Askep Kolelitiasis FIKS
Askep Kolelitiasis FIKS
Askep Kolelitiasis FIKS
R
DENGAN TINDAKAN OPERASI LAPAROSCOPY
CHOLELHITIASIS DI RUANG MERANTI
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oleh :
ISMAUL HUSNA PADANG 190202013
KAROLIN SEPTIAN SIHALOHO 190202014
KATRIN SIREGAR 190202015
LIS HERLEY TINAMBUNAN 190202016
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Berdasarkan uraian latar beakang diatas, maka dirumuskan masalah
mengenai studi kasus terhadap kejadian Kolelitiasis di Ruangan Meranti
Rumah Sakit Usu Medan
2. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan studi kasus, mampu :
C. Manfaat Penulisan
2. Manfaat Pendidikan
2. Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna
namun yang paling penting adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi
kandung empedu. Batu empedu dapat terjadi dengan atau tanpa factor
resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak factor resiko yang dimiliki
seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya batu empedu,
diantaranya :
a. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena batu
empedu dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormone
esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh
kandung empedu. Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen
juga meningkatkan resiko terkena batu empedu. Penggunaan pil
kontrasepsi dan terapi hormone (esterogen) dapat meningkatkan
kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitis
pengosongan kandung empedu.
b. Usia
Resiko untuk terkena batu empedu meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung
untuk terkena batu empedu dibandingkan dengan orang usia yang
lebih muda
c. Berat badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko
lebih tinggi untuk terjadi batu empedu. Ini dikarenakan dengan
tingginy BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun
tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi
kontraksi/pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat yang cepat (seperti setelah
operasi gastrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur
kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi
kandung empedu.
e. Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga batu empedu mempunyai resiko
lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga
f. Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadi batu empedu. Ini mungkin disebabkan oleh kandung
empedu lebih sedikit berkontraksi.
g. Penyakit usus halus
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan batu empedu adalah
crhon disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik
h. Nutrisi intravena jangka lama
Nutirisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu
tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada
makanan/nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk
terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu. (
NANDA NIC-NOC, 2015)
3. Manifestasi Klinis
Tanda gejala menurut (Brunner & Suddarth, 2014 :186)
1. Perut atas, epigastric, atau sakit abdominal kanan atas yang dapat
menyebar ke bahu kanan.
2. Rasa sakit pada Right Upper Quadrant (RUQ) meningkat dengan
palpasi abdomen kanan atas selama inspirasi ( tanda Murphy )
menyebabkan pasien berhenti mengambil nafas panjang.
3. Mual dan muntah, terutama setelah makan makanan berlemak.
4. Selera makan hilang.
5. Demam.
6. Udara bertambah pada saluran usus ( bersendawa, kentut ).
7. Kulit gatal – gatal karena terbentuknya garam empedu.
8. Feses berwarna tanah liat karena kurangnya urobilinogen didalam
usus (biasanya dikonversi dari bilirubin yang telah diblok dengan
aliran empedu)
9. Penyakit kuning-kulit warna kekuningan dan membrane mukosa
berubah warna.
10.ikterus-perubahan warna menjadi krkuningan pada sklera (putih pada
mata)
11.urine warna gelap dan berbusakarena ginjal berusaha membersihkan
bilirubin.
4. Patofisiologi
5. Komplikasi
Komplikasi dari kolelitiasis diantaranya adalah :
a. Empiema kandung empedu, terjadi akibat perkembangan
kolesistitis akut dengan sumbatan duktus sistikus persisten menjadi
superinfeksi empedu yang tersumbat disertai kuman kuman
pembentuk pus.
b. Hidrops atau mukokel kandung empedu terjadi akibat sumbatan
berkepanjangan duktus sitikus.
c. Gangren, gangrene kandung empedu menimbulkan iskemia dinding
dan nekrosis jaringan berbercak atau total.
d. Perforasi : Perforasi lokal biasanya tertahan oleh adhesi yang
ditimbulkan oleh peradangan berulang kandung empedu. Perforasi
bebas lebih jarang terjadi tetapi mengakibatkan kematian sekitar
30%.
e. Pembentukan fistula
f. Ileus batu empedu : obstruksi intestinal mekanik yang diakibatkan
oleh lintasan batu empedu yang besar kedalam lumen usus.
g. Empedu limau (susu kalsium) dan kandung empedu porcelain.
6. Pemeriksaan Penunjang
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua
data – data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif
terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spritual klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat
data dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan
data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik.
(Asmadi, 2008)
1. Identitas pasien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal, tempat
tanggal lahir, pekerjaan dan pendidikan. Kolelitiasis biasanya ditemukan
pada 20 -50 tahun dan lebih sering terjadi anak perempuan pada dibanding
anak laki – laki. (Cahyono, 2014)
2. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
abdomen pada kuadran kanan atas, dan mual muntah.
3. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman
dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.
2) Riwayat kesehatan dahulu
kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga (genogram)
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini
menyerang sekelompok manusia yang memiliki pola makan dan gaya
hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis
mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat
keluarga.
4. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum. Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda–tanda vital
yaitu tekanan darah, nadi, RR, dan suhu.
2) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
3) Kulit. Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash lesi,
bintik–bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna, bentuknya
ada cairan atau tidak, kelembaban dan turgor kulit baik atau tidak..
4) Kepala. Simetris Pada anak dengan glomelurus nefritis akut biasanya
ubun-ubun cekung, rambut kering.
5) Mata. Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya nampak
edema pada kelopak mata, konjungtiva anemis, pupil anisokor, dan
skelera anemis.
6) Telinga. Bentuk, ukuran telinga, kesimetrisan telinga, warna, ada
serumen atau tidak, ada tanda – tanda infeksi atau tidak, palpasi
adanya nyeri tekan atau tidak.
7) Hidung. Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, lesi, sumbatan,
perdarahan tanda–tanda infeksi, adakah pernapasan cuping hidung
atau tidak dan nyeri tekan.
8) Mulut
Warna mukosa mulut dan bibir
tekstur, lesi dan stomatitis. Langit–langit keras (palatum durum) dan
lunak, tenggorokan, bentuk dan ukuran lidah, lesi, sekret, kesimetrisan
bibir dan tanda–tanda sianosis.
9) Dada. Kesimetrisan dada, adakah retraksi dinding dada, adakah bunyi
napas tambahan (seperti ronchi, wheezing, crackels). bunyi jantung
tambahan seperti (mur mur), takipnea, dispnea, peningkatan
frekuwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul).
10) Abdomen.
Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal adanya nyeri tekan,
palpasi hepar, adakah distensi, massa, dengarkan bunyi bising usus,
palpasi seluruh kuadran abdomen, Biasanya pada Kolelitiasis terdapat
nyeri pada perut bagian kanan atas.
11) Genitalia dan rectum a. Lubang anus ada atau tidak
a) Pada laki–laki inspeksi uretra dan testis apakah terjadi hipospadia
atau epispadia, adanya edema skrotum atau terjadinya hernia serta
kebersihan preputium.
b) Pada wanita inspeksi labia dan klitoris adanya edema atau massa,
labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina adakah secret
atau bercak darah.
12) Ekstremitas.
Inspeksi pergerakan tangan dan kaki, kaji kekuatan otot, palpasi ada
nyeri tekan, benjolan atau massa.
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien kolelitiasis menurut
(Nanda NIC-NOC 2015) adalah:
a. Hipertermia b.d peningkatan laju metabolism, proses
penyakit (inflamasi)
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis:
obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi,
iskemiajaringan/nekrosis (kematian jaringan).
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan melalui penghisapan gaster berlebih, muntah,
distensi, danhipermotilitas gaster
d. Resiko Syok
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d tidak adekuatnya intake nutrisi (tonus otot/peristaltik
usus menurun).
6. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada pasien kolesistitis menurut (NANDA
NIC-NOC 2015 : hal 273) adalah:
a. Hipertermia b.d peningkatan laju metabolism, proses penyakit
inflamasi
Tujuan : thermoregulation
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan RR
dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak
ada pusing
Intervensi :
a) monitor suhu tubuh sesering mungkin
Rasional : Suhu 38,9-41,1 menunjukkan adanya proses infeksius
akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis Mengetahui
penyakit dengan nilai suhu dan membantu dalam menetapkan
intervensi tindakan
b) monitor IWL
Rasional : IWL (Insensible Water Loss) adalah hilangnya cairan
yang tidak dapat dilihat dengan melalui evaporasi dan respirasi.
Meminitor IWL bertujuan untuk Mengetahui jumlah cairan yang
hilang
c) monitor warna dan suhu kulit
Rasional : Perubahan pada warna dan suhu kulit merupakan
indikasi demam
d) monitor tekanan darah, nadi dan RR
rasional : dengan adanya panas berlebihan mengakibatkan
hemodinamika di dalam tubuh terganggu
e) berikan anti piretik
Rasional : obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali
pusat pengatur panas.
f) kompres pasien pada lipatan paha dan axial
rasional : Untuk merangsang penurunan panas melalui efek
kerja konduksi Penyediaan udara brsih
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis:
obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia,
jaringan/nekrosis (kematian jaringan) nekrosis (NANDA NICNOC
2015 : hal 273) adalah :
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawan nyeri berkurang.
Kriteria hasil : skala nyeri menurun (0-2), tanda-tanda vital stabil,
ekspresi wajah rileks.
Intervensi :
a) Observasi dan catat lokasi, karakter nyeri dan skala nyeri (0-10)
Rasional : membantu dalam menentukan penyebab nyeri dan
memberikan informasi yang jelas mengenai penyakit,
komplikasi dan terapi yang efektif.
b) Catat respons terhadap obat
Rasional: nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin
dapat menunjukkan terjadinya komplikasi.
c) Ajuarkan klien untuk bed rest, dan berikan posisi yang nyaman.
Rasional: bed rest pada posisi fowler rendah akan mengurangi
tekanan intraabdomen dan menurunkan nyeri
d) Ajarkan teknik relaksasi seperti bimbingan imajinasi,
visualisasi, latihan napas dalam. Berikan aktivitas diversional.
Rasional: teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri.
e) Ciptakan lingkunggan yang nyaman (turunkan suhu ruangan).
Rasional: mendukung mental psikologik dalam persepsi tentang
nyeri.
f) Berikan kompres hangat pada area nyari.
Rasional: vasidilatasi menurunkan spasme.
g) Monitor tanda-tanda vital setiap 2 jam.
Rasional: meningkatnya tand-tanda vital menunjukkan
peningkatan nyeri.
h) Mempertahankan komunikasi dengan klien dan dan gunakan
teknik mendengar yang baik.
Rasional: meningkatkan kenyamanan klien, koping,
menurunkan kecemasan dan membantu klien memfokuskan
perhatian sehingga dapat menurunkan nyeri.
i) Berikan analgesic, sedatif dan relaksasi otot.
Rasional: menurunkan nyeri, menurunkan inflamasi dan spasme
otot. f) Berikan kompres hangat pada area nyari.
Rasional: vasidilatasi menurunkan spasme.
g) Monitor tanda-tanda vital setiap 2 jam.
Rasional: meningkatnya tand-tanda vital menunjukkan
peningkatan nyeri.
h) Mempertahankan komunikasi dengan klien dan dan gunakan
teknik mendengar yang baik.
Rasional: meningkatkan kenyamanan klien, koping,
menurunkan kecemasan dan membantu klien memfokuskan
perhatian sehingga dapat menurunkan nyeri.
i) Berikan analgesic, sedatif dan relaksasi otot.
Rasional: menurunkan nyeri, menurunkan inflamasi dan spasme
otot.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
melalui penghisapan gaster berlebih, muntah, distensi, dan
hipermotilitas gaster ( NANDA NIC-NOC, 2015:321) adalah :
Tujuan: resiko tinggi kekurangan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil : turgor kulit elastis, membrane mukosa lembab,
pengisian kapiler <3 detik, intake dan output seimbang dan tandatanda
vital dalam rentang normal.
Intervensi :
a) Kaji status hidrasi klien (membrane mukosa, turgor kulit
pengisian kapiler.
Rasional: sebagian data awal untuk intervensi selanjutnya.
b) Monitor intake dan output cairan.
Rasional : identifikasi keseimbangan sirkulasi cairan.
c) Awasi tanda rangsangan muntah, dan frekuensi muntah.
Rasional : muntah dan aspirasi gaster dapat menyebabkan
hypokalemia.
d) Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : perubahan tanda-tanda vital merupakan indicator
hypovolemia.
e) Berikan perawatan mulut dan bibir.
Rasional : meningkatkan kelembaban mokusa mulut dan
mencegah bibir pecah.
f) Anjurkan cukup minum (minum 2500ml/hari).
Rasional: mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
g) Kolaborasi pemberian antiematik
Rasional: mengurangi mual dan muntah
h) Pemberian cairan lV.
Rasional : mempertahan kebutuhan cairan.
i) Pemasangan NGT.
Rasional : menurunkan distensi lambung.
d. Resiko syok ( NANDA NIC-NOC, 2015:341).
Tujuan : syok prevention, syok management
Kriteria hasil : nadi dalam batas yang diharapkan, irama jantung
dalam batas yang diharapkan, frekuensi napas dalam batas yang di
harapkan, natrium serum dbn, kalium serum dbn, klorida serum
dbn, kalsium serum dbn, magnesium serum, dbn, PH darah serum
dbn, mata cekung tidak ditemukan, demam tidak di temukan, TD, dbn,
hematokrit dbn
Intervensi :
a) Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut
jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refil.
Rasional :mengetahui aliran darah yang mengalir pada tubuh
b) Monitor suhu dan pernafasan
Rasional : hipotensi (termsduk postural), takhikardi, demam
dapat menunjukkan respon kehilangan cairan Monitor input dan
output.
Rasional : mengetahui pemasukan dan pengeluaran cairan
c) Monitor tanda awal syok
Rasional : untuk mencegah dan mengantisipasi komplikasi
d) Monitor fungsi neurologis
Rasional : mengetahui keadaan neurologis
e) Monitor fungsi renal (e.g BUN dan Cr Lavel)
Rasional : mengetahui fungsi renal.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan pencernaan (NANDA NIC-NOC
2015:302).
Tujuan : perubah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.
Kriteria Hasil : berat badan meningkat, porsi makan habis, distensi
abdomen tidak terjadi, mual dan muntah teratasi.
Intervensi :
a) Kaji pola makan dan kebutuhan kalori.
Rasional : untuk mengetahui intake kalori yang diperlukan
setiap hari.
b) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : penurunan berat badan menunjukkan intake kalori
tidak adekuat.
c) Diskusikan makanan yang disukai dan ditoleransi.
Rasional : meningkatkan toleransi intake makanan.
d) Anjurkan gosok gigi sebelum dan sesudah makan.
e) Rasional : menjaga kebersihan mulut dan meningkatkan nafsu
makan.
f) Konsultasi pada ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat.
Rasional : bermanfaat dalam menentukan kebutuhan nutrisi
melalui rute yang paling tepat.
g) Anjurkan mengurangi makanan berlemak dan menghasilkan gas.
Rasional : pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada
kandung empedu dan nyeri.
h) Berikan diet rendah lemak.
Rasional : mencegah mual dan spasme gaster.
i) Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi klien.
Rasional : membantu mengeluarkan flatus, penurunan distensi
abdomen.
j) Monitor dan catat intake makanan
Rasional : mengetahui keadekuatan intake makanan.
k) Kolaborasi dalam pemberian nutrisi total dan garam empedu.
Rasional : untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi.
7. Implementasi keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana
asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses
keperawatan. Namun demikian, dibanyak lingkungan perawatan
kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah
pengkajian. (Potter & Perry, 2005)
8. Evaluasi keperawatan
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
(Asmadi, 2008).
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan.
Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali dalam siklus tersebut mulai
dari pengkajian ulang (reassesment) secara umum evaluasi ditunjukan
untuk : Evaluasi formatif : dilakukan setiap kali selesai melakukan
tindakan, mengevaluasi proses keperawatan yang telah dilakukan, dan
biasanya berupa catatan perkembangan. Evaluasi sumatif : menggunakan
rekapan terakhir secara paripurna, menggunakan catatan naratif, dan pada
saat pasien pulang
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Demografi
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 60 tahun
Suku Bangsa : Batak
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat :
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Ruangan : Meranti/Kelas II
Diagnosa Medis : Colelitiasis
Tanggal MRS : 6 Agustus 2019
Tanggal Pengkajian : 6 Agustus 2019
2. Riwayat Kesehatan
a. Alasan Masuk Rumah Sakit
Ny. R mengatakan nyeri di daerah perut pada bagian abdomen
bawah dan sampai kepinggang seperti ditusuk tusuk jarum, nyeri
dirasakan saat beraktivitas sejak 1 bulan yang lalu, skala nyeri 5,
nyeri bersifat hilang timbul.
b. Objektif
Klientampak cemas danbertanyaberapa lama
operasiberlangsung.TD : 120/80 mmHg, HR : 108x/menit, SpO2
: 97%, ekspresi wajah klien meringis. akral kulit terabadingin.
c. Genogram
x x x
x x x x x
Keterangan:
Laki-laki hidup
x Perempuan hidup
Perempuan meninggal
Pasien
Tinggal Serumah
Laki-laki meninggal
4. Pola
a. Aktivitas
No AKTIVITAS 0 1 2 3 4
1. Mandi √
2. Berpakaian √
3. Eliminasi √
4. Mobilisasi di tempat √
tidur
5. Pindah √
6. Makan dan minum √
Keterangan:
0 = Mandiri
1 = Dibantu sebagian
2 = Perlu bantuan orang lain
3 = Perlu bantuan orang lain dan alat
4 = Tergantung orang lain dan alat
SMRS MRS
Pola Istirahat Pasien mengatakan tidur ± 7-8 Pasien mengatakan tidur ± 5
jam jam/hari dan sering terbangun
sesekali
Pola Eliminasi BAB BAK BAB BAK
Pasien Pasien Pasien Pasien
mengatakan mengatakan mengatakan terpasang
BAB tidak BAK 5-6 x/hari tidak ada kateter dan
ada dalam BAB urine 1200 cc
1minggu selama di
rumah sakit
Pola Makan dan Pasien mengatakan 3x/hari Pasien mengatakan makan
Minum dengan porsi sedang dan habis 3/hari dengan porsi sedang
dan minum 8 gelas/hari dan sisa ½ porsi dan minum 7
gelas/hari.
Pola Kebersihan Pasien mengatakan mandi Pasien mengatakan mandi
2x/hari dan gosok gigi 2x/hari 2x/hari dengan cara di lap,
dan belom ada sikat gigi
9. 5. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum.
Pemeriksaan tingkat kesadaran : Compos Mentis
tanda–tanda vital :
SMRS MRS
TD 120/80 mmHg 150/90 mmHg
HR 80 x/Menit 90x/Menit
RR 20x/Menit 23x/Menit
Temp 37,2 37
2. Mata
Inspeksi : kelengkapan dan kesimetrisan mata (+), eksoltamus (-),
endoltamus(-), kelopak mata oedema (-) , bulu mata tidak rontok ,
konjungtiva ananemis, warna iris coklat, scelera merah muda, reaksi pupil
terhadap cahaya (+), nigtasmus (-), stabismus (-) , lapang pandang normal.
3. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris serumen (-) tidak ada lesi, perdarahan (-),
ukuran normal, perforsi (-).
Palpasi : nyeri tekan (-), pembengkakan (-), telinga tidak teraba hangat.
4. Hidung
Inspeksi : Perdarahan (-), kotoran (-), polip (-), bentuk tulang hidung tidak
bengkak.
Palpasi : Nyeri tekan (-), Pembengkakan (-).
5. Mulut
Inspeksi : Labioskisis (-), Palatoskisis (-), Labiopalatoskisis (-), tidak ada
lesi, bibir kering, gigi karies (-), kotoran (-), gigi palsu (-), gingivitis (-),
warna lidh merah muda, anses (-), benda asing (-), pembesaran tonsil (-).
6. Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, Peradangan (-), Jaringan parut (-), Perubahan
warna (-), Massa (-), Pembesaran vena jugularis (-).
Palpasi : Pembesaran kelenjar limfe, Tidak ada nyeri tekan.
7. Wajah
Inspeksi : Ekspresi wajah klien gelisah, Warna kulit kecoklatan, Kondisi
wajah simetris, Kelumpuhan otot-otot fasialis (-).
8. Torak dan Paru
Inspeksi : Bentuk torak normal, Bentuk dada simetris, sianosis (-), Batuk (-
).
Palpasi : Ekspansi posterior seimbang, Pemeriksaan taktil fokal fremitus
getaran antara kanan dan kiri teraba sama.
Perkusi : Area paru sonor / normal.
Auskultasi : Suara nafas area fesikuler bersih, Area bronchi bersih, area
bronchial bersih, area bronkofesikuler bersih, suara tambahan (-).
9. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba kuat.
Perkusi : Batas jantung normal.
Auskultasi : Bunyi jantung 1 & 2 normal.
10. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen datar,, massa/benjolan (-) bentuk simetris.
Auskultasi : Frekuensi peristaltik usus terdengar 5 kali/ menit.
Palpasi : Nyeri tekan pada bagian abdomen dextra.
11. Genitalia
Tidak dilakukan pengkajian
6. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksan Penunjang
DO :
Nyeri Epigastrium
1. Klien tampak meringis dan
membungkuk
2. TTV
N: 95x/mnt, RR:24x/mnt
3. Pengkajian nyeri
P: saat beraktivitas
Q: ditusuk-tusuk
R:perut kanan atas
S: 5
T: persisten
4. Murphys sign (+)
DO:
Klinis : pasien terlihat lemas dan
pucat, mengalami penurunan Distensi duktus biliaris dan
BB, lemak subkutan tipis peningkatan kontraksi
Lab : peristaltik
Protein biasanya rendah ( N : 6,1
– 8,2 gr), gula darah PP ( 100-
120 mg/dl
Gangguan Gastrointestinal
Mual , muntah , Anoreksia
2. Post Operatif
Resiko Infeksi
c) DiagnosaKeperawatan
1. Pre Operatif
a. Nyeri akut berhubungan dengan Nyeri Episgastrium
b. Ketidakseimbangan Nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi tidak
adekuat
2. Post Operatif
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
ditandai dengan nyeri bila ditekan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan post tindakan luka
insisi
D) Intervensi keperawatan
1. Pre Operatif
2. Post Operatif
No. Dx. Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi Karakteristik
berhubungan tindakan 1 x 3 jam , nyeri mulai dari penyebab
dengan proses diharapkan masalah lokasi, skala dan waktu
pembedahan Nyeri pada klien teratasi Nyeri
ditandai dengan kriteria hasil : 2. Berikan Posisi Semi
dengan nyeri 1. Klien mampu Fowler
bila di tekan mengidentifikasi dan 3. Berikan Kompres Hangat
Skala nyeri: 5 emngatasi Nyerinya pada daerah Nyeri
2. Skala Nyeri 2 4. Ajarkan Teknik Relaksasi
3. TTV dalam Batas distraksi seperti
Normal dan pasien mendengar musik, atau
terlihat lebih tenang menonton tv
5. Lakukan kolaborasi
pemberian analgesik.
dilakukan
Implementasi
1. Pre Operatif
2. Post Operatif
4.1 KESIMPULAN
Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu,
atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya
adalah kolesterol. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsure
yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung
empedu. Penyebab terjadinya kolelitiasis/batu empedu belum diketahui secara
pasti. Penatalaksanaan dari kolelitiasis ini dapat dilakukan dengan pembedahan
maupun non pembedahan serta menjalani diet rendah lemak, tinggi protein, dan
tinggi kalori agar tidak terbentuk batu empedu di dalam kandung empedu. Oleh
karena itu, asuhan keperawatan yang baik diperlukan dalam penatalaksanaan
kolelitiasis ini sehingga dapat membantu klien untuk dapat memaksimalkan
fungsi hidupnya kembali serta dapat memandirikan klien untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia.
4.2 SARAN
Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan umumnya pada
mahasiswa keperawatan pada khususnya mengetahui lebih dalam tentang penyakit
kolelitiasis. Kepada para perawat, kami sarankan untuk lebih aktif dalam
memberikan penyuluhan untuk mengurangi angka kesakitan penyakit kolelitiasis.
Dengan tindakan preventif yang dapat dilakukan bersama oleh semua pihak, maka
komplikasi dari kolelitiasis akan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA