273 - Laporan Praktikum Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3 Kelas 2 2017 New
273 - Laporan Praktikum Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3 Kelas 2 2017 New
273 - Laporan Praktikum Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3 Kelas 2 2017 New
STRUKTUR PLAT
Oleh:
KELOMPOK III
KELAS 2
Oleh :
KELOMPOK III
KELAS 2
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat-Nyalah
Laporan Praktikum Teknologi Bahan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini merupakan syarat wajib bagi Mahasiswa Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Sipil yang mengikuti mata kuliah Praktikum Teknologi
Bahan. Selain itu laporan praktikum ini merupakan hasil dari praktik langsung
sekaligus merupakan penerapan teori–teori yang telah diberikan pada saat kuliah.
Dalam penyusunan laporan ini penyusun banyak mendapat bimbingan dan
informasi yang sangat berharga dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Anak Agung Gede Sutapa, ST, MT selaku dosen pengajar dan
pembimbing praktikum dalam mata kuliah Praktikum Teknologi Bahan.
2. Teknisi Laboratorium Bahan Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Universitas Udayana.
3. Semua pihak yang turut membantu kami dalam menyelesaikan Laporan
Praktikum Teknologi Bahan.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu sangat diharapkan saran–saran maupun kritik–kritik yang sifatnya
membangun dari pembaca, sebagai bahan pertimbangan dan penyempurnaan
laporan ini di masa mendatang.
Penyusun
Gambar 2.5 Kurva Hubungan antara Gaya Tarik dengan Perubahan Panjang ..... 18
Gambar 2.6 Kurva Hubungan antara Gaya Tarik dengan Perubahan Panjang setelah
modifikasi.............................................................................................................. 18
Gambar 3.1 Grafik Pemeriksaan Analisa Gradasi Agregat Halus Zona 1 ............ 32
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen ............ 40
Gambar 4.2 Grafik Persen Agregat halus Terhadap Kadar Total Agregat yang
Dianjurkan Untuk Ukuran Butiran Maksimum 40 mm ........................................ 44
Gambar 4.3 Perkiraan Berat Jenis Beton Basah yang Telah Selesai Dipadatkan . 45
2.1 Beton
2.1.1 Definisi
Menurut SNI-03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal, yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara
semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air
dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat. Seiring dengan
penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan
rencana (f’c) pada usia 28 hari. Dalam stuktur sebuah bangunan, beton memiliki
peranan yang paling penting, dimana beton berfungsi sebagai penahan beban.
Dikarenakan beton memang memiliki fungsi utama untuk menahan beban maka
aplikasi beton kurang baik jika digunakan untuk menahan gaya tarik. Sehingga
biasanya digunakan tulangan-tulangan baja untuk membantu dalam mengatasi hal
tersebut, dikarenakan baja memiliki ketahanan gaya tarik yang baik.
Beton dengan kualitas yang baik haruslah kedap terhadap air, tahan terhadap
cuaca, tahan lama dan tidak retak. Addmixture atau zat tambahan biasanya diberikan
pada beton untuk memberikan karakteristik khusus yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas beton, mulai dari proses pengerjaan seperti kemudahan
pengerjaan (workability), waktu pengerasan sampai dengan meningkatkan nilai
kuat tekan beton dan durabilitasnya.
Nilai kuat tekan beton sendiri sangatlah dipengaruhi oleh interaksi antar
komponen-komponen penyusunnya, dimana semen, agregat halus dan air yang
membentuk pasta cair berupa mortar mengikat agregat kasar satu sama lain,
kemudian partikel-partikel dari agregat halus yang mengisi rongga-rongga pada
beton.
Beton sangat banyak digunakan sebagai bahan bangunan, karena dilihat dari
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
- Beton kuat terhadap pengkaratan akibat kondisi lingkungan, serta tahan aus
dan tahan kebakaran sehingga biaya perawatan relatif rendah.
Pada gambar 2.2 keretakan terjadi pada pasta, hal ini berarti kualitas
campuran buruk karena campuran antara semen dengan agregat masih lemah atau
permukaan agregat kasar halus karena tidak mempunyai daya cengkram yang baik.
Sedangkan pada gambar 2.3 keretakan terjadi pada agregat kasar, hal ini
berarti kualitas campuran baik karena campuran antara semen dan dan agregat
merekat dengan baik dan agregat kasar saling mengunci.
2.2 Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan
pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton.
Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi yaitu berkisar (60
- 70)% dari berat campuran beton. Selain sebagai pengisi, agregat memilki fungsi
lain yaitu sebagai penentu sifat mortar atau mutu beton yang akan dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam
atau agregat batuan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukuran butirnya, yaitu agregat kasardanagregat halus. Agregat halus
biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah,
kricak, dan lainnya. Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya
berukuran lebih kecil dari 40 mm, dan agregat yang ukurannya lebih besar dari 40
mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, seperti untuk pekerjaan jalan, tanggul-
tanggul penahan tanah, bronjong (bendungan), dan lainnya.
2.2.1 Agregat Halus
Menurut SNI-03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal, yang dimaksud dengan agregat halus adalah pasir alam
sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh
industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm. Sedangkan
menurut British Standard, agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4,80
2.3 Air
Air adalah zat atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi.
Salah satunya adalah dalam hal pembuatan beton. Pada pembuatan beton air
diperlukan dalam proses pengadukan untuk melarutkan semen sehingga
membentuk pasta (air bereaksi dengan semen) yang kemudian mengikat semua
agregat dari yang paling besar sampai paling halus. Pasta semen merupakan hasil
reaksi kimia antara air dan semen. Sehingga bukan perbandingan jumlah air
terhadap total berat campuran yang penting, tetapi justru perbandingan air dengan
semen atau yang biasa disebut Faktor Air Semen (FAS). Selain sebagai pembentuk
pasta, air juga menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar dapat mudah
dikerjakan dalam proses pengadukan, penuangan, maupun pemadatan.
Untuk memperoleh beton dengan kekuatan yang maksimal maka penggunaan
air harus diperhatikan. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya
gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan
menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan
mempengaruhi penguatan beton. Selain itu, nilai kadar air atau jumlah air yang
digunakan juga dipengaruhi oleh absorpsi material yang digunakan. Karena air
mempunyai peranan penting dalam pencampuran beton, maka air tidak dapat
ditambahkan sembarangan dalam pengadukan campuran beton, jadi harus diingat
faktor air semennya disesuaikan dengan kebutuhan dalam workability serta mutu
beton yang diinginkan. Dan yang perlu dicatat adalah jumlah air yang terlalu
banyak dapat menyebabkan kekuatan beton menjadi rendah.
Kualitas air sangat mempengaruhi kekuatan beton. Kualitas air erat kaitannya
dengan bahan-bahan yang terkandung dalam air tersebut. Air diusahakan agar tidak
membuat rongga pada beton, tidak membuat retak pada beton dan tidak membuat
2.4 Semen
Semen (cement) adalah perekat hidrolis (hydraulic binder) yaitu senyawa
yang terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi dengan air dan membentuk
zat baru yang bersifat sebagai perekat terhadap batuan. Semen adalah hasil industri
dari beberapa paduan bahan baku yaitu batu kapur/gamping sebagai bahan utama
dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa
padatan berbentuk bubuk (bulk), tanpa memandang proses pembuatannya, yang
mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Semen berfungsi untuk
mengikat agregat halus dan agregat kasar dengan air dalam suatu adukan, seperti
Al2O3+Fe2O3 dalam pozolan minimum 70%. Pozolan sendiri adalah bahan yang
mengandung silica amorf, apabila dicampur dengan kapur dan air akan membentuk
benda padat yang keras dan bahan yang tergolongkan pozolan adalah tras, semen
merah, abu terbang, dan bubukan terak tanur tinggi.
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai tahapan pemeriksaan kadar air,
pemeriksaan kandungan lumpur, pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat,
pemeriksaan berat satuan volume dan pemeriksaan gradasi agregat halus dan
agregat kasar secara terperinci dengan alat dan bahan yang digunakan serta cara
kerjanya. Data-data yang didapat dalam bagian ini akan digunakan untuk perencaan
campuran beton (mix design).
No Uraian Keterangan
𝑉1−𝑉2
3 Prosentase Kadar Air = × 100% 0,34 %
𝑉2
No Uraian Keterangan
𝑉1−𝑉2
3 Prosentase Kadar Air = × 100% 1,81 %
𝑉2
Uraian :
Dari pemeriksaan kadar air yang terdapat pada agregat halus maupun
agregat kasar didapat bahwa kadar air pada agregat halus = 0,34 % dan agregat
kasar = 1.81 %. Kadar air agregat kasar lebih besar dibandingkan dengan kadar air
agregat halus.
No Uraian Keterangan
Uraian :
Dari hasil pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus diperoleh kandungan
lumpur agregat halus sebesar 1,09%. Sedangkan untuk agregat kasar diperoleh
kandungan lumpur sebesar 0,17%. Hal tersebut menyatakan bahwa kandungan
lumpur kedua agregat memenuhi syarat dan layak digunakan untuk bahan
campuran beton.
3.3 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara volume agregat dan berat
volume air. Pemeriksaan terhadap berat jenis agregat dapat dilakukan dengan 3
cara, yaitu :
Uraian :
Berat jenis agregat halus SSD (Saturated Surface Dry) yang diperoleh adalah
2,416 dengan penyerapan air sebesar 1,52 %.
3.3.2 Agregat Kasar (Batu Pecah)
Tanggal : 9-12 Oktober 2018
Alat yang digunakan :
1. Timbangan
2. Talam
3. Keranjang
Bahan :
1. Agregat kasar SSD
2. Air
Cara kerja :
1. Siapkan agregat kasar kering oven 5 kg, kemudian masukkan kedalam air,
hitung beratnya didalam air.
Tabel 3.6 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Bt. Pecah (Agregat Kasar)
𝐵𝐾
4. Berat Jenis Bulk = (𝐵𝐽−𝐵𝐴) 2,272
𝐵𝐽
5. Berat Jenis SSD = (𝐵𝐽−𝐵𝐴) 2,318
𝐵𝐾
6. Berat Jenis Semu= (𝐵𝐾−𝐵𝐴) 2,38
𝐵𝐽−𝐵𝐾
7. Absorpsi= × 100% 2%
𝐵𝐾
Uraian :
Berat jenis agregat kasar SSD (Saturated Surface Dry) yang diperoleh adalah
2,318 dengan penyerapan air dalam agregat kasar sebesar 2 %.
E. Berat Isi Sample (C/D) 1,047 gram 1,468 gram 1,191 gram
E. Berat Isi Sample (C/D) 1,166 gram 1,630 gram 1,410 gram
90
80
70
60
50
40
30
Batas atas
20
Analisis
10
Batas bawah
0
0 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5 12.5 19 25.4 37.5
100
90
80
70
60
50
40
30
Batas atas
20 Analisis
10 Batas bawah
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
100
90
80
70
60
50
40
30
Batas atas
20
Analisis
10 Batas bawah
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75
0
4.75 9.5 19 37.5
100
90
80
70
60
50
40
Batas Atas
30
Analisis
20
Batas Bawah
10
0
4.75 9.5 19 37.5
Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat kasar diperoleh hasil bahwa agregat
kasar yang akan digunakan dalam praktikum teknologi bahan ini memiliki ukuran
maksimum 40 mm.
Nilai margin (m) = 12 Mpa jika data Sd tidak ada. Kuat rata-rata yang
ditargetkan (f’cr) = f’c +M
f’cr = 30 + 12 = 42 MPa
3. Jenis Semen
Jenis semen yang dipakai pada praktikum kali ini adalah Semen Tiga Roda
Tipe PCC.
Dari tabel diatas didapatkan bahwa kuat tekan beton dengan faktor air semen
0,5 pada umur 28 hari adalah sebesar 45 MPa.Sementara kuat rata-rata yang
ditargetkan adalah 42 MPa. Hubungan antara kuat tekan beton dan faktor air semen
dapat dilihat pada Gambar 4.1
0,52
FAKTOR AIR SEMEN
Gambar 4. 2 Grafik Hubungan antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
8. Tinggi Slump
Tinggi slump ditentukan antara 30 mm – 60 mm
Tabel 4. 4 Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m3) yang Dibutuhkan Untuk Beberapa
Tingkat Kemudahan Pengerjaan Adukan Beton
43
36
Gambar 4. 3 Grafik Persen Agregat halus Terhadap Kadar Total Agregat yang
Dianjurkan Untuk Ukuran Butiran Maksimum 40 mm
Dengan menarik garis vertikal faktor air semen 0,55 ke batas atas dan bawah zona
2, lalu tarik garis horizontal ke kiri sehingga diperoleh :
Batas atas = 43%
Batas bawah = 36%
Sehingga presentase agregat halus :
𝑏𝑎+𝑏𝑏
=
2
43+36
=
2
= 39,5%
Presentase agregat halus = 39,5%
Sehingga :
Presentase kadar agregat kasar = 100% - 39,5%
= 60,5 %
2205
2.35
Gambar 4. 4 Perkiraan Berat Jenis Beton Basah yang Telah Selesai Dipadatkan.
18. Kadar Agregat Gabungan
Kadar Agregat Gabungan= BJ beton – kadar air bebas – kadar semen
= 2205 – 170 – 327
= 1708 kg/m3
20. Kadar agregat kasar = kadar agregat gabungan- kadar agregat halus
= 1708 – 675
= 1033 kg/m3
Tabel 4. 5 Perencanaan Campuran Beton
Agregat Agregat
Campuran Volume Air (lt) Semen (lt)
Halus (lt) Kasar (lt)
Per m3 beton 170 296 423 795
Perbandingan Berat
Semen : Agregat halus : 1 : 1,43 : 2,68
Agregat Kasar
CATATAN :
Mengubah dari berat ke volume
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 327
a. Volume semen = = = 295,660 ~ 296 lt
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 1,106
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 675
b. Volume agregat halus = = = 423,462 ~ 423 lt
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 1,594
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑘𝑖𝑙 1033
c. Volume agregat kasar = = = 794,615 ~ 795 lt
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑘𝑖𝑙 1,300
Agregat Agregat
Campuran Volume Air (lt) Semen (lt)
Halus (lt) Kasar (lt)
Per m3 beton 190 295 431 796
Perbandingan Berat
Semen :Agregat halus : 1 : 1,46 : 2,69
Batu Pecah
Alas
Tongkat pemampat
b. Cara kerja :
1. Basahi corong cetakan dan kemudian letakkan di tempat rata, tidak
menyerap air dan ruangan cukup bagi pemegang corong untuk
secara kuat berdiri pada kedua kaki selama pengisian corong
dilakukan.
2. Corong cetakan diisi dalam 3 (tiga) lapisan masing-masing sekitar
1/3 volume corong. Setiap lapis beton cair dirojok dengan batang
baja diameter 16 mm, panjang 60 cm dan ujung bulat sebanyak 25
kali. Perojokan/pemukulan harus merata selebar permukaan lapisan
dan tidak boleh sampai masuk ke dalam lapisan beton sebelumnya.
3. Setelah lapisan ke-3 beton cair yang terakhir selesai dirojok, ratakan
bagian atas kerucut, diamkan selama 30 detik. Kemudian corong
diangkat tegak ke atas.
4. Pengukuran nilai slump dilakukan dengan meletakkan penggaris
dan batang baja horizontal di atas beton cair.
5. Beton yang memiliki perbandingan campuran yang baik akan
menampakkan penurunan bagian atas secara perlahan-lahan
danbentuk kerucut semula tidak hilang, seperti tampak pada gambar
dibawah ini:
Kerucut
Terpancung
Penggaris Nilai Slump
Beton Segar
Penjelasan:
Kekentalan suatu campuran sangat mempengaruhi besar kecilnya
nilai slump. Semakin kental suatu campuran, nilai slumpnya akan
semakin kecil. Sebaliknya, semakin encer suatu campuran nilai slump
akan semakin tinggi.
Dalam praktikum kali ini didapat nilai slump sebesar 8 cm, yang
mana sesuai dengan nilai slump yang disyaratkan sehingga tidak perlu
dilakukan penambahan ataupun pengurangan air.
1 7,563 2240,889
2 7,550 2237,037
3 7,916 2345,481
4 7,771 2302,518
5 7,528 2230,518
6 7,795 2309,620
7 7,617 2256,889
8 7,711 2284,741
9 7,585 2247,407
10 7,671 2272,889
Jumlah 76,707 22728,323
Rata-rata 7,670 2272,8323
σ'b
NO P (kN)
(MPa)
1 750 33,333
2 760 33,778
3 740 32,889
4 750 33,333
5 690 30,667
6 670 29,778
7 695 30,889
8 700 31,111
9 660 29,333
10 605 26,889
∑ MB = 0
AV . 45 – P1 . 30 – P2. 15 = 0
` AV . 45 – 15,5 . 30 – 15,5 . 15 = 0
AV = 15,5 kN
BV = 15,5 kN
2,325 kN m
+15,5 kN
-15,5 kN
c. Inersia Penampang:
Dimana dimensi penampang berbentuk segi empat dengan b = 0,16 m
dan h = 0,16 m.
1
I = 12 x b x h3
1
= 12 x 0,16 x0,163
= 5,461 x 10-5 m4
0,16
d. Y = = 0,08 m
2
= 3516 kN/m2
= 3,5 MPa
0,15 m
- 3,5 MPa
0,15 m
+ 3,5 MPa
6.3 Pembahasan
Pada uji kuat lentur balok, didapat kuat lentur balok adalah 3,5 MPa. Jadi
balok dapat menahan lentur sebesar 3,5MPa sampai balok itu patah. Menurut
SK.SNI.M-10-1991-03, Nilai kuat tarik beton sangat kecil, berkisar antara 9% -
15% dari nilai kuat tekannya. Dan pada pengujian ini didapat nilai kuat tarik adalah
4/27,52 x 100% = 12,71% dari nilai kuat tekannya.
7.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar air yang terkandung dalam agregat halus = 0,34% dan dalam agregat
kasar = 1,81%.
2. Kadar lumpur yang didapat dari perhitungan adalah untuk agregat halus =
1,09% dan agregat kasar = 0,17%.
3. Berat jenis SSD agregat halus (pasir) = 2,416 dengan penyerapan air
sebesar 1,52%. Dan berat jenis SSD agregat kasar (kerikil) = 2,318 dengan
penyerapan sebesar 2%.
4. Berat isi rata-rata sample yang didapat : semen = 1,349gr/cm3, pasir =
1,378gr/cm3, kerikil =1,310gr/cm3.
5. Agregat halus (pasir) termasuk ke dalam zona 1.
6. Agregat kasar memiliki ukuran butir agregat maksimum 40 mm.
7. Komposisi Campuran Beton dengan Mutu K300 :
a. Air : 10,206 kg
b. Semen : 18,540 kg
c. Agregat Halus : 37,818 kg
d. Agregat kasar : 58,684 kg
8. Nilai slumpnya adalah 80 mm.
9. Kuat tekan rata-rata untuk 10 kubus didapatkan 31,2 MPa dan kuat tekan
karakteristik sebesar 22,211 MPa dengan standar deviasi 4,912 Mpa.
10. Kuat lentur balok adalah 3,5 MPa.
7.2 Saran
1. Saat pemeriksaan sampel agregat, perlu diperhatikan kondisi sampel
tersebut, apakah dalam keadaan basah akibat hujan atau dalam keadaan
normal. Bila agregat dalam keadaan basah maka kadar air agregat akan
besar sehingga pada saat perhitungan komposisi campuran, air yang
digunakan akan lebih sedikit dari jumlah air yang harus digunakan dalam
keadaan normal.