Askep Bayi Dan Anak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

3.

1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

3.1.1 Pertumbuhan

Pertmnbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam artisebagian atau
seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah
besamya sel. Adanya multiplikasi dan pertambahan .Mantan sel berarti ada pertambahan secara
kuantitatif dan hal tersebut teqadi sejak terjadinya kbnsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma
hingga dewasa ([DAL2002). Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik
seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuranberat
badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.

Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya
usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki (cephalokaudal).
Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara
berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Pada masa fetal (kehamilan 2 bulan), pertumbuhan
kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan 50% dari total panjang
badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur. Pada usia 2 tahun,
besar kepala kurang dari seperempat panjang badan keseluruhan, sedangkan ukuran ekstremitas lebih
dari seperempatnya. Perubahan dalam perbandingan ukuran fisik dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Soetjiningsih (2002) menjelaskan bahwa pada umumnya pertumbuhan

mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:

1.Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada pada masa bayi dan dewasa.

Sebagaimana pada gambar di atas, pada usia 2 tahun, besar kepala hampir seperempat dari panjang
badan keseluruhan,kemudian secara berangsur-angsur proporsinya berkurang.

2. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi susu dan
timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya tandaseks sekunder, dan
perubahan ainnya.

3. cepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa tertentu, yaitu masa
pranatal, bayi, dan adolesensi, di mana terjadi pertumbuhan cepat dan masa prasekolah dan masa
sekolah. dimana pertumbuhan berlangsung lambat.

3.1.2 Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan
tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (IDAL,2002). Dengan demikian, aspek
perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian
tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompa darah, kemampuan untuk
bernapas, sampai kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, bicara, memungut benda-benda
di sekelilingnya, serta kematangan emosi dan sosial anak. Tahap perkembangan awal lakan menentuka
tahap perkembangan selanjutnya.

Perkembangan merupakan hasil interaksi antara kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, sehingga perkembangan ini berperan penting dalam kehidupan manusia.

Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda, namun keduanya saling
memengaruhi dan berjalan secara simultan bersamaan). Pertambahan ukuran fisik akan disertai dengan
pertambahan kemampuan (perkembangan) anak. Pada dasarnya, tumbuh kembang mempunyai prinsip
yang berlaku secara umum yaitu:

1. Tumbuh kembang merupakan suatu proses terus-menerus dari konsepsi sampai dewasa
2. Pola tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya kecepatannya dapat berbeda.
3. Proses tumbuh kembang dimulai dari kepala ke seluruh anggota badan, misalnya mulai melihat,
tersenyum,mengangkat badan, duduk, berdiri, dan seterusnya.
3.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembanga serta Faktor yang Berpengaruh

Tumbuh kembang pada masa anak sudah dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 16 tahun. Hal
ini sesuai dengan pengertian anak menurut WHO, yaitu sejak terjadinya konsepsi sampai usia 18
tahun.

3.2.1 Tahapan Tumbuh Kembang

Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai tahapan tumbuh kembang
darnsetiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan
perhatian adalah pada masa anak-anak. Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan
pada masa anak-anak, Menurut Soetjiningsih (2002), tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Masa pranatal (konsepsi-lahir), terbagi atas:

1) masa embrio (mudigah masa konsepsi-8 minggu

2) masa janin (fetus): 9 mingu-kelahiran

2. Masa pascanatal, terbagi atas:

1) masa neonatal usia 0-28 hari

(1) neonatal dini (perinatal): 0-7 hari

(2) neonatal lanjut: 8-28 hari

2) masa bayi

(1) masa bayi dini: 1-12 bulan

(2) masa bayi akhir: 1-2 tahun

3. masa prasekolah (usia 2-6 tahun), terbagi atas:

1) prasekolah awal (masa balita): mulai 2-3 tahun

2 prasekolah akhir: mulai 4-6 tahun


4. Masa sekolah atau masa prapubertas, terbagi atas:

1)wanita: 6-10 tahun

2) laki-laki: 8-12 tahun

5. Masa adolesensi atau masa remaja, terbagi atas:

1)wanita: 10-18 tahun

2)laki-laki: 12-20 tahun.

Setiap anak akan melewati tahapan tersebut secara fleksibel dan berkesinam- bungan. Misalnya,
pencapaian kemampuan tumbuh kembang pada masa bayi tidak pai persis pada usia 1 tahun, tetapi
dapat dicapai lebih awal atau terlambat tu tahun. Masing-masing tahap memiliki ciri khas dalam
anatomi, fisiolog biokimia, dan karakternya. Dari tahapan-tahapan tersebut, yang akan dibahas
pencapaian tumbuh kembangnya adalah masa pranatal, neonatal, masa bayi, balita, dan prasekolah.
Penekanan ini disesuaikan dengan ruang lingkup tenaga erawat yang lebih banyak memberikan asuhan
pada bayi dan balita.

Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai untuk mempersiapkan diri guna
menghadapi duapertiga masa kehidupan berikutnya. Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan
tumbuh kembang pada awal-awal kehidupan bayi dan anak adalah sangat penting. Pen capaian suatu
kemampuan pada setiap anak berbeda-beda, tetapi ada patokan umur tertentu untuk mencapai
kemampuan tersebut yang sering disebut dengan istilah milestone (Moersintowarti, 2002). Berikut ini
akan dibahas secara umum pencapaian tumbuh dan kembang secara normal pada masa pranatal,
neonatal, bayi, balita, dan prasekolah.

1. Masa pranatal

Kehidupan bayi pada masa pranatal dikelompokkan menjadi dua periode, yaitu:

1) Masa embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan delapan minggu. Ovum yang
telah dibuahi akan dengan cepat menjadi suatu organisme yang berdeferensiasi secara pesat
untuk membentuk berbagai sistem organ tubuh.

2) Masa fetus yang dimulai sejak kehamilan 9 minggu sampai kelahiran. Masa fetus ini terbagi
menjadi dua. Yang pertama adalah masa fetus dini (usia 9 minggu sampai trimester dua), di
mana terjadi percepatan pertumbuhan dan pembentukan manusia sempurna, serta alat tubuh
mulai berfungsi. Yang kedua adalah masa fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai dengan
pertumbuhan tetap yang berlangsung cepat disertai dengan perkembangan fungsi-fungsi. Pada
masa inijuga terjadi transfer imunoglobulin G( lgG) dari darah ibu melalui plasenta.

Pada 9 bulan masa kehamilan, kebutuhan bayi bergantung sepenuhnya pada ibu. Oleh
karena itu, kesehatan ibu sangat penting untuk dijaga dan fakt tor-faktor risiko terjadinya
kelainan bawaan/gangguan penyakit pada janin yang dapat berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangannya perlu dihindari.

2. Masa Neonatal
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta
mulai berfungsinya organ-organ tubuh.Saat lahir, berat badan normal dari sehat berkisar antara
3.000-3.500 gram, tinggi badan sekitar 50 cm, dan berat otak sekitar 350 gram. Selama sepuluh
hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sekitar sepuluh persen dari berat badan
lahir, kemudian berat badan bayi akan berangsur-angsur mengalami kenaikan.

Pada masa eonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologis akan muncul. Di
antaranya adalah refleks moro, yaitu refleks merangkul, yang akan menghilang pada usia 3-5
bulan; refleks menghisap (sucking refleksy reflex menoleh (rooting refleks)y refleks
mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck refleks) dan refleks memegang (palmar graps
refleks) yang akan menghilang pada usia 6-8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara
simetris dan seiring dengan bertambahnya usia refleks-refleks itu akan menghilang, Fungsi
pendengaran dan penglihatan pada masa neonatal ini juga sudah mulai berkembang.

3. Masa bayi, 1-12 bulan

Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Pada umur 5 bulan, berat badan
anak sudah 2 kali lipat berat badan lahir, sementara pada umur 1 tahun, beratnya sudah menjadi 3 kali l
lipat. Sedangkan untuk Panjang badan, pada umur 1 tahun sudah menjadi satu setengah kali panjang
badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar
kepala sudah mencapai 50%. Oleh karena itu, diperlukan pemberian gizi yang baik, yaitu dengan
memperhatikan prinsip menu gizi seimbang.

Padatiga bulan pertama,anak berusaha mengelola koordinasi bola matb untuk mengikuti suatu
objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri, dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman
dan kasih sayang yang cukupmendukung perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi
telungkup, anak berusaha mengangkat kepala,Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap
memiringkan kepala ke samping

Pada tiga bulan kedua,anak mampu mengangkat kepala dan menoleh kekiri - kanan saat
telungkup.Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan badan dariposisitelentang ke telungkup
dan sebaliknya, berus saha meraih benda-benda di sekitarnya untuk dimasukk ke mulut. Anak mampu
tertawa lepas pada suasana yang menyernangkan, misalnyadiajakbercanda,sebaliknya akan
cerewet/menangis pada suasana tidak menyenangkan.

Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi telungkup untuk
menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan bulan, anak bergerak merayap atau
merangkak, dan mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Apabila dibantu berdiri, anak berusaha untuk
melangkah sambil berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga anak
dapat mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing akan membuatnya cemas (stranger
anxiety), demikian juga perpisahan dengan ibunya.

Anak suka sekali bermain ci-luk-ba. Pada usia 9 bulan-1 tahun, anak mampumelambaikan
tangan, bermain bola, memukul-mukul mainan, dan memberikbenda yang dipegang bila diminta.

Berdasarkan teori psikososial (Erikson), anak berada pada tahap percaya vstidak percaya (trust
vs mistrust), sehingga lingkungan, dalam hal ini orangtua yang memberikan perhatian dan kasih sayang
yang cukup, akanmenumbuhkan rasa percaya diri anak. Sedangkan menurut teori psikoseksual(Sigmund
Freud), anak berada pada fase oral, sehingga segala sesuatu yangdipegangnya cenderung dimasukkan ke
dalam mulut. Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan keamanan dan kebersihan makanan
maupun permainan anaknya.

Masa ini merupakan perkembangan interaksi yang menjadi dasar persiapanuntuk menjadi anak
yang lebih mandiri. Kegagalan untuk memperolehperkembangan interaksi yang positif dapat
menyebabkan terjadinya kelainanemosional dan masalah sosialisasi pada masa mendatang. Oleh karena
itu,diperlukan hubungan yang mesra antara ibu (orang tua) dan anak.

4. Masa Balita (1-3 tahun)

Pada masa ini, pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan dengan pada masa
bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak seringmengalami penurunan nafsu
makan sehingga tampak langsing dan berotot, dananak mulai belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri
tegak dan kaku, kemudiberjalan dengan berpegangan. Sekitar usia enambelas bulan, anak mulai
belajarberlari dan menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu, anakperlu diawasi,
karena dalam beraktivitas anak tidak memperhatikan bahaya.

Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding dengan masa sebelumnya di
mana lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya. Analebih banyak menyelidiki benda di sekitarnya
dan meniru apa yang diperbuatoleh orang lain. la mungkin akan mengaduk-aduk tempatsampah, laci,
atau lemari pakaian; membongkar mainan dan lain-lain. Benda-benda yang membahayakanhendaknya
disimpan di tempat yang lebih aman.

Pada masa ini, anak bersifat egosentris, yaitu mempunyai sifat keakuan yang kuat sehingga
segala sesuatu yang disukainya anggap sebagai miliknya. Apabila anak menginginkan mainan kepunyaan
temannya, sering ia akan merebutnya karena dianggap miliknya. Teman dianggap sebagai benda mati
yang dapat dipukul, dicubit atau ditarik rambutnya apabila menjengkelkan hatinya. Anakkadang-kadang
juga berperilaku menolak apa saja yang akan dilakukan terhadapdirinya (self defense), misalnya
menolak mengenakan baju yang sudah disesorang tuanya dan akan memilih sendiri pakaian yang
disukainya.

Menurut teori Erikson, anak berada pada fase mandiri vs malu / ragu-ragu (otonomi vs doubt).
Hal ini terlihat dengan berkembangrnya kemampuan anak, yaitu dengan belajar untuk makan atau
berpakaian sendiri. Apabila orang tua tidak mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, maka hal ini
dapat menimbulkan rasa malu/rasa ragu akan kemampuannya, misalnya, orang tua yang selalu
memanjakan anak dan mencela aktivitas yang telah dilakukan oleh anak. Pada masa ini, sudah sampai
waktunya anak dilatih untuk buang air besar atau buang air kecil pada tempatnya (toilet training). Anak
juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata, dan mengulang kata-kata baru.

Pada masa ini, anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas,
sehingga anak tidak mengalami kebingungan. Jika orang tua mengenal kebutuhan anak, maka anak akan
berkembang perasaan otonominya sehingga anak dapat mengendalikan otot-otot dan rangsangan
lingkungan.
Beberapa Teori Perkembangan pada masa

Macam Teori Masa Bayi Masa Prasekolah Awal Masa Prasekolah Akhir

Psikososial Percaya vs Tidak Otonomi vs ragu – ragu Inisiatif vs rasa


(E.Erikson) Percaya / malu bersalah
Psikoseksual
(Sigmund Freud) Fase oral Fase Anal Fase Phalik
Perkembangan Kognitif Sensori motor Praoperasional Praopersional

5. Masa Prasekolah Akhir (3-5 tahun)

Pertumbuhan gigi susu sudah lengkap pada masa ini. Anak kelihatan lebih langsing Pertumbuhar
fisik juga relatif pelan, naik turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri, demikian pula halnya dengan
berdiri dengan satu kaki secar bergantian atau melompat. Anak mulai berkembang superegonya
(suayaitu merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru.

Menurut teori Erikson, pada usia tersebut anak berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah
(initiative vs guilty). Pada masa ini, anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya,
sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya.
Apabila orang tua ematikan inisiatif anak, maka hal tersebut akan membuat anak merasa bersalah. Anak
belum mampu membedakan hal yang abstrak dengan konkret, sehingga orang tua sering menganggap
bahwa anak berdusta, padahal anak tidak bermaksud demikian.Sedangkan menurut teori iSigmund
Freud, anak berada pada fase phalik, di mana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan
dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasikan figur atau perilaku orang tua sehingga mempunyai
kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa di sekitarnya.

Anak juga mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar, menulis, dan mengenal angka serta
bentuk / warna benda. Pada tahap ini, orang tua perlu mulai mempersiapkan anak untuk masuk
sekolah.Bimbingan, pengawasan, pengaturan yang bijaksana, perawatan kesehatan, dan kasih sayang
dari orang tua serta orang-orang di sekelilingnya sangat diperlukan oleh anak.

3.2.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tumbuh Kembang

Pola pertumbuhan dan perkemtbangan secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya pada
akhimya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak íaktor. Menurut Soetjiningsih
(2002), faktor yang memengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor
internal dan eksternal.

 Faktor Dalam (Internal)

1. Genetika

Faktor genetis akan memengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat
seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang yaitu:

1. Perbedaan ras, etnis, atau bangsa


Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang Indonesia atau bangsa lainnya,
dengan demikian postur tubuh tiap bangsa berlainan.

2. Keluarga
Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau perawakan pendek.

3. Umur
Masa pranatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami
pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lain

4. Jenis kelamin
Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu dibandingkan dengan laki-laki.

5. Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya sindroma Down.

2. Pengaruh hormone

Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal, yaitu saat janin berumur 4
bulan. Pada saat itu, terjadipertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh
terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh
kelenjar pituitari. Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin
yang bergurna untuk metabolismeserta maturasi tulang gigi dan otak.

 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga, ya


pranatal, kelahiran, dan pascanatal.
1. Faktor pra natal (selama kehamilan), meliputi:
1. Gizi, nutrisi ibu hamil akan memengaruhi pertumbuhan janin, terutama
selama trimester akhir kehamilan.
2. Mekanis.Posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan
congenital, misalnya club foot.
3. Toksin, zat kimia, radiasi.
4. kelainan endokrin.
5. enfeksi TORCH atau penyakit menular seksual.
6. Kelainan imunologi.
7. Psikologis ibu.

2. Faktor kelahiran

Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat menyebalbkan trauma kepala pada
bayi sehingga berisiko terjadinya kerusakanjaringan otak.

3. Faktor pascanatal
Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak
adalah gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis,
endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan.

3.3 Kebutuhan Dasar untuk Tumbuh Kembang

Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi antara faktor
genetis, herediter, dan konstitusi dengan faktor lingkungan. Agar faKtor lingkungan memberikan
pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar
tertentu. Menurut Soetijiningsih (2000), kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
asuh, asih, dan asah.

3.3.1 Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)

Yang termasuk kebutuhan asuh adalah:

1. Nutrisi yang mencukupi dan seimbang

Pemberian nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah dimulai sejak dalam kandungan,
yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus
diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian AST saja sampai anak berumur -6
bulan. ejak berumur enam bulan, sudah waktunya anak diberikan makanan tambahan atau
makanan pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan
makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa bayi
dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah
sangat pesat, terutama pertumbuhan otak.

2. Perawatan kesehatan dasar

Untuk mencapai keadaan kesehatan anak yang optimal diperlukan beberapa upaya, misalnya,
imunisasi, kontrol ke Puskesmas/Posyandu secara berkala, diperiksakan segera bila sakit.
Dengan upaya tersebut, keadaan kesehatan anak dapat dipantau secara dini, sehingga bila ada
kelainan maka anak segera mendapatkan penanganan yang benar.

3. Pakaian

Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai. Karenaaktivitas anak lebih
banyalk, hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat.

4. Perumahan

Dengan memberikan tempat tinggal yang layak maka hal tersebut akan membantu anak untuk
bertumbuh dan berkembang secara optimal. Tempat tinggal yang layak tidak berarti rumah yang
berukuran besar, tetapi bagaimana upaya kia untuk mengatur rumah menjadi sehat, cukup
ventilasi serta terjaga kebersihan dan kerapiannya, tanpa mempedulikan berapapun ukurannya.

5. Higiene diri dan lingkungan


Kebersihan badan dan lingktungan yang terjaga berarti sudah mengurangi risiko tertularnya
berbagai penyakit infeksi. Selain itu, lingkungan yang bersilh akan memberikan kesempatan
kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain secara aman.

6. Kesegaran jasmani (olah raga dan rekreasi)

Aktivitas olahraga dan rekreasi digunakan untuk melatih kekuatan otot-otot tubuh dan
membuang sisa metabolisme,selain itu juga membantu meningkatkan motoric anak, dan aspek
perkembangan lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi bagi anak balita merupakan aktivitas
bermain yang menyenangkan.

3.3.2 Asih (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang)

Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dapat dimulai sedini mungkin. Bahkan, sejak anak
berada dalam kandungan, perlu diupayakan kontak psikologis antara ibu dan anak, misalnya, dengan
mengajak berbicara/mengelusnya. Setelah lahir, upaya tersebut dapat dilakukan dengan mendekapkan
bayike dada ibu segera telah lahir. Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara ibu/orang tua dengan
anak sangatlah penting, karena berguna untuk menentukan perilaku anak di kemudian hari merangsang
perkembangan otak anak,serta merangsang perhatian anak terhadap dunia luar.Oleh karena itu,
kebutuhan asih ini meliputi:

1. Kasih sayang orang tua

Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan penuh kasih
sayang.Kasih sayang tidak berartimemanjakan atau tidak pernah memarahi, tetapi bagaimana
orang tua menciptakan hubungan yang hangat dengan anak, sehingga anak merasa aman dan
senang.

2. Rasa aman

Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan memberikan rasa aman bagi
anak untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.

3. Harga diri

Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak diacuh maka hal ini dapat
menyebabkan frustrasi.

4. Dukungan/dorongan

Dalam melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh dukungan dari lingku - ngannya. Apabila
orang tua sering melarang aktivitas yang akan dilakukan, maka hal tersebut dapat
menyebabkan anak ragu-ragu dalam melakukan setiap aktivitasnya. Selain itu, orang tua perlu
memberikan dukungan agar anak dapat mengatasi stressor atau masalah yang dihadapi.

5. Mandiri

Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih untuk tidak selalu
tergantung pada lingkungannya. Dalam melatih anak untuk mandiri tentunya harus
menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan anak.
6. Rasa memiliki

Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang-barang yang dipunyainya,
sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa tanggungjawab untuk memelihara barangnya.

7. Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalam

nak perlu diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan sifat-sifat
bawaannya. Tidak pada tempatnya jika orang tua memaksakan keinginannya untuk dilakukan
oleh anak tanpa memperhatikan kemauan anak.

3.3.3 Asah (Kebutuhan Stimulasi)

Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan atau bermain.
Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan
anak yang kurang mendapatkan stimulasi. Pembahasan mengenai bagaimana cara untuk memberikan
stimulasi dengan bermain akan dibahas pada bab berikutnya pada buku ini.

Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa pranatal, dan setelah lahir dengan
cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan
mental psikososial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.
Pendahuluan
Aspek tumbuh kembang pada masa anak merupakan suatu hal yang sangat penting, yang sering
diabaikan oleh tenaga kesehatan, khususnya di lapangan. Biasanya penanga kembangnya diabaikan.
Sering terjadi, setelah anak sembuh dari sakitnya, justru timbul masalah lebih banyak kuskan pada
mengatasi penyakitnya,sementara tumbuh masalah berkaitarn dengan tumbuh kembangnya, misalnya,
anak mengalami keumunduran dalam kemampuan otonominya.

Oleh karena itu,sesuai dengan tujuan belajar, pada bab ini akan dibahas mengenai deteksi dini,
parameter pertumbuhan dan perkembangan, serta carapengkajianny

4.1 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita dan Instrumen yang Digunakan

Deteksi Dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensifuntuk mengetahui
adanya penyimpangan pada tumbuh kembang bayi dan balita serta untuk mengoreksi adanya faktor
risiko (Depkes, 1996), Dengan adanya factor risiko yang telah diketahui, maka upaya untuk
meminimalkan dampak pada anak bisa dicegah. Upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur
perkembangan anak. Dengan demikian, dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal.

Kegunaan deteksi dini adalah untuk mengetahui penyimpangan pada tumbuh kembang bayi dan
balita secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan, dan pemulihan dapat diberikan
dengan benar sesuai dengan ndikasinya. Deteksi untuk tumbuh kembang ini merupakan suatu upaya
yang perlu didukung, karena merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan generasi mendatang
yang berkualitas.

Pelaksanaan deteksi dini ini dapat dilakukan oleh siapa pun yang telah terampil dan
mampumelaksanakannya,sepert tenaga profesional (dokter, Psikolos erawat, dan tenaga kesehatan),
kader, bahkan orang tua atau anggota keluarga dapat diajarkan cara untuk melakukan deteksi tumbuh
kembang, Upaya deteksi ini dapat dilakukan di tempat pelayanan kesehatan, posyandu,sekolah
ataupundi lingkungan rumah tangga.

Adanya variasi pada pertumbuhan manusia merupakan masalah dalam menentukan patokan-
patokan yang akan dipakai dalam melaksanakan deteksi. Akan tetapi, dengan cara membandingkan
ukuran seorang anak pada waktu tertentu dengan kelompok sebayanya dapat ditentukan apakah anak
tersebut telah bertumbuh dan berkembang dengan baik.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sejak awal keadaan pertumbuhar dan perkembangan
anak harus dipantau, sehingga bila ada gangguan atau penyimpangan dapat segera ditangani dengan
benar. Untuk melakukan deteksi diperlukan suatu instrumen untuk mengetahui apakah anak telah
bertumbuh dan berkembang secara normal.

Instrumen atau alat deteksi dini merupakan suatu tes skrining yang telah distandardisasi.
Dengan melakukan tes skrining pada anak, maka dapat diketahui adanya kelainan, sehingga dapat
diramalkan keadaan tumbuh kembang anak di kemudian hari. Untuk skrining awal, deteksi tumbuh
kembang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan yang berada di puskesmas atau di lapangan dengan
menggunakan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita yang diterbitkan oleh Depkes RI (1996)
Pedoman tersebut meliputi berbagai tes atau pemeriksaan, yaitu;
1. Berat badan menurut tinggi badan anak(BB tehadap TB)

2. Pengukuran lingkar kepala anak (PLKA)

3. Kuesioner praskrining perkembangan (KPSP)

4. Kuesioner perilaku anak prasekolah (KPAP)

5. Tes daya lihat (TDL) dan tes kesehatan mata (TKM) bagi anak prasekolah

6. Tes daya dengar anak (TDD)

Berbagai macam pemeriksaan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tes untuk
deteksi pertumbuhan dan tes untuk deteksi perkembangan. Untuk pertumbuhan, tes yang dapat
digunakan adalah penentuan berat badan menurut tinggi badan dan pengukuran lingkar kepala.
Sedangkan untuk perkembangan, tes yang dapat dilakukan adalah KPSP,KPAP,TDL, TKM, dan TDD.

Pada buku ini, cara untuk menentukan penilaian dari masing-masing pemeriksaan yang terdapat
pada pedoman tersebut hanya dibahas secara umum. Untuk pemeriksaan yang lebih rinci dapat dibaca
langsung pada Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita (Depkes RI, 1996). Pembahasan dimulai dari
deteksi pertumbuhan kemudian baru perkembangan.

4.2 Deteksi Pertumbuhan dan Standar Normalnya

Sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya, pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya
saling terkait dan saling memengaruhi. Namun untuk mengetahui sejauh mana keadaan pertumbuhan
dan perkembangan anak dan apakah hal ersebut dapat berlangsung secara normal, maka diperlukan
parameter atau patokan-patokan yang berbeda antara pertumbuhan dan perkembangan. Dengan
mengetahui patokan- patokan ini, seorang petugas dapat melakukan deteksi terhadap keadaan anak.

Parameter untuk pertumbuhan yang sering digunakan, sebagaimana terdapat dalam pedoman
deteksi tumbuh kembang anak balita, adalah BB terhadap TB dan lingkar kepala anak. Parameter
tersebut mencakup ukuran antropometri dan paling mudah dilakukan di lapangan. Selain ukuran
antropometri, parameter lain yang dapat digunakan apabila ukuran antropometri meragukan adalah
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan radiologis. Berikut ini akan dibahas mengenai para -
meter yang dapat dipakai untuk mengetahui keadaan perkembangan anak.

4.2.1 Ukuran Antropometri

Pengukuran antropometri ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran seorang anak dengan
menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran). Ukuran antropometri
ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Tergantung umur yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur Misalnya. BB terhadap usia atau
TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong
normal untuk anak seusianya.

2. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran lainnya tanpa
memperhatikan berapa umur anak yang diukur.misalnya, BB terhadap TB. Ukuran ini digunakan untuk
mengetahui apakah proporsi anak tergolong normal.
Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunalkan untulk menentukan keadaan
pertumbuhan pada masa balita adalah:

1. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai untuk
memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur.

Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu
sekitar 10% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya meconium dan air seni yang
belum diimbangi asupan yang mencukupi misalnya produksi ASI yang belum lancar. Umumnya, berat
badan akan kembali mencapai berat lahir pada hari kesepuluh.

Pada bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700-1000 e
ram/bulan. pada triwulan I ekitar 50-600 gram/bulan. Iwulan msekitar 350-450 gram/bulan, dan pada
triwulan IV sekitar 250-350 gram/bulan.

Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan akan
bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulan berikutnya hanya +0,5kg/bulan. Pada tahun
kedua, kenaikannya adalah -+ 025 kg/bulan. Setelah 2 tahun, kenaikan berat badan tidak tentu, yaitu
sekitar 2,3 kg/ tahun. Pada tahap adolesensia (masa remaja) akan terjadi pertambahan berat badan
secara cepat (growth spurt).

Selain dengan perkiraan tersebut, BB juga dapat diperkirakan dengan gunakan rumus atau
pedoman dari Behrman (1992), yaitu:

1) Berat badan lahir rata-rata: 3,25 kg

2) Berat badan usia 3-12 bulan, menggunakan rumus:

Umur (bulan) +9 = n+9


2 2
3) Berat badan usia 1-6 tahun, menggunakan rumus:

(Umur (tahun) x2) + 8 = 2n + 8

Keterangan: n adalah usia anak

Untuk menentukan umur anak dalam bulan, bila lebih 15 hari dibulatkan ke atas, sementara bila
kurang atau sama dengan 15 hari, dihilangkan. Misalnya. saat ini seorang bayi berumur 5bulan 25 hari,
maka bayi tersebut dianggap berumur 6 bulan. Dengan demikian, bila menggunakan rumus Behrman,
BB bayi diperkirakan sebesar 7,5 kg. Sedangkan anak yang berumur di atas satu tahun, bila kelebihannya
di atas 6 bulan dibulatkan 1 tahun, sedangkan kelebihan 6 bulan atau kurang, dihilangkan. Misalnya,
bayi yang saat ini berumur2 tahun 6 bulan dianggap berusia 2 tahun, sehingga perkiraan berat badannya
adalah 12

Berat badan merupakan indikator sederhana yarg digunakan di lapangan atau Puskesmas untuk
menentukan status gizi anak, yaitu dengan menggunaka Kartu Menuju Sehat (KMS). Pada KMS dapat
diketahui apakah keadaan status gizi anak tergolong normal, kurang, atau buruk. Gambaran tentang
KMS dibahas pada pada bagian lain bab ini.

Berat Badan terhadap Tinggi Badan Anak Usia 0 – 5 Tahun

Tinggi BB BB BB BB BB BB
(cm) Normal Kurang Buruk Tinggi Normal Kurang Buruk
(100%) (<90%) (<80%) (cm) (100%) (<90%) (<80%)
52 3,8 3,4 3,0 81 11,2 10,1 9,0
53 4,0 3,6 3,2 82 11,4 10,3 9,1
54 4,3 3,9 3,4 83 11,6 10,4 9,3
55 4,6 4,1 3,7 84 11,8 10,6 9,4
56 4,8 4,3 3,8 85 12,0 10,7 9,6
57 5,0 4,5 4,0 86 12,2 11,0 9,8
58 5,2 4,7 4,2 87 12,4 11,1 9,9
59 5,5 4,9 4,4 88 12,6 11,3 10,1
60 5,7 5,1 4,6 89 12,8 11,5 10,2
61 6,0 5,4 4,8 90 13,1 11,8 10,5
62 6,3 5,7 5,0 91 13,4 11,9 10,7
63 6,6 5,9 5,3 92 13,6 12,2 10,9
64 6,9 6,2 5,5 93 13,8 12,4 11,0
65 7,2 6,5 5,8 94 14,0 12,6 11,2
66 7,5 6,8 6,0 95 14,3 12,8 11,4
67 7,8 7,0 6,4 96 14,5 13,1 11,6
68 8,1 7,3 6,5 97 14,7 13,3 11,8
69 8,4 7,6 6,7 98 15,0 13,5 12,0
70 8,7 7,8 7,0 99 15,3 13,7 12,2
71 9,0 8,1 7,2 100 15,6 14,0 12,5
72 9,2 8,3 7,4 101 15,8 14,2 12,6
73 9,5 8,5 7,6 102 16,1 14,5 12,9
74 9,7 8,7 7,8 103 16,4 14,7 13,0
75 9,9 9,0 7,9 104 16,7 15,0 13,4
76 10,2 9,2 8,2 105 17,0 15,3 13,6
77 10,4 9,4 8,3 106 17,3 15,6 13,9
78 10,6 9,5 8,5 107 17,6 15,9 14,1
79 10,8 9,7 8,6 108 18,0 16,2 14,4
80 11,0 9,9 8,8

Apabila dengan menggunakan KMS hasilnya meragukan, maka perlu dilihat pada Pedoman Tabel
Berat Badan terhadap Tinggi Badan yang terdapat pada Pedoman Deteksi Tumbuh kembang Anak
Prasekolah. Adapun tabel pedoman yang dimaksud adalah Tabel 4.1.

Dari tabel tersebut dapat ditentukan apakah keadaan BB anak tergolong nor-mal mal, kurang,
atau buruk. Untuk menentukan bagaimana keadaan BB anak, terlebih dahulu harus ditentukan tinggi
badan dan berat badannya, kemudian data tinggi badan tersebut digunakan untuk menentukan apakah
BB anak termasuk yang baik, kurang, atau buruk. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, BB
merupakan indikator sederhana untuk menentukan status gizi anak di masyarakat. Oleh karena itu,
berdasarkan Tabel 4.1 dan kurva pada KMS, status gizi anak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Status gizi normal, bila BB anak antara 90-100% dan BB standar atau pada KMS posisi BB berada di
bawah garis titik-titik.

2) Status gizi kurang, bila BB anak antara 80-90% dari BB standar atau pada KMS posisi BB berada di atas
garis titik-titik.

3) Status gizi buruk, bila BB anak kurang atau sama dengan 80% dari BB standar atau pada KMS posisi BB
berada di bawah garis merah.

Selain untuk mengetahui keadaan staus gizi anak, BB mempunyai arti yang penting mengenai apakah
seorang anak berada dalam keadaan normal dan sehat. Keuntungan lainnya adalah pengukurannya yang
mudah,sederhana, dan murah. Oleh karena itu, kegunaan BB adalah:

1)Sebagai informasi mengenai keadaan gizi, pertumbuhan,da kesehatan anak.

2) Untuk mengawasi kesehatan, sehingga dapat menentukan terapi apa yang sesuai dengan kondisi anak

3) Sebagai dasar untuk menentukan dasar perhitungan dosis obat ataupun diet yang diperlukan oleh
anak.

Meskipun berat badan merupakan ukuran yang diangap paling penting namun ukuran tersebut
mempunyai kelemahan, yaitu:

1) Tidak sensitif terhadap proporsi tubuh, misalnya, pendek gemuk atau tinggi kurus. Anak yang
mempunyai umur dan berat badan yang sama tetapi tinggi badannya berbeda akan memiliki postur
tubuh yang berbeda pula. Anak yang satu akan terlihat langsing, sementara anak lainnya mungkin
terlihat gemuk.

2) Terjadi perubahan yang berfluktuasi setiap harinya dalam batas-batas nor - mal. Perubahan ini dapat
terjadi sebagai akibat pengaruh asupan (intake seperti makanan/minuman dan output seperti urine,
keringat, dan pernafasan. Besarnya fluktuasi yang bergantung pada kelompok umur dan bersifat sangat
individual berkisar antara 100 – 200 gr sampai 500 – 100 gr (Soetjiningsih, 1994).

2. Tinggi Badan

Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan Panjang badan. Pada bayi yang baru
lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar +50cm. Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25
cm /bulan (1,5 x Panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsurberkurang sampai
usia 9tahun, yaitu hanya sekitar 5cm/tahun. Barupadamasa pubertas ada peningkatan pertumbuhan
tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5-25 cm/tahun pada wanita,sedangkan pada laki-laki
peningkatannya sekitar 10-30 em/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18-20
tahun.

Sepertihalnya berat badan, tinggi badanjuga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari
Behrman (1992), yaitu:

1) Perkiraan panjang lahir: 50 cm


2) Perkiraan panjang badan usia 1 tahun 1,5 x Panjang Badan Lahir

3) Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun (Umur x6) + 77 = 6n + 77

Keterangan: n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila 6 bulan
atau kurang, dihilangkan.

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting kedua. Keuntungan dari pengukuran
tinggi badan ini adalah alatnya yang murah, mudah dibuat, dan dibawa sesuai keinginan. Selain itu,
tinggibadan merupakan indicator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan
untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas.
Dengan menggunakan tabel tinggi dan berat badan dan mengetahui tinggi dan berat badan anak, maka
keadaan status gizi anak tersebut dapat diketahui. Sementara kerugiannya adalah perubahan dan
pertambahan tinggi badan yang relatif pelan serta sukar diukur, karena terdapat selisih nilai antara
posisi pengukuran saat berdiri dan saat tidur.

3. Lingkar Kepala

Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstandan tidak dipengaruhi oleh
faktor ras, bangsa, dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 4-35 cm.
Kemudian akan bertambah sebesar0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6
bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian
tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18
tahun lingkar kepala hanya bertamt +10 cm.

Pertambahan yang relatif konstan juga dapat diketahui dari proporsi besar kepala dengan
panjang badan. Saat lahir, kepala berukuran seperempat bagian dari panjang badan dan setelah dewasa,
besar kepala hanya seperdelapan dani panjang badan. Oleh karena itu, lingkar kepala ini hanya efektif
pada 6 bulan pertama sampai umur2-3 tahun, kecuali pada keadaan tertentu, seperibentuk kepala yang
besar pada anak yang menderita Hidrocephalus. Pada dua tahun pertama ini, pertumbuhan otak relatif
pesat.

Pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menaksir pertumbuhan otak. Berat otak waktu
lahir adalalh sekitar 350 gram, pada usia 1 tahun beratnya hampir mencapai 3 kali lipat yaitu 925 gram
75%, dan mencapai 90% pada usia 6 tahun.Pertumbuhan ukuran lingkar kepala umumnya mengikuti
pertumbuhan otaksehingga bila ada hambatan/gangguan pada pertumbuhan lingkar kepala,
pertumbuhan otak biasanyajuga terhambat.

Pengukuran lingkar kepala lebih sulit untuk dilakukan bila dibandingkan dengan ukuran
antropometri lainnya dan jarang dilakukan pada balita, kecuali apabila ada kecurigaan akan
pertumbuhan yang tidak normal. Namun alat yang dibutuhkan cukup sederhana, yaitu dengan pita
pengukuran (meteran).

Cara yang mudah untuk mengetahui pertumbuhan lingkar kepala adalah dengan melihat kurva
lingkar kepala pada Kartu Tumbuh Kembang Anak. Kurva ini dibedakan antara laki-laki dan perempuan.
Berikut ini gambaran kurva untuk anak perempuan.
Dari kurva tersebut tergambar dua daerah, yaitu dalam kurva yang berwarna hijau dan luar
kurva yang dibatasi oleh kedua garis putus-putus. Hasil pengukura dapat dinterpretasikan sebagai
berikut: "

1) Lingar kepala normal, apabila ukuran lingkar kepala berada di antara kedua garis putus-putus atau di
dalam jalur hijau.

2) Lingkar kepala tidak normal, apabila ukuran lingkar kepala berada di atas atau di bawah kedua garis
putus-putus atau di luar warna hijau. Untuk itu anak perlu dirujuk untuk mendapatkan penmeriksaan
lebih lanjut.

4. Lingkar Lengan Atas (LLA, lila)

Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir lingkar lengan atas sekitar 11 cm
dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak
banyak berubah sampai usia 3 tahun.

Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang
tidak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan
pertumbuhan anak prasekolah. Keuntungan dari pengukuran lingkar lengan atas adalah nurah,
mudah, alatnya bisa dibuat sendiri, dan siapa saja dapat melakukannya. Namun, kadang-kadang
hasil pengukuran kurang akurat karena sukar untuk mengukur lila tanpa menekan jaringan.

Pada praktiknya, pengukuran lila jarang digunakan kecuali ada gangguan pertumbuhan
atau gangguan gizi yang berat, sehingga pengukuran lila hanya efektif pada usia di bawah 3
tahun (usia prasekolah).

5. Lipatan Kulit

Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapular merupakan refleksi
pertumbuhan jaringan lemak di bawah kulit yang mencerminkan kecukupan energi. Apabila
anak mengalami defisiensi kalori, maka lipatan kulit menipis, lipatan tersebut akan menebal
bila anak kelebihan energi.

Selain ukuran antropometrik tersebut, terdapat beberapa ukuran lainnya yang hanya
dipakai untuk keperluan khusus, seperti adanya kelainan bawaan. Ukuran antropometrik yang
dimaksud adalah (1) lingkar dada dan (2) perawakan. Saat lahir, diameter transversal dan
anteroposterior dari lingkar dada hampir sama sebesarnya, yaitu sekitar 34-35 cm, sehingga
bentuk dadanya seperti silinder. Dengan bertambahnya usia, ukuran diameter transversal
menjadi lebih besar dibandingkan dengan diameter anteroposterior, hingga bentuk dada
menjadi gepeng. Pertambahan ukuran lingkar dada lebih lambat dibandingkan dengan ukuran
lingkar kepala. Sementaraitu, perawakan jarang digunakan untuk menentukan keadaan
pertumbuhan anak, tetapi pada kasus tertentu perlu diperhitungkan, meskipun kurang
berpengaruh Umumnya perawakan ini digunakan untuk meramalkan sifat atau karakter
seseorang. Menurut Kretschmer yang dikutip oleh Soetjiningsih (1995) terdapat 3jenis
perawakan, yaitu piknikus (tubuh yang gemuk dan pendek), atletikus (tubuh yang atletis), dan
asterikus (tubuh yang lurus dan tinggi).
Rata-rata ukuran anthropemetrik mempunyai kelemahan, yaitu kesulitan untuk
menetapkan usia yang tepat karena tidak semua anak mempunyai catatan tentang tanggal
lahirnya.

4.2.2 Keseluruhan Fisik

Dengan pemeriksaan fisik, dapat diketahui apakah seorang anak berada dalam keadan sakit atau sehat.
Meskipun di lapangan sekalipurn, pemeriksaan fisik jarang dilakukan untuk menentukan keadaan
pertumbuhan anak, padahal perlu diketahui kemungkinan terdapatnya gangguan pada fisik anak.
Berkaitan dengan pertumbuhan, hal-hal yang dapat diamati dari pemeriksaan fisik adalah:

1. Keseluruhan Fisik
Dilihat bentuk tubuh, perbandingan kepala, tubuh dan anggota gerak, ada tidaknya odema,
anemi, dan tanda gangguan lainnya.
2. Jaringan Otot
Dapat dilihat dengan cubitantebal pada lengan atas, pantat, dan paha untuk mengetahui lemak
subcutan.
3. Jaringan Lemak
Diperiksa dengan cubitan tipis pada kulit di bawah triseps dan subskapular.
4. Rambut
Perlu diperiksa pertumbuhanya,tebal/tipisnya rambut,serta apakah akar rambut mudah dicabut
atau tidak.
5. Gigi-geligi
Perlu diperhatikan kapan tanggal dan erupsi gigi susu atau gigi permanen.

4.2.3 Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologis

Pemeriksaan laboratorium dan radiologis baru dilakukan di klinik apabila terdapat gejala atau tanda
akan adanya suatu gangguan/penyakit, misalnya, anemi atau pertumbuhan fisik yang tidak normal.
Pemeriksaan laboratorium yang sering adalah pemeriksaan darah untuk kadar Hb,serum protein
(albumin dan globulin),dan hormon pertumbuhan.

Pemeriksaan radiologis dilakukan terutama untuk menilai umur biologis, yaitu umur tulang
(boneage). Biasanya, hal tersebut dilakukan bila ada kecurigaan akan adanya gangguan pertumbuhan.
Bagian tulang yang biasanya dirontgen adalah tulang radius sebelah kiri.

Untuk melakukan deteksi terhadap pertumbuhan pada anak, tidak semua para- meter tersebut
diperiksa oleh petugas. Di lapangan, petugas cukup melakulkan pengukuran berat badan, tinggi badan,
dan lingkar kepala sesuai dengan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Anak Balita. Apabila terdapat hasil
pengukuran yang tidak normal, maka anak perlu segera dirujuk untuk mendapatkan meriksaan lebih
lanjut. Tempat rujukan biasanya adalah klinik atau rumah sakit yang mempunyai fasilitas lebih lengkap
dan di sana pemeriksaan akan dilakukan secara lebih mendalam dengan menggunakan parameter-
parameter lain yang jarang digunakan di lapangan.

4.2.4 Deteksi Perkembangan


Jika pertumbuhan ditujukan untuk kematangan fisik, maka perkembangan lebih ditujukan untuk
membuat fisik mempunyai arti/makna dalam hidup.

Penilaian perkembangananak memilikibanyak model dan macamnya. Meskipun demikian, perlu


ada parameter-parameter atau patokan-patokan tertentu sehingga dapat dilakukan perbandingan
secara konsisten. Ada banyak parameter atau tes untuk

perkembangan anak, misalnya, tes IO tes psikomotorik, tes prestasi, dan lain-lain Masing-masing tes
tersebut disesuaikan dengan fungsi dan usia anak. Masing-masing tes tersebut dapat dipelajari di buku
Tumbuh Kembang Anak halaman 65-71 yang ditulis oleh Soetjiningsih.

Terkait dengan upaya memberikan asuhan kesehatan pada balita, supaya dapat melakukan
deteksi perkembangan anak, seseorang lebih dahulu harus memahami aspek-aspek dalam
perkembangan anak. Menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetiningsih,terdapat
empataspekperkembanganamak balita yaitu:

1. Kepribadian/tingkah laku sosial (personal socia), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan
untuk mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan.

2. Motorik halus (fine motor adaptive), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-
otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat, serta tidak memerlukan banyak tenaga, misalnya, kan
manik-manik ke dalam botol menempel, dan enggunting

3. Motorik kasar (gros motor). yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan sebagian besar bagian tubuh karena dilakukar dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar
sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya, berjalan dan berlari.

4. Bahasa (language), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons
terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara secara spontan. Padamasa bayi, kemampuan bahasa
bersfat pasif,sehingga pernyatan akan perasaan atau keinginan dilakukan melalui tangisan dan gerakan.
Semakin bertambahnya usia,anak.akan menggunakan bahasa aktif, yaitu dengan bertbicana.

Aspek-aspek perkembangan tersebut merupakan modifikasi dari tes/skrining perkembangan


yang dikemukakan oleh Frankerburg, yang dikenal dengan Denver Developmental Screening Test
(DDST), yaitu salah satu tes atau metode skrinir ngyang sering digunakan untuk menilai perkembangan
anak mulai usia 1 bulan sampai 6 tahun. Perkembangan yang dinilai meliputi perkembangan personal
sosial, motoric halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak.

DDST merupakan salah satu tes psikomotorik yang sering digunakan di klinik/ rumah sakit
bagian tumbuh kembang anak.Saat ini jenis DDST yang digunakan adalah DDST II lyang merupakan revisi
dari DDST. Dalam pelaksanaanya.DDST inimudah dan cepat untuk digunakan serta mempunyai validitas
yang relatif tinggi. Setiap kemampuan/tugas dari masing-masing aspek perkembangan digambarkan
dalam bentuk kotak persegi yang berurutan sesuai dengan usia anak.

Apabila digunakan di lapangan. DDST I tersebutadalah relatif rumit. Oleh karena partemen
Kesehatan (Depkes RD) melakukan modifikasi terhadap DDST II ini agar lebih mudah sehingga dapat
gunakan di lapangan, yaitu berupa Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (1996)
sebagaimanayang telah disinggun pada awal bab ini. Dengan tes yang terdapat pada buku pedoman ini,
petugas kesehatan yang berada di lapangan akan lebih mudah melakukan pemantauan perkembangan
anak

Selain dengan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang tersebut, pedoman lain yang dapat
digunakan di lapangan adalah Kartu Kembang. Anak KA) yang dikembangkan oleh Satoto (1990) dan
digunakan oleh Bina Keluarga Balita Departemen Kesehatan RI. KKAini berfungsi ganda, yaitu sebagai
alat pemantau dan sebagai alat komunikasi dalam membahas perkembangan anak antara petugas
dengan ibu dan keluarga. Dalam KKA ini, aspek perkembangan yang dipantau meliputi motorik kasar,
motorik halus, komunikasi pasif, komunikasi aktif, kecerdasan, kemampuan untuk menolong diri 'sendiri,
dan tingkah laku sosial.

Pemantauan perkembangan dengan menggunakan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita


atau KKA ini tidak hanya dapat dilakukan oleh petugas di lapangan, namun juga oleh kader, orang tua,
atau anggota keluarga yang lain, karena sudah dilengkapi dengan petunjuk mengenai cara
menggunakannya dan stimulasi yang diperlukan.

Berdasarkan buku Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang yang disusun oleh Deparitemen
Kesehatan tersebut, tes perkembangan yang dapat dilakukan adalah Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan, Kuesioner Perilaku Anak Prasekolah, Tes Daya Lihat dan Tes Kesehatan Mata, serta Tes
Daya Dengar Anak. ikut iniakan dijelaskan mengenai masing-masing tes secara singkat.

1. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

KPS merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang tua dan dipergunakan
sebagai alat untuk melakukan skrining pendahulu untuk perkembangan anak usia 3 bulan sampai 6
tahun. Daftar pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang harus dijawab oleh orang tua atau
pengasuh yang mengetahui keadaan perkembangan anak.

Pertanyaan dalam KPSP dikelompokkan sesuai usia anak saat dilakukan pemeriksaan, mulai
kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan, dan seterusnya sampai kelompok 5-6 tahun. Untuk usia ditetapkan
menurut tahun dan bulan, dengan kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contohnya, usia anak
yang 9 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 10 bulan, sementara usia 9 bulan 15 hari dibulatkan menjadi9
bulan.

Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab dengan 'ya' atau 'tidak' oleh orang tua. Setelah semua
pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai.

1) Apabila jawaban 'ya' berjumlah 9-10, berarti anak tersebut normal

(perkembangan baik).

2) Apabila jawaban'ya' kurang dari9, maka perlu diteliti lebihlanjut mengenai:

(1) Apakah vara nenghitung usia dan kelompok pertanyaannya sudah sesuai.

(2) Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan. Apabila ada kesalahan, maka
pemeriksaan harus diulang.

3) Apabila setelah diteliti, jawaban 'ya' berjumlah 7-8, berarti hasilnya adalah meragukan dan perlu
diperiksa ulang 1 minggu kemudian.
4) Apabilajawaban ‘ya' berjumlah 6 atau kurang berarti hasilnya kurang atau positif untuk perlu dirujuk
guna pemeriksaan lebih lanjut.

2. Kuesioner Perilaku Anak Prasekolah (KPAP)

KPAP adalah sekumpulan perilaku yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi secara dini kelainan-
kelainan perilaku pada anak prasekolah (usia3-6 tahun). Kuesioner ini berisi 30 perilaku yang perlu
ditanyakan satu per satu pada orang tua.

Setiap perilaku perlu ditanyakan apakah 'sering terdapat, kadang-kadang terdapat, atau 'tidak
terdapat. Apabila jawaban yang diperoleh adalah 'sering terdapat,' maka jawaban tersebut diberi nilai 2,
kadang-kadang terdapat' diberi nilai 1, dan 'tidak terdapat' diberi nilai 0. Apabila jumlah nilai seluruhnya
kurang dari sebelas, maka anak perlu dirujuk, sedangkan jika jumlah nilai 11 atau lebih maka anak tidak
perlu dirujuk. Pengisian kuesioner dapat dilakukan oleh petugas di lapangan, kader, guru atau orang tua
anak itu sendiri.

3. Tes Daya Lihat dan Tes Kesehatan Mata Anak Prasekolah

Tes ini merupakan alat untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada anak berusia 3-
6 tahun.Sebagaimana alat deteksi lainnya, tes ini juga digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan
daya lihat pada anak usia prasekolah secara dini, sehingga bila ada penyimpangan dapat segera
ditangani.

Untuk melakukan tes daya lihat diperlukan ruangan dengan penyinaran yang baik dan alat 'kartu
E' yang digantungkan setinggi anak duduk. Kartu E' ini berisi huruf E yang terdiri dari 4 baris. Baris
pertama huruf E berukuran paling besar kemudian berangs sur-angsur mengecil pada baris keempat.
Secara normal, anak dapat melihat huruf E pada baris ketiga. Apabila anak tidak dapat melihat huruf E
pada baris ketiga, maka perlu dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksakan kesehatan matanya. Perlu ditanyakan dan
diperiksa adakah:

1) keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur, atau pusing.

2) perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu dekat, atau sering mengkedip-kedipkan
mata.

3) kelainan mata seperti bercak bitot,juling, mata merah, dan keluar air.

Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata anak, maka anak tersebut perlu dirujuk.

4. Tes Daya Dengar Anak (TDD)

Tanpa pendengaran yang baik, anak tidak dapat belajar berbicara atau mengikuti pelajaran di sekolah
dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan deteksi secara dini atas fungsi pendengaran anak, sehingga
kemampuan pendengaran dan bicara anak dapat berkembang dengan baik.

Tes Daya Dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan sia anak, yaitu
kelompok usia 0-6 bulan, lebih dari 6 bulan, lebih dari 9 bulan, lebih dari 12 bulan, lebih dari 24 bulan,
dan lebih dari 36 bulan.Setiap pertanyaan perlu dijawab 'ya' Atau 'tidak. Apabila ada jawabannya adalah
tidak, berarti pendengaran anak tidak normal, sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Untuk informasi yang lebih jelas mengenai cara pelaksanaan dan penentuan indakan lebih lanjut
dari deteksi masing-masing tes/skrining. dapat dlihat pada Pedoman DeteksiTumbuh Kembang Balita,
Depkes RI (196).

4.4 Peran Perawat (Petugas Lapangan) dalam Upaya Deteksi Tumbuh Kembang Balita

Dalam upaya mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, khususnya
pada masa balita, diperlukan persiapan-persiapan baik dari orang tua maupun petugas kesehatan.
Petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada orang tua mengenai upaya yang
dapat dilakukan untuk memberikan stimulus pada anaknya, sehingga anak tersebut dapat bertumbuh
dan berkembang secara baik. Di lapangan, petugas yang mempunyai peran cukup penting dalam upaya
tersebut adalah tenaga perawat.

Peran perawat sudah dimulai ketika anak dalam kandungan, yaitu dengan melakukan
pemeriksaan kehamilan secara berkala dan deteksi risiko tinggi saat kehamilan, kemudian menolong
persalinan, serta merawat bayi dan ibu pasca persalinan.Sesuai dengan siklus kehidupan,peran perawat
pada masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

1. Dalam Kandungan (Masa Pranatal)

Agar pada masa ini janin dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, maka

perlukan tindakan-tindakan sebagai berikut.

1) Memantau perubahan fisik yang normal baik dari ibu maupun janinnya. Hal ini sesuai kewenangan
perawat untuk memberikan asuhan kehamilan fisiologis.

2) Deteksi awal risiko tinggi selama kehamilan. Apabila ditemukan adanya tanda-tanda risiko tinggi maka
harus segera dilakukan rujukan.

3) Menganjurkan untuk memenuhi kebutuhan gizi se cara baik selama hamil. Orang tua perlu
mengetahui bahwa saat hamil kebutuhan gizi meningkat karena untuk kesehatan ibu dan anak yang
dikandung.

4) Anjuran untuk menghindari penggunan obat bebas. Apabila ibu sakit, segera periksa ke dokter dan
jangan menggunakan obat-obatan bebas tanpa sepengetahuan dokter. Ada beberapa obat yang bila
diminum selama hamil dapat menimbulkan kecacatan atau gangguan pada janin.

5) Anjuran untuk menghindari penyakitinfeksi Adabtberapa penyakit infeksi yang dapat menimbulkan
gangguan fisik atau mental pada janin sehingga alami gangguan tumbuh kembang,. Kelompok penyakit
infeksi tersebut adalah TORCH yaitu Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalo-virus, dan Herpes

6) Anjuran untuk menghindari stres psikologis. Perasaan tertekan, tidak tenang, atau gangguan
psikologis lainnya dapat memengaruhi perkembangan janin.

7) Memberikan stimulus pada janin yang dikandung. Dengan mengajak untuk berkomunikasi,
mendengarkan suara musik, atau ceramah-ceramah agama dapat merangsang pendengaran janin.
2. Saat Kelahiran (Masa Natal)

Adanya gangguan dan penanganan persalinan yang tidak benar juga dapat memengaruhi tumbuh
kembang anak. Sesuai dengan Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan Neonatal (2000), peran
petugas pada masa persalinan adalah memantau rsalinan untuk melakukan deteksi dini terhadap
adanya komplikasi dan bersama-sama dengan keluarga memberikan bantuan serta dukungan pada ibu
bersalin baik secara fisik maupun psikologis. Untuk meminimalkan dampak pada kelahiran bayi, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:

1) Apabila ada tanda-tanda risiko tinggi pada proses kelahiran, segera lakukan rujukan sehingga ibu dan
anak dapat diselamatkan.

2) Apabila saat lahir bayi mengalami gangguan, segera berikan pertolongan pertama dan selanjutnya
segera dirujuk.

3) Apabila bayi lahir normal, maka bayi tersebut harus dijaga kestabilan kesehatannya.Sering karena
kelalaian petugas, bayi yang normal dan sehat memburuk keadaannya.

4) Hindari untuk menunda rujukan pada kasus risiko tinggi dengan harapan dapat menolong kelahiran
anaknya secara normal. Hal ini sering berakibat fatal.

3. Setelah Kelahiran (Masa pascanatal)

Setelah bayi lahir, hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah memulihkan kondisi bu dan memelihara
kesehatan bayi.Setelah masa-masa transisi bayi baru lahir lewat, hal yang perlu dilakukan adalah:

1) Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Segera setelah lahir, ASI dapat mulai diberikan. Selain untuk
memenuhi nutrisi, pemberian ASI juga merupakan upaya untuk memberikan stimulu sensori motor.

2) Memberikan stimulus untuk pertumbuhan dan perkembangan.

3) Memenuhi kebutuhan dasar yang meliputi asah, asih, dan asuh sebagaimana yang telah dibahas pada
bab terdahulu.

4) Memantau pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang
Balita.

Untuk melakukan peran diatas, langkah-langkah yang perlu adalah melakukan pengkajian untuk
menentukan masalah yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak serta melakukan perencanaan
tindakan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengkajian, masalah tumbuh kembang yang sering
timbul, dan tindakan yang diperlukan.

4.4.1 Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Sebagaimana telah disinggung pada pembahasan mengenai deteksi dini, pengkajian pertumbuhan, dan
perkembangan anak dimaksudkan untuk mengumpulkan data- data yang berkaitan dengan tumbuh
kembang anak, sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak. Dalam
melaksanakan pengkajian atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal penting yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan lancar. Untuk itu,
sebelum melakukan pengkajian, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dan dapat diterapkan di
lapangan adalah:
1. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya, memberi warna dinding netral, cukup
ventilasi, menjau peralatan yang menakutkan dari pandangan anak, dan menyediakan mainan.

2. Sebelum pengkajian sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak menjadi kooperatif. Dalam
hal in bukan berarti mengabaikan tugas utama, tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga
memudahkan pemeriksaan.

3. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak menakutkan anak.

4. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan mengurangi rasa takut
dari anak yang lain.

5. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak mengenai hal-hal yang
perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri kesempatan pada anak untuk membantu proses
pemeriksaan.

6. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring dipangkuan orang tua.

7. Berikan pujian kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak yang lain agar menjadi
tidak takut untuk diperiksa.

8. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui nasihat petugas.

Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat sehingga memudahkannya


dalam melaksanakan pemeriksaan dan meminim malkan kecemasanpada anak.Setelah memahami
prinsip-prinsip tersebut, berikutnya adalah melakukan pengkajian pada anak. Hal-hal yang perlu dikaji
adalah:

1. Riwayat Pranatal

Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda risiko tinggi saat hamil, seperti terinfeksi
TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah kehamilannya
dipantau secara berkala. Kehamilan risiko tinggi yang tidak ditangani dengan benar dapat
mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan
anaknya dapat diperkirakan.

2. Riwayat Kelahiran

Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara nor-mal, dan
bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat,
apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps,
partus lama, atau asep), maka gangguan tersebut dapat memengaruhi keadaan tumbuh
kembang anak.

3. Pertumbuhan Fisik

Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu dilakukan pengukuran antropometri dan
pemeriksaan fisik.Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering
digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah BB, TB, dan lingkar kepala.
Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak.
Apabil petugas akan mengkaji pertumbuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB,
dan lingkar kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri digunakan, berikut ini akan dijelaskan
cara pengukuran dari masing-masing ukuran antopometri:

1) Berat Badan (BB)

Untuk menentukan berat badan anak, hal yarng perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

(1) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah itera
(distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala.Timbangan yang digunakan dapat berupa dacin atau
timbangan injak.

(2) Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal tersebut dilakukan dengan
posisi berbaring. Untuk anak yang berusia 1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan
menggunakan dacin. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan berat badan
dapat dilakukan dengan posisi berdiri. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar berikut.

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:

(1) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila saja.

(2) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan perlu, cukup pakaian dalam
dacin, masukan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan. Sedangkan apabila
dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak tanpa dipegangi.

(3) Ketika menimbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas di atas tubuh bayi (tidak menempel)
untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.

(4) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarank untuk men berat badannya lebih dulu, kemudian
anak digendong oleh ibu dan ditimbang. Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan
ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rut berikut. BB anak-(BB ibu
dan anak)- BB ibu

(5 Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan.

(6) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu apakah
status gizi anaknormal, kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan
dengan melihat pada kurva KMS, apakah berada berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau,
kuning, atau merah.

2) Tinggi Badan (TB)

Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurann dikelompokkan menjadi untuk usia kurang dari 2
tahun dan usia 2 tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang dari2 tahun adalah
sebagai berikut:

(1) Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran).

(2) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja
(posisi ekstensI).
(3) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja
pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.

(4) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada tempat
tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit
kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur. Untuk lebih jelasnya, lihat
gambar berikut.

Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau lebih adalah sebagai berikut:

(1) Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkanbokong,
pungung.danbsagianbelakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat
pengukur.

(2) Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunaka sebilah papan dengan posisi horizontal
dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.Untuk lebihjelasnya, lihat Gambar 4.4.

3) Lingkar Kepala

Ukuran kepala dinyatakan norm apabila berada di antara batas tertinggi dan terendah dari kurva lingkar
kepala (lihat Gambar4.1).Bila ukuran kepala berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar
(makrocephali) sedangkan apabila ukuran kepala di bawah kurva normal, berarti ukuran kepala kecil
(mikrocephali). Kurva lingkar kepala in dibedakan antara laki-laki dan perempuan sebagaimana terlampir
pada buku ini. Adapun carapengukuran lingkar kepala adalah sebagai berikut:

A. Siapkan pita pengukur (meteran).

B. Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabela (frontalis) atau supra orbita bagian anterior menuju
oksiput pada bagian posterior. Kemudian tentukan nasilnya (lihat Gambar 4.3).

C. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala.

4) Lingkar Lengan Atas (Lila)

Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara pengukurannya perlu diketahui, yaitu sebagai
berikut:

(1) Tentukan lokasi lengan yangakandiukur. Pengukurandilakukan pada Pemilihan lengan kiri tersebut
dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan ehingga
ukurannya lebihstabil. Untuk lebihjelasnya, daerah lengan yang diukur lengan bagian kuri yaitu
pertengalhan pangal lengan denegan siku. lihat Gambar 4.5 berikut ini.

(2) Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas seperti pad gambar (dapat digunakan pita
pengukur) hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.

(3) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur.

(4) Catat hasil pengukuran pada Kasus Menuju Sehat (KMS) atau status anak.

5) Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan. Pengukurannya dilakukan
pada saat bernapas biasa (mid respiras) pada tulang Xifoidius (incisura substernalis). Pengukuran lingkar
dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi
berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai berikut:

(1) Siapkan pita pengukur.

(2) Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada seperti pada gambar diatas.

(3) Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.

4. Pemeriksaan Fisik

Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan, namun petugas perlu
mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar keadaan anak dapat diketahuisecara
keseluruhan. Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia,
ekdtremitas. Selain itu, tanda-tan keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada
pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik pada bayi dan
anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak dibahas secara khusus pada bagian ini.

5. Perkembangan Anak

Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku Pedoman Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah dibahas sebelum Dari pedoman ini dapat diketahui
mengenai keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal,
meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut,
maka dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca pada Buku Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih
(1996). nya.

6. Data Lain

Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang lainnya, seperti
pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama apabila anak berada di klinik.

4.4.2 Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan

Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita, terdapat
interpretasi hasil sebagai berikut:

1. Pertumbuhan dan perkembangan normal

Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan normal apabila grafik berat badan anak
berada pada jalur berwarna hijau pada kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik harus
naik dan sejajar mengikuti lengkunganjalur (kurva) berwarna hijau. Sementara, pertumbuhan anak
dikatakan ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran antropometriadalah BB/U;BB/M,
dan lingkar kepala/U.

Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan kemampuan/ kepandaian anak sesuai
dengan patokan yang berlaku. Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor yang
diperoleh saat pemeriksa harus berjumlah 9-10.Apabila menggunakan kalender balita KMS), maka
kemampuan anak sesual usia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila menesgunakan tes DDST,
anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia. Demikian juga untuk pemeriksaan
lainnya.

2. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal

Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat badan anak berada jauh di atas warna
hijau atau berada di bawah jalur hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran antropometri lain yang
mengikuti biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada.

Perkembangan anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan/ kepandaian anak tidak


dicapai sesuai dengan usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak
dapat mencapai tugas-tug perkembangannya, atau pada gambar kalender balita (KMS), kemampuan
anak tidak sesuai dengan usianya.

4.2 Kartu Menuju Sehat

4.2.1 Pengertian

Kartu Menuju Sehat atau yang sering disingkat dengan KMS adalah suatu kartu/alat penting yang
digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak (Soetjiningsih, 1996). KMS yang ada
untuk saat ini adalah KMS Balita, yaitu kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator
perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap
bulannya, dari sejak lahirs sampai berusia 5 tahun (Depkes RI, 1996). Dengan demil sebagai rapor
kesehatan dan gizi (catatan riwayat kesehatan dan gizi) balita. MS dapat diartikan

Secara umum, KMS berisi gambar kurva berat badan terhadap umur untuk anak berusia 0-5
tahun, atribut penyuluhan, dan catatan yang penting untuk diperhatikan oleh petugas dan orang tua,
seperti riwayat kelahiran anak, pemberian ASI dan makanan tambahan, pemberian imunisasi dan
vitamin A, penatalaksanaan diare di rumah, serta patokan sederhana tentang perkenmbangan
psikomotorik anak.

4.2.2 Tujuan Penggunaan KMS

Tujuan umum penggunaan KMS adalah mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan
anak balita secara optimal. Adapun tujuan khususnya meliputi

1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal.
2. Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan yang diperlukan
untuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal.
3. Mengatasi malnutrisi di masyarakat secara efektif dengan peningkatan
pertumbuhan yang memadai (promotivea).

4.2.3 Fungsi KMS Balita


Ada beberapa fungsi KMS Secara umum,fungsi-fungsitersebut dapat dikelompokan menjadi:
1. Sebagai media untuk mencatat/memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap.
2. Sebagai media penyuluhan bagiorang tua mengenai kesehatan balita.
3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan
tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita.
4. Sebagai kartu analisis tumbuh kembang balita.

4.2.4 Dasar Pembuatan Kurva pada KMS

Kurva/grafilk pertumbuhan padaKMS dibuat berdasarkan sandarbaku WHONCHSyang ikan dengan tuasi
Indonesia Batas kurva bagian atas adalah persentilkes0 dariberat badan ata-rata anak laki-laki dan garis
bawah adalah persentil ke-3

Kurva pertumbuhan tersebut dibagi dalam 5 kelompok(blok) sestuai dengan skalaberat dalam
kgdan garis datar yang merupakan skala umur menurut bulan. Kelompok 1 adalah untuk bayi berusia 0-
12 bulan, kelompok 2 adalah untuk usia 13-24 bulan kelompok 3 adalah untuk usia 25-36 bulan,
kelompok 4 adalah untuk usia 37-4 bulan, dan kelompok 5 adalah untuk usia 49-60 bulan.

Dalam setiap kelompok kurva terdapat garis melengkung yang menggambarkan pola
pertumbuhan berat badan, berupa garis berwarna merah dengan pita kunir hijau muda, dan hijau tua.
Masing-masing warna tersebut mempunyai dasar dan makna sebagai berikut:
1. Garis merah dibentuk dengan menghubungkan angka yang dihitung dari 70% median baku
WHO-NCHS.
2. Dua apita kuni ng yang berada di atas garis merah, berturut-turut merupakan batas atas
75% dan 80% dari median baku WHO-NCHS.
3. Dua pita warna hijau muda di atas pita kuning, berturut-turut merupakan batas atas 85%
dan 90% dari median baku WHO-NCHS.
4. Dua pita warna hijau tua di atas pita hijau muda, berturut-turut merupakan batas atas 95%
dan 100% median baku WHO-NCHS.
5. Dua pita warna hijau muda dan kuning paling atas, masing-masing bernilai 5 dari median
baku adalah daerah dimana anak-anak sudah mempunyai kelebihan berat badan.

Dari pengukuran kurva pertumbuhan BB, hasil berikut ini dapat diinterpretas

1) Apabila pada pengukuran arah garis meningkat (mengikuti arah kurva),berarti pertumbuhan anak
baik.

2) Apabila pada pengukuran arah garis mendatar, berarti pertumbuhan kurang baik sehingga anak
memerlukan perhatian khusus.

3) Apabila pada pengukuran arah garis menurun, berarti anak memerlukan tindakan segera.

Dari interpretasi tersebut dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan anak baik apabila engikuti arah
lengkungan kurva. Kedudukan anak pada kurva merupakan keadan persentasi/persentil tertentu.

4.2.5"Growth Monitoring Promotion" (GMP)

GMP adalah suatu kegiatan pengukuran pertumbuhan anak yang dilakukan secara teratur, dicatat, dan
kemudian diinterpretasikan dengan maksud agar dapat memberikan penyuluhan serta melakukan
tindakan lanjut. Terdapat empat elemen kunci dari GMP, yaitu:

1. Merupakan strategi pencegahan sebelum terjadi gangguan pertumbuhan, yaitu dengan penimbangan
secara teratur.
2. Merupakan strategi mengubah lingkungan anak yang kurang sesuai melalui komunikasi yang efektif
dengan ibu.

3. Berhubungan dengan lingkungan secara menyeluruh yang memengaruhi tumbuh kembang anak.

4. Ibu/masyarakat ikut terlibat dalam usaha mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

kesalahan yang sering terjadi pada kegiatan GMPadalah kuratif lebih diutamakan daripada
preventif, pemantauan dimulai terlambat, penimbangan dan pengisian kartu sering dilaksanakan secara
rutin tanpa ada umpan balik, pemberian makanan mbahan menjadi satu-satunya aktivitas, interaksi
antara petugas dan orang tua kurang.dan seringnya orang tua beranggapan apabila GMPIlancar maka
ana tidak bermasalah.

Anda mungkin juga menyukai