SMK Yabhinka Cilegon: Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut
SMK Yabhinka Cilegon: Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut
SMK Yabhinka Cilegon: Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu Melakukan
Pekerjaan bubut (dasar)
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Menyiapkan
Informasi dan Laporan Pelatihan ini guna memfasilitasi peserta latih sehingga pada
akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menerangkan penanganan dan fungsi tiap-tiap tuas dan menyebutkan bagian-
bagian dari mesin bubut.
2. Menjalankan dan menghentikan mesint bubut senter.
3. Menyetel putaran dan pemakanan.
4. Mebalik arah putaran.
5. Menentukan kecepatan potong yang benar untuk benda kerja dan perkakas
bubut tertentu berdasarkan suatu seketsa.
6. Merawat dan memelihara mesin bubut menurut aturan.
7. Menyebutkan perkakas-perkakas bubut yang telah diajarkan.
8. Menyebutkan satu per satu 3 kemungkinan untuk membuat tirus.
9. Menghitung besarnya penyetelan pada pembuatan tirus.
10. Menerangkan cara menguji dan mengukur tirus.
11. Menyebutkan satu per satu peraturan pencegahan kecelakaan.
BAB II
ANALISA KESELAMAN KERJA
a. Harus cermat, teliti, dan berfikir analitis dalam menganalisa jenis pekerjaan.
b. Harus cermat, teliti, dan berfikir analitis dalam Mengidentifikasi beberapa
metode dalam melakukan pekerjaan.
BAB III
MENENTUKAN KEPERLUAN PADA PEKERJAAN
1. Memahami gambar teknik, menentukan bagian dari proses dan memilih alat
bantu untuk menghasilkan komponen yang spesifik
BAB IV
PROSES MEMBENTUK PERMUKAAN PENDAKIAN
Kualitas produk merupakan masalah yang tidak bisa diabaikan, oleh karenanya
pengetahuan tentang pengukuran yang dilakukan terhadap benda kerja
merupakan produk yang sangat vital dalam menjamin kualitas dari produksi
yang dihasilkan. Pengetahuan tentang pengukuran yang dimaksud adalah
pengetahuan teknik untuk melakukan pengukuran atas bagian-bagian dan suatu
benda hasil produksi, baik mengukur dimensi ataupun sifat geometris, berat,
temperatur, kekerasan dari suatu produk atau parts mesin dengan alat dengan
cara yang tepat, sehingga hasil pengukurannya dianggap sebagai hasil yang
paling dekat dengan ukuran sesungguhnya.
2. Klasifikasi Pengukuran
BAB V
PENGOPERASIAN MESIN BUBUT
1. Membubut Umum
a. Cara Kerja : dengan pengambilan tatal
b. Gerakan utama : berbentuk lingkaran (gerak putar)
c. Gerakan penyetelan : lurus dalam 2 arah
1. Rangka
2. Bangku mesin bubut
3. Kepala tetap
4. Eretan perkakas
5. Kepala lepas
6. Penggerak
b. Eretan perkakas
Terdiri atas:
1) Eretan bangku
2) Eretan melintang
3) Eretan atas yang dapat berputar
4) Pemegang perkakas
Pemakanan :
Pemakanan ialah jarak dengan satuan mm, yang di tempuh oleh pahat bubut
dalam satu putaran benda-kerja dalam arah memanjang atau melintang.Kotak
kunci dihubungkan dengan kuat paea eretan perkakas.
c. Kotak kunci
d. Kepala lepas
pucuk senter (d)” atau perkakas dipasang dalam pinole © dengan “tirus morse”,
bila membubut antara 2 senter pinole © di kencangkan dengan “tuas pengencang
(f)”.
“pucuk senter (d)” atau perkakas dipasang dalam pinole © dengan “tirus morse”,
bila membubut antara 2 senter pinole © di kencangkan dengan “tuas pengencang
(f)”.
e. Penyangga-penyangga
Benda-kerja yang panjang dengan penampang kecil akan menyimpang dari sisi
potong pahat bubut uang disebabkan oleh tekanan potong dan menimbulkan
penyimpangan-penyimpangan yang mengakibatkan permukaan manjadi tidak
bersih dan benda-kerja menjadi tidak bulat. Hal ini dapat dihindarikan dengan
penggunaan kepala penyangga.
Dibedakan atas :
1. Penyangga tetap
2. Penyangga jalan
b. Dibedakan atas :
1) Menjepit antara 2 senter (between centers)
2) Menjepit pada cekam (chuck)
3) Menjepit pada kolet (collets)
a. Pemakaian :
Pada benda-kerja yang panjang dan berbentuk poros.Benda-kerja dijepit
antara ujung senter dari spindel kerja dan kepala lepas.Benda-kerja ikut
berputar oleh jantung bubut (lathe dog) atau pembawa bagian muka (driving
plate).
b. Lubang senter :
1) Senter pejal
Benda-kerja ikut berputar karena terbawa oleh jantung bubut (Lathe dog) :
Pada poros mesin bubut terdapat cakram pembawa (driving plate) dengan baud
pembawa.
Benda-kerja ikut berputar karena terbawa oleh pembawa bagian muka (driving face).
Pembawa bagian muka mempunyai pucuk penitik yang bepegas (a) untuk
memegang benda-kerja. Berputarnya benda-kerja terbawa oleh sejumlah baut-baut
logam yang telah diperkeras.
Dan letaknya di atur sehingga berbentuk lingkaran (b).
Dibedakan atas :
1) Cekam 3 rahang- untuk benda-kerja dan benda-kerja berbentuk segi-3, segi-6,
segi-12
2) Cekam 4 rahang – untuk menjepit benda kerja dengan bentuk yang cermat,
bulat, segi-4 segi-8
3) Cekam bebas - untuk menjepit benda-kerja yang lebih besar, benda-kerja
dengan dengan bentuk tidak teratur
a. PAHAT BUBUT
a) Sudut pada sisi potong
Pahat awal tekuk kanan digunakan untuk membuat benda-kerja yang panjang
dan polos.Pahat bubut samping digunakan untuk membubut benda-kerja yang
panjang dan untuk membubut pinggiran.
Pemegang kelem dan mata pahat mempunyai macam – macam bentuk, sehingga
memungkinkan pemecahan hampir semua persoalan kerja permesinan. Mata pahat
memiliki antara 2 sampai 8 sisi potong utama.Apabila sudah tidak dapat digunakan
maka mata pahat dibuang.
Keuntunganya :
Bila lengan tuas terlalu panjang, maka pahat akan melengkung dan
berayun seperti pegas.
Permukaan benda-kerja menjadi tidak cermat dan bergelombang.
Kesalaha penyepitan :
Hal ini terjadi bila terlalu banyak pelat digunakan yang bagian depannya tidak
dipotong rata, atau biala digunakan pelat yang melengkung.
Agar dapat bekerja secara ekonomis , perlu ditentukan kecepatan potong yang
menguntungkan.
Pemilihan kecepatan ptotong selain tergantung dari mesinnya juga tergantung
dari :
1) Bahan yang di kerjamesinkan (lunak, keras)
2) Bahan perkakas (baja perkakas, logam keras)
3) Urutan kerja (kasar, halus)
4) Pendinginan
Kecepatan potong adalah jarak yang ditempuh oleh titik P, pada benda-kerja
dengan garis tengah d dalam waktu 1 menit diukur dalam meter.
Dari rumus ini kita dapat menghitung baik garis tengah maupun jumlah putaran
sesuai dengan yang kita kehendaki.
c. KARTEL
Untuk membuat permukaan bagian yang di putar agar tidak licin (perkakas ,
pegangnan pemutar ragum dan semacam itu), permukaan benda-kerja dibuat
kartel (bergerigi). Menurut posisi gigi-gigi pada perkakas kartel, kartel dibagi
sebagai berikut :
2) Kartel silang
Untuk kartel kanan kiri, umumnya digunakan pemegang yang dapat diayun
dengan 2 buah roda bergigi yang sedang di gunakan dan yang mempunyai
arah gigi yang berlawanan.
Pemegang roda di jepit pada pemegang perkakas dan dengan eretan
melintang ditekankan terhadap benda-kerja yang berputar.
Rol-rol yang ikut serta berputar menekankan girigi-geriginya terhadap benda-
kerja dan memindahkan profil tersebut.Pada permukaannya.
Garis tengah benda-kerja yang harus dikartel dibuat setengah jarak gigi lebih
kecil.
(misalnya : 29 mm; t = 1 mm; dibuat dengan ukuran 28,5 mm),
Pemakanan eretan bangku harus 2/3 sampai ¾ kali jarak gigi.
(Misalnya ; t = 1 mm, s = 0,7 mm).
Cara yang paling mudah dalam pembuatan ulir dilakukan dengan perkakas pembuat
ulir (tap dan snei)
Pada mesin bubut umumnya dibuat ulir dengan pahat ulir yang mempunyai profil ulir
(ulir runcing, rata, trapesium, gigi gregaji atau bulat).
Cara pengasahan pahat ulir adalah menurut suatu mal asah.
Sebelum pembuatan ulir, mal asah ditempelkan pada benda-kerja dan kemudian
pahat bubut ulir disetel, agar mendapatkan posisi sisi ulir terhadap benda-kerja yang
benar.
Sesudah mengatur mesin pada kisar ulir yang diperlukan maka dilakukan uji coba
dengan kedalaman pahat sedikit saja, untuk mengetahui apakah kisarnya cocok.
Untuk dapat mengatasi kedalaman ulir yang dibuat, maka skala eretan melintang
dipasang pada kedudukan nol. Karena pengeluaran tatalan tidak boleh tegak lurus
terhadap sumbu, benda-kerja (sisi ulir yang tidak bersih, sisi potong cepat aus), maka
skala eretan atas juga disetel pada nol.
Penyetelan dilakukan pada setiap pemotongan dalam 2 arah – radial dan aksial
terhadap sumbu benda-kerja. Hal ini berarti , radial dengan eretan melintang, dimana
eretan atas pada saat yang sama di geser ke kiri.
Sisi potong sebelah kiri melakukan kerja potong utama, sedangkan sebelah kanan
hanya mengambil tatal halus.Sebelum mencapai kedalaman ulir yang di perlukan,
dimulai menguji ulinrnya. Ulir luar diuji dengan mur penguji ulir, ulir dalam dengan
baut penguji ulir.
Pembagaian ulir
8 Membuat Tirus
Yang di maksud dengan “tirus” adalah menda bulat yang garis tengahnya makin
kecil secara teratur.
1) Simbol – simbol pada tirus
l = Panjang tirus
D = diameter besar
d = diameter kecil
α = sudut tirus
= sudut penyetelan
1 : k = perbandingan tirus
1 : 2k = kelandaian tirus
Sudut penyetelan sama dengan setengah sudut tirus; perbandingan tirus 1 : k berarti
Contoh 1 :
D = 20 mm
`d = 10 mm
I = 50 mm
I:k=?
Contoh 2:
D = 35mm
`d = 16 mm
I = 76 mm
I:k=?
Dari rumus ini kita dapatkan suatu hasil, yang menunjukan suatu sudut yang dimilikinya.
Sudut ini dapat di baca dalam tabel tangens ( lihat buku tabel)
Contoh :
D = 78,7 mm
`d = 60 mm
I = 170 mm 0,055 = 3
Pengguanaan :
Untuk semua sudut tirus, tetapi hanya cocok untuk tirus pendek, perubahan setelan
eretan atas untuk mendapatkan sudut penyetelan dilakukan dengan menggunakan
skala derajat.
Penggunaan :
Untuk membubut tirus yang panjang dan ramping dianrar 2 senter; penitik
kepala lepas diubah kedudukannya sehingga melintang terhadap sumbu
benda-kerja.
Perubahan setelan kepala lepas ini maksimum 1/50 kali panjang benda-kerja
(beban berat bagi pucuk penitiknya).
Garis selubung tirus setelah selesai dikerjakan letaknya sejajar dengan bangku
mesin.
Disamping itu dibedakan atas antara tirus y;ang memakai sambungan dan yang
tanpa sambungan.
a. Apabila tirusnya sepanjang benda-kerja, maka ukuran penyetelan kepala lepas
sama dengan setengah selisih garis tengahnya.
Contoh :
D = 50 mm
d = 45 mm VR =
VR = ?
b. Pada tirus dengan sambungan, kepala lepas disetel sedemikian rupa, seolah-olah
tirus meliputi seluruh panjang benda-kerja. Penyetelan kepala lepas menjadi lebih
besar dengan perbandingan seluruh panjang benda-kerja L dibandi panjang tirus
sebenarnya I.
Contoh :
L = 1400 mm VR =
I = 800 mm
D = 50 mm 1:k=
d = 45 mm
VR = ?
I:k=?
Garis tengah dan panjangnya dapat diukur langsung dengan jangka sorong atau
mikrometer untuk menguji tirus yang sesungguhnya digunakan selongsong uji
tirus untuk tirus luar dan untuk tirus dalam digunakan poros penguji tirus.
Pada pengujian tirus, alat penguji atau benda-kerja diberi 2 garis tipis pakai
kapur yang letaknya berbeda 180
Kedua-duanya dalam keadaan saling dimasukan dan di putar.Di tempat-tempat
dimana garis kapur terhapus, tirusnya mendapatkan beban (bergeseran); tetapi
tidak pada tempat-tempat dimana garis kapur tetap ada.
BAB VI
PERIKSA KOMPONEN UNTUK DENGAN SPESIFIKASI
Meja (Bed)
Kepala tetap
Pembawa (carriage)
DAFTAR PUSTAKA
A. Dasar Perundang-undangan
1. Kepmen Nomor : KEP.240/MEN/X/2004 tentang Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Logam Mesin
B. Buku Referensi
1. Pedoman Belajar Unit 15.4A,V4, IAPSD, Version September 2001
2. Lembaran proses, gambar, lembaran pemeriksaan ditempat kerja.
3. Prosedur kerja standard an rencana mutu di tempat kerja.
4. Membubut 1 VA. TECH VOEST MCE
D. Referensi lainnya
1. Pengukuran, PPPGT
Daftar Peralatan/Mesin
A. ALAT
2 Jangka Sorong
3 Mikro Meter
4 Dial Indicator
5 Mall Ulir
B. BAHAN
11 Boardmarker 2 buah
TIM PENYUSUN
Instruktur Teknik
1. Agus Setiawan, ST BBPLK Serang
Manufaktur