Jurnal Naoh
Jurnal Naoh
Jurnal Naoh
ABSTRACT. Color has an important role in the appeal of a product, so that the use of dyes
both natural and synthetic become a necessity that can not be avoided. β-naphtol is a
synthetic dye used as a coloring agent clothing. This study aims to find the influence of the
concentration of sodium hydroxide to yield β-naphtol. The method used in this research is the
method of sulfonation. Naphthalene reacted with H2SO4 and heated to a temperature of
170oC and soda ash is added to maintain the temperature and allowed to stand until they
reach room temperature. Then added a solution of lime and filtered. The filtrate is
naphthalene sodium sulfate crystals are then added a solution of NaOH, heated to a
temperature of 300oC and cooled to room temperature. Further diluted with hot water and
thick drops of concentrated HCl excess, it will form crystals precipitate β-naphtol can be
weighed. The result is the best concentration of 1.25 mol NaOH by the equation y = 9,9737X
+ 81.905 and R2 = 0.8519. The conclusion was that the higher concentration of NaOH,
giving a yield of β-naphtol were higher as well to a concentration of 1.25 mol. However, after
the concentration of NaOH was increased to 1.5 mol, the yield decreased.
ABSTRAK. Warna memiliki peran penting dalam memberikan daya tarik terhadap suatu
produk, sehingga penggunaan zat pewarna baik yang alami maupun sintesis menjadi
kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan. β-naphtol merupakan salah satu zat pewarna
sintesis yang biasa digunakan sebagai zat pewarna pakaian. Penelitian ini bertujuan untuk
mencari pengaruh konsentrasi Natrium Hidroksida terhadap rendemen β-naphtol. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sulfonasi. Naftalen direaksikan dengan
H2SO4 dan dipanaskan hingga suhu 170oC, lalu ditambahkan soda abu dengan
mempertahankan suhunya dan didiamkan hingga tercapai suhu ruangan. Kemudian
ditambahkan larutan lime dan disaring. Filtrat merupakan kristal sodium naftalena sulfat yang
selanjutnya ditambahkan larutan NaOH, dipanaskan hingga suhu 300oC dan didinginkan
hingga suhu ruangan. Selanjutnya diencerkan dengan air panas dan diteteskan HCl pekat
berlebih, maka akan terbentuk endapan kristal β-naphtol yang dapat ditimbang beratnya.
Hasil penelitian didapat konsentrasi NaOH terbaik yaitu 1,25 mol dengan persamaan y =
9,9737X + 81,905 dan R2 = 0,8519. Kesimpulan yang didapat adalah semakin tinggi
konsentrasi NaOH, memberikan rendemen β-naphtol yang semakin tinggi juga hingga
konsentrasi sebesar 1,25 mol. Namun setelah konsentrasi NaOH dinaikan ke 1,5 mol,
rendemen mengalami penurunan.
31
KONVERSI Vo 5 No. 1 April 2016 ISSN 2252-7311
32
Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen -Naphtol pada Proses Pembuatan -Naphtol
(Irfan Purnawan, Sugono)
33
KONVERSI Vo 5 No. 1 April 2016 ISSN 2252-7311
Tabel 1. Zat pewarna bagi makanan dan karna dalam proses tersebut melalui
minuman yang diijinkan di Indonesia senyawa antara. Untuk zat pewarna yang
Zat Nomor Indeks dianggap aman, ditetapkan bahwa
Nama
Pewarna Warna kandungan arsen tidak lebih dan 0,00014%
Alami
dan timbal tidak lebih dari 0,001%.
Merah Alkanat 75520
Kuning Karoten 75130
Hijau Klorofil 75810 Pada tahun 1906, Amerika serikat
Biru Ultramarin 77077 mengeuarkan peraturan tentang tujuh jenis
Hitam Carbon 77266 zat pewarna yang diizinkan untuk dapat
Putih Black 77891 digunakan pada bahan makanan,
Sintesis Titanium peraturan tersebut dikenal dengan Food
Merah Oksida 16185
and Drug Act. (orange no 1, erythrosin,
Oranye 15985
Kuning Amaranth 19140 ponceau 3R, amaranth, indigotine, naphtol-
Sunsetyellow yellow dan light green).
Tartrazine
Sumber: Direktorat Pengawasan Makanan Pada tahun 1938 di Amerika dikeluarkan
dan Minuman (1998) peraturan baru yaitu Food, Drug and
cosmetic Act (FD & C) yang memperluas
Pada saat ini aturan penggunaan zat ruang lingkup peraturan tahun 1906 dalam
pewarna di Indonesia diatur dalam SK mengatur penggunaan zat pewarna. Zat
Menteri Kesehatan RI tanggal 22 Oktober pewarna dapat digolongkan atas tiga
1973 No. 11332/A/SK/73. Meskipun telah kategori, yaitu FD & C Color, D & C Color
diatur, masih banyak terjadi penyimpangan dan Ext D & C (Winarno, 1997).
dalam penggunaan zat pewarna; misalnya
zat pewarna tekstil dipakai untuk mewarnai FD & C Color adalah zat pewarna yang
bahan makanan. diijinkan untuk makanan, obat-obatan dan
kosmetik. D & C Color diijinkan
Hal ini disebabkan karena harga bea penggunaannya dalam obat-obatan dan
masuk zat pewarna untuk industri jauh kosmetik, sedangkan untuk bahan
lebih murah dibandingkan zat pewarna makanan dilarang. Ext D & C Color
untuk bahan makanan. diijinkan dalam jumlah terbatas pada obat-
obatan luar dan kosmetik.
Prosedur pengujian terhadap suatu zat
pewarna sintetik diterapkan secara ketat di Color Additive Amandement adalah
negara – negara maju. Permitted color atau peraturan tentang penggunaan zat
certified colour adalah zat pewarna yang pewarna yang dijadikan undang – undang
diijinkan penggunaannya dalam pewarna dan dikeluarkan pada tahun 1960.
makanan. Perubahan aturan menjadi undang –
undang ini terdiri dari pembagian zat
Zat warna harus melalui proses sertifikasi pewarna menjadi dua kelompok yaitu
dengan melewati prosedur dan test certified dan uncertified color. Certified
penggunaannya. Pengujian kimia adalah color adalah zat pewarna sintetik yang
tahap dalam proses sertifikasi. Zat terdiri dari dye dan lake, sementara itu
pewarna sintetik umumnya melalui tahapan uncertified color adalah zat pewarna alami.
pemberian asam sulfat atau asam nitrat
yang sering terkontaminasi oleh logam – a. Certified Color
logam berat seperti arsen yang besifat Certified Color terdiri dari dye dan lake.
racun. Dye adalah zat pewarna bersifat larut
dalam air, propilenglikol, gliserol atau
Proses pembuatan zat pewarna organik alkohol. Dye terdapat dalam bentuk bubuk,
butiran, pasta, maupun cairan yang
umumnya melalui proses yang seringkali
penggunaannya tergantung dan kondisi
meninggalkan hasil akhir yang berbahaya bahan, proses dan zat pewarnanya sendiri.
34
Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen -Naphtol pada Proses Pembuatan -Naphtol
(Irfan Purnawan, Sugono)
FD & C dye terbagi atas empat kelompok Tabel 3. Batas Maksimum ADI untuk
yaitu Azo dye, triphenyl methane, Uncertified Color
fluorescein dan sulfonated indigo. FD & C ADI Maksimum
Zat pewarna
lake diijinkan pemakaiannya sejak tahun (mg/kg)
1959, dan penggunaannya meluas dengan Annato 125b
cepat. Zat pewarna ini merupakan Kantaxantin 12,50a
gabungan dari zat warna (dye) dengan Kunyit (turmeric) 0,50b
radikal basa (Al atau Ca) yang dilapisi Riboflavin 0,50a
dengan hidrat alumina atau Al(OH)3.
Sumber: Noonan (1981)
Lapisan alumina atau Al(OH) ini tidak larut
dalam air, sehingga lake ini tidak larut pada
Keterangan:
hampir semua pelarut. Lake stabil pada pH
a = sudah bersifat tetap/mutlak,
3,5 - pH 9,5 (Winarno, 1997).
berdasarkan penelitian tentang sifat
toksik dan metabolisme tubuh yang
Sesuai dengan sifatnya yang tidak larut
telah dilakukan.
dalam air, zat pewarna ini digunakan untuk
b = Masih bersifat sementara, karena
produk-produk yang tidak boleh terkena air,
data tentang keamanannya belum
lake sering kali lebih baik digunakan untuk
lengkap
produk-produk yang mengandung lemak
dan minyak dari pada dye, karena FD & C
Asam Sulfat, H2SO4
dye tidak larut dalam lemak (Winarno,
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam
1997).
mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan.
Tabel 2. Perbedaan antara Dye dengan
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan
Lake
tidak dapat ditemukan secara alami di bumi
Sifat Lake Dye oleh karena sifatnya yang higroskopis.
Kelarutan Tak larut Larut
dalam dalam air Walaupun asam sulfat yang mendekati
sebagian propilen 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan
Cara besar glikol, SO3 pada titik didihnya dan menghasilkan
mewarnai pelarut asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil
Pure dye Dispersi Terlarut untuk disimpan, dan merupakan bentuk
content 10-40% Warna asam sulfat yang paling umum. Asam
primer 90 sulfat 98% umumnya disebut sebagai
Ukuran Rata-rata – 93% asam sulfat pekat.
partikel 5 mikron 12 - 200
mesh Sifat-sifat asam sulfat yang korosif
Stabilitas Cukup diperburuk oleh reaksi eksotermiknya
terhadap: Cukup dengan air. Luka bakar akibat asam sulfat
a. cahaya Baik berpotensi lebih buruk daripada luka bakar
b. panas Baik akibat asam kuat lainnya, hal ini
Sumber: Noonan (1981) dikarenakan adanya tambahan kerusakan
jaringan dikarenakan dehidrasi dan
b. Uncertified Color Additive kerusakan termal sekunder akibat
Zat pewarna yang termasuk dalam pelepasan panas oleh reaksi asam sulfat
uncertified color ini adalah zat pewarna dengan air.
alami (Winarno, 1997). Zat pewarna ini
bebas dan prosedur sertifikasi dan Kalsium Karbonat, CaCO3
termasuk daftar yang telah ditetapkan. Kalsium Karbonat yang dimaksud adalah
Uncertified color mempunyai batas CaCO3 dalam bentuk tepung halus dengan
maksimum pemakaian seperti terlihat pada standar produk yang telah ditetapkan oleh
tabel berikut ini. Departemen Perindustrian menurut ukuran
butirannya calsium karbonate dibagi
35
KONVERSI Vo 5 No. 1 April 2016 ISSN 2252-7311
menjadi dua jenis yaitu: heavy grade dan langsung antara Naftalena dengan NaOH,
light grade dan titik lelehnya 825 °C. Naftalena harus direaksikan dahulu dengan
asam sulfat.
Menurut proses pembuatannya, bahan
baku Kalsium Karbonat dibagi menjadi tiga Natrium Karbonat, Na2CO3
jenis yaitu Tepung Kalsium Karbonat hasil Natrium karbonat yang sering disebut juga
dan penggilingan batu kapur disebut jenis soda abu adalah senyawa sodium yang
K, tepung hasil penggilingan batu kalsit berbentuk powder, bongkahan berwarna
disebut jenis C sedangkan jenis CC adalah putih keabu-abuan dan mudah larut dalam
tepung calsium hasil dari reaksi dan proses air serta tidak larut dalam alkohol, titik lebur
pengendapan. Calcium carbonate juga senyawa tersebut pada suhu 851 °C.
dapat digunakan untuk bahan pembuatan Kegunaan dan senyawa tersebut antara
cat, plastik, kertas, keramik dan masih lain sebagai bahan baku gelas, pulp dan
banyak lagi yang lain (Ullmann's, 1994). kertas, industri sabun dan detergen dan
masih banyak lagi (Ullmann's, 1994).
Naftalena, C10H8
Naftalena merupakan hidrokarbon siklik Natrium Hidroksida, NaOH
yang terdapat dalam ter batu bara yang Natrium hidroksida sering juga disebut
berbentuk zat padat kristal putih dengan caustic soda/soda api, merupakan caustic
bau yang menusuk, digunakan dalam komersil yang kegunaanya sangat penting
pembuatan zat celup organik (Ullmann's, sebagai bahan baku atau bahan pembantu
1994). Sebagai senyawa aromatik, struktur pada industri kimia yang terdahulu.
Naftalena terdiri dari sepasang gugus
arena atau cincin benzena yang bersatu. Caustic soda jika dilihat bentuknya ada dua
Naftalena dikenal sebagai bahan utama macam yaitu berbentuk butiran padat
penyusun kapur barus tradisional. berwarna putih, biasanya mempunyai
Naftalena memiliki tiga struktur resonasi kadar yang mendekati 100% dan dalam
sehingga elektron dalam gugus arena bentuk larutan mempunyai kadar yang
dalam cicin benzena dapat bergerak bebas lebih bervariasi yaitu 40%, 50%, 72%. Sifat
seperti sebuah lautan elektron dan senyawa ini mudah menyerap air dan
menyebabkan ikatan rangkap pada cincin carbon dioxide dari udara, larut dalam air,
benzena naftalena tidak pasti. Ikatan alkohol dan gliserol dan juga bersifat basa.
konjugasi pada Naftalena menyebabkan Padatan caustic soda mempunyai titik 318
Naftalena memiliki ikatan tidak jenuh dan °C sedangkan titik didihnya 1350 °C
memiliki titk leleh (80.26OC) dan titik didih (Ullmann's, 1994).
(218OC) yang relatif rendah. Dan sifatnya
volatil dalam suhu ruangan selain itu β-Naftol, C10H7OH
Naftalena ditetapkan sebagai karsinogen Zat warna β-naftol berupa kristal tak
oleh International Agency for Cancer berwarna yang mempunyai titik leleh 121-
Research. Naftalena juga diklasifikasikan 123 °C dan titik didih 285-286 °C serta titik
sebagai polutan yang disebut Polycyclic nyala 161 °C dan tidak larut dalam air,
aromatic hydrocarbons (PAH). sehingga untuk melarutkannya perlu
(Anonymous, Naftalena, 2013). Gambar 1 ditambahkan kaustik soda panas (NaOH).
menunjukkan rumus bangun naftalena. Larutan β-naftol yang terjadi berupa larutan
yang jernih dan berwarna kuning. β-naftol
juga dapat digunakan sebagai zat
pembawa pada proses pemisahan ion
logam dari larutan sisa yang disebabkan
oleh aktivitas manusia ataupun industri
dengan menggunakan teknologi membran
cair. Gambar 2 menunjukkan rumus
Gambar 1. Rumus Bangun Naphtalena bangun β-Naftol
36
Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen -Naphtol pada Proses Pembuatan -Naphtol
(Irfan Purnawan, Sugono)
37
KONVERSI Vo 5 No. 1 April 2016 ISSN 2252-7311
Y = 9,9737X + 81,905
R2 = 0,8519
38