5163 - Pemindahan Tanah Mekanis-2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 41

TSI-316 Manajemen Peralatan Konstruksi

Pemindahan Tanah Mekanis (2)

Dr. Cut Zukhrina Oktaviani

Program Studi Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Kerja
 Faktor Waktu
Yang dimaksud dengan waktu adalah waktu yang diperlukan untuk
merampungkan satu siklus pekerjaan. Waktu siklus secara garis besar terdiri dari
dua, yaitu :
 Waktu tetap (fixed time) adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan
gerakan-gerakan tetap, dimana besarnya hampir selalu konstan. Tiap jenis
alat memiliki gerakan-gerakan yang berbeda-beda, misalnya pada Dump
Truk waktu tetapnya adalah pada saat membuang muatan, pada Excavator
waktu tetapnya pada saat mengayun baik bermuatan maupun kosong dan
lain sebagainya.
 Waktu tidak tetap (variabel time) adalah waktu yang diperlukan untuk
melakukan gerakan-gerakan tidak tetap. Waktu tidak tetap ini lebih
dipengaruhi oleh kondisi pekerjaan, misalnya pada Bulldozer kondisi medan
kerja akan mempengaruhi waktu gusurnya, pada Excavator kondisi material
akan mempengaruhi waktu pengusian bucket dan lain sebagainya
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Kerja
 Dengan mengetahui waktu tetap dan waktu tidak tetap maka siklus
kerja dari suatu alat berat dapat dihitung.
 Waktu siklus merupakan penjumlahan dari waktu tetap dan waktu
tidak tetap.
 Waktu siklus ini akan sangat berpengaruh terhadap produksi kerja alat
berat karena waktu siklus adalah faktor penentu dalam menghitung
jumlah trip atau rit yang dapat dilakukan dalam satu jam kerja.
 Jadi besar kecilnya waktu siklus akan menghasilkan tinggi rendahnya
produksi kerja, dimana total waktu siklus yang relatif kecil tentunya
akan mengakibatkan tingginya produksi kerja begitu pula sebaliknya
besarnya waktu siklus akan mengakibatkan rendahnya produksi kerja
yang dapat dihasilkan oleh suatu alat berat
Siklus Kerja dari Alat Berat
Komponen
Waktu Siklus Alat
Berat
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Kerja
 Faktor Material
Tanah merupakan faktor yang mempengaruhi pekerjaan konstruksi.
Tanah mempunyai sifat yang khas, yang berbeda dengan beton atau
baja. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terhadap
perhitungan material dalam pekerjaan konstruksi antara lain yaitu :
 Klasifikasi material, dalam industri pemindahan tanah pada
umumnya dibedakan dalam tiga jenis, yaitu : material batu,
material tanah dan material batu-tanah.
 Dimana pada setiap jenis material ini akan memiliki tingkat
kemudahan dan kesulitan di dalam pengolahannya sehingga akan
mempengaruhi lamanya waktu di dalam pengerjaannya
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Kerja
 Berat isi material, perlu diperhitungkan didalam pekerjaan
pemindahan tanah agar dapat diperkirakan apakah peralatan
yang akan digunakan cukup mampu atau tidak untuk melakukan
satu jenis pekerjaan berdasarkan kapasitas berat muatan, karena
kapasitas ini mempunyai berat yang berbeda bila dimuati dengan
material yang tidak sama.
 Sebagai contoh sebuah Dump Truk yang memiliki kapasitas bak 15
m3, tentunya akan memiliki berat yang berbeda jika dimuati oleh
tanah liat dan dimuati dengan pasir, hal ini dikarenakan antara
pasir dan tanah liat memiliki berat isi yang berbeda
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Kerja
 Kegemburan material, dalam pekerjaan pemindahan tanah, seperti
menggusur, mengangkut dan lain-lain, produksi kerja sebuah alat
berat dinyatakan dalam meter kubik gembur per jam (L-M3/ jam).
 Karena tanah yang tergusur atau terbawa dalam bak alat
pengangkut atau yang berada di depan blade adalah dalam
keadaan gembur.
 Pertambahan volume antara satu material dengan material lainnya
berbeda tergantung dari jenis materialnya.
 Persentase pertambahan volume inilah yang dimaksudkan dengan
kegemburan dan untuk menyatakan kegemburan ini biasanya
digunakan angka yang disebut dengan faktor gembur.
 Dalam menghitung produksi kerja alat berat kegemburan ini perlu
diketahui agar dapat dihitung jumlah material yang dapat
dipindahkan berdasarkan volume material asli atau padat alami
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Kerja
 Penyusutan material, pemadatan merupakan pekerjaan penting
dan harus dilakukan pada setiap pekerjaan konstruksi. Setelah
dilakukan pemadatan, biasanya volume material akan menyusut
dari volume semula.
 Penyusutan ini tergantung dari jenis material, dengan mengetahui
besarnya penyusutan material yang dipadatkan maka jumlah
material gembur atau material padat akan dapat dihitung.
 Jadi berapa besar jumlah material gembur yang diperlukan untuk
suatu konstruksi.
Faktor Pemuaian dan
Penyusutan Material
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Kerja
 Faktor Efisiensi
Pertimbangan terhadap faktor efisiensi perlu dilakukan agar kondisi lapangan
dapat di sesuaikan.
Beberapa faktor efisiensi yang perlu diperhatikan dalam perhitungan produksi
kerja alat berat (Nabar, 1998) antara lain :
 Faktor Efisiensi Kerja
 Faktor alat, dimana apabila ditinjau dari segi peralatannya maka tidak
mungkin menggunakan suatu alat batas waktu yang tidak terbatas
tanpa istirahat sehingga dibutuhkan waktu untuk pendinginan alat
setelah bekerja dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan petunjuk/
aturan pakai yang dikeluarkan dari pabrik.
 Hal inilah yang menyebabkan efisiensi dari suatu alat tidak dapat
diperhitungkan 100 %.
 Disamping itu pengaruh usia alat juga akan mempengaruhi produksi
kerja dari suatu alat sehingga produksi kerja alat tidak menjadi 100 %.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Kerja
 Faktor manusia, dimana tenaga manusia yang mengoperasikan
alat sebagai operator juga tidak mungkin dapat bekerja secara
terus menerus dalam jangka waktu yang panjang dikarenakan
keterbatasan dari tenaga manusia itu sendiri.
 Hal inilah yang menyebabkan perlu dilakukan koreksi terhadap
factor efisiensi dalam suatu perhitungan agar perhitungan produksi
kerja menjadi lebih aktual.

Contoh soal :
1) Berapa faktor efisiensi dari seorang operator yang
membutuhkan waktu istirahat selama 5 menit setelah
bekerja selama 1 jam ?
2) Berapa faktor efisiensi dari sebuah alat yang
memerlukan pendinginan mesin selama 1 jam setelah
bekerja selama 8 jam ?
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Kerja
 Faktor Koreksi
 Faktor koreksi digunakan untuk merubah taksiran produksi dengan pekerjaan
tertentu dan kondisi setempat.
 Dimana faktor koreksi akan berbeda-beda sesuai dengan jenis pekerjaan dan jenis
alat yang digunakan.
 Angka faktor dari berbagai jenis material dan alat disamping besarnya tidak sama,
juga penamaan dari factor-factor tersebut sedikit terjadi perbedaan, misalnya ada
yang menamakannya faktor isi untuk menyatakan tingkat kepenuhan Wheel
Loader, ada yang menamakan faktor muatan untuk menyatakan tingkat
kepenuhan bak Dump Truk, ada yang menamakannya carry faktor untuk
menyatakan faktor angkut atau tingkat kepenuhan Excavator, Shovel dan lain-lain
serta ada yang hanya menyatakannya dengan faktor koreksi terhadap pengaruh
kondisi kerja Buldozer di lapangan.
 Disamping itu ada juga istilah yang digunakan dalam menentukan pengaruh
faktor kondisi pengelolaan dan sebagainya yang digabung menjadi satu angka
faktor, yang biasa disebut dengan istilah efisiensi kerja
Faktor – Faktor yang mempengaruhi
Produksi Kerja

 Faktor Lain-lain
 Faktor-faktor lain ini diperhitungkan untuk menghindarkan
kerugian akibat adanya kesalahan dari perhitungan ataupun
kesalahan dalam memprediksi berbagai faktor yang akan
mempengaruhi produksi kerja alat berat.
 Hal ini dimaksudkan untuk memperkecil kesalahan dan
penyimpangan yang mungkin terjadi didalam perhitungan.
Pekerjaan Galian dan Timbunan
Perhitungan Galian dan Timbunan

 Pada suatu proyek konstruksi, pekerjaan galian dan timbunan tanah (cut and
fill) hampir tidak pernah dapat dihindarkan.
 Akibat adanya perbedaan letak permukaan tanah asli dan permukaan
tanah rencana yang disebabkan topografi daerah yang berbeda-beda.
 Sekalipun permukaan tanah asli sama dengan permukaan tanah rencana,
akan tetapi tanah asli tersebut belum tentu memenuhi syarat daya dukung
tanah.
 Dalam hal ini galian dan timbunan perlu diperhitungkan secara seksama
sehingga biaya pekerjaan konstruksi dapat dibuat lebih ekonomis.
 Dalam menentukan volume galian dan timbunan satuan yang biasa
digunakan adalah Feet kubik (ft³), yard kubik (yd³) dan meter kubik (m³ )
dipakai dalam hitungan pengukuran volume tanah, walaupun yard kubik
adalah satuan yang paling umum dalam pekerjaan tanah 1yd³ = 27 ft³, 1 m³
= 35,315 ft³.
 Indonesia menggunakan meter kubik (m³) sebagai satuan dalam
menentukan jumlah volume
Tujuan Perhitungan Galian dan
Timbunan
 Meminimalkan penggunaan volume galian dan
timbunan pada tanah, sehingga pekerjaan
pemindahan tanah dan pekerjaan stabilitas tanah
dasar dapat dikurangi, waktu penyelesaian proyek
dapat dipercepat, dan biaya pembangunan dapat se-
efisien mungkin
 Untuk menentukan peralatan (alat-alat berat) yang
digunakan pada pekerjaan galian maupun timbunan,
dengan mempertimbangkan kemampuan daya
operasional alat tersebut
Sumber-sumber galat

 Membuat galat dalam pengukuran tampang melintang


 Kelalaian memakai rumus prismoidal dimana
dibenarkan
 Memakai angka luas tampang melintang melebihi ft
persegi terdekat, atau melebihi batas yang
dimungkinkan oleh data lapangan.
 Memakai angka volume melebihi yard persegi terdekat.
Kesalahan-kesalahan besar

 Mengacaukan tanda-tanda aljabar dalam hitungan


luas ujung memakai metode koordinat
 Memakai persamaan untuk hitungan volume stasiun
angka bulat padahal yang ada adalah stasiun angka
pecahan
 Memakai volume luas ujung untuk bentuk pyramidal
atau bentuk paju (wedgeshaped)
 Mencampur adukkan kuantitas galian dan timbunan
Metode Garis Kontur

 Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik


dengan ketinggian sama, sehingga bidang yang oleh
sebuah garis kontur adalah merupakan bidang datar.
 Luas penampang ditentukan dengan luasan yang
dibatasi oleh suatu garis kontur, sedangkan beda tinggi
atau jarak antar penampang ditentukan oleh interval
garis kontur, yaitu beda tinggi antara dua kontur yang
berurutan.
 Volume ditentukan dengan menggunakan rumus end
areas untuk setiap dua buah tampang yang berurutan.
Metode Garis Kontur

 Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luas


daerah yang terdapat di dalam batas kontur, kemudian
mempergunakan prosedur-prosedur yang umum
dikenal
 Perhitungan volume dengan garis kontur umumnya
dilakukan untuk perhitungan volume yang tidak
membutuhkan ketelitian yang tinggi, seperti perkiraan
volume air yang dapat ditampung dalam suatu waduk
atau bendungan, volume tubuh bendung, volume
bahan tambang dalam suatu bukit, dll.
 Ketelitian perhitunagn volume tergantung pada
ketelitian peta yang digunakan.
Metode Garis Kontur

A1, A2, dan An = luas penampang 1, 2


dan n diukur dengan planimeter
d = interval kontur ( umumnya sama)

Contoh :
Suatu daerah dengan interval kontur 5 m dengan
A1 = 100 m2, A2 = 60 m2 dan A3 = 40 m2. Hitung
volumenya
Metode Potongan Melintang (Cross Section Method)
Metode potongan melintang dipakai untuk menghitung volume pada proyek-proyek
konstruksi yang memanjang misalnya jalan raya dan kanal (saluran).
 Metode potongan melintang rata-rata
Luas potongan melintang A1 dan A2 pada kedua ujung ukur dan dengan
menganggap bahwa perubahan luas potongan melintang anara kedua ujung itu
sebanding dengan jaraknya, luas A1 dan A2 tersebut dirata-rata. Akhirnya volume
tanah dapat diperoleh dengan mengalikan luas rata-rata tersebut dengan jarak L
dengan kedua ujung

Contoh :
Diketahui luas penampang ke-1 = 40 m2,
luas penampang ke-2 = 8 m2. Jarak antar
penampang tersebut 50 m. Berapa
volume tanah tersebut
Metode Potongan Melintang (Cross Section Method)

 Metode jarak rata-rata


Jarak L1 dan L2 sebelum dan sesudah potongan A1 dan A2 dirata-rata
dan untuk menghitung volume tanahnya, harga rata-rata ini dikalikan
dengan luas potongan A0.

V = Volume
A0 = Luas penampang nol
A1 = Luas penampang satu
A2 = Luas penampang dua
L1 = Panjang dari luas tampang nol ke luas
tampang satu
L2 = Panjang dari luas tampang satu ke
luas tampang dua
Metode Borrow Pit

Cara menghitung volume dengan Borrow Pit adalah dengan


membagi daerah tersebut kedalam beberapa “kapling” yang
seragam, biasanya bujur sangkar atau empat persegi panjang

A = luas penampang satu kapling yang seragam ( m2 )


h1 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 1 kali ( m )
h2 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 2 kali ( m )
h3 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 3 kali ( m )
h4 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 4 kali ( m )
Metode Borrow Pit
Suatu daerah dibagi dalam kapling
yang seragam dengan ukuran 20 m x
20 m; Tinggi masing-masing tanah
tertera di sampingnya. Apabila daerah
tersebut akan digali rata dengan
ketinggian (level) 10 m, maka berapa
volume galiannya
Metode Borrow Pit
Diagram Mass-Haul

 Pada pekerjaan tanah yang besar dan memanjang seperti halnya


perencanaan jalan kereta api, jalan arteri, saluran irigasi primer, dan lain-lain,
diagram Mass-Haul adalah sangat penting perannya dalam perencanaan
dan konstruksi.
 Diagram Mass adalah suatu lengkungan yang menunjukkan penjumlahan
aljabar dari volume galian dan timbunan, dari stasiun yang tertentu sampai
stasiun berikutnya.
 Pada diagram ini stasiun ditempatkan pada sumbu absis dan jumlah volume
pada ordinat.
 Skala pada absis sama dengan skala horisontal pada gambar profil
memanjang skala ordinat disesuaikan dengan volume dalam meter kubik,
misal 1 cm untuk 100 m3.
 Sebelum menggambar diagram ini sebaiknya disusun dahulu dalam tabel dari
volume galian (+) dan timbunan (-).
Penentuan Volume dengan Sipat datar
dan Penggalian (borrow pit/spot level)
 Metode ini banyak dipakai pada pekerjaan penggalian yang besar dan luas.
 Pelaksanaan di lapangan yang akan diukur volumenya meliputi pembuatan
jaring-jaring grid yang berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang
dengan panjang sisi yang tertentu, misal tiap 10 meter, 15 meter atau yang lain.
 Titik-titik grid di lapangan ditandai dengan patok kayu, kemudian diadakan
pengukuran sipatdatar untuk mengetahui ketinggian setiap patok.
 Apabila pengalian yang akan dikerjakan sampai pada level yang tertentu,
maka selisih tinggi untuk setiap patok dapat dihitung.
 Atau apabila penggalian dilakukan terlebih dahulu baru dihitung volume tanah
yang telah tergali, maka sesudah penggalian pada patok-patok tersebut
diadakan pengukuran sipat dapat kembali untuk mengetahui kedalaman
penggalian di setiap patok.
Penentuan Volume dengan Sipat datar
dan Penggalian (borrow pit/spot level)
 Dari selisih-selisih ketinggian tersebut kemudian dihitung volumenya dengan
rumus prisma terpancung, dengan alas prisma berupa empat persegi panjang
atau segi tiga, sedang tinggi prisma diambil dari rata-rata dalamnya penggalian
di titik-titik grid (patok)

Contoh :
Pada suatu daerah yang dibatasi dengan titik-titik
grid seperti gambar di samping setelah penggalian
diadakan pengukuran tinggi ulang, beda tinggi
seperti dalam contoh di bawah, hitung volume
tanah yang tergali tersebut.
Penentuan Volume dengan Sipat datar
dan Penggalian (borrow pit/spot level)
Hitungan :
 Dengan anggapan
bangun tersebut dibagi
dalam empat buah empat
persegi panjang yang
terpisah dengan luas alas
yang sama dan tinggi
setiap prisma diambil rata-
rata dari ketinggian
keempat sudutnya. Karena
ketinggian titik sudut ada
yang digunakan lebih dari
satu kali, sehingga hitungan
dibuat dalam tabel sbb :
Penentuan Volume dengan Sipat datar
dan Penggalian (borrow pit/spot level)
 Dengan menganggap
prisma segitiga, sehingga
tinggi prisma adalah
rata-rata dari ketiga
tinggi sisinya, maka
dapat ditabulasikan sbb
Diagram Mass-Haul

 Pada pekerjaan tanah yang besar dan memanjang seperti halnya


perencanaan jalan kereta api, jalan arteri, saluran irigasi primer, dan lain-lain,
diagram Mass-Haul adalah sangat penting perannya dalam perencanaan
dan konstruksi.
 Diagram Mass adalah suatu lengkungan yang menunjukkan penjumlahan
aljabar dari volume galian dan timbunan, dari stasiun yang tertentu sampai
stasiun berikutnya.
 Pada diagram ini stasiun ditempatkan pada sumbu absis dan jumlah volume
pada ordinat.
 Skala pada absis sama dengan skala horisontal pada gambar profil
memanjang skala ordinat disesuaikan dengan volume dalam meter kubik,
misal 1 cm untuk 100 m3.
 Sebelum menggambar diagram ini sebaiknya disusun dahulu dalam tabel dari
volume galian (+) dan timbunan (-).
Diagram Mass-Haul

 Sebagian besar material (tanah/batuan) volumenya akan bertambah dari


aslinya setelah digali, tetapi setelah digunakan untuk menimbun dan
dipadatkan akan mengalami penyusutan.
 Apabila faktor penyusutan ini diketahui maka ada baiknya hal ini dikenakan
pada perhitungan volume dalam menyusun diagram Mass ini
Haul
 Biaya penggalian dan angkutan material ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain jarak angkut.
 Besarnya biaya unit price dari penggalian dan angkutan yang telah dihitung
dalam jarak angkut yang telah tertentu, misal 500 meter.
 Jarak ini dinamakan dengan Free Haul.
 Apabila material harus diangkut melebihi jarak tersebut, maka kelebihan jarak
tersebut dinamakan dengan overhaul
Diagram Mass-Haul

 Dengan demikian Haul adalah volume x jarak yang ditempuh untuk


mengangkut untuk ditimbun.
 Hal ini akan sama dengan jumlah volume dari galian x jarak dari pusat galian
ke pusat timbunan
Contoh : Diagram di bawah adalah contoh pengeplotan dari data pada
table untuk jarak 1000 meter
Beberapa hal yang perlu dikemukakan di sini, antara lain :
 Apabila kurva naik menunjukkan galian, sehingga volume akumulasi bertambah terus (yaitu
J ke B) dan titik maksimum adalah akhir dari galian (yaitu b,e).
 Apabila kurva menurun menunjukkan timbunan (yaitu B ke M dan N ke D) dan titik minimun
adalah akhir dari timbunan (yaitu d).
 Sembarang garis horisontal atau mendatar memotong kurva seperti garis lm, maka volume
galian akan sama dengan timbunan dan dinamakan garis keseimbangan.
Apabila kurva berada di atas garis keseimbangan, material harus dipindahkan ke kanan,
seperti pada LBM dan apabila di bawah garis keseimbangan, material harus dipindahkan ke
sebelah kiri, seperti pada RGS
Sembarang garis horisontal atau mendatar memotong kurve seperti garis lm, maka volume
galian akan sama dengan timbunan dan dinamakan garis keseimbangan.
Apabila kurva berada di atas garis keseimbangan, material harus dipindahkan ke kanan,
seperti pada LBM dan apabila di bawah garis keseimbangan, material harus dipindahkan ke
sebelah kiri, seperti pada RGS
 Garis basis juga bisa berlaku sebagai garis keseimbangan, namun tidak
selalu dipakai untuk itu.
 Garis keseimbangan dapat dipilih yang sesuai dan tidak harus
bersambungan untuk seluruh diagram, seperti lm dan np yang terpotong
oleh jembatan dan antara np dan qrs yang sama sekali terpisah.
 Titik yang berada di antara dua garis keseimbangan yang berbeda berarti
dalam profil tersebut tidak termasuk dalam keseimbangan, seperti antara K
dan L dan antara P dan Q pada kurva yang naik.
 Dalam hal ini maka berarti kelebihan material dan harus diambil dan
dibuang (waste) sedang apabila menurun berarti kekurangan material yang
harus diambilkan dari tempat lain untuk penimbunannya.
 Hal ini mungkin malah lebih ekonomis daripada membuat garis
keseimbangan yang lebih panjang, namun menjadi tidak ekonomis karena
angkutannya terlalu jauh.
 Dengan pertimbangan di atas, maka apabila harga free haul telah
ditentukan dapat diplot pada beberapa tempat dalam kurva dan jarak
ekstra untuk overhaul dapat diperhitungkan.
 Misal jarak free haul 500 m, maka antara KBM yang ditandai dengan xy
pada kurva Mass-Haul dan yang lain np,qr menjadi garis keseimbangan
yang cukup baik.
 Bagian luasan kurva yang dipotong oleh garis keseimbangan yaitu lbm
dinamakan haul di tempat itu sehingga haul adalah hasil kali volume dan
jarak.
 Luasan free haul adalah uxbyvu dan over haul adalah luasan (lbml –
uxbyvu).
 Jarak over haul adalah jarak dari titik berat luasan lxu ke titik berat luasan
vym (misal = f) maka over haul volume station = (lbml – uxbyvu) . f meter4
 Volume lux dapat dilihat dalam ordinat ux pada kurva, demikian pula
untuk volume vym besarnya dinyatakan dalam ordinat vm.
 Besarnya over haul inilah yang memerlukan biaya ekstra
Referensi

 Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi – Susi Fatena Rostiyanti – 2008 - Penerbit
Rineka Cipta
 Modul alat berat dan PTM
 Materi kuliah Metoda dan Peralatan Konstruksi – Prof. Dr. Krishna S. Pribadi -
ITB
 Materi kuliah Metoda dan Peralatan Konstruksi – Dr. Muhamad Abduh – ITB
 Peurifoy, Schexnayder, and Shapira, Construction Planning, Equipment and
Methods 7th ed., McGraw Hill, 2006

Anda mungkin juga menyukai