Kumpulan Puisiku

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 65

Takutku

Aku takut ketika memikirkanmu

Aku takut ketika mengingatmu

Aku takut ketika merindumu

Diantara semuanya aku paling takut kehilanganmu


Menjemput Pagi

Semilir hembusan angin dingin


Membangunkanku dari tidur panjang
Rasa lelah masih terasa di setiap sendi tubuh
Dan aku termangu disisi ujung balkon
Membiarkan diri diterpa
Udara yang menyejukkan hati
Menatap Langit yang masih tampak gelap
Masih tersisa beberapa bintang
Berkerlip memainkan cahayanya
Seolah ingin menyapa
dan tersenyum menyambutku
yang terlambat menyaksikan
dunia dalam keindahan alam semestanya
Membiarkan udara dingin mengisi
setiap ruang dalam rongga paru-paru
tak ingin melewatkan udara yang masih begitu bersih
dan belum terkotori debu jalanan
direbut dan dijamah oleh hingar-bingar kota
Mataku menerawang jauh
Menatap kokohnya berdiri menara-menara pencakar langit
Lambang keangkuhan dan idealisme kota ini
Perlahan terdengar kicauan burung riuh
Terbang menembus batas langit
Membukakan pintu dunia
Menyambut sinar matahari
Menjemput pagi ini
Dengan kedamaian dan ketenangan hati
Yang telah terhangatkan oleh birunya langit
Dan kenyamanan suara seorang kekasih.
Penjara hati

Kau berdiri didepanku


Dengan tatapan kosong
Kucoba memasuki ruang didalamnya
Menerka-nerka apa sudah terjadi disana
Lautan airmata bergelimang
Membasahi setiap sudut tempat

Hampa
Dalam kebisingan kau merasa sepi
Mencoba membuat keributan dalam hati
Dengan sebuah rasa yang kau pura-pura
Namakan cinta
Perih kau rasakan
Seperti sebilah pisau yang mengiris hatimu dengan lembut
Tapi kau tetap diam walau darah mengalir
Di setiap sudut ruang hati
Pun bibir kau biarkan terkunci

Dalam kebisuanmu
Aku mencoba membaca setiap garis
Yang terlukis di wajahmu
Kesedihan yang kau selimuti
Dengan sempurna oleh senyum dan tawa
Yang kau kembangkan di setiap guratan wajahmu
Saat hati ingin berkelana dengan liar
Kau ikat dia dengan tali kekang yang kuat
Hingga nafasnya tersengal
Tersakiti oleh kerangkeng kau buat dari
Wajah palsu kemunafikan
Pertahanan diri atas otak dan logika
Yang tak kau sadari hati telah kau kurung
Dalam penjara hatimu
hancur hingga menjadi serpihan abu
3 hari...
Membiarkan diri direbut oleh waktu
Membelenggu hati dalam keinginannya
Memperalat jiwa bergerak tanpa arah
Tenggelam dalam pertunjukan dunia
Yang penuh dengan kepalsuan hati

Berjalan kaku dengan lesu


Tertunduk di bawah langit biru
Meratapi diri yang bosan membohongi hati
Kaki ini telah menjadi lelah pun jiwa menangis
Saat menyadari sebuah nama telah terkunci
Di dalam hati

Tersenyum menyadari diri


Berada dalam perahu tanpa sampan
Membiarkanya Bergerak dengan pelan
Kemanakah arah perahu ini berlayar?
Diombang ambingkan badai dan beban berat
Tanpa pelampung
Hanya dua tangan yang saling menggengam erat
Akankah menjadi retak ketika beradu dengan karang?

Kebimbangan mulai merajai diri


Mencari kepastian akan kemauan hati
Mencoba menutup mata
Memberanikan diri melompati
Pagar yang membentengi hati dengan sempurna
Dalam diam mendengarkan
dalamnya suara hati yang berkata
“aku begitu merindukannya...”
Kau Berjalan tertatih mendekati ruangan berkaca
Satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana
Tak kau pedulikan tatapan mata
Memandangmu dengan seribu tanya
Dalam otak-otak mereka

Senyummu dan tawamu tak pernah luntur


Oleh penyakit yang berusaha
Mengurung kegigihanmu
Semangadmu tak ikut menjadi tua
Seiring banyaknya rambut putih yang kini
Menjadi mahkota mu

Kau tak mau tongkat menjadi kekuatanmu


Membiarkan kakimu menjadi kompasmu
Yang masih mampu membawamu menjelajahi
Setiap ruang di tempat ini dengan semangad
Yang kau jadikan bendera untuk hidupmu

*untuk dr.Vence, Terima Kasih untuk sumbangan energy positive. Terus berkarya di
mana kakimu berpijak dokter..*
Jiwaku Merindumu

Ku pejamkan mataku pelan


Merasakan semilir angin bertiup lembut
Menyapu hampir setiap serpihan kenangan
Tentangmu

Kusebut namamu pelan dalam lirihnya suaraku


Untuk membawamu kembali dalam ingatan
Memintamu untuk berdiam sebentar
Untukku melepaskan seluruh kerinduanku
Yang sudah memuncak seperti gunung es

Aku…
Merindukanmu dalam setiap hembusan nafasku
Merindukanmu dalam setiap jejak langkahku
Merindukanmu di tiap kedipan mataku
Merindukanmu dalam lamunanku

Ku biarkan jiwa ini putus asa mengejarmu


Mencari sesosok bayangan tubuhmu
Yang terekam dalam setiap detak jantung
Mengirama setiap langkah ini
Untuk melepaskan hasrat ingin bertemu
yang sudah melekat dalam pembuluh darah

Pelan, air mata mulai jatuh membasahi


Tanah yang kini kupijak bersama rinduku yang tak berujung
Jiwaku memanggil namamu diantara kabut airmata yang
Mulai mengaburkan wajahmu dalam tatapan mataku

Sayang…
Aku selalau menunggumu di dasar hatimu (ku)
Karena hanya disanalah kita bertemu
Semoga itu cukup buatku menumpahkan
Kuncilah Hatimu

Hatimu telah dijamahi oleh rasa


Yang kau sebut-sebut cinta
Terus Mencoba meramaikan
Kekosongan sudut ruang di hatimu

Mengurai kisah sempurna


Seperti dua makhluk bumi
Yang digilakan karna cinta
Tak disadari ada rasa yang terselubung
Oleh kepalsuan hati didalamnya

Dalam sudut matamu


Tampak sisa airmata yang tumpah
Terlihat dengan jelas
Sebuah rindu yang tak berunjung
Yang kau kurung dalam hatimu

Ingin kuhapus airmata itu


Membawa kembali tawamu
Yang kini berganti menjadi sendu
Menggaduhkan hatimu dalam keramaian
Tapi aku tidak bisa...aku telah berganti peran dalam roda hidupmu
Kisah kita telah usai dalam buku yang sudah mulai usang
Aku telah melepas semua tentangmu
Kemarahanku pun sudah pudar
Seiiring senyum yang kini mengembang di wajahku
Aku sungguh berbahagia untukmu

Sudah cukup...
Hentikanlah deru tangis dan isakmu dalam sunyi itu
Tersenyumlah untuk seorang
Yang kini mendiami hatimu yang kau sebut cinta
Jagalah hatimu untuknya
Dan kuncilah hatimu dengan benar
Jangan sampai ada hati lain mendobrak pintu itu
Sekalipun itu aku.
Sempat Mampir diingatan

Hari ini aku tak sengaja berpapasan denganmu di ingatan


Kita bertemu dalam 2 jiwa yang saling memperkosa kediaman hati
Kau tersenyum padaku dengan lembut
Dan aku memberanikan diriku mendekat dan menyentuh wajahmu
Senyum itu masih sama di setiap garis halus
Yang diukir Sang pencipta dalam keindahannya

Aku membalas senyummu


Memiringkan kepalaku untukku dapat meliahatmu dari setiap sudut
Membalas genggaman tanganmu untuk dua menit
Memelukmu dalam kehangatan yang meresap di dasar hati
Berbisik pelan di telingamu
“terima kasih kau sempatkan mampir diingatanku”
Jiwa Yang Bebas

Berjalan
Menapaki setiap arah yang terbentang di depan mata
Melihat dunia dengan segala keindahan dan kesempurnaan
Yang terselubung oleh topeng kemunafikan

Senyuman kepalsuan
Tawapun menjadi hilang
Seiring datangnya kebobrokan hati
Menghancurkan arti sebuah ketulusan

Disini
Aku berdiri dalam sebuah pilihan
Hidup memintaku memilih diantara
banyak hal yang ditawarkan oleh dunia

Birunya langit, Teriknya mentari


Ribuan bintang dan kesempurnaan bulan
Mengajarkanku menjadi sebuah jiwa yang bebas
Melepaskan jiwa untuk menjadi tidak sama dengan dunia
Yang sudah mulai meretak
Dan di antar banyak pilihan
Dengan keyakinan aku memilih
Menjadi orang yang bahagia.
Pergilah,… aku membebaskanmu

Sudah Lelah kau mengikuti semua aturanku


Setiap langkahku, ucapanku dalam pemikiranku
Sudah Banyak air mata mengalir sia-sia
Menangisiku,.. kehidupanku

Dalam tawa kau menangis; kepalsuan yang sempurna


Dalam kelelahan kau berteriak
Memaki dalam kesunyian yang Coba kau pecahkan
Dengan kedua tangan yang terikat
Oleh otak yang kau katakana logika

Pergilah,..
Terlalu lelah kau mengikutiku
Semua keaku-akuanku yang telah membuatmu muak
Pergilah..
Bermuaralah pada sebuah jiwa yang kau rindukan
Hingga kau dapatkan kedamaian
Dan kembalilah ketika aku sudah menyembuhkan kembali
Jiwa dalam kesakitannya.
Kebekuan Hati

Sudahlah
Hentikan setiap katamu
Uraianmu untukku

Mungkin hati ini sudah menjadi lelah


Bosan dengan semua ucapanmu
Muak melihat kepalsuan hatimu
Yang kau biarkan
menjadi tontonan untuk semua orang

Biarlah, aku disini


Sendiri
Membisu dalam kebekuan hati untukmu

PS: untukmu yang pernah mengaku temanku, kau sudah terlalu jauh melangkah atau
aku hanya yang berjalan di tempat?? Sudahlah.. cerita kita sudah menjadi usang. Tak
perlu kau utak-atik lagi. Tak pantas untukmu dan tak baik untukku.
Jiwa Yang rapuh

Aku mengenalmu
dalam bait-bait puisi yang kau tuangkan dalan buku kehidupan
yang dibiarkan terbuka dengan lebar.
Dan kau biarkan aku larut di dalam
setiap lembar demi lembar kehidupanmu yang telah menjadi usang dan usai kau
jalani.
Ok…Aku menikmatinya.
Dan kau membiarkanku terseret masuk dalam kelamnya kehidupanmu.

Sendiri…
Berjalan menapaki setiap jejak kehidupan yang kau jalani dalam luka.
Yang kau rasakan hanyalah sepi yang menggila dan merasuki seluruh jiwamu
Matamu masih tertutup oleh airmata yang tak berhenti menangisi
Jiwa yang pergi melepaskan diri darimu
Dan meninggalkan ruang kosong tanpa penghuni di hatimu
Dalam diam kau memaki kelamnya duniamu
Meratapi hati yang kini mengeras seperti batu

Kau..
Mencoba kembali membangun puing-puing hatimu
Yang telah pecah, terkoyak oleh rasa cinta dan kesetiaan
Yang sudah mulai pudar dan berubah menjadi debu.
dalam hatimu penuh dengan goresan luka yang rindu untuk
di balut dalam ruang yang baru di hatimu

Tak perlu kau pakai topengmu di depanku


dan semua sandiwara yang kau perankan di kotamu
menangislah dengan puas, jiwa yang rapuh..
aku bukanlah actor
aku hanyalah seorang yang ingin kau anggap sebagai sahabatmu
yang ingin dapat menenangkan hatimu
dan membuatmu kembali berdiri dengan tegak di ke dua kakimu
yang sudah mulai goyah.
Dan membuatmu kembali tertawa dalam dunia yang hampir
Kau lupakan..

Balikpapan, 14 March 2010


Batu penunggu malam

Beny…
Kau mengukir duniamu dalam bahasamu
Mencoba mengartikan kehidupanmu dalam
dalam setiap prosa-prosa kehidupan
Yang kau buat dengan hati dan otak warasmu
Walau jujur,…sering terkadang sulit untukku mengerti
Tapi semuanya terlihat seperti untaian kata indah
Yang mengikuti arah kehidupanmu

Kau menenggelamkan dirimu dalam goresan tinta hitam


Mencoba membingkai setiap kenangan
Untuk setiap sisi kehidupanmu yang telah usai
Yang jalani.
Kesedihan dan keterpurukanmu terekam semua dalam setiap katamu
Kau berteriak,..menangis
Atas rasa hampa dan kehilangan yang kau alami
Semua itu ku rasakan di setiap lembar kertas
Yang tertuang di buku kehidupanmu

Beny,..
kotamu yang kau diami saat ini
Adalah kota yang juga pernah ku kunjungi
Aku tak tau kalau cinta dan kesetiaan telah menjadi debu di sana
Aku pernah merasakan rasa yang kusebut nyaman di sana
Dan aku masih percaya banyak cinta yang bisa kau dapat disana
Soal kesetiaan,… kau harus memulai itu dari dirimu
Dari hatimu….jiwamu, untuk kotamu.

Kita tidak pernah bertemu, teman..


Rupa dan suaramu pun tak pernah terekam dalam otakku
Hanya bahasamu yang mengisaratkan siapa dirimu
Tetaplah pada peranmu yang kau nikmati
Kau adalah bahasa dalam jiwamu
Yang menyebut diri batu penunggu malam.

Balikpapan, 14 February 2010


Mungkin Nanti,..

Kau…
Seorang wanita yang dulu ku kenal dengan pasti
Dalam fikirmu dan dalam hatimu aku tau kau dengan jelas
Hati yang dipenuhi dengan sejuta mimpi indah yang ingin kau raih
Otak yang dipenuhi dengan pikiran2 tentang kehidupan
Dan memandang semua hal dengan mata hatimu dalam kasih yang kau kandung

Kau..
Berjalan dengan pasti untuk setiap langkahmu
Menata hatimu dengan rapi untuk semua mimpimu
Dan tersenyum dengan caramu untuk semua kehidupanmu
Seperti itulah dirimu yang ku kenal teman,…
Indah terlihat di mata dan manis dirasakan di hati.

Tapi kini,… garis kehidupan membawamu menjauh dari kehidupanku


Kau dengan kehidupanmu yang menjadi hitam di mataku
Kehidupan liar yang kau permainkan saat ini adalah
Hanya sebuah kepura-puraan semata yang kau sendiri pun
Tak kau sadari.

Teman..
Setiap pikiran yang kau ambil akan menjadi satu langkah besar dalam hidupmu
Setiap langkah yang Kau ambil itu akan menjadi sebuah keputusan untuk hidupmu
Dan keputusan yang kau ambil itu adalah pilihan untuk hidupmu
Mungkin sekarang kau lebih memilih untuk menikmati dunia
Dengan segala kesombongan dan keangkuhannya.
Nikmatilah itu teman…. Tapi ingatlah waktu sedang mengejarmu.
Dan biarlah aku disini akan selalu menunggumu, di garis kehidupanku
Karna Mungkin nanti kita akan bertemu kembali dengan semua kewarasan otak dan
hatimu lagi.

untuk kalian yang ku kasihi,…*aku masih menunggu kembalinya kewarasan otak dan
hatimu teman*

Balikpapan, 11 February 2010


Disini,..

Di kota ini
Masih ku dengar kicauan burung di pagi hari
Yang terbang mengitari tingginya langit
Di bawah birunya kaki bumi

Di kota ini
Masih kurasakan kehangatan matahari pagi
Dan Kesejukan udara yang belum terkotori
Oleh gumpalan debu jalan

Di kota ini
Masih kurasakan dinginnya terpaan angin malam
Menyapu wajah
Menatap ribuan bintang yang menjadi cahaya
Bumi di malam hari

Di kota ini
Masih kutemukan senyuman keramahan
Tanpa keangkuhan
Tawa dalam keceriaan
Tanpa memakai topeng kepalsuan

Inilah kotaku.
Kota yang saat ini kudiami dalam kesendirianku
Menabur kenangan di setiap sudut kota
Tersenyum, tertawa dan menangis
untuk setiap episode kehidupan
untuk cinta juga arti persahabatan
yang ditawarkan di kota yang memberikanku rasa nyaman
dan aku masih ingin membuat sejuta kenangan lagi
di sini… di tempat persembunyian teramanku, Balikpapan.
Sore ini di kotaku

Sore ini…
Hujan mengguyur bumi Balikpapan
Suara Gunturnya mengelegar dasyat
Petir menyambar kesana kemari
memecahkan kesunyian kota ini
Menjadikannya hingar-bingar alam semesta
Membuatku terpojok di sudut kamar
Menutup mata dan telinga, seperti seorang anak kecil yang ketakutan

Dari kejauhan terdengar


Jeritan anak-anak yang bermain di luar sana
Berlari dengan kaki kaki mungil mereka
Bermandikan air terjun tertinggi di dunia
Tawa dan kepolosan mereka
Seolah tak pernah takut akan penyerangan alam ini

Kuberanikan diri keluar dari persembunyianku


Menatap awan yang menghitam dan kelam
Tak kulihat lagi langit biru yang memberikan ketenangan hati
Hanya tetesan air hujan yang mengendap di jendela kamar
Dan hembusan angin sedingin es menyelimuti
Sepanjang sore ini .
Bintang, malam tlah datang

Bintang
Malam telah datang
Pun bulan sudah tersenyum diujung sana
Mencoba menyelimuti malam dari hawa dingin yang diberikan angin

Bintang
Birunya langit telah terganti dengan gumpalan awan
Yang menjadi atap malam ini
Dan ribuan cahaya kecilmu terjalin
Menjadi alunan lagu untuk para penunggu malam

Bintang
Lelapkanlah aku dan jangan beri aku mimpi
Sungguh, aku tak ingin bermimpi malam ini.
Temani dan selimuti saja aku dengan sisa cahaya kehangatamu itu.
Untitile

Daun kering berserak


hampir menutupi jalan setapak
Pohon rindang yang sengaja tumbuh
di antara sejuta rumput liar
menjadi tempat persembunyian raga
saat matahari menyombongkan keagungannya.

Di ujung jalan
terlihat bangku tua yang terselimuti embun pagi
dingin,..tanpa penghuni
yang terdengar hanya ratapan sepi sisa angin malam
Sayup,..terdengar suara kepakan sayap burung yang enggan pergi
menanggalkan selimut malamnya
mungkin raga sudah terlalu lelah dengan kepalsuan embun
yang dibungsus rapi oleh hujan yang membasahi aspal
dan meninggalkan bau khas pejalan kaki dengan sepatu usang
Waktu mengukir batu

luruskan tatapanmu

luruskan langkahmu

luruskan hatimu

dan buang mukaku dari jantungmu

Benahi senyumanmu

Rapikan tawamu

Keringkan airmatamu

Dan lepaskan genggaman tangan jiwamu dariku

Karena hati telah tertetapkan

Pun waktu telah mengukir batu.


Buku Tua usang
Bumi kini telah menjadi semakin tua
berputar dan terus berputar
tak mengenal tanda koma maupun titik
dan tak pernah juga ada kata mundur
dalam kamus bernama waktu

Aku,..manusia yang ikut menua bersama bumi


tulangku mulai rapuh
sama seperti pohon yang tumbang satu persatu
dan lelah menjadi hutan
kulitku pun ikut mengering
layaknya sungai yang sudah malas bertemu laut
raga ini seperti sudah tak ingin menopang rangka yang dibalut dengan tumpukan
lemak
seperti langit yang membiarkan bumi hampir mati karena kehausan
aku menangis,
kapan bumiku menangis?

Waktu yang terus berjalan tanpa henti layaknya pelari


menyadarkan diri, bahwa tak ada yang abadi didunia yang bernama bumi
semua terus bergerak dan berubah baik raga, jiwa dan hati
kau dan aku tak tau kapan akan mati
tunggulah, karna waktu itu akan datang suatu saat nanti

Dalam buku tua usang penuh debu


kutemukan satu hal yang sudah hampir terlupakan
Catatan-catatan langkah kaki yang berpijak di atas kertas
Yang ku biarkan terurai jelas dalam balutan tinta hitam
Tergores di dalamnya setumpuk cerita yang menjelma menjadi kenangan
tersusun rapi dalam memori mata ingatan
Mungkin itulah yang tersisa di bumi ini bila raga mencium tanah
Kenangan..setidaknya mempunyai nyali untuk menjadi sedikit abadi
Diantara manusia yang pernah bertegur sapa di alam semesta ini.

*Selamat Jalan teman,.. Sampaikan salam hangatku untuk surga.


Senyumku kini

Senyumku kini mulai pahit berasa kopi


Manisnya hanya terasa diujung bibir
Senyumku kini mulai menipis layaknya kertas
Ringannya seperti kapas

:: Teruslah kau sumpal mulutku dengan ringaimu itu hingga kau lelah, Tapi aku
belumlah lelah untuk tetap tersenyum, untukmu ::
Riasan Wajahmu

Bibirmu kini mulai sepi


Kata yg kau lempar ke mukaku seperti angin malam
Dingin dan beku di jalan
Suaramu pun sekarang terasa kecut seperti jeruk purut yg belum matang
Tawamu garing layaknya kerupuk yg baru diangkat dari penggorengan
Akar sepi

Malam,...sahabat jiwaku,
Apa kabar bintang hari ini?
Masihkah ia setia menemui bulan untuk melepas rindunya?

Malam,...kekasihku
Sepertinya hanya keheningan yang akan menemani kita
Dalam langit yang makin menghitam
Tatkala bintang menemui bulan
Aku menjadi penonton yang bersembunyi di balik jubah kesepian musim dingin
Menembus sunyi dalam lorong-lorong menuju tiang kematian.

Malamku,..
Sudahlah,.. aku hanya ingin melepaskan semua lelahku denganmu saja.

Malam,..
Aku sudah menjemputmu, mari kita jemput akar sepi.
Lagu pilu malam ini

Aku membenamkan diri pada bantal lusuh


Yang selalu menjadi penyanggah tubuh
Isak tangis sepertinya kembali menjadi lagu indah
Yang akan menemaniku malam ini

Sepi..

Sunyi..

Bibir terkunci menyimpan kata


Otak berfikir tak ada guna
Hati menangis pun percuma
Diam dan dengarkan saja alunan lagu pilu yang mewakili rasa
Ruang tunggu dalam rindu

Memikirkanmu aku tersenyum


Mengingatmu aku tertawa
Menggelitik ingatan disetiap
Perjalanan hariku yang kini makin menggila karnamu

Tergoda untukku
Mengota-atik setiap kenangan
Yang kita urai sepanjang malam
Tawamu pecah setiap membicarakan
Kedegilan hatiku yang keras seperti batu
Dan kita terdiam saat membicarakan waktu
Aku duduk disini
Di sebuah ruang tunggu dalam rindu
Menanti langit mulai menghitam
Yang hanya diterangi ribuang bintang
Dan cahaya bulan yang malu menampakkan kesempurnaannya
Kita bertemu memecah kesunyian malam
Menjadikannya keramaian dalam
Ketenangan dua hati

Balikapapan, 7 April
Sedih yang tak berwujud

Senja kembali merajut malam


Membingkai bintang dalam figura langit hitam
Hembusan angin mengalun lembut menyentuh mata jiwa
Tercium khas aroma manusia yang rindu untuk melepaskan raga

Sunyi mulai merayap perlahan


diantara kepingan hati yang pecah
Menjadikannya selimut tebal
sebagai penghangat jiwa yang dingin
Karena hati yang telah membeku

Kini dingin pun telah menjadi hidangan utama malam ini


Larut bersama hujan kerinduan seorang anak
akan wajah seorang wanita yang belum sempat dipanggil ibu
Tangis pecah karena sedih yang tak berwujud
Jiwa memilih mati ; melupa rupa belahan jiwa
Yang telah berbagi oksigen dalam darah di tubuhnya

Kembali kurasakan dada mengerang sakit


Sesak ; Seperti ada gumpalan batu menghimpit setiap rongga
Kuhirup oksigen untukku mencobabertahan hidup
Tapi sepertinya batang otak telah lebih dulu mati
dan membiarkan diri seperti mayat hidup
Sampai kemana arah rindu yang tak berujung ini ku bawa?

Malam ini langit terlalu indah menghiburku


Tapi aku tak sanggup untuk menikmatinya
Tenagaku telah habis ; raga telah mati rasa
aku hanya sanggup menenggelamkan diri
dalam pelukan hangatnya dan membiarkan tangis ini terus berurai
entah sampai kapan.

Balikpapan, 27 Juli 2010

*terima kasih telah memberikan dadamu untuk wadah airmataku.


Malam, Hujan , Kita

; Malam

; Hujan

; Kau dan Aku

Dalam hening malam; tak ada tiup lilin, kue tart ataupun kado spesial. Hanya sinar
lampu jalan yang menjadi pengganti lilin, hembusan angin malam yang lembut
menjadi alunan lagu, hujan yang mengiringiku dalam harapan-harapan kecil yang ku
kirim lewat kerinduannya dan kau dengan kecupan manis dan pelukan hangat serta
ucapan "selamat ulang tahun, sayang.." adalah kado terindah di tahun ini.

"Terima kasih untuk jiwa, raga dan banyak cinta yang mengelilingiku. Menjadi lebih
baik lagi dalam segala hal."

Balikpapan, 24 Juli 2010


Dipencundangi Cinta

Entah kata apa yang paling tepat untuk menggambarkan diriku.

Tersenyum dalam tangis

Tertawa dalam gelap

Diam dan mematung diri

Isak membuat telaga

Bibir dibiarkan terkunci atas Cinta yang dilapis kepura-puraan belaka.

Manusia Bodoh, itulah... kata yang pas. Dipencundangi oleh cinta yang bertopeng
kemunafikan.
Mungkin lebih baik buta

Mungkin mata ini telah terlalu lelah


dipaksa untuk menonton dunia yang penuh dengan debu
Dimana semua orang telah memakai topeng-topeng kemunafikan
Sebagai riasan wajah mereka
Menipu diri atau hanya sekedar ingin lari dari kenyataan, entahlah..

Aku sudah tak mengenali rupa yang terekam dalam mataku


Bukan aku melupa, tapi garis wajah yang tak lagi sama
Ada gurat tak ku kenal di sana
Dan aku menangis, merindu wajah yang dulu

Mata kini tak lagi bening


Merah ; karena darah kini telah menjadi air yang berkubang didalamnya
Terlalu perih dirasakan ketika tiap tetesannya membasahi selimutku
Kini, apa lagi yang akan menjadi penghangatku?
Bila selimutku pun basah karena airmataku sendiri

Sayang, aku tidak buta,...

Tapi mungkin lebih baik aku buta saja.


Habis baca update status punya salah satu temen di facebook.

; Masa lalu adalah debu, Masa depan adalah kabut

Masa lalu memang telah tercipta dan telah terjalani, kita tidak akan pernah bisa
mengubah masa lalu itu sendiri. Waktu yang berbicara. Tidak ada yang bisa memutar
waktu. Siapa pun itu. Semua berjalan ke depan, dan tak berhenti. Berdetak tiap detik.
Masa lalu akan menjadi hal yang tertinggal di belakang. Dan yang telah menjadi masa
lalu itu pun terkadang seolah menjadi debu. Tapi bagiku itu adalah "Debu kenangan"
yang akan terus menjadi harta yang dimiliki oleh hati. Entah itu kenangan yang
berbicara luka atau pun tawa. Semua tersimpan. Dan tak seorang pun juga yang akan
bisa menghapus kenangan seseorang. Dan hal yang paling mengerikan adalah
cemburu pada "debu kenangan" itu sendiri.

Masa depan seperti kabut. Buram dan tidak jelas. Tapi satu hal yang jelas dari Masa
depan adalah dengan belajar dari masa lalu. Manusia diciptakan dengan segala akal
dan pikiran. Mau seperti apa masa depan bukan ditentukan dari masa lalu, tapi dari
saat ini. Sekarang kita sedang mengukir masa depan, tapi kita juga sedang membuat
"debu kenangan" disepanjang perjalanana hidup. Itu sudah pasti.
Bukan puisi Cinta(replay)

Untukmu, Lelakiku (kini)

Telah banyak kata-kata manis yang kau ukir sangat sempurna sebagai rayuan maut
gombalmu yang kau buat untukku. Saat itu aku tersihir dan diri tak berdaya jatuh
dalam dunia mimpimu(ku). Kini kata-kata manis itu memang tak pernah lagi terucap
dari bibir yang telah mencumbuiku. Karena kata-kata itu kini telah menjadi barang
murahan yang diperjualbelikan orang yang menghargai cinta bukan dengan hati
melainkan dengan segenggam harta dunia. Akupun tak mau disamakan dengan barang
dagangan yang menjadi sampah di Negeri ini. Aku tau cinta bukanlah rekayasa, bukan
pula permainan catur politik masa kini.

Tanah tempat kita berpijak penuh dengan kerikil-kerikil tajam yang mampu menyayat
luka semakin dalam dan darah terus mengalir tak henti. Sementara tangis telah
menjadi riasan wajah. Dan senyum menjadi barang langka.

Kau tau bahwa aku sangat menyukai warna birunya laut karena itu pantulan dari
warna langit. Seperti katamu. Tapi kini birunya langit tak lagi terlihat jelas karena
polusi yang telah menjadi oksigen untuk kita hisap bersama dengan anak-anak kita.
Dan tak pernah lagi dapat kita rasakan beningnya sumber air kehidupan karena telah
dijamah oleh limbah pabrik dan sampah masyarakat yang ikut mengotori kali-kali
yang kini menjadi hitam. Dan aku tak ingin hatimu pun ikut menjadi hitam juga oleh
para perokok yang membuat gumpalan asap dijalanan sayang,..

Untukmu, lelakiku (kini)


Semenjak kepergianmu yang terakhir keluar dari pintu kamarku, tak pernah lagi ku
tanak airmata itu sayang..
Hidup mengajarkanku untuk mempunyai mata seperti elang karena musuh telah
berdiri di setiap penjuru dan siap menyerang. Hidup adalah perjuangan, dan saat ini
aku telah berada di barisan depan untuk melindungi anak-anak kita karena aku tak
ingin mewariskan luka untuk mereka.

Balikpapan, 7 Agustus 2010

Lisa
Inginku

Aku ingin mencintaimu dengan bebas


; Layaknya burung yang terbang hingga batas langit

Aku ingin mencintaimu dengan senyum


; Layaknya sinar matahari pagi yang hangatkan raga

Aku ingin mencintaimu tanpa beban


; Layaknya ringan langkah kaki dan tawa anak-anak saat mereka bermain

Aku ingin mencintaimu tanpa luka


; Layaknya dongeng indah sebelum tidur pembuka mimpi.
:: untukmu, wanita yang mengurung diri di kamar ujung lorong ruanganku.

Hanya diam dan senyum tipis diujung bibir


yg kau perlihatkan padaku
tiap kali ku masukkan langkahku di ruangan ini

Gelap ; hanya lampu tidur disudut pintu yang sengaja kau nyalakan.
Dan aku hanya meraba wajahmu dalam cahaya remang malam.

Bibir kau biarkan terkunci rapat


menyimpan sejuta rahasiamu dalam sudut hati
Kebisuanmu yg hanya mampu kau tawarkan padaku
Aku (mungkin) hanya dapat membaca
setiap garis di wajah yang selalu melihat ke atap kamar itu
Entah apa yang kau cari dan kau temukan disana

Cekungan dimatamu isyaratkan


tak pernah henti kau urai airmata dibening mata itu
Lemah ditubuhmu menandakan kau telah lelah
dengan dunia yang kau coba setubuhi
dengan otak yang baru saja matang

Jiwamu terasa kosong ;


atas ketidakberdayaan diri terhadap pilihan.
Sebuah jiwa (mungkin) telah kau kembalikan
padaNya yg menitipkan jiwa itu padamu.
Bukan kau tak sanggup
tapi dunia telah lebih dahulu menolaknya.

Yang ternyata, harga diri lebih mahal dari harga sebuah nyawa.

Sudahlah, cukupkan saja sampai disini keletihan hatimu itu.


Air mata tak akan pernah mengubah apa yang sudah terjadi
Waktupun tak mungkin berputar mundur.
Kita ini seperti pelari
dalam arena pertandingan lari yang bernama ; kehidupan
Larilah; dan selesaikan sampai garis finish
berapakalipun kau jatuh dan menangis kesakitan
kau tetap harus bangkit dan kembali melanjutkan pertandingan itu
sampai selesai

RS. Room : 302

Balikpapan
Matamu merah
Tapi tak sedikitpun kau merasa ngantuk
Kakimu mulai melepuh
Tapi tak kau biarkan lelah merambat diragamu
Dan tak kau pedulikan pula riasan wajah yang memudar
dan menunjukkan kerut di sudut matamu

"aku masih kuat untuk menjaganya" katamu

Dengan sempurna,
Kau sembunyikan airmatamu
di balik lembutnya tatapanmu
Dan kau berusaha mengatur nafasmu
diantara deru detak jantung yang memburumu
tiap kali kau mendengarnya merintih
dalam kelelahan jiwanya.

"aku akan terus menjaganya" tegasmu

Tanganmu gemetar ketika kau menggenggam


jantung hatimu yang memanggil lembut namamu
dalam lirihnya suaranya
Mulutmu tercekat tak kuasa menahan linangan airmatanya

"tenang sayang, aku ada untukmu disini" ucapmu


sambil mengecup lembut mata hatimu
dan menghapus kecemasan yang menghiasi wajahnya

Tak berani kau tinggalkan sedikitpun


bangku disisi tempat tidur itu
Kau takut malaikat menjemputnya tanpa ijinmu
Kau ikut berlomba dengan waktu
Diantara siang dan malam yang sudah tak bisa kau pisahkan lagi

Senyum dan tatapan lembutmu


menjadi ketakberdayaannya
akan raga yang tak mampu memeluk dan menenangkanmu
Tanpa Kata ; Hanya Rasa

"Kau ; adalah jiwa yang sabar dan harta terindah yang pernah ku miliki, wanitaku.. "
bisiknya dihatimu

Tak mampu lagi bibir itu berucap kata


Dunia telah merampas suaranya

"aku tetap mencintanya" ucapmu pasti

Hingga detak waktu berhenti untuknya


Dia tertidur pulas dipangkuanmu
menunjukkan wajah damainya untukmu
" Terima Kasih sayang, kau tetap memeliharanya untukku"

Seketika itu juga jiwamu ikut terbang bersamanya


mengantarkannya ke depan gerbang pintu surga

"Istirahatlah dengan tenang,


dan aku akan menyusulmu nanti ketika waktuku tiba"

Kau tersenyum,..Senyum paling manis


Dia tak meninggalkanmu
kata-kata indah yang bisa kau kenang
Bagimu ; Cinta bukanlah sekedar kata-kata manis
yang dapat di baca dan setelah bosan
bisa membuangnya ; layaknya permen karet
Jiwanya sendiri sudah terlalu indah dan manis
yang telah menjadi abadi di ruang hatimu
Tanpa kata, Hanya Rasa
rasa itulah ; Cinta
Yang dia tinggalkan, untukmu.
PS: Cinta adalah bagaimana cara mencukupkan. Kita manusia penuh dengan nafsu
yang merangsang kita untuk merasa tak pernah puas dengan apa yang kita miliki.
Cukupkanlah saja apa yang telah ada di dalam hatimu, menjaganya dan
memeliharanya hingga batas akhir waktu menjemputnya ; seperti apapun dia.
Bila kau tak bisa, sesungguhnya tak kau mengerti arti cinta yang sebenarnya dan tak
perlu membual mengenai arti cinta.

Dedicated to : Flora and Tony Dolman (alm)


"kalian mengajarkan seperti apa itu cinta lewat indahnya kebersamaan kalian, hingga
akhir waktu"
Kontrak hidupku (mu)

Didunia ini
Kita seperti berjalan mengikuti
arah mata angin
Terkadang datang selembut kapas
Tapi tak jarang keras menerjang
Layaknya badai
Datang dan pergi
Hidup dan mati

Hidup; tak pernah ada yg tau


Kerahasiaannya hanya dipegang
Oleh Dia; Sang Maha Karya
Saat raga masih berpijak dibumi ini
Apa yang telah aku (kau) lakukan
untuk hidup yg diberikan satu kali ini
dan tak dapat diulang
Kontrak hidupmu(ku) telah tercatat
dalam surat perjanjianNya
pun waktu telah mengukir setiap jiwa

Kini ketika raga terbujur kaku


dan jiwa pun kembali ke pangkuanNya
ada banyak airmata yang mengantar
mengembalikan jiwa kepada pemilikNya
aku (kau) menjadi saksi
ketika raga hanyalah tempat jiwa berteduh
untuh sementara dibumi
dan peti mati merupakan tempat
peristirahatan terakhir raga
ketika ditinggalkan jiwanya

Dan saat raga menyatu dengan tanah


dan kembali menjadi debu
Menyadarkan diri ; siapapun kau
di dunia aku (kau) banggakan ini
hanyalah debu ; ketika kita mati
Tak ada yang ikut serta
Tak ada pula yang dibawa
Hanya sendiri; didalam liang kubur yg dingin
Dan apa yg telah kau tinggalkan selain nama yg terukir indah di batu nisan?

Dan pada akhirnya


Cinta kasih yang tiada akhir
yang ditanamkan dihati
mereka yg ditinggalkan
ketika raga berpamit pulang ke rumah Bapa
dan menunggu untuk berkumpul kembali
dalam kekekalan abadiNya.

*tenanglah jiwamu dipangkuanNya saudariku, Michiriati Padang

Martadinata, Balikpapan.
Kelelahan Hati ; Selamat jalan kekasih

Aku duduk terpojok


Diam dan dan mengurung diri
Disudut salah satu pohon rindang
Dalam taman hatimu
Sementara kau sibuk melayani para tamu
Yang masuk dan singgah disana

Kau tersenyum, tertawa


Bahkan menari bersama mereka yang kau sebut
; “Para bidadari” hatimu
Yang sekarang ikut meramaikan suasana taman hati
Yang kini nampak ku lihat
seperti sebuah panggung sirkus murahan
yang kau buat sendiri

Apa aku (kau) melupa beberapa waktu lalu


kau masih sempat nyekar sebuah makam
yang juga ada ditaman hatimu itu?
Atau memang itulah caramu
Berkabung di malam penghiburan
dengan mengenakan jubah merahmu?

Kini, diantara tawa dan tangismu


yang tak mampu ku bedakan lagi
Kau telan sendiri airmatamu itu
Menjadi akar pahit
Hingga tak kukenali rupa kekasihku ; tak lagi
Dan kau pun sendiri sudah tak mengenali
Rupa kekasih hati yang kau buat menjadi tawanan
Dalam hatimu sendiri

Aku (kini) tak mau lagi menjadi tawanan


Dalam hati kekasihku sendiri
Dan menyaksikan pertunjukkan opera sabun
Dimana peran pemain wanita datang dan pergi
Silih berganti menanam bunga-bunga sedap malam
Dalam taman hatimu
Sempat hati (ku) meminta
untuk bertahan ; atas nama cinta
Tapi aku seperti memanggang diriku sendiri
Dalam bara api yang kau sulutkan dalam hatiku
Dan aku tak mau mati
Aku hanya ingin menyelamatkan hati
Dia sudah terlalu lelah dengan
peran seribu muka yang kau mainkan sekarang

Sudah ku kemasi semua barang-barangku


Dan kupastikan tak ada yang tertinggal
Jejak-jejak langkah hati(ku) pun
Telah ku basuh dengan airmataku
Dan kekang yang kau ikat di kakiku
Telah mampu kupatahkan

Kini langkah hati telah siap melaju


Dengan kaca
mata kehidupan (ku) yang baru
Yang akan ku pakai untuk menerjang
Perjalanan langkah hati yang telah dinanti

Dan saat kau melangkahkan kaki keluar


dari pintu kamarku untuk yang terakhir kalinya
Bersamaan dengan itu juga
Aku keluar dari pintu hatimu
Dan menguncinya bersama rahasiamu.
Kunci itu pun telah ku lebur hingga tak berbentuk
Dengan senyum tulus, ku ucapkan;
Selamat jalan untukmu... Kekasihku.

BintangLaut
Balikpapan
Selamat datang di bumi; Tentang Hidup dan bukan mimpi

Sebuah Jiwa kembali hadir meramaikan kota ini


Menjelma dalam sosok bayi merah yang mungil
Tertidur pulas dalam raut wajah damai ; merajut mimpi dalam mimpi
Dalam dekapan hangat seorang wanita yang
mengenyangkanmu dengan air susunya
Yang nanti akan panggilnya ; Ibu

Matamu (kini)masih lebih memilih sering terpejam


Belum sanggup mata itu menyaksikan sinar dunia yang begitu terang
Kau masih terbiasa berada diantara jantung Ibumu
Yang menjadi lampu untuk mata hatimu ; Hangat dan Menenangkanmu.

Janganlah kau kaget sayang,..


nanti setelah mata itu perlahan dapat melihat
Karena planet bumi yang dipilih untuk kita hidup
kini tak seindah lagi seperti dalam Kitab Kejadian

Banyak taman-taman kota yang dulu menjadi jantung oksigen


Kini telah berganti menjadi menara-menara pencakar langit
Lambang kesombongan Negeri ini
Dan udara yang kita hisap saat ini adalah racun
Yang telah menanamkan penyakit dalam tubuh untuk kita mati ; nanti

Taman bermainmu pun kini telah berubah


Tak ada lagi ayunan kayu yang akan kau mainkan kelak dengan ayahmu
Semua telah berganti dengan deretan etalase-etalase kaca
Yang menampilkan wajah dunia masa kini
Semua saling menyapa, tapi tak mengenali wajah
Yang bersembunyi di balik riasan mereka

Hutan lindung berganti nama menjadi Hutan gundul


Kota yang penuh lumpur menjadi pusat wisata (kini)
Sedangkan kota wisata menjadi kota kuburan massal
Yang tiap tahunnya setiap orang menabur bunga ditepi laut
Karena mereka tak tau dimana batu nisan harus ditancapkan
Tangismu pecah ketika seseorang mengambilmu dari dekapan sang ibu
dank au kembali tenang ketika ibumu merangkulmu erat dalam dadanya
didadanya masih dapat kau dengar detak suara jantung ibumu
yang biasanya menemanimu bermain dalam rahimnya
suara itulah yang hanya ingin kau dengar saat ini ; Alunan lagu yang Lembut
Pembuka mimpi-mimpi indahmu

Jangan menangis sayang,..


ketika nantinya banyak suara yang akan masuk
tanpa ijin ke dalam telingamu
dimana saat ini cacimaki dan saling menghujat
merupakan bahasa paling halus yang biasa digunakan
untuk kehidupan sehari-hari didunia yang sudah menua ini
dan kebohongan merupakan salam ; awal sebuah perkenalan

lidahmu (kini) hanya dapat mengecap air susu ibumu


janganlah marah sayang,…
bila nanti air susu ibumu tak dapat mengenyangkanmu (lagi)
dan kau hanya diberi air tajin buatan tangan ayahmu
ketahuilah; harga susu mu kini terus meningkat
seiring menumpuknya hutang Negara ini
Dan kau pun terlahir untuk melunasinya

Selamat datang sayang ; dibumi yang makin memanas ini


Banyak orang yang berteriak lantang “STOP GLOBAL WARMING”
tapi mereka tinggal dalam rumah yang selalu merayakan pesta
kemeriahan setiap harinya dengan menyalakan
genderang seribu cahaya dalam rumah-rumah mereka yang tak pernah padam

Maka, Bertumbuhlah dengan baik sayang,..


Dalam akal, pikiran dan hatimu
Di setiap ajaran ayah dan ibumu yang diberikan padamu
Akan ada tangis ibumu yang menyertai setiap langkah-langkah kecilmu
Ingatlah; Dia berjuang untukmu supaya kau ada saat ini
aku mendengar dia merintih dalam sakit untuk itu
dan tersenyum setelah melihat wajahmu
Akan ada tangan Ayahmu yang melepuh
supaya kau dapat sehat ; tanpa kekurangan suatu apapun

Buatlah mimpi indah untuk bumi ini


Tak usah belebihan; Ini lah bumimu(ku)
Hidupkan mimpimu dan jangan tinggal terus dalam mimpimu ; Bangunlah
Karna kita hidup bukan dalam mimpi
Tapi kita perlu mimpi dalam hidup.

Bila saat kakimu telah sanggup menapaki kehidupan


dan kau bertanya, mengapa bumi ini telah menjadi gila?
Tumbuhlah besar; Kuatkan langkah kaki
Dan mari kita tanyakan pada mereka yang duduk di kursi berlengan
Dan memilih untuk diam dengan mulut yang tersumpal lembaran kertas
yang (akan) membuat mata mereka menjadi buta untuk selamanya.
kau akan tau jawabanya, sebelum kau sempat bertanya.

Dan Yang sebenarnya ; Kau, aku dan mereka lah yang akan diminta pertanggung
jawaban oleh
Dia yang mengijinkan kita menikmati semua ciptaanNya.

Selamat datang untukmu, Almira Shaki Widodo.


*Senyummu membuat otak ayahmu waras

Balikpapan
Purnama temani 3 malamku

Malam semakin larut dalam kesunyian. Keheningan telah merajai setiap sudut kota
dan hembusan angin mengalun mengantar jiwa-jiwa ke dalam dunia alam bawah
sadar untuk merajut mimpi dalam mimpi yang tak sanggup dibangun didunia nyata
dan memilih dunia mimpi menjadi tempat persembunyian rahasia hati. Sementara
mereka ; jiwa yang masih terbangun. Memilih untuk mengurai mimpi dalam angan,
terpenjara dalam hati juga pikiran dan menyelam malam tanpa pelampung dan
membiarkan diri menjadi para penunggu malam.
Di bawah sinar lampu jalan, kutatap wajah langit yang kini melukis indah wajah
bulan. Sempurna. 3 malam sudah purnama menemaniku melewati malam yang kini
kembali kucoba mengakrabkan diri dalam ketenangannya. Hal yang sangat jarang
kulihat dikotaku. Aku Tersenyum simpul, apa kehancuran hatiku ini terlalu terbaca
oleh wajah langit yang kini menyembunyikan wajah bintang dan menggantikannya
dengan purnama 3 dalam malam ini. Sungguh, keindahan purnama mencoba untuk
mendamaikan hati. Rasanya, ingin sekali punya sayap dan terbang ke atas purnama
mencoba untuk tidur; mungkin aku akan tidur nyenyak sekali disana, setelah berapa
malam jiwa ini melayang tak menentu mencari tempat untuk berteduh.
Menenggelamkan diri masuk dalam kelamnya malam. Mata tertutup, diam dan hanya
mendengarkan kepayakan beberapa sayap burung yang masih terbang dalam batas
langit. Dinginnya malam kini menjadi selimut hangatku yang sekarang ikut
membekukkan hati ini. Dan entah kapan akan mencair. Aku tak tahu.
Malam bagiku kini lebih dari sahabat. Tak jarang sering ku maki malam dalam gelap.
Dan menjadi tempat airmataku disaat banyak hal yang tak kupahami ; berfikir keras
tak mendapat jawaban hingga hatipun menjadi lelah. Dan malam pula yang
melelapkanku tidur yang membawa airmata ku masuk dalam mimpi; karena aku tak
ingin bermimpi dalam mimpi. Airmata mengajarkanku berhenti mengurai mimpi ;
Menjadi seperti fatamorgana ditengah gurun pasir.

inginku memaki malam ini yang gelap


Tapi tak satupun kata terucap
Wajah langit sembunyikan wajah bintang
Melukis purnama dalam tiga malam
Wajah langit yang indah malam ini; membuatku tak sanggup memaki malam
Senyum diwajahku(kini) tulus untuk menikmatimu ; purnama.

Terima kasih langit, kau melukis purnama tiga malam ini untuk menghibur dan
menemaniku

BintangLaut
Melukis Kebaikan hati

:: (masih) dipagi dan di kota yang sama

Langit tersenyum ramah menyambutku yang baru keluar


dari pintu rumah mereka yang mengurung para pesakitan
Udara pagi ini telah terhangatkan oleh sinar matahari yang mencoba
Membangunkan setengah jiwaku yang masih ingin berselimutkan malam

Kutatap atap bumi, sejauh ku coba mata memandang


menelusuri setiap gerakan lembut yang diciptakan awan ;
Membiarkan diri masuk dalam ketenangan alam
Terdengar suara kepakan sayap burung yang menari lincah
Diantara susunan rapi gedung-gedung yang bediri dengan gagah
Terbang riuh bebas melintasi garis batas cakrawala
Melukis biru wajah langit dalam kehangatan pelukan sinar mentari pagi

Hari ini; Lembaran kertas waktu telah berganti dengan yang baru
Banyak dari mereka yang mengusung doa dan harapan
Dalam ketidaktenangan dan ketidakpastian mereka
untuk menjadi manusia baru yang lelah menjadi manusia lama
yang terkadang hanya menjadi sebuah tradisi resolusi hidup
untuk memanipulasi diri sendiri

Dan aku; berdiri diantara pertigaan yang menentukan langkah kaki


kulihat lukisan indah yang terbentang didepan mataku
birunya langit kini mencoba kembali membirukan hati(ku) yang sempat menghitam
menenangkan kegaduhan hati akan genderang perang jiwa
dan ketika mata(ku) kini kembali bening ; tak lagi memerah
telah ku rampas biru(ku) kembali darimu
untukku warnai bulan ini dengan melukis kembali kebaikan hati
untuk senyumku (mu) dan semua wajah yang memasang senyum tulus ; bukan topeng
kemunafikan
Dan, marilah kita bersulang untuk kembali menjadi manusia baik ; seutuhnya
Tidak lebih, tidak kurang.

Selamat datang Bulan penuh harapan.

Let your goodness and fairness shine like the sun at the noon
Waktu ingin sekali ku membunuhmu

Lelah sudah aku berlari ; dalam ketiadaan dan ketelanjangan


Selaput mata semakin menebal hingga kini aku menjadi buta
Bibir ini telah berbuih seiring banyak angggur dalam cawan
Yang ku minum dan ku arak dalam pesta kemenangan(ku)
Hingga ku menjadi mabuk dan kutinggalkan ragaku dan memilih
Tidur dalam ruang gelap ; lembab tak bernyawa
Tanpa mimpi, hanya dingin yang mengigit.

Kuriuhkan gendang telinga ini dengan dentuman keras


Hingar bingar lagu tak bermakna ; memecah sepi yang terlalu lembut
Gemuruh langit bersilang jalan dengan gemuruh dalam hati
Ketika hujan bukan lagi berbicara tentang hati yang saling merindu
Ku cium hangatnya bau aspal yang diberikan hujan; kesakitanlah yang kurasa
Saat tiap tetesannya menghujam keras tanah tempat ku berpijak

Kubiarkan tiap langkah(ku) mencipta jejak dalam pasir


Dan hilang ketika terseka ombak saat tiba dibibir pantai
Membiarkan keberadaanku hanya terbaca oleh mata angin
Di dalam ketenangan ; ku mencari waktu yang menjelma wujud tanpa rupa
Waktu ; ingin sekali (ku) membunuhmu dalam diam(ku)
Diam(ku); tenang yang tak menentu

BintangLaut
Aku , Malam dan Waktu

Kularutkan malam dalam keindahan bulan sabit


Yang terlukis sempurna di wajah langit malam ini
Lengkung garis yang mengukir tiap lekukan cahayanya
Membuat malam pekat terganti menjadi malam bulan sesabit
Dengan terang kuning langsatnya yang kini menghias setengah warna langit

Jiwaku terjebak dalam raga yang terlalu letih untuk bicara


Memilih malam sebagai teman untuk berbagi bersama waktu
Waktu selalu berbicara mengenai pilihan
Sedang malam selalu memilih menjadi pendengar
Dan aku melebur bersama mereka
Menikmati menjadi malam dalam waktu

Waktu ; aku menunggumu bersama malam


Yang terkadang gelap dan pekat didekapnya aku
Dalam kepak sayap tak berbentuk ingin ku mengejarmu
Sebelum kau menerobos masuk pertahananku ketika ku tak terjaga
Karena kau selalu datang tanpa terduga
Menyelinap memasuki ruang kalbu tak bersuara
Maka kini datanglah ; karena telah kusiapkan busur tajam
Untukku memanah pilihan sebelum kau memberiku pilihan
Aku dan malam ; Menantimu-- Waktu
Mengharap Pagi

Mencoba kembali menikmati malam


Dalam keheningan yang tercipta
Suara lolongan anjing kampung sama paraunya dengan siulan burung hantu
Mewujud sepi yang menjadi penghuni setia malam
Tak ada keramaian ; hanya kelam yang semakin mendalam
Sepi semakin menggila, melarutkan malam dalam sejumput harapan
Menjemput malam, menjemput hati yang mengharap pagi

Detik yang terus berdetak ; diantara jejak langkah yang tercipta


Ada gumpalan-gumpalan rindu yang berserakan
Dan aku melupa bagaimana cara membersihkan
Bayangan yang merupa diri pun ikut menertawakan hati
yang membuang rindu tercecer malam ini
Sudahlah, biar kunikmati saja gemuruh rindu yang buta ini
Bersama malam yang semakin menghitam
Hujan dan Air mata

Sepertinya Hujan malam ini akan menjadi selimut yang hangat


Saat airmata ikut memeluk rupa yang terekam dalam kantung mata
Merasakan hangatnya tidur dalam dekapan pelukan dan tatapan wajah bintang
Mencium lembut kenangan dalam Hujan dan Airmata
Yang adalah ternyata masih berbicara tentang rindu,.. untukmu.

*efek hujan dan petir malam ini, rasanya pengen duduk dibalkon, menikamti hujan
dengan segelas susu coklat hangat. aiiihhh... jadi beneran pengen nangis..... hikss*
Hati ; tempat persembunyian rahasiaku(mu)

Sementara malam terus mengasah rindu semakin tajam


Meleburkan luka dalam dendam
Menghanyutkan setiap serpihan ingatan yang coba kau lupakan
Aku masih memilih hati sebagai persembunyian rahasiaku(mu)
Dan cukup bagiku melihatmu dengan senyum tanpa arti
Setidaknya aku tidak menjadi pendusta sepertimu.
Hati yang cukup sabar

Dalam gelap ; Saat hujan hanyut menjadi kekasih para penunggu malam
Malam ; yang selalu bisa menjadi obat penenang bagiku
Yang kerap dapat menidurkan lelah yang terlalu kelam
Dimana jiwa meninggalkan raga sejenak
Dan pergi untuk bermain masuk dalam labirin waktu

Sementara kau sendiri ; memilih untuk menyetubuhi dosa


Yang tanpa ragu dalam sorot kilat tatapan matamu
Kau masuki ruang dimana ragaku kurebahkan
Memilih membunuh hatimu dengan pisau bermata ular
Dan menjadikanmu budak dari binatang itu

Kau bukannya melupa dimana posisi pintu masuk berada


Dan memilih jendela bertutup tirai sebagai kakimu melangkah
Tapi otak manusiamu itu sudah kau buang masuk dalam kotoran anjing
Yang kau gantikan dengan otak binatang tak bermoral
Memilih memanjangkan tanganmu untuk hal yang otakmu saja
Tak sanggup untuk kau capai
Kau rampas apa yang bukan menjadi hakmu
Dan kau akui itu sebagai milikmu
Sungguh ; masih pantaskah kau kusebut manusia?

Bagimu , kau bangga bisa berfikir secerdik ular


Melesat cepat tanpa jejak
Tapi bagiku, kau tak lebih dari pelacur jalang yang lupa menaruh
kemaluannya
Kau mengubur hatimu dalam jiwamu
Pemakamanmu sesungguhnya tengah berlangsung, tanpa kau sadari
(mungkin) saat ini kau bisa bernafas santai tanpa beban dan tersenyum puas
tapi kau melupa; kau simpan kepala ular mati dalam pakaian dalammu
yang kau pakai setiap hari dan meninggalkan bau bangkai dari aura tubuhmu

Tak perlu kuhakimimu dengan semua omong kosong aturan


Yang sama-sama kita tertawai
Hatiku cukup sabar menghadapi manusia berdarah hitam sepertimu
Dan cukup bagi jiwaku menghembuskan nafas dalam tiap ratapan doa-doaku
padaNya yang Empunya kuasa
Yang melebihi segala langit dan bumi
dan biarkanlah Dia saja yang langsung bertemu denganmu, bukan aku
aku tak tau garis wajahmu, tapi Dia yang menciptakanmu
tak ada satu pun yang tersembunyi bagiNya dikolong langit
jadi, siapkan saja jawabanmu untuk pertanyaan ini
(mungkin) Dia akan bertanya
Apa yang kau telah lakukan dibumi yang bukan mulikmu dan yang kau curi
dari anakKu?

*Terima kasih untuk maling yang menyelinap masuk kedalam kamarku, dan
membawa 2 tangan kanan otakku. kau mengajarkan 2 hal yang aku mengerti kini arti
yang seutuhnya; sabar dan ikhlas.
Tentang mu, malam dan hatimu

Menghanyutkan tiap helaan nafas di garis tepian yang semu


Aku ; masih dengan gemuruh hati yang ku coba tenangkan
Didalam kesendirian ; ku nikmati sepi yang lembut temani tiap malamku

Garis langkah kaki melintasi waktu bertemu denganmu dalam kekosongan


Menggali kedalaman hati yang saling berujung gelap dan dingin
Tertegun berdiri diantara sudut-sudut ruang tak bersuara
Lewat sorot matamu, kau berbicara mengenai warna dalam hatimu
Kau titipkan rasa lewat senyumanmu yang kau sampaikan dalam diammu
Dan memecahkan kebisuan malamku diantara semarak kehangatan lampu taman kota

Kau memangsa malam bersama waktu sebagai luapan jiwamu


Membunuh sepi atas rasa hampa yang menjadi penghuni hati
Kemarahan yang ingin kau telan dan airmata yang tertahan
Kau tunjukan padaku lewat ketenangan dalam tatapan dan langkahmu di hadapanku
Tapi lewat suaramu kutemukan keletihan yang ingin kau rebahkan
Kau terjebak dalam raga yang sudah terlalu jenuh untuk berbicara
Bersama malam; ku terdiam bersama jiwamu yang menangisimu

Dikesendirianmu, kau berikan ruang dalam hatimu untukku


Memintaku menguarai cerita tentangku akanmu
Mencoba menggaduhkan keramaian hatimu yang terlalu sunyi
Di sudut ruangmu, masih ada serpihan luka ditiap lapisan hatimu
Merah ; Seperti senja yang berbicara tentang lukaku yang masih coba kusembuhkan
Dan melelapkan seribu rasa yang saling tumpang tinding di dasar hatimu

Mungkin lelah sudah hatimu oleh kesakitan-kesakitan yang memeras otakmu berfikir
Bahkan tak ada lagi tenagamu untuk menangisi kehidupan yang semakin liar
Tak perlu merasa kuat dan hebat akan raga yang sudah terlalau letih dan kau jadikan
budak itu
Berdiam dan tenanglah sejenak bersama jiwamu
Menikmati alam yang berbicara lewat malam akan cahaya seribu bintang
Keindahan birunya langit akan lembutnya awan dan riuhnya kepakan sayap burung
Dan hujan yang dingin dan menyejukkan tiap hati yang kering
Tutuplah matamu, lihat dan rasakan jiwamu yang berdamai dengan hatimu
Dan bila nantinya tak kau temukanku lgi disampingmu; tersenyumlah
Karena aku telah berdiam di hatimu, pun dirimu dihatiku. Tak lebih
Cukupkan menyiksa hari-harimu tapi nikmatilah itu semua.
Ingat ; Hidup adalah tentang bagaimana cara menikmati
--> Pria dibulan desember.
Untuk sesuatu yang ku sebut rasa, kini ku mengenalnya lewat kedamaian dalam hati
dan jiwa. Cinta tak hanya bicara rasa berumbar nafsu beruntai kata pemanis bibir.
Cinta lebih bernilai daripada itu.
Merindumu di penghujung waktu

Di ujung penghabisan waktu ini


Sengaja kuletakkan jubah kemunafikanku yang membungkus lembut hatiku
Dan kutelanjangi hati ini dari ketakberdayaan diri untuk berbicara
Disinilah aku, polos; tanpa rias, tanpa topeng
Melepaskan semua norma logika yang merantaiku, membebaskan hati berbicara utuh
padamu

Aku berada di depan pintu kenanganku tentangmu


Yang masih sibuk mengatur suasana hati dan selaraskan deru jantung yang
bergemuruh riuh
Masih ada rindu yang tercecer disepanjang kolong jalan yang pernah kita lalui
bersama
Wajahmu terus menghiasi setiap tanah tempatku berpijak dalam kesendirian
Menuntun arah langkah kepulangan hati ketika kutemukan persimpangan
Rindu ini masih sama, tak berubah dan sungguh terlalu menyiksaku nyali hatiku!
Merindukanmu utuh tak bersisa
Suaramu
Tawamu
Senyumanmu
Pelukanmu
Genggaman tanganmu
Ciuman hangatmu
Aroma tubuhmu
Bahkan aku merindukan asap rokokmu yang kau tau sangat kubenci

Lewat bahasa jiwamu, kau kenalkan aku pada apa yang kau sebut puisi
Tapi bagiku, kau sendiri adalah puisiku yang tak pernah dapat kutuntaskan
Seribu kata tak cukup dapat untuk menggambarkan dirimu yang hidup menggenang
dihatiku
Saat tangan kanan ini mulai mengukir perlahan namamu diatas kertas kumal
Didalam ketaktenanganku masih saja ku bentuk rapi susunan rasa yang kusebut cinta ;
Untukmu

Sempat kucoba selingkuhi dirimu dihatiku , mengisi kekosongan dengan kebohongan


Dengan dia tanpa sesuatu yang ku sebut rasa
Berjalan bersamanya denganmu yang menjadi bayangan diselaput mataku
Menjadi saksi ketika ku pilih peran pendusta dan saat kularungkan setiap
rinduku untukmu padanya
Dan menangis sendu saat kutemui malam dan kau menghakimiku
Dalam dimensi ruang dimana kau tinggalkan jiwamu dan hidup menetap didinding
hati
Menyadarkan diriku kepada siapakah sesungguhnya rindu ini harus kutuju

Saat Merindumu;
Saat ku seduh kopi, dan kulihat wajahmu tergambar di warna hitamnya
Saat kukenakan bajumu dan merasakan pelukan hangatmu
Saat kususuri pantai ,dan masih ada bekas jejakmu yang mengabadi disisi pinggir
pantai
Saat malam tiba, dan hanya dirimu yang masih hiasi setiap mimpi
Saat kutatap bintang dan bulan di atap kamarku,
cahayanya masih gambarkan senyumanmu yang terus temani tidurku
Saat kurebahkan raga di ranjang yang kini terlalu luas untuk kutiduri sendiri
Dan adakah saat merinduku yang terselip diantara sela-sela nafas hidupmu untukku?
Masih dapatkah kau(aku) menghempaskan rindu ini,saling tatap, tipiskan jarak?

Beranda, tempat biasa kau dan aku menikmati hujan yang berbahasa rindu
Kini menjadi tempatku merebahkan semua kelelahan hati; bercerita padamu lewat
angin yang temani sepi
Menenangkan hati yang terlalu ingin bertemu denganmu
Menikmati hujan dan rindu bersama kumpulan nyayian burung walet dan warna langit
yang kusuka
Dengan segelas susu coklat panas kesukaanmu, kunikmati wajahmu yang terlukis
dalam sebentuk awan
Saat airmata kembali memberitahu suasana dalam hati yang kau porakporandakan
Perihnya luka tak sebanding dengan beratnya rindu yang harus ku tandu

Diujung waktu ini, kuserahkan rindu yang tak berujung ini kepada pemiliknya
Sebelum akhirnya waktu memberikan garis akhir untukku(mu)
Dan aku akan tetap memilih hidup dan tinggal bersama dengan kenangan
Kenangan ; adalah yang berbicara tentang keberadaamu yang akan terus hidup dihati

Desember 2010, Balikpapan

Waktu ; kembali kau diingatkan akan detik yang terus bergerak


Tentang sebuah pengharapan

Yang pelan dan lembut terus mengikuti kemana arah jiwamu


Diragamu dapat kau pegang dan rasakan denyut nadi arteri masih terus berdetak
Mengikuti irama jantung dalam aliran darah yang menjadi makanan untuk otakmu

Diantara jejak-jejak mu yang sudah terbentuk


Dan raga yang telah berjalan seribu langkah diantara dua musim yang datang silih
berganti
Kau diperbolehkan bertemu dengan jiwa – jiwa yang menemani hiasi warna buku
hidupmu
Dan kau ukir itu dengan tinta kehidupan yang kita sebut ; Kenangan
Hitam ; Ketika kau bertemu dengan sebuah kepahitan
Tangis menjadi harga mahal yang harus kau bayar
Biru ; ketika kau bertemu dengan sebuah kedamaian
Senyum tawa mu menjadi riasan paling manis di wajahmu
Pun Merah ; Ketika kau bertemu dengan sebuah tantangan
Kekuatan dalam hatimu yang adalah menjadi sumber tenagamu
Dan aku tahu dengan pasti, kau adalah wanita terhebat yang telah menjalani semua
itu.

Kini malam dingin telah berganti dengan pagi yang hangat


Dengan menikmati segelas susu coklat panas kau sambut hari ini
Hari yang kau tunggu dengan kegelisahan jiwamu akhirnya telah datang
Yang menyadarkan diri ; Lembaran jiwamu semakin menipis untuk berada didunia ini
Kemarin telah selesai kau jalani, tak perlu bersusah hati untuk sebuah penyesalan
Waktumu telah usai untuk kemarin, tak ada yang dapat kau ubah untuk sesuatu yang
sudah terjadi
Besok masih menjadi rahasiaNya, dan tak perlu berkecil hati karena terlihat kabut
tebal disana
Waktumu masih banyak untuk besok , masih banyak yang dapat kau ubah untuk hari
esok
Jangan pernah hatimu meragu, melangkahlah dengan tatapan pasti.
Kerikil-kerikil tajam masih banyak akan kau temui disisi jalan. Itulah kehidupan.
Seperti pelangi yang selalu datang sehabis hujan, seperti itulah sebuah Harapan. Akan
selalu ada.

Hari ini ; Kau ada sebagaimana kau ada,hanya karena Dia mencintamu.
Tertawalah dan tersenyumlah. Rayakanlah dengan senyum termanismu itu, sahabatku.
Dan biarlah semua kebaikan, kebajikan, dan kedamaian terus bertumbuh didalam
rumah hatimu
Dan takkan pernah ada satu pun didunia ini mampu mencurinya dari padamu
; Kebahagiaan yang berkelimpahan.

Dedicated to : Roshinta Hutajulu

Balikpapan, 8 March, 2011


Menikmati senja

Kupilih segelas kopi hitam menemani menghangatkan sore ini


Menikmati lembutnya gumpalan-gumpalan awan yang perlahan memerah senja
Dimana jiwa ikut tenang bermain bersama angin menghembuskan ingatan yang
melaju
Lamunan tak berujung ; tak berarah

Hujan masih tinggalkan sisa dingin yang menusuk kulit


Sedang matahari belum juga mau tenggelam dengan sempurna disudut barat
Dikejauhan terlihat gedung-gedung putih megah masih terselimuti kabut
Pun sekelompok burung wallet yang kembali ramaikan suasana langit

Aku duduk diantara kayu panjang yang lembab oleh tempias hujan
Melihat batas langit ; Keagungan Cakrawala
Jiwaku seolah menari bersama sekumpulan para malaikat penjagaku
Betapa anggun dan damainya ketenangan senja ini
Membiarkan lamunanku semakin memanjang
Menikmati senja ; Menikmati jiwa

:: Soul Speech
Malam telah berganti senja

Malam ; Ketika langit menjadi saksi rindunya bulan akan bintang


Sepinya menggigit malam yang dingin dan jalang
Lorong-lorong sunyi masih tinggalkan jejak tak bertuan
Dan masih terdengar detak waktu yang terus merayap pelan
Menggores dinding –dinding hati akan kenangan
Sedang disudut kota sana wanita kotor lumuri cinta dengan dosa

Hampir aku terlelap di bangku ketika malam berganti fajar


Telah banyak kulewati malam terjaga menunggunya
Dia ; Yang memakai jubah hitam bersayap tanpa rupa tak muncul
Dan Ketika aku telah tak berada di lorong itu lagi dia datang
Membawanya bersamanya dengan cepat ; secepat aku mengedipkan mata
Tinggalkan hujan diwajah mereka dan hampa disurut kamar
Aku salah mengira malam serupa denganmu ; Dingin dan hitammu yang menakutkan
Karena kini kau memilih menjemput nya saat Senja, Malaikat maut.

Lantai 3 Rumah Sakit Restu Ibu Balikpapan, 11 Maret 2011


Turut berdukacita atas meninggalnya ibunda keluarga salah satu karyawan, semoga
Tuhan memberikan kekuatan untuk keluarga yang ditinggalkan.

“Milikilah hari seolah ini hari yang terakhir bagimu,berikan dan lakukan yang terbaik
untuk orang-orang yang kau sayangi. Karena ketika hari itu tiba, kita takkan sempat
mengucapkan selamat tinggal untuk orang-orang yang kita sayangi karena Dia datang
seperti pencuri. Takkan pernah kita tahu kapan pastinya dia datang menjemput kita
semua ” have a good time! God Bless You all.
Pagi ini aku ingin merayumu

:: Nyoman K.S

Kusapa pagi yang dingin ini


Dengan kehangatan jiwamu yang telah menyelimuti hati ini
Tersenyum diantara keriuhan hati
Yang kunikmati diantara ketaktenangan jiwa

Kau yang sempat mampir diingatan, kini telah menetap dihatiku


Mencipta ruangmu yang kau hias dengan sejuta rasa untukku
Dan kau bermain dengan bebas dalam ingatan juga hatiku
Ketika kutatap mataku, ada kamu tersenyum lembut padaku

Dalam kegelisahan jiwa


Hati ini telah menetapkan arah kepulangannya
Ketika tiap jejak langkahku, ada rindu yang terurai ; hanya untukmu
Dan hati ini pun utuh menjadi milikmu

Balikpapan, June 2011


Pagi ini aku (bukan) ingin merayumu

: Yang selalu memanggilku dengan lembut sayang,...Bli Nyoman

Memulai pagi ini dengan mengulum manisnya senyummu


Saat mengenang adanya kisah dibalik kacamatamu
Tentangmu dan kehangatan tatapan mata jernih itu
Yang mampu melukis senyum di ujung bibir tanpa rasa ragu

Tawamu mengindahkan hariku


Lewat caramu menjagaku
Senyumanmu menghangatkan jiwaku
Lewat lembutnya caramu menyayangiku

Sayang, pagi ini aku bukan ingin merayumu


Dengan seribu kata-kata manis rayuan gombal
Karena kaulah yang termanis didalam hatiku
Dengan ketulusan caramu mencintaiku
Dan saat ini aku ingin terus berteduh dalam rumah hatimu
N.K.S

Aku;
Terjaga dalam malam menyambut pagi dengan lembut
Ketika tiba-tiba kau menyelinap masuk dalam ingatan
Duduk dan bersenda gurau bersama kenangan
Seperti yang biasa sering kau lakukan

Dalam diam dan ketidaktenangan hatiku kini


Mencoba kembali memasuki ruang sunyi disisi hati
Lama sudah ruang itu kututup dan kukunci dengan rapi
Untuk sebuah rasa yang kini telah mampu menghangatkan hati

Aku tersadar, seperti terbangun dari mimpi yang panjang


Ketika ada yang datang mengetuk lembut pintu hati
dan aku hanya bisa tersenyum penuh arti ketika dia datang diketiadaanmu
dia adalah Waktu

Waktu;
Yang berdetak di dalam jantung hati mu (ku)
Terus bergemuruh seakan tak pernah berhenti
Kau dan aku masih saja menciptakan keheningan abadi
Dan telah menjadi benteng kebisuan di antara kebisingan hati
Masihkan kita akan bertahan dalam kesunyian yang angkuh ini?
Karena dia telah datang membawa waktu bersamanya
Dia; yang senyum dan tawanya selalu mengartikan keberadaanmu

Kau
kenanganku(mu)
apa kabar hatimu hari ini?
Bilamana kita bertemu kelak, aku ingin kita tersenyum dan tertawa
bersama, bukan untukku; tapi untuknya dan hatinya.

Anda mungkin juga menyukai