktif, ditunjukkan dengan sikap dapat komunikasi yang
sering dilakukan secara non verbal, dengan tujuan untuk mencairkan
berkomunikasi dengan orang di luar kalangannya sendiri, memberikan
perlakukan kepada klien dengan cara yang dapat memunculkan respons
yang berarti, dan berbagi tanggung jawab secara seimbang dengan
klien.
9. Kesabaran, sikap sabar ditunjukkan dengan kemampuan konselor untuk
bertoleransi pada keadaan yang ambigu, mampu berdampingan secara
psikologis dengan klien, tidak merasa boros waktu, dan dapat menunda
pertanyaan yang akan disampaikan pada sesi berikutnya.
10. Kepekaan, memiliki sensitivitas terhadap reaksi dirinya sendiri dalam
proses konseling, dapat mengajukan pertanyaan yang “mengancam”
klien secara arif dan peka terhadap hal-hal yang mudah tersentuh dalam
dirinya.
11. Kebebasan, sikap konselor yang mampu membedakan antara
manipulasi dan edukasi serta pemahaman perbedaan nilai kebebasan
dan menghargai perbedaan.
12. Kesadaran menyeluruh, memiliki pandangan secara menyeluruh dalam
hal menyadari dimensi kepribadian dan kompleksitas keterkaitannya,
terbuka terhadap teori-teori perilaku.

Kualitas konselor adalah semua kriteria keunggulan termasuk pribadi,


pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nilai- nilai yang dimiliki

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 16


konselor, yang akan menentukan keberhasilan (efektivitas) proses
bimbingan dan konseling. Salah satu kualitas adalah kualitas pribadi
konselor, yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan
menentukan efektivitas konseling. Dalam konteks bimbingan dan konseling
kualitas pribadi konselor dalam hal sikap dan perilaku sehari-hari akan
menjadi modal utama dan pertama dalam menjalankan bimbingan dan
konseling yang efektif. Hal itu terjadi karena hanya dengan kualitas pribadi
yang tinggilah tujuan konseling akan tercapai, yang lainnya ditentukan oleh
teknik yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya
kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh konselor. Contoh batasan etis
nilai-nilai pribadi konselor dalam berkomunikasi konselor dengan klien
maka konselor harus tetap berkomunikasi sesuai aturan dalam pelayanan
konseling, konselor dalam berkomunikasi harus jelas, tidak menggunakan
nada yang kuat, tidak melenceng dari permasalahan klien.

7. Manajemen diri merupakan bagian penting dalam membantu konseli.


a. Gambarkan tentang konsep manajemen diri
Jawaban
Pada dasarnya self-management adalah sebuah terminologi psikologis
untuk menggambarkan proses pencapaian otonomi diri. Self-management
dalam terminologi pendidikan, psikologi, dan bisnis adalah metode,
keterampilan dan strategi yang dapat dilakukan oleh individu dalam
mengarahkan secara efektif pencapaian tujuan aktivitas yang mereka
lakukan, termasuk di dalamnya goal setting, planning, scheduling, task
tracking, self-evaluation, self-intervention, self-development. Selain itu self-
management juga dikenal sebagai proses eksekusi (pengambilan keputusan).
Self management atau pengelolaan diri adalah suatu strategi pengubahan
perilaku yang dalam prosesnya konseli mengarahkan perubahan perilakunya
sendiri dengan suatu teknik atau kombinasi teknik teurapetik (Awalya,
2013:102).

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 17


Manajemen diri dapat membentuk individu kearah lebih baik sesuai
dengan perilaku mana yang akan diubah, ditingkatkan atau dikurangi
sehingga mampu membantu individu untuk memotivasi kerja individu.
Proses dalam pengendalian diri dapat dilakukan dengan cara menerima
keadaan diri sendiri baik secara fisik, psikis, menghargai adanya perbedaan
antara individu, memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya. Konsep dasar
dari self management adalah :
1) Proses pengubahan tingkah laku dengan satu atau lebih strategi melalui
pengelolaan tingkah laku internal dan eksternal individu.
2) Penerimaan individu terhadap program perubahan perilaku menjadi
syarat yang mendasar untuk menumbuhkan motivasi individu.
3) Partisipasi individu untuk menjadi agen perubahan menjadi hal yang
sangat penting.
4) Generalisasi dan tetap mempertahankan hasil akhir dengan jalan
mendorong individu untuk menerima tanggung jawab menjalankan
strategi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Perubahan bisa dihadirkan dengan mengajarkan kepada individu
menggunakan ketrampilan menangani masalah.
6) Agar individu secara teliti dapat menempatkan diri dalam situasi-situasi
yang menghambat tingkah laku yang mereka hendak hilangkan dan
belajar untuk mencegah timbulnya perilaku atau masalah yang tidak
dikehendaki.
7) Individu dapat mengelola pikiran, perasaan dan perbuatan mereka
sehingga mendorong pada pengindraan terhadap hal-hal yang tidak baik
dan peningkatan hal-hal yang baik dan benar.

b. Mengapa konselor harus dapat menerima kekuatan dan keterbatasan


personal konseli ?
Jawaban
Dalam self-management anggapan bahwa konseli merupakan
individu yang dapat belajar atau mengarahkan diri sendiri sangat

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 18


ditonjolkan. Menggunakan strategi self-management untuk mengubah
perilaku, konseli berusaha mengarahkan perubahan perilakunya dengan cara
memodifikasi aspek-aspek lingkungan atau mengadministrasikan
konsekuensi-konsekuensi. Dalam menggunakan strategi self-management,
di samping konseli dapat nencapai perubahan perilaku sasaran yang
diinginkan juga dapat berkembang kemampuan self managementnya.
Ada beberapa asumsi dasar yang melandasi self-management sebagai
strategi pengubahan dan pengembangan perilaku dalam konseling yaitu:
1) Pada dasarnya konseli memiliki kemampuan untuk mengamati;
mencatat; dan menilai pikiran, perasaan, dan tindakannya sendiri.
2) Pada dasarnya konseli memiliki kekuatan dan keterampilan yang dapat
dikembangkan untuk menyeleksi faktor-faktor lingkungan.
3) Pada dasarnya konseli memiliki kekuatan untuk memilih perilaku yang
dapat menimbulkan rasa senang dan menjauhkan perilaku yang
menimbulkan perasaan tidak senang.
4) Penyerahan tanggung jawab kepada konseli untuk mengubah atau
mengembangkan perilaku positifnya amat sesuai dengan kedirian konseli
karena konseli lah yang paling tahu, paling bertanggung jawab, dan
dengan demikian paling mungkin untuk mengubah dirinya.
5) Ikhtiar mengubah atau mengembangkan diri atas dasar inisiatif dan
penemuan sendiri, membuat perubahan itu bertahan lama.
Dalam pelayanan konseling konselor harus bersedia menerima segala
kekuatan dan keterbatasan konseli dalam pelayanan konseling, karena tidak
semua konseli datang untuk melakukan konseling dengan kemauan sendiri
maka dari itu akan terjadi segala kemungkinan yang akan menghambat
proses pelayanan konseling. Dalam hal ini konselor harus mampu membawa
konseli keluar dari segala keterbatasan untuk bisa mengungkapkan segala
permasalahannya dengan melalui manajemen diri.

8. Bagaimana pendapat saudara setelah mengikuti perkuliahan dan praktik


pengembangan pribadi konselor ini? Dari sisi manfaat dan keilmuan serta

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 19


pengembangan diri sebagai magister bidang bimbingan konseling masa yang
akan datang. Dan apa saran dan pesan untuk perbaikan kedepan
Jawaban
Selama mengikuti perkuliah pengembangan pribadi konselor selama
satu semester ini saya mendapatkan ilmu dan wawasan baru mengenai
bagaimana seharusnya pribadi konselor dan bagaimana mengembangkan
kualitas kepribadian konselor yang kelak bisa menjadikan sebagai konselor
profesional dalam abad 21 ini dimana di era globalisasi konselor harus
memiliki pribadi yang mampu bersaing di mega kompitisi di era globalisasi,
karena ketika konselor tidak memiliki pribadi yang baik akan menyulitkan
dalam proses pelayanan konseling di era globalisasi. Dan selama mengikuti
perkuliahan pengembangan pribadi konselor saya memperoleh manfaat agar
kelak dapat diaplikasikan di masa depan, yaitu :
a. Setelah mempelajarinya saya mengetahui apa saja yang karakter konselor
b. Saya jadi mengetahui dimana titik lemah saya dalam mengembangkan
pribadi saya menjadi konselor yang profesional kelak
c. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di dalam pelayanan konseling.
Setelah mengikuti perkuliahan pengembangan pribadi konselor, saya
mulai menerapkan nya di dalam kehidupan saya sehari-hari dan melatih
mengembangkan pribadi untuk menjadi konselor yang memiliki kualitas
maupun kuantitas. Saran saya untuk perkuliahan pengembangan pribadi
konselor agar lebih memperbanyak literasi internasional ataupun nasional,
lebih mengkaji atau mengangkat permasalahan yang sedang terjadi pada
pengembangan pribadi konselor.

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 20


DAFTAR PUSTAKA

Amallia Putri. 2016. Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Konseling


Untuk Membangun Hubungan Antar Konselor Dan Konseli. Jurnal
Bimbingan Konseling Indonesia. 1(1). www.researchgate.net. (Diunduh 8
Desember 2018)

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 21


Antonius Atosokhi Gea, 2006. Integritas Diri: Keunggulan Pribadi Tangguh.
Character Building Journal. 3(1).
https://core.ac.uk/download/pdf/11517563.pdf. (Diunduh 8 Desember 2018)

Awalya. 2013. Pengembangan Pribadi Konselor. Semarang. Budi Utama.

Remley, TP, Jr. 2005. Ethical, Legal and Professional Issues in Counseling. New
Jersey. Pearson Education, Inc.

Sri Rumini. 2006. Mengenali Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Stres. Jurnal
Paradigma. 1(1). www.eprints.uny.ac.id. (Diunduh 8 Desember 2018)

Suroto. 2001. Stres : Cara Mengendalikan, Pengalaman Pribadi sebagai Pasien.


Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

UAS Pengembangan Pribadi Konselor | 22

Anda mungkin juga menyukai