Laporan PPKN Kebakaran Hutan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Makalah PPKn Kebakaran Hutan

Disusun oleh
1. Muh Fajar ( 25 )
2. M Dewandaru ( 19 )
3. Rizqi Rifandy ( 33 )
4. Ulliana Resanti ( 36)

Kelas XII IPA 3

SMA N 1 Sewon
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah PPKn ini yang berjudul Makalah PPKn Kebakaran Hutan
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik ataupun saran
dari semua pihak yang bersifat membangun kami terima untuk menyempurnakan makalah
ini. Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah berperan dalam
menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
yang terbaik bagi usaha kita. Amin

Bantul,10 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... ............. i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ............. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... ............. 1
1. Latar Belakang ............................................................................. ............. 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................ ............. 1
3.Tujuan ............................................................................................ ............. 1
4. Manfaat ......................................................................................... ............. 2
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................... ............. 3
BAB III PEMBAHASAN .................................................................... ............. 5
1. Kerusakan Hutan di Indonesia ................................................ ............. 5
2. Kebakarn Hutan ....................................................................... ............. 5
3. Penyebab dan Dampak ............................................................. ............. 6
4. Pencegahan ............................................................................... ............. 6
5. Penanggulangan ........................................................................ ............. 10
6. Contoh kasus ............................................................................. ............. 11
BAB IV PENUTUP ............................................................................... ............. 13
1. Kesimpulan ........................................................................................ ............. 13
2. Saran .................................................................................................. ............. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ ............. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Hutan Indonesia merupakan hutan yang menduduki urutan ketiga terluas di dunia
dengan hutan tropis dan sumbangan dari hutan hujan (rain forest) Kalimantan dan Papua.
Menurut data Forest Watch Indonesia (FWI), sebuah lembaga independen pemantau hutan
Indonesia, sejumlah 82 hektar luas daratan Indonesia masih tertutup hutan.
Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan
aspek kelestarian kini telah mengalami degradasi dan deforestasi (kerusakan hutan) yang
cukup mencengangkan bagi dunia Internasional, faktanya Indonesia mendapatkan rekor
dunia guiness ysng dirilis oleh Greenpeace sebagai negara yang mempunyai tingkat laju
deforestasi tahunan tercepat di dunia, sebanyak 72% dari hutan asli Indonesia telah
musnah dengan 1.8 juta hektar hutan dirusakkan per tahun antara tahun 2000 hingga 2005,
sebuah tingkat kerusakan hutan sebesar 2% setiap tahunnya.
Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan selama ini tidak memperhatikan
manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan hutan tersebut, sehingga kelestarian
lingkungan hidup menjadi terganggu. Penyebab utama kerusakan hutan adalah kebakaran
hutan. Kebakaran hutan terjadi karena manusia yang menggunakan api dalam upaya
pembukaan hutan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan, dan pertanian. Selain
itu, kebakaran hutan dapat dipicu oleh pemanasan global dan kemarau eksttim.

B.Rumusan Masalah
1. Apa penyebab kebakaran hutan?
2. Apa dampak dari kebakaran hutan?
3. Bagaimana pencegahan dan penaggulangan kebakaran hutan?
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kerusakan hutan dan penyebabnya yang terjadi di Indonesia
2. Mengetahui penyebab dan dampak kebakaran hutan
3. Mengetahui pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan

-1-
Manfaat

Manfaat mempelajari lebih dalam tentang hutan beserta fungsi sampai fenomena yang sering
terjadi di hutan tepatnya di Indonesia yaitu kebakaran hutan, adalah kita sebagai manusia
lebih memahami tentang pentingnya hutan untuk keseimbangan kehidupan dan kita harus
terus menjaga dan tidak merusaknya. Istilah "hutan sebagai paru paru dunia" sudah bukan
menjadi hal yang asing di telinga kita, tentu dengan istilah itu sudah dapat dipastikan hutan
bukan suatu hal yang dapat diabaikan begitu saja, hutan adalah hal yang sangat penting untuk
dunia. Ditambah lagi dengan adanya fenomena "kebakaran hutan" semakin membuat
khawatir dengan keadaan hutan saat ini. Dengan pemahaman ini kita dapat lebih tahu
penyebab kebakaran hutan baik yang disengaja oleh manusia maupun terjadi dengan alami
karena suhu yang terlalu panas. Dengan pemahaman ini juga kita dapat mendapat informasi
cara untuk menanggulangi fenomena "kebakaran hutan" seperti dengan adanya pembentukan
perda tentang larangan pembakaran hutan untuk membuka lahan, penanaman kembali hutan
yang gundul(reboisasi).

-2-
BAB II
KAJIAN TEORI
Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan). Sedangkan menurut Ensiklopedia Indonesia, hutan adalah suatu
areal yang dikelola untuk produksi kayu dan hasil hutan lainnya dipelihara bagi
keuntungan tidak langsung atau dapat pula bahwa hutan sekumpulan tumbuhan yang
tumbuh bersama.
Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang
berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta
menempati daerah yang cukup luas. Hutan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida
(carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, dan pelestari tanah serta
merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting. Hutan adalah bentuk
kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah
tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau
kecil maupun di benua besar.
Pemanfaatan sekaligus perlindungan hutan di Indonesia diatur dalam UUD 45, UU
No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985
dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan
Dirjen Pengusahaan Hutan. Menurut beberapa peraturan tersebut,hutan merupakan
sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman
hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur
tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk
kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya.
Secara sederhana, hutan ahli kehutanan mengartikan hutan sebagai suatu komunitas
biologi yang didominasi oleh pohon-pohonan tanaman keras. Sedangkan menurut UU No.
5 tahun1967, hutan diartikan sebagai lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara
menyeluruh merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya.
Hutan diartikan sebagai suatu asosiasi sehingga antara jenis pohon yang satu dan jenis
pohon lain yang terdapat di dalamnya akan saling tergantung. Jenis-jenis tanaman yang
tidak menyukai sinar matahari penuh tentu memerlukan perlindungan dari tanaman yang
lebih tinggi dan suka akan sinar matahari penuh. Tanaman yang suka sinar matahari penuh
akan memperoleh keuntungan dari tanaman yang hidup di bawahnya karena mampu
menjaga kelembaban dan suhu yang diperlukan oleh tanaman tinggi tersebut. Cahaya
matahari yang sampai di lantai hutan tropika secara menyeluruh adalah sebesar 1,0%-1,7%
yang dihitung berdasarkan waktu (jam). Pada pukul 12.00 (siang), saat matahari datang
tegak lurus sebesar 100%, maka sinar akan sampai di lantai hutan sebesar 0%-1%. Pada
pukul 15.00 saat sinar matahari condong 450, maka sebesar 67% sinar akan sampai di
lantai hutan adalah 0%-0,5 %. Pada pukul 16.00 sinar matahari condong 300, kekuatan
sebesar 44% sinar matahari yang akan sampai di lantai hutan adalah sebesar 0%-0,2%

-3-
Selain terjadi ketergantungan, di dalam hutan akan terjadi pula persaingan antar
anggota-anggota yang hidup saling berdekatan, misalnya persaingan di dalam penyerapan
unsur hara, air, sinar matahari ataupun tempat tumbuh. Persaingan ini tidak hanya terjadi
pada tumbuhan saja, tetapi juga pada binatang. Hutan merupakan suatu ekosistem natural
yang telah mencapai keseimbangan klimaks dan merupakan komunitas tumbuhan yang
paling besar yang mampu pulih kembali dari perubahan-perubahan yang dideritanya
sejauh tidak melampaui batas-batas yang dapat ditoleransi.
Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pengertian hutan adalah
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya
tidak dapat dipisahkan. Definisi hutan yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang
meliputi:
a. Suatu kesatuan ekosistem
b. Berupa hamparan lahan
c. Berisi sumberdaya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lainnya.
d. Mampu memberi manfaat secara lestari

Keempat ciri pokok dimiliki suatu wilayah yang dinamakan hutan, merupakan rangkaian
kesatuan komponen yang utuh dan saling ketergantungan terhadap fungsi ekosistem di bumi.
Eksistensi hutan sebagai subekosistem global menenpatikan posisi penting sebagai paru-paru
dunia (Zain 1996).

Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomassa yang terdapat di dalam hutan
berbentuk kayu, dahan, daun, akar, dan sampah hutan (serasah), hewan, dan jasad renik.
Biomassa ini merupakan hasil fotosintesis berupa selullosa, lignin, gula bersama dengan
lemak, pati, protein, damar, fenol, dan berbagai unsur lain yg dibutuhkan tumbuhan melalui
perakaran. Biomassa inilah yang merupakan kebutuhan makhluk di atas bumi melalui mata
rantai antara binatang dan manusia dalam proses kebutuhan CO2 yang diikat dan O2 yang
dilepas.

-4-
BAB III
PEMBAHASAN

A.Kerusakan Hutan di Indonesia


Indonesia kini mengalahkan Brasil sebagai juara bertahan dalam deorestasi tertinggi
di dunia. Menurut penelitian yang dimuat dalam jurnal Nature Climate Change,
penebangan hutan di Indonesia telah mengancam keanekaragaman hayati, spesies langka
dan pemanasan global.
Dikutip Mashable, Ahad, 29 Juni 2014, pemerintah Indonesia menyatakan
moratorium atau penanggulangan penebangan hutan telah dilakukan pada Mei 2011.
Namun peneliti dari University of Maryland, Matthew Hansen, mengatakan tindakan ini
tidak terlalu berpengaruh. Sejak 2000 hingga 2012, hutan utama di Indonesia telah hilang
sebanyak 6.020.000 hektar per tahun.
Selain itu, Hansen menuturkan menghilangkan hutan dengan cara membakar juga
berdampak pada peningkatan suhu global. Sebab, karbon dan metana banyak tersimpan
dalam hutan di Indonesia. Dengan membakar lahan gambut untuk membersihkan jalanan,
akan melepaskan karbon dan metana ke atmosfer dan mempengaruhi suhu bumi secara
keseluruhan.
“Pemerintah harus mulai mengkonversi penggunaan lahan. Meskipun Indonesia telah
menerapkan moratorium, ini tidak memiliki efek yang diinginkan,” tutur Hansen.
Sebagai contoh, Departemen Kehutanan melaporkan penurunan hutan telah mencapai 0,4
juta hektar per tahun pada 2009-2011. Namun, lewat penelitian, Hansen menemukan
jumlahnya lebih besar dari pada itu, sekitar 0,84 hektar per tahun pada 2012.

B.Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang memiliki
dampak negatif. Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah
sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah dan
lahan pertanian disekitarnya. Selain itu, kebakaran hutan dapat didefinisikan sebagai
pembakaran yang tidak tertahan dan menyebar secara bebas dan membakar bahan bakar
yang tersedia di hutan. Istilah kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan
Indonesia disebut juga Api Hutan. Selanjutnya dijelaskan api hutan adalah api liar yang
terjadi di dalam hutan, yang membakar sebagian atau seluruh komponen hutan. Ada 3
macam kebakaran hutan, jenis-jenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Api Permukaan atau Kebakaran Permukaan yaitu kebakaran yang terjadi pada lantai
hutan dan membakar serasah, kayu-kayu kering dan tanaman bawah. Sifat api permukaan
cepat merambat, nyalanya besar dan panas, namun cepat padam. Dalam kenyataannya
semua tipe kebakaran berasal dari api permukaan.

-5-
Api Tajuk atau Kebakaran Tajuk yaitu kebakaran yang membakar seluruh tajuk
tanaman pokok terutama pada jenis-jenis hutan yang daunnya mudah terbakar. Apabila
tajuk hutan cu kup rapat, maka api akan cepat merambat dari satu tajuk ke tajuk yang lain.
Han ini tidak terjadi apabila tajuk-tajuk pohon penyusun tidak saling bersentuhan.
Api Tanah adalah api yang membakar lapisan organic yang dibawah lantai hutan.
Oleh karena sedikit udara dan bahan organic ini, kebakaran yang terjadi tudak ditandai
dengan nyala api. Penyebaran api juga sanagat lambat, bahan api tertahan dalam waktu
yang lama pada suatu tempat.

C.Penyebab dan Dampak Kebakaran Hutan


Kebakaran hutan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
1.Faktor alam
Adanya kemarau panjang yang memyebabkan suhu udara menjadi sangat panas,
sehingga daun-daun menjadi kering dan memicu timbulnya api sehingga akan terjadi
kebakaran yang sangat besar. Selain kemarau kondisi hujan besar yang disertai petir
juga menjadi pemicu terjadinya kebakaran hutan. Aktivitas gunung berapi
mengeluarkan lahar atau awan panas juga dapat memicu timbulnya kebakaran yang
sangat luas pada hutan. Serta karena adanya kebakaran tanah gambut sehingga dapat
memicu timbulnya kebakaran di atas tanah, biasanya ini terjadi pada musim kemarau.
2.Ulah manusia
Pembakaran hutan untuk membuka lahan baru yang dilakukan oleh manusia adalah
penyebab utama kebakaran hutan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perusahaan maupun
perseorangan dengan membakar dalam skala besar untuk oerkebunan di area gambut.
Kurangnya penegakan hokum dari pemerintah menjadi salah satu faktor penyebab aksi
pembakaran hutan secara leluasa dan besar-besaran.
Dampak kebakaran hutan antara lain :
1. Rusaknya habitat dari satwa atau binatang
2. Menyebabkan adanya perubahan iklim karena terjadinya efek rumah kaca
3. Merugikan negara

D.Pencegahan Kebakaran Hutan di Indonesia

Upaya untuk menangani kebakaran hutan ada dua macam, yaitu penanganan yang
bersifat represif dan penanganan yang bersifat preventif. Penanganan kebakaran hutan
yang bersifat represif adalah upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengatasi
kebakaran hutan setelah kebakaran hutan itu terjadi. Penanganan jenis ini, contohnya
adalah pemadaman, proses peradilan bagi pihak-pihak yang diduga terkait dengan
kebakaran hutan (secara sengaja), dan lain-lain.

-6-
Sementara itu, penanganan yang bersifat preventif adalah setiap usaha, tindakan atau
kegiatan yang dilakukan dalam rangka menghindarkan atau mengurangi kemungkinan
terjadinya kebakaran hutan. Jadi penanganan yang bersifat preventif ini ada dan
dilaksanakan sebelum kebakaran terjadi. Selama ini, penanganan yang dilakukan
pemerintah dalam kasus kebakaran hutan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja,
lebih banyak didominasi oleh penanganan yang sifatnya represif. Berdasarkan data yang
ada, penanganan yang sifatnya represif ini tidak efektif dalam mengatasi kebakaran hutan
di Indonesia.

Hal ini terbukti dari pembakaran hutan yang terjadi secara terus menerus. Sebagai
contoh : pada bulan Juli 1997 terjadi kasus kebakaran hutan. Upaya pemadaman sudah
dijalankan, namun karena banyaknya kendala, penanganan menjadi lambat dan efek yang
muncul (seperti : kabut asap) sudah sampai ke Singapura dan Malaysia. Sejumlah pihak
didakwa sebagai pelaku telah diproses, meskipun hukuman yang dijatuhkan tidak
membuat mereka jera. Ketidakefektifan penanganan ini juga terlihat dari masih terus
terjadinya kebakaran di hutan Indonesia, bahkan pada tahun 2008 ini.Oleh karena itu,
berbagai ketidakefektifan perlu dikaji ulang sehingga bisa menghasilkan upaya
pengendalian kebakaran hutan yang efektif.

Menurut UU No 45 Tahun 2004, pencegahan kebakaran hutan perlu dilakukan secara


terpadu dari tingkat pusat, provinsi, daerah, sampai unit kesatuan pengelolaan hutan. Ada
kesamaan bentuk pencegahan yang dilakukan diberbagai tingkat itu, yaitu
penanggungjawab di setiap tingkat harus mengupayakan terbentuknya fungsi-fungsi
berikut ini :
1.Mapping
pembuatan peta kerawanan hutan di wilayah teritorialnya masing-masing. Fungsi ini
bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun yang lazim digunakan adalah 3 cara
berikut:
pemetaan daerah rawan yang dibuat berdasarkan hasil olah data dari masa lalu
maupun hasil prediksi.
pemetaan daerah rawan yang dibuat seiring dengan adanya survai desa (Partisipatory
Rural Appraisal)
pemetaan daerah rawan dengan menggunakan Global Positioning System atau citra
satelit
Informasi : penyediaan sistem informasi kebakaran hutan.

-7-
Hal ini bisa dilakukan dengan pembuatan sistem deteksi dini (early warning system) di
setiap tingkat. Deteksi dini dapat dilaksanakan dengan 2 cara berikut :
 analisis kondisi ekologis, sosial, dan ekonomi suatu wilayah
 pengolahan data hasil pengintaian petugas

2.Sosialisasi
pengadaan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat.
Penyuluhan dimaksudkan agar menginformasikan kepada masyarakat di setiap wilayah
mengenai bahaya dan dampak, serta peran aktivitas manusia yang
seringkali memicu dan menyebabkan kebakaran hutan. Penyuluhan juga bisa
menginformasikan kepada masayarakat mengenai daerah mana saja yang rawan terhadap
kebakaran dan upaya pencegahannya.
Pembinaan merupakan kegiatan yang mengajak masyarakat untuk dapat meminimalkan
intensitas terjadinya kebakaran hutan.Sementara, pelatihan bertujuan untuk
mempersiapkan masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar wilayah rawan kebakaran
hutan,untuk melakukan tindakan awal dalam merespon kebakaran hutan.

3.Standardisasi
pembuatan dan penggunaan SOP (Standard Operating Procedure).
Untuk memudahkan tercapainya pelaksanaan program pencegahan kebakaran hutan
maupun efektivitas dalam penanganan kebakaran hutan, diperlukan standar yang baku
dalam berbagai hal berikut :
1.Metode pelaporan
Untuk menjamin adanya konsistensi dan keberlanjutan data yang masuk, khususnya data
yang berkaitan dengan kebakaran hutan, harus diterapkan sistem pelaporan yang
sederhana dan mudah dimengerti masyarakat. Ketika data yang masuk sudah lancar,
diperlukan analisis yang tepat sehingga bisa dijadikan sebuah dasar untuk kebijakan yang
tepat.

2.Peralatan
Standar minimal peralatan yang harus dimiliki oleh setiap daerah harus bisa diterapkan
oleh pemerintah, meskipun standar ini bisa disesuaikan kembali sehubungan dengan
potensi terjadinya kebakaran hutan, fasilitas pendukung, dan sumber daya manusia yang
tersedia di daerah.

-8-
3.Metode Pelatihan untuk Penanganan Kebakaran Hutan
Standardisasi ini perlu dilakukan untuk membentuk petugas penanganan kebakaran yang
efisien dan efektif dalam mencegah maupun menangani kebakaran hutan yang terjadi.
Adanya standardisasi ini akan memudahkan petugas penanganan kebakaran untuk segera
mengambil inisiatif yang tepat dan jelas ketika terjadi kasus kebakaran hutan

4.Supervisi
pemantauan dan pengawasan kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan
hutan. Pemantauan adalah kegiatan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya perusakan
lingkungan, sedangkan pengawasan adalah tindak lanjut dari hasil analisis pemantauan.
Jadi, pemantauan berkaitan langsung dengan penyediaan data,kemudian pengawasan
merupakan respon dari hasil olah data tersebut. Pemantauan, menurut kementerian
lingkungan hidup, dibagi menjadi empat, yaitu :
 Pemantauan terbuka : Pemantauan dengan cara mengamati langsung objek yang
diamati. Contoh : patroli hutan
 Pemantauan tertutup (intelejen) : Pemantauan yang dilakukan dengan cara
penyelidikan yang hanya diketahui oleh aparat tertentu.
 Pemantauan pasif : Pemantauan yang dilakukan berdasarkan dokumen, laporan, dan
keterangan dari data-data sekunder, termasuk laporan pemantauan tertutup.
 Pemantauan aktif : Pemantauan dengan cara memeriksa langsung dan menghimpun
data di lapangan secara primer. Contohnya : melakukan survei ke daerah-daerah
rawan kebakaran hutan. Sedangkan, pengawasan dapat dilihat melalui 2 pendekatan,
yaitu :
1. Preventif : kegiatan pengawasan untuk pencegahan sebelum terjadinya perusakan
lingkungan (pembakaran hutan). Contohnya : pengawasan untuk menentukan status
ketika akan terjadi kebakaran hutan
2. Represif : kegiatan pengawasan yang bertujuan untuk menanggulangi perusakan yang
sedang terjadi atau telah terjadi serta akibat-akibatnya sesudah terjadinya kerusakan
lingkungan.

Untuk mendukung keberhasilan, upaya pencegahan yang sudah dikemukakan diatas,


diperlukan berbagai pengembangan fasilitas pendukung yang meliput
Pengembangan dan sosialisasi hasil pemetaan kawasan rawan kebakaran hutan
Hasil pemetaan sebisa mungkin dibuat sampai sedetail mungkin dan disebarkan pada
berbagai instansi terkait sehingga bisa digunakan sebagai pedoman kegiatan institusi yang
berkepentingan di setiap unit kawasan atau daerah.
Pengembangan organisasi penyelenggara Pencegahan Kebakaran Hutan
Pencegahan Kebakaran Hutan perlu dilakukan secara terpadu antar sektor, tingkatan dan
daerah. Peran serta masyarakat menjadi kunci dari keberhasilan upaya pencegahan ini.
Sementara itu, aparatur pemerintah, militer dan kepolisian, serta kalangan swasta perlu

-9-
menyediakan fasilitas yang memadai untuk memungkinkan terselenggaranya Pencegahan
Kebakaran Hutan secara efisien dan efektif.
Pengembangan sistem komunikasi
Sistem komunikasi perlu dikembangkan seoptimal mungkin sehingga koordinasi antar
tingkatan (daerah sampai pusat) maupun antar daerah bisa berjalan cepat. Hal ini akan
mendukung kelancaran early warning system, transfer data, dan sosialisasi kebijakan
yangberkaitan dengan kebakaran hutan

E.Penanggulan Kebakaran Hutan di Indonesia

Penanggulangan hutan di Indonesia telah di atur dengan jelas di dalam Peraturan


Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-Ii/2009 Tentang Pengendalian Kebakaran
Hutan. Adapun upaya penanggulangan yang dimaktub tersebut antara lain:

Memberdayakan sejumlah posko yang bertugas menanggulangi kebakaran hutan di


semua tingkatan. Pemberdayaan ini juga harus disertai dengan langkah pembinaan terkait
tindakan apa saja yang harus dilakukan jika kawasan hutan telah memasuki status Siaga I
dan juga Siaga II.
Memindahkan segala macam sumber daya baik itu manusia, perlengkapan serta dana
pada semua tingkatan mulai dari jajaran Kementrian Kehutanan hingga instansi lain
bahkan juga pihak swasta.
Memantapkan koordinasi antara sesame instansi yang saling terkait melalui dengan
PUSDALKARHUTNAS dan juga di lever daerah dengan PUSDALKARHUTDA tingkat I
dan SATLAK kebakaran lahan dan juga hutan.
Bekerjasama dengan pihak luar seperti Negara lainnya dalam hal menanggulangi
kebakaran hutan. Negara yang potensial adalah Negara yang berbatasan dengan kita
misalnya dengan Malaysia berama pasukan BOMBA-nya. Atau juga dengan Australia
bahkan Amerika Serikat.
Upaya penanggulangan kebakaran hutan ini tentunya harus sinkron dengan upaya
pencegahan. Sebab walau bagaimanapun, pencegahan jauh lebih baik dari
memanggulangi. Ada beragam cara yang bisa dilakukan dalam rangka mencegah
kebakaran hutan khususnya yang disebabkan oleh perbuatan manusia seperti membuang
punting rokok di wilayah yang kering, kegiatan pembukaan lahan dan juga api unggun
yang lupa dimatikan. Upaya pencegahannya adalah dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat khususnya mereka yang berhubungan langsung dengan hutan. Masyarakat ini
biasanya tinggal di wilayah hutan dan memperluas area pertaniannya dengan membakar.
Pemerintah harus serius mengadakan sosialisi agar hal ini bisa dicegah.
Pada dasarnya upaya penanggulangan kebakaran hutan juga bisa disempurnakan jika
pemerintah mau memanfaatkan teknologi semacam bom air. Atau bisa juga lebih lanjut

- 10 -
ditemukan metode yang lebih efisien dan ampuh menaklukkan kobaran api di hutan.
Langkah yang paling baik adalah dengan mengikutsertakan para perangkat pendidikan
agar merancang teknologi maupun metode yang membantu pemerintah di level praktis.
Sokongan dana dari pemerintah akan membuat program tersebut lebih baik dan terarah.
F.Contoh Kasus
Asap Kebakaran Hutan di Sumatra dan Kalimantan Menyebar hingga ke Perbatasan
Malaysia
08/09/2019, 18:31 WIB
Penulis: Fitria Chusna Farisa | Editor: Diamanty Meiliana
JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terjadi di
sejumlah wilayah di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Hal ini mengakibatkan menyebarnya kabut asap di wilayah perbatasan Kalimantan Barat
dan Serawak, Malaysia.
"Hasil pantauan BMKG dan ASMC (ASEAN Specialized Meteorological Centre)
pada 7 September 2019, terdeteksi transboundary haze (asap lintas batas) di wilayah
perbatasan antara Kalimantan Barat dan Serawak, Malaysia," kata pelaksana tugas (Plt)
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), Agus Wibowo, melalui keterangan tertulis, Minggu (8/9/2019).
Meski demikian, BNPB memastikan, kabut asap karhutla tidak akan meluas sampai
ke Singapura dan Semenanjung Malaysia.
Agus menyebut, hingga 7 September 2019 pukul 07.00 WIB, masih ada sejumlah titik api
atau hotspot kategori sedang dan tinggi di enam provinsi prioritas.
Enam provinsi tersebut yaitu, Riau dengan 201 titik api, Jambi 84 titik api, Sumatera
Selatan 126 titik, Kalimantan Barat 660 titik, Kalimantan Tengah 482 titik dan Kalimantan
Selatan 46 titik.
[21.03, 9/9/2019] Maulana Dewandaru: Banyaknya titik api di wilayah Kalimantan
Barat inilah yang menyebabkan kabut asap meluas hingga ke wilayah perbatasan
Kalimantan Barat dan Serawak, Malaysia.

"Kabut asap juga menyebabkan jarak pandang pendek sehingga penerbangan pesawat
beberapa di bandara Kalimantan Tengah terganggu," ujar Agus.

Sementara itu, pantauan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN),


hingga 8 September 2019 pukul 07.00 WIB, titik api masih terjadi di beberapa wilayah
seperti, Riau 85 titik, Jambi 127 titik, Sumatera Selatan 52 titik, Kalimantan Barat 782
titik, Kalimantan Tengah 544 titik dan Kalimantan Selatan 66 titik.

- 11 -
Agus menyebut, pihaknya bersama pemerintah daerah hingga saat ini masih berupaya
untuk memadamkan karhutla yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

"Untuk enam provinsi prioritas BNPB menerjunkan 9.072 personil untuk patroli,
sosialisasi, dan pemadaman darat, juga dikerahkan 37 pesawat untuk water bombing dan
patroli. Di Provinsi Riau dikerahkan juga pesawat untuk operasi teknologi modifikasi
cuaca atau hujan buatan," katanya.

- 12 -
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi
antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati
daerah yang cukup luas. Hutan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon
dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, dan pelestari tanah serta
merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting
Pemanfaatan sekaligus perlindungan hutan di Indonesia diatur dalam UUD 45, UU No. 5
tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan
beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen
Pengusahaan Hutan
terdapat unsur-unsur yang meliputi:
a. Suatu kesatuan ekosistem
b. Berupa hamparan lahan
c. Berisi sumberdaya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lainnya.
d. Mampu memberi manfaat secara lestari
menghilangkan hutan dengan cara membakar juga berdampak pada peningkatan suhu
global.
Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang memiliki dampak
negative
Kebakaran hutan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
Faktor alam dan manusia
Dampak kebakaran hutan antara lain :
1. Rusaknya habitat dari satwa atau binatang
2. Menyebabkan adanya perubahan iklim karena terjadinya efek rumah kaca
3. Merugikan negara
Upaya untuk menangani kebakaran hutan ada dua macam, yaitu penanganan yang bersifat
represif dan penanganan yang bersifat preventif
Penanggulangan hutan di Indonesia telah di atur dengan jelas di dalam Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-Ii/2009 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan

- 13 -
Saran
Untuk menanggulangi adanya fenomena "kebakaran hutan" ada beberapa hal yang
dapat dilakukan salah satunya yaitu pemerintah membuat dan mempertegas lagi hukum
tentang kewajiban untuk melindungi hutan dan sanksi untuk orang yang sengaja melakukan
pembakaran hutan. Selanjutnya adalah dilakukannya sosialisasi untuk masyarakat dengan
tujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hutan bagi kehidupan. Dan yang
terakhir adalah dengan dilakukannya tindakan sebagai contoh adanya gerakan peduli hutan,
reboisasi(penanaman kembali hutan yang gundul), dan pembuatan tanda peringatan untuk
tidak melakukan pembakaran hutan.

- 14 -
DaftarPustaka

https://tekno.tempo.co//read/589444/kerusakan-hutan-indonesia-terus-meningkat
http://www.agroindustri.id/penyebab-kebakaran-hutan/
https://kanalispolban.wordpress.com/chemlib/makalah/makalah-kebakaran-hutan/
http://ilmuhutan.com/pengertian-hutan/

- 15 -

Anda mungkin juga menyukai