Laporan OTT
Laporan OTT
Laporan OTT
Disusun Oleh :
Ariza Priawan H 10060316145
Nada Fauziah 10060316146
Muhammad Bilgary U 10060316147
Ayu Setyaningtyas 10060316148
Aisyah 10060316149
Widya Lestari 10060316150
Kelompok 3 / Shift D
Tanggal Praktikum : 20 Desember 2018
Tanggal Penyerahan : 27 Desember 2018
I. NAMA SEDIAAN
Obat Tetes Telinga Kloramfenikol
4.2 Pembawa
Pembawa yang digunakan dalam sediaan OTT Kloramfenikol adalah
pelarut non air yaitu Propilenglikol, alasannya karena Kloramfenikol memiliki
kelarutan yang baik dalam Propilenglikol, yaitu larut dalam 7 bagian Propilenglikol
dibandingkan dalam pelarut air yaitu agak sukar larut dalam air (Dirjen POM,
2014:281). Penggunaan Propilenglikol bertujuan untuk mengurangi kelembaban
pada telinga sehingga dapat menghambat pertumbuha mikroba karena pada daerah
telinga sudah bersifat lembab, apabila menggunakan air dan OTT digunakan pada
saat infeksi maka akan terjadi akumulasi mikroorganisme dan akan semakin parah
keadaannya. Propilenglikol ini memiliki viskositas yang lebih kental dari pada air
sehingga dengan kontak antara zat aktif dengan jaringan telinga akan semakin lama
sehingga efek terapi yang muncul akan semakin baik. Selain itu Propilenglikol ini
memiliki sifat higroskopik yang dapat menarik air dan kelembaban pada jaringan
telinga yang terinfeksi.
4.4 Wadah
Wadah yang digunakan adalah wadah multiple dose berupa botol plastik
dengan volume wadah 10 mL. Tujuannya agar sediaan lebih mudah diteteskan ke
dalam telinga dan mudah ditekan ketika diaplikasikan agar sediaan lebih mudah
keluar. Sediaan obat tetes telinga Kloramfenikol dalam bentuk larutan harus
disimpan dalam wadah yang rapat dan kuat.
V. PERHITUNGAN TONISITAS
Kekuatan Sediaan :
Kloramfenikol 1%
Volume Sediaan 10 mL/ Botol
Tiap 10 mL mengandung :
Kloramfenikol 1 gram
Propilenglikol 10 mL
Pada obat tetes telinga tidak ada perhitungan tonisitas, karena pada obat
tetes telinga tonisitas tidak mutlak diperhitungkan.
Kloramfenikol 1%
Propilenglikol ad 10 mL
7.2 Propilenglikol
- Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,
praktis tidak berbau, menyerap air pada udara
lembab.
- Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dengan
kloroform, larut dalam eter, dan dalam minyak
esensial, tidak dapat bercampur dengan minyak
lemak.
- Titik lebur : -59°C
- Titik Didih : 188°C
𝑔
- Bobot Jenis : 1,038 ⁄𝑐𝑚3 , pada suhu 20oC
- pH larutan : 3-6
- Stabilitas : Higroskopik, pada suhu tinggi akan teroksidasi
menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat,
dan asam asetat. Stabil jika bercampur dengan etanol,
air atau gliserin.
- Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan zat pengoksidasi seperti
KMnO4
- Kegunaan : Pembawa
(Dirjen POM, 2014:1070) dan (Rowe et al, 2009:592-593)
1
1 Kloramfenikol 1% 𝑥 10 𝑚𝐿 = 0,1 𝑔 0,5 Gram
100
Benzalkonium 0,01
2 0,01% 𝑥 10 𝑚𝐿 = 0,001 𝑔 0,005 Gram
Klorida 100
3 Propilenglikol ad 10 mL ad 50 mL
9.2 Sediaan
Sediaan obat tetes telinga ini mengandung zat aktif Kloramfenikol,
kloramfenikol merupakan salah satu jens antibiotik. Antibiotik ini merupakan salah
satu zat yang tidak tahan terhadap pemanasan sehingga tidak dapat dilakukan
sterilisasi akhir dengan metode pemanasan oleh karena itu sediaan obat tetes telinga
ini dilakuan sterilisasi awal pada bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan untuk
mengurangi jumlah kontaminan yang menempel pada wadah dan bahan karena
pengerjaannya dilakukan secara aseptis. Pembuatan sediaan ini dilakukan di ruang
LAF (Lamirar Air Flow).
X. PROSEDUR PEMBUATAN
Semua alat, bahan, dan wadah disterilisasi dengan caranya masing-masing
XII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan obat tetes telinga dari zat
aktif kloramfenikol 1%. Sebelum pembuatan sediaan, dilakukan terlebih dahulu
studi data preformulasi. Studi preformulasi ini dilakukan dengan cara mencari
informasi mengenai sifat-sifat fisiko-kimia dari zat-zat yang akan digunakan,
sehingga dapat menyusun formula yang baik dan tepat. Berdasarkan hasil studi,
didapatkan bahwa zat aktif kloramfenikol mempunyai kelarutan yaitu larut dalam
kurang lebih 400 bagian air dan 7 bagian propilenglikol P. Berdasarkan sifat
kelarutannya, kami memutuskan untuk menggunakan propilenglikol sebagai
larutan pembawa, karena kloramfenikol mempunyai kelarutan sukar larut dalam
air tetapi dapat larut dengan baik pada pelarut propilenglikol . Kemudian pada
formulasi sediaan obat tetes telinga ini, kami juga menggunakan benzalkonium
klorida sebagai pengawet. Sediaan akan dibuat sebanyak 5 buah, dengan masing-
masing berisi 10 mL.
Obat tetes telinga adalah larutan, suspensi, atau emulsi dari satu atau lebih
zat aktif di dalam air atau dalam pembawa lain yang digunakan dengan jalan
meneteskannya ke dalam lubang telinga, Pada umumnya obat tetes telinga ini
mengandung zat aktif yang dapat berfungsi sebagai antibiotik, antiseptik, anestesi,
anti radang, zat yang dapat melunakan kotoran telinga, membersihkan telinga
setelah pengobatan, dan mengeringkan permukaan dalam telingan yang berair. Dari
semua obat tetes, hanya obat tetes telinga yang tidak menggunakan air sebagai
pembawanya, karena obat tetes telinga harus memperhatikan kekentalannya agar
dapat menempel dengan baik pada dinding atau permukaan telinga. Oleh karena itu
pada obat tetes telinga ini biasa menggunakan zat pembawa gliserol atau
propilenglikol. Dapat juga digunakan etanol, heksilenglikol, dan minyak lemak
nabati. Keasaman-kebasaan kecuali dinyatakan lain pH 5,0-6,0. Penyimpanan,
kecuali dinyatakan lain dalam wadah tertutup (Dirjen POM, 1979)
Bahan-bahan yang digunakan pada sediaan ini yaitu kloramfenikol 1%,
Benzalkonium klorida 0,01%, dan propilenglikol. Kloramfenikol merupakan zat
aktif yang berkhasiat sebagai antibiotik yang digunakan untuk menghambat atau
membunuh mikroorganisme, antibiotik ini mempunyai spektrum yang luas.
Kloramfenikol berhubungan dengan gangguan darah yang serius sebagai efek yang
tidak diinginkan sehingga harus disimpan untuk pengobatan infeksi berat.
Kemudian Benzalkonium klorida berfungsi sebagai pengawet karena proses
pembuatan dilakukan dengan metode aseptis sehingga digunakan pengawet untuk
mengurangi dan mencegah kontaminasi mikroba yang masuk selama proses
pembuatan, sedian ini juga merupakan sediaan yang multidose sehingga perlu
ditambahkan pengawet untuk menjaga stabilitas sediaan selama penyimpanan.
Kemudian yang terakhir yaitu propilenglikol, zat ini berfungsi sebagai larutan
pembawa karena zat aktif kloramfenikol mempunyai kelarutan yang sukar larut
pada air. Penggunaan propilenglikol sebagai pembawa juga dapat meningkatkan
viskositas sediaan karena mempunyai kekentalan yang lebih tinggi daripada air
sehingga sediaan akan memiliki waktu kontak yang lama dengan permukaan
telinga. Selain itu, Penggunaan Propilenglikol juga dapat mengurangi kelembaban
pada telinga karena memiliki sifat higroskopik sehingga dapat menghambat
pertumbuhan mikroba karena apabila telinga berair maka akan memudahkan
mikroba tumbuh dan memperparah keadaan infeksi.
Pada formulasi sediaan obat tetes telinga ini tidak dilakukan perhitungan
tonisitas, karena sediaan ini di diberikan pada permukaan telinga atau bukan
melalui aliran darah sehingga tidak mutlak dilakukan perhitungan tonisitas.
Sediaan obat tetes telinga yang dibuat ini terlebih dahulu dilakukan
sterilisasi awal pada bahan-bahan yang akan digunakan, kemudian dilakukan
pembuatan secara aseptis. Bahan-bahan yang berupa serbuk dan tahan terhadap
panas umumnya dilakukan steriliasi dengan panas kering (oven), karena apabila
dilakukan dengan sterilisasi panas lembab (autoklaf) dikhawatirkan bahan-
bahannya akan terbasahi. Kemudian bahan-bahan yang berupa cairan umumnya
dilakukan sterilisasi panas lembab (autoklaf) apabila tahan panas, dan dilakukan
sterilisasi filtrasi atau sinar gamma apabila tidak tahan panas. Kloramfenikol
sebagai zat aktif dilakukan sterilisasi dengan menggunakan sinar gamma,
digunakan metode ini karena bahannya berupa serbuk dan tidak tahan terhadap suhu
tinggi. Benzalkonium klorida sebagai pengawet dilakukan sterilisasi dengan
metode panas kering karena bahannya berupa serbuk dan tahan terhadap panas.
Kemudian propilenglikol sebagai larutan pembawa dilakukan sterilisasi dengan
metode sinar gamma, karena bahannya berupa cairan kental dan tidak tahan panas
sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan metode sterilisasi dengan cara
panas atau dengan cara filtrasi.
Selain bahan-bahan yang dilakukan disterilisasi, alat-alat yang di gunakan
juga dilakukan sterilisasi. Untuk alat-alat yang nonpresisi seperti batang pengaduk,
corong kaca, Erlenmeyer, gelas kimia, dan kaca arloji dilakukan sterilisasi dengan
panas kering (oven) karena alat-alat tersebut bukan merupakan alat ukur sehingga
apabila terjadi perubahan ukuran pada saat sterilisasi karena digunakannya suhu
tinggi pada metode ini tidak akan begitu bermasalah. Sementara untuk alat-alat
yang presisi seperti gelas ukur dan pipet volume dilakukan sterilisasi dengan panas
lembab (autoklaf) karena untuk menghindari terjadinya perubahan bentuk yang di
akibatkan suhu yang terlalu tinggi apabila dilakukan pada oven, karena apabila
terjadi perubahan bentuk maka akan bermasalah karena alat ini digunakan untuk
pengukuran atau penakaran bahan sehingga harus disterilisai pada autoklaf untuk
menjaga keakuratan alat tesebut. Kemudian untuk botol infus yang digunakan
sebagai kemasan primer dilakukan sterilisasi dengan panas lembab karena terbuat
dari kaca yang tahan terhadap panas.
Sediaan obat tetes telinga ini dilakuan sterilisasi awal pada bahan-bahan dan
alat-alat yang digunakan untuk mengurangi jumlah kontaminan yang menempel
pada wadah dan bahan karena pengerjaannya dilakukan secara aseptis, hal ini
karena sediaan obat tetes telinga ini mengandung zat aktif Kloramfenikol, dimana
kloramfenikol ini merupakan salah satu jenis antibiotik yang tidak tahan terhadap
pemanasan sehingga tidak dapat dilakukan sterilisasi akhir dengan metode
pemanasan. Sediaan ini juga tidak dapat disterilisasi dengan filtrasi karena bentuk
sediaan obat tetes telinga ini menggunakan larutan pembawa propilenglikol yang
pada dasarnya lebih kental dari air, sehingga sulit difiltrasi. Pengerjaan dilakukan
secara aseptis di ruang LAF (Lamirar Air Flow).
Setelah dilakukan sterilisasi alat dan bahan, pembuatan sediaan dilakukan.
Semua alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan, ditimbang kloramfenikol 0,5 g,
benzalkonium klorida 0,005 g, dan propilenglikol sebanyak 50 mL. Setelah semua
bahan ditimbang, kloramfenikol dan benzalkonium klorida dilakukan penggerusan
terlebih dahulu dalam mortir agar luas permukaannya semakin besar sehingga
memudahkan proses pelarutannya. Selanjutnya kloramfenikol dan benzalkonium
klorida dimasukan kedalam gelas kimia dan dilakukan pelarutan dengan
propilenglikol sebanyak 50 mL. Setelah larut sediaan dimasukan ke dalam wadah
obat tetes telinga setiap 10 mL menggunakan gelas ukur. Kemudian tutup
dipasangkan pada wadah sediaan, dan selanjutnya dilakukan evaluasi.
Setelah dilakukan pembuatan dan sterilisasi, maka selanjutnya dilakukan
evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan mencakup uji pH, volume terpindahkan, uji
kejernihan , dan uji kebocoran.
Pertama uji pH, tujuan dari pengujian ini yaitu untuk mengatahui pH sediaan
sudah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan atau belum. Pengujian pH
dilakukan dengan cara mencelupkan kertas indikator pH pada sediaan kemudian
dicocokan dengan tabel parameter pH yang sudah tersedia. Hasilnya sediaan yang
diuji memiliki pH 6. Dengan hasil tersebut sediaan tidak perlu didapar karena pH
tersebut sudah masuk rentan pH optimum sedian obat tetes telinga yaitu 5-7,8.
Kedua uji volume terpindahkan, tujuan dari pengujian ini yaitu untuk
memastikan bahwa volume sediaan tidak kurang dari yang tertera pada etiket. Uji
ini dilakukan dengan cara menuangkan sediaan pada gelas ukur dan dilakukan
analisis. Hasilnya sediaan yang diuji memiliki volume 10 mL. Berdasarkan hasil
tersebut bahwa sediaan sudah memenuhi syarat karena tidak kurang atau sudah
sesuai yang tertera paada etiket yaitu 10 mL.
Ketiga uji kejernihan, tujuan dari pengujian ini yaitu untuk mengetahui
kejernihan dari sediaan yang telah dibuat apakah bebas dari pengotor atau tidak. Uji
ini dilakukan dengan cara melihat kejernihan sediaan dengan visual pada
background putih atau hitam agar memudahkan dalam pengamatan. Hasilnya
sediaan yang telah dibuat yaitu tidak jernih atau agak keruh berwarna keputih-
putihan. Hal tersebut karena zat aktif yang terdapat pada larutan pembawa hanya
terdispersi sehingga menimbulkan kekeruhan,
Keempat uji kebocoran, tujuan dari pengujian ini yaitu untuk memastikan
keutuhan kemasan dari sediaan. Adanya kebocoran dapat menyebabkan partikel
asing masuk, partikel ini dapat berupa mikroorganisme atau pirogen, yang
menandakan bahwa larutan tersebut tidak steril lagi. Uji kebocoroan ini dilakukan
dengan cara mengecek sekeliling kemasan dengan cara melihat dan juga meraba.
Hasilnya sediaan tidak mengalami kebocoran, dengan demikian dapat diketahui
bahwa kemasan sedian yang digunakan sudah baik dan tidak bocor.
XIII. WADAH DAN KEMASAN
13.1 Kemasan Primer
Botol plastik @10 mL sebanyak 10 buah
KLORAMFENIKOL
Komposisi:
Kloramfenikol 1%.
Indikasi:
Mengobati infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri.
Dosis:
2 hingga 3 tetes per hari dengan dosis 5%.
Efek Samping:
Pusing, Demam, Mual, Diare, dan Linglung.