Laporan KKL Rombel 01 Kesehatan Masyarakat
Laporan KKL Rombel 01 Kesehatan Masyarakat
Laporan KKL Rombel 01 Kesehatan Masyarakat
Laporan Ini Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Diampu oleh Dosen : Sofwan Indarjo., S.K.M., M.Kes.
Oleh :
Asti Widyastuti (6411417003)
Fiki Hidayati (6411417004)
Putri Ayu Asmara (6411417007)
Nurkhaqiqotul Mazidah (6411417015)
Balqisza Dima Attar Zach (6411417019)
Nasikhati Arikoh (6411417020)
Meli Wiranti (6411417028)
Madha Dwi Yulaicha (6411417029)
Alissa Ikrima Munawwaroh (6411417032)
i
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, karunia, serta inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dengan
baik. Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) penulis susun guna memenuhi
syarat Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang diampu oleh Bapak Sofwan Indarjo.,
S.K.M.,M.Kes.
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang telah diprogramkan oleh perguruan
tinggi ini bertujuan untuk memberikan pengalaman dan wawasan kepada
mahasiswa mengenai kehidupan di masyarakat maupun dunia kerja. Kegiatan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dilaksanakan pada 06-10 Agustus 2019 dengan
metode observasi dan dokumentasi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dan selalu memotivasi serta memberi semangat pada penulis untuk
menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini pasti masih
sangat jauh dari yang namanya kesempurnaan, dan tidak menutup kemungkinan
bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam laporan atau tulisan ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan bagi penulis.
Manfaat penyusunan proposal ini melatih pengembangan keterampilan membaca
yang efektif dan memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah KKL .................................................................. 1
1.2 Ruang Lingkup Kerja Kuliah ................................................................... 1
1.3 Deskripsi Kegiatan KKL .......................................................................... 2
1.4 Tujuan ....................................................................................................... 4
1.5 Manfaat KKL ........................................................................................... 4
BAB II GAMBARAN UMUM.............................................................................. 6
2.1 PT. UJB UP PAITON Unit 1&2 ................................................................... 6
2.1.1 Sejarah Perusahaan ................................................................................. 6
2.1.2 Lokasi Perusahaan .................................................................................. 7
2.1.3 Kapasitas Daya ...................................................................................... 7
2.1.4 Struktur Organisasi ................................................................................. 8
2.1.5 Visi dan Misi Perusahaan ....................................................................... 9
2.2 PUSKESMAS KUTA 1 .............................................................................. 10
2.2.1 Sejarah .................................................................................................. 10
2.2.2 Fungsi Puskesmas Kuta 1 ..................................................................... 10
2.2.3 Kedudukan dan Organisasi ................................................................... 10
2.2.4 Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas Era Desentralisasi .................... 11
2.3 DESA ADAT PENGLIPURAN BALI ...................................................... 11
2.3.1 Sejarah .................................................................................................. 11
2.3.2 Determinan Sosial Budaya dan Kesehatan ........................................... 12
2.3.3 Program kesehatan ................................................................................ 16
BAB III TELAAH KRITIS .................................................................................. 17
3.1 PT. UJB UP PAITON Unit 1&2 ................................................................ 17
3.1.1 Jenis dan Bentuk Kegiatan Kerja Kuliah .............................................. 17
3.1.2 Permasalahan Yang di Hadapi Beserta Cara Menghadapinya.............. 20
3.2 PUSKESMAS KUTA 1 ............................................................................. 20
3.2.1 Penyelenggaraan Puskesmas ................................................................ 20
iii
3.2.2 Upaya Kesehatan Perorangan, Kefarmasian, dan Laboratorium ......... 20
3.2.3 Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan .... 21
3.2.4 Pelayanan Kesehatan Luar Gedung ..................................................... 21
3.2.5 Sistem Manajemen Mutu ..................................................................... 21
3.2.6 Tim Manajemen Mutu ......................................................................... 22
3.2.7 Manajemen Risiko K3 ......................................................................... 22
3.2.8 Manajemen Risiko (Keselamatan Pasien) di Puskesmas ..................... 22
3.3 Desa Panglipuran ......................................................................................... 23
3.3.1 Bidang K3 ............................................................................................. 23
3.3.2 Bidang kesehatan lingkungan ............................................................... 23
3.3.3 Bidang kebijakan kesehatan.................................................................. 23
3.3.4 Bidang promosi kesehatan .................................................................... 23
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 24
4.1 Simpulan ................................................................................................. 24
4.2 Saran ....................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberian kuliah bagi para mahasiswa tidak hanya dalam bentuk materi
dan dalam lingkup kampus, tetapi juga perlu adanya kegiatan yang mengajak para
mahasiswa terjun langsung dalam segala bidang yang sesuai dengan disiplin studi
yang tengah ditempuh.
1
1.3 Deskripsi Kegiatan KKL
Jam 05.00 WIB Sholat subuh di Masjid terdekat disertai sarapan pagi di
Jam 10.00 WIB PLTU Paiton Unit 9 ( Program Studi Kesmas ) BUS 2
Jam 10.00 WIB PT. PETROGAS Gresik ( Program Studi Kesmas ) BUS 3
Jam 11.00 WIB POCARI SWEAT ( Program Studi Gizi ) BUS 4 dan BUS
Jam 04.00 WITA Transit di Hotel Pelopor , sholat, mandi dan makan pagi
Jam 12.00 WITA Makan siang dan wisata belanja di Dewata oleh -oleh
2
Jam 13.30 WITA kunjungan di Desa Adat Panglipuran
Jam 19.30 WITA Makan malam di Pusat Oleh oleh Cening Bagus
Jam 11.00 WITA Tanjung Benoa ( Water Sport ) disertai makan siang
3
SABTU, 10 AGUSTUS 2019
Semarang
1.4 Tujuan
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini mejadi salah satu media pembelajaran untuk
mengetahui kesesuaian antara teori yang telah didapatkan penulis di bangku
kuliah dengan praktek di lapangan. Terlepas dari itu semua tentunya penulis
mendapatkan pengetahuan dan pengembangan wawasan dalam melatih mental
serta komunikasi untuk berinteraksi langsung di dunia kerja.
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini menjadi salah satu cara bentuk kepedulian
perusahaan atau CSR (Corporate Social Responsibilty) dalam bidang pendidikan
yang diberikan kepada masyarakat khusunya mahasiswa. Selain dari itu dapat
dijadikan sebagai sarana dan penelitian yang sekiranya dapat dikembangkan oleh
perusahaan.
4
1.5.3 Bagi Puskesmas Kuta 1
Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk informasi atau
sebagai referensi bagi mahasiswa, pembaca, sekaligus sebagai acuan untuk bahan
pembelajaran dan pengembangan puskesmas kedepan.
Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk informasi atau
sebagai referensi bagi pembaca, sekaligus sebagai acuan untuk bahan
pembelajaran.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM
6
2.1.2 Lokasi Perusahaan
Lokasi PLTU Paiton berlokasi di Jalan. Raya Surabaya - Situbondo km
142, desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Adapun letak posisi
PLTU Paiton kurang lebih 40 km ke arah timur dari pusat kota probolinggo.
Gambar 2.1 menunjukkan kompleks PLTU Paiton, PLTU Paiton dibangun diatas
areal tanah seluas 476 Ha, termasuk 200 Ha areal pembuangan abu (Ash Disposal
Area) dan 32 Ha digunakan sebagai perumahan karyawan.
7
bahan bakar, dalam prosesnya juga membutuhkan boiler make up water sebanyak
438.000 ton yang bersumber dari air tanah dan cooling water condenser yang
bersumber dari air laut. Cooling water condenser menggunakan sistem sirkulasi
terbuka dengan satu laluan (one through).
8
2.1.5 Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan misi perusahaan merupakan salah satu hal yang membentuk inti
perusahaan. Visi dan misi merupakan landasan bagi sebuah perusahaan untuk
mencapai tujuan. Visi dari PT PJB UP Paiton, yaitu “Menjadi perusahaan
terpercaya dalam bisnis pembangkitan terintegrasi dengan standar kelas dunia”.
Misi dari PT PJB UP Paiton, yaitu:
1. Memberi solusi dan nilai tambah dalam pembangkitan terintegrasi untuk
menjaga kedaulatan nasional.
2. Menjalankan bisnis pembangkitan secara berkualitas, bersaing, dan ramah
lingkungan.
3. Mengembangkan kopentensi dan produktivitas Human Capital untuk
pertumbuhan yang berkesinambungan.
Selain visi dan misi seperti disebut di atas, PT PJB UP Paiton juga mempunyai
budaya perusahaan yang dikenal dengan sebutan 5S. 5S merupakan singkatan dari
nilai-nilai budaya perusahaan, yaitu:
a. Seiri (Pemilahan)
Singkirkan segala barang yang tidak diperlukan di dalam aktivitas kerja.
b. Seiton (penataan)
Letakkan barang sesuai posisi sehingga siap digunakan saat diperlukan.
c. Seiso (pembersihan)
Bersihkan peralatan dan area kerja.
d. Seiketsu (pemantapan)
Identifikasi metode dan terapkan secara konsisten.
e. Shitsuke (pembiasaan)
Pemeliharaan kedisiplinan menjadikan 5S menjadi sebuah budaya dan
terus ditingkatkan.
9
2.2 PUSKESMAS KUTA 1
2.2.1 Sejarah
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif , untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
10
2.2.4 Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas Era Desentralisasi
a. Kepala Puskesmas
b. Wakil Kepala Puskesmas
c. Unit TU
d. Unit Fungsional
2.3.1 Sejarah
Penglipuran adalah salah satu desa adat dari Kabupaten Bangli, Provinsi
Bali, Indonesia. Desa ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Bali
karena masyarakatnya yang masih menjalankan dan melestarikan budaya
tradisional Bali di kehidupan mereka sehari-hari. Arsitektur bangunan dan
pengolahan lahan masih mengikuti konsep Tri Hita Karana, filosofi masyarakat
Bali mengenai keseimbangan hubungan antara Tuhan, manusia ,dan
lingkungannya. Mereka berhasil membangun pariwisata yang menguntungkan
seluruh masyarakatnya tanpa menghilangkan budaya dan tradisi mereka. Pada
tahun 1995, Desa Penglipuran juga mendapatkan penghargaan Kalpataru dari
Pemerintah Indonesia atas usahanya melindungi Hutan Bambu di ekosistem lokal
mereka. Secara administratif, desa adat ini termasuk dalam wilayah Keluruhan
Kubu, Kecamatan Bangli, Bangli. Total area dari desa ini mencapai 112 hektar
dengan ketinggian 500-600 meter diatas laut dan berlokasi sekitar 5 kilometer dari
kota Bangli atau 45 kilometer dari Kota Denpasar. Desa ini dikelilingi oleh desa
adat lainnya, seperti Desa Kayang di utara, Desa Kubu di timur, Desa Gunaksa di
selatan dan Desa Cekeng. Temperatur bervariasi dari sejuk sampai dingin (16-29
°C) dan curah hujan rata-rata 2000 mm pertahun. Permukaan tanah termasuk
rendah dengan ketinggian 1-15 meter.
11
Tetapi karena jaraknya yang cukup jauh, Kerajaan Bangli akhirnya memberikan
daerah sementara kepada orang Bayung Gede untuk beristirahat. Tempat
beristirahat ini sering disebut sebagai Kubu Bayung. Tempat inilah kemudian
yang dipercaya sebagai desa yang mereka tempati sekarang. Mereka juga percaya
bahwa inilah alasan yang menjelaskan kesamaan peraturan tradisional serta
struktur bangunan antara desa Penglipuran dan desa Bayung Gede.
Mengenai asal mulai kata Desa Penglipuran, ada 2 persepsi berbeda yang
diyakini oleh masyarakatnya. Yang pertama adalah Penglipuran berarti “pengeling
pura” dengan “pengeling” berarti ingat dan “pura” berarti tempat leluhur[3].
Presepsi yang kedua mengatakan bahwa penglipuran berasal dari kata “pelipur”
yang berarti hibur dan “lipur” yang berarti ketidakbahagiaan. Jika digabungkan
maka penglipuran berarti tempat untuk penghiburan. Persepsi ini muncul karena
Raja Bangli pada saat itu dikatakan sering mengunjungi desa ini untuk
bermeditasi dan bersantai.
12
dengan orang yang beda agama. Dalam pawongan bentuk-bentuknya
meliputi sistem perkawinan, organisasi, perwarisan dan lain-lain.
c) Hubungan manusia dan lingkungan, masyarakat desa penglipuran
diajarkan untuk mencintai alam lingkungannya dan selalu merawatnya,
tidak heran kalau desa penglipuran terlihat begitu asri.
a) Utama Mandala
b) Madya Mandala
c) Nista Mandala
Nista mandala ini adalah tempat yang paling buruk, disana terdapat
kuburan dari masyarakat penglipuran.
Konsep tri mandala tidak hanya berlaku bagi tata ruang desa tetapi juga
bagi tata ruang rumah hunian. Setiap kapling rumah warga Penglipuran terbagi
13
menjadi tiga bagian. Di halaman depan, terdapat bangunan angkul-angkul dan
ruang kosong yang disebut natah; bagian tengah adalah tempat berkumpulnya
keluarga; dan di bagian paling belakang terdapat toilet, tempat jemuran, atau
kandang ternak.
2.3.2.3 Perkawinan
Di desa ini ada adat yang berlaku soal perkawinan yakni pelarangan
poligami terhadap para penduduknya. Adat melarang hal tersebut demi menjaga
para wanita. Meskipun ada yang boleh melakukan poligami namun akan
mendapat sanksi. Sanksi biasanya si poligami akan ditempatkan pada tempat yang
bernama nista mandala. Dan dilarang melakukan perjalanan dari selatan ke utara
karena wilayah utara bagi orang penglipuran adalah wilayah yang paling suci.
Masyarakat Penglipuran juga pantang untuk menikahi tetangga disebelah kanan
dan sebelah kiri juga sebelah depan dari rumahnya. Karena tetangga-tetangganya
tersebut sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Bagi warga yang ingin menikah
dengan orang di luar Penglipuran bisa saja. Dengan ketentuan bila mempelai laki-
laki dari Penglipuran maka mempelai perempuan yang dari daerah lain harus
masuk menjadi bagian dari adat Penglipuran. Yang menarik adalah jika mempelai
perempuan dari desa penglipuran dan laki-lakinya dari adat yang lain, maka bisa
saja laki-laki tersebut masuk ke dalam adat Penglipuran dan hidup di desa
Penglipuran tetapi dengan konsekuensi laki-laki tersebut dianggap wanita oleh
warga lainnya. Maksudnya tugas-tugas adat yang dia laksanakan adalah tugas
untuk para wanita bukan tugas para lelaki.
14
yang seragam. Keseragaman dari wajah desa tersebut disamping karena adanya
keseragaman bentuk juga dari keseragaman bahan yaitu bahan tanah untuk
tembok penyengker dan angkul-angkul (pol-polan) dan atap dari bambu yang
dibelah untuk seluruh bangunan desa. Penggunaan bambu baik untuk atap,
dinding maupun lain-lain kebutuhan merupakan suatu keharusan untuk digunakan
karena desa Penglipuran dikelilingi oleh hutan bambu dan masih merupakan
teritorial desa Penglipuran.
15
2.3.2.7 Kesenian
Di Desa Penglipuran terdapat tari-tarian yaitu tari Baris. Tari Baris
sebagai salah satu bentuk seni tradisional yang berakar kuat pada kehidupan
masyarakatnya dan hidup secara mentradisi atau turun temurun, dimana
keberadaan Tari Baris Sakral di Desa Adat Penglipuran adalah merupakan tarian
yang langka, dan berfungsi sebagai tari penyelenggara upacara dewa yadnya.
Adapun iringan gambelan yang mengiringi pada saat pementasan semua jenis Tari
Baris Sakral tersebut adalah seperangkat gambelan Gong Gede yang didukung
oleh Sekaa Gong Gede Desa Adat Penglipuran. Unsur bentuk ini meliputi juga
keanggotaan sekaa Baris sakral ini di atur di dalam awig-awig Desa Adat
Penglipuran. Kemudian nama-nama penari ketiga jenis Baris sakral ini juga telah
ditetapkan, yakni Baris Jojor 12 orang, Baris Presi 12 orang, dan Baris Bedil 20
orang.
16
BAB III
TELAAH KRITIS
Program H&S di PT. PJB UP Paiton Unit 1 dan 2 Jawa Timur dibuat
berdasarkan kebijakan K3 tujuan dan sasaran yang dibuat oleh manajemen puncak
serta berdasarkan hasil Hazard Identification, Risk Assessment dan Determining
Control. Pemasangan rambu-rambu K3 yang dipasang diseluruh area PLTU
Paiton Unit 1 dan 2, dimana area tersebut dianggap rawan untuk keselamatan
kerja serta pengawasan K3 melalui sistem inspeksi dan audit K3. Adapun
beberapa contoh program yang dilaksanakan di PT. PJB UP Paiton Unit 1 dan 2
Jawa Timur antara lain sebagai berikut :
a. Safety Program
Safety Induction : Petunjuk awal untuk seluruh karyawan dan tamu
PT. PJB UP Paiton Unit 1 dan 2 Jawa Timur mengenai peraturan
atau hal yang berkaitan dengan prosedur keamanan di PLTU
Paiton Unit 1 dan 2.
Safety Working Group : Forum komunikasi dan konsultasi disetiap
section untuk membicarakan mengenai isu-isu atau sharing health
and safety seputar area PLTU Paiton Unit 1 dan 2.
b. Occupational Health Program
17
Berkaitan dengan kesehatan untuk seluruh karyawan PT. PJB UP Paiton
Unit 1 dan 2 Jawa Timur, seperti pemeriksaan kesehatan rutin (MCU),
pengobatan, imunisasi, dan lain-lain.
c. Contractor Safety Management
Berkaitan dengan health and safety untuk seluruh tamu atau pekerja
kontrak yang berada di area PLTU Paiton Unit 1 dan 2, seperti pemeriksaan
keamanan peralatan, sertifikasi dan surat ijin kerja.
Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri yang dapat disebut APD merupakan suatu alat yang
memiliki kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang
fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja, bahaya di tempat kerja dan
memperkecil akibat yang timbul dari bahaya tersebut. APD merupakan
pengendalian terakhir jika pengendalian lain tidak mungkin dilakukan atau masih
kurang efektif. Beberapa persyaratan APD adalah:
Harus dapat memberikan perlidungan yang memadai dari bahaya di
tempat kerja.
Beratnya harus seringan mungkin dan nyaman dipakai.
Harus dapat dipakai secara fleksibel, tidak mungkin rusak.
Bentuknya harus cukup menarik.
Tidak menimbulkan bahaya tambahan dan tidak mengganggu gerak si
pengguna.
Harus memenuhi ketentuan standart yang ada.
Harga murah dan suku cadangnya tersedia.
APD yang wajib digunakan oleh karyawan PT. PJB UP Paiton Unit 1 dan 2 Jawa
Timur ketika memasuki local area terdiri dari : safety helmet, safety clothes, dan
safety shoes. Ketiga jenis APD ini wajib digunakan oleh siapa saja baik itu
karyawan, kontraktor, dan tamu yang akan memasuki area main plant.
Beberapa jenis APD yang dapat digunakan untuk melindungi bagian tubuh
adalah:
Kepala : safety helmet, pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai
bahan.
Mata : safety glasses.
18
Muka : perisai muka.
Tangan dan jari : gloves, mitten, handpad, sleeve, cotton gloves.
Kaki : safety shoes.
Alat pernafasan : respirator, masker khusus.
Telinga : ear plug, ear muff.
Tubuh : overall, apron, safety clothes dari berbagai bahan seperti drill,
kulit, plastik, asbes, kain dilapisi alumunium.
19
3.1.2 Permasalahan Yang di Hadapi Beserta Cara Menghadapinya
a. Pelayanan IMS
b. Pelayanan VCT
c. Pelayanan satelit PTRM
d. Pelayanan satelit ARV
e. Pelayanan satelit LASS
f. Pelayanan satelit IPWL
g. Pelayanan satelit TB MDR
h. Pelayanan satelit MTBS
i. Pelayanan satelit rotgen
j. Pelayanan satelit loket
20
k. Pelayanan satelit adiksi
1. Puskesmas pembantu
2. Puskesmas keliling
3. Bidan desa
4. Juru pemantau jentik
5. Tenaga kesehatan keliling
6. Fasilitas pelayanan kesehatan
21
3.2.6 Tim Manajemen Mutu
22
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. II tahun 2017, menjelaskan
bahwa :
1. Organisasi
2. Panduan program keselamatan pasien
3. Pelaporan dan monitoring (KTC, KNC, KTD, dan KPC)
3.3.1 Bidang K3
Desa Panglipuran merupakan desa adat yang telah berkembang menjadi
desa wisata yang sangat ramai dikunjungi para wisatawan. Sehingga untuk
menjaga keselamatan dan kenyaman para wisata dalam melakukan kunjungan dan
pengambilan foto, maka kendaraan bermotor dilarang memasuki kawasan
pemukiman.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
1. Saat kunjungan di PT. PJB UP Paiton sebaiknya para mahasiswa diberikan
penjelasan dan praktik secara langsung pengelolaan limbah perusahaan.
Tidak hanya pemberian materi tetapi juga praktik.
2. Saat kunjungan di Desa Adat Panglipuran, waktu sebaiknya fleksibel agar
dapat Tanya jawab dan mengamati Desa Adat Panglipuran
24
DAFTAR PUSTAKA
25
DOKUMENTASI
26
B. PUSKESMAS KUTA 1
27
C. DESA PANGLIPURAN
28