Jurnal Naoh

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen -Naphtol pada Proses Pembuatan -Naphtol

(Irfan Purnawan, Sugono)

PENGARUH KONSENTRASI NAOH TERHADAP RENDEMEN -NAFTOL


PADA PROSES PEMBUATAN -NAFTOL

Irfan Purnawan 1), Sugono 1)


1)
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta
[email protected]

ABSTRACT. Color has an important role in the appeal of a product, so that the use of dyes
both natural and synthetic become a necessity that can not be avoided. β-naphtol is a
synthetic dye used as a coloring agent clothing. This study aims to find the influence of the
concentration of sodium hydroxide to yield β-naphtol. The method used in this research is the
method of sulfonation. Naphthalene reacted with H2SO4 and heated to a temperature of
170oC and soda ash is added to maintain the temperature and allowed to stand until they
reach room temperature. Then added a solution of lime and filtered. The filtrate is
naphthalene sodium sulfate crystals are then added a solution of NaOH, heated to a
temperature of 300oC and cooled to room temperature. Further diluted with hot water and
thick drops of concentrated HCl excess, it will form crystals precipitate β-naphtol can be
weighed. The result is the best concentration of 1.25 mol NaOH by the equation y = 9,9737X
+ 81.905 and R2 = 0.8519. The conclusion was that the higher concentration of NaOH,
giving a yield of β-naphtol were higher as well to a concentration of 1.25 mol. However, after
the concentration of NaOH was increased to 1.5 mol, the yield decreased.

Keywords: naphtol, yield, natural dyes, synthetic

ABSTRAK. Warna memiliki peran penting dalam memberikan daya tarik terhadap suatu
produk, sehingga penggunaan zat pewarna baik yang alami maupun sintesis menjadi
kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan. β-naphtol merupakan salah satu zat pewarna
sintesis yang biasa digunakan sebagai zat pewarna pakaian. Penelitian ini bertujuan untuk
mencari pengaruh konsentrasi Natrium Hidroksida terhadap rendemen β-naphtol. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sulfonasi. Naftalen direaksikan dengan
H2SO4 dan dipanaskan hingga suhu 170oC, lalu ditambahkan soda abu dengan
mempertahankan suhunya dan didiamkan hingga tercapai suhu ruangan. Kemudian
ditambahkan larutan lime dan disaring. Filtrat merupakan kristal sodium naftalena sulfat yang
selanjutnya ditambahkan larutan NaOH, dipanaskan hingga suhu 300oC dan didinginkan
hingga suhu ruangan. Selanjutnya diencerkan dengan air panas dan diteteskan HCl pekat
berlebih, maka akan terbentuk endapan kristal β-naphtol yang dapat ditimbang beratnya.
Hasil penelitian didapat konsentrasi NaOH terbaik yaitu 1,25 mol dengan persamaan y =
9,9737X + 81,905 dan R2 = 0,8519. Kesimpulan yang didapat adalah semakin tinggi
konsentrasi NaOH, memberikan rendemen β-naphtol yang semakin tinggi juga hingga
konsentrasi sebesar 1,25 mol. Namun setelah konsentrasi NaOH dinaikan ke 1,5 mol,
rendemen mengalami penurunan.

Kata kunci: naphtol, rendemen, pewarna alami, sintesis

31
KONVERSI Vo 5 No. 1 April 2016 ISSN 2252-7311

PENDAHULUAN terdapat beberapa faktor yang


mempengaruhi -naphtol yang dihasilkan,
Dengan berkembangnya teknologi pada diantaranya temperatur, konsentrasi
saat ini sehingga persaingan untuk menjadi H2SO4, Konsentrasi NaOH, dan bahan
yang terbaik di dalam melakukan usaha penambah lain.
maka perlu dilakukan inovasi dan kreasi
untuk mencapai tujuan tersebut. Cara yang Pada penelitian ini Konsentrasi NaOH akan
perlu dilakukan salah satunya adalah dibuat bervariasi mulai dari 0,25 mol
dengan menggunakan pewarnaan yang sampai dengan 1,5 mol sedangkan
menarik untuk setiap produk yang akan variabel yang lain tetap.
dihasilkan sehingga menjadi daya tarik
untuk para konsumen. Manusia zaman prasejarah telah
melakukan pewarnaan pada bulu-bulu
Pewarna yang biasa digunakan untuk binatang dan tekstil dengan menggunakam
mewarnai produk biasanya terdiri dari pewarna alami yang diambil dan tumbuh-
pewarna alami dan pewarna sintetis. tumbuhan dan binatang liar. Di Mesir
Namun yang paling banyak digunakan terdapat tulisan dan gambar-gambar yang
adalah pewarna sisntetis karena mudah telah diberi warna, dimana warna ini telah
diperoleh, praktis penggunaan-nya dan diambil dan ekstrax tumbuhan alami.
relatif lebih murah/terjangkau harganya. Seperti halnya membuktikan bahwa
gambar yang terdapat pada gua di Altainira
Saat ini telah banyak diproduksi pewarna- menunjukan mereka telah menggunakan
pewarna sintetis yang terbuat dari berbagai pewarna anorganik dimasa silam. Selama
macam zat kimia salah satunya adalah β- perkembangannya kurang lebih dan
Naphtol. Sehingga perlu kiranya diteliti seratus tahun manusia telah menggunakan
bagaimana cara memaksimalkan produksi proses pewarna. Seperti contoh pada
β-Naphtol dari naphtalena dengan penduduk Asia mengambil ekstrax kelenjar
penambahan larutan NaOH. siput ungu untuk mendapatkan warna ungu
atau lembayung. Namun pada saat ini telah
β-Naphtol dapat diproduksi dengan banyak digunakan warna buatan yang
beberapa cara diantaranya dengan cara digunakan dalam industri tekstil (Ullmann's,
Sulfonisasi Naphtalena di dalam Asam 1994).
Sulfat pada suhu 170 oC.
Semua jenis tekstil dapat diwarnai, yang
Dengan reaksi sebagai berikut: perlu diperhatikan dalam hal ini adalah
I. C10H8 + H2SO4 → C10H7SO3H + H2O jenis formula yang dipakai harus
II. C10H7SO3H + Na2CO3 → C10H7SO3Na + disesuaikan dengan hasil akhir yang
HCO3 + Na diinginkan. Zat warna basa dapat
digolongkan pada garam-garam yang
III. C10H7SO3Na + NaOH → C10H7OH + terdiri kation zat warna basa yang
Na2SO3 bermuatan positif dengan anion asam yang
bermuatan negatif, zat warna basa
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh mempunyai afinitas yang tidak luntur
-naphtol yang dibuat dari Naphtalena terhadap air (Ullmann's, 1994).
dengan menggunakan serangkaian reaksi
kimia seperti sulfonasi, pertukaran dan Kelarutan zat warna basa (Ullmann's,
pemanasan guna mengetahui pengaruh 1994):
variable konsentrasi Natrium Hidroksida  Mudah larut dalam larutan asam,
terhadap rendemen -naphtol dan mencari sehingga biasanya untuk membuat
kondisi optimum konsentrasi Natrium larutan kental zat warna basa digunakan
Hidroksida terhadap rendemen -naphtol. asam asetat.
 Dapat larut dalam air panas.
Pada proses pembuatan -naphtol yang  Menggunakan air yang mempunyai
berasal dari Naphtalena dengan kesadahan tinggi sejauh mungkin
menggunakan metode tersebut diatas,

32
Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen -Naphtol pada Proses Pembuatan -Naphtol
(Irfan Purnawan, Sugono)

dihindari karena kalsium, magnesium 4. Reaksi antara senyawa organik dengan


dan karbonat akan menjadi masalah udara akan menghasilkan warna hitam,
kalau jumlahnya lebih dari 50 ppm. atau coklat gelap. Reaksi oksidasi ini
dipercepat oleh adanya logam serta
Pengukuran Warna enzim; misalnya warna gelap
Faktor yang menentukan mutu bahan permukaan apel atau kentang yang
makanan diantaranya bergantung pada dipotong.
warna, cita rasa, tekstur dan nilai gizinya. 5. Penambahan zat warna, baik zat warna
Kolorimeter dan spektrofotometer adalah alami maupun zat warna sintetik, yang
alat yang digunakan untuk mengukur termasuk dalam golongan bahan aditif
warna suatu bahan. Tetapi alat – alat makanan (Winarno,1997).
tersebut memiliki keterbatasan
penggunaan untuk bahan dengan fase cair Zat Pewarna
seperti warna hasil ekstraksi, bir atau sari Karena masih lemahnya sistem
buah. Warna dari bahan selain padatan perundangan di Indonesia maka banyak
atau cairan pengukurannya dilakukan celah yang digunakan untuk
dengan suatu warna standar yang
menyalahgunakan penggunaan zat
ditunjukkan dalam angka – angka.
pewarna, misalnya untuk mewarnai bahan
Besaran chroma, hue dan value adalah makanan digunakan zat pewarna untuk
cara mengukur komponen warna yang tekstil atau pewarna kulit.
lebih teliti. Intensitas warna ditunjukkan
dengan nilai chroma. Warna merah, hijau Seperti yang terjadi di Jakarta, Balai Besar
atau kuning nilai hue yang menunjukkan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
panjang gelombang yang dominan.
menemukan kandungan methanil yellow,
Intesitas warna ditunjukkan dalam nilai
chroma. Kromatisitas permukaan bahan zat pewarna sintetis yang seharusnya
diukur dengan menggunakan alat khusus difungsikan untuk pewarna tekstil terdapat
dari ketiga komponen tersebut. didalam puding yang dijual dikantin
sekolah. Penemuan ini berkat inisiatif dari
Angka-angka yang diperoleh berbeda seorang siswa SD yang menyerahkan
untuk setiap warna, dalam diagram puding kepada petugas setelah merasakan
kromatisitas angka – angka tersebut
selanjutnya diplotkan (Winarno, 1997). adanya rasa pahit pada puding yang baru
dibelinya. Mengkonsumsi methanil yellow
Ada lima hal yang menyebabkan suatu secara terus menerus dapat
bahan makanan berwarna yaitu: mengakibatkan beberapa penyakit,
1. Pigmen yang secara alami terdapat termasuk, kerusakan pada hati (Romadoni,
pada tanaman dan hewan misalnya 2015).
kiorofil berwarna hijau, karoten
berwarna jingga, dan mioglobin
Residu logam berat yang terdapat dalam
menyebabkan warna merah pada
zat warna tersebut jelas sangat
daging.
mengancam bagi kesehatan manusia.
2. Reaksi karamelisasi yang timbul bila
Penyebab munculnya penyimpangan atau
gula dipanaskan membentuk warna
penyalahgunaan zat pewarna tersebut
coklat, misalnya warna coklat pada
ditimbulkan karena kurangnya
kembang gula karamel atau roti yang
pengetahuan masyarakat tentang zat
dibakar.
pewarna dan minimnya penjelasan
3. Warna gelap yang timbul karena adanya
mengenai zat pewarna seperti tabel
reaksi Maillard, yaitu antara gugus berikut:
amino protein dengan gugus karbonil
gula pereduksi; misalnya susu bubuk
yang disimpan lama akan berwarna
gelap.

33
KONVERSI Vo 5 No. 1 April 2016 ISSN 2252-7311

Tabel 1. Zat pewarna bagi makanan dan karna dalam proses tersebut melalui
minuman yang diijinkan di Indonesia senyawa antara. Untuk zat pewarna yang
Zat Nomor Indeks dianggap aman, ditetapkan bahwa
Nama
Pewarna Warna kandungan arsen tidak lebih dan 0,00014%
Alami
dan timbal tidak lebih dari 0,001%.
Merah Alkanat 75520
Kuning Karoten 75130
Hijau Klorofil 75810 Pada tahun 1906, Amerika serikat
Biru Ultramarin 77077 mengeuarkan peraturan tentang tujuh jenis
Hitam Carbon 77266 zat pewarna yang diizinkan untuk dapat
Putih Black 77891 digunakan pada bahan makanan,
Sintesis Titanium peraturan tersebut dikenal dengan Food
Merah Oksida 16185
and Drug Act. (orange no 1, erythrosin,
Oranye 15985
Kuning Amaranth 19140 ponceau 3R, amaranth, indigotine, naphtol-
Sunsetyellow yellow dan light green).
Tartrazine
Sumber: Direktorat Pengawasan Makanan Pada tahun 1938 di Amerika dikeluarkan
dan Minuman (1998) peraturan baru yaitu Food, Drug and
cosmetic Act (FD & C) yang memperluas
Pada saat ini aturan penggunaan zat ruang lingkup peraturan tahun 1906 dalam
pewarna di Indonesia diatur dalam SK mengatur penggunaan zat pewarna. Zat
Menteri Kesehatan RI tanggal 22 Oktober pewarna dapat digolongkan atas tiga
1973 No. 11332/A/SK/73. Meskipun telah kategori, yaitu FD & C Color, D & C Color
diatur, masih banyak terjadi penyimpangan dan Ext D & C (Winarno, 1997).
dalam penggunaan zat pewarna; misalnya
zat pewarna tekstil dipakai untuk mewarnai FD & C Color adalah zat pewarna yang
bahan makanan. diijinkan untuk makanan, obat-obatan dan
kosmetik. D & C Color diijinkan
Hal ini disebabkan karena harga bea penggunaannya dalam obat-obatan dan
masuk zat pewarna untuk industri jauh kosmetik, sedangkan untuk bahan
lebih murah dibandingkan zat pewarna makanan dilarang. Ext D & C Color
untuk bahan makanan. diijinkan dalam jumlah terbatas pada obat-
obatan luar dan kosmetik.
Prosedur pengujian terhadap suatu zat
pewarna sintetik diterapkan secara ketat di Color Additive Amandement adalah
negara – negara maju. Permitted color atau peraturan tentang penggunaan zat
certified colour adalah zat pewarna yang pewarna yang dijadikan undang – undang
diijinkan penggunaannya dalam pewarna dan dikeluarkan pada tahun 1960.
makanan. Perubahan aturan menjadi undang –
undang ini terdiri dari pembagian zat
Zat warna harus melalui proses sertifikasi pewarna menjadi dua kelompok yaitu
dengan melewati prosedur dan test certified dan uncertified color. Certified
penggunaannya. Pengujian kimia adalah color adalah zat pewarna sintetik yang
tahap dalam proses sertifikasi. Zat terdiri dari dye dan lake, sementara itu
pewarna sintetik umumnya melalui tahapan uncertified color adalah zat pewarna alami.
pemberian asam sulfat atau asam nitrat
yang sering terkontaminasi oleh logam – a. Certified Color
logam berat seperti arsen yang besifat Certified Color terdiri dari dye dan lake.
racun. Dye adalah zat pewarna bersifat larut
dalam air, propilenglikol, gliserol atau
Proses pembuatan zat pewarna organik alkohol. Dye terdapat dalam bentuk bubuk,
butiran, pasta, maupun cairan yang
umumnya melalui proses yang seringkali
penggunaannya tergantung dan kondisi
meninggalkan hasil akhir yang berbahaya bahan, proses dan zat pewarnanya sendiri.

34
Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen -Naphtol pada Proses Pembuatan -Naphtol
(Irfan Purnawan, Sugono)

FD & C dye terbagi atas empat kelompok Tabel 3. Batas Maksimum ADI untuk
yaitu Azo dye, triphenyl methane, Uncertified Color
fluorescein dan sulfonated indigo. FD & C ADI Maksimum
Zat pewarna
lake diijinkan pemakaiannya sejak tahun (mg/kg)
1959, dan penggunaannya meluas dengan Annato 125b
cepat. Zat pewarna ini merupakan Kantaxantin 12,50a
gabungan dari zat warna (dye) dengan Kunyit (turmeric) 0,50b
radikal basa (Al atau Ca) yang dilapisi Riboflavin 0,50a
dengan hidrat alumina atau Al(OH)3.
Sumber: Noonan (1981)
Lapisan alumina atau Al(OH) ini tidak larut
dalam air, sehingga lake ini tidak larut pada
Keterangan:
hampir semua pelarut. Lake stabil pada pH
a = sudah bersifat tetap/mutlak,
3,5 - pH 9,5 (Winarno, 1997).
berdasarkan penelitian tentang sifat
toksik dan metabolisme tubuh yang
Sesuai dengan sifatnya yang tidak larut
telah dilakukan.
dalam air, zat pewarna ini digunakan untuk
b = Masih bersifat sementara, karena
produk-produk yang tidak boleh terkena air,
data tentang keamanannya belum
lake sering kali lebih baik digunakan untuk
lengkap
produk-produk yang mengandung lemak
dan minyak dari pada dye, karena FD & C
Asam Sulfat, H2SO4
dye tidak larut dalam lemak (Winarno,
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam
1997).
mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan.
Tabel 2. Perbedaan antara Dye dengan
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan
Lake
tidak dapat ditemukan secara alami di bumi
Sifat Lake Dye oleh karena sifatnya yang higroskopis.
Kelarutan Tak larut Larut
dalam dalam air Walaupun asam sulfat yang mendekati
sebagian propilen 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan
Cara besar glikol, SO3 pada titik didihnya dan menghasilkan
mewarnai pelarut asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil
Pure dye Dispersi Terlarut untuk disimpan, dan merupakan bentuk
content 10-40% Warna asam sulfat yang paling umum. Asam
primer 90 sulfat 98% umumnya disebut sebagai
Ukuran Rata-rata – 93% asam sulfat pekat.
partikel 5 mikron 12 - 200
mesh Sifat-sifat asam sulfat yang korosif
Stabilitas Cukup diperburuk oleh reaksi eksotermiknya
terhadap: Cukup dengan air. Luka bakar akibat asam sulfat
a. cahaya Baik berpotensi lebih buruk daripada luka bakar
b. panas Baik akibat asam kuat lainnya, hal ini
Sumber: Noonan (1981) dikarenakan adanya tambahan kerusakan
jaringan dikarenakan dehidrasi dan
b. Uncertified Color Additive kerusakan termal sekunder akibat
Zat pewarna yang termasuk dalam pelepasan panas oleh reaksi asam sulfat
uncertified color ini adalah zat pewarna dengan air.
alami (Winarno, 1997). Zat pewarna ini
bebas dan prosedur sertifikasi dan Kalsium Karbonat, CaCO3
termasuk daftar yang telah ditetapkan. Kalsium Karbonat yang dimaksud adalah
Uncertified color mempunyai batas CaCO3 dalam bentuk tepung halus dengan
maksimum pemakaian seperti terlihat pada standar produk yang telah ditetapkan oleh
tabel berikut ini. Departemen Perindustrian menurut ukuran
butirannya calsium karbonate dibagi

35
KONVERSI Vo 5 No. 1 April 2016 ISSN 2252-7311

menjadi dua jenis yaitu: heavy grade dan langsung antara Naftalena dengan NaOH,
light grade dan titik lelehnya 825 °C. Naftalena harus direaksikan dahulu dengan
asam sulfat.
Menurut proses pembuatannya, bahan
baku Kalsium Karbonat dibagi menjadi tiga Natrium Karbonat, Na2CO3
jenis yaitu Tepung Kalsium Karbonat hasil Natrium karbonat yang sering disebut juga
dan penggilingan batu kapur disebut jenis soda abu adalah senyawa sodium yang
K, tepung hasil penggilingan batu kalsit berbentuk powder, bongkahan berwarna
disebut jenis C sedangkan jenis CC adalah putih keabu-abuan dan mudah larut dalam
tepung calsium hasil dari reaksi dan proses air serta tidak larut dalam alkohol, titik lebur
pengendapan. Calcium carbonate juga senyawa tersebut pada suhu 851 °C.
dapat digunakan untuk bahan pembuatan Kegunaan dan senyawa tersebut antara
cat, plastik, kertas, keramik dan masih lain sebagai bahan baku gelas, pulp dan
banyak lagi yang lain (Ullmann's, 1994). kertas, industri sabun dan detergen dan
masih banyak lagi (Ullmann's, 1994).
Naftalena, C10H8
Naftalena merupakan hidrokarbon siklik Natrium Hidroksida, NaOH
yang terdapat dalam ter batu bara yang Natrium hidroksida sering juga disebut
berbentuk zat padat kristal putih dengan caustic soda/soda api, merupakan caustic
bau yang menusuk, digunakan dalam komersil yang kegunaanya sangat penting
pembuatan zat celup organik (Ullmann's, sebagai bahan baku atau bahan pembantu
1994). Sebagai senyawa aromatik, struktur pada industri kimia yang terdahulu.
Naftalena terdiri dari sepasang gugus
arena atau cincin benzena yang bersatu. Caustic soda jika dilihat bentuknya ada dua
Naftalena dikenal sebagai bahan utama macam yaitu berbentuk butiran padat
penyusun kapur barus tradisional. berwarna putih, biasanya mempunyai
Naftalena memiliki tiga struktur resonasi kadar yang mendekati 100% dan dalam
sehingga elektron dalam gugus arena bentuk larutan mempunyai kadar yang
dalam cicin benzena dapat bergerak bebas lebih bervariasi yaitu 40%, 50%, 72%. Sifat
seperti sebuah lautan elektron dan senyawa ini mudah menyerap air dan
menyebabkan ikatan rangkap pada cincin carbon dioxide dari udara, larut dalam air,
benzena naftalena tidak pasti. Ikatan alkohol dan gliserol dan juga bersifat basa.
konjugasi pada Naftalena menyebabkan Padatan caustic soda mempunyai titik 318
Naftalena memiliki ikatan tidak jenuh dan °C sedangkan titik didihnya 1350 °C
memiliki titk leleh (80.26OC) dan titik didih (Ullmann's, 1994).
(218OC) yang relatif rendah. Dan sifatnya
volatil dalam suhu ruangan selain itu β-Naftol, C10H7OH
Naftalena ditetapkan sebagai karsinogen Zat warna β-naftol berupa kristal tak
oleh International Agency for Cancer berwarna yang mempunyai titik leleh 121-
Research. Naftalena juga diklasifikasikan 123 °C dan titik didih 285-286 °C serta titik
sebagai polutan yang disebut Polycyclic nyala 161 °C dan tidak larut dalam air,
aromatic hydrocarbons (PAH). sehingga untuk melarutkannya perlu
(Anonymous, Naftalena, 2013). Gambar 1 ditambahkan kaustik soda panas (NaOH).
menunjukkan rumus bangun naftalena. Larutan β-naftol yang terjadi berupa larutan
yang jernih dan berwarna kuning. β-naftol
juga dapat digunakan sebagai zat
pembawa pada proses pemisahan ion
logam dari larutan sisa yang disebabkan
oleh aktivitas manusia ataupun industri
dengan menggunakan teknologi membran
cair. Gambar 2 menunjukkan rumus
Gambar 1. Rumus Bangun Naphtalena bangun β-Naftol

Untuk menghasilkan beta naphtol dari


Naftalena tidak bisa dilakukan reaksi

36
Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen -Naphtol pada Proses Pembuatan -Naphtol
(Irfan Purnawan, Sugono)

dengan: X = Berat bahan baku (Naftalena)


C = Berat produk (-naftol)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap


Gambar 2. Rumus bangun β-Naftol rendemen - Naftol
Variable konsentrasi natrium hidroksida
METODE PENELITIAN (mol) yang digunakan dalam pembuatan
- Naftol adalah 0,25 ; 0,50 ; 0,75 ; 1,00 ;
Proses pembuatan -naftol melalui 1,25; 1,50. Hasil penelitian dapat dilihat
beberapa tahapan proses, yaitu: pada Tabel 4.
penimbangan, pemanasan, pencampuran,
pengenceran, pengendapan dan Tabel 4. Data pengaruh konsentrasi NaOH
penyaringan. terhadap Rendemen β-naphtol.
Variable
Rendemen
 Persiapan Pembuatan sodium naftalena No. Konsentrasi NaOH
β-naftol (%)
sulfat (mol)
1) Panaskan 0.5M H2SO4 di dalam 1 0,25 82,71
beaker glass dengan suhu 100oC. 2 0,50 86,94
2) lalu tambahkan Naftalena kemudian 3 0,75 90,01
panaskan hingga suhu mencapai 4 1,00 94,49
170oC dan ditambahkan soda abu ke 5 1,25 95,52
dalam beaker glass sedikit demi 6 1,50 94,12
sedikit.
3) Pemanasan tetap dilakukan hingga Tabel 4 menunjukkan semakin tinggi
suhu mencapai 170oC, kemudian konsentrasi natrium hidroksida yang
4) Diamkan agar dingin lalu digunakan untuk pembuatan β-naftol
ditambahkan larutan lime ke dalam semakin banyak pula hasil yang didapat, ini
beaker glass. menunjukan bahwa pada reaksi ini
5) Maka akan didapat kristal sodium konsentrasi natrium hidroksida bebanding
naftalena sulfat. lurus dengan hasil yang didapat. Tetapi
pada konsentrasi 1,5 mol natrium
 Persiapan pembuatan -naftol. hidroksida mengalami kejenuhan. Semakin
1) Tambahkan NaOH (0,25; 0,5; 0,75; besar konsentrasi Natrium Hidroksida,
1; 1,25; 1,5) M pada kristal sodium maka semakin besar pula hasil yang
naftalena sulfat tadi. didapat, ini menunjukan bahwa pada
2) Lalu panaskan hingga mencapai proses pembuatan β-naftol terjadi hasil
300oC setelah mencapai suhu yang berbanding lurus antara natrium
tersebut didiamkan hingga dingin. hidroksida dengan β-naftol seperti terdapat
3) Setelah itu bagian yang telah dingin pada gambar 3.
tadi diencerkan lagi dengan air
panas. Perhitungan Statistik
4) Teteskan cairan HCl pekat berlebih Dari data penelitihan didapat hubungan
kedalam larutan tadi maka akan antara konsentrasi natrium hidroksida (X)
terbentuk endapan kristal -naftol. dengan rendemen β-naftol (Y), dapat
dinyatakan dengan persamaan:
Metode Analisis
Penelitian ini dilakukan untuk mencari Y = 9,9737X + 81,905 2)
Rendemen -naphtol dari Naphtalena dengan R2 = 0,8519
dengan menggunakan rumus: dengan:
Y = Rendemen β-naftol dari Naftalena
( 1) X = Variabel konsentrasi natrium hidroksida

37
KONVERSI Vo 5 No. 1 April 2016 ISSN 2252-7311

Persamaan di atas dapat dilihat pada KESIMPULAN DAN SARAN


Gambar 3. dan berlaku untuk konsentrasi
natrium hidroksida mulai dari 0,25 mol Kesimpulan
sampai 1,50 mol dengan diperoleh Dari penelitian ini diketahui bahwa
rendemen 90,63%. konsentrasi natrium hidroksida dapat
Maka dapat disimpulkan ada keterkaitan mempengaruhi rendemen β-naftol.
yang positif antara variabel natrium Sedangkan konsentrasi H2SO4 tidak
hidroksida dengan β-naftol yang didapat mempengaruhi rendemen β-naftol. Begitu
selama proses berlangsung karena nilai R juga konsentrasi Naftalen tidak
= +1. mempengaruhi rendemen β-naftol.

Kadar β-naftol Saran


Dari hasil penelitian diperoleh rendemen β- Dalam penelitian ini, ada beberapa hal
naftol rata-rata adalah 90,63%, sedangkan yang perlu diperhatikan, yaitu:
menurut literatur rendemen β-naftol adalah Dianjurkan untuk mengadakan penelitian
antara 90-96%. Jadi rendemen rata-rata lebih lanjut terhadap berbagai metode/jenis
penelitihan ini sudah masuk didalam pembuatan β-naftol guna mengetahui
rentang rendemen β-naftol menurut 200 pewarna celup pada tekstil.
Profitable Chemical Industry dan ternyata
pada konsentrasi NaOH 1,25 mol diperoleh Dianjurkan untuk menggunakan reaktor
rendemen sebesar 95,52%, harga ini tangki berpengaduk dan tertutup agar
mendekati persyaratan yang telah reaksi bisa berjalan dengan sempurna
ditentukan. Dari hasil penelitihan ini serta untuk mencegah Naftalen menguap
dihasilkan kadar Rendemen β-naftol rata- pada waktu pemanasan.
rata adalah 90,63%.
DAFTAR PUSTAKA
Uji titik leleh
Pada penelitian ini juga dilakukan uji titik Anonymous, 2013, Naftalena, diambil dari
leleh β-naftol dengan menggunakan alat https://id.wikipedia.org/wiki/Naftalen
uji melting point. Titik leleh β-nftol yang a, dilihat Juni 2016.
didapat pada pengujian ini sebesar
124,8oC. Beberapa faktor yang Lal, Madan, 1993, 200 Profitable Chemical
mempengaruhi Rendemen β-naphtol yang Industri, New Delhi.
dihasilkan, antara lain Konsentrasi kbahan
Pine, Stainley H., 1996, Kimia Organik,
baku, dimana perbandingan mol bahan
baku harus tepat, agar diperoleh rendemen Bandung: Penerbit ITB.
β-naftol yang optimal; kecepatan reaksi Ullmann’s, 1994, Encyclopedia of Chemical
dapat ditingkatkan dengan melakukan Industry, Third Edition, Volume A5,
pencampuran di dalam bejana tertutup dan Jhon Willey and Son.
berpengaduk, hal ini dilakukan juga untuk
mencegah terjadinya proses penyubliman Winarno, F.G., 1997, Kimia Pangan dan
dari naftalen pada waktu dipanaskan. Gizi, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Y = 9,9737X + 81,905
R2 = 0,8519

Gambar 3. Hubungan antara Konsentrasi


NaOH (mol) terhadap rendemen β-Naftol
(%)

38

Anda mungkin juga menyukai