Filiana - SAI Dan SAIPI

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

AUDITOR INTERNAL DAN KUALITAS AUDIT

SAI/SAIPI
Latar Belakang

Standar Profesi Internal Auditor merupakan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjaga
kualitas kinerja Internal Auditor dan hasil audit. Standar audit sangat menekankan kualitas
profesional auditor serta cara auditor mengambil pertimbangan dan keputusan sewaktu
melakukan pemeriksaan dan pelaporan. Hasil audit yang memenuhi standar akan sangat
membantu pelaksanaan tugas Board of directions (BOD, Board of Commissioner dan Unit
Bisnis serta Unit kerja yang diaudit.

Hasil kerja Internal Auditor sangat bermanfaat bagi Pimpinan dan Unit Kerja untuk
meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Hasil audit akan dapat dipakai dengan
penuh keyakinan, jika pemakai jasa mengetahui dan mengakui tingkat profesionalisme Internal
Auditor. sehingga diperlukan syarat yang diberlakukan dan dipatuhi oleh Internal Auditor
sebagai standar perilaku yang menuntut disiplin diri Internal Auditor.

Kode Etik mengatur prinsip dasar perilaku Internal Auditor, yang dalam pelaksanaannya
memerlukan pertimbangan yang seksama dari masing-masing Internal Auditor. Pelanggaran
terhadap Kode Etik merupakan pelanggaran terhadap disiplin Perusahaan yang dapat
mengakibatkan Internal Auditor diberi peringatan, diberhentikan dari tugas di lingkungan
Internal Audit dan atau dikenakan hukuman disiplin sesuai dengan tingkat pelanggaran yang
dilakukan.

Tujuan

Standar Internal Audit mempunyai tujuan :


1. Memberikan kerangka dasar yang konsisten dalam mengevaluasi kegiatan dan kinerja unit
internal audit maupun individu auditor.
2. Sebagai sarana bagi perusahaan dalam memahami peran, ruang lingkup, dan tujuan internal
audit.
3. Mendorong peningkatan praktik audit internal dalam organisasi.
4. Memberikan kerangka untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan internal audit dalam
meningkatkan kinerja kegiatan organisasi.
5. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal yang seharusnya (international best
pratices).

Standar Internal Auditor

Standar audit berikut ini merupakan ketentuan yang harus dipatuhi oleh Internal Auditor, yang
memuat :
Standar Umum Internal Auditor dan Unit Internal Audit
Internal Auditor harus melaksanakan tugas secara bebas dan obyektif. Unit Internal Audit dan
Internal Auditor harus independen secara organisasi dan independen secara pribadi dalam sikap
perilaku kenyataan dan penampilan. Internal Auditor dapat memberikan pendapat penting yang
tidak tendensius, tidak memihak kepada/ dipengaruhi oleh pihak manapun. Independensi harus
dicapai melalui status organisasi dalam Perusahaan dan obyektivitas Internal Auditor. Internal
Auditor tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan atau evaluasi atas kegiatan-kegiatan dimana
Internal Auditor ikut berperan sebagai pelaksana kegiatan tersebut.

1. Status Organisasi

Untuk mencapai tanggung jawab yang memadai, Unit Internal Audit berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama serta berkoordinasi dengan Komite Audit
melalui kegiatan berkala. Unit Internal Audit harus berada pada level serendah-rendahnya sama
dengan level tertinggi dalam organisasi diluar level Direktorat. Head of Internal Audit (HOIA)
adalah jabatan dengan posisi kepangkatan tertinggi didalam struktur kepangkatan kepegawaian
di Perusahaan. Sesuai dengan kebutuhan, di wilayah-wilayah tertentu dapat dibentuk unit
Representative Office (RO) yang bertanggung jawab langsung kepada HOIA.

2. Pengangkatan dan Pemberhentian HOIA

Pengangkatan dan pemberhentian HOIA dilakukan dengan Surat Keputusan Direktur Utama
setelah mendapat persetujuan Komisaris Utama.

3. Obyektivitas

1. Dalam menjalankan tugas, setiap Internal Auditor harus memiliki sifat sifat :
 Sikap mental independen, setiap individu Internal Auditor dalam menjalankan tugas harus
mampu dan berani menolak segala pengaruh/ intervensi dari pihak manapun,
 Objektif dalam menjalankan tugas, setiap individu Internal Auditor harus hasil kerjanya
handal, dapat dipercaya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan tugas, Internal Auditor harus
berada dalam posisi dapat mengambil keputusan profesional secara bebas dan obyektif.
2. Untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme dari setiap individu Internal Auditor,
diperlukan program/ usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan dari Unit Internal
Audit maupun individu Internal Auditor.
3. Program/ usaha yang diperlukan oleh Unit Internal Audit dalam meningkatkan kemampuan
profesionalisme Internal Auditor antara lain :
 Pemenuhan kebutuhan Unit Internal Audit untuk memiliki individu yang secara kolektif
mempunyai pengetahuan, kecakapan dan disiplin ilmu yang diperlukan dalam melaksanakan
tugas.
 Susunan Tim yang akan diberi penugasan untuk melaksanakan audit, yang memenuhi syarat
kemampuan teknis dan pendidikan tertentu menurut jenis, luas, dan kompleksitas penugasan.
 Supervisi secara seksama, terdokumentasi dan dapat diuji keefektifannya atas pelaksanaan
tugas secara berkelanjutan mulai dari perencanaan, penyusunan program kerja, pelaksanaan
tugas di lapangan, pelaporan, dan pemantauan tindak lanjut.
 Pemberian kesempatan yang seluas-luasnya bagi Internal Auditor untuk mendapatkan
pendidikan berkelanjutan berupa training, seminar, studi banding dan sebagainya, sehingga
tetap dapat mengikuti dan memahami perkembangan terakhir mengenai standar, prosedur,
dan teknik audit serta dunia usaha Perusahaan,
 Bila pengetahuan, keterampilan dan kompetensi dari Internal Auditor tidak memadai untuk
pelaksanaan tugasnya maka pimpinan Unit Internal Audit berwenang memperoleh saran dan
asistensi dari pihak yang kompeten.

d) Program/ usaha individu Internal Auditor dalam meningkatkan kecakapan profesionalismenya,


antara lain :
 Kepatuhan kepada Standar Profesional Internal Audit dan Kode Etik Internal Audit.
 Penguasaan atas pengetahuan, kecakapan, dan disiplin ilmu tertentu yang berkaitan dengan
tugasnya, termasuk kemampuan menerapkan standar, kemampuan menerapkan pendekatan
risk-based audit, prosedur dan teknik audit, praktek bisnis yang sehat, pemahaman prinsip-
prinsip Good Corporate Governance.
 Keharusan memiliki pengetahuan tentang resiko dan pengendalian yang penting dalam
bidang teknologi informasi dan teknik-teknik audit berbasis teknologi informasi.
 Kemampuan berkomunikasi lisan dan tertulis secara efektif dan baik dengan manajemen
Perusahaan maupun pihak terkait lainnya.
 Keharusan memelihara kemampuan teknis audit melalui pendidikan berkelanjutan berupa
training, seminar dan sebagainya, sehingga tetap mengikuti dan paham tentang
perkembangan terakhir standar, prosedur, dan teknik audit serta dunia usaha Perusahaan.
 Keharusan menjaga tingkat kecermatan dan kewaspadaan terhadap kemungkinan
penyimpangan, ketidakhematan, ketidakefektifan dan kelemahan pengendalian internal
dengan melakukan pengujian dan verifikasi yang memadai dan dapat
dipertanggungjawabkan.
 Keharusan menggunakan kemahiran dan kecermatan profesional Internal Auditor dengan
memperhatikan :
1. Lingkup penugasan.
2. Tingkat materialitas atau signifikansi masalah,
3. Tingkat keandalan dan efektivitas pengendalian internal.
4. Biaya penugasan dibandingkan dengan potensi manfaat yang diperoleh.
5. Standar operasi yang ada.
6. Penggunaan teknik-teknik bantuan komputer dan teknik-teknik analisis lainnya.

Standar Pelaksanaan Penugasan

Pelaksanaan penugasan harus meliputi perencanaan, pelaksanaan pekerjaan lapangan dan


pengevaluasian informasi serta pengkomunikasian hasil.

1. Internal Auditor harus merencanakan setiap kegiatan penugasan dan mendokumentasikan


rencana penugasan tersebut.

2. Internal Auditor harus mempelajari dengan seksama seluruh bisnis proses dan
pengendalian internal yang berhubungan dengan penugasan, sehingga diperoleh dasar
yang memadai untuk penentuan sifat, saat dan luas pengujian atau penelitian yang harus
dilakukan serta sumber-sumber pembuktian yang kompeten dan relevan.
3. Internal Auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang cukup, kompeten, dan relevan
melalui observasi, inspeksi, konfirmasi dan tanya jawab serta menganalisa, menafsirkan
dan mendokumentasikan bukti-bukti yang diperoleh untuk mendukung hasil penugasan.

4. Ketua Tim mengkoordinasikan dan mereview pelaksanaan penugasan di lapangan untuk


memperoleh kepastian bahwa proses penugasan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
dan tujuan penugasan.

5. Pengawas Tim melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dilapangan, menelaah


kertas kerja penugasan, dan draft laporan hasil penugasan.

6. Sebelum dituangkan ke dalam laporan, matrik temuan penugasan harus diklarifikasi


terlebih dahulu dengan pihak obyek penugasan dan harus diteguhkan oleh penanggung
jawab bidang yang menjadi obyek penugasan.

7. Bila dalam pelaksanaan penugasan, terutama penelaahan (review), evaluasi ataupun audit
diperoleh indikasi kuat bahwa diperlukan tindakan yang lebih mendalam ataupun
diperlukan suatu investigasi tertentu, maka hal itu harus segera dikomunikasikan oleh
ketua tim kepada HOIA. Bilamana menurut pertimbangan HOIA temuan itu cukup
beralasan untuk ditindak lanjuti dengan penugasan khusus, maka laporan Tim harus
diteruskan sebagai laporan Interim HOIA kepada Direktur Utama, dan Direktur Utama
dapat menerbitkan Surat Perintah Kerja tersendiri untuk penugasan temuan tersebut.

8. Dalam setiap temuan penugasan khusus yang berisi indikasi kemungkinan adanya
kerugian keuangan Perusahaan ataupun menyangkut pelanggaran terhadap ketentuan
perundangan tertentu, Internal Audit dapat meminta Internal Legal Opinion.

Standar Pelaporan dan Tindak Lanjut

Internal Auditor harus membuat laporan hasil pelaksanaan penugasan. HOIA harus
mengkomunikasikan laporan tersebut kepada Direktur Utama.

1. Laporan hasil pelaksanaan penugasan harus dibuat secara tertulis dan harus memuat
Intisari (Abstrak), Badan Laporan (yang berisi : Pendahuluan, Uraian Hasil Audit,
Kesimpulan dan Saran/Rekomendasi) dan Lampiran-lampiran.

2. Laporan Hasil Penugasan harus disampaikan oleh HOIA kepada Direktur Utama dan
Komite Audit serta tembusannya disampaikan kepada Direktur terkait.

3. Laporan hasil pelaksanaan penugasan harus diperlakukan sebagai dokumen rahasia baik
oleh penyusunnya, maupun penerimanya.

4. Internal Audit harus berkoordinasi dengan Komite Audit mengenai Laporan Hasil
Penugasan yang telah disampaikan kepada Komite Audit untuk:
 Membahas temuan audit guna mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan
pengendalian internal;

 Jika diperlukan, memperluas review untuk menilai sifat, lingkup, besaran dan
dampak kelemahan signifikan pengendalian internal yang ikut berpengaruh pada
laporan keuangan.

5. Internal Auditor harus membuat laporan periodik mengenai aktivitas penugasan yang
dilakukan. Dalam laporan tersebut Unit Internal Audit harus memberikan pernyataan
bahwa aktivitas penugasan telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Profesi Internal
Audit serta didukung oleh hasil penilaian program pengendalian kualitas (Quality
Assurance).

6. Apabila dalam pelaksanaan penugasan terdapat ketidakpatuhan terhadap standar dan


kode etik yang berpengaruh signifikan terhadap ruang lingkup dan aktivitas Internal
Audit, maka dalam laporan hasil penugasan kepada Direktur Utama dan Komite Audit
perlu diungkapkan:

 Standar yang tidak dipatuhi,

 Alasan ketidakpatuhan, dan

 Dampak yang ditimbulkan dari ketidakpatuhan terhadap standar.

7. Internal Auditor harus memantau dan melaporkan kepada Direktur Utama /Direktur
terkait tentang tindak lanjut yang dilaksanakan oleh pihak yang menjadi obyek penugasan
atas saran-saran perbaikan yang telah dikemukakan oleh Internal Audit, untuk
mendapatkan kepastian bahwa langkah yang tepat atas temuan penugasan telah dilakukan
sesuai dengan saran perbaikan yang diberikan kepada obyek penugasan.

8. Dalam hal Direktur Utama menginstruksikan kepada obyek penugasan (Auditee) untuk
menindak lanjuti saran-saran perbaikan, maka Internal Audit berkewajiban memantau
pelaksanaan instruksi Direktur Utama tersebut.

9. Apabila dikemudian hari ternyata laporan hasil penugasan mengandung kesalahan dan
kealpaan, maka HOIA harus mengkomunikasikan kembali laporan hasil penugasan yang
telah dikoreksi kepada semua pihak yang telah menerima laporan hasil penugasan.

Standar Mutu Pengelolaan Unit Internal Audit

1. HOIA harus menyusun rencana kerja pelaksanaan tugas kewajiban unitnya dan harus
mendapatkan pengesahan dari Direktur Utama, setelah direview Komite Audit. Untuk
itu, hal berikut harus dipenuhi, yaitu :

 Penyusunan rencana kerja jangka panjang sejalan dengan Charter Internal Audit
dan tujuan perusahaan.
 Penyusunan rencana kerja tahunan yang prioritasnya telah disusun berdasarkan
pendekatan risk-based, yang meliputi penetapan tujuan, obyek penugasan, jadwal
kerja penugasan, rencana pemakaian dan pengembangan sumber daya manusia,
budget keuangan, dan sarana pendukung lainnya

2. Semua pelaksanaan kegiatan Unit Internal Audit harus mengikuti rencana yang telah
disahkan. Dalam hal ada instruksi Direktur Utama untuk melaksanakan sesuatu kegiatan
yang belum tercakup dalam rencana kerja dan menyebabkan tidak seluruh rencana kerja
dapat dijalankan dengan sumber daya manusia yang ada, maka HOIA dapat tidak
melaksanakan atau menunda pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan yang
menurut pertimbangannya memiliki prioritas yang paling rendah.

3. Program/ kegiatan yang sudah tercantum dalam rencana kerja, namun tidak dapat
dilaksanakan karena adanya tugas lain atas instruksi Direktur Utama, harus diberitahukan
oleh HOIA kepada Direktur Utama.

4. Perubahan-perubahan atas rencana kerja yang tidak disebabkan oleh pelaksanaan


instruksi khusus dari Direktur Utama harus mendapatkan pengesahan Direktur Utama.

5. HOIA harus mempunyai dan melakukan program jaminan kualitas secara menyeluruh
dan berkesinambungan untuk mengevaluasi kinerja unitnya, dengan tujuan agar
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa kinerja Unit Internal Audit telah sesuai
dengan Charter, rencana kerja dan ketentuan lainnya.

Untuk memastikan hal tersebut, HOIA harus melakukan:


o Supervisi yang terus menerus sejak tahap perencanaan, pelaksanaan evaluasi, pelaporan,
sampai tindak lanjut penugasan.
o Review internal secara periodik oleh pimpinan, staf atau tim internal yang mampu dan
independen untuk menilai tingkat efektivitas penugasan dan kepatuhan internal auditor
terhadap standar profesional internal audit, kode etik, kebijakan dan ketentuan yang
berlaku lainnya.
o Self Assessment. Penelaahan secara berkala seperti dimaksud butir 2) harus dilakukan
sendiri oleh Unit Internal Audit.
o Review eksternal oleh pihak atau individu yang mampu, independen terhadap Perusahaan,
dan tidak mempunyai konflik kepentingan untuk menilai dan memberikan opini tentang
kepatuhan Unit Internal Audit terhadap Charter, rencana kerja dan ketentuan yang
berlaku lainnya. HOIA harus melaporkan hasil review dari pihak eksternal ini kepada
Direktur Utama dan Komite Audit.

6. HOIA harus menetapkan kebijakan dan prosedur tertulis termasuk manual penugasan,
untuk pedoman pelaksanaan tugas staf Unit Internal Audit.

7. HOIA harus mempunyai program pengembangan sumber daya manusia di unitnya, yang
meliputi:
1. DJM (Distinct Job Manual) setiap jenjang petugas Internal Audit
2. Penetapan kualifikasi dan kemampuan individu auditor
3. Kesempatan pelatihan dan pendidikan berkelanjutan setiap auditor
4. Penilaian kinerja terhadap setiap auditor setiap tahun, dan
5. Pemberian kesempatan berkonsultansi kepada auditor tentang kinerja dan
pengembangan profesionalisme mereka.

8. HOIA harus berkoordinasi dengan Komite Audit secara efektif dan efisien untuk
memperoleh hasil penugasan yang berkualitas. Untuk itu harus ada rapat berkala dengan
Komite Audit membahas masalah kepentingan bersama seperti laporan hasil penugasan.

9. Untuk memudahkan pengelolaan penugasan, diperlukan penggunaan data base guna


menyimpan seluruh aspek penugasan termasuk monitoring atas rekomendasi.

Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia/SAIPI

Fungsi audit intern pada pemerintahan di Indonesia lazim dikenal dengan sebutan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). APIP dibentuk untuk melaksanakan tugas pengawasan
intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah baik pada pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Menurut PP 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah, APIP terdiri dari BPKP; Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern; Inspektorat Provinsi; dan Inspektorat Kabupaten/Kota (pasal
48).

Sejarah Pasal 53 PP 60/2008 mengamanatkan bahwa untuk menjaga mutu hasil audit
APIP, diperlukan standar audit yang disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu
pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah. Pedoman yang dijadikan acuan penyusunan
standar sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 tersebut adalah Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara (MenPAN) Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah. MenPAN menetapkan peraturan tersebut beberapa bulan
sebelum terbitnya PP 60/2008 dengan salah satu pertimbangannya adalah diperlukan suatu
ukuran mutu dalam rangka mewujudkan pengawasan oleh APIP yang berkualitas.

Rupanya pertimbangan tersebut sejalan dengan tujuan yang diinginkan dalam pasal 53 PP
60/2008 di atas. Perlu Anda ketahui bahwa, sistematika standar audit intern menurut Peraturan
MenPAN Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 terdiri dari:

(1) pendahuluan;

(2) prinsip-prinsip dasar;

(3) standar umum;

(4) standar audit kinerja; dan


(5) standar audit investigatif.

Sejak ditetapkannya amanat penyusunan standar sesuai pasal 53 PP 60/2008 sampai


dengan awal 2014, terjadi kekosongan standar audit intern pemerintah karena pembentukan
organisasi profesi auditor yang berwenang menyusun standar itu sendiri berjalan cukup lama.
Oleh karena itu, dalam periode kekosongan tersebut APIP masih terus mengacu pada
PER/05/M.PAN/03/2008 sebagai standar kegiatan auditnya. Baru pada November 2012 resmi
terbentuk organisasi profesi yang disebut dengan Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia
(AAPI). Proses perumusan standar pun tidak bisa segera diselesaikan setelah AAPI terbentuk.
Patut disyukuri meski terlambat, pada 24 April 2014 Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia
akhirnya resmi diterbitkan oleh AAIPI. Standar tersebut disahkan oleh Dewan Pengurus Nasional
AAIPI melalui keputusan dengan Nomor KEP-005/AAIPUDPN/2014. Keputusan tersebut secara
lengkap berisi tentang Pemberlakuan Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia, Standar
Audit Intern Pemerintah Indonesia, dan Pedoman Telaah Sejawat Auditor Intern Pemerintah
Indonesia. Dengan diterbitkannya standar audit intern oleh AAIPI tersebut maka amanat pasal 53
PP 60/2008 telah terpenuhi dan secara otomatis para auditor intern pemerintah di Indonesia harus
menggunakan standar tersebut sebagai acuannya.

Sistematika Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia disusun dengan sistematika yang
terdiri dari: Pendahuluan Antara lain berisi latar belakang, definisi, tujuan dan fungsi standar;
ruang lingkup; landasan dan referensi; interpretasi dan perubahan.

Prinsip-prinsip dasar Terdiri dari:

1000 - Visi, Misi, Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab APIP (Audit Charter)

1100 - Independensi dan Objektivitas

1200 - Kepatuhan terhadap Kode Etik Standar umum Terdiri dari:

2000 - Kompetensi dan Kecermatan Profesional

2100 - Kewajiban Auditor

2200 - Program Pengembangan dan Penjaminan Kualitas Standar pelaksanaan audit


intern Terdiri dari:

3000 - Mengelola Kegiatan Audit Intern 3100 - Sifat Kerja Kegiatan Audit Intern 3200 -
Perencanaan Penugasan Audit Intern

3300 - Pelaksanaan Penugasan Audit Intern Standar komunikasi audit intern Terdiri dari:

4000 - Komunikasi Hasil Penugasan Audit Intern

4100 - Pemantauan Tindak Lanjut


Sistematika tersebut berbeda dengan sistematika standar yang diatur dalam
PER/05/M.PAN/03/2008 terutama dalam penjabaran standar pelaksanaan dan komunikasi yang
tidak membedakan antara jenis audit kinerja dan audit investigatif. Anda yang berminat
memperoleh standar tersebut dapat mengunduh di website AAIPI.

Sumber: https://www.klikharso.com/2016/04/standar-audit-intern-pemerintah.html

Anda mungkin juga menyukai