Pengaruh Islamic Human Development Index Terhadap Tingkat Kemiskinan Dan Rasio Gini
Pengaruh Islamic Human Development Index Terhadap Tingkat Kemiskinan Dan Rasio Gini
Pengaruh Islamic Human Development Index Terhadap Tingkat Kemiskinan Dan Rasio Gini
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
GHILMAN MUHAMMAD HIFZANADDIN
15423050
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
F. Landasan Teori.......................................................................................................... 15
ii
PENGARUH ISLAMIC HUMAN DEVELOPMENT INDEX
TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DAN RASIO GINI DI
D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2007-2018
A. Latar Belakang
3
di mana teori dan konsepnya berdasarkan pada perspektif Islam. (Rafjansani,
2012)
4
Oleh karena itu, IHDI menjadi memiliki kelebihan pada hasil pengukuran
kualitas dan pembangunan manusia di suatu wilayah/negara jika dibandingkan
dengan indikator lain seperti IPM.
5
DI Yogyakarta. (Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta, 2019). Garis
kemiskinan dapat digunakan sebagai ukuran untuk mengukur rakyat miskin dan
mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi. Islamic Human
Development Index (I-HDI) merupakan salah satu alat ukur yang dapat
digunakan untuk mengetahui dan menganalisis kesejahteraan masyarakat,
dalam hal ini adalah terkait tingkat kemiskinan masyarakat di provinsi DIY.
Dimana setiap peningkatan angka I-HDI akan menunjukkan semakin
membaiknya pembangunan manusia yang ditandai dengan meningkatnya
kualitas sumber daya manusia di wilayah tersebut. Semakin berkualitasnya
masyarakat di provinsi DI Yogyakarta maka akan menyebabkan peningkatan
produktivitas kerja dari masyarakat, yang mana hal tersebut dapat
meningkatkan perolehan pendapatan masyarakat. Meningkatnya pendapatan
masyarakat akan menurunkan jumlah penduduk miskin. Pernyataan tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sukmaraga, 2011) yang
menyatakan bahwa I-HDI menunjukkan hubungan negative signifikan..
6
kerja dari masyarakat. Perbaikan produktivitas kerja masyarakat ini akan
meningkatkan pemerataan disribusi perolehan pendapatan masyarakat dari
berbagai golongan (bawah, menengah, atas) sehingga menurunkan nilai rasio
gini.
7
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan ini dapat dibagi atas dua aspek yaitu :
1. Pihak Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti dan
pembaca terkait konsep Islamic Human Development Index. Penelitian ini
dapat memberikan informasi mengenai bagaimana pengaruh Islamic
Human Development Index terhadap tingkat kemiskinan dan pertumbuhan
ekonomi di DI Yogyakarta. Penelitian ini juga telah mengimplementasikan
teori – teori yang sudah didapatkan peneliti selama di bangku kuliah. Selain
itu, penelitian ini dapat menjadi pembanding bagi penelitian– penelitian
terdahulu.
2. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan dalam bidang ekonomi terutama
dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan.
8
Rochmawati (2018) melakukan penelitian tentang Islamic Human
Development Index (I-HDI) Dalam Perspektif Maqāṣid Syarī’ah. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan data sekunder, yaitu berupa
data statistik sosial ekonomi yang di ambil dari Badan Pusat Statistik
KotaYogyakarta. Penelitian ini menggunakan rentang waktu pengamatan
selama 2 tahun yaitu dari tahun 2015-2016, dengan obyek penelitian adalah
Kota Yogyakarta. Tekhnik analisis data penelitian ini menggunakan model
interaktif Miles Hubberman yang dilakukan melalui tiga prosedur, yaitu reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil pencapaian pembangunan
manusia di Kota Yogyakarta yang di ukur dengan perhitungan I-HDI melalui
perspektif maqāṣid syarī‟ah pada tahun 2015-2016 sudah mencerminkan
adanya penerapan nilai maqāṣid syarī‟ah pada masing- masing indeks
komponen meskipun belum tercapai sepenuhnya.
Nafilah (2016) melakukan penelitian tentang Pertumbuhan Ekonomi,
Pengangguran, dan Islamic Human Development Index terhadap Kemiskinan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis regresi
berganda dan metode OLS dengan data timeseries tahun 2005 hingga 2014.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa I-HDI berpengaruh negative tidak
signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Janeponto tahun 2005 – 2014.
Anto (2011) melakukan penelitian tentang memperkenalkan Islamic
Human Development Index (I-HDI) untuk pembangunan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Islamic Human Development Index (I-HDI) akan
mempertimbangkan dimensi Muqashid Syariah dalam mengukur bagaimana
peforma dan atau tingkat ekonomi di suatu negara berkembang yang mayoritas
penduduknya adalah Muslim, yang mana indikator Muwashid Syariah akan
menciptakan pengukuran yang lebih komprehensif dan akurat.
Lestari (2017) melakukan penelitian tentang Pembangunan Manusia,
Pengangguran, dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Tingkat
Kemiskinan. Penelitian ini digolongkan menjadi ke dalam penelitian
dokumentasi atau studi pustaka (Library Research) dengan metode kuantitatif
mengunakan panel data dengan pendekatan model efek tetap (fixed effected
9
model). Hasil penelitian in adalah bahwa IPM akan berpengaruh secara negative
dan tidak signifikan di mana setiap kenaikan IPM 1 (satu) akan menurunkan
kemiskinan sebesar 3 jiwa. Diketahui bahwa kemskinan akan berupa
kemiskinan materiil dan spiritual.
Rahmatullah (2018) melakukan penelitian tentang Islamic Human
Development Index di Kawasan Eksplorasi Tambang Batu Bara di Batu Kajang
Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batu Sopang yang dijadikan kawasan
eksplorasi tambang batu bara oleh setidaknya 129 perusahaan yang telah
berlangsung kurang lebih 35 tahun. Hasil penelitian ini adalah 1) Index al-Maal
secara signifikan mempengaruhi tingginya nilai I-HDI. 2) Hasil perhitungan I-
HDI menunjukkan bahwa Kecamatan Batu Sopang masuk dalam kategori status
pembangunan tinggi, jika diukur menurut skala internasional. 3) Jika diukur
berdasarkan kesejahteraan materi dan non-materi, maka kesejahteraan materi
mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada kesejahteraan non-materi. 4)
Pencapaian I-HDI yang tinggi tidak dapat memastikan tidak adanya dampak
negatif dari kegiatan eksplorasi tambang batu bara, dampak negatif juga
ditimbulkan dari adanya pencemaran terhadap lingkungan masyarakat sekitar.
Rama & Yusuf (2019) melakukan penelitian tentang pembangunan
Islamic Human Development Index (I-HDI). Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif dengan data sekunder dikumpulkan dari 33
provinsi di Indonesia yang mencakup 16 indikator. Periode indikator berkisar
dari 2012 hingga 2016. Kecuali indikator pengumpulan zakāh, semua data
sekunder dari indikator yang ditargetkan diambil dari laporan tahunan yang
diterbitkan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Penelitian
ini menemukan bahwa peringkat komposisi antara I-HDI dan HDI sedikit
berbeda. Namun, kedua indeks memiliki korelasi positif statistik yang
mengkonfirmasi asumsi bahwa I-HDI dapat berfungsi sebagai prediktor untuk
peringkat HDI. Temuan ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi
di Indonesia memiliki kinerja yang buruk dalam skor keseluruhan I-HDI.
10
Pradana & Sumarsono (2018) melakukan penelitian tentang pengaruh
Indeks Pembangunan Manusia, Belanja Modal, Desentralisasi Fiskal Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan di Jawa Timur di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan kombinasi antara deret waktu dan data antara tempat dan ruang
(penampang), untuk menentukan apakah ada hubungan antara dua variabel atau
pengaruh langsung atau tidak langsung yang lebih baik. Temuan menunjukkan
bahwa indeks pembangunan manusia (HDI) dan belanja modal memiliki
dampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Indeks
Pembangunan Manusia yang lebih tinggi dan belanja modal mempengaruhi
tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih besar. Namun, tingkat desentralisasi
fiskal tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sementara pertumbuhan
ekonomi memiliki efek positif dan berpengaruh signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi antar daerah menunjukkan
bervariasi, dalam meningkatkan pendapatan per kapita di beberapa bidang
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sementara beberapa daerah lain memiliki
pertumbuhan ekonomi yang rendah, mengakibatkan peningkatan ketimpangan
pendapatan.
Alvan (2009) melakukan penelitian terkait hubungan antara
pembangunan manusia dan ketimpangan pendapatan. Ketidaksetaraan global
dalam pendapatan dan standar hidup melebar antar negara maupun di dalam
negara menurut PBB pembangunan manusia tahunan terbaru dalam laporan
pembangunan. Bukti lintas negara tentang ketimpangan pendapatan dan
perkembangan manusia menunjukkan bahwa kedua faktor ini adalah
berkorelasi negatif dan kausalitas berjalan di kedua arah. Kapan pengembangan
manusia ditingkatkan (Pembangunan Manusia Tinggi), distribusi pendapatan
cenderung lebih adil, juga saat pendapatan distribusi lebih merata,
perkembangan manusia cenderung membaik. Di sisi lain, tingkat
perkembangan manusia sedang dan rendah cenderung meningkatkan
ketimpangan pendapatan.
11
No. Judul Penelitian Metode Penelitian Persamaan dan
Perbedaan
12
3. Introducting an Metode penelitian Persamaannya adalah
Islamic Human yang digunakan menggunakan dimensi
Development Index dalam penelitian ini muqashid syariah untuk
(I-HDI) to Measure adalah mengukur indeks
Develpoment in menggunakan pembangunan manusia.
OIC Countries metode kualitatif
Perbedaannya adalah
(Anto, 2011) deskriptif
bahwa penelitian ini
menggunakan metode
kualitatif dengan data
primer.
13
Eksplorasi adalah Maal untuk mengukur I-
Tambang Batu menggunakan HDI.
Bara di Batu metode kualitatif.
Perbedaannya adalah
Kajang Kalimantan
penelitian ini
Timur
menggguankan sumber
(Rahmatullah,
data primer.
2018)
14
dan ruang
(penampang).
F. Landasan Teori
F. 1. Human Development
15
Human Development atau yang sering disebut sebgai pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi
manusia (“a process of enlarging people’s choices”). Konsep atau definisi
pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi
pembangunan yang sangat luas. Dalam konsep pembangunan manusia,
pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya,
bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana dikutip dari
UNDP (United Nations Development Programme, 1995).
16
2. Untuk Penduduk ( for people ), adalah pemberdayaan penduduk yang
dapat diupayakan melalui program penciptaan lapangan pekerjaan dan
memperluas kesempatan berusaha ( dengan cara memperluas kegiatan
ekonomi suatu wilayah ).
3. Oleh Penduduk ( by people ), adalah pemberdayaan penduduk yang
dapat meninngkatkan harkat dan martabat melalui peningkatan
partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam bidang politik dan
proses pembangunan.
17
negara adalah negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakang.
Selain itu Human Development Index (HDI) merupakan ukuran
pembangunan manusia agar lebih berkualitas.
1. Longevity, diukur dengan variabel harapan hidup saat lahir atau life
expectancy of birth dan angka kematian bayi per seribu penduduk atau
infant mortality rate.
1. Kecukupan
18
Jika satu saja tidak terpenuhi akan menyebabkan keterbelakangan
absolut.
2. Jati Diri
Jati diri merupakan komponen dari kehidupan yang serba lebih baik
adalah adanya dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai
diri sendiri, untuk merasa diri pantas dan layak mengejar sesuatu, dan
seterusnya. Semuanya itu terangkum dalam self esteem (jati diri).
3. Kebebasan dari Sikap Menghamba
Kemampuan untuk memiliki nilai universal yang tercantum dalam
pembangunan manusia adalah kemerdekaan manusia. Kemerdekaan
dan kebebasan di sini diartikan sebagai kemampuan berdiri tegak
sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran dari aspek-aspek materil
dalam kehidupan. Dengan adanya kebebasan kita tidak hanya semata-
mata dipilih tapi kitalah yang memilih.
Sejauh ini terdapat tiga macam data yang dapat digunakan untuk
memperoleh dua macam data dasar tersebut yaitu Sensus Penduduk
(SP), Survei Penduduk Antar Sensus (Supas), dan Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas).
19
2. Bidang Pendidikan : Pengetahuan (Knowledge)
Usia hidup juga merupakan salah satu unsur mendasar dari
pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data,
pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah. Sebagai catatan UNDP dalam publikasi
tahunan Human Development Report (HDR) sejak 1995 mengganti
rata-rata lama sekolah denga partisipasi sekolah dasar, menengah dan
tinggi. Sementara itu, indikator angka melek huruf dapat diperoleh
dari variabel kemampuan membaca dan menulis.
3. Bidang Ekonomi : Standar Hidup Layak (Divent Living)
Terdapat banyak indikator alternative yang dapat digunakan
untuk mengukur standar hidup layak. UNDP memilih GDP perkapita
riil yang telah di sesuaikan sebagai indikator standar hidup layak.
Indikator standar hidup layak merupakan sebuah indikator input dan
bukan merupakan indikator dampak, namun UNDP tetap
menggunakan GDP perkapita riil sebagai indikator ini dikarenakan
sesuai dan tersedia secara global.
20
terpenuhinya kebutuhan dasar agar manusia dapat hidup bahagia di dunia
dan akhirat (mencapai falah). (Septiarini & Herianingrum, 2017)
Islamic-Human Development Index (I-HDI) adalah alat ukur yang
digunakan untuk mengukur pembangunan manusia dalam perspektif
islam. I-HDI mengukur pencapaian tingkat kesejahteraan manusia dengan
terpenuhiya kebutuhan (maslahah) dasar agar manusia dapat hidup
bahagia di dunia dana akhirat. (P3EI, 2014)
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Islamic-
Human Development Index (I-HDI) merupakan sebuat alat untuk
mengukur apakah pembangunan manusia itu sudah berkualitas atau belum,
yang diukur dalam prespektif islam. Tujuan dari pengukuran Islamic-
Human Development Index (I-HDI) adalah bahwa supaya manusia dapat
hidup sejahtera untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
21
dalam melaksanakan shalat, adanya pendidikan tata cara sholat,
jika hal ini tidak ada, maka akan mengancam eksistensi agama.
b. Memelihara dalam peringkat hajiyyah, yaitu melaksanakan
ketentuan agama, dengan maksud menghindari kesulitan,
misalnya adanya penutup aurat yang layak dalam melaksanakan
ibadah shalat, seandainya tidak ada pakaian yang layak maka
shalatnya akan tetap sah.
c. Memelihara agama dalam peringkat tahsiniyyah, yaitu
mengikuti petunjuk agama guna menjunjung tinggi martabat
manusia sekaligus melengkapi pelaksanaan kewajibanya
kepada Allah SWT. Misalnya adanya tempat shalat yang bagus,
sehingga membuat mushalli betah untuk beribadah lama dalam
mushalla tersebut. Kegiatan ini erat kaitanya dengan etika yang
baik. Jika hal ini tidak dilakukan karena tidak memungkinkan
maka tidak akan mengancam eksistensi agama dan mempersulit
orang yang bersangkutan(Rafsanjani, 2014).
d. Memelihara agama dalam peringkat al-wujud, yaitu memelihara
dan menjaga ibadah shalat dan zakat. Hal ini harus dijaga adalah
sebagai cara mencegah hal-hal yang menyebabkan eksistensi
agama menjadi terancam(Kasdi, 2014).
2. Hifdzu an-Nafs (Memelihara Jiwa)
Dalam hal ini, jiwa yang dimaksud adalah kebutuhan utama
seseorang dalam rangka untuk menjalankan keberlangsungan hidup
seperti pemenuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, fasilitas
jalan, transportasi, keamanan, lapangan kerja dan pelayanan sosial
(Jajuli, 2016), berdasarkan tingkat kepentinganya juga dapat
dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a Memelihara jiwa dalam peringkat dharuriyyah seperti
memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan untuk
mempertahankan hidup dan obat-obatan untuk menghilangkan
penyakit. Jika kebutuhan pokok ini diabaikan, maka akan
22
berakibat terancamnya eksistensi jiwa manusia, atau apabila
obat-obatan ini tidak ada maka juga sama.
b Memelihara jiwa dalam peringkat hajiyyah, seperti dibolehkan
menikmati makanan yang lezat dan halal. Jika kegiatan ini
diabaikan, maka tidak akan mengancam eksistensi manusia
melainkan hanya akan mempersulit hidupnya.
c Memelihara jiwa dalam peringkat tahsiniyyah seperti tata cara
makan dan minum. Kegiatan ini hanya berhubungan dengan
kesopanan atau etika, sama sekali tidak akan mengancam
eksistensi jiwa manusia, ataupun mempersulit kehidupan
seseorang. (Rafjansani, 2012)
3. Hifdzu al-‘Aql (Memelihara Akal)
Akal adalah merupakan tempat sumber ilmu. Jika akal akan
dimanfaatkan dengan baik, hal ini akan membuat jiwa seseorag itu
menjadi lebih berharga. Oleh karena itu, perlindungan akal
ditempatkan setelah perlindungan jiwa (Jajuli, 2016). Di lihat dari
segi kepentingan dalam menjaga akal, hal tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga tingkatan, antara lain:
a. Memelihara akal dalam peringkat dharuriyyah adalah
memelihara akal di tingkat dasar seperti diharamkan
mengkonsumsi narkoba atau hal-hal yang menyebabkan pikiran
hilang. Jika ketentuan ini tidak dilaksanakan, maka akan
berakibat terancamnya eksistensi akal/hilang pikiran.
b. Memelihara akal dalam peringkat hajiyyah seperti dianjurkan
untuk menuntut ilmu pengetahuan yang dibutuhkanya. Apabila
kegiatan ini tidak dilakukan, maka tidak akan merusak akal
seseorang tetapi hanya akan mempersulit diri orang tersebut
dalam hal ilmu pengetahuan, tetapi kalau pendidikan itu skala
besar maka tingkatanya bukan hajiyyah lagi melainkan
dharuriyyah.
23
c. Memelihara akal dalam peringkat tahsiniyyah erat kaitanya
dengan etika dan jika tidak dilakukan tidak akan mengancam
eksistensi akal secara langsung. Misalnya menghindarkan diri
dari mendengarkan sesuatu yang tidak bermanfaat, pemberian
beasiswa untuk studi di strata yang tinggi. (Rafjansani, 2012)
4. Hifdzu an-Nasl (Memelihara Keturunan)
Dalam hal ini, perlindungan keturunan di sini meliputi lembaga
perkawinan, pelayanan bagi anak, memelihara anak yatim dan
sebagainya (Jajuli, 2016). Memelihara keturunan ditinjau dari segi
tingkat kebutuhanya, dibedakan menjadi tiga tingkatan antara lain:
a. Memelihara keturunan dalam peringkat dharuriyyah seperti
anjuran untuk menikah. Jadi dapat dikatakan upaya untuk
menjaga eksistensi keturunan adalah dengan menikah, dengan
membantu kegiatan melahirkan agar bayi yang lahir dalam
keadaan selamat dan yang lain.
b. Memelihara keturunan dalam peringkat hajiyyah seperti
memberikan suplement-suplement tambahan yang dibutuhkan
bayi, supaya bayi menjadi tumbuh sehat.
c. Memelihara keturunan dalam peringkat tahsiniyyah seperti
menyediakan tempat yang kondusif, enak dan tenang bagi ibu
yang mau melahirkan, sehingga para ibu senang untuk
melahirkan dan merawat bayinya di sana. (Rafjansani, 2012)
5. Hifdzu al-Maal (Memelihara Harta)
Perlindungan kekayaan meliputi pemeliharaan keuangan,
regulasi, pekerjaan, transaksi bisnis, penyadaran tentang pentingnya
halal haram dan penegak hukum yang berkaitan dengan harta (Jajuli,
2016), di lihat dari segi kepentinganya dapat dibedakan menjadi tiga
tingkatan, antara lain:
a. Memelihara harta dalam peringkat dharuriyyah seperti larangan
mengambil harta orang lain yang bukan merupakan hak kita
dengan cara yang tidak benar.
24
b. Memelihara harta dalam peringkat hajiyyah adalah memenuhi
kebutuhan tingkat kedua dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari seperti menginvestasikan hartanya atau mengajak
orang bekerjasama dalam bisnis.
c. Memelihara harta dalam peringkat tahsiniyyah erat kaitanya
dengan etika bermuamalah atau berbisnis. Misalnya mengikuti
pendidikan muamalah / berbisnis modern. (Rafjansani, 2012)
25
F. 6. Tingkat Kemiskinan
F.6.1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan sebuah situasi yang dihadapi oleh
individu dimana mereka tidak mempunyai kecukupan sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang nyaman, baik dilihat
dari segi ekonomi, social, maupun psikologis. (Shirazi, 1994) dan
(Pramanik, 1998)
Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa kemiskinan
merupakan ketidakmampuan dalam memenuhi standar minimal
kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-
makanan.
Menurut Edwin G. Dolan 1980 (Jusmaliani & Soekarni,
2005) sterdapat beberapa pandangan mengenai kemiskinan,
kemiskinan merupakan kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan yang paling mendasar untuk menjaga
keberlangsungan hidup. Selain itu, diketahui bahwa kemiskinan
merupakan rendahnya pendapatan yang diukur secara subjektif
lebih rendah terhadap pendapatan orang lain dalam masyarakat.
F.6.2. Penyebab Kemiskinan
(Rianto & Arif, 2010) Menyatakab bahwa terdapat tiga
macam penyebab kemiskinan:
1. System approach
Merupakan pendekatan yang menekankan pada adanya
keterbatasan pada aspek-aspek geografi, ekologi, teknologi,
dan demografi. Kondisi kemiskinan yang disebabkan oleh
factor-faktor tersebut dianggap akan lebih banyak menekan
masyarakat yang tinggal diwilayah perdesaan.
2. Decision-making model
Penyebab kemiskinan ini dipicu oleh kurangnya
pengetahuan, keterampilan, dan keahlian sebagian warga
masyarakat dalam merespon sumber daya ekonomi. Atau
26
dengan kata lain, kemiskinan disebabkan oleh kurangnya
inovasi masyarakat untuk berwirausaha.
3. Structural approach
Penyebab kemiskinan karena terdapat ketimpangan
dalam kepemilikan atas factor produksi seperti teknologi,
produktivitas, dan lain-lain.
27
Indikator ini diukur dengan Indeks Keparahan Kemiskinan
(IKK), yang mana indeks ini pada prinsipnya sama dengan
poverty gap index. Namun terdapat perbedaan dari keduanya
yaitu diketahui bahwa IKK juga mengukur ketimpangan
diantara penduduk miskin.
28
mana kelompok kedua ini harus diberi bantuan yang cukup
secara berkala.
F. 7. Rasio Gini
29
berdasarkan kelas pendapatan dalam 10 kelas pendapatan
(decille). (Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik
Indonesia, 2009)
G. Hipotesis
30
Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa penelitian terdahulu,
antara lain penelitian dari (Sukmaraga, 2011) yang menyatakan bahwa
I-HDI menunjukkan hubungan negative signifikan.
H1 = Islamic Human Development Index (I-HDI) berpengaruh
negative terhadap tingkat kemiskinan di DI Yogyakarta.
31
H. Kerangka Berfikir
I. Metode Penelitian
32
orang atau pihak lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari Badan Pusat Statistik wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
1. Tingkat Kemiskinan
Tingkat kemiskinan merupakan perbandingan antara garis
kemiskinan tahun sekarang dikurangi dengan garis kemiskinan tahun
sebelumnya dengan garis kemiskinan tahun sebelumnya. Data akan
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi DI Yogyakarta, secara
sistematis dirumuskan sebagai berikut:
2. Rasio Gini
Rasio gini merupakan jumlah persen penerima pendapatan dibagi
dengan jumlah kumulatif pendapatan, yang mana hasil dari perkalian tersebut
akan dikurangkan dengan 1, secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:
𝑘
𝑃𝑖 (𝑄𝑖 + 𝑄𝑖−1 )
𝐆𝐑 = 1 − ∑
10.000
𝑖=1
Keterangan :
33
Didefinisikan sebagai angka I-HDI di Provinsi DI Yogyakarta
dengan jenis data tahunan dan dinyatakan dalam satuan persen. Yang
diperoleh dari hasil perhitungan indeks dengan data – data sebagai
berikut:
a. Dimensi ad-dien, secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:
𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐤𝐫𝐢𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 − 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐤𝐫𝐢𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡
𝑰𝑫 =
𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐤𝐫𝐢𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 − 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐤𝐫𝐢𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡
𝟐 𝟏
𝑰𝑯𝑫𝑰 = (𝑰𝑫) + (𝑰𝑵𝑭 + 𝑰𝑨 + 𝑰𝑵𝑺 + 𝑰𝑴) 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝟓 𝟓
34
I.4. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah dengan uji
asumsi klasik dan kemudian pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis
regresi linear berganda. untuk mengelola dan membahas data yang telah
diperoleh. Pengujian dilakukan dengan software SPSS. Sebelum dilakukan
pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang
terdiri dari uji normalitas, uji multikolineritas, uji autokorelasi, dan uji
heteroskedatsitas.
35
b. Nilai Tolerence, jika nilai tolerence > 0,05 maka tidak terjadi
adanya multikolineritas.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan yang
muncul pada data yang telah diurutkan. Data yang digunakan
dalam uji autokorelasi biasanya berupa data serial waktu (time
series).
Pada penelitian ini uji autokorelasi menggunakan uji
dusbinwaston (DW-Test) dengan kriteria sebagai berikut
(Ghozali, 2018):
36
Tidak ada Tidak ditolak du < DW < 4-
autokorelasi, positif du
atau negative
DU : Batas atas DW
4. Uji Heterosketdasitas
Uji heterosketdatsitas digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan antara varians dan residual satu pengamatan
ke pengamatan lalin dalam model regresi linier berganda. Jika
varians residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homosketdasitas dan jika terdapat perbedaan maka
disebut homosketdasitas.
Keterangan :
IHDI = Islamic Human Development Index
β0 = Konstanta
37
GK = Garis Kemiskinan
GR = Rasio Gini
e = Error
38
penelitian ini adalah IHDI. Perumusan hipotesis dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut:
J. Sistematika Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis telah menyusun sepuluh bagian uraian sebagai
berikut :
Bagian A Latar Belakang
Pada bagian ini penulis menjelaskan tentang latar belakang
masalah penelitian.
39
Pada bagian ini penulis menjelaskan rumusan masalah dan
rumusan pertanyaan dari penelitian.
Tujuan Penelitian
Bagian C
Pada bagian ini penulis menguraikan tujuan dari penelitian.
Manfaat Penelitian
Bagian D
Pada bagian ini penulis menguraikan manfaat dari penelitian.
Landasan Teori
Bagian F
Pada bagian ini penulis menguraikan teori yang berkaitan
dengan permasalahan pada penelitian.
Kerangka Berfikir
Bagian G
Pada bagian ini penulis memetakan sistematika dari kerangka
penelitian yang digunakan.
Metode Penelitian
Bagian H
Pada bagian ini penulis menguraikan metode yang digunakan
dalam penelitian.
Sistematika Penulisan
Bagian I
Pada bagian ini penulis mengguraikan sistematika penulisan.
Jadwal Penelitian
Bagian J
Pada bagian ini penulis menguraikan jadwal dalam melakukan
penelitian.
Daftar Pustaka
Bagian K
40
Pada bagian ini penulis menguraikan sumber-sumber referensi
yang digunakan dalam penelitian.
41
K. Jadwal Penelitian
2020
2019
Jan
Kegiatan Sep Okt Nov Des
No
1
1-2 2-4 1-4 1-4 2
42
L. Daftar Pustaka
Alvan, A. (2009). Forging a Link Between Human Develpment and Income Inequality :
Cross-Country Evidence. Review of Social, Economic & Business Studies, 7(8), 31-
43.
Davies, A., & Quinlivan, G. (2006). A Panel Data Analysis of the Impact od Trade on
Human Development. Journal of Socioeconomics.
Faqihudin, M. (2010). Human Development Index (HDI) Salah Satu Indikator Yang
Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia. Cermin.
Foster, J. E., Greer, J., & Thorbecke, E. (1984). A Class of Decomposable Poverty
Measure. Econometrica: Journal of The Econometric Society, 761-766.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Jusmaliani, & Soekarni, M. (2005). Kebijakan Ekonomi Dalam Islam. Yogyakarta: Kreasi
wacana.
43
Nafilah, A. A. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Islamic
Human Development Index Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Jeneponto,
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2005-2014.
Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI. (2019). Retrieved from
https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-17.pdf
Rama, A., & Yusuf, B. (2019). Construction of Islamic Human Developmetn Index. JKAU:
Islamic Econ, Vol. 32(1), 43-64.
Rianto, N., & Arif, A. (2010). Teori Makroekonomi Islam: Konsep, Teori dan Analisis.
Bandung: Alfabeta.
Septiarini, M. M., & Herianingrum, S. (2017). Analisis I-HDI (Islamic Human Development
Index) Di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, 381-395.
Shirazi, N. S. (1994). An Analysis of Pakistan's Poverty and its Alleviation Throught Infaq.
Islamabad: Unpublished doctoral dissertation). International Islamic University.
44
United Nations Development Programme. (1993). Human Development Report.
Newyork: Oxford University Press.
45